Anda di halaman 1dari 11

“DAKWAH PADA MASA DAULAT USMANIYAH”

Nama: Junaidi & Maskur


Prodi: MD 3A

BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Keruntuhan dahsyat yang diderita dunia Islam, baik di timur (Bagdhad) maupun di
barat (Andalusia) tidaklah mengurangi semangat juang kaum Muslim untuk bangkit kembali.
Semua peristiwa jatuhnya dunia Islam tersebut dikarenakan serbuan Salibiyah dari barat oleh
kaum Kristen Europa dan dari timur oleh bangsa Tatar-Mongol. Dan kemudian pengusiran
total kaum Muslimin dari seluruh wilayah Europa Barat ialah Spanyol (Andalus).
Pemerintah Abbasiyah yang memegang kuasa atas dunia Islam selama kurang lebih 5
abad lamanya, mengahadapi kehancurannya di bawah injakan kaki tentara Tartar yang
berkuasa dengan sangat kejam. Kota bagdhad menjadi timbunan mayat kaum Muslimin,
mulai dari pahlawan sampai rakyat biasa.
Sedangkan masjid-masjidnya yang indah dan gedung-gedungnya yang megah hangus
habis menjadi abu, karena pembakaran umum. Justru di masa-masa yang sangat
menyedihkan itu, suatu kabilah Turki yang gagah berani di bawah pimpinan Sultan Sulaiman
Syah telah menunjukkan kebolehannya menahan banjir besarnya tentara Tatar yang sedang
menyerbu daerah-daerah Islam.
Barulah sekitar seperempat abad (25 tahun) sesudah jatuhnya kota Bagdhad, pada
tahun 680 H, muncullah seorang yang gagah berani Sultan Utsman yang mampu
menundukkan segala musuh dan segala rintangan yang dihadapi pengikutnya. Hingga
akhirnya berdirilah suatu kerajaan baru yang kemuadian dikenal kerajaan Utsmani-
Turki.Dimana berdirinya di atas kerajaan Saljuk peninggalan Sultan Alauddin.
B. Rumusan Masalah
1. Sejarah munculnya Daulah Utsmaniyah\
2. Periode Daulah Utsmaniyah
3. Kehidupan dakwah Daulah Utsmaniyah
C. Tujuan
1. Agar bisa mengetahui sejarah Munculnya Daulah Utmaniyyah
2. Agar Bisa Mengtahui Priode Daulah Ustmaniyyah
3. Agar Bisa mengehui Dakwah Daulah Ustmaniyyah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Daulah Utsmaniyah
Daulah ini berasal dari suatu kabilah yang hidup di Turkistan, di bawah pimpinan
Sulaiman Syah. Kabilah Turki ini berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
menghindari bangsa Mongol, dan akhirnya mengembara di Asia Kecil. Akan tetapi di tengah
perjalanan, tepatnya di daerah perbatasan Halb, Sulaiman Syah meninggal dunia, sehingga
rombongan pengembara tersebut menjadi bimbang, apakah terus melanjutkan
pengembaraanya atau pulang kembali ketempat asal mereka. Rombongan Rombongan
tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok, kelompok yang kembali pulang dan
kelompok yang terus melanjutkan perjalanan. Kelompok kedua ini memilih Arthogrol,
sebagai pemimpin mereka.
Sesampainya di Asia Kecil rombongan Arthogrol mengabdikan diri kepada Sultan
Alauddin II yang mana saat itu kebetulan sedang berperang dengan Byzantium, maka
Arthogrol bersama rombongannya segera membantu pasukan tentara Alauddin. Berkat
bantuan Arthogrol dan rombongannya, akhirnya pihak Alauddin berhasil mengalahkan pihak
tentara musuh. Atas jasa baik Arthogrol dan rombongannya itu Sultan Alauddin
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Byzantium dan
dibiarkan memperluas wilayahnya merambah ke wilayah musuh. Sejak saat itu mereka terus
membina wilayah dan daerah barunya dan mereka memilih kota Syukud sebagai ibu kotanya.
Pada tahun 1258 M, Arthogrol di karuniai seorang putra yang diberi nama Utsman.
Anak tersebut mendapat didikan dan latihan militer secara langsung dari Arthogrol, sehingga
dia menjadi seorang tulang punggung yang terpercaya dalam menghadapi berbagai
peperangan dan dalam membina administrasi pemerintahan. Ketika perang salib meletus
Byzantium ikut terlibat, dengan begitu maka pemerintahan Utsmani mendapat kesempatan
baik untuk membina stabilitas wilayah dan pemerintahannya1.
Dibawah pimpinan Utsman, Utsman mendirikan daulah baru pada tahun 1300M.
Usman inilah pendiri daulahUsmaniyah Turki yang didirikan diatas puing-puing kesultanan
Saljuk. Dengan timbulnya daulahUsmaniyah dapatlah islam kembali menunjukkan
kegagahperkasaan yang luar biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama
sampai kepermulaan abad XX ini.
B. Periode Daulah Utsmaniyah

1
MusyarifahSunanto, Sejarah Islam Klasik. Kencana: Jakarta. 2007. Hal 240.
Arthogrol ayah Utsman meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
oleh putranya, Utsman.Dan Utsman inilah yang di anggap sebagai pendiri kerajaan Utsmani.
Utsman memerintah antara tahun1290 M-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak bekerja
kepada Sultan Alauddin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium
yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300M, bangsa Mongol menyerang
kerajaan saljuk dan Sultan Alaudin II terbunuh.
Kerajaansaljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil.Utsman
pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak
itulah, kerajaan Utsmani dinyatakan berdiri dan memproklamirkan kemerdekaan wilayahnya
dengan nama “Kesultanan Utsmani” yang terambil dari namanya sendiri Utsman. Penguasa
pertamanya adalah Utsman yang sering disebut juga Utsman I.
Pada periode ini perluasan wilayahpun terus dilakukan, hingga akhirnya perluasan
wilayah merambah ke Eropa.Pada tahun 1362 M, daulahUtsmaniyah dapat menaklukan kota
Adiranopel. Kemudian sejak tahun 1366 M, kota tersebut dijadikan ibu kota pemerintahan
Utsmanisamapi kota Konstantinopel dapat mereka taklukan. Kemajuan dan perkembangan
kerajaan Utsmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula oleh
kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang lain. Yang terpenting diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan.
Para pemimpin kerajaan Utsmani pada masa-masa pertama, adalah orang-orang yang
kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Meskipun
demikian, kemajuan kerajaan Utsmani mencapai masa keemasanya itu, bukan semata-mata
karena keunggulan politik para pemimpinya. Masih banyak factor lain yang mendukung
keberhasilan ekspansi itu. Yang terpenting diantaranya adalah keberanian, keterampilan,
ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja2.
2. Bidang Ilmu pengetahuan dan Budaya.
Kebudayaan turki Utsmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan,
diantaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka
banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak mereka serap dari Bizantium. Sedangkan,
ajaran-ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan, keilmuan, dan
huruf mereka terima dari bangsa Arab.

2
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Imperium Turki Usmani). Kalam Mulia: Jakarta. Hlm.56
Orang-orang Turki Utsmani memang dikenal sebagai bangsa yang suka dan mudah
berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar. Hal ini
mungkin karena mereka masih miskin dengan kebudayaan. Bagaimanapun, sebelumnya
mereka adalah orang nomaden yang hidup di dataran Asia Tengah3.
3. Bidang Keagamaan.
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik.Masyarakat di golong-golongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri
sangat terikat dengan syariat sehingga, fatwa ulama menjadi hokum yang berlaku.Karena itu,
ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan
masyarakat.Mufti, sebagai pejabat urusan agama tinggi, berwenang memberi fatwa resmi
terhadap problema keagamaan yang dihadapi masyarakt. Tanpa legitimasi mufti, keputusan
hokum kerajaan bias tidak berjalan.
Pada masa turki Utsmani tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
berkembang ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi.Kedua tarekat ini banyak dianut oleh
kalangan sipil dan militer.Tarekatbektasyi mempunyai pengaruh yang amat dominan di
kalangan tentara Jenissari, sehingga mereka sering disebut tentara Bektasyi, sementara
taerekat Maulawi mendapat dukungan dari para pengusaha dalam mengimbangi Jenissari
Bektasyi.4
Hingga pada akhirnya separuh wilayah daulah Utsmaniyah adalah Eropa. Maka tidak
heran kalau Utsmaniyah kemudian terpengaruh oleh kondisi Eropa. Dan terjadi
keseimbangan antara kekuatan Utsmaniyah dengan kekuatan Barat. Kemudian pada tahun
1566-1674 M di anggap sebagai permulaan keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya
zaman keemasanya. Adapun factor-faktor yang menyebabkan kemunduran daulah Utsmaniya
ialah:
a) Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi pemerintahan Turki Utsmani tidak beres, padahal wilayah kekuasaan
dinasti ini sangat luas. Di pihak lain, para penguasa terus berambisi memperluas wilayah,
sehingga sering terjadi peperangan
b) Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas dan penduduknya yang beragam,
baik dari segi agama, ras maupun adat-istiadat. Untuk mengaturnya, diperlukan satu lembaga
khusus.

3
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah, Amzah: Jakarta. 2014. Hal 152.
4
Ibid. Badri Yatim. Hal 136
c) Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sultan Sulaiman Al-Qanuni, Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang
lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinan. Akibatnya, pemerintahan menjadi
kacau. Kekacauan tersebut tidak pernah teratasi secara sempurna, bahkan semakin lama
semakin parah.
d) Budaya Korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam pemerintahan
Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan
kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan
dekadensi moral semakin merajalela yang membuat pemerintahans semakin rapuh.
e) Pemberontakan tentara Jenisseri
Kemajuan ekspansi Turki Utsmani dipengaruhi oleh tentara Jenisseri. Dengan
demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini memberontak. Pemberontakan
Jenisseri terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525, 1632, 1727, dan 1826 M.
f) Merosotnya Perekonomian
Akibat perang yang tak pernah berhenti, perekonomian Negara merosot. Pendapatan
berkurang, sementara belanja Negara sangat besar, termasuk untuk biaya perang.
g) Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan
Turki Utsmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, karena
hanya mengutamakan pengembangan militer. Perkembangan militer yang tidak diimbangi
oleh kemajuan ilmu pengetahuan, sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh
yang lebih maju.
C. Kehidupan Dakwah Utsmaniyah
KhilafahdaulahUtsmaniyah tercatat memiliki sekitar 30 orang khalifah, yang
berlangsung mulai dari abad 10 Hijriyah atau abad ke 13 Masehi. Selama masa kekhalifahan
daulahUtsmaniyah dipimpin khalifah yang silih berganti. Struktur dakwah pada masa
daulahUtsmaniyah meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut.
1. Da’i
Kehidupan Utsman I, pendiri dinasti Utsmani dari tahun 699-726 H, adalah kehidupan
yang dipenuhi dengan jihad dan dakwah di jalan Allah. Beliau bersifat al-ulama waal-umara,
karena selain sebagai ulama beliau pun sebagai pemimpin pada daulah ini. setelah beliau
wafat generasi selanjutnya diteruskan oleh anaknya yang bernama Sultan Orkhan bin
Utsman, yang berkuasa dari tahun 726-761 H.
2. Mad’u
Kondisi mad’u pada masa daulahUtsmaniyah umumnya bersifat al-ummah, karena
pada masa daulah ini, masih banyak yang belum menerima Islam sebagai agamanya.Akan
tetapi, dari dinasti sebelumnya sudah banyak pula yang sudah menerima Islam.Jadi, corak
mad’u pada masa daulahUtsmaniyah yaitu mad’uijabah dan ummah.
3. Materi
Materi yang diterapkan pada masa daulahUtsmaniyah meliputi akidah, syariah dan
muamalah. Di mana pada masa Utsmaniyah materi-materi seperti fiqih, tata cara membaca
Al-Qur’an, berwudhu dan lain-lain, lebih dipermantap lagi penerapannya. Pada masa ini
ketahuidan (meng-Esa-kan) pun di tanamkan pada umatnya.
4. Metode
Pada masa Utsmaniyah ada beberapa macam metode yang digunakan dalam
berdakwah antara lain:
a) Ekspansi
Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara ekspansi atau perluasan wilayah.
Ekspansi yang dilakukan salah satunya meliputi kawasan Eropa dan Asia Kecil. Masih
banyak negara-negara lain yang menjadi kekuasaan di bawah daulahUtsmaniyah ini.
b) Ceramah
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan cara menyampaikan
keterangan, petunjuk, pengertian dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan
menggunakan lisan. Para ulama melakukan dakwahnya di masjid-masjid.
c) Metode Kelembagaan
Pada masa daulahUtsmaniyah banyak dibangun masjid, sekolah, rumah sakit,
jembatan, dan tempat berlindung .Selain itu, pekerjaan penting yang dilakukan adalah
dibentuknya militer Islam yang kuat dan memasukkan sistem khusus dalam kemiliteran yang
berasaskan Islam.
d). Metode Missi (Bi’tsah)
Penyebaran agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para
da’i. Pada masa ini dilakukan penjagaan di wilayah-wilayah perbatasan Romawi dan
mencegah serangan yang mungkin datang menyerbu kekuatan Islam sejak masa
pemerintahan Abbasiyah.
e) Metode Tanya-Jawab
Metode yang dilakukan dengan menggunakan Tanya jawab untuk mengetahui sampai
sejauh mana pemahaman materi dakwah. Metode ini biasanya bersamaan dengan metode
caramah, jadi ketika mad’u tidak memahami bisa langsung bertanya. Sehingga adanya
hubungan timbale balik antara da’I dan mad’u.
f) Metode Bimbingan Konseling
Dari dinasti-dinasti sebelumnya telah diajarkan tata cara shalat, cara membaca Al-
Qur’an dan kajian kitab. Pada masa Utsmaniyah ini pengajaran pun lebih di matangkan atau
dipermantap bagi yang sudah biasa dan yang belum mengetahui.
g) Metode Keteladanan
Khalifah Ustmaniyah ini mempunyai sifat yang pemberani, bijaksana, ikhlas, sabar,
daya tarik keimanan, adil, memenuhi janji,dermawan, ikhlas karena Allah dalam setiap
penaklukan. Karena sifat kepemimpinan ini, maka banyak orang yang terpengaruh dengan
kepribadiannya, sehingga banyak yang masuk dan memeluk agama Islam.
h) Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya untuk menyiarkan Islam dengan ckoara
mempengaruhi dan membujuk massa. Metode ini masih digunakan karena belum semua
kaum memeluk agama Islam.
i) Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran antara sejumlah orang secara
lisan membahas suatu masalah tertentu dan bertujuan untuk memperoleh hasil yang benar.
Sebagai contoh, perwakilan negeri-negeri Eropa berkumpul di Istanbul. Mereka mengajukan
usulan-usulan pada pemerintahan Utsmani. Beberapa usulan penting itu adalah membagi
negeri Bulgaria menjadi dua wilayah, namun usulan ini tidak disetujui oleh Utsman.
j) Metode Karya Tulis
Metode ini masuk dalam kategori dakwah bial-qalam. Tanpa tulisan dunia akan
lenyap dan punah. Pada masa Utsmani upaya-upaya manipulatif sejarawan musuh-musuh
Islam, khususnya terhadap sejarah khilafahUtsmaniyah dihadang sekelompok intelektual dan
sejarawan umat.
Dimana mereka berusaha membantah semua tuduhan yang dilakukan oleh sejarawan
musuh-musuh Islam itu dan membela pemerintahan Utsmani. Salah satu buku yang paling
menonjol dalam melakukan bantahan ini adalah buku yang ditulis oleh Dr. Abdul Aziz Asy-
Syanawi yang ditulis dalam tiga jilid besar dengan judul Al-Daulat Al-Utsmaniyah Daulat
Muftara ‘Alaihi dan buku-buku bermutu lainnya yang ditulis oleh Dr. Muhammad Harb
seperti, Al-Utsmaniyyunfi Al-Tarikh wa Al-Hadharah dan lain-lain.
k) Metode Silahturahmi (HomeVisit)
Metode silahturahmi, yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan
kepada suatu mad’u tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada mad’u. Metode
ini dapat dilakukan melalui silaturahim, menengok orang sakit, ta’ziyah dan lain-lain. Jadi
dengan dilakukannya metode inilah yang disebut metode homevisit.
4. Metode korespondensi
Metode korespondensi adalah metode melalui surat-surat. Jadi sebelum da’I di kirim ke
daerah itu, terlebih dahulu di kirim surat sebagai pengantar.
5. Media
Media yang digunakan pada masa daulahUtsmaniyah ini diantaranya adalah:
a. Sekolah-sekolah
Karena pada masa ini khalifah cinta akan ilmu,maka dibangunnya sekolah-sekolah
agar orang-orang dapat berpengetahuan. Pendidikan diberikan secara gratis, sedangkan
materi yang diajarkan adalah meliputi tafsir, hadist sastra, balaghah, ilmu-ilmu kebahasaan,
arsitektur dan lain-lain. Maka dari sinilah ilmu-ilmu semakin berkembang dan kita sebagai
umat penerusnya bisa merasakan ilmu-ilmu yang telah diajarkannya.
b. Masjid
Masjid pada masa ini juga merupakan tempat pendidikan, yang mana pendidikan
yang diajarkan Al-Qur’an, hadist, tafsir dan lain-lain. Masjid juga tempat dilakukannya untuk
berdakwah dengan metode ceramah.
c. Rumah Sakit
Di setiap klinik ini di tempatkan dokter dengan tambahan dokter-dokter spesialis di
bidangnya seperti ahli penyakit dalam, ahli bedah dan ahli farmasi. Pada masa inilah semua
telah di kembangkan dengan telah banyaknya pengetahuan yang ada dan semakin
berkembang.5
d. Media Cetak
Pada masa ini banyak buku-buku yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia dan
Arab ke dalam bahasa Turki. Salah satu buku yang diterjemahkan itu adalah Masyahir Al-
Rijal (Orang-orang terkenal) karya Poltark dan masih banyak lainnya. Dengan adanya
penerjemahan buku-buku ini otomatis adanya media cetak untuk mencetak hasil terjemahan
ini, dan juga adanya percetakan uang karena uang pada masa ini juga digunakan untuk
kebutuhan.6

5
Ibid. Badri Yatim. Hal 137
6
http://deniasa.blogspot.com/2011/07/dakwah-pada-masa-daulah-utsmaniyah.html (Rabu: 20:05)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Daulah Utsmaniyah merupakan daulah yang didirikan oleh putra dari Arthogrol,
pemimpin yang dipilih oleh kelompok yang melanjutkan perjalanan ke suatu tempat di Asia
kecil, putra Arthogrol itu bernama Ustman. Karena Ustman yang terpercaya dalam
menghadapi berbagai peperangan dan dalam membina administrasi pemerintahan. Dengan
adanya daulahUsmaniyah yang didapat Islam menunjukkan kegagahperkasaan yang luar
biasa dan dapat menyambung usaha dan kemegahan yang lama.
Dalam periode daulahUstmaniyah, perluasan wilayah masih terus dilakukan, hingga
akhirnya perluasan wilayah merambah ke Eropa. Dengan perluasan daerah yang terus
dilakukan maka diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan yang
lain. Diantaranya yaitu kemajuan pada bidang Kemiliteran dan Pemerintahan, bidang
Pengetahuan dan Budaya, bidang Keagamaan. Setelah bertahun-tahun daulahUtsmaniyah
mengalami kemajuan, akhirnya di tahun 1566-1674 M di anggap sebagai permulaan
keruntuhan Turki Utsmani dan berakhirnya zaman keemasanya.
Kehidupan dakwah yang ada pada masa Daulah Utsmaniyah meliputi berbagai
macam metode yang di lakukan untuk melakukan kegiatan berdakwah, di antaranya metode
ekspansi, ceramah, kelembagaan, missi, tanya jawab, bimbingan konseling, keteladanan,
silaturahmi dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam (Imperium Turki Usmani). Kalam Mulia:
Jakarta.
Ibid. Badri Yatim. Hal 136
Ibid. Badri Yatim. Hal 137
MusyarifahSunanto, Sejarah Islam Klasik. Kencana: Jakarta. 2007. Hal 240.
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah, Amzah: Jakarta. 2014. Hal 152.
http://deniasa.blogspot.com/2011/07/dakwah-pada-masa-daulah-utsmaniyah.html (Rabu: 20:05)

Anda mungkin juga menyukai