Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PERADABAN ISLAM PADA PERIODE PERTENGAHAN

MASA KERAJAAN TURKI UTSMANI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“PENGANTAR STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM”

DISUSUN OLEH :

Kelompok 9 :

Hidayati 2214010241

Meilisa Yolasri 2214010246

Rehan Falindo 2214010233

Dosen Pengampu :

Dr . Saharman, M.A

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

IMAM BONJOL PADANG

2022 M / 1444 H
A. Latar belakang

Sejarah mengatakan bahwasanya Islam pada masa awal sangat maju


dan berkembang sangat pesat, disebabkan peranan Kesultanan Islam seperti
Dinasti Umayah, Abbasiyah, Saljuk, Fatimiyah dan sebagainya. Tetapi,
berdasarkan teori, bahwa sebuah kekuasaan itu akan mengalami masa
kemajuan dan masa kehancuran. Begitupun kesultanan Islam yang dulunya
sangat berkuasa dan kuat pada akhirnya hancur juga.
Dinasti Turki Utsmani merupakan dinasti yang cukup besar dalam
Islam dan memiliki pengaruh cukup signifikan dalam perkembangan wilayah
Islam di Asia, Afrika dan Eropa. Bangsa Turki memiliki peran yang sangat
penting dalam perkembangan peradaban Islam.1

B. Asal Usul Kerajaan Turki Utsmani

Menurut Syalabi dalam bukunya Mausu'ah al-Tarikh al- Islami wa al


Hadharah al-Islamiyah menjelaskan bahwa asal usul Turki Utsmani adalah
berkaitan dengan keluarga Qabay, dari Suku Guz Turki yang tinggal di
Turkistan. Serangan Bangsa Mongolia ke dunia Islam yang merajalela pada
pertengahan dan akhir abad ke-13 M, membuat Sulaiman, pimpinan Keluarga
Qabay mengungsi ke Asia Kecil Kejadian tersebut terjadi usai Perang
Manzikart pada 1071 M. Pelarian diri tersebut bertujuan untuk
menyelamatkan puing - puing generasi Islam dari ancaman dan serangan
Bangsa Mongol.

Namun, Sulaiman justru mengalami kejadiaan naas. Dalam


penyeberangan di Sungai Tigris, Sulaiman hanyut dan meninggal akibat banjir
yang mendadak datang. Usai kejadian tersebut, anggota keluarga Qabay
terpecah menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang tetap ingin
melanjutkan perjalanan untuk mengungsi di Asia Kecil Kelompok Kelompok
ini dipimpin oleh dua putra Sulaiman, yaitu Etoghrul dan Dandan. Kedua,
adalah kelompok yang ingin kembali ke daerah asalnya, yakni kelompok
Sangur Takin dan Kwan Tong Day. 2

1.
Prof. Dr. Maidir Harun Dt. Sinaro, Dra. Sismarni, Islam Di Kawasan Turki & Asia Tengah,
(Padang: Imam Bonjol Press, 2017}, hlm 29
2.
Ibid.

1
Etoghrul dan rombongannya sampai di Asia Kecil dan mengaku
tunduk dibawah kekuasaan Bani Saljuq Rum yang saat itu dipimpin Sultan
Alauddin II. Kala itu, Sultan Alauddin II tengah terlibat konflik dengan
kekaisaran Byzantium. Sultan Alauddin II pun menyerahkan wilayah yang
berbatasan dengan Kerajaan Byzantium di Asia Kecil kepada Etoghrul,
dengan ibukota Sukud. Di wilayah inilah Etoghrul dan keluarganya menetap
sekaligus membantu Sultan Alauddin II dalam menghadapi serangan-serangan
pasukan Byzantium.

Atas bantuan Etoghrul dan pasukannya, Sultan Alauddin II


mendapatkan kemenangan atas Byzantium. Sultan pun sangat gembira atas
kemenangan tersebut. Oleh sebab itu, Sultan Alauddin sangat simpati atas
bantuan yang telah diberikan Etoghrul dan keluarganya. Demi apresiasi,
pasukan Etoghrul pun diangkat menjadi bagian dari pasukan inti sultan yang
sejajar dengan pasukan-pasukan dari Dinasti Saljuq.3

C. Masa Perkembangan Turki Utsmani

Setelah Utsman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Utsman (raja


besar keluarga Utsman), sedikit demi sedikit daerah kerajaan dapat
diperluasnya. Ia dan putranya memimpin penyerangan ke daerah perbatasan
Bizantium hingga ke Selat Bosporus dan menaklukkan kota Bursa tahun 1317
M. Pada tahun 1326 M, Bursa dijadikan sebagai pusat kerajaan. Perpindahan
ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik
kesultanan. Utsman I disukai sebagai pemimpin yang kuat, bahkan lama
setelah beliau meninggal dunia. Reputasinya menjadi lebih harum disebabkan
oleh adanya cerita lama dari abad pertengahan Turki yang dikenal dengan
nama "Mimpi Utsman", sebuah mitos yang menginspirasikan Utsman untuk
menaklukkan berbagai wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan
Utsmaniyah.

Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan


daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adrianopel yang kemudian
dijadikan ibu kota kerajaan yang baru. Merasa cemas terhadap ekspansi

3
. Ibid., hlm. 29.

2
kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar
pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani.
Sultan Bayazid tidak gentar menghadapi pasukan sekutu di bawah anjuran
Paus dan bahkan menghancurkan pasukan Salib. Pertempuran itu terjadi pada
tahun 1369.

Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan


serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil seorang raja keturunan
bangsa Mongol yang telah memeluk agama Islam yang berpusat di
Samarkand. Ia bermaksud menaklukkan negeri-negeri Barat, seperti yang
dilakukan oleh nenek moyangnya. Akhirnya, perang yang menentukan terjadi
di Ankara. Bayazid bersama anaknya, Musa dan Etoghrul, dikalahkan oleh
Timur Lank. Bayazid mati dalam tawanan Timur tahun 1402. Kekalahan ini
membawa dampak yang sangat buruk bagi Dinasti Utsmani, yaitu banyaknya
penguasa Saljuk di Asia kecil yang melepaskan diri. Akan tetapi, setelah
Muhammad I naik takhta dan memimpin wilayah, Utsmani dapat disatukan
kembali. Integrasi ini tampaknya mengejutkan dunia Barat karena mereka
tidak menduga Utsmani akan bangkit secepat itu setelah berantakan akibat
serangan Timur Lank. Usaha Muhammad I dalam meletakkan keamanan dan
perbaikan diteruskan oleh putranya Sultan Murad II (1421-1451). Turki
Utsmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II (1451-
1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Ia lebih terkenal dengan Al-Fatih, sang
penakluk atau pembuka, karena pada masanya, Konstantinopel sebagai ibu
kota kekaisaran Bizantium berabad-abad lamanya dapat ditundukkan dan ini
terjadi pada tahun 1453 M. Ia berhasil membunuh Kaisar Bizantium dalam
perang itu. Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar bagi
Utsamaniyah. Lalu, ia memberikan nama Istanbul (Kota Kesejahteraan) dan
menjadikannya sebagai ibu kota.

Penaklukan Konstantinopel tahun 1453 mengukuhkan status


Kesultanan Utsmaniyah sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan
Mediterania Timur. Pada masa ini, Kesultanan Utsmaniyah memasuki periode
penaklukan dan perluasan wilayah sampai ke Eropa dan Afrika Utara. Dalam
bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai
kekuatan dagang yang besar dan kuat. Perekonomian kesultanan juga
mengalami kemajuan berkat kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa

3
dengan Asia. Bahkan, mereka dikenal sebagai bangsa yang penuh semangat,
memiliki kekuatan yang besar, dan menghuni tempat yang strategis.

Setelah Bayazid II mengundurkan diri karena lebih cenderung


berdamai dengan musuh dan terlalu mementingkan kehidupan tasawuf serta
tidak disukai oleh masyarakat, ia pun digantikan oleh putranya, Sultan Salim
I, yang mempunyai kecakapan dalam memerintah dan seorang ahli strategi
perang. Sultan Salim I menggerakkan pasukannya ke timur sehingga berhasil
menaklukkan Persia, Syria. Pada tahun 923 H, Khalifah Abbasiyah di Kairo
menyerahkan khilafah kepadanya, sehingga Sultan Utsmaniyah Salim I
menjadi khalifah kaum Muslim sejak saat itu. Pemuka-pemuka Mekah datang
ke Kairo dan mengumumkan ketundukan Hijaz kepada Khalifah
Utsmaniyah." Walaupun Sultan Salim memerintah hanya sebentar, ia sangat
berjasa membentangkan daerah kekuasaannya hingga mencapai Afrika Utara.4

D. Kemajuan Kerajaan Turki Utsmani

Rentang sejarah antara tahun 923-1342 H dari sejarah Islam


merupakan masa Utsmaniyah. Hal ini dikarenakan kekuasaan Utsmaniyah
merupakan periode terpanjang dari halaman sejarah Islam. Selama 6 abad,
pemerintah Utsmaniyah telah memainkan peran penting karena sebagai satu-
satunya yang menjaga dan melindungi kaum Muslim. Pemerintahan ini
disebut sebagai pusat Khilafah Islamiyah karena merupakan pemerintah Islam
terkuat.

Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Utsmani yang luas


berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang
kehidupan lain yang penting antara lain adalah sebagai berikut.

1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan

Untuk pertama kalinya, Kerajaan Utamani mulai


mengorganisasi taktik, strategi tempur, dan kekuatan militer dengan
baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghrul sampai Orkhan
adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium

4
Dr. H. Sulasman, Suparman, Sejarah Islam Di Asia Dan Eropa, (Bandung: CV Pustaka Setia,
2013), hlm 184-186

4
merupakan awal didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer,
sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan Jenissari
atau Inkisyariah. Selain itu, kerajaan Utsmani membuat struktur
pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang
dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi gubernur. Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya, terdapat beberapa bupati.
Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, pada masa Sultan
Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang
menjadi pegangan hukum bagi Kerajaan Utsmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, ujung namanya
ditambah gelar Al-Qanuni."

2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Utsmani merupakan hasil perpaduan


berbagai kebudayaan, seperti kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran beretika
dan bertatakrama dalam istana raja-raja. Organisasi birokrasi dan
kemiliteran banyak diserap dari Bizantium, sedangkan prinsip
ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan serta keilmuan dan huruf diambil
dari bangsa Arab. Adapun pada bidang ilmu pengetahuan, Turki
Utsmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih fokus pada
pengembangan kekuatan militer, sehingga dalam khazanah intelektual
Islam, tidak ada ilmuwan yang terkemuka dari Turki Utsmani.
Sekalipun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan
seni arsitektur Islam berupa bangunan masjid yang indah, seperti
Masjid Jami' Sultan Muhammad Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan
Masjid Abi Ayyub Al-Ansyari. Semua masjid ini dihiasi dengan
kaligrafi yang indah. Salah satu masjid yang indah kaligrafinya adalah
Masjid Aya Sopia yang kaligrafinya menutupi gambar-gambar
kristiani sebelumnya.

3. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan


besar dalam lapangan sosial dan politik. Para mufti menjadi pejabat
tertinggi dalam urusan agama yang mempunyai wewenang dalam

5
memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam
masyarakat. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama dan kerajaan
pun sangat terikat dengan syariat, sehingga fatwa ulama menjadi
hukum yang berlaku. Ajaran-ajaran tarekat mengalami perkembangan
dan kemajuan di Turki Utsmani. Pada masa Turki Utsmani, ada dua
tarekat yang dikenal, yaitu tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi.
Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh di kalangan tentara, sedangkan
Tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa.

Adapun kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti tafsir, hadis,


fiqh, dan ilmu kalam boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan
yang berarti. Para penguasa cenderung fanatik pada satu mazhab dan
menyalahkan mazhab lainnya sehingga ijtihad tidak berkembang. Para
ulama ketika itu lebih senang menulis buku dalam bentuk syarah dan
catatan pada karya-karya terdahulu.

4. Bidang Intelektual

Kemajuan bidang intelektual Turki Utsmani tampaknya tidak


lebih menonjol dibandingkan dengan bidang politik dan kemiliteran.
Aspek-aspek intelektual yang dicapai adalah sebagai berikut :

a. Dua surat kabar yang muncul pada masa itu, yaitu berita
harian Takvini Veka dan Jurnal Tasviri Efkyar.
b. Pendidikan, terjadi transformasi pendidikan dengan
mendirikan sekolah-sekolah dasar, menengah, dan perguruan
tinggi, fakultas kedokteran, fakultas hukum, dan mengirimkan
pelajar yang berprestasi ke Prancis.
c. Sejarawan istana, Arifi dengan karyanya Sha-name-1-Al-I
Osman, cerita tentang keluarga raja-raja Utsmani. 5

5. Ekonomi dan Perdagangan

Berdasarkan wilayah kekuasaan Kerajaan Turki Utsmani,


sebelum bangsa Eropa menemukan jalan ke Timur melalui Tanjung

5
Ibid, 189-192

6
Harapan, jalur perdagangan internasional dikuasai pemerintahan Turki
Utsmani. Jalur perdagangan Eropa dan dunia timur harus melewati
kota dagang di Laut Tengah, yang dikuasai Turki Utsmani, misalnya
Iskandariyah. Transaksi perdagangan di kota dagang tersebut pun
mendatangkan pemasukan keuangan bagi Turki Utsmani, yakni
melalui pajak jual beli dan bea-cukai.

Pemasukan keuangan pemerintah Kerajaan Turki Utsmani juga


berasal dan sistem pengelolaan tanah dan hasil pertanian. Jenis tanah
yang terkecil adalah timar. Timar merupakan tanah yang diserahkan
kepada tuan tanah untuk dikelola dan diberdayakan. Selanjutnya, hasil
pemberdayaan tanah itu sebagian diserahkan. pada pemenntah, yang
disebut dengan pajak pertanian.

Ada pula jenis tanah yang lebih luas dari timar, yakni ziamat.
Tanah ziamat merupakan tanah yang pengelolaannya tetap diserahkan
pada tuan tanah, yang telah berjasa kepada pemerintah. Hasil garapan
tanah tersebut sebagiannya diserahkan kepada pemenntah yang
dianggap sebagai pajak pertanian. Jenis tanah ketiga adalah tanah
khash. Tanah khasb ini berada di bawah penguasaan dan pengelolaan
barya,

Pemerintahan Kerajaan Turki Utsmani juga mendorong


kegiatan industri, seperti produksi karpet, keramik, alat-alat rumah
cangga, industri kimia dan sebagainya. Ada pula hasil-hasil produksi
yang diekspor hingga ke luar negeri, terutama Eropa.

6. Sosial Kemasyarakatan

Memiliki wilayah yang luas membuat Kerajaan Turki Utsmani


menjadi salah satu kerajaan dengan masyarakat yang beragam.
Masyarakat pun terdiri dari bermacam-macam bangsa, bahasa, adat
istiadat, budaya dan agama. Bila dimulai dari wilayah Asia, maka
terdapat beberapa bangsa dibawah kekuasaan Turki, antara lain
Bangsa Arab, Kurdi dan sebagian Persia.

7
ementara Afrika Utara yang juga sudah dikuasai Turki Utsmani
terdiri dari Bangsa Mesir dan suku-suku kecil di Afrika Utara. Ada
pula beberapa bangsa lain seperti Bosnia, Serbia, Hongaria dan Ausria.
Untuk itu, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berada dibawah
Kerajaan Turki Utsmani adalah masyarakat majemuk (plural). 6

E. Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani

1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas


Administrasi pemerintahan bagi suatu negara yang sangat luas wilayahnya
sangat rumit dan kompleks, sementara administra pemerintahan Kerajaan
Usmani tidak beres. Di pihak lain, penguasa sangat berambisi menguasai
wilayah yang sangat luas, sehingga mereka terlibat perang terus-menerus
dengan berbagai bangsa.

2. Heteroginitas penduduk
Sebagai kerajaan besar, Turki Usmani menguasai wilayah yang sangat
luas, mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz, da Yaman di
Asia. Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika. Bulgaria, Yunani
Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa Wilayah yang luas
itu didiami oleh penduduk yang beragam, baik dari segi agama, ras, etnis,
maupun adat istiadat. Untuk mengatur penduduk yang beragam dan
tersebar di wilayah yang luas itu, diperlukan suatu organisasi
pemerintahan yang teratur.

3. Kelemahan para penguasa


Sepeninggal Sulaiman Al-Qanuni, Kerajaan Usmani diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian terutama dalam
kepemimpinannya. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan
itu tidak pernah dapat diatasi secara sempuma bahkan semakin lama
menjadi parah.

4. Budaya korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi dalam Kerajaan
Usmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang harus "dibayar"

6
Prof. Dr. Maidir Harun Dt. Sinaro, Dra. Sismarni, Islam Di Kawasan Turki & Asia Tengah,
(Padang: Imam Bonjol Press, 2017}, hlm 49-50

8
dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang
membuat pemerintah semakin rapuh.

5. Pemberontakan tentara Yenisseri


Kemajuan ekspansi Kerajaan Usmani banyak ditentukan oleh kuatnya
tentara Yenisseri. Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau
tentara ini memberontak. Pemberontaka tentara Yenisseri terjadi sebanyak
empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.

6. Merosotnya perekonomian
Akibat perang yang tidak pernah berhenti, perekonomian negara merosot.
Pendapatan berkurang, sementara belanja negara sangat besar, termasuk
untuk biaya perang.

7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi


Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan
teknologi, karena hanya mengutamakan pengembangan kekuatan militer.
Kemajuan militer yang tidak diimbangi oleh kemajuan ilmu dan teknologi
menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh
dari Eropa yang lebih maju.

Karena faktor-faktor tersebut, Turki Utsmani menjadi lemah dan


kemudian mengalami kemunduran dalam berbagai bidang. Pada periode
selanjutnya di masa modern, kelemahan Kerajaan Utsmani ini
menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki
daerah-daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Utsmani, terutama di Timur Tengah dan Afrika Utara.7

7
Dr. Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2009), hlm 207-209

9
F. PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dinasti Usmani di Turki merupakan kerajaan Islam yang berkuasa


cukup lama hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan
besar. Kerajaan Usmani didirikan oleh Usman I putra Ertoghul bangsa Turki
dari kabilah Oghus yang mula-mula mendiami daerah Mongol dan daerah
utara Cina.

Dinasti Turki Usmani mengalami kemajuan dalam berbagai bidang,


terutama dalam ekspansi atau perluasan agama Islam. Sebagai bangsa yang
terkenal dengan militer yang kuat, wilayah kekuasaannya meliputi tiga benua,
yaitu Asia, Afrika, dan Eropa.

Peradaban Islam di Turki Usmani mengalami kemajuan antara lain di


bidang kemiliteran dan pemerintahan, di mana militer dan pemerintahan Turki
sangat kuat. Dalam segi budaya, sastra, dan arsitek bangunan sangat berhasil.
Dalam bidang keagamaan, suasana keagamaan Islam juga cukup berhasil
dengan baik. Adapun dalam bidang ilmu pengetahuan, Turki Usmani tidak
mengalami kemajuan yang berarti.

Turki Usmani yang pernah berjaya sebagai kekhalifahan terakhir


dalam dunia Islam, akhirnya mengalami masa kemunduran karena beberapa
faktor yang melatarbelakanginya. Walaupun demikian, kebesaran yang pernah
dialami oleh Dinasti Turki Usmani telah membawa pengaruh yang sangat
besar dalam dunia peradaban khususnya dunia peradaban Islam.

2. SARAN

10
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber. Saran dalam makalah ini adalah untuk
menambah wawasan bagi pembaca tentang Peradaban Islam Pada Periode
Pertengahan Masa Kerajaan Turki Utsmani.

Demikianlah makalah berjudul Peradaban Islam Pada Periode


Pertengahan Masa Kerajaan Turki Utsmani, ini kami buat berdasarkan
sumber-sumber yang ada. Sehingga perlulah bagi kami dari para kelompok
untuk memberikan saran yang membantu supaya makalah ini mendekati lebih
baik. Atas perhatian teman-teman semuanya, kami ucapkan terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yatim 1998. Sejarah peradaban islam. Cetakan 7. Jakarta: raja grafindo .


Syafiq a. Mugni. 1997. Sejarah kebudayaan islam di turki. Jakarta: logos wacana
ilmu.
Ira m. Lapidus. 2000. Sejarah sosial umat islam. Jakarta: raja grafindo persada.
Harun maidir, sismarni 2017. Islam di kawasan turki & asia tengah. Padang: imam
bonjol press

12

Anda mungkin juga menyukai