Anda di halaman 1dari 13

ARSITEKTUR DAULAH USTMANI

BAB I
PENDAHULUAN
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR ISLAM PADA MASA DAULAH
UTSMANIAH

Sejarah umat Islam merupakan sebuah rangkaian cerita yang sangat kompleks dan
sempurna.Rangkaian-rangkaian cerita tersebut dimulai dari sejak zaman Rasulullah , para
sahabat, tabiin dan tabi’at, hingga ke masa modern saat ini.Seluruh aspek kehidupan yang
adapun termaktub kedalam rangkaian cerita tersebut.Termasuk tentang sejarah dan
perkembangan arsitektur daulah usmaniah.

Dalam sejarah, daulah Usmaniah merupakan sebuah dinasti yang awal mulanya berasal
kabilah Oghuz dari keluarga Qabey. Cikal bakal berdirinya daulah Usmani bermula dari
kabilah Arthogrol yang kemudian pada tahun 1258, mereka dikarunia seorang anak yang
bernama Usman.Maka oleh ayahnya, Usman kemudian dididik dan dilatih untuk menjadi
seorang yang gagah berani.Hingga akhirnya Usman kemudian mendapatkan kekuasaan dari
seorang Sultan untuk memimpin sebuah wilayah yang kemudian ia beri nama Kesultanan
Usmani .
Berdasarkan sejarahnya, Daulah Usmani merupakan salah satu daulah yang sangat berperan
penting dalam sejarah umat Islam.Selain berperan dalam segi perluasan wilayah Islam,
daulah Usmani ketika itupun ikut turut andil pula dalam pengembangan
kebudayaan.Termasuk seni arsitekturnya.Pertanyaanya kemudian ialah, bagaimanakah
sebenarnya sejarah dan perkembangan arsitektur pada masa daulah Usmani? Dan seperti apa
corak seni arsitektur pada masa daulah Usmani tersebut?Untuk menjawab pertanyaan
tersebut,maka pembahasan mengenai sejarah dan perkembangan arsitektur pada daulah
Usmani ini sangat urgen untuk dibahas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR PADA MASA DAULAH
UTSMANIAH

A.Sejarah Daulah Usmaniah

Daulah Usmani ialah salah satu daulah yang dianggap penting dalam sejarah perkembangan
Islam didunia.Daulah Usmani muncul sejak tahun 1299 hingga tahun 1924 dengan system
pemerintahannya yang berbentuk monarki.Kedaulahan Usmani ialah sebuah dinasti yang
namanya diambil dari nama pendirinya sendiri, yakni Usman, putra dari Arthogrol keturunan
kabilah Oghuz atau biasa disebut al ghaz al turki, yakni bangsa Badui yang gemar berperang.
Maka dengan kepiawaian Usman dalam memimpin perang, daulah ini kemudian banyak
membantu perluasan daerah kekuasaan Islam.

Daulah Usmani muncul setelah khilafah Abbasyiah di Baghdad runtuh akibat serangan
tentara Mongol.Karena kekuatan politik Islam yang mulai lemah dan wilayah kekuasaannya
yang juga terpecah-pecah akibat serangan tersebut, maka tersebutlah awal cikal bakal
berdirinya daulah ini. A’tha Bey dalam bukunya “Khawathir fil Islam “ menjelaskan bahwa
sewaktu bangsa Tatar menghancurkan dunia Islam dengan tiada satupun yang dibiarkannya
hidup,tampil sebuah kabilah dari Asia Tengah,terkenal paling mulia, termasyhur paling gagah
berani dari bangsa Turki. Maka dengan beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam
yang ada, maka kedaulahan ini berusaha untuk membentuk system peradaban Islam yang
baru dibawah kepemimpinan Usman.

Ketika Daulah Usmani berkuasa, maka setapak demi setapak wilayah kerajaan Islam dapat
diperluasnya. Dimulai dengan memperbaiki system pemerintahan, berangsur-angsur
kekuasaan mulai merambah kesegenap wilayah. Kekuatan militer yang tangguh dan ekonomi
yang mapan membawa korelasi tersendiri dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban
Islam pada masa ini.

Daulah Usmani berhasil memperluas wilayah hingga ke segenap wilayah. Adapun wilayah
yang berhasil dikuasai oleh Daulah Usmani antara lain yaitu Romawi, Byzantium, Persia,
Andalusia, dan lain-lainya. Maka dengan adanya perkembangan wilayah kekuasaan inilah
yang kemudian menyebabkan persentuhan kebudayaan Islam pada daulah Usmani dengan
kebudayaan pada wilayah-wilayah yang berhasil dikuasai.Termasuk didalamnya yaitu
persentuhan seni arsitektur yang berkembang pada kedaulahan ini.

Selama daulah Usmaniah berdiri, kepemimpinannya terbagi atas beberapa periode, antara lain
yaitu :

1. Periode Usman I , ia mengumumkan dirinya sebagai padisyah ( raja ) pada tahun 1299.
Pada tahun 1300, Usman pelan-pelan dapat memperluas kerajaannya. Ia menyerang daerah
perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Brossa pada tahun 1317. Pada tahun 1326 M
Kota Brossa dijadikan sebagai ibukota kerajaan.

2
2. Periode Orkhan , Pada tahun 1326 – 1359 M.Usman digantikan oleh Orkhan, pada masa
pemerintahannya Turki Usmani dapat menaklukkan Azmir, Thawasyanli, Uskandar, Ankara,
dan Gallipoli.

3. Periode Murad I , ia adalah pengganti penguasa sebelumnya yang memegang tampuk


kekuasaan sejak 1359 - 1389.Adapun daerah-daerah yang berhasil ia kuasai antara lain yaitu :
Adrianopel,Macedonia, Sopia, Salonia,Yunani bagian utara.

4. Periode Bayazid I ( 1389-1402 M ), Ia diberi gelar “Yaldrum “ yang berarti kilat. Pada
periode ini, Pada tahun 1403 Kerajaan Turki Usmani sempat mengalami kekalahan dengan
kesultanan Mongol yang dipimpin oleh Timur Lenk. Namun, setelah sultan Timur Lenk
meninggal (1405), Kesultanan Mongol dipecah dan dibagi-bagi oleh putranya. Kemudian
kondisi ini dimanfaatkan oleh penguasa Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan
Mongol. Namun pada saat itu juga terjadi perselisihan antara putra-putranya Bayasid
(Muhammad , Isa, Sulaiman). Namun akhirnya Muhammad dapat mengalahkan sudaranya.
Kemudian Muhammad mengadakan perbaikan dan meletakkan dasar keamanan dalam negri.

5. Periode Muhammad I ( 1421 M ) , namanya ialah Muhammad Jalby.Dibawah


kepemimpinannya, ia berhasil menyatukan beberapa negara yang awalnya memisahkan
diri.Selain itu,ia juga berhasil menaklukkan Konstatinnovel.Maka pada masa inilah daulah
Usmaniah mencapai puncak kemajuannya hingga 1484 M.

6. Murad II ( 1421-1451 ).Ia merupakan penerus ussaha Muhammad I dalam mengadakan


dan meletakkan dasar-dasar keamanan daulah Usmaniah.

7. Muhammad II ( 1451-1484 M ).Ia biasa disebut Muhammad al Fatih.Ia berhasil


mengalahkan dan menaklukkan Bizantium dan konstatinopel.

8. Periode Sultan Salim I ( 1512 M ), ketika Sultan Salim I naik tahta, ia mengalihkan
perhatian kearah timur dengan menaklukkan Persia, Siria, dan Dinasti Mamalik di Mesir.

9. Periode Sultan Sulaiman ( 1520-1566 M ) , Sulaiman menganggap seluruh wilayah yang


berada disekitar Turki Usmani merupakan objek yang menggoda hatinya. Kemudian
Sulaiman berhasil menundukkan Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.

Selama beberapa periode kepemimpinan Daulah Usmaniah tersebut, dapat dilihat bahwa
perluasan daerah kekuasaan Islam sudah semakin berkembang. Namun setelah
kepemimpinan periode terakhir, setelah sultan Sulaiman wafat, daulah usmani perlahan-lahan
mundur.Hal ini dikarenakan Kemudian setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah
perebutan kekuasaan diantara putra-putranya. Selain itu, menurut analisa penulis, factor-
faktor lain yang menyebabkan kerajaan Usmani hancur, diantaranya ialah:

a. Kemorosotan ekonomi
Kemerosotan ekonomi ini disebabkan perang yang berkepanjangan yang dilakukan oleh
kedaulahan Usmaniah dalam menaklukkan negara-negara jajahan, sehingga banyak uang
Negara yang terkuras, sementara belanja Negara sangat besar untuk membiayai perang.

b. Wilayah kekuasaan yang sangat luas


Terlalu luasnya wilayah kekuasaan Usmani sangat sulit untuk dikontrol. Dipihak lain, para
penguasa sangat berambisi menguasai wilayah yang sangat luas, sehinga mereka terlibat

3
perang terus menerus dengan berbagai bangsa. Hal ini tentu menyedot banyak potensi yang
seharusnya dapat digunakan untuk membangun Negara.

c. Perebutan Kekuasaan
Setelah Sultan Sulaiman meninggal dunia, terjadilah perebutan kekuasaan diantara putra-
putranya. Hal itu pula lah yang menyebabkan Kerajaan Turki Usmani mulai mundur akibat
mereka saling berebut untuk menjadi penguasa.

B.Perkembangan Arsitektur Islam Dinasti Usmaniah

Kerajaan Usmani semakin memantapkan kedudukannya pada masa Sulaiman al Qanuni “


pembuat Undang-Undang” (1520-1566 M), sehingga pada masanya wilayah kekuasaan
Usmani semakin berkembang pesat. Wilayahnya mencakup Asia kecil, Armenia, Irak, Siria,
Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis dan Al Jazair di Afrika; Bulgaria, Yunani,
Yugaslapia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa. Untuk mengatur pemerintahan
Negara disusunlah sebuah kitab undang-undang (qanun) yang diberi nama Multaqa al –
Abhur, yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Usmani sampai datangnya reformasi
pada abad ke 19. Sebab itulah Sultan Sulaiman diberi gelar “al Qanuni.”
Dalam bidang pembangunan , Turki Usmani ini lebih memfokuskan kepada bidang politik ,
kemiliteran dan arsitektur. Bidang politik maksudnya adalah perluasan daerah seperti di atas.
Bidang Militer adalah terbentuknya kelompok militer baru yang disebut pasukan Jenissari
atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah Negara Usmani menjadi mesin perang
yang paling kuat. Sedangkan bidang arsitektur ialah seni dalam merncang bangunan.
Misalnya bangunan-bangunan megah, seperti sekolah, rumah sakit,villa, makam, jembatan
dan masjid-masjid.

Pada masa Bayazid II, daulah Usmani memiliki seorang laksamana,Ia adalah Khairudin
Pasya, dikenal dengan julukan “ Barberossa” yang artinya Si janggut merah.Ia adalah seorang
pemimpin bajak laut yang kemudian diangkat menjadi armada ( tentara kelautan ) bangsa
Usmani.Maka kemudian,untuk mengenang kemenangan-kemenangan yang diperoleh olehnya
maka pada 1550 M, Sultan banyak membangunkan bangunan masjid sebagai peringatan.
Selain itu,adapun pada masa Sulaiman, banyak pula dibangun infrastruktur umum bagi
bangsa Usmani.Antara lain ialah 81 buah masjid besar, 52 buah masjid kecil, 55 buah
madrasah, 7 buah bangunan asrama Quran, 5 buah takiyah ( tempat bagi kaum fakir-miskin),
3 buah Rumah Sakit, 7 buah surau, 7 buah jembatan, 33 buah Istana, 18 buah pesanggrahan,
5 buah museum, 33 buah pemandian umum, dan 19 buah gubah.

Pada masa Usmaniah, perkembangan seni arsitektur dipengaruhi oleh asimilasi kebudayaan
local dengan kebudayaan Romawi dan Bizantium.Dalam pelaksanaan pembangunannya,
pemerintahan Usmani banyak mengikutsertakan para arsitek dari Romawi dan Bizantium
untuk membangun. Namun demikian, walau ada campurtangan dari para arsitek tersebut,
warna dan nilai arsitektur yang dibangun tetaplah dikemas dalam nilai-nilai Islam. Arsitektur
masjid pada masa daulah Usmani dihiasi dengan kaligrafi-kaligrafi yang indah.Sehingga
nuansa dan misi keislaman pada masa ini akan nampak secara jelas dan signifikan.

C.Corak Seni Arsitektur Islam Dinasti Usmaniah


Kata arsitektur merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Yunani, yakni architekton ,
yang berarti berdiri stabil dan kokoh.Dan secara istilah, arsitektur dapat dipahami sebagai
seni untuk merancang serta membuat kontruksi bangunan. Dan pada tiap-tiap negara pasti
memiliki corak tersendiri dalam bidang arsitektur.

4
Adapun kedaulah Usmani,corak-corak arsitekturnya dapat dilihat pada bangunan-bangunan
arsitektur sebagai berikut :

1.Arsitektur Masjid
Masjid - masjid di Turki Usmani memperlihatkan coraknya tersendiri. Pembangunan -
pembangunan yang dilakukan dizaman ini meliputi 3 bentuk (corak), yaitu :
1. Mengembangkan konsep mesjid asli Arab, dengan lapangan terbuka di bagian tengahnya.
2. Mengembangkan konsep masjid madrasah dan berkubah
3. Mengembangkan konsep baru setelah berkenalan dengan kebudayaan Barat, yaitu ialah
ketika orang-orang Turki memperluas kekuasaannya atas dasar kepentingan ekonomi dan
militer pada abad ke-11, mereka akhirnya bisa menguasai Bizantium. Saat kebudayaan Islam
bersentuhan dengan Bizantium (Konstantinopel), maka arsitektur Islam juga menimba teknik
dan bentuk arsitektur Romawi dan Bizantium.
Berikut ini contoh corak arsitektur beberapa masjid pada masa Usmani :

a.Masjid Aya Sophia


Dulunya ia adalah sebuah masjid yang berasal dari sebuah gereja yang bernama Haghia Sopia
yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa Bizantium), tahun 558 M. Arsitek
Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari Tralles dan Isidorus dari Miletus.Berkat
tangan Anthemios dan Isidorus, bangunan Hagia Sophia muncul sebagai simbol puncak
ketinggian arsitektur Bizantium.

Pada dasarnya, asal mula masjid Aya Sofia ialah akibat adanya pengembangan Turki Usmani
Pada 27 Mei 1453, yang pada saat itu Konstantinopel takluk oleh tentara Islam di bawah
pimpinan Muhammad II bin Murad II atau yang terkenal dengan nama Al-Fatih yang artinya
sang penakluk. Saat berhasil menaklukkan kota besar Nasrani itu, Al-Fatih turun dari
kudanya dan melakukan sujud syukur. Ia pergi menuju Gereja Hagia Sophia.Namun saat ia
sedang bersujud syukur,ia mendengar seseorang memukul-mukul tonggak marmer
gereja.Setelah ia melihatnya,ternyata yang memukul-mukul tonggak tersebut ialah seorang
tentaranya yang berasal dari Anatoli.Ia sangat marah dan hamper saja menebas leher sang
tentara. Saat itu juga, ia melarang siapapun untuk merusak bangunan tersebut.Hal ini
dikarenakan,bangunan gereja Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid yang diberi
nama Aya Sofia.

Pada hari Jumatnya, atau tiga hari setelah penaklukan, Aya Sofia langsung digunakan untuk
shalat Jumat berjamaah. Sepanjang kekhalifahan Turki Usmani, beberapa renovasi dan
perubahan dilakukan terhadap bangunan bekas gereja Hagia Sophia tersebut agar sesuai
dengan corak dan gaya bangunan masjid.

Pada masa Sultan Murad III, pembagian ruangnya disempurnakan dengan mengubah bagian-
bagian masjid yang masih bercirikan gereja. Termasuk, mengganti tanda salib yang
terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit dan menutupi hiasan-hiasan asli
yang semula ada di dalam Gereja Hagia Sophia dengan tulisan kaligrafi Arab. Altar dan
perabotan-perabotan lain yang dianggap tidak perlu, juga dihilangkan.Begitu pula patung-
patung yang ada dan lukisan-lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat. Lantas selama
hampir 500 tahun bangunan bekas Gereja Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid yang
memiliki keistimewaan tersendiri. Keistimewaan Masjid Aya Sofia tersebut dapat kita lihat
pada salah satu bagian yaitu pada bangunan kubahnya dengan diameter 30 meter dan tinggi
mencapai 54 meter interior yang dihiasi dengan mosaik dan fresco .

5
Museum Aya sofia jika tampak dari luar ukuran kubahnya akan terlihat begitu besar dan
tinggi. Ukuran tengahnya 30 meter, tinggi dan fundamennya sekitar 54 meter. Dan ketika
memasuki area bangunan, kita dapat melihat keindahan interior yang dihiasi mosaik dan
fresko. Tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni. Sementara dindingnya dihiasi
beraneka ragam ukiran.

Sejak difungsikan sebagai museum, para pengunjung bisa menyaksikan budaya Kristen dan
Islam bercampur menghiasi dinding dan pilar pada bangunan Aya Sofia. Bagian di langit-
langit ruangan di lantai dua yang bercat kaligrafi dikelupas hingga mozaik berupa lukisan-
lukisan sakral Kristen peninggalan masa Gereja Hagia Sophia kembali terlihat. Sementara
peninggalan Masjid Aya Sofia yang menghiasi dinding dan pilar di ruangan lainnya tetap
dipertahankanSejak saat itu, Masjid Aya Sofia dijadikan salah satu objek wisata terkenal di
Istanbul oleh pemerintah Turki. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang
indah memesona.Menjadi Inspirasi dalam Perkembangan Arsitektur Islam.

Desain dan corak bangunan Aya Sofia sangat kuat mengilhami arsitek terkenal Turki Sinan
(1489-1588) dalam membangun masjid. Sinan merupakan arsitek resmi kekhalifahan Turki
Usmani dan posisinya sejajar dengan menteri. Kubah besar Masjid Aya Sofia diadopsi oleh
Sinan--yang kemudian diikuti oleh arsitek muslim lainnya--untuk diterapkan dalam
pembangunan masjid.

b.Masjid Agung Sulaiman


Masjid Agung Sulaiman merupakan salah satu karya terbesar Sinan yang mengadopsi gaya
arsitektur Aya Sofia.Masjid ini dibangun pada pemerintahan Sultan Sulaiman di Istanbul
yang dibangun pada tahun (1550-1557).Dan seperti halnya Aya Sofia, masjid yang kini
menjadi salah satu objek wisata dunia itu juga memiliki interior yang megah, ratusan jendela
yang menawan, marmer mewah, serta dekorasi indah.

Masjid Sulaiman menampilkan corak arsitektur yang secara simbolis memperlihatkan


kemegahan masjid sebagai sarana keagamaan.Corak ini dapat dilihat dari bentuk menara
yang langsing dan tinggi yang seolah-olah muncul lengkungan kubah yang melesat lepas ke
ketinggian.Corak arsitektur lainnya yang dapat kita lihat ialah pada bentuk seni
kaligrafinya.Sedangkan interriornya mengambil bentuk rlief-relief yang merupakan
perpaduan dari kebudayaan local.Didalam masjid terdapat empat ruang, yaitu mihrab,mimbar
,’iwan dan shahn. Sedang bagian luarnya terdapat kolam hiasnya.

c. Masjid Selimiye/Salimiah

Masjid ini digarap dan diarsiteki oleh Mimar Sinan, masjid ini salah satu karya monumental
yang diakui oleh Mimar Sinan sendiri sebagai karyanya paling masyur. Masjid Selimiye
dibangun dikota Edirne, menurut catatan Evliya Celebi seorang penjelajah asal Kesultanan
Usmani, dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid tersebut didasarkan pada
mimpi Sultan Selim II, didalam mimpinya Nabi Muhammad SAW memerintah sang Sultan
untuk membangun sebuah masjid besar di Edirne, kota yang menurut mimpi itu dilindungi
oleh nabi Muhammad SAW. Alasan lainnya bahwa para Sultan terdahulu telah mendirikan

6
begitu banyak masjid besar di Turki wilayah timur, sedangkan baru sedikit saja yang berada
di wilayah sebelah barat, padahal daerah ini memiliki peran yang sangat penting, khususnya
kota Edirne yang menjadi gerbang penghubung antara daratan Turki dan Benua Eropa. Oleh
karena itu dipilihnya Edirne sebagai tempat pembangunan masjid ini dianggap sebagai
pilihan yang sangat bijak. Sultan Selim II sebagai pemrakarsa masjid mempercayakan
perancangan dan proses pembangunannya kepada Mimar Sinan. Sang arsitek sampai
membutuhkan waktu delapan tahun untuk menyendiri dan memikirkan rancangan masjid
yang akan menjadi karya terbesarnya itu. Pembuatan fondasinya saja membutuhkan waktu
dua tahun. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan permukaan dan tekstur tanah di lokasi
pendirian masjid. Proyek pembangunan masjid ini dikerjakan oleh 14.400 pekerja dan
menghabiskan dana sebesar 4,58 juta keping emas. Pengerjaannya dimulai pada tahun 1568
dan selesai pada 27 November 1574, tetapi masjid baru dibuka untuk umum pada tanggal 14
Maret 1575, tiga bulan setelah Sultan Salim II mangkat, sang sultan tidak sempat meresmikan
masjid yang telah diprakarsainya itu.
Dahulu terdadapat sebuah ungkapan dari kalangan arsitek Kristen yang menyatakan
bahwa tidak akan ada seorangpun arsitek Muslim yang dapat membangun kubah sebesar
kubah Hagia Sofia di Istanbul, pandangan negatif inilah yang menjadi motivasi Mimar Sinan
untuk membangun Masjid Selimiye. Dengan berdirinya masjid ini, akhirnya ejekan dari para
arsitek Kristen pun terpatahkan, Mimar Sinan berhasil mendirikan masjid Selimiye yang
memiliki kubah berdiameter 31 meter, lebih lebar satu meter dibandingkan kubah Hagia
Sofia yang hanya berdimeter 30 meter. Tinggi kubah utama dari lantai dasar masjid Selimiye
adalah 42 meter. Kubah utama ini memiliki penampang berbentuk persegi delapan yang
masing-masing sudutnya ditopang delapan pilar besar. Bagian antara dasar kubah dengan
kedelapan pilar tersebut diisi oleh muqarnas (ornamen berbentuk stalaktit), dibawahnya
empat buah half-dome (kubah terpotong) ditempelkan pada keempat sisi penampang kubah
utama dan sebuah half-dome lainnya menaungi ruang mihrab. Dengan demikian, apabila
dilihat dari atas, rangkaian kubah terpusat masjid Selimiye terlihat seperti seekor kura-kura.
Jumlah half-dome dan kubah kecil yang menaungi ruang shalat utama masjid terbilang sangat
sedikit. Hal ini membuat kubah raksasa yang berada di pusat bangunannya terlihat sangat
dominan.1[9]
Seperti masjid bergaya Usmani lainnya, masjid Selimiye memiliki halaman berbentuk
persegi panjang dengan sebuah tempat wudhu berupa air mancur (sardivan) ditengahnya.
Area terbuka ini dikeliling oleh portico (teras berpilar) yang beratapkan 18 kubah. Portico
1

7
masjid Selimiya memiliki 16 pilar, menurut para ilmuwan, pilar-pilar tersebut berasal dari
Mesir, Syprus, Syria dan Turki. Halaman dengan gaya seperti ini mengadopsi bentuk peri-
style pada halaman bergaya Romawi kuno atau bentuk sahn pada bangunan-bangunan di
Timur Tengah dan Afrika Utara. Pada keempat sudut masjid berdiri empat buah menara
setinggi 84 meter. Masing-masing menara memiliki tiga buah balkon. Dua menara
diantaranya memiliki tiga buah pintu tangga yang menuju langsung pada ketiga balkonnya.
Artinya, terdapat tiga jalur tangga yang berbeda pada sebuah menara. Hal tersebut merupakan
bukti lain dari kejeniusan seorang Mimar Sinan. Ruang utama masjid teridir atas dua lantai,
yaitu lantai dasar sebagai tempat shalat utama dan lantai atas berupa balkon yang
mengelilingi ruangan utama. Rancangan seperti ini adalah ciri khas masjid berasitektur Turki
Usmani.
Masjid Selimiye diterangai oleh 384 buah jendela, ratusan jendela itu terbagi
kedalam lima tingkatan. Jendela-jendela pada tingkat terbawah dan tingkat kedua menerangi
lantai dasar dan balkon masjid. Barisan jendela pada tingkat ketiga dan keempat merupakan
jendela-jendela clerestory (jendela pada dinding atas) yang cukup banyak membiaskan
cahaya alami kedalam masjid. Pada tingkat kelima terdapat deretan jendela kubah yang
menerangi interior kubah masjid, Sinan menggunakan kaca jendela berwarna terang untuk
memberikan efek pencahayaan yang maksimal pada interiornya. Interior masjid didominasi
oleh marmer berwarna putih dan coklat muda dari pulau Marmara, serta ubin-ubin keramik
yang berasal dari kota Iznik. Selain masjid diatas adalah masjid yang dirancang agar
berfungsi ganda, seperti dilengkapi dengan ruangan dapur umum, rancangan masjid serupa
ini husus di rancang untuk tempat memberi makan anak yatim.2[10]

d. Masjid Nusretiye
Masjid Nusretiye merupakan salah satu bangunan tempat ibadah peninggalan kejayaan
dinasti Turki Usmani (Ottoman) diwilayah Istanbul, Turki. Masjid ini dibangun pada tahun
1823 M hingga 1826 M, sebagai bagian dari proyek pembangunan kembali barak militer di
kawasan Tophane, sebelah barat selat Bosphorus. Proyek tersebut digagas penguasa Ottoman
saat itu, Sultan Mahmud II (1784-1839 M). Yulianto Sumalyo dalam bukunya yang
bertajuk Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim memaparkan, Sultan Mahmud II
memilih lokasi tempat pembangunan masjid di lokasi yang sebelumnya Sultan Selim III
(1761-1808 M) mendirikan masjid kecil berdinding kayu. Masjid yang didirikan oleh sultan
Selim III ini musnah terbakar dalam peristiwa kebakaran pada 1823, dikenal dengan tragedi

8
Firuzaga. Sejak berdiri, bangunan masjid Nusretiye pernah mengalami beberapa kali
renovasi. Pemerintah Turki melakukan restorasi pertama kali terhadap keseluruhan bangunan
masjid antara 1955 dan 1958. Kemudian, antara 1980 dan 1982 dilakukan renovasi terhadap
beberapa bagian bangunan masjid. Sultan Mahmud II menunjuk Krikor Amira Balyan
sebagai arsitek yang akan merancang dan mendisain bangunan masjid baru ini. Keluarga
Balyan dikenal sebagai keluarga arsitek berdarah Armenia pada abad ke-18 M hingga 19 M.
Sejarah mencatat sembilan anggota keluarga Balyan pernah ditunjuk menjadi arsitek resmi
kesultanan Ottoman. Krikor merupakan generasi pertama dari keluarga Balyan yang menjadi
arsitek kerajaan Ottoman.
Arsitektur masjid yang dibangun pada abad ke-29 M ini terlihat mengalami perubahan
besar. Perubahan tersebut kemungkinan terjadi karena pengaruh westernisasi yang gencar
dilakukan oleh sultan Selim III dan Mahmud II. Yang paling menonjol adalah pengaruh
baroque suatu gaya arsitektur yang tumbuh setelah masa renaisans yang begitu sarat dengan
dekorasi dan ornamen. Ornamen-ornamen yang menjadi ciri khas gaya baroque memenuhi
seluruh bagian bangunan masjid, termasuk dinding, jendela, serta garis-garis batas antara satu
bidang dan bidang yang lainnya. Namun, sang arsitek berupaya melakukan terobosan baru
dengan tidak menggunakan bentuk ornamen baroque yang lurus-lurus, namun lebih banyak
berbentuk lengkung-lengkung yang terlihat seperti gelombang air dan mengikuti bentuk
sinusoida.
Dari segi denah atau tata letak, pengaruh eropa juga menonojol pada masjid ini,
terutama bentuk denah yang sudah tidak lagi hypostyle. Teras depan atau portico masjid
diapit oleh unit yang menjorok kedepan dengan bagian ujung kiri dan kanannya beratap
limasan, yang merupakan adopsi arsitektur Eropa klasik. Dalam arsitektur islam, konstruksi
seperti ini merupakan elemen baru yang tidak ditemui pada bangunan-bangunan masjid
sebelumnya. Pada bagian portico ini terdapat pintu masuk menuju keruang solat utama. Pintu
masuk berukuran 4 x 21 M ini bergaya baroque dan terbilang mewah. Sementara itu, dua unit
bangunan yang menjorok dinamakan hunkar kasri, yang berarti kediaman raja. Kedua unit
bangunan ini juga memiliki pintu masuk yang terhubung dengan bagian belakang solat utama
dan beranda masjid.
Sebuah pintu masuk yang khusus diperuntukkan sultan terletak bagian selatan
bangunan masjid yang berhadapan langsung dengan pemandangan laut. Bagian dinding
bangunan hunkar kasri ini dihiasi dengan aneka motif tanaman berwarna-warni serta tulisan
kaligrafi pada bagian pintu masuk. Tulisan kaligrafi tersebut merupakan hasil karya ahli
kaligrafi muslim terkenal di era ottoman, Mustafa Rakim (1757-1826). Masjid ini memiliki
9
menara kembar, masing-masing dilengkapi dengan dua buah balkon. Kedua menara ini
tampak menjulang dibelakang kedua unit yang menjorok kedepan tadi. Bentuk menara ini
tidak jauh berbeda dengan menara pada bangunan masjid lainnya dijaman Ottoman. Yang
membedakan hanyalah pada dekorasinya. Landasan minaret berbentuk seperti kuncup bunga
melati dengan batang menara beralur-alur dan penampang balkon tidak berbentuk lingkaran
melainkan segi delapan. Kubah masjid mengedepankan bentuk setengah bola dan berdiri
diatas tambour dimana terdapat deretan jendela yang keseluruhannya berjumlah 20 buah.
Diantara masing-masing jendela terdapat semacam pilaster dengan profil tegak berbentuk
huruf s. Jendela-jendela yang terdapat pada bagian kubah ini merupakan contoh terakhir dari
pengaturan jendela gaya arsitektur Ottoman klasik. Pada sudut luar dari kubah terdapat
semacam kolom, tetapi sangat tebal dibagian luar dan mencuat keatas. Kolom tersebut
berbentuk seperti kuncup sebuah bunga. Bentuk kolom seperti ini merupakan hal yang baru
dan belum pernah ada sebelumnya. Bagian dinding masjid bercorakan garis-garis batas
pelengkung. Garis-garis batas tersebut dihias tidak saja dengan molding, tetapi dengan hiasan
geometris, lengkung, bundar-bundaran dan lain-lain sehingga sangat ramai memenuhi seluruh
permukaan bagian-bagian bangunan.

2.Istana
Istana merupakan pusat pemerintahan bagi bangsa Turki.Bangunan ini terletak di Istambul
yang biasa disebut dengan _The Topkapi Saray_dibgi menjadi dua bagian, yaitu bagian
dalam dan bagian luar.Bagian dalam terdiri atas kamr-kamr pribadi sang penguasa, dpur
kerajaan, dan sekolah untuk melatih budak untuk dipekerjakan.Sedangkan bagian luar
digunakan sebagai kantor administrasi kemiliteran dan sipil, kantor bagi kalangan ulama
istana,staf dapur dan tukang kebun.

Adapun corak arsitektur istana, terdapat beberapa hiasan berupa lukisan-lukisan, baik berupa
gambar makhluk hidup maupun berupa relief-relief. Lukisan-lukisan tersebut merupakan
perpaduan karya-karya para pelukis yang didatangkan oleh Sultan Sulaiman dari Eropa
dan ,yaitu Mechior Lorck dan Peter Goeck van Alost.Sedangkan dari para muslim sendiri,
yaitu Taifik Pasha dan Ibrahim Pasha.

3.Rumah Sakit dan Sekolah

10
Pada masa dinasti Usmaniah,corak arsitektur rumah sakit dan sekolah berbentuk “bayangan”
masjid dan berwarna khusus. Setiap pintu berbentuk melengkung seperti kubah. Hal ini
mencerminkan nuansa Islami.

4.Tata Kota
Dalam menata kota pemerintahan dinasti Usmaniah mengirim beberapa arsiteknya untuk
belajar ke Negara –negara eropa guna memperoleh desain kota yang ba ik.Diantara para
arsitek tersebut yang ikut mengatur Tata kota bangsa Usmani ialah Sinan dan Hayrudin.
Berbekal pengalaman belajar mereka ke eropa, Mereka kemudian melakukan serangkaian
perombakan tata kota dinasti Usmaniah.Dan walau mereka telah diutus untuk mempelajari
seni arsitektur pada bangsa eropa, namun mereka tidak merombak secara total bentuk
arsitektur yang ada pada kebudayaan local.Keduanya justru banyak mengedepankan corak-
corak arsitektur yang bernuansa Islami.Adanya akumulasi antara disain bangsa eropa dan
Islami tersebut justru menghasilkan disain tata kota daulah Usmaniah yang sangat asri dan
indah.Sehingga sangat harmonis bila dipandang mata.

BAB III
11
PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah diulas pada bab pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa bangsa Usmani merupakan salah satu bangsa yang ikut bermain peran
dalam kedaulahan umat Islam. Bangsa Usmani termasuk bangsa yang berperan penting dalam
sejarah, baik dari segi perluasan daerah Islam, maupun dalam perkembangan
kebudayaan.Terutama ialah dalam perkembangan seni arsitekturnya.

Berdasarkan sejarahnya, daulah Usmani merupakan kedaulahan yang lahir akibat


kemunduran dari pemerintahan Islam. Namun berkat kepiawaian dan perjuangan yang gigih
atas pendiri kedaulahan ini,yakni Usman, maka bangsa ini kemudian dapat bertahan dan
mengembangkan wilayah Islam hingga ke benua Eropa.

Letak geografis yang sangat strategis sangat membantu kedaulahan ini dalam meluaskan dan
mengembangkan kedaulahan islam ini hingga ke negara-negara lain diEropa. Dan bersamaan
dengan perluasan tersebut, kedaulahan ini berhasil pula dalam mengembangkan kebudayaan
yang ada dengan kebudayaan daerah-daerah lainnya yang telah berhasil mereka jajah. Dan
tak canggung –canggung, bangsa Usmaniah pun dapat mengasimilasikan kedua budaya dari
masing-masing negara.Salah satunya ialah budaya dalam bidang seni,yaitu seni arsitektur
local dengan seni arsitektur eropa. Namun demikian, mereka tetaplah mengedepankan
karekteristik seni arsitektur masyarakat Islam yang bernuansa Islami. Maka berdasarkan
adanya perpaduan kebudayaan tersebutlah maka seni arsitektur Islam pada kedaulahan
Usmani memiliki corak yang sangat unik, cantik, dan specifik sehingga berbeda dengan
bangsa-bangsa lainnya.

Dan bila dicermati secara seksama, berbagai corak arsitektur ( seperti masjid, istana, rumah
sakit, sekolah dan bangunan-bangunan hasil tata kota lainnya ) pada masa kedaulahan
Usmaniah ini sangatlah bernuansa agamis.Maka jika dicermati lebih dalam lagi,hampir
semua hasil seni arsitektur hasil Sinan dan Hayrudin ini banyak menggunakan model
arsitektur masjid.

Perkembangan arsitektur pada masa dinasti Usmaniah yang begitu pesat ini tidak dapat
dilepaskan dari factor-faktor yang mendukung tumbuh dan berkembangnya seni arsitektur
ini.Faktor-faktor yang mendukung tersebut antara lain ialah :
1. Letak kedaulahan Usmani yang sangat strategis,yaitu disekitar bangsa Eropa yang ketika
itu sudah mulai maju peradabannya.
2. Tingkat ekonomi dan pendidikan masyarakat yang cukup tinggi
3. Pengaruh social-politik kkenegaraan yang sangat menunjang
4. Sikap masyarakat Usmani yang sanagt fleksibel terhadap kebudayaan lainya.

Dan menurut analisa penulis, maka dapat disimpulkan bahwa seni arsitektur Islam pada masa
kedaulahan Usmani sudah berkembang dengan baik dan maju.Hal ini dikarenakan,
perkembangan dan pertumbuhan seni arsitektur pada masa itu didukung oleh kondisi yang
sanagt kondusif.Dan hal ini dapat kita lihat dari hasil-hasil karya arsitek besar pada masa itu
yang sangat apik dan cantik.Sehingga hasil arsitek tersebut menjadi legendaries hingga saat
ini(Aya Sofia;misalny
DAFTAR KEPUSTAKAAN

12
1.Nizar,Samsul “ Sejarah Pendidikan Islam ”, Jakarta : Kencana , 2007
2.Yatim,Badri “Sejarah Peradaban Islam ”,Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada,1997
3.Lapindus,Ira.M,”Sejarah sosial Umat Islam”,Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000
4.Gazalba, Sidi,”Masjid Sebagai Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam ”, Jakarta : Pustaka
Alhusna, 1989
5.Hamka,”Sejarah Umat Islam III”,Jakarta : Bulan Bintang, 1975
6.Ahmad,Zainal Abidin,”Sejarah Islam dan Umatnya ”,Jakarta : Bulan Bintang, 1979
7.Amiruddin,Aam,”Bedah Masalah kontemporer” Bandung : Khasanah Intelektual, 2005.

13

Anda mungkin juga menyukai