Anda di halaman 1dari 10

Peradaban Islam Di Turki Utsmani

Jurnal ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam
Yang diampu oleh Bp Sucipto, S. Hum., M. Hum

Kelompok 7
1. Azalia Nur Octaviani (236161049)
2. Faaza An Najwa (236161068)
3. Wicha Adistian Hanafi (236161073)

PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UIN RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023

1
ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengkritik dan pengulasan Peradaban Pada


Masa Turki Utsmani. Adapun jenis penelitian yaitu penulis memaparkan apa saja
yang terdapat dalam sejarah peradaban dan pemikiran Turki Utsmani, begitu juga
dengan kemajuan yang diperoleh dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah kepustakaan sebab merupakan kajian daftar
baca. Peneliti hanya memanfaatkan dengan melakukan kegiatan membaca,
mengolah, dan mencatat bahan penelitian.

PENDAHULUAN

Dalam sejarah perjalanan Islam, kondisi politik pemerintahan Islam


mengalami pasang surut. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada periode klasik
telah dihancurkan oleh tentara Mongol dan mengkibatkan runtuhnya Khalifah
Abbasiyah di Baghdad. Penyebab runtuhnya kekhalifahan ini mengakibatkan
kekuasaan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaan
Islam terpecah dalam beberapa kerajaan-kerajaan kecil yang satu dengan lainnya
saling menerangi.

Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam dihancurkan oleh


tentara-tentara Mongol. Kondisi politik tersebut terus berlangsung hingga muncul
dan berkembangnya tiga kerajaan besar yang di antaranya adalah kerajaan Turki
Utsmani. Kerajaan ini telah berhasil memajukan dan membangkitkan kembali
semangat politik Islam, meskipun kemajuan-kemajuan tersebut tidaklah
secemerlang dengan apa yang telah dicapai pada masa klasik.

2
PEMBAHASAN

A. Turki Pra Islam


Bangsa Turki berasal dari sebuah bangsa yang dikenal dengan Ural Altaic,
yang biasa juga disebut juga rumpun bangsa berkulit kuning. Bangsa Altaic
ini memiliki pola hidup yang berpindah-pindah, sementara budaya mereka
masih primitif. Sistem kekuasaan yang meraka lakukan didasarkan pada
aturan adat, dan dari keyakinan meraka menganut kepercayaan Syaman, yang
para penganutnya menyembah unsur-unsur alam dengan perantara totem dan
roh.
Sejak awal keberadaannya, bangsa Turki telah mampu menunjukkan
perannya dalam bidang politik. Dalam catatan sejarah yang bersumber dari
cina, bangsa ini telah mampu membangun sebuah kerajaan besar yang
bernama Atilia pada abad ke-5 M, yang terletak di tengah daratan Eropa.
Kondisi geografis yang didiami oleh bangsa Turki secara umum menuntut
pola hidup berpindah-pindah, situasi ini menyebabkan munculnya bentuk
kehidupan yang bersuku-suku.
Pada abad ke-6 ada bangsa yang secara spesifik mempunyai nama Turki
yang saat itu mempu mendirikan kejaraan besar, kerajaan itu membentuk
wilayah segi tiga mulai dari Mongolia ke perbatasan Cina bagian utara dan
Laut Hitam, kerjaan ini didirikan oleh dua orang bersaudara, yaitu Tu-men da
Istami.
Setengah abad kemudian, kedua kerajaan tersebut mengalami masa surut,
dan pada abad ke-7 kedua kerajaan tersebut takluk kepada Dinasti Tang dari
Cina. Walaupun saat itu wilayah bagian barat dan utara telah menyerah, adanya
sebagian bangsa yang menolak keberadaan meraka di bawah kekuasaan bangsa
asing. Sehingga mendorong untuk meraih kembali masa kejayaannya, dan
setelah 50 tahun berada dikekuasaan bangsa asing, akhirnya kedua kerajaan
tersebut mampu meraih kembali kemerdekaannya dan membangun kembali
kekuasaannya. 1

1
A Syafiq Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki.(Jakarta, Logos,1997),hal,54-57

3
Sejak akhir abad ke-7 M, bangsa Turki yang mendiami wilayah Asia Tengah
mulai mengenal agama Islam. Asal mula mereka mengenal agama Islam yaitu
dengan adanya hubungan perdangangan antara bangsa Arab. Dominasi mereka
semakin menonjol setelah mereka memeluk Islam, mereka bukan hanya
melakukan perdagangan tetapi juga meyebarkan agama Islam.
B. Asal Mula Tuki Utsmani
Kerajaan Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang
berasal dari wilayah Asia Tengah, termasuk suku Kayi. Pemimpin suku Kayi,
Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan
bangsa Mongol dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol mulai menyerang dan
menaklukkan wilayah Islam yang berada di wilayah kekuasaan Dinasti
Khwarazm Syah tahun 1219-20. Sulaiman Syah meminta perlindungan
kepada Jalal ad-Din di Transoksania, sebelum dikalahkan oleh pasukan
Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke barat ke arah
Asia Kecil, dan disanalah mereka menetap. Sulaiman berpindah ke wilayah
Syam setelah ancaman Mongol reda. Kemudian, usahanya pindah ke Syam
tersebut mendapat kecelakaan hanyut di sungai Euphrat yang tiba-tiba pasang
karena banjir besar, pada tahun 1228.
Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok kemudian menghambakan
dirinya kepada Sultan ‘Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang
pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil. Sultan ‘Ala ad-
Din gembira karena mendapat tambahan pasukan baru dari saudara
sebangsanya. Kemenangan tersebut Sultan memberi hadiah kepada Erthogrol
wilayah yang berbatasan dengan Bizantium. Dengan senang hati Erthogrol
membangun tanah “perdikan” dan berusaha memperluas wilayahnya dengan
merebut dan merongrong wilayah Bizantium. Dinasti Saljuq Rum sendiri
sedang surut pada saat itu dan telah berkuasa di Anatolia bagian tengah
kurang lebih dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.2

2
C.E.Boshworth,Dinasti-Dinasti Islam,Terj,Ilyas Hayas,(Bandung: Mizan,1993),hal.163

4
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang
diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Usman itulah itulah yang diambil
sebagai nama untuk Kerajaan Turki Utsmani. Sultan banyak memberi hak
istimewa kepada Usman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar
bey dibelakang namanya. Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan
bahwa Usman adalah anak sauji. Sauji itulah anak Erthogrol, sehingga Usman
adalah cucunya bukan anaknya. Sauji telah meninggal sebelum ayahnya
meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang sehabis memohon kepada
Sultan Saljuq atas perintah ayahnya, untuk tinggal menetap di wilayahnya.
Permohonan itu dikabulkan. Maka dari itu, Erthogrol ketika menerima berita
itu sedih bercampur gembira.
Setelah menghancurkan Baghdad tahun 1258, Sultan Saljuq tidak dapat
mempertahankan diri dan mati terbunuh. Dalam keadaan kosong itulah
Usman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol.
Maka, berdirilah Kerajaan Usmaniyyah yang dipimpin oleh Usman yang
bergelar Padisyah Alu Usmani didorong oleh jiwa agama Islam yang berbasis
pada ajaran tarekat Bektasyiyyah yang dipelopori oleh Hajji Bektasyi.
C. Perkembangan Peradaban Islam di masa Dinasti Turki Utsmani
1. Aspek Militer dan Ekspansi Wilayah
Sepeninggalan Sultan Utsman pada Tahun 1326 M. Kerajaan dipimpin
oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya, berdirinya
Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu
menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan itu Turki mampu
dengan mudah menaklukkan sebagian3 wilayah benua Eropa pada tahun 1327
M sampai 1356 M. Setelah Sultan Orkhan meninggal, perluasan tetap
berlanjut sampai tahun 1566 M, dan dilanjutkan oleh sultan-sultan
penerusnya, bahkan perluasannya sampai menguasai hampir semua daratan
Eropa.

2. Aspek Perekonomian

3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,hal.134

5
Faktor Militer tersebut ditunjang dengan perekomian yang memadai
sehingga memberikan dukungan yang kuat bagi Turki Utsmani untuk
menaklukkan atau ekspansi. Dengan demikian mustahil untuk Turki Utsmani
bisa melakukan ekspansi yang begitu luas tanpa adanya ekonomi yang kuat
dan besar. Contoh beberapa kota kekuasaan yang maju dalam bidang
ekonominya:
- Mesir, sebagai pusat industri kain sutra dan katun.
- Anatoli, sebagai tempat kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat
perdangangan dunia pada saat itu.
3. Aspek Ilmu Pengetahuan
Secara umum pada masa Dinasti Turki Utsmani tidak terlalu fokus pada
ilmu pengetahuan, sehingga bidang ilmu pengetahuannya tidak terlalu
menonjol. Tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat, yaitu pada masa
Sultan Muhammmad Al-Fatih tersebarnya sekolah-sekolah di semua kota
besar dan daerah terpencil. Juga terdapat perpustakaan yang dikelola dengan
sangat rapi dan tertib. Dan juga pada masa sultan al-Fatih telah dilakukannya
penerjemahan khazanah-khazanah yang dari bahasa Yunani, Latin, Persia,
dan Arab ke dalam bahasa Turki.
4. Kemajuan Bidang Agama
Agama dalam kerajaan ini sangat menjadi peranan penting dalam kehidupan
sosial dan politik. Para penguasa sangat terikat dengan syariat Islam sehingga
Fatma Ulama menjadi hukum yang berlaku. Pada masa ini, Al-Bektasy dan
Al-Mulawiy merupakan ajaran yang paling besar pada masa itu. Al-Bektasy
yang merupakan tarekat yang sangat berpengaruh terhadap tentara Jenissari,
sedangkan 4Al-Mulawiy berpengaruh besar dikalangan penguasa sebagai
imbangan dari kelompok Jenissariy Bekktasiy.5

4
.Yatim Badri, Seajarah Peradaban Islam,hal.135.
5
Yatim Badri, Seajarah Peradaban Islam,hal.136.

6
D. Masa Kemnduran Turki Utsmani
Periode keruntuhan kerajaan Turki Utsmani terjadi dalam dua periode
berbeda, yaitu: pertama, periode yang dimulai pada awal pemerintahan Sultan
Salim II (1566-1574) yang saat itu gagal dalam merebut kota Fiena untuk
kedua kalinya.

Kedua, periode yang terjadi dengan munculnya anarki internal yang


dipadukan dengan lepasnya wilayah taklukan satu persatu. Kemunduran
Dinasti Turki Utsmani juga ditandai dengan kekalahan dalam pertempuran di
Mahakez, Hongaria dan dipaksa menadatangani perjanjian Karlowitz.

Kemunduran Dinasti Turki Utsmani juga ditandai dengan kekalahan


dalam pertempuran melawan pasukan Kristen Barat, yang terjadi pada tahun
1702 yang saat itu diadakan perjanjian Carlowitz dan dalam perjanjian itu,
Turki Utsmani harus menyerahkan wilayah Hongaria, Morea, Albania,
Pedolia, dan Azzof. Pada abad ke-17 dan ke-18, Dinasti Turki Utsmani
diperintah oleh lima orang sultan, tetapi tidak ada seorangpun yang dapat
mengatasi tantangan besar yang saat itu melanda, terutama pada segala
tentangan besar yang berasal dari Eropa.

Setelah menyadari menurunnya kekuasaan Turki Utsmani, sebagian


wilayah kekuasaannya melancarkan pemberontakan untuk melepaskan diri.
Dan gerakan-gerakan separatisme terus berlanjut hingga pada abad ke-19 dan
ke-206, ditambah juga dengan munculnya gerakan modernisasi politik di
pusat pemerintahan. Kerajaan Turki Utsmani akhirnya berakhir dengan
berdirinya Republik Turki pada tahun 1924 M, yang dipimpin oleh Mustafa
Kemal Ataturk sebagai Presiden Republik Turki. Serta menghapuskan
jabatan khalifah, yang saat itu khalifah Abdul Majid sebagai khalifah terakhir
diperintahkan meninggalkan Turki. 7

Ada juga faktor-faktor penyebab utama kehancuran Turki Utsmani yang


terjadi pada abad-abad terakhir, yaitu abad ke-13 sampai abad ke-19. Lebih

6
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,hal.190.
7
A. Syafiq Mughani, Sejarah Kebudayaan Islam,hal.93

7
lanjutnya, dalam bukunya Syafiq A., menyebutkan faktor-faktor keruntuhan
Kerajaan Turki dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal
dan eksternal.

1. Secara Internal, yaitu:


-Luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem pemerintahan yang
ditangani oleh orang-orang yang tidak cakap dalam memimpin.
-Merajalelanya korupsi.
-Kehidupan yang terlalu istimewa dan bermegahan.
-Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan Turki mengalami
kekalahan.
2. Secara Eksternal, yaitu:
-Timbulnya gerakan nasionalisme, bangsa-bangsa yang tunduk pada
Kerajaan Turki mulai menyadari kelemahan Dinasti tersebut.
-Terjadinya Kemajuan Teknologi di Barat, khususnya dalam bidang
persenjataan, sedangkan Turki mengalami stagnasis ilmu pengetahuan
sehingga saat terjadi perang, Turki selalu mengalami kekalahan. 8

8
Abdul Syukur Al Azizi,Kitab Sejarah Peradaban Terlengkap,(Jogjakarta:Sauf,2014),hal.419-
420.

8
KESIMPULAN

Secara historis, Turki memiliki latar belakang sejarah yang panjang di mana
Turki menjadi ajang perebutan kekuasaan atau pengalihan kekuasaan, seperti
Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium, Dinasti Seljuk, Dinasti Ottoman, hingga
akhirnya menjadi Turki yang modern.
Dari kebijakan yang telah dipaparkan terlihat bahwa kebijakan yang
dijalankan pemerintah Turki tidak hanya mengarah pada satu keseimbangan saja.
Di samping itu, pemerintahan Turki juga ingin meningkatkan kesadaran terhadap
asset-aset warisan budaya. Hal ini diharapkan untuk melestarikan aset-aset warisan
budaya maupun peninggalan sejarah.
Demikian, perlunya mengkaji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, ada banyak faktor intern maupun ekstern
yang besar pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk
melakukan kegiatan atau tidak.

9
DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. Sejarah Dan Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada,
2001
Mughni, A. Syafiq. Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki. Jakarta: Logos, 1997.
Azizi (Al) Abdul Syukur. Kitab Sejarah Peradaban Terlengkap, Jogjakarta: Saufa,
2014.
Boshworth, C.E. Dinasti-Dinasti Islam, Terj. Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1993.
Badri Yatim, B. (2003). Sejarah Peradaban Islam. Cet. 15. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai