Jurnal ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam
Yang diampu oleh Bp Sucipto, S. Hum., M. Hum
Kelompok 7
1. Azalia Nur Octaviani (236161049)
2. Faaza An Najwa (236161068)
3. Wicha Adistian Hanafi (236161073)
1
ABSTRAK
PENDAHULUAN
2
PEMBAHASAN
1
A Syafiq Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki.(Jakarta, Logos,1997),hal,54-57
3
Sejak akhir abad ke-7 M, bangsa Turki yang mendiami wilayah Asia Tengah
mulai mengenal agama Islam. Asal mula mereka mengenal agama Islam yaitu
dengan adanya hubungan perdangangan antara bangsa Arab. Dominasi mereka
semakin menonjol setelah mereka memeluk Islam, mereka bukan hanya
melakukan perdagangan tetapi juga meyebarkan agama Islam.
B. Asal Mula Tuki Utsmani
Kerajaan Turki Utsmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang
berasal dari wilayah Asia Tengah, termasuk suku Kayi. Pemimpin suku Kayi,
Sulaiman Syah, mengajak anggota sukunya untuk menghindari serbuan
bangsa Mongol dan lari ke arah barat. Bangsa Mongol mulai menyerang dan
menaklukkan wilayah Islam yang berada di wilayah kekuasaan Dinasti
Khwarazm Syah tahun 1219-20. Sulaiman Syah meminta perlindungan
kepada Jalal ad-Din di Transoksania, sebelum dikalahkan oleh pasukan
Mongol. Jalal ad-Din memberi jalan agar Sulaiman pergi ke barat ke arah
Asia Kecil, dan disanalah mereka menetap. Sulaiman berpindah ke wilayah
Syam setelah ancaman Mongol reda. Kemudian, usahanya pindah ke Syam
tersebut mendapat kecelakaan hanyut di sungai Euphrat yang tiba-tiba pasang
karena banjir besar, pada tahun 1228.
Mereka akhirnya terbagi menjadi dua kelompok kemudian menghambakan
dirinya kepada Sultan ‘Ala ad-Din II dari Turki Saljuq Rum yang
pemerintahannya berpusat di Konya, Anatolia, Asia Kecil. Sultan ‘Ala ad-
Din gembira karena mendapat tambahan pasukan baru dari saudara
sebangsanya. Kemenangan tersebut Sultan memberi hadiah kepada Erthogrol
wilayah yang berbatasan dengan Bizantium. Dengan senang hati Erthogrol
membangun tanah “perdikan” dan berusaha memperluas wilayahnya dengan
merebut dan merongrong wilayah Bizantium. Dinasti Saljuq Rum sendiri
sedang surut pada saat itu dan telah berkuasa di Anatolia bagian tengah
kurang lebih dua ratus tahun lamanya, sejak tahun 1077 hingga tahun 1300.2
2
C.E.Boshworth,Dinasti-Dinasti Islam,Terj,Ilyas Hayas,(Bandung: Mizan,1993),hal.163
4
Erthogrol mempunyai seorang putra yang bernama Usman yang
diperkirakan lahir tahun 1258. Nama Usman itulah itulah yang diambil
sebagai nama untuk Kerajaan Turki Utsmani. Sultan banyak memberi hak
istimewa kepada Usman dan mengangkatnya menjadi gubernur dengan gelar
bey dibelakang namanya. Namun demikian, sebagian ahli menyebutkan
bahwa Usman adalah anak sauji. Sauji itulah anak Erthogrol, sehingga Usman
adalah cucunya bukan anaknya. Sauji telah meninggal sebelum ayahnya
meninggal. Ia meninggal dalam perjalanan pulang sehabis memohon kepada
Sultan Saljuq atas perintah ayahnya, untuk tinggal menetap di wilayahnya.
Permohonan itu dikabulkan. Maka dari itu, Erthogrol ketika menerima berita
itu sedih bercampur gembira.
Setelah menghancurkan Baghdad tahun 1258, Sultan Saljuq tidak dapat
mempertahankan diri dan mati terbunuh. Dalam keadaan kosong itulah
Usman memerdekakan diri dan bertahan terhadap serangan bangsa Mongol.
Maka, berdirilah Kerajaan Usmaniyyah yang dipimpin oleh Usman yang
bergelar Padisyah Alu Usmani didorong oleh jiwa agama Islam yang berbasis
pada ajaran tarekat Bektasyiyyah yang dipelopori oleh Hajji Bektasyi.
C. Perkembangan Peradaban Islam di masa Dinasti Turki Utsmani
1. Aspek Militer dan Ekspansi Wilayah
Sepeninggalan Sultan Utsman pada Tahun 1326 M. Kerajaan dipimpin
oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya, berdirinya
Akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga mampu
menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan itu Turki mampu
dengan mudah menaklukkan sebagian3 wilayah benua Eropa pada tahun 1327
M sampai 1356 M. Setelah Sultan Orkhan meninggal, perluasan tetap
berlanjut sampai tahun 1566 M, dan dilanjutkan oleh sultan-sultan
penerusnya, bahkan perluasannya sampai menguasai hampir semua daratan
Eropa.
2. Aspek Perekonomian
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,hal.134
5
Faktor Militer tersebut ditunjang dengan perekomian yang memadai
sehingga memberikan dukungan yang kuat bagi Turki Utsmani untuk
menaklukkan atau ekspansi. Dengan demikian mustahil untuk Turki Utsmani
bisa melakukan ekspansi yang begitu luas tanpa adanya ekonomi yang kuat
dan besar. Contoh beberapa kota kekuasaan yang maju dalam bidang
ekonominya:
- Mesir, sebagai pusat industri kain sutra dan katun.
- Anatoli, sebagai tempat kawasan pertanian yang subur, juga menjadi pusat
perdangangan dunia pada saat itu.
3. Aspek Ilmu Pengetahuan
Secara umum pada masa Dinasti Turki Utsmani tidak terlalu fokus pada
ilmu pengetahuan, sehingga bidang ilmu pengetahuannya tidak terlalu
menonjol. Tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat, yaitu pada masa
Sultan Muhammmad Al-Fatih tersebarnya sekolah-sekolah di semua kota
besar dan daerah terpencil. Juga terdapat perpustakaan yang dikelola dengan
sangat rapi dan tertib. Dan juga pada masa sultan al-Fatih telah dilakukannya
penerjemahan khazanah-khazanah yang dari bahasa Yunani, Latin, Persia,
dan Arab ke dalam bahasa Turki.
4. Kemajuan Bidang Agama
Agama dalam kerajaan ini sangat menjadi peranan penting dalam kehidupan
sosial dan politik. Para penguasa sangat terikat dengan syariat Islam sehingga
Fatma Ulama menjadi hukum yang berlaku. Pada masa ini, Al-Bektasy dan
Al-Mulawiy merupakan ajaran yang paling besar pada masa itu. Al-Bektasy
yang merupakan tarekat yang sangat berpengaruh terhadap tentara Jenissari,
sedangkan 4Al-Mulawiy berpengaruh besar dikalangan penguasa sebagai
imbangan dari kelompok Jenissariy Bekktasiy.5
4
.Yatim Badri, Seajarah Peradaban Islam,hal.135.
5
Yatim Badri, Seajarah Peradaban Islam,hal.136.
6
D. Masa Kemnduran Turki Utsmani
Periode keruntuhan kerajaan Turki Utsmani terjadi dalam dua periode
berbeda, yaitu: pertama, periode yang dimulai pada awal pemerintahan Sultan
Salim II (1566-1574) yang saat itu gagal dalam merebut kota Fiena untuk
kedua kalinya.
6
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,hal.190.
7
A. Syafiq Mughani, Sejarah Kebudayaan Islam,hal.93
7
lanjutnya, dalam bukunya Syafiq A., menyebutkan faktor-faktor keruntuhan
Kerajaan Turki dapat dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal
dan eksternal.
8
Abdul Syukur Al Azizi,Kitab Sejarah Peradaban Terlengkap,(Jogjakarta:Sauf,2014),hal.419-
420.
8
KESIMPULAN
Secara historis, Turki memiliki latar belakang sejarah yang panjang di mana
Turki menjadi ajang perebutan kekuasaan atau pengalihan kekuasaan, seperti
Kerajaan Romawi Timur atau Bizantium, Dinasti Seljuk, Dinasti Ottoman, hingga
akhirnya menjadi Turki yang modern.
Dari kebijakan yang telah dipaparkan terlihat bahwa kebijakan yang
dijalankan pemerintah Turki tidak hanya mengarah pada satu keseimbangan saja.
Di samping itu, pemerintahan Turki juga ingin meningkatkan kesadaran terhadap
asset-aset warisan budaya. Hal ini diharapkan untuk melestarikan aset-aset warisan
budaya maupun peninggalan sejarah.
Demikian, perlunya mengkaji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan keputusan. Dalam hal ini, ada banyak faktor intern maupun ekstern
yang besar pengaruhnya dalam diri seseorang ketika mengambil keputusan untuk
melakukan kegiatan atau tidak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. Sejarah Dan Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Gra indo Persada,
2001
Mughni, A. Syafiq. Sejarah Kebudayaan Islam Di Turki. Jakarta: Logos, 1997.
Azizi (Al) Abdul Syukur. Kitab Sejarah Peradaban Terlengkap, Jogjakarta: Saufa,
2014.
Boshworth, C.E. Dinasti-Dinasti Islam, Terj. Ilyas Hasan, Bandung: Mizan, 1993.
Badri Yatim, B. (2003). Sejarah Peradaban Islam. Cet. 15. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
10