Anda di halaman 1dari 22

Dinasti Turki Utsmani (1281-1924)

MAY 7Pendahuluan Penyerbuan pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan yang telah

menghancurkan kota Baghdad di Iraq merupakan akhir dari Daulah Bani Abbasiyah. Kehancuran

Baghdad merupakan akhir kekuatan politik Islam yang selama ini telah memegang peranan penting

dalam mewujudkan kebudayaan dan peradaban dunia. Bahkan khazanah ilmu pengetahuan pun

ikut lenyap dan dihanguskan dan sejak itu pun dunia Islam mengalami kemunduran secara drastis.

Selanjutnya, politik umat Islam mulai mengalami kemajuan kembali setelah berdiri dan

berkembangnya tiga kerajaan besar yaitu: Pertama: Utsmani di Turki sebagai benteng kekuatan

Islam dalam menghadapi ekspansi Eropa ke Timur, maka dengan itu Turki Utsmani menjadi hal

sangat penting dalam kajian Sejarah Islam walaupun dalam buku-buku sejarah tidak mendapat

porsi yang banyak sebagaimana Dinasti Umaiyah dan Abbasiyah. Kedua: Mughal di India dan

dengan kehadiran Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya nyaris

tenggelam. Ketiga Safawi di Persia sebagai penganut Syi’ah yang dijadikan sebagai madzhab

negara. Kerajaan Safawi dianggap sebagai peletak dasar pertama terbentuknya negara Iran

sekarang ini. Dari ketiga dinasti di atas Dinasti Utsmani adalah yang pertama berdiri sekaligus yang

terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua dinasti lainnya. Perjalanan panjang dan berliku

selama 643 tahun kerajaan Turki Utsmani telah menampilkan 39 orang Sultan dengan model

kepemimpinan yang berbeda-beda. Tetapi seperti Dinasti lainnya, hukum sejarah juga berlaku,

bahwa masa pertumbuhan yang diiringi dengan masa perkembangan dan masa gemilang biasanya

berakhir dengan masa kemunduran atau bahkan kehancuran. Makalah ini akan membahas sejarah

berkembangnya dinasti Turki Utsmani serta kemajuan-kemajuan yang dicapai baik dalam bidang

sosial, politik dan lain-lain.


A. Asal-Usul Dinasti Turki Utsmani Bangsa Turki Utsmani pada awalnya adalah suku nomaden yang
selama berabad-abad selalu mencari lahan perburuan baru di wilayah yang sekarang dikenal
sebagai Turki. Pada awal tahun masehi, ia dinamakan Bizantium di bawah kekuasaan Romawi yang
berkuasa di kawasan ini selama lebih dari empat abad . Setelah Barbar merebut dari tangan
Romawi ibukota kerajaan dipindahkan ke Konstantinopel (Ankara sekarang). Awal berdirinya
Dinasti Utsmaniyah banyak tertulis dalam legenda dan sejarah sebelum tahun 1300 dengan
mengorbankan kekaisaran Bizantium, dan didirikan di atas reruntuhan kerjaan Saljuk. Dinasti ini
berasal dari suku Qoyigh Oghus yang menempati daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina
kurang lebih 3 abad. Lalu mereka pindah ke Turkistan, Persia dan Iraq. Mereka memeluk Islam
pada abad ke-9 atau ke-10 ketika menetap di Asia Tengah. Di bawah pimpinan Ertoghrul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin II yang sedang berperang melawan Bizantium. Karena
bantuan mereka inilah, Bizantium dapat dikalahkan. Kemudian Sultan Alauddin memberi imbalan
tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah
barunya dan memilih kota Syukud sebagai ibukota . Ertoghrul meninggal Dunia tahun 1289.
Kepemimpinan dilanjutkan oleh puteranya, Utsman. Nama kerajaan Utsmaniyah itu diambil dari
dan dibangsakan kepada nenek moyang mereka yang pertama yaitu Sultan Utsmani Ibnu Erthoghol
yang diperkirakan lahir tahun 1258 . Keika bangsa Mongol menyerang Kerajaan Seljuk, yang
mengakibatkan meninggalnya Sultan Alaudin. Setelah meninggalnya Sultan Alaudin, Utsman
memproklamarkan dirinya sebagai Sultan di wilayah yang didudukinya. Utsman bin Erthoghol
sering disebut Utsman I. Utsman Ibnu Erthoghol memerintah dari tahun 1290-1326 M Utsman I
memilih Bursa sebagai pusat dan ibukota kerajaan yang sebelumnya berpusat di Qurah Hisyar atau
Iskisyihar. Untuk memperluas wilayah dan kekuasaan Utsman mengirim surat kepada raja-raja
kecil di Asia Tengah yang belum ditaklukkan bahwa sekarang dia raja yang besar dan memberi
penawaran agar raja-raja kecil itu memilih salah satu diantara tiga perkara, yakni; Islam,
membayar Jizyah dan diperangi. Setelah menerima surat itu, sebagian ada yang masuk Islam ada
juga yang mau membayar Jizyah dan ada juga yang memilih menentang dan bersekutu dengan
Bangsa Tartar, akan tetapi Utsman tidak merasa gentar dan takut menghadapinya. Utsman dan
anaknya Orkhan memimpin tentaranya dalam menghadapi bangsa Tartar, setelah mereka dapat
ditaklukkan banyak dari penduduknya yang memeluk agama Islam. Utsman mempertahankan
kekuasaannya dengan gagah perkasa sehingga kekuasaannya tetap tegak dan kokoh bahkan
kemudian dilanjutkan oleh puteranya dan saudara-saudaranya dengan kepemimpinan yang gagah
berani dan perkasa dalam meneruskan perjuangan sang ayah dan demi kokohnya kekuasaan nenek
moyang yang telah mewariskan darah kepahlawan itu kepada mereka. B. Masa Perkembangan
Turki Utsmani Setelah Utsman mengumumkan dirinya sebagai Padisyah al Utsman (raja besar
keluarga Utsman), sedikit demi sedikit daerah kerajaan dapat diperluasnya. Ia dan puteranya
memimpin penyerangan ke daerah perbatasan Bizantium hingga ke selat Bosporus dan
menaklukkan kota Bursa tahun 1317 M, kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai pusat
kerajaan. Perpindahan ini memberikan pengaruh yang kuat terhadap perkembangan awal politik
kesultanan. Utsman I disukai sebagai pemimpin yang kuat bahkan lama setelah beliau meninggal
dunia, sebagai buktinya terdapat istilah di Bahasa Turki “Semoga dia sebaik Utsman”. Reputasi
beliau menjadi lebih harum juga disebabkan oleh adanya cerita lama dari abad pertengahan Turki
yang dikenal dengan nama Mimpi Utsman, sebuah mitos yang mana Utsman diinspirasikan untuk
menaklukkan berbagai wilayah yang menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah. Selain
memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia dapat
menaklukkan Adnanopel yang kemudian dijadikan ibukota kerajaan yang baru. Merasa cemas
terhadap ekspansi kerajaan ke Eropa, Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar
pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Utsmani. Sultan Bayazid tidak
gentar menghadapi pasukan sekutu di bawah anjuran Paus itu dan bahkan menghancurkan pasukan
Salib. Pertempuran itu terjadi pada tahun 1369 itu . Ekspansi Bayazid I sempat berhenti karena
adanya tekanan dan serangan dari pasukan Timur Lenk ke Asia kecil seorang raja keturunan bangsa
Mongol yang telah memeluk agama Islam yang berpusat di Samarkand. Ia bermaksud menaklukkan
negeri-negeri barat seperti yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Akhirnya perang yang
menentukan terjadi di Ankara. Bayazid bersama anaknya, Musa dan Erthogol dikalahkan oleh
Timur Lank. Bayazid mati dalam tawanan Timur tahun 1402 . Kekalahan ini membawa dampak
yang sangat buruk bagi Dinasti Utsmani yaitu banyaknya penguasa-penguasa Seljuk di Asia kecil
yang melepaskan diri. Tetapi Setelah Muhammad I naik tahta dan memimpin wilayah Utsmani
dapat disatukan kembali. Integrasi ini tampaknya mengejukan dunia Barat karena mereka sama
sekali tidak menduga Utsmani akan bangkit secepat itu setelah berantakan akibat serangan Timur
Lank. Usaha beliau dalam meletakkan keamanan dan perbaikan diteruskan oleh puteranya Sultan
Murad II (1421-1451). Turki Utsmani mengalami kemajuannya pada masa Sultan Muhammad II
(1451-1484 M) atau Muhammad Al-Fatah. Ia lebih terkenal dengan Al-Fatih, sang penakluk atau
pembuka, karena pada masanya Konstantinopel sebagai ibukota kekaisaran Bizantium berabad-
abad lamanya. dapat ditundukkan hal ini terjadi pada tahun 1453 M. Dan berhasil membunuh
Kaisar Byzantium dalam perang itu. Kemenangan ini merupakan kemenangan terbesar bagi
Utsamaniyah,lalu ia memberikan nama Istanbul (Kota kesejahteraan) dan menjadikannya sebagai
ibukota . Penaklukan Konstantinopel tahun 1453 mengukuhkan status Kesultanan Utsmaniyah
sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa ini Kesultanan
Utsmaniyah memasuki periode penaklukkan dan perluasan wilayah sampai ke Eropa dan Afrika
Utara; dalam bidang kelautan, angkatan laut Utsmaniyah mengukuhkan kesultanan sebagai
kekuatan dagang yang besar dan kuat. Perekonomian kesultanan juga mengalami kemajuan berkat
kontrol wilayah jalur perdagangan antara Eropa dan Asia. Bahkan mereka dikenal sebagai bangsa
yang penuh semangat, memiliki kekuatan yang besar dan menghuni tempat yang strategis .
Setelah Bayazid II mengundurkan diri karena lebih cendurung berdamai dengan musuh dan terlalu
mementingkan kehidupan tasawuf dan juga tidak disukai oleh masyarakat maka ia pun digantikan
oleh putranya Sultan Salim I yang mempunyai kecakapan dalam memerintah dan seorang ahli
strategi perang. Lalu Sultan Salim I menggerakkan pasukannya ke Timur sehingga berhasil
menaklukkan Persia, Syiria. Pada tahun 923 H Khalifah Abbasiah di Kairo menyerahkan khilfah
kepadanya, sehingga Sultan Utsmaniyah Salim I menjadi khalifah kaum muslimin sejak saat itu.
Pemuka-pemuka Mekah datang ke Kairo dan mengumumkan ketundukan Hijaz kepada Khalifah
Utsmaniyah . Walaupun Sultan Salim memerintah hanya sebentar tetapi beliau sangat berjasa
membentangkan daerah kekuasaannya hingga mencapai Afrika Utara. C. Masa Kejayaan Turki
Utsmani Pada awalnya kerajaan Turki Utsmani hanya memiliki wilayah yang sangat kecil, namun
dengan adanya dukungan militer, Kerajaan yang besar bisa bertahan dalam kurun waktu yang
lama. Masa pemerintahan Sulaiman (Al-Qanuni) bin Salim puncak perluasan dan kebesarannya. Dia
menguasai Beograd, kepulauan Rodhesia, semenanjung Krym dan Ibukotanya Valachie, menerobos
Eropa, hingga sampai Wina ibukota Austria. Dia melakukan pengepungan dua kali, menaklukkan
Hungaria, membunuh orang-orang Portugis di pesisir India, dan mengalahkannya pada tahun 934
H . Bahkan beliau menaklukkan menaklukkan Mesir, Afrika Utara hingga ke Al-Jazair, di Asia
hingga ke Persia yang meliputi Lautian Hindia, Laut Arab, Laut Merah, Laut Tengah, Laut Hitam.
Dan pada masa Sulaiman (Al-Qanuni) bin Salim puncak keemasan dan kejayaan kerajaan Turki
Utsmani. Ia digelari Al-Qanuni karena jasanya dalam mengkaji dan menyusun kembali sistem
undang-undang kesultanan Turki Utsmani dan perlaksanaannya secara teratur dan tanpa kompromi
menurut keadaan masyarakat Islam Turki Utsmani yang saat itu mempunyai latar belakang dan
sosial-budaya yang berbeda . Pergaulan antara bangsa menimbulkan pelbagai konflik kecil dan ini
bisa mengganggu keselamatan umat Islam walaupun satu agama. Hal ini menyebabkan Sulaiman I
menyusun dan mengkaji budaya masyarakat Islam Turki Utsmani yang berasal dari Eropa, Persia,
Afrika dan Asia Tengah untuk disesuaikan dengan undang-undang Syariah Islamiyah. Sulaiman
bukan hanya Sultan yang paling terkenal dari kalangan Sultan-Sultan Turki Utsmani, akan tetapi
pada awal abad ke 16 ia adalah kepala negara yang paling terkenal di seontara dunia. Ia seorang
Sultan yang shaleh, ia mewajibkan rakyat muslim harus shalat lima kali dan berpuasa di bulan
ramadhan, jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Sulaiman
juga berhasil menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Turki, pada saat Eropa terjadi
pertentangan antara Katolik kepada Khalifah Sulaiman, mereka diberi kebebasan dalam memilih
agama dan diberikan tempat di Turki Utsmani. Beliau juga seorang tokoh negarawan Islam yang
terulung di zamannya, dikagumi dan disegani kawan dan lawan, belajar ilmu kesusasteraan, sains,
sejarah, agama dan taktik ketentaraan di Istana Topkapı, Istanbul. Di Barat, ia dikenal dengan
nama Suleiman The Magnificent (Sulaiman yang Agung). Pada setiap kota utama yang
ditaklukannya, Sulaiman menghiasinya dengan mesjid, jembatan dan berbagai fasilitas umum
lainnya. D. Masa kemunduran Turki Utsmani Pada akhir kekuasaan Sulaiman I kerajaan Utsmani
berada diantara dua kekuatan yaitu Monarki Austria di Eropa dan Kerajaan Shafawi di Asia.
Sepeninggalan Suleiman tahun 1566, beberapa daerah kekuasaan kesultanan mulai melepaskan diri
termasuk juga kebangkitan kerajaan-kerajaan Eropa di Barat dan dengan ditemukannya jalur
alternatif Eropa ke Asia melemahkan perekonomian Kesultanan Utsmaniyah. Melemahnya kerajaan
Utsmani pada periode awal sebagaian besar disebabkan oleh persoalan internal atau domestik.
Disamping Efektifitas militer, struktur birokrasi dan sistem pemerintah serta warisan berabad-abad
juga menjadi penyebab kelemahan pemerintahan Sultan. Di tengah kemundurannya, Turki Utsmani
masih sempat melebarkan sayap kekuasaannya. Upaya yang dilakukan semasa pemerintahan Murad
III (1574-1595) berhasil membuat daerah Kaukasus dan Azerbaijan direbut. Dengan kedua daerah
penaklukan baru ini, Turki Utsmani mencapai luas bentangan geografis yang terbesar sepanjang
sejarahnya. Walau bagaimanapun, kemunduran Turki sudah tak bisa dibendung lagi. Keberhasilan
merebut Kaukasus dan Azerbaijan hanya berumur pendek. Kedua daerah kekuasaan baru tersebut
kembali lepas tahun 1603. Walaupun begitu, kesultanan ini tetap menjadi kekuatan ekspansi yang
besar sampai kejadian Pertempuran Wina tahun 1683 yang menandakan berakhirnya usaha
ekspansi Kesultanan Utsmaniyah ke Eropa . Setelah perang ini Turki harus rela kehilangan sebagian
besar daerah Balkan dan Laut Hitam akibat perang berkepanjangan. Selama abad delapan belas
tanda-tanda kemunduran daulah utsmaniyah semakin nampak jelas kelihatan, mulai dari politik,
masa transisi penaklukan dan perdamaian yang dimanfaatkan oleh kekuatan asing terutama oleh
Austria dan Rusia. Kelemahan Militer Turki semakin nyata kelihatan ketika terjadi konflik dengan
Rusia yang telah dimulai sejak 1768 M. Sistem administrasi Utsmani stagnan selama beberapa
periode, yang menyebabkan hilangnya pengaruh otoritas pemerintahan pusat. Pada abad
kesembilan belas telah muncul banyak gerakan pembaharuan yang kurang lebih merupakan
aplikasi tanzimat . Tanzimat berasal dari bahasa Arab yang mengadung arti mengatur, menyusun
dan memperbaiki, dan di zaman itu memang banyak diadakan peraturan undang-undang baru .
Salah satu pemukanya adalah Mustafa Sami yang menurut pendapatnya kemajuan Eropa dihasilkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, atau toleransi beragama dan kemampuan orang
Eropa melepaskan diri dari ikatan-ikatan agama. Sikap otoriter yang dipakai Sultan dan Menteri-
menterinya dalam melaksanakan tanzimat mendapat kritik keras. Kehancuran imperium Utsmani
merupakan transisi yang lebih kompleks dari masyarakat Islam-imperial abad delapan belas
menjadi negara-negara nasional modern. Rezim Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas,
meliputi Balkan, Turki, Timur Tengah Arab, Mesir, dan Afrika Utara . Puncak kemunduran Turki
Utsmani terjadi pada 1850-1922. Demikian lemahnya Turki hingga digambarkan sebagai “Orang
sakit dari Eropa”. Turki terlibat Perang Dunia I, untuk bergabung bersama Jerman-sebuah pilihan
yang salah dan keliru yang mengakibatkan pada kekalahan dan keterpurukan yang lebih dalam. Di
dalam negeri, kekalahan tersebut membangkitkan gerakan nasionalis Turki yang telah muak
dengan kemerosotan moral yang dialami oleh pemimpin mereka. Dipelopori oleh Turki muda yang
tampil setelah undang-undang Utsmaniyah yang tadinya berlandaskan syuro menjadi model
kekuasaan mutlak. Kemudian Musthofa Kamal menggabungkan diri ke dalam organisasi ini dan
menuntut kembali pengembalian undang-undang. Di bawah tekanan organisasi ini Sultan Abdul
Hamid mengembalikan Undang-undang ini. Organisasi ini kemudian menduduki ibukota dan
mengasingkan Sultan. Namun ketika kekuasaan sudah mereka rebut para pembesar organisasi
mulai bersikap diktator sampai akhirnya Mustafa Kamal At-Turk mendirikan Nasionalis Turki dan
menggantikan model kekahlifahan dengan Republik Sekuler pada tahun 1923 M. Sejak
kekuasaannya Turki telah jauh secara total dari Islam. Dia menghapus Khilafah mendorong ke arah
sekuralisme (paham memisahkan agama dari dunia), meminimalisir penggunaan bahasa Arab di
Turki bahkan ia mengganti adzan dengan bahasa Turki. Musthofa Kamal terus disibukkan dengan
jabatan presidennya hingga dia meninggal pada tahun 1938. Dia tidak meninggalkan bagi Turki
selain kemiskinan dan keterasingan. E. Kemajuan-Kemajuan yang dicapai pada Turki Utsmani
Rentang sejarah antara tahun 923-1342 H dari sejarah Islam merupakan masa Utsmaniyah. Hal ini
karena kekuasaan Utsmaniyah merupakan periode terpanjang dari halaman sejarah Islam. Selama
6 abad pemerintah Utsmaniyah telah memainkan peran yang sangat penting karena sebagai satu-
satunya yang menjaga dan melindungi kaum muslimin. Merupakan pusat Khilafah Islamiyah, karena
merupakan pemerintah Islam terkuat . Kemajuan dan perkembangan wilayah kerajaan Utsmani
yang luas berlangsung dengan cepat dan diikuti oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang-bidang
kehidupan lain yang penting, diantaranya : 1. Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan Untuk
pertama kalinya Kerajaan Utsmani mulai mengorganisasi taktik, strategi tempur dan kekuatan
militer dengan baik dan teratur. Sejak kepemimpinan Ertoghul sampai Orkhan adalah masa
pembentukan kekuatan militer. Perang dengan Bizantium merupakan awal didirikannya pusat
pendidikan dan pelatihan militer, sehingga terbentuklah kesatuan militer yang disebut dengan
Jenissari atau Inkisyariah. Selain itu kerajaan Utsmani membuat struktur pemerintahan dengan
kekuasaan tertinggi di tangan Sultan yang dibantu oleh Perdana Menteri yang membawahi
Gubernur. Gubernur mengepalai daerah tingakat I. Di bawahnya terdapat beberapa bupati. Untuk
mengatur urusan pemerintahan negara, di masa Sultan Sulaiman I dibuatlah UU yang diberi nama
Multaqa Al-Abhur , yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Utsmani sampai datangnya
reformasi pada abad ke-19. Karena jasanya ini, di ujung namanya ditambah gelar al-Qanuni . 2.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya Kebudayaan Turki Utsmani merupakan hasil perpaduan
berbagai kebudayaan seperti kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab. Dari kebudayaan Persia
mereka banyak mengambil ajaran-ajaran beretika dan bertata krama dalam istana raja-raja.
Organisasi birokrasi dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium. Dan prinsip-prinsip ekonomi,
sosial dan kemasyarakatan, keilmuan dan huruf diambil dari bangsa Arab. Sedangkan di bidang
Ilmu Pengetahuan di Turki Utsmani tidak begitu menonjol karena mereka lebih fokus pada
pengembangan kekuatan militer, sehingga dalam khasanah Intelektual Islam tidak ada Ilmuan yang
terkemuka dari Turki Utsmani. Namun demikian mereka banyak berkiprah dalam pengembangan
seni arsitektur Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah-indah, seperti Masjid Jami’
Sultan Muhammad Fatih, Masjid Agung Sulaiman dan Masjid Abi Ayyub Al-Ansyari, seluruh masjid
ini dihiasi dengan kaligrafi yang indah-indah. Salah satu masjid yang indah kaligrafinya adalah
mesjid Aya Sopia yang kaligrafinya menutupi gambar-gambar kristiani sebelumnya. 3. Bidang
Keagamaan Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan
sosial dan politik. Para Mufti menjadi pejabat tertinggi dalam urusan agama yang mempunyai
wewenang dalam memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang terjadi dalam
masyarakat. Masyarakat digolongkan berdasarkan agama, dan kerajaan sendiri sangat terikat
dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang berlaku. Ajaran-ajaran tarekat
mengalami perkembangan dan kemajuan di Turki Utsmani. Pada masa Turki Utsmani ada dua
tarekat yang dikenal yaitu: tarekat Bektasyi dan Tarekat Maulawi. Tarekat Bektasyi mempunyai
pengaruh di kalangan tentara. Sedangkan Tarekat Maulawi mendapat dukungan dari para
penguasa. Adapun kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti tafsir, hadits, fiqh, ilmu kalam boleh
dikatakan tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa lebih cenderung fanatik
pada satu madzhab dan menyalahkan madzhab lainnya. Sehingga ijtihad tidak berkembang. Para
ulama ketika itu lebih senang menulis buku dalam bentuk syarah dan catatan-catatan pada karya-
karya terdahulu. 4. Bidang intelektual Kemajuan bidang intelektual Turki Utsmani tampaknya
tidak lebih menonjol dibandingkan bidang politik dan kemiliteran. Aspek-aspek intelektual yang
dicapai adalah: a) Terdapat dua surat kabar yang muncul pada masa itu yaitu: 1. Berita harian
Takvini Veka dan 2. Jurnal Tasviri Efkyar b) Pendidikan, terjadi transformasi pendidikan dengan
mendirikan sekolah-sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi, fakultas kedokteran, fakultas
hokum dan mengirinkan pelajar yang berprestasi ke Prancis. c) Sejarawan Istana, Arifi karyanya
sha-name-I-Al-I Osman, cerita tentang keluarga raja-raja Utsmani Kemajuan-kemajuan yang
diperoleh kerajaan Turki Utsmani tersebut tidak terlepas daripada kelebihan-kelebihan yang
mereka miliki, antara lain: 1. Mereka adalah bangsa yang penuh semangat, berjiwa besar dan giat.
Diliputi semangat perang salib 2. Mereka memiliki kekuatan militer yang besar. Kekuasaan mereka
meliputi tiga benua: Eropa, Asia dan Afrika. 3. Bangsa Utsmaniyah menghuni tempat yang sangat
strategis, yaitu Constantinopel yang sangat penting pada peta dunia. ibukota istanbul ditinjau dari
keadaan tanahnya sangat strategis. Tidak ada bandingannya. Ia berada pada titik-temua antara
asia dan Eropa . 4. Semangat Jihad dan ingin mengembangkan Islam 5. Suka Menolong muslim
lainnya. Mereka telah mendatangi Eropa timur untuk meringankan tekanan kaum nasrani terhadap
andalusia. Mereka juga mengusir Portugis di negeri-negeri muslim. Mereka juga menggagalkan
usaha Portugis menguasai tanah haram. Disamping itu keberanian, ketangguhan dan kepandaian
taktik yang dilakukan olah para penguasa Turki Utsmani sangatlah baik, serta terjalinnya
hubungan yang baik dengan rakyat kecil, sehingga hal ini pun juga mendukung dalam memajukan
dan mempertahankan kerajaan Turki Utsmani. E. Sebab-sebab kemunduran Turki Utsmani
Kemunduran Turki Utsmani terjadi setelah wafatnya Sulaiman Al-Qonuni. Hal ini disebabkan
karena banyaknya kekacauan yang terjadi setelah Sultan Sulaiman meninggal diantaranya
perebutan kekuasaan antara putera beliau sendiri. Para pengganti Sulaiman sebagian besar orang
yang lemah dan mempunyai sifat dan kepribadian yang buruk. Juga karena melemahnya semangat
perjuangan prajurit Utsmani yang mengakibatkan kekalahan dalam mengahadapi beberapa
peperangan. Ekonomi semakin memburuk dan sistem pemerintahan tidak berjalan semestinya.
Selain faktor di atas, ada juga faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Utsmani mengalami
kemunduran dan akhirnya mengalami kehancuran ada dua faktor yaitu internal dan eksternal ,: A)
Internal: 1. Luasnya Wilayah Kekuasaan Perluasan wilayah yang begitu cepat yang terjadi pada
daerah kerajaan Utsmani, menyebabkan pemerintahan merasa kewalahan dalam melakukan
administrasi pemerintahan, terutama pasca pemerintahan Sultan Sulaiman. Sehingga administrasi
pemerintahan kerajaan Utsmani menjadi semberawut. Penguasa Turki Utsmani lebih
mengutamakan ekspansi, dengan mengabaikan penataan sistem pemerintahan. Hal ini
menyebabkan wilayah-wilayah yang jauh dari pusat mudah diserang dan direbut oleh musuh
sehingga sebagian berusaha melepaskan diri. 2. Ledakan jumlah penduduk Perubahan mendasar
terjadi pada jumlah penduduk kerajaan. Penduduk Turki pada abad keenam belas bertambah dua
kali lipat dari sebelumnya. Problem kependudukan waktu itu lebih banyak disebabkan oleh tingkat
pertambahan penduduk yang sedemikian tinggi dan ditambah dengan menurunnya angka kematian
akibat masa damai dan aman yang diciptakannya kerajaan serta menurunnya frekuensi
penaklukan. . 3. Heterogenitas Penduduk Sebagai kerajaan besar, yang merupakan hasil ekspansi
dari berbagai kerajaan-kerajaan kecil, maka di kerajaan Turki terjadi heterogenitas penduduk.
Dari banyaknya dan ragam penduduk, maka jelaslah administrasi yang dibutuhkan juga harus
memadai dan bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tetapi kerajaan Utsmani pasca Sulaiman
tidak cakap dalam administrasi pemerintahan di tambah lagi dengan pemimpin-pemimpin yang
berkuasa sangat lemah dan mempunyai perangai yang buruk. 4. Kelemahan para Penguasa dan
sistem demokrasi Sepeninggalan Sulaiman, terjadilah pergantian penguasa. Penguasa-penguasa
tersebut memiliki kepribadian dan kepemimpinan yang tidak cakap dalam hal pemerintahan dan
tidak paham militer akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan susah teratasi. 5. Budaya Pungli
Budaya pungli telah meraja-lela sehingga mengakibatkan dekadensi moral terutama di kalangan
para pejabat yang sedang memperebutkan kekuasaan (jabatan). 6. Pemberontakan Tentara
Jenissari Pemberontakan Jenissari terjadi sebanyak empat kali yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M,
1727 M dan 1826 M. Pihak Jenissari tidak lagi menerapkan prinsip seleksi dan prestasi,
keberadaannya didominasi oleh keturunan dan golongan tertentu yang mengakibatkan adanya
ketidak setujuan dan pemberontakan-pemberontakan. 7. Merosotnya Ekonomi Akibat peperangan
yang terjadi secara terus menerus maka biaya pun semakin membengkak, sementara belanja
negara pun sangat besar, sehingga perekonomian kerajaan Turki pun merosot, disampoing dampak
pertumbuhan perdagangan dan ekonomi internasional 8. Rendahnya kualitas keislaman Tidak
adanya kesadaran Islam yang benar pada mereka, serta tdk adanya pemahaman bahwa Islam
merupakan sistem hidup yang sempurna. Mayoritas mereka hanya mengenal Islam sebatas ibadah.
9. Mengabaikan bahasa arab Diabaikannya bahasa arab yang merupakan bahasa al-Qur’an dan al-
Hadits yang mulia, di mana keduanya merupakan sumber asasi bagi syariat Islam. 10. Gonta-ganti
pejabat Gampang mengganti pejabat wilayah, khususnya pada masa akhir kekuasaannya, karena
khawatir wilayah itu akan memerdekakan diri. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman
pejabat baru terhadap wilayah yang dipimpinnya. B. Faktor-faktor Eksternal 1. Timbulnya gerakan
nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki selama berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut. Kekuasaan Turki atas mereka bermula dari penaklukan dan
penyerbuan. Meskipun Turki telah berbuat sebaik mungkin kepada pihak yang dikuasai, mereka
beranggapan bahwa Turki melemah, mereka bangkit untuk melepaskan diri dari cengkraman
kerajaan tersebut. 2. Terjadinya kemajuan teknologi di Barat, khususnya dalam bidang
persenjataan. Sementara itu, di Turki terjadi stagnasi ilmu pengetahuan sehingga ketika terjadi
kontak senjata antara kekuasaan Turki dengan kekuatan Eropa, Turki selalu menderita kekalahan
karena masih menggunakan senjata tradisional sedangkan Eropa telah menggunakan senjata
modern. 3. Konspirasi Yahudi menjatuhkan Khilafah Menurut Syaikul Islam Musthafa Sabri Mustapa
Kamal memiliki hubungan yang kuat dengan kelompok Yahudi, bahkan ia salah seorang dari
mereka, sebagaimana dikuatkan oleh anggota lembaga ittihadiyah dan Kamaliyah mereka semua
mengikuti upacara ritual freemosanry .   Simpulan 1. Nama kerajaan Utsmani diambil dari nama
Sultan pertama bernama Utsman. Beliau dengan gigihnya meneruskan cita-cita ayahnya sehingga
dapat menguasai suatu wilayah yang cukup luas dan dapat dijadikan sebuah kerajaan yang kuat.
Bangsa Turki Utsmani berasal dari suku Qoyigh, salah satu kabilah Turki yang amat terkenal. Pada
abad ke-13 mereka mendapat serangan dari bangsa Mongol. Akhirnya mereka mencari
perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Dibawah pemerintahan Ortoghul, mereka
mengabdikan diri kepada Sultan Alaudin yang sedang melawan Bizantium. Karena bantuan mereka,
Sultan Alaudin dapat mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alaudin memberi imbalan tanah di
Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Setelah Sultan Alaudin wafat (1300 M), orang-orang
Turki segera memproklamirkan kerajaan Turki Utsmani dengan Utsman I sebagai sultannya. 2.
Perluasan wilayah kerajaan Turki terjadi dengan cepat, sehingga membawa kejayaan, disamping
itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi yang kuat dan baik. Banyak daerah-daerah
yang dapat dikuasai (di Asia Kecil) sehingga memperkuat berdirinya kerajaan Turki Utsmani. Salah
satu sumbangan terbesar kerajaan Turki Utsmani dalam penyebaran Islam adalah penaklukkan
kota benteng Constantinopel (Bizantium) ibukota Romawi Timur (1453 M), penaklukkan kota itu
terjadi pada masa Sultan Muhammad II (1451-1481 M) yang terkenal dengan gelar Al-Fatih. Dalam
perkembangan selanjutnya kerajaan Turki Utsmani mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan, kebudayaan dan agama.
Selanjutnya Turki Utsmani mengalami puncak keemasan adalah pada masa pemerintahan Sulaiman
I (1520-1566 M) yang terkenal dengan sebutan Sulaiman Agung.  Dari perkembangan yang sangat
baik itu maka Turki Utsmani mengalami kemajuankemajuan yang mendukung sekali dalam
pemerintahannya diantaranya: Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan. Turki mempunyai
militer yang sangat kuat dan siap bertempur kapan dan dimana saja. Di bidang urusan
pemerintahan dibuat undang-undang yang berguna untuk mengatur urusan pemerintahan di Turki
Utsmani.  Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya. Turki kaya akan kebudayaan, karya telah
terjadi akulturasi budaya antara Arab, Persia dan Bizantium. Akan tetapi dalam bidang ilmu
pengetahuan Turki Utsmani tidak begitu menonjol karena terlalu berfokus pada bidang
kemiliteran.  Dalam Bidang Keagamaan. Peranan agama di Turki Utsmani sangatlah besar
terutama dalam tradisi masyarakat. Mufti/Ulama’ menjadi pejabat tinggi dalam urusan agama dan
berwenang memberi fatwa resmi terhadap problem keagamaan yang dihadapi masyarakat. 3.
Kemunduran Turki Utsmani terjadi oleh dua hal yaitu faktor Internal dan eksternal. Tanda-tanda
kemunduran kerajan Turki Utsmani terjadi setelah masa pemerintahan Sulaiman (1520-1566 M)
berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki
Utsmani mengalami kekacauan, satu persatu daerah kekuasaannya melepaskan diri, karena tidak
ada pengganti pemimpin yang kuat dan cakap.   Periodisasi Turki Utsmani dibagi ke lima priode
yaitu: 1. Periode I(1299-1402): pertumbuhan dan perkembangan kekuasaan yang disusul dengan
perluasan wilayah hingga menyeberang ke daratan Eropa. Kekuatan Timur Lenk kemudian dapat
membendung langkah maju Turki Utsmani, di mana mereka dapat merebut wilayah Timur
kerajaan pada 1402. 2. Periode ke II (1403-1566). Masa transisi; anak-anak Bayazid berebut
kekuasaan, sampai akhirnya dikuasai penuh oleh Muhammad. Muhammad al-Fatih menaklukan
Konstantinopel pada 1453, sementara Salim menaklukan Mesir pada 1517 3. Periode ke III (1566-
1703). Hanya bertahan dan tidak terjadi perluasan wilayah; bahkan ada wilayahnyayang sudah
jatuh (seperti Hongaria) ke pihak musuh. 4. Periode ke IV (1703-1839) masa kemunduran. 5.
Periode ke V (1839-1924) terjadi modernisasi sampai kemudian jatuh pada 1924. Berdirilan
Republik Islam Turki   Daftar Pustaka Abul Hasan Ali Nadwi, Islam dan Dunia, Angkasa Bandung,
2008. Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Akbar Media, Jakarta, 2009. Ajid Tohir, Studi Kawasan
Dunia Islam, Rajagrafindo persada, 2009. Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, 2003. T. Fuad
Wahab dkk, Pendalaman Materi Kompetensi Profesional, Fak. Tarbiyah, Bandung, 2010 Harun
Nasution, Pembaharuan dalam Islam, Bulan Bintang Jakarta,
1992. http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/kerajaan-turki-usmani.html http://www. Wikipidea.c
om. 28 Desember 2010.http://id.wikipedia.org/wiki/Suleiman_I 29 Desember 2010. Ira. M
Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2000. Philip K. Hitti. History
of the Arabs, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2010 Syafiq A. Mugni, Sejarah Kebudayaan Islam di
Turki, Logos Wacana Ilmu, 1997.   DINASTI UTSMANIYAH PERKEMBANGAN, KEJAYAAN DAN
KEMUNDURANNYA Makalah Diajukan Sebagai Bahan Diskusi Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Pada Konsentrasi Studi Bahasa Arab Oleh: Zulli Umri Siregar Nim 2.210.8.017 Dosen Pembimbing
Dr.H. Sulasman, M.Hum PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG 2010 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, segala puji milik Allah yang maha
Rohman dan Rohim makalah ini selesai disusun dengan harapan mengenal Sejarah Peradaban Islam
khususnya Turki Utsmani yang selama ini sering kita dengar namun hanya sepintas. Kita mengenal
sejarah dari catatan-catatan para ahli sejarah yang mereka tuangkan dalam tulisan, kita tidak bisa
menghakimi benar atau salah karena memang kita tidak sejaman dengan itu, bahkan ketika
kitapun sejaman sering kali kita menemukan kejanggalan ataupun semacam dengan itu, oleh
karena itu kita hanya mengumpulkan teori-teori dari apa yang kita baca tersebut. Dan teori-teori
yang ada dalam makalah ini sungguh sangat terbatas mengingat sedikitnya buku sejarah yang
dibaca oleh penulis, tapi semoga dengan kritik dan saran menjadikan makalah kecil ini menjadi
sebuah ide besar untuk lebih mendalami Turki Utsmani, akhirnya hanya kepada Allah kita
beribadah dan memohon pertolongan. Penyusun Zulli Umri Siregar   DAFTAR ISI Kata Pengantar i
Daftar Isi ii Pendahuluan 1 Asal Usul Dinasti Turki Utsmani 2 Masa perkembagan Turki Utsmani 3
Masa Kejayaan Turki Utsmani 6 Masa Kemunduran Turki Utsmani 7 Kemajuan-kemajuan yang
dicapai pada Turki Utsmani 10 1. Bidang militer 10 2. Bidang Ilmu pengetahuan dan Budaya 11 3.
Bidang agama 11 4. Sebab-sebab kemunduran Turki Utsmani 13 Simpulan 16 Daftar Pustaka 19
(zul_aagun)

SUMBER :

https://aagun74alqabas.wordpress.com/2011/05/07/dinasti-turki-
utsmani-1281-1924/
SEJARAH KERAJAAN TURKI USMANI

Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad  runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam
mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan
kecil yang satu sama lain saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak
yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu, Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru
mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, diantaranya
Usmani di Turki, Mughal di India dan Safawi di Persia (Iran). Kerajaan Usmani ini adalah yang pertama
berdiri juga yang terbesar dan paling lama bertahan dibanding dua kerajaan lainnya.

Dalam perkembangannya dunia islam selalu mengalami pasang surut dan disini saya akan memaparkan
tentang periode-periode yang ada pada kerajaan Turki Usmani mulai dari awal berdirinya sampai
keruntuhannya, karena kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pionir dalam perkembangan
dunia islam pada masanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era
industrialisasi ke dunia islam.

Asal Mula Turki Utsmani

Kerajaan Turki Usmani didirikan oleh suku bangsa pengembara yang berasal dari wilayah Asia Tengah,
yang termasuk suku  kayi. Ketika bangsa Mongol menyerang dunia Islam, pemimpin suku Kayi, Sulaiman
Syah, mengajar anggota sukunya untuk menghindari serbuan bangsa Mongol tersebut dari lari ke arah
barat. Bangsa Turki Usmani berasal dari keluarga Qabey salah satu kabilah Al-Ghaz Al-Turki, yang
mendiami daerah Turkistan. Pemimpinnya yang terkenal bernama Sulaiman yang membawa kabilahnya
sesuai perang milaz kurd, mengembara ke Asia kecil. Akan tetapi ditengah perjalanan, tepatnya di
daerah perbatasan Halb, Sulaiman meninggal dunia, sehingga rombongan pengembara tersebut menjadi
bimbang apakah terus melanjutkan pengembaraannya atau pulang kembali ke tempat asal mereka.
Rombongan pengembara tersebut akhirnya pecah menjadi dua kelompok. Kelompok kedua yang
melanjutkan perjalanannya dan memilih putra Sulaiman, Ertoghrul sebagai pimpinan mereka.
Sesampainya di asia kecil rombongan Ertoghrul mengabdikan diri kepada Sultan Seljuk bernama Sultan
Alauddin II yang mana saat itu berperang dengan Byzantium, maka Ertoghrul bersama rombongan pun
segera membantu pasukan tentara Alauddin.

Setelah mendapatkan kemenangan, mereka mendapatkan hadiah berupa sebuah wilayah yang
berdekatan dengan Byzantium. Sejak saat itulah mereka menetap disana. Pada 1289 Masehi, Ertoghrul
meninggal dunia dan posisinya digantikan oleh anaknya, Utsman. Ditangan Utsman inilah berdiri
kerajaan Turki Utsmani. Kemudian pada 1300 M, ada serangan dari Mongol terhadap Seljuk, dan
kerajaan Seljuk mengalami kekalahan. Sejak saat itu Seljuk mengalami kemunduran. Maka Utsman
menyatakan bahwa dia berkuasa penuh atas wilayah yang ditempatinya itu dan mengangkat dirinya
sebagai raja dan mendapatkan sebutan sebagai Raja Utsman.
Periode Kemajuan Turki Utsmani
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan di pimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-
1359 M). Pada masanya berdiri Akademi Militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan, sehingga
mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan sebagian
daerah benua Eropa yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara
1354 M dan Galliopoli 1356 M. Ketika Sultan Murad I (1359-1389 M) pengganti Orkhan naik. Ia
memantapkan keamanan dalam negeri dan melakukan perluasan ke benua Eropa dengan
menaklukan Adrianopel (yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia,
dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen
Eropa pun bersatu yang dipimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di
Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan.
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid (1389-1403 M) naik tahta. Perluasan berlanjut dan dapat menguasai
Salocia, Morea, Serbia, Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan
dalam perang Salib di Nicapolas. Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa
menghadapi pemberontak yang bersekutu dengan raja islam yang bernama Timur Lenk di Samarkand.
Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada akhirnya Sultan Bayazid dengan
kedua putranya Musa dan Ertoghrul, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun1403 M. Sebab
kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.Setelah Sultan Bayazid
meninggal, terjadi perebutan kekuasaan di antara putra-putranya (Muhammad, Isa dan Sulaiman) namun
di antara mereka Sultan Muhammad I (1403-1421 M) yang naik tahta, di masa pemerintahannya ia
berhasil menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya dari bangsa mongol, terlebih setelah Timur Lenk
meninggal pada tahun 1405 M. Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di teruskan oleh
anaknya, Sultan Murad II (1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan
Muhammad II/Muhammad Al Fatih (1451-1484 M) putra Murad II. Pada masa Muhammad II, tahun 1453
M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan Konstantinopel. Setelah Beliau meninggal
digantikan oleh putranya Sultan Bayazid II berbeda dengan ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512
M) lebih mementingkan kehidupan tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial
akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan putranya Sultan Salim I.
Pada masa Sultan Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan menaklukan Persia, Syiria hingga menembus Mesir di Afrika Utara
yang sebelumnya dikuasai mamluk. Setelah Sultan Salim I Meninggal, Muncul putranya Sultan Sulaiman I
(1520-1566 M) sebagai Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya,
karena telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair, Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia,
Amenia, Syiria. Meliputi lautan Hindia, Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di
sekitar kerajaan seperti Irak, Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
Periode Kemunduran
Setelah Beliau meninggal di gantikan putranya Sultan Salim II (1566-1573 M) yang mana sejarah
mencatat sebagai titik awal masa kemunduran Kerajaan Turki Usmani setelah berkuasa lebih dari 2
setengah abad. Pada masa pemerintahan Salim II, Terjadi pertempuran dengan Armada Laut Kristen
yang dipimpin oleh Don Juan dari Spanyol di Selat Liponto, Yunani. Turki Usmani kalah yang
mengakibatkan Tunisia dapat direbut musuh. Pengganti Salim II adalah Sultan Murad III ((1574-1595
M) ia dapat menyerbu Kaukasus, dan menguasai Tiflis di laut Hitam pada tahun 1577 M, merebut
kembali Tabriz, dan menundukan Georgia. Namun karena berkepribadian jelek dan suka
memperturutkan hawa nafsunya, muncul kekacauan dalam negeri. Kekacauan pun menjadi-jadi
setelah Sultan Muhammad III (1595-1603 M) naik tahta. Austria berhasil memukul kerajaan yang
menjadikan wibawa Kerajaan Turki Usmani hilang di mata bangsa-bangsa Eropa.
Selanjutnya Sultan Ahmad I (1603-1617 M) naik tahta. Ia bangkit kembali berusaha memperbaiki situasi
dalam negeri, namun hasilnya kurang maksimal. Sesudah Sultan Ahmad I, keadaan semakin memburuk
setelah naiknyaSultan Mustafa (1617-1618 M dan 1622-1623 M) pada awalnya dia hanya setahun
menjabat karena tidak bisa mengatasi gejolak politik dalam negeri sehingga di paksa turun melalui Fatwa
Syaikh Al Islam. Setelah Mustafa turun, digantikan oleh Sultan Usman II (1618-1622 M), Namun Ia juga
tidak mampu memperbaiki keadaan, hingga Persia lepas dari kekuasaan. Dan di lanjutkan kembali oleh
Sultan Mustafa namun hanya setahun, Ia pun di gantikan oleh Sultan Murad IV (1623-1640M) yang
kemudian mampu memperbaiki, menyusun dan menertibkan pemerintahan kembali. Namun situasi
kembali berubah setelah Sultan Ibrahim (1640-1648 M) naik tahta pada masanya, orang-orang Venesia
berhasil mengusir Turki Usmani dari Cyprus dan Creta tahun 1645 M.
Sebab kekalahan itu kekuasaan yang dipegang oleh Muhammad Koprulu sebagai perdana menteri yang
diberi kekuasaan absolut, berhasil mengupayakan stabilitas negara. Sepeninggal Koprulu, kerajaan
dipegang oleh anaknya, Ibrahim. Sejak di pimpin Ibrahim, kerajaan selalu kalah dalam peperangan
sehingga banyak wilayah yang melepaskan diri dari kerajaan dan terebut oleh Bangsa Eropa. Pada tahun
1699 M, terjadi perjanjian Korlowith yang memaksa Kesultanan Turki Utsmani melepaskan Hongaria,
Slovenia, Kroasia kepada Hapsburg dan Hemenietz. Podolia, Ukraina, Morea, dan Dalmatia kepada
bangsa Venetia. Pada tahun 1770 M, Bangsa Rusia pun dapat mengalahkan Turki Usmani di sepanjang
pantai Asia kecil. Walaupun kelak dapat di kuasai kembali pada masaSultan Mustafa III (1757-1774
M) Setelah sultan Mustafa III, digantikan oleh Sultan yang lemah, yaitu Sultan Abdul Hamid (1774-1789
M). Ia mengadakan perjanjian Kinarja dengan Catherine II dari Rusia. Yang mana Kerajaan diharuskan
menyerahkan benteng-benteng yang ada di laut hitam, mengizinkan armada Rusia melewati Selat antara
laut hitam dan putih, dan mengakui kemerdekaan Crimea.

Sejak itu kemunduran terus berlanjut hingga muncul pergerakan Turki Muda sebagai oposisi, dari
kalangan pelajar perguruan tinggi yang berusaha menjatuhkan sistem monarki kesultanan Turki Usmani.
Gerakan ini dipelopori oleh Murad Bey, Ahmad Reza, dan pangeran Salahudin pada tahun 1920 M,
muncul pula pergerakan militer yang di kepalai oleh Mustafa Kemal Attaturk berserta tokoh nasionalis
lainya seperti Yusuf Akcura dan Zia Gokalp, mereka mendirikan Dewan Nasional di Ankara. Pada tahun
1924 M, majelis ini pun mengeluarkan deklarasi yang mengangkat Mustafa Kemal Attaturk sebagai
presiden dan merubah kerajaan menjadi negara republik.
Peradaban yang berkembang
Pada bidang militer dan pemerintahan
1. Adanya Akademi militer sebagai pusat pendidikan dan pelatihan.
2. Terbentuknya tentara tangguh Jenissari dan Taujiah.
3. Adanya Kitab Muqtadha Al-Abhur, sebagai Undang-Undang Pemerintahan.
4. Adanya perdana menteri sebagai pembantu raja dalam pemerintahan, dan disetiap daerah terdapat
kepemimpinan lokal yang setara dengan gubernur sekarang.
Pada Bidang Ilmu Pengetahuan dan seni budaya

Sebab Turki Usmani kurang fokus terhadap ilmu pengetahuan, maka bidang ilmu pengetahuan pun
kurang menonjol tidak seperti dinasti islam sebelumnya. Adapun beberapa tokoh termasyhur
dari beberapa disiplin ilmu yang muncul kala itu, di antaranya :

1. Abdulrauf Al Manawy dan Abdul Wahab Syaqrany , sebagai ahli hadis dan tasawuf.
2. As Shadar bin Abdurrahman Al Akhdhary, sebagai ahli Filsafat dan mantiq.
3. Daud Inthaqy dan Sahabudin bin Salamah Qaliyuby, ahli dalam bidang kedokteran.
4. Ibnu Hasan Samarkandy, sebagai ahli ilmu politik.
5. Qari Al Harawy, sebagai ahli musik.
6. Ibnu Diba Az Zabidy dan Abdul Ghani An Nablusy, sebagai ahli sejarah.
7. Aisyah Baquniyah dan Ali khan, sebagai ahli sastra.
8. Abdulqadir Baghdady dan Az zabidy, sebagai ahli bahasa.
9. Muammar Sinan, sebagai ahli di bidang arsitektur.
10.Musa Azam, Sebagai ahli seni.

Adapun mengenai budaya sosial, budaya Turki Usmani sangat dipengaruhi oleh tiga budaya. Dari
kebudayaan Persia mereka mengambil ajaran tentang etika dan tata krama dalam istana. Ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, dan keilmuan mereka mengambil dari Bangsa Arab.
Sedangkan pemerintahan dan organisasi kemiliteran mereka banyak mengambil dari Byzantium.

Pada Bidang Keagamaan


1. Adanya jabatan Mufti sebagai pejabat urusan agama tertinggi, yang memiliki kuasa legitimasi dalam
hukum kerajaan.
2. Berkembangnya Tarekat, seperti tarekat Bekhtsyi dan tarekat Maulawi.
Pada Bidang Ekonomi

Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri pada waktu itu di antaranya: Mesir sebagai
pusat produksi kain sutra dan katun, Anatolia selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan
pertanian yang subur, juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.

Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kehancuran Turki Utsmani


Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran Turki Utsmani adalah sebagai berikut:

1. Wilayah kekuasaan yang terlalu luas.


2. Heterogenitas penduduk.
3. Kelemahan para penguasa.
4. Pemberontakan-pemberotakan.
5. Merosotnya Ekonomi.
6. Kurang berkembangnya ilmu pengetahuan

SUMBER:

http://fm.gontor.co.id/tsaqafah/sejarah-kerajaan-turki-utsmani.html
Sejarah Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani pasca Sultan Sulaiman, diakibatkan karena perebutan
kekuasaan antara putra-putranya sendiri. Para pengganti Sultan Sulaiman, sebagian orang-
orang yang lemah dan mempunyai sifat dan keperibadian yang buruk. Juga karena lemahnya
semangat perjuangan prajurit Usmani yang mengakibatkan kekalahan dalam menghadapi
beberapa peperangan, ekonomi semakin memburuk, sifat pemerintahan tidak berjalan
semestinya.

Penguasa Turki Usmani hanya mengadakan ekspansi, perluasan wilayah, tanpa


memperhitungkan penataan sistem pemerintahan. Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah yang
jauh dari pusat pemerintahan direbut oleh musuh dan sebagian berusaha melepaskan diri.
Selain itu, juga disebabkan oleh wilayah kekuasaan yang sangat luas, sehingga pemerintah
kesulitan menjalankan administrasi pemerintahan. Faktor lain adalah, kelemahan para
penguasa, munculnya budaya pungli, pemberontakan tentara Jenisari, merosotnya ekonomi,
dan terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Uraian di atas menunjukkan bahwa kemajuan dan kemunduran suatu bangsa, tidak terlepas
dari watak para penguasanya.Kerajaan Turki Usmani mengalami kemajuan di saat
penguasanya adalah orang-orang yang memiliki komitmen memajukan bangsanya, sehingga
selain mengadakan perluasan wilayah kekuasaan, juga tidak melupakan penataan dalam
negeri yang telah dikuasainya. Memperbaiki administrasi pengelolaan negara, kemajuan
pertahanan dan militer, kemajuan di bidang ilmu pengatahuan dan kebudayaan sebagai syarat
untuk mengisi pembangunan bangsa, kehidupan bidang keagamaan yang dapat membentengi
negara dari hal-hal yang bersifat amoral, merupakan persyaratan bagi tegaknya sebuh negara.
Sebaliknya, sebuah negara dengan wilayah yang sangat luas, heterogenitas penduduk,
kelemahan penguasa, akhlak pejabat yang rusak, dan terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, merupakan bayangan akan kehancuran sebuah pemerintahan, dan
ini pula yang dialami oleh Kerajaan Turki Usmani.

H.D. Sirojuddin AR. Mengemukakan beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran kerajaan


Turki Usmani, yang meliputi: perluasan wilayah, administrasi yang tidak beres, bangsa dan
agama yang heterogen, kebobrokan Konstantinopel, penghianatan para putri istana,
pemebrontakan zukisyariah, budaya pungli meraja lela, dekadensi moral, perang yang
berkesinambungan, mengabaikan kesejahteraan rakyat, dan munculnya gerakan rasionalisme.

Kenyataan-kenyataan seperti itu telah menjadi momok bagi setiap kekuasaan. Titik lemah
suatu negara atau kekuasaan, jika dalam negara atau kekuasaan tersebut telah tumbuh sifat-
sifat yang demikian. Sifat rakus kekuasaan wilayah tanpa ada pengaturan yang baik,
penghianatan internal, moral tidak menjadi ukuran dalam pengambilan keputusan, para
penguasa berpoya-poya dengan uang rakyat dan mengabaikan kesejahteraan rakyat, membuat
rakyat semakin tidak berdaya, padahal rakyat adalah tulang punggung suatu negara. Inilah
yang titik kelemahan Kerajaan Turki Usmani.

Penghapusan sistem Kekhalifahan


Jatuhnya konstantinopel, ibukota Bizantium, ke tangan pasukan Turki Usmani dibawah
pimpinan Sultan Muhammad II Al Fatih pada tahun 1453  dianggap sebagai momentum
pertama kontak antara Turki dengan dunia Barat yang disebut dengan era baru. Konstantinopel
yang selanjutnya diganti menjadi Istanbul, adalah suatu kota metropolis yang berada di benua
Asia dan Eropa. Inilah titik awal masa keemasan Turki Usmani, yang terus cemerlang hingga
abad ke-18 dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas membentang dari Hongaria Utara di
Barat hingga Iran di Timur; dari Ukrania di Utara hingga Lautan India di Selatan.

Turki Usmani berhasil membentuk suatu Imperium besar dengan masyarakat yang multi-etnis
dan multi-religi yang berasilimilasi secara lentur. Kebebasan dan otonomi kultural yang
diberikan Imperium kepada rakyatnya yang non-muslim, adalah suatu bukti bagi dunia
kontemporer bahwa sistem kekhalifahan dengan konsep Islam telah mempertunjukkan sikap
toleransi dan keadilan yang luhur.

Sultan adalah sekaligus khalifah, artinya sebagai pemimpin negara, Ia juga memegang jabatan
sebagai pemimpin agama. Kekhalifahan Turki Usmani didukung oleh kekuatan ulama (Syeikhul
Islam) sebagai pemegang hukum syariah (Mufti) dan Sad’rul A’dham (perdana Mentri) yang
mewakili Kepala Negara dalam melaksanakan wewenang Dunianya. Disamping juga didukung
kekuatan tentara, yang dikenal dengan sebutan tentara Janisssari. Kekuatan militer yang
disiplin inilah yang mendukung perluasan Imperium Usmani, dan juga yang menyebabkan
keruntuhannya pada abad ke-20.

Kegagalan pasukan Turki dalam usaha penaklukan Wina pada tahun 1683, merupakan suatu
awal memudarnya kecermelangan Imperium Turki. Kekalahan tersebut dimaknai sebagai
melemahnya kekuatan pasukan Turki dan menguatnya pasukan Eropa. Lebih disadari lagi
bahwa kekalahan itu menandai kelemahan teknik dan militer pasukan Turki. Inilah yang
menjadi awal munculnya upaya mencontoh teknologi militer Barat yang dianggap telah maju.
Selanjutnya kondisi ini membawa Turki Usmani pada suatu masa pembaruan atau modernisasi.

Perintis modernisasi (pembaharuan) adalah Sultan Mahmud II, kemudian dilanjutkan oleh
Tanzimat. Secara etimologi tanzimat berasal dari kata nazhzhama-yunazhzhimu-tanzhimat,
yang berarti mengatur, menyusun, dan memperbaiki. Istilah ini dimaksudkan untuk
menggambarkan seluruh gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki Usmani pada
pertengahan abad ke-19. Gerakan ini ditandai dengan munculnya sejumlah tokoh
pembaharuan Turki Usmani yang belajar dari Barat yaitu bidang pemerintahan, hukum,
administrasi, pendidikan, keuangan, perdagangan dan sebagainya. Tanzimat merupakan suatu
gerakan pembaharuan sebagai kelanjutan dari kemajuan yang telah dilakukan oleh Sultan
Sulaiman (1520-1566 M) yang termasyhur dengan nama al-Qanuni. Namun pembaharuan
yang sebenarnya lebih membekas dan berpengaruh pada masa Sultan Mahmud II (1808-1839
M).

Ia memusatkan perhatiannya pada berbagai perubahan internal diantaranya dalam organisasi


pemerintahan dan hukum. Sultan Mahmud II juga dikenal sebagai Sultan yang pertama kali
dengan tegas mengadakan perbedaan antara urusan agama dan urusan dunia. Urusan agama
diatur oleh syari’at Islam (tasyr’ al-dini) dan urusan dunia diatur oleh hukum yang bukan
syari’at(tasyri’ madani).
Tanzimat ini berakhir dengan wafatnya Ali Pasya (1871). Kemudian dilanjutkan pada masa
Usmani Muda. Tokohnya adalah Ziya Pasya (1825-1880) dan Namik Kemal (1840-1888).
Usmani Muda adalah golongan intelektual kerajaan yang menentang kekuasaan absolut sultan.
Usmani Muda berasal dari perkumpulan rahasia yang didirikan pada 1865 dengan tujuan
merubah pemerintahan absolut kerajaan Turki Usmani menjadi konstitusional. Namun,
kelemahan mendasar adalah treletak pada tidak adanya golongan menengah yang
berpendidikan lagi kuat perekonomiannya untuk mendukung mereka.

Pembaharu pasca-Usmani Muda adalah Turki Muda. Mereka adalah kalangan intelektual yang
lari ke luar negeri dan dari sana melanjutkan oposisi mereka. Gerakan dikalangan militer
menjelma dalam bentuk komite-komite rahasia. Oposisi dari berbagai kelompok inilah yang
kemudian dikenal dengan Turki Muda. Tokoh utamanya adalah Ahmed Riza (1859-19310,
Mahmed Murad (1853-1912) dan Pangeran Sahabuddin (1877-1948). Ide pembaharuanya
adalah bahwa yang menyebabkan kemunduran Turki Usmani adalah terletak pada sultan yang
mempunyai kekuasaan absolut. oleh karena itu, kekuasaan sultan harus dibatasi. Pada tataran
ide pembatasan inilah, ide-ide Barat mulai masuk dalam aspek mencari format pemerintahan
yang konstitusional.

Kondisi porak porandanya Imperium Turki Usmani akibat peperangan yang terus menerus,
serta ekonomi negara yang devisit inilah menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi
muda Turki ketika itu. Pemikiran tentang identitasa bangsa dan pentingnya suatu negara
nasionalis yang meliputi bangsa Turki menjadi wacana yang banyak diperdebatkan.

Setelah Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak Sentral yang didukung oleh
Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemuduran yang sangat menyedihkan. Satu
persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki
Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah
kekuasaan Turki untuk dijadikan negara koloni mereka.

Pada tahun 1919-1923 terjadi revolusi Turki setelah Turki Muda di bawah pimpinan Mustafa
Kemal. Kecemerlangan karier politik Mustafa Kemal Attaturk dalam peperangan, yang dikenal
sebagai perang kemerdekaan Turki, mengantarkannya menjadi pemimpin dan juru bicara
gerakan nasionalisme Turki. Gerakan nasionalisme ini, yang pada waktu itu merupakan leburan
dari berbagai kelompok gerakan kemerdekaan di Turki, semula bertujuan untuk
mempertahankan kemerdekaan Turki dari rebutan negara-negara sekutu. Namun pada
perkembangan selanjutnya gerakan ini diarahkan untuk menentang Sultan.

Mustafa Kemal Attaturk (1881-1938) lahir di kota Salonika pada tahun 1881. ia merupakan


pendiri Republik Turki. Sejak kecil Attaturk bercita-cita menjadi tentara sehingga ia masuk
sekolah menengah militer. Karena kepandaiannya dalam pelajaran matematika, gurunya
menjulukinya Kemal, sebuah kata dalam bahasa Arab yang berarti sempurna.

Attaturk melanjutkan akademi militernya di Istanbul dan sejak itu menjalani karier di bidang
kemiliteran. Karena kemampuannya di bidang militer serta pandangan politiknya yang menonjol
dan disukai banyak orang, ia memperoleh pendukung dalam jumlah besar, terutama dikalangan
militer.
Mustafa Kemal Attaturk mendirikan Negara Republik Turki di atas puing-puing reruntuhan
kekhalifahan Turki Usmani dengan prinsip pembaharuannya Westwenalisne, Sekularisme, dan
Nasionalisme. Meskipun demikian, Mustafa Kemal bukanlah yang pertama kali
memperkenalkan ide-ide tersebut di Turki. Gagasan sekularisme Mustafa Kemal banyak
mendapat inspirasi dari pemikiran Ziya Gokald (1875-1924), seorang sosiolog Turki yang diakui
sebagai Bapak Nasionalisme Turki. Pemikiran Ziya Gokalp adalah sintesa antara tiga unsur
yang membentuk karakter bangsa Turki, yaitu ke-Turki-an, Islam serta Modernisme.

Secara lebih rinci pemikiran-pemikiran Mustafa Kemal Attaturk terinspirasi dari aliran-aliran


sebagai berikut :

1.      Aliran Westerenisasi dipimpin oleh Taufiq Fekrit (1867-1950) dan Abdullah Jewdat
(1869-1932). Mereka berpendapat bahwa untuk mengembalikan kejayaan Turki harus:

a)      Sepenuhnya mengikuti apa aja yang menjadikan dunia Barat maju.

b)      Islam dikembalikan pada asal kemurniaannya, yaitu Al-Quran dan Sunnah rosul sebagai
sumbernya.

2.      Gerakan Islam dipimpin Muhamed Akif (1875-1924 M). mereka berpendirian bahwa
Turki jatuh, karena tidak konsekuen dalam menjalankan hukum Islam dalam segala aspek
kehidupan.

3.      Gerakan Nasionalisme dipimpin Ziagokald pada tahun 1875-1924 M. gerakan ini


membina gerakan-gerakan militer, yang termasuk dalam binaanya adalah Mustafa Kemal
Attaturk yang muncul tepat pada waktunya, yaitu ketika Negara dan bangsa Turki dalam
keadaan krisis (The sick old man) dalam Perang Dunia I.

Mustafa Kemal Attaturk, saat itu berada di dunia militer dengan jabatan militer komandan
wilayah turki. Dia sudah lama mempersiapkan anak buahnya untuk melakukan revolusi di Turki.
Karena itu jabatannya sebagai komandan militer, ia memanfaatkan untuk mewujudkan
gagasannya yang berupa revolusi di Turki. Cita-cita dalam revolusinya adalah mendirikan
negara berbentuk republik Turki Merdeka. Cita-cita itu terwujud pada tahun 1924 M. Pada
tahun 1924, Mustafa Kemal Attaturk mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

1.      Mengusir semua tentara asing yang menduduki wilayah Turki dan berhasil pada tahun
1924.

2.      Setelah negrinya bersih dari Negara asing, pada tanggal 3 Maret 1924 dia
memproklamasikan Republik Turki Merdeka.

3.      Atas nama Panglima Angkatan Bersenjata, dia membentuk Majelis Kongres Nasional.


Dia memimpin sidang umum Kongres Nasional I dengan acara memilih Presiden Republik
Turki Merdeka dan memilih ketua Majelis Kongres Nasional . Secara aklamasi dia terpilih dan
dia merangkap jabatan sebagai eksekutif dan legislatif sekaligus.

4.      Dengan dukungan angkatan bersenjata, dia bertindak sebagai dictator dalam


menjalankan pemerintahan dan menyelamatkan pemerintahan Republik Turki Merdeka. Ia juga
menetapkan ideologi Negara menganut paham sekularisme. Atas dasar ideologi Negara ini, dia
mengumumkan akan mengambil langkah-langkah kebijaksanaan untuk mencapai cita-citanya
demi kepentingan Negara. Siapa yang tidak setuju tanggung akibatnya dan masuk penjara.
Selanjutnya dia mengambil langkah-langkah sebagai berikut:

a)      Menghapus syariah kerajaan dan tidak ada lagi jabatan kekhalifahan;

b)   Mengganti hukum-hukum Islam dengan hukum-hukum Italia, jerman, dan Swiss;

c)      Menutup beberapa Mesjid dan Madrasah;

d)     Mengganti agama Negara dengan sekularisme;

e)      Mengubah azan ke dalam bahasa Turki;

f)       Melarang pendidikan agama di sekolah umum;

g)      Melarang kerudung bagi kaum wanita dan pendidikan terpisah;

h)       Mengganti naskah-naskah bahasa Arab dengan bahasa Roma.

Pada tahun 1928 M, Negara Turki Merdaeka menjadi 100% Negara sekuler.

Kronologi sejarah di atas, penulis uraikan untuk menerangkan suatu kondisi sosial politik
Imperium Usmani yang pada ujungnya membentuk pemikiran dan gerakan sekuler Mustafa
Kemal Attaturk. Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu
supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat.

Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan


terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden
Republik Turki dan menjadi presiden pertama Turki yang dipilih lewat Pemilu. Tanggal 29
November 1923.

Pada tanggal 3 Maret 1924 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan
jabatan khalifah. Khalifah Abdul Majid sebagai khalifah terakhir diperintahkan meninggalkan
Turki. Pada tahun 1928 negara tidak ada lagi hubungannya dengan agama. Sembilan tahun
kemudian, yaitu setelah prinsip sekulerisme dimasukkan ke dalam konstitusi di tahun 1937,
Republik Turki dengan resmmi menjadi Negara sekuler.

Perlu dipahami bahwa, sekulerisasi yang dijalankan oleh Mustafa Kemal tidak sampai
menghilangkan agama. Sekulerisasinya berpusat pada kekuasaan golongan ulama dalam soal
negara dan dalam soal politik. Yang terutama ditentangnya ialah ide negara Islam dan
pembentukan negara Islam. Negara mesti dipisahkan dari agama. Institusi-institusi negara,
sosial, ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan harus bebas dari kekuasaan syari’at. Namun,
negara tetap menjamin kebebasan beragama bagi Rakyat. Sejak saat itu ideologi Islam benar-
benar terkubur ditandai dengan dihilangkannya institusi khilafah oleh majelis nasional Turki dan
diusirnya Khalifah terakhir.
Itulah akhir dari masa keemasan kerajaan Turki Usmani, pada masa selanjutnya kelemahan
kerajaan ini menyebabkan kekuatan Eropa tanpa segan-segan menjajah dan menduduki derah-
daerah muslim yang dulunya berada dalam kekuasaan kerajaan Usmani. meskipun demikian
kerajaan ini telah menjadi kerajaan muslim terbesar pada masa modern dan juga menjadi
kerajaan muslim terlama sepanjang sejarah, dan berkuasa dari tahun 1300 M. sampai tahun
1924 M.

Menurut Ibnu Khaldun sebagaimana dikutip Azumardi Azra, bahwa kebangkitan dan
keruntuhan peradaban merupakan semacam political sociology dan sekaligus sociological
politics. Menurut ibnu Khaldun, elan vital bagi kebangkita dan kemajuann peradaban adalah
apa yang disebut ashabiyah dengan makna yang berbeda dari makna awal kemunculannya
pada pra-Isalam. Ashabiyah dalam makna Ibnu Khaldun mengandung arti “rasa solidaritas”,
“kesetiaan kelompok”, bahkan juga dimaknai dengan “nasionalisme.”

Turki dalam konteks negara sekuler merupakan lahan kajian sejarah yang amat menarik dan
berharga bagi dunia Islam.Hal ini disebabkan karena pembahasan tentang turki dalam
melakukan “eksperimen sejarah” yang secara terang-terangan menyatakan negara sekular
serta mengambil Barat sebagai model modernisasinya.

Kata sekular pada dasarnya mempunyai dua konotasi, yaitu waktu dan lokasi. Waktu
menunjukkan pada pengertian sekarang, dan lokasi mengandung arti dunia. Sedangkan kata
sekularsisasi diartikan sebagai pembebasan manusia atas agama atau metafisik.

Menurut Fazlur Rahman, istilah Sekularisasi dalam dunia pembaharuan mengandung dua
makna praktis, yaitu “pembedaan” ayang kultur dan yang doktrinal dalam agama, sekaligus
“pemisahan” antara keduanya. Sesuatu yang bersifat kultur diatur dengan menggunakan
prinsip-prinsip sekuler –duniawi- yang terlepas dari doktrin agama. Dan Turki adalah satu-
satunya negara Islam yang dengan semangat menolak lembaga-lembaga Islam dalam
melaksanakan masalah-masalah politik dan pemerintahan.

Untuk menilai bagaimana corak negara sekuler Turki, penulis mengambil pendapat Donald
Eugene Smith. Menurutnya sekulerisasi pemeriintahan ditandai oleh:

1. Pemisahan pemerintahan; yakni pemutusan hubungan dengan segala ikatan antara


pemerintah dan agama. Dalam kasus Turki, sekulerisasi misalnya yerlihat pada langkah Kemal
dalam penghapusan lembaga kesultanan dan lembaga kekhalifahan.

2.  Pengembangan pemerintahan, dalam wilayah yuridikasinya dengan memasuki bidang


kehidupan sosial dan ekonomi yang dulu diatur lembaga keagamaan. Sekulerisasi dalam
bentuk ini setidaknya mencakup mencakup sekulerisasi dalam bidang hukum, dalam bidang
pendidikan, serta pada bidang ekonomi.

3. Transformasi pemerintahan, yang mennyangkut perubahan-perubahan kualitatif internal


pemerintahan didalam pemerintahan yakni sekulerisasi budaya politik. Sekulerisasi dalam
bidang ini, agama diperlakukan sebagai persolaan keyakinan yang sepenuhnya bersifat
personal. Sementara dalam menjalankan fungsi politik, seseorang sepenuhnya bersifat sekular.
dalam makna ini, agama dan negara harus berfungsi secara terpisah dan tidak saling
mencampuri.

Dengan demikian, sekularisasi yang timbul di Turki berada pada taraf pendekatan, yakni proses
sosial politik menuju sekulerisme dengan aplikasinya yang kuat yakni adanya pemisahan
antara agama dan negara. Akan tetapi bila digunakan analisis Donald Smith, maka sekulerisasi
yang terjadi di Turki belum mencapai pada tingkat sekulerisasi budaya politik dalam arti
tercabutnya nilai-nilai agama (Islam) dalam praktek politik.

Kedatipun bara sekulerisasi di Turki telah lama di sulut dalam beberapa aspek kehidupan
rakyat Turki, namun tidak berhasil menghanguskan religuitas bangsa Turki, Rasa keagamaan
yang mendalam di kalangan rakyat Turki tidak tidak menjadi lemah karena sekularisasi yang
dilakukan. Islam telah memiliki akar yang begitu kuat dalam kehidupan masyarakat Turki. Dan
inilah yang dapat memperkokoh asumsi bahwa konsep sekularisasi Barat tidak akan tumbuh
subur ketika mencoba diterapkan dalam masyarakat Muslim.

Demikian pula para pembaharu Turki, khususnya pada Kemal Attaruk, tidaklah bermaksud
menyirnakan Islam dari masyarakat Turki, yang mereka kehendaki adalah de-ideologi Islam,
yaitu memisahkan kekuasaan (lembaga) Islam dari bidang politik dan pemerintahan. Sebab
ideologisasi Islam yang pernah dikembangkan penguasa Turki Utsamani dan mampu
mengantarkan Turki Utsnami pada puncak kejayaannya dinilai para pembaharu Turki tidak
cukup efektif lagi untuk mendongkrak kelumpuhan Turki Usmani dalam menghadapi Barat.
Oleh karena itu, langkah ini –yang menurut penagagasnya adalah langkah terbaik- mereka
tempuh dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam di Turki.

Di lain pihak, sejak memproklamirkan diri menjadi negara sekuler pada tahun 1924, Musthafa
Kemal dinilai telah melampaui nilai-nilai sekulerisme. Bagimana tidak, masyarakat seolah
dijauhkan dari symbol dan nilai-nilai agama. Pelarangan Pemakaian jilbab bagi wanita, huruf-
huruf Arab diganti dengan huruf latin, busana khas bagi laki-lakai diganti dengan busana ala
Eropa, dll. adalah bentuk dan bukti yang menguatkan asumsi ini. Singkatnya, semua yang
berkaitan dengan symbol-symbol Arab dan Islam dilarang.

Reaksi Ulama atas Ide Sekulerisme

Tindakkan Mustafa Kemal Attaturk justru menggugah tokoh-tokoh Islam untuk bersatu menolak


ajarannya. Pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat Turki tidak rela Islam diperlakukan
demikian oleh rezim militer di bawah Kemal Attaturk. Mereka serentak bersatu dan sepakat
mengembalikan posisi Islam pada posisinya semula, tahap demi tahap dan akhirnya sempurna
pada tahun 1950. Bangkitnya Partai Demokrasi Turki pada tahun 1950 mengangkat kembali
kelahiran Islam yang ditandai dengan berdirinya Fakultas Teologi di Universitas Ankara. Hal ini
menjadi lambang kebangkiatan kembali Islam di Turki. Fakultas ini ditugaskan untuk membasmi
kemelaratan keagamaan

http://selviavi.blogspot.co.id/p/runtuhnya-kerajaan-turki-usmani-
pasca.html

Anda mungkin juga menyukai