Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Dosen Pengampu : Masfa Malan, S. HI, M. SI

Sejarah Peradaban Islam pada masa Turki Usmani

Oleh
M Sutan Rajab Hasibuan
Ilham Arsid

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TERNATE
TAHUN 2022

Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Daulah Turki Usmani, Daulah inilah satu-satunya di antara sekian banyak Daulah yang ada
dalam Islam yang berhasil menaklukkan Konstantinopel walaupun sudah banyak Daulah
yang berusaha menaklukkannya sebelumnya. Memang setiap Daulah Islam mempunyai
peranan yang berbeda-beda dalam sumbangan yang mereka berikan kepada dunia Islam, Jika
Daulah Umayyah Siria berhasil memberikan wilayah territorial yang sangat luas kepada
dunia Islam, mulai dari Persia, Indus di bangian timur sampai ke Afrika, Eropa Barat di
bagian barat sehingga mereka disebut negara Adi Kuasa ketika itu. Maka Daulah Abbaisyah
di Baghdad, Daulah Umayyah II di Cordova, Daulah Fatimiyah dan Daulah Mamalik di
Mesir mereka berlomba untuk memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban sehingga mereka
berhasil memberikan sumbangan kepada dunia Islam dalam bidang kemajuan ilmu
pengetahuan dan peradaban. Selanjutnya Turki Usmani kembali menyumbangkan wilayah
yang cukup luas bagi dunia Islam, mereka berhasil melakukan ekspansi Islam ke Eropa
Timur. Bahkan mereka adalah satu-satunya yang berhasil menaklukkan Konstantinopel yang
menjadi ibu kota Kerajaan Romawi itu oleh Sultan Muhammad Al-Fatih (Sang Penakluk)
pada tahun 1453 M. Maka dengan dikuasainya Konstantinopel itu pintu ekspansi ke Eropa
semakin menjadi sukses dan terbuka. Puncak kejayaan Turki Usmani dalam memperluas
wilayah ekspansi adalah di tangan Sultan Sulaiman I (1520-1566) yang terkenal dengan
sebutan Sulaiman Agung dan Sulaiman Al-Qanun. Di bawah pemerintahannya wilayah
kekuasaan Turki Usmani meliputi; Afrika Utara, Mesir, HIjaz,Irak, Armenia, Asia Kecil,
Balkan, Yunani, Bosnia, Bulgaria, Hongaria, Rumania sampai ke batas sungai Danube;
dengan tiga lautan, yaitu Laut Merah, Laut Tengah dan Laut Hitam. Itulah gambaran luasnya
wilayah kekuasaan Turki Usmani yang dimulai dari Asia, Afrika sampai ke Eropa Timur
berbatasan dengan tiga lautan yang telah mereka sumbangkan ke dunia Islam, sehingga Turki
Usmani adalah Daulah yang paling besar dan yang paling lama berdiri dibanding Daulah-
Daulah Islam lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. asal-usul dinasti Turki Usmani?
2. perkembangan dinasti Turki Usmani?
3.Apa saja kemajuan yang dicapai dinasti Turki Usmani?
4.Apa faktor kemunduran dan runtuhnya dinasti Turki Usmani?
5.Bagaimana keadaan turki pasca kekhalifahan Turki Usmani?
C. Tujuan Masalah
1.Untuk mengetahui asal-usul dinasti Turki Usmani
2.Untuk mengetahui perkembangan dinasti Turki Usmani
3.Untuk mengetahui kemajuan yang dicapai dinasti Turki Usmani
4.Untuk mengetahui faktor kemunduran dan runtuhnya dinasti Turki Usmani
5.Untuk mengetahui keadaan turki pasca kekhalifahan Turki Usmani

Bab II
Pembahasan
A. ASAL-USUL DINASTI TURKI USMANI
Nama kerajaan Usmaniyah itu diambil dari dan dibangsakan kepada nenek moyang
mereka yang pertama, Sultan Usmani Ibnu Sauji Ibnu Arthogol Ibnu Sulaimansyah Ibn Kia
Alp, kepala kabilah-kabilah di Asia tengah. Awal mula berdirinya Dinasti ini banyak tertulis
dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300 M. Dinasti ini berasal dari suku Qoyigh
Oghus, yang mendiami daerah Mongol dan daerah Utara negeri Cina kurang lebih tiga abad.
Kemudian mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka masuk Islam pada abad ke-
9/10 ketika menetap di Asia Tengah. Pada abad ke-13 M, mereka mendapat serangan dan
tekanan dari Mongol, akhirnya mereka melarikan diri ke Barat dan mencari perlindungan di
antara saudara-saudaranya yaitu orang-orang Turki Seljuk, di dataran tinggi Asia Kecil. Di
bawah pimpinan Orthogul, mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang
berperang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan.
Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan
Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dan memilih kota Syukud
sebagai ibukota. Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289, kepemimpinan dilanjutkan oleh
puteranya, Usman. Putera Ertoghrul inilah yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Usmani.
Usman memerintah antara tahun 1290-1326 M. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol kembali
menyerang Kerajaan Seljuk, dan dalam pertempuran tersebut Sultan Alaudin terbunuh.
Setelah wafatnya Sultan Alaudin, Usman memproklamasikan kemerdekaannya dan berkuasa
penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering
disebut Usman I. Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja
besar keluarga Usman) tahun 1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan diperluas.
Dipilihnya negeri Iskisyihar menjadi pusat kerajaan. Usman mengirim surat kepada raja-raja
kecil guna memberitahukan bahwa sekarang dia raja yang besar dan dia menawar agar raja-
raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni; Islam, membayar Jizyah dan
perang. Setelah menerima surat itu, separuh ada yang masuk Islam dan ada juga yang mau
membayar Jizyah. Mereka yang tidak mau menerima tawaran Usman merasa terganggu
sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Tartar, akan tetapi Usman tidak merasa
takut menghadapinya. Usman menyiapkan tentaranya dalam menghadapi bangsa Tartar,
sehingga mereka dapat ditaklukkan. Usman mempertahankan kekuasaan nenek moyang
dengan setia dan gagah perkasa sehingga kekuasaan tetap tegak dan kokoh sehingga
kemudian dilanjutkan dengan putera dan saudara-saudaranya yang gagah berani meneruskan
perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek moyangnya.

B. PERKEMBANGAN DINASTI TURKI USMANI


Setelah Usman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al-Usman (raja besar keluarga
Usman), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluasnya. Ia menyerang daerah
perbatasan Byzantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian pada tahun
1326 M dijadikan sebagai ibu kota kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (1326-1359
M), kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (1327 M), Thawasyanli (1330M),
Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M) dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah itulah yang
pertama kali diduduki kerajaan Usmani, ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (1359-
1389 M). Selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke
benua Eropa. Ia dapat menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan
yang baru. Merasa cemas terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat
perang. Sejumlah besar pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki
Usmani, namun Sultan Bayazid I (1389-1403 M), dapat menghancurkan pasukan sekutu
Kristen Eropa tersebut. Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena adanya tekanan dan
serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi antara tahun
1402 M dan pasukan Turki mengalami kekalahan. Bayazid I dan putranya ditawan kemudian
meninggal pada tahun 1403 M. Kekalahan tersebut membawa dampak yang buruk bagi
kerajaan Usmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil yang melepaskan
diri. Begitu pula dengan Bulgaria dan Serbia, tetapi hal itu dapat diatasi oleh Sultan
Muhammad I (1403-1421 M). Usaha beliau yang pertama yaitu meletakkan dasar-dasar
keamanan dan perbaikan-perbaikan dalam negeri. Usaha beliau kemudian diteruskan oleh
Sultan Murad II (1421-1451). Turki Usmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan
Muhammad II (1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatih. Beliau mengalahkan Bizantium dan
menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 M yang merupakan kekuatan terakhir
Imperium Romawi Timur. Pada masa Sultan Salim I (1512-1520 M), ekspansi dialihkan ke
timur, Persia, Syiria dan Mesir berhasil ditaklukkannya. Ekspansi tersebut dilanjutkan oleh
putranya Sulaiman I (1520-1526 M) dan berhasil menaklukkam Irak, Belgaro, kepulauan
Rhodes, Tunis dan Yaman. Masa beliau merupakan puncak keemasan dari kerajaan Turki
Usmani, karena dibawah pemerintahannya berhasil menyatukan wilayah yang meliputi
Afrika Utara, Mesir, Hijaz, Irak, Armenia, Asia Kecil, Krimea, Balkan, Yunani, Bulgaria,
Bosnia, Hongaria, Rumania sampai batas sungai Danube dengan tiga lautan, yaitu laut
Merah, laut Tengah dan laut Hitam. Usmani yang berhasil menaklukkan Mesir tetap
melestarikan beberapa system kemasyarakatan yang ada sekalipun dengan beberapa
modifikasi.Usmani menyusun kembali sistem pemerintahan yang memusat dan mengangkat
beberapa Gubernur militer dan pejabat-pejabat keuangan untuk mengamankan pengumpulan
pajak dan penyetoran surplus pendapatan ke Istambul. Peranan utama pemerintahan Usmani
adalah menentramkan negeri ini, melindungi pertanian, irigasi dan perdagangan sehingga
mengamankan arus perputaran pendapatan pajak. Dalam rentangan abad pertama dan abad
pertengahan dari periode pemerintahan Usmani, sistem irigasi di Mesir diperbaiki, kegiatan
pertanian meningkat dengan pesat dan kegiatan perdagangan dikembangkan melalui
pembukaan kembali beberapa jalur perdagangan antara India dan Mesir. Demikianlah
perkembangan dalam kerajaan Turki Usmani yang selalu berganti penguasa dalam
mempertahankan kerajaannya. Diantara mereka (para penguasa) memimpin dengan tegasnya
atas peninggalan dari nenek moyang agar jangan sampai jatuh ke tangan negeri/penguasa lain
selain Turki Usmani. Hal ini terbukti dengan adanya para pemimpin yang saling melengkapi
dalam memimpin perjuangannya menuju kejayaan dengan meraih semua yang membawa
kemajuan dalam kehidupan masyarakat.

C. Masa Kejayaan Pemerintahan Turki Usmani


Masa puncak kejayaan Turki Usmani ada pada tiga orang Sultan, yaitu Sultan
Muhammad II (1451-1484 M) bergelar “Al-Fatih” Sang Penakluk”. Dia dapat mengalahkan
Bizantium dan menaklukkan Kontantinopel yang sudah direncanakan dulu oleh Sultan
Bayazid. Anaknya Sultan Salim I (1512-1520 M) dan Sultan Sulaiman I Al-Qanun (1520-
1566 M).
 Muhammad II (1451-1484 M)
Kekuasaan Daulah Usmani yang sedemikian luas di Asia Kecil dan Eropa Timur tidak dapat
kokoh sebelum Konstantinopel ditaklukkan. Oleh sebab itu menaklukkan Konstatinopel suatu
keniscayaan yang tidak dapat di tawar-tawar, karena urusan hidup matinya Daulah Turki
Usmani terletak pada keberhasilan mereka menaklukkan Konstatinopel. Oleh sebab itu
semangat untuk menaklukkan Konstatinopel dikobarkan terus secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi berikutnya, karena mereka tengingat akan takbir yang diucapkan Nabi
Muhammad Saw. Ketika cahaya memancar dari linggisnya ketika kena batu sewaktu
menggali parit dalam perang khandak. Hal itu menjadi satu keyakinan yang kuat bagi mereka
bahwa Konstatinopel pada suatu ketika kelak pasti akan dapat ditaklukkan. Maka,
berdasarkan keyakinan tersebut, menaklukkan Konstatinopel bukan saja menyangkut urusan
negara tetapi juga menyangkut jihat yang kelak akan mendapat bantuan dari Allah Swt, dan
mereka pun rela mati untuk perang tersebut. Usaha menaklukkan Konstantinopel sudah
dimulai Sejak Muawiyah I berkuasa. Dia mengerahkan angkatan laut di bawah pimpinan
puteranya Yazid merebut kota itu (668-669) tetapi usahanya gagal karena pertahanan kota
yang kokoh dan mereka dari pihak musuh sudah menggunakan meriam Yunani. Taktik yang
dilakukan Muhammad II dalam menaklukkan Konstantinopel berbeda dengan yang dilakukan
Sultan-sultan sebelumnya. Jauh hari sebelum melakukan penaklukkan, Sultan Muhammad II
terlebih dahulu membangun sebuah benteng yang tinggi yang diberi nama Runli Hisar.
Benteng ini berada di seberang selat Borporus, dekat konstatinopel. Kaisar Yunani
mengirimkan utusan untuk menyampaikan protes kepada Sultan Muhammad II. Tetapi Sultan
Muhammad II mengancam Kaisar dengan hukuman mati, sehingga Kaisar Yunani tidak
berhasil menghentikan pembangunan benteng tersebut. Fungsi benteng ini adalah sebagai
tempat mengumpulkan persediaan perang untuk menyerang Konstatinopel. Pembangunan
benteng tersebut memakan waktu selama tiga bulan. Nilai strategis dari pembangunan
benteng itu sangat tinggi sebab dengan di bangunnya benteng tersebut, Konstatinopel tidak
mungkin lagi mendapat bantuan, baik peralatan perang, persediaan senjata, maupun bahan
logistik lainnya dari Laut Hitam. Pembangunan benteng itu sudah diperhitungkan secara
matang dan terencana karena pengepungan Konstatinopel akan menyedot tenaga yang besar,
rencana yang matang, persenjataan yang lengkap dan tidak boleh gegabah. Untuk itu sebelum
penyerangan dilakukan, Sultan bersama-sama dengan para pengiringnya mengelilingi parit
pertahanan Konstatinopel untuk menganalisa segi kekuatan dan segi kelemahan lawan untuk
mencarikan cara yang tepat mengatasinya. Pada sisi lain, Kaisar untuk kedua kalinya
berusaha untuk membujuk Sultan agar dapat mengurungkan niatnya menyerang
Konstantinopel, tetapi Sultan menjawab; “Kalau kaisar tidak suka berperang lebih baik
menyerahkan Konstatinopel saja”. Jika Kaisar mau menyerahkan Konstatinopel, maka Sultan
akan menjamin keselamatannya, akan tetapi tawaran tersebut tidak dapat diterima Kaisar.
Kemudian Kaisar mencari jalan lain yaitu berusaha untuk meminta bantuan kepada kerajaan-
kerajaan Kristen di Eropa dan permintaan yang sama juga disampaikan kepada Paus di Roma
Itali agar dapat membantu Kaisar menyerang Sultan, akan tetapi bantuan yang diharapkan
tersebut tidak kunjung datang. Adapun yang menjadi penyebab tidak datangnya bantuan
kepada Kaisar karena sebagian dari kerajaan-kerajaan Eropa itu sudah terlanjur
menandatangani perjanjian dengan Sultan agar tidak saling menyerang. Sementara dari Roma
tidak datang bantuan karena terdapat masalah mendasar mengenai paham keagamaan antara
Roma Katolik di bawah pimpinan Paus yang berpusat di Roma dengan paham Ortodok yang
berpusat di Konstatinopel sendiri yang mengakibatkan tidak akan mungkin lagi menyatukan
kedua Gereja tersebut. Hal inilah yang membuat Paus di Roma tidak merasa terpanggil
membantu Konstatinopel. Sultan Muhammad II melakukan penyerangan ke Konstatinopel
melalui Selat Borporus, sementara Selat itu dipagari dengan ranta-rantai dan ranjau oleh
pihak Kaisar, sehingga tidak bisa dilalui oleh kapal-kapal. Oleh karena itu, Sultan
memerintahkan pemindahan kapal-kapal melalui daratan. Langkah yang ditempuh Sultan
nampaknya sebagai taktik yang bersifat terror mental karena setelah siang hari penduduk
Konstantinopel dapat melihat musuh dari atas bentengnya bahwa ranjau mereka dapat di
lewati tentara Islam. Akhirnya pada tanggal 29 Mei 1453 M, di Subuh hari penyerbuan
terakhir di lakukan, meriam berhasil membobol dinding tembok sehingga mereka dapat
masuk menyerbu ke dalam, maka Kaisar terbunuh, konstatinopel jatuh, tentara Islam menang
menaklukkan Konstatinopel tersebut. Dengan jatuhnya Konstantinopel sebagai benteng
pertahanan terkuat kerajaan Bizantium, maka akan lebih mudahlah arus ekspansi Daulah
Turki Usmani ke Benua Eropa. Maka berakhirlah penyerbuan yang sangat dramatis dan
mendebarkan tersebut sehingga Sultan Muhammad II berhak mendapat gelar “al-Fatih”
artinya Sang Penakluk. Adapun yang menjadi faktor keberhasilan Sultan Muhammad II
menaklukkan Konstatinopel ditentukan oleh perencanaan yang matang, strategis yang jitu,
penuh perhitungan dan yang tidak kalah pentingnya karena dia membangun benteng
pertahanan didekatnya sebagai tempat penyimpanan perbekalan, persenjataan dengan cara itu
tidak akan terjadi kelangkaan peralatan dan perbekalan. Kemudian secara eksternal Kaisar
Romawi tidak mendapat dukungan lagi dari raja-raja Eropa dan Paus yang berkedudukan di
Roma dalam melawan Sultan Muhammad Al-Fatih, sehingga faktor ini menjadi kunci
keberhasilan Sultan Muhammad II melawan kaisar. Tindakan strategis yang dilakukan Sultan
Muhammad II setelah menaklukkan Konstantinopel adalah memindahkan pusat pemerintahan
atau ibu kota Daulah Turki Usmani dari Adrianopel ke konstinopel setelah mengadakan
perbaikan- perbaikan yang rusak akibat perang. Perpindahan pusat kekuasaan kali ini
merupakan yang ketiga kali dalam sejarah Daulah Turki Usmani. Masa Sultan Usman I
berada di Asia Kecil pindah ke Broessa pada masa Sultan Orkhan, kemudian pindah ke
Adrianopel pada masa Sultan Murad I dan sekarang pindah ke Konstantinopel pada masa
Muhammad Al-Fatih ini, kota ini letaknya strategis dan kelak berganti nama dengan
Istambul. Dari pusat kekuasaan Turki Usmani ini, Sultan Muhammad II mengatur rencana
besarnya menaklukkan Eropa. Maka pada tahun 1458-1460 M dia menaklukkan kerajaan
Serbia, Bosnia dan Morea untuk kedua kalinya dan kali ini mereka diwajibkan Sultan
membayar upeti kepada Daulah Turki Usmani. Jika selama ini perhatian Sultan-Sultan hanya
tertuju pada bidang keamanan dan ekspansi wilayah saja, maka pada masa Muhammad II ini
mulai ada perhatian pada bidang lain, yaitu Gereja Aya Sofia dimodifikasi dan disulap
menjadi Masjid. Kemudian sebuah Masjid baru yang lain dibangunnya pula, namanya
“Masjid Jami’ Muhammad Al-Fatih” atas bantuan seorang arsitektur Yunani yang bernama
Christodulos. Dia juga membangun sekolah-sekolah, pemandian, dapur umum, rumah sakit
dan panti-panti sosial. Selain itu, dia juga membangun sebuah masjid di dekat makam Abu
Ayyub Al- Anshori yang tewas dalam penyerangan pertama ke Konstantinopel pada tahun
678 M. Akhinya, dalam usia 51 tahun Muhammad Al-Fatih pun meninggal dunia dan dia
dimakamkan di dekat masjid megah yang dibangunnya di Konstantinopel atau Istambul, dia
digantikan oleh anaknya Sultan Salim I (1512-1520 M).
 Sultan Salim I (1512-1520 M)
Periode Sultan Sultan Salim I ini adalah periode peralihan dari kesultanan ke kekhalifahan.
Selain itu, dia pun mengalihkan perhatian ekspansinya dari dunia Barat ke dunia Timur
dengan menaklukkan Persia, Syria dan Daulah Mamalik di Mesir. Di Mesir, ketika
menaklukkan Daulah Mamalik Sultan Salim I meminta kepada khalifah Abbasiyah agar
menyerahkan kekhalifahan kepadanya. Sebenarnya dia sebagai Sultan Turki Usmani tidak
perlu meminta kekhalifahan itu kepada khalifah Abbasiyah, karena sebelum itu, Daulah
Fatimiyah pun di Mesir sudah memakai gelar khalifah, demikian juga Daulah Umayyah, di
Spanyol Abdurrahman An-Nasir juga sudah memakai gelar Khalifah, sekarang ditambah
Daulah Turki Usmani memakai gelar khalifah. Kalau para pendahulunya lebih memusatkan
perhatian mereka melakukan ekspansi ke Benua Eropa, maka pada masanya perhatian lebih
diarahkan ke dunia Timur. Persia mulai diserangnya dan dalam peperangan tersebut Syah
Ismail dari Daulah Safawiyah dipukul mundur dalam pertempuran yang terjadi di lembah
Chaldiran terletak di antara danau Urmia dan Tabriz, tanggal 23 Agustus 1514 M. Serangan
dilanjutkannya ke Syria, Aleppo dan berhasil direbutnya, dari sini Sultan Salim melanjutkan
penyerangan ke Mesir di bawah kekuasaan Daulah Mamalik dan dapat dikalahkannya,
kemudian Cairo jatuh pada tahun 21 Januari 1517 M dan Sultan Salim mengumumkan bahwa
dirinya sebagai khalifah. Akhirnya karena penyakit yang dideritanya dia wafat pada tanggal 2
September 1520 dalam suatu perjalanan pulang dari Istambul menuju Adrianopel, dia
digantikan oleh puteranya Sulaiman.
 Sultan Sulaiman I AlQanun (1520-1566 M)
Sulaiman yang menggantikan ayahnya baerhasil membawa Daulah Turki Usmani ini ke
puncak klimaks perkembangannya. Dia mengarahkan ekspansinya bukan hanya ke dunia
Barat tetapi juga ke dunia Timur sekaligus dan seluruh wilayah yang berada di sekitar Turki
Usmani menggoda hatinya untuk dibersihkan. Sulaiman berhasil menundukkan Irak,
Belgrado,pulau Rodhes, Tunis, Syria, Hijaz dan Yaman pada tahun 1529 M. Dengan
demikian, pada masanya luas wilayah kekuasaan Turki Usmani mencapai klimaksnya, hal itu
mencakup dari Asia Kecil, Irak, Armenia, Syria, Hijaz dan Yaman di Asia; Mesir, Libia,
Tunis dan Aljazair di Afrika, dan Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria dan
Rumania di Eropa. Memang kemajuan Turki Usmani di bidang militer sangat luar biasa,
tidak tertandingi oleh Daulah manapun, bukan itu saja diikuti pula kemajuan di bidang yang
lain.

D. KEMAJUAN-KEMAJUAN TURKI USMANI


Akibat kegigihan dan ketangguhan yang dimiliki oleh para pemimpin dalam
mempertahankan Turki Usmani membawa dampak yang baik sehingga kemajuan-kemajuan
dalam perkembangan wilayah Turki Usmani dapat diraihnya dengan cepat. Dengan cara atau
taktik yang dimainkan oleh beberapa penguasa Turki seperti Sultan Muhammad yang
mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negerinya
yang kemudian diteruskan oleh Murad II (1421-1451M) sehingga Turki Usmani mencapai
puncak kejayaan pada masa Muhammad II (1451- 1484 M). Usaha ini ditindak lanjuti oleh
raja-raja berikutnya, sehingga dikembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qonuni. Ia tidak
mengarahkan ekspansinya kesalah satu arah Timur dan Barat, tetapi seluruh wilayah yang
berada disekitar Turki Usmani itu, sehingga Sulaiman berhasil menguasai wilayah Asia
Kecil. Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Usmani yang luas berlangsung dengan
cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang kehidupan lain yang penting,
di antaranya:
1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Untuk pertama kalinya Kerajaan Usmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan
kekuatan militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan
adalah masa pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal
didirikannya pusat pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan Militer
yang disebut dengan Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Usmani membuat struktur
pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana
Menteri yang membawahi gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingkat I, dan di bawahnya
terdapat beberapa Bupati. Untuk mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan
Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama Multaqa Al-Abhur, yang menjadi pegangan
hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya
ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan di
antaranya adalah kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia mereka
banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium, dan ajaran tentang
prinsip- prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari Arab.
Dalam bidang Ilmu Pengetahuan di Turki Usmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih
memfokuskan pada kegiatan militernya, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada
Ilmuan yang terkemuka dari Turki Usmani.
3. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan
politik. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Oleh karena itu, ajaran-
ajaran tharikat berkembang dan juga mengalami kemajuan di Turki Usmani. Para Mufti
menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama dan beliau mempunyai wewenang dalam
memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam masyarakat.
Kemajuan-kemajuan yang diperoleh kerajaan Turki Usmani tersebut tidak terlepas daripada
kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, antara lain:
a. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
b. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar
c. Mereka menghuni tempat yang sangat strategis, yaitu Constantinopel yang
berada pada tititk temu antara Asia dan Eropa.
Disamping itu, keberanian, ketangguhan dan kepandaian taktik yang dilakukan oleh para
penguasa Turki Usmani sangatlah baik, serta terjalinnya hubungan yang baik dengan rakyat
kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan dan mempertahankan kerajaan
Turki Usmani.

E. Kemunduran dan runtuhnya Turki Usmani


Kemunduran Turki Usmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini
disebabkan karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal
diantaranya perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman
sebagian besar orang yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga
karena melemahnya semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan
dalam mengahadapi beberapa peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan system
pemerintahan tidak berjalan dengan semestinya. Selain faktor di atas, dalam bukunya Syafiq
A. Mughani melihat tiga hal kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi
dan kekuatan militer Turki Usmani, kehancuran perekonomian kerajaan dan munculnya
kekuatan baru di daratan Eropa serta serangan balik terhadap Turki Usmani.
1. Kelemahan para Sultan dan sistem birokrasi
Ketergantungan sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam
mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang terhadap
kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat peluang bagi
degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi benturan kepentingan di kalangan
elit politik maka dengan mudah mereka berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah
perjuangan politik yang tidak berarti. Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan
janji kemakmuran, Sultan dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana
dibanding urusan pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang
mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk mengendalikan
roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit, pertukaran penjagaan wilayah
perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan inpantri serta meluasnya beberapa
pemberontakan oleh korp Jarrisari untuk menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak
berdayaan sultan dan kelemahan sistem birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki
Usmani.
2. Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada
struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal sebagai
dampak pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional. Kemampuan kerajaan untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa Eropa telah
mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan mereka sendiri.
Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan perubahan penting di
bidang ekonomi. Esentralisasi kekuasaan dan munculnya pengaruh pejabat daerah
memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi tradisional kerajaan Turki Usmani.
3. Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang
mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani38 Konfrontasi langsung pada dengan
kekuatan Eropa berawal pada abad ke XVI, ketika masing-masing kekuatan ekonomi
berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk membenahi Negara
dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi dan tekhnologi dan
mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
ada juga factor lain yang menyebabkan kerajaan Usmani mengalami kemunduran, di
antaranya adalah :
1. Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada kerajaan Usmani, menyebabkan
pemerintahan merasa kesulitan dalam melakukan administrasi pemerintahan, terutama pasca
pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi pemerintahan kerajaan Usmani tidak
beres. Tampaknya penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, tanpa mengabaikan
penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat
mudah direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
2. Heterogenitas Penduduk
Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi dari berbagai kerajaan, mencakup
Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria dan negara lain, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas
penduduk. Dari banyaknya dan beragamnya penduduk, maka jelaslah administrasi yang
dibutuhkan juga harus memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Akan tetapi
kerajaan Usmani pasca Sulaiman tidak memiliki administrasi pemerintahan yang bagus
ditambah lagi dengan pemimpin-pemimpin yang berkuasa sangat lemah dan mempunyai
perangai yang buruk.
3. Kelemahan para Penguasa
Setelah Sultan Sulaiman wafat, maka terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa
tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang lemah akibatnya pemerintahan
menjadi kacau dan susah teratasi.
4. Budaya Pungli
Budaya ini telah meraja lela yang mengakibatkan dekadensi moral terutama di kalangan
pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan).
5. Pemberontakan Tentara Jenissari
Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727
M dan 1826 M. Pada masa belakangan pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi
dan prestasi, keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang
mengakibatkan adanya pemberontakan-pemberontakan.
6. Merosotnya Ekonomi
Akibat peperangan yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak,
sementara belanja negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun
merosot.
7. Terjadinya Stagnasi dalam Lapangan Ilmu dan Teknologi
Ilmu dan Teknologi selalu berjalan beriringan sehingga keduanya sangat dibutuhkan dalam
kehidupan. Kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembagan Ilmu dan Teknologi ini
karena hanya mengutamakan pengembangan militernya. Kemajuan militer yang tidak
diimbangi dengan kemajuan ilmu dan teknologi menyebabkan kerajaan Usmani tidak
sanggup menghadapi persenjataan musuh dari Eropa yang lebih maju.
Perang dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani, pada bulan
Desember 1914 M, Turki Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di pihak
Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap kekuatan Rusia
serta keinginan keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki Usmani menjadi alasan
keterlibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun 1918 M, aliansi bangsa-bansa Eropa
mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan Austria. Memasuki tahun 1920 M,
kerajaanTurki Usmani kehilangan keseluruhan propinsi yang ada di semenanjung Baalka,
Mesir menjadi kemudian Negara protektorat Inggris dan bebas secara total dari kekuasaan
kerajaan Turki Usmani.

F. Keadaan Turki Sejak Dihapuskannya Kekhalifahan Hingga Kini


Musthafa Kemal Atturk adalah pemimpin Turki sejak dihapuskannya Kekhalifahan.
Dahulunya adalah seorang perwira dalam pasukan Utsmaniyah. Sosok tersebut dilahirkan di
Thessaloniki yang merupakan kantong Yahudi Dunamah terbesar di negara Utsmani. Oleh
karena itulah banyak sejarawan yang menegaskan bahwa ia keturunan Yahudi Danamah.
Apalagi hika dilihat dari segala kelakuan bejatnya dan sikap anti Islamnya yang keterlaluan.
Lalu ia bergabung kedalam Organisasi Turki Muda. Namanya mulai bersinar pada tahun
1334 H/ 1915 M ketika berhasil mengusir serangan sekutu di Dardanil. Pada tahun 1338 H/
1919 M dia mendirikan partai nasionalis Turki yang mengganti kedudukan Organisasi
Persatuan dan Pembangunan. Pada tahun 1342 H/ 1923 M khilafah Islamiyah dihapus, lalu
Turki berganti menjadi Republik sekuler. Musthafa Kemal menjadi presiden dengan model
kepemimpinan diktator. Musthafa Kemal juga salah satu tokoh Ittihat ve Terakki Cemiyeti
dan pernah menjadi jenderal bagi tentara Utsmani di negeri Syam. Ia selalu melarikan diri
sewaktu menghadapi sekutu, sampai-sampai ada yang mengatakan bahwa pada perang Dunia
I ia kabur dari negeri Syam terus sampai negeri Anatolia. Syaikhul Islam Musthafa Sabri
berkata dalam buku al-Asrar al-Khafiyyah Wara’ah Ilgha’ al-Khilafah al-Utsmaniyah, “
Mustafa Kemal telah memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok Yahudi (Dunamah).
Bahkan ia salah seorang dari mereka, sebagaimana dikuatkan bahwa anggota lembaga
Ittihadiyah dan Kamaliyah (pengikut Musthafa Kemal). Mereka semua mengikuti upacara
ritual Freemasonry. Sejak kekuasaan dipegang oleh Mustafa Kemal, Turki telah jauh secara
total dari Islam. Dia menghapus Khilafah Islamiyah terakhir di Turki, dan memutuskan
semua hubungan dengan Islam dan negara-negara Islam. Dia mengganti undang-undang
Utsmani dengan undang-undang Modern (Swissi), lalu mendorong Turki ke arah sekularisme
(paham yang memisahkan agama dari dunia). Semua itu kemudian diikuti dalam seluruh
fenomena kehidupan di Turki. Maka, patut dicatat disini bahwa diantara orientasi utama
Turki saat ini adalah orientasinya kepada barat, dan berkurangnya hubungan mereka dengan
dunia Timur Islam. Berawal dari pemikiran-pemikiran Musthafa Kemal melakukan
perubahan kebudayaan di Timur. Kebudayaan Turki sarat akan budaya Islam akibat dari
kesultanan Turki dihapuskan oleh Musthafa Kemal. Melalui pemikirannya, ia membawa
perubahan yang signifikan dalam terbentuknya negara republik Turki. Kebudayaaan sendiri
mempunyai arti keseluruhan sistem gagasan yang dijadikan milik dari manusia dengan
belajar. Diantara peraturan-peraturan yang diterapkan Musthafa Kemal antara lain:
I. Pelanggaran pemakaian Fez atau penutup kepala dan pakaian yang berkaitan dengan
agama.
II. Pelanggaran pemakaian jiilbab bagi wanita di Turki.
III. Penggantian sistem penanggalan dari penanggalan Hijriyah ke penanggalan Qamariyah.
Musthafa Kemal juga merubah sistem hukum di Turki sesuai dengan isi pemikirannya,
diantaranya adalah:
1. Pengadopsian hukum perdata Swiss yang sebelumnya di Turki menerapkan hukum perdata
yang menggunakan konsep Syari’ah.
2. Penghapusan jabatan khilafah.
3. hukum khilafah dengan hukum sekuler.
Pada tahun 1925 M. Bangunan Aya Sophia diubah menjadi museum oleh Musthafa
Kemal. Ayat-ayat Al-Qur’an didalam bangunan dihapuskan dan digantikan dengan gambar-
gambar lama. Musthafa Kemal juga mengubah status Aya Sophia yang sebelumnya
merupakan sebuah masjid menjadi Museum Pada tahun 1937. Sejak saat itu Aya Sophia
menjadi salah satu objek wisata yang terkenal oleh pemerintahan Turki di Istambul. Nilai
sejarahnya tertutupi oleh gaya arsitektur Byzantium yang indah mempesona. Didalam
bangunan Aya Sophia, yang berada di lantai dua selain terdapat lukisan yang bertuliskan
kaligrafi Allah dan Muhammad, dan gambar para khulafaur rasyidin, juga terdapat gambar-
gambar Yesus, bunda Maria, dan malaikat bersayap. Saat Musthafa Kemal memerintahkan
untuk mengubah Aya Sophia menjadi sebuah museum mulailah pembongkaran Aya Sophia,
dengan menampakkan kembali simbol lukisan-lukisan sakral kekristenan. Seperti yang dapat
dilihat saat ini. Musthafah kemal atturk terus disibukkan dengan jabatan presidennya hingga
dia meninggal pada tahun 1357 H/ 1938 M. Maka, berakhirlah riwayat sang Yahudi sekuler
ini. Dia tidak meninggalkan bagi Turki selain kemiskinan dan keterasingan.
G. Dinamika Politik Turki Modern (Setelah Runtuhnya Kekhalifahan)
Turki Utsmani sebelumnya mengalami kemunduran karena banyaknya permasalahan baik
internal maupun eksternal, seperti kekalahan dinasti Turki Utsmani pada perang dunia I, yang
mengantarkan Turki pada puncak krisisnya karena sistem perpolitikan dan sosial-ekonomi
yang terjadi. Keadaan tersebut menyebabkan munculnya berbagai gerakan di Turki seperti
Tanzimat, Utsmani Muda, dan juga Turki Muda, yang berusaha untuk menyelamatkan Turki
dari berbagai keterpurukan. Mustafa Kemal Attaturk merupakan seorang tokoh gerakan
pembaharuan di Turki, semangat nasionalismenya yang sangat tinggi mendorongnya untuk
melakukan perubahan di Turki yang bertujuan untuk bersaing dengan Negara-negara maju di
Eropa dan Barat. Mustafa Kemal memulai perjuangannya dengan memimpin pasukan Turki
dalam perang kemerdekaan melawan Negara penjajah seperti Prancis, Inggris, Yunani dan
Italia, ia juga melakukan konspirasi dengan Ismet Inounu untuk menjatuhkan kekuasaan
khalifah dengan cara melakukan revolusi. Mustafa Kemal beranggapan bahwa untuk menjadi
Negara maju, masyarakat Turki harus merubah gaya tradisional kearah kehidupan bergaya
modern seperti Negara Eropa dan Barat. Mustafa Kemal di dalam reformasi pembaruannya
dalam mewujudkan Turki Modern membawa prinsip ideologi Kemalisnya seperti :
1. Republikanisme, merupakan penghapusam seluruh sitem politik dan pemerintahan yang
ada di zaman Turki Utsmani.
2. Populisme, merupakan persamaan hak untuk menduduki semua jabatan yang ada di
pemerintahan.
3. Nasionalisme, prinsip ini digunakan untuk menghilangkan nilai sosial budaya Turki
Utsmani atau menetralisir paham Kemalis. Artinya menerapkan nilai budaya Barat di segala
aspek kehidupan.
4. Reformisme, untuk mewujudkan Turki modern maka Turki harus mengadopsi cara dan
kebudayaan baru, ilmu pengetahuan, dan nilai kehidupan bangsa Eropa.
5. Sekulerisme, prinsip ini berguna untuk memisahkan peran agama dalam sistem
pemerintahan, agama tidak boleh mencampuri segala urusan yang ada di pemerintahan.
6. Etatisme, bertujuan untuk memperbaiki kesulitan ekonomi Turki setelah perang
kemerdekaan , tujuannya untuk menunjukan sistem intervensi Negara terhadap semua aspek
kehidupan demi kepentingan kemakmuran dan kesejahteraan kehidupan rakyat.
Revolusi pemerintahan Turki ini di mulai pada tahun 1919-1923 dengan tujuan merubah
segala aspek kehidupan di Turki kearah yang lebih modern, ia bersama teman-teman
perjuangannya tidak lagi mengakui keberadaan pemerintah Utsmani, karena di anggap sudah
tidak mampu lagi melaksanakan tugas yang semestinya, sehingga ia mendirikan Dewan
Nasional pada permulaan Juli 1920 dengan mendasarkan pada pemerintahan rakyat dalam
praktek kenegaraan. Dengan adanya hal tersebut terbentuklah dua pemerintahan di Turki
yaitu pemerintahan Sultan di Istambul dan Dewan Nasional di Ankara. Pada 6 Desember
1922 Mustafa Kemal mendirikan Partai Rakyat sebagai jalur politiknya menuju pemilihan
umum. Setelah melalui berbagai proses Mustafa Kemal berhasil di lantik menjadi presiden
pertama Turki pada tanggal 29 Oktober 1923, dan kemudian ia langsung menetapkan Turki
sebagai sebuah Negara Republik. Sejak saat itu Mustafa Kemal mulai menerapkan sistem dan
kebijakan baru di dalam pemerintahan Turki, contohnya seperti memindahkan ibu kota Turki
dari Istanbul ke Ankara, dan menjadikan tanggal 29 November sebagai hari kemerdekaan
Turki, pada saat itu ia juga menerapkan sistem sekuler dalam berbagai aspek kehidupan di
Negara Turki serta menyebarkan paham-paham sekulerisme di negaranya. Tidak hanya di
dalam aspek agama namun juga berbagai kehidupan yang lain, seperti konstitusi misalnya,
hukum-hukum yang berkaitan dengan syariat seperti perkawinan dengan hukum-hukum sipil,
itu semua di ambil atau di adopsi dari sistem Barat. Setelah 15 tahun menjadi pemimpin
Turki, Mustafa Kemal meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya, ia meninggal pada
tanggal 10 November 1938, dan kepemimpinannya di serahkan ke Mustafa Ismet Inonu yang
juga berasal dari partai yang sama yaitu Partai Rakyat Republik atau CHP. Ia menerapkan
sistem pemerintahan partai tunggal untuk menjalankan pemerintahannya hal ini bertujuan
supaya tidak ada kesempatan bagi partai lain untuk bergabung dalam pemerintahannaya.
Walaupun Mustafa Kemal meninggal bukan berarti ideologi dan prinsip Kemalis hilang
begitu saja. Ideologi kemalis ini tetap di terapkan pada pemerintahan Turki karena kemalis ini
di nilai telah memiliki pandangan politik yang matang dalam melakukan pembaharuan dan
pembangunan di Turki. Pasca meninggalnya Mustafa Kemal terdapat lebih dari 10 presiden
yang menjadi pemimpin Turki, namun jarang di antara mereka yang mau dan berani keluar
dari prinsip dan ideologi Kemalis dalam menjalankan kursi pemerintahannya, hal ini di
karenakan keinginan mereka untuk meneruskan ideologi Kemalis tersebut dan juga ada peran
militer yang sangat progresif dalam menjaga nilai-nilai sekuler di Turki. Setelah Mustafa
Kemal tidak menjabat lagi, Turki mengalami transisi politik mereka membangun suatu sistem
demokrasi yang dapat mewakili aspirasi rakyat. Kemudian terpilihlah sistem multipartai yang
berbeda dengan sistem politik sebelumnya. Secara garis besar sistem ini mengikuti tiga
kekuasaan, yaitu kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kekuasaan eksekutif Turki
memiliki struktur ganda seperti Presiden Turki dan Dewan Menteri yang dipimpin oleh
perdana menteri, Periode Multi partai di Turki bermula sejak bulan Juli 1945 yaitu ketika
seorang industrialis dari Istanbul, Nuri Demirag, ia mendirikan partai oposisi yang bernama
Milli Kalkinma Partisi (Partai Pembangunan Nasional) yang secara resmi terdaftar pada 5
september 1945. Pada Tahun 1980, militer merencanakan pemerintah Turki kedalam sistem
politik Demokratis. Militer mengumumkan bahwa parlemen dan kabinet telah dibubarkan,
oleh karena itu para anggota majelis merumuskan untuk mencari jalan keluar atas ketidak
seimbangan sistem politik pada saat itu, akhirnya anggota majelis yang di ketuai oleh
Profesor Orhan Aldikacti mengeluarkan kebijakan bahwa pusat kekuasaan Turki di tangan
eksekutif dan menambah kekuasaan presiden serta dewan keamanan nasional.

Bab III
Penutup
A. Kesimpulan
Turki Utsmani merupakan salah satu kerajaan yang didirikan oleh bangsa Turki setelah
runtuhnya kerajaan Turki Saljuq. Entogrol adalah pembuka jalan berdirinya Turki Usmani
putranya Usman sebagai proklamator Kerajaan Turki Usmani tahun 1300M. Kejayaan
kerajaan Islam di Turki berada pada masa Dinasti Utsmani, lebih tepat pada masa
kepemimpinan Sultan Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453 M. Kemunduran dan
kehancuran Turki Usmani disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kelemahan para sultan
dan sistem birokrasi, kemerosotan ekonomi dan munculnya kekuatan Eropa. Pada tahun 1342
H/ 1923 M khilafah Islamiyah dihapus, lalu Turki berganti menjadi republik sekuler. Mustafa
Kemal di dalam reformasi pembaruannya dalam mewujudkan Turki Modern membawa
prinsip ideologi Kemalisnya seperti Republikanisme, Populisme, Nasionalisme, Reformisme,
Sekulerisme, dan Etatisme.

Anda mungkin juga menyukai