Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA TIGA

KERAJAAN BESAR
(TURKI USMANI, SAFAWIYAH, MUGHAL)

OLEH :
MUHAMMAD ABDIAWAN
MUHAMMAD FADHIL AMRULLAH
MUHAMMAD NUR FAJAR

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami bersyukur kepada Allah SWT. karena rahmat dan ridho-Nya
kepada kami dalam pembuatan makalah ini. Tiada sesuatu yang berjalan dengan baik tanpa
pengawasan-Nya, termasuk makalah yang kami buat ini. Kami panjatkan puji syukur juga
atas kesehatan yang diberikan di tengah pandemi seperti sekarang ini.
Atas segala kekurangan makalah ini, kami mohon maaf. Karena manusia tidak luput
dari kesalahan, sebab kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN

Makalah yang kami buat ini berjudul “Sejarah Peraadaban Islam pada Masa Tiga
Kerajaan Besar (Turki Usmani, Safawiyah, Mughal). Makalah ini membahas sejarah
mengenai masa peradaban Islam pada saat kejayaan tiga kerajaan tersebut.
Peradaban Islam sempat kacau dengan hancurnya dinasti umayyah dan abbasiyyah.
Namun, mulai nampak kembali sejak munculnya tiga kerajaan besar, yang diketahui
dengan kerajaan Turki Usmani, Kerajaan Syafawiyah, dan Kerajaan Mughal.
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi kewajiban
kami sebagai mahasiswa dalam kelas Sejarah Peradaban Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Peradaban Islam pada Masa Turki Usmani

Nama Kerajaan Turki Usmani berasal dari nama pendahulu mereka, yaitu Sultan
Usmani bin Ertoghrol. Pada awalnya, seorang bangsa turki yang berasal dari
Oghuz(di Mongol, sebelah utara negeri china) ini mengabdikan dirinya kepada
Sultan Alauddin(Seljuk) setelah ia hijrah ke Turkistan. Pada saat itu, Ertoghtol
mengabdi dan membantu Sultan Alauddin yang sedang melawan Byzantium. Sultan
Alauddin memenangkannya atas bantuan Ertoghrol dan memberikan hadiah
kepadanya berupa tanah yang berdampingan dengan Byzantium.

Sekitar tahun 1298 M, Ertohrol wafat dan kemudian Sultan Alauddin mengarahkan
cucunya yang bernama Usman untuk mengambil alih dan memipin kerajaan di
tanah Ertoghrol.

Terdapat lebih dari 38 kepemimpinan dari Kesultanan Usmani, namun terdapat 9


pemimpin diantaranya yang paling berpengaruh, yaitu :
- Sultan Usmani
- Sultan Urkhan
- Sultan Murad
- Sultan Bayazid
- Sultan Muhammad
- Sultan Murad II
- Sultan Muhammad II
- Sultan Salim
- Sultan Sulaiman bin Al-Qanuni
Aspek-Aspek peradaban Islam pada Masa Turki Usmani

- Bidang Politik
Kesultann Muhammad II yang terkenal dengan nama Al-Fatih menaklukkan
konstantinopel pada tahun 1453 M. Takluknya konstantinopel, menjadi alasan
digantinya digantinya nama konstantinopel ke Istanbul. Ini membuat nama besar
Kesultanan Usmani(Ottoman Empire) menjadi semakin dikenal.

- Bidang Ilmu Pengetahuan


Sulaiman al-Qanuni dalam masajabatannya, setiap rakyat beragama islam
ditekankan wajib sholat limaxkali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada
yang melanggar tidak hanya dikenai denda namun juga sanksi badan. Inilah
yang membuat Sultan Sulaiman menjadi tenar di kawasan Turki Usmani,
mampu menerjemahkan Alquran kedalam bahasa Turki, berawal dari sini nama
beliau masyhur sebagai kepala negara yang paling tenar di jajaran dunia. Kitab
tidak terhingga banyaknya di perpustakaan masa kemajuan Islam mencakup
seluruh negara notabene Islam, tidak dapat dipungkiri baik bersifat umum
maupun khusus. Rata-rata semua Masjid dan madrasah-madrasah terdapat
sebuah perpustakaan beraneka ragam keilmuan apalagi ilmu-ilmu agama dan
bahasaxarab.

- Bidang Sosial
Kerajaan Turki Utsmani adalah tersusun yaitu kebudayaanxpersia, Arab,
danxByzantium. Persis halnya kebudayaanxpersia mereka mengambil perihal
ajaran agama mengenai etika danxtata krama dalam kehidupanxdi istana. Dan
Bizantyum mereka mengambilorganisasi kemiliteran danzpemerintahan. Mereka
mengadopsi perihal prinsip-prinsip ekonomi, sosial, keilmuan dan huruf melalui
bangsa Arab. Masyarakat Turki Utsmani tenar dengan kepiawaiannya di bidang
perang, yang paling diprioritaskan di bidang militer danxpertahanan.

- Bidang arsitektur
Pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, dibangun berbagai sarana ibadah,
pendidikan, kesehatan, ekonomi dan hiburan di berbagai kota besar maupun
kecil. Bahkan dikatakan bahwa tidak kurang dari 235 buah bangunan hanya
dikordinir oleh satu orang Arsitek asal Anatolia yang bernama Sinan. Ini
membuktikan bahwa betapa tingginya kemajuan arsitektur yang dicapai.
- Bidang Sains dan Teknologi
Adapun dalam bidang sains seperti matematika dan kedokteran. Sedangkan
bidang teknologi yaitu astronomi, Taqi al-Dinxpada membangun observatorium
tahun 1577, ia melakukan pengamatan astronomi disana sampai tahun 1508. Ia
menghitung eksentrisitas orbit Matahari dan pergerakan tahun Apoge.
Percetakan istambul pada tahun 1727 M. Sehingga akses buku-buku tentang
ilmu kedokteran, ilmu kalam, ilmu pasti, sejarah, hadis,fikih dan tafsir mudah
didapatkan.

Kemajuan yang Telah Dicapai Oleh Kerajaan Turki Usmani

- Bidang Militer dan Pemerintahannya


Para tentara dapat mengatur dan menata sehingga negara Utsmani dijuluki
mesin perang terkokoh dan paling superior, kemudian menyampaikan motivasi
yang dapat mempengaruhi tentara dalam merebut kekuasaan negeri
nonxmuslim. Elemen garda pertama yang mendorong kemajuan ini ialah
tabiatxbangsa Turki itu sendiri yang ada ciri khas kemiliteran, disiplin, dan
patuhxterhadap peraturan. Penataan antusiasme militer kerajaan diorganisasi
bagus dan terorganisir sejak pemerintahan SultanxMurad I.

- Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya


Turki Utsmani sangat maju pada bidang kemiliteran, sementara dalam ilmu
pengetahuan mereka tidak nampak unggul. Hanya saja, mereka terus beraksi
dalam arsitektur yangindah seumpama masjid jami’xSulthan Muhammadxal-
Fatih. Kebudayaan TurkixUtsmani ialah kombinasi beraneka ragam kebudayaan
termasuk kebudayaanxPersia.

- Bidang Keagamaan
Jika ditinjau dari aspek keagamaan pemerintah sangat terselubung selaras
dengan Syaria’atzIslam. Ulama memiliki diktatorial disisi pemerintahan
demikian juga para masyarakat. Ulama berkedudukan sebagai Mufti sehingga
ada diktatorialuntuk memberikan fatwa.
Mundurnya Kesultanan Usmani

Setelah wafatnya Sulthan Sulaiman al-Qanuni (1566xM), KerajaanxTurki


Utsmani mulai memasuki zona kehancuran secara perlahan-perlahan. Sultan
Sulaimanxal-Qanuni diganti oleh SalimxII (1566-15730M). Peristiwa peperangan
oleh Armada laut kerajaan Turki Usmani melawan Armada laut keristen, mereka
berasal dari angkatan laut Spanyol, peristiwa ini berada di Selat Laut Uponto,
Yunani. Turki Usmani memperoleh kekalahan pada peperangan ini. Wilayah
Tunisia dapat dirampas kembali dibawah pemerintahan SulthanxMurad IIIx(1575
M) .
Hal-hal yang menunjang kemunduranxTurki, meliputi:
1) Ekspansi daerah kekuasaanxUtsmani. Khilafah Turki hanya menaati ambisius
penaklukkan, sedangkan sistematikan dan tata pemerintahanxdiabaikan. Manakala
imperiumxUtsmani dibelenggu kelemahan, daerah-daerah perbatasan dari pusat
jarak tempuhnya cukup jauh, secara gamblang dikuasai olehxlawan.

2) PemborontakanxYennisary. Pada masa gkegentingan Yennisaryxtidak


mengaplikasikan komitmen dengan cara mpenyaringan danxprestasi, akan tetapi
eksistensinya lebih dominan dari keturunanxdan kabilah tertentu. Tokoh-
tokohxYennisary terselubung pertikaian kepada para penguasa sampai pertikaian
menjadi-jadi beberapa kali yaakni pada tahun41525,01632,01727, dan01826. 3)
Raja yang tidak sigap. Peneruspenguasa Utsmani se usai Sulaimanxal-Qanuni
cecodong tidak berdaya dalam melawan musuh. Mereka rakus terhadap pangkat dan
kedududkan, bahkan saling bertumpah darah.
B. Sejarah Peradaban Islam pada Masa Syafawiyah

Kerajaan Safawi adalah salah satu kerajaan besar di Iran, yang berdiri setelah
penaklukan Persia oleh pasukan Muslim pada abad ke-7.

Pendiri Kerajaan Safawi di Persia adalah Ismail I (1501-1524), yang juga


merupakan pendiri Dinasti Safawi.Selama berdiri hingga 1736, periode kerajaan ini
sering disebut sebagai awal dari sejarah Iran modern.

Salah satu contoh perkembangan yang muncul pada Kerajaan Safawi adalah
pada bidang pendidikan, di mana raja yang berkuasa mendirikan sekolah
keagamaan dan menetapkan Islam Syiah sebagai agama resmi kerajaan. Kerajaan
Safawi berdiri hingga keruntuhannya pada 1736. Kendati demikian, pengaruh yang
ditinggalkannya begitu penting bagi Iran hingga beberapa abad berikutnya.

Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi antara lain:

- Bidang Ekonomi Kemajuan ekonomi


pada masa itu bermula dengan penguasaan atas Kepulauan Hurmuz dan
pelabuhan Gumrun yang diubah menjadi Bandar Abbas. Dengan demikian
Safawiyah menguasai jalur perdagangan antara Barat dan Timur. Di samping
sektor perdagangan, Safawiyah juga mengalami kemajuan dalam bidang
pertanian, terutama hasil pertanian dari daerah Bulan Sabit yang sangat subur.

- Bidang Ilmu Pengatahuan


Sepanjang sejarah Islam Persia dikenal sebagai bangsa yang telah berperadaban
tinggi dan berjasa mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
sejumlah ilmuan yang selalu hadir di Majelis Istana yaitu Baha al-Dina al-
Syaerazi, generalis ilmu pengetahuan, Sadar al-Din al-Syaerazi, filosof, dan
Muhammad al-Baqir Ibn Muhammad Damad, filosof, ahli sejarah, teolog dan
seorang yang pernah mengadakan observasi tentang kehidupan lebah.

- Bidang Pembangunan Fisik dan Seni


Kemajuan bidang seni arsitektur ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan
megah yang memperindah Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah
masjid, sekolah, rumah sakit, jembatan yang memanjang di atas Zende Rud dan
Istana Chihil Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang
tertata apik. Ketika Abbas I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48
akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat
dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya.

KEMUNDURAN DAN KEHANCURAN KERAJAAN SAFAWI

Sepeninggal Abbas I, Kerajaan Safawi berturut-turut diperintah oleh enam raja,


yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694
M), Husein (1694- 1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M) dan Abbas III (1733-1736
M). Pada masa raja-raja tersebut kondisi kerajaan Safawi tidak menunjukkan grafik
naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran, yang akhirnya
membawa kepada kehancuran.

Raja Safi Mirza (cucu Abbas I) juga menjadi penyebab kemunduran Safawi,
karena dia seorang raja yang lemah dan sangat kejam terhadap pembesar-pembesar
kerajaan. Di lain sisi dia juga seorang pencemburu yang akhirnya mengakibatkan
mundurnya kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh dalam pemerintahan
sebelumnya (Abbas I).

Kota Qandahar lepas dari kekuasaan kerajaan Safawi, diduduki oleh kerajaan
Mughal yang ketika itu diperintah oleh Sultan Syah Jehan, sementara Baghdad
direbut oleh kerajaan Usmani. Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman
keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga
seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya.

Akibatnya rakyat bersikap masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh


Shah Husein yang alim. Ia memberi kekuasaan yang besar kepada para Ulama
Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadap penganut aliran Sunni. Sikap
ini membangkitkan kemarahan golongan Sunni Afghanistan, sehingga mereka
berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan Dinasti Safawi.

Pemberontakan bangsa Afghan tersebut terjadi pertama kali tahun 1709 M di


bawah pimpinan Mir Vays yang berhasil merebut wilayah Qandahar.
Pemberontakan lainnya terjadi di Heart, suku Ardabil Afghanistan berhasil
menduduki Mashad. Mir Vays diganti oleh Mir Mahmud dan ia dapat
mempersatukan pasukannya dengan pasukan Ardabil, sehingga ia mampu merebut
negeri-negeri Afghan dari kekuasaan Safawi. Karena desakan dan ancaman Mir
Mahmud, Shah Husein akhirnya mengakui kekuasaan Mir Mahmud dan
mengangkatnya menjadi Gubernur di Qandahar dengan gelar Husei Quli Khan
(budak Husein).
Dengan pengakuan ini, Mir Mahmud makin leluasa bergerak sehingga tahun
1721 M, ia merebut Kirman dan tak lama kemudian ia menyerang Isfahan dan
memaksa Shah Husein menyerah tanpa syarat. Pada tanggal 12 Oktober 1722 M
Shah Husein menyerah dan 25 Oktober Mir Mahmud memasuki kota Isfahan
dengan penuh kemenangan.

Salah seorang putera Husein, bernama Tahmasp II, mendapat dukungan penuh
dari suku Qazar dari Rusia, memproklamasikan dirinya sebagai raja yang sah dan
berkuasa atas Persia dengan pusat kekuasaannya di kota Astarabad. Tahun 1726 M,
Tahmasp II bekerjasama dengan Nadir Khan dari suku Afshar untuk memerangi dan
mengusir bangsa Afghan yang menduduki Isfahan. Asyraf, pengganti Mir Mahmud,
yang berkuasa di Isfahan digempur dan dikalahkan oleh pasukan Nadir Khan tahun
1729 M.

Asyraf sendiri terbunuh dalam peperangan itu, dengan demikian Dinasti Safawi
kembali berkuasa. Namun, pada bulan Agustus 1732 M, Tahmasp II dipecat oleh
Nadir Khan, dan digantikan oleh Abbas III (anak Tahmasp II) yang ketika itu masih
sangat kecil. Empat tahun setelah itu, tepatnya tanggal 8 Maret 1736, Nadir Khan
mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Abbas III. Dengan demikian
berakhirlah kekuasaan Dinasti Safawi di Persia.

Adapun sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi

- Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani. Berdirinya


kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi’ah merupakan ancaman bagi kerajaan
Usmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian antara dua kerajaan besar ini.

- Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin kerajaaan


Safawi, yang juga ikut mempercepat proses kehancuran kerajaan ini. Raja
Sulaiman yang pecandu narkotik dan menyenangi kehidupan malam selama
tujuh tahun tidak pernah sekalipun menyempatkan diri menangani
pemerintahan, begitu pula dengan Sultan Husein.

- Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata tidak


memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat Qizilbash. Hal ini
dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan mental karena tidak dipersiapkan
secara terlatih dan tidak memiliki bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran
ini sangat besar pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan
kerajaan Safawi.

- Seringnya terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan di


kalangan keluarga istana.
C. Sejarah Peradaban Islam pada Masa Mughal

Perkembangan dan Peninggalan Dinasti Mughal di India 1525-1857 merasa


cukup kuat untuk mendirikan kekuasaan di India, pada tahun 1206 ia mendirikan
Kesultanan Delhi di India yang berhasil dipertahankan hingga 1290. Dinasti
keturunan Aibak sering disebut dinasti keturunan hamba-hamba raja, karena Aibak
sendiri bukanlah keturunan raja. Sultan Balban adalah raja terakhir dinasti
keturunan hamba-hamba raja. Dia tidak meninggalkan keturunan dan pemerintahan
Kesultanan Delhi selanjutnya diambil alih oleh dinasti raja-raja keturunan Khilji
(1290-1321), kemudian dilanjutkan raja-raja keturunan Tughlak (1321-1399),
dinasti para Sayid (1414-1451), dan dinasti rajaraja keturunan Lodi (1451-1526),
kemudian yang terakhir adalah dinasti Dinasti Moghul.
Pergantian pemerintahan para raja yang berkuasa di Delhi tidak mulus begitu
saja, tetapi sering terbentur pertumpahan darah dan saling menjatuhkan. Keturunan
ketiga keluarga Lodi adalah Sultan Ibrahim Lodi (1517-1526) yang dianggap oleh
beberapa pembesar kerajaan kurang cakap memerintah. Paman Ibrahim Lodi yang
bernama Dhaulad Khan dan Alam Khan menjalin kerjasama dengan bangsa Mongol
Sultan Babar dari Kabul (timur Afghanistan) untuk menjatuhkan Ibrahim Lodi.
Kelompok Sultan Babur ini telah lama masuk Islam, dan mereka ahli dalam
melakukan peperangan. Sultan Babar/Babur adalah seorang keturunan bangsa Turki
(pihak ayah) dan bangsa Padang Pasir Lodi/ Jengis Khan (pihak ibu). 6 Sebagai
seorang keturunan Mongol, Babar memiliki sifat bawaan pemberani dan ahli dalam
perang. Ia berpandangan bahwa India akan berhasil dibangun menjadi imperium
yang kuat mengingat kekayaan yang dimilikinya. Pada saat Babur berkuasa di
Kabul, situasi di India sedang dalam masa kekacauan pada masa pemerintahan
Ibrahim Lodi. Kesempatan ini sebagai pintu bagi Babur untuk merealisasikan
impiannya memperluas imperium sampai di India.
Sultan Babur segera menyiapkan pertempuran untuk menjatuhkan raja Lodi.
Pada tahun 1526 terjadi pertempuran besar di kota Panipat. Sultan Ibrahim Lodi
dapat dikalahkan oleh tentara Sultan Babur, dan berakhirlah kerajaan Delhi. Sultan
Babar kemudian mendirikan kerajaan Moghul dan pemerintahannya terkenal
dengan nama kesultanan Mughal dengan ibu kotanya di kota Agra.
Raja-raja Kesultanan Mughal

 Zahiruddin Muhammad (Babur) (1526-1530 M)


 Nasiruddin Muhammad (Humayun) (1530-1540 M dan 1555-1556 M)
 Jalaluddin Muhammad (Akbar-i-Azam) (1556-1605 M)
 Nuruddin Muhammad Salim (Jahangir) (1605-1628 M)
 Shahabuddin Muhammad Khurram (Shah Jahan) (1628-1658 M)
 Muhiuddin Muhammad (Alamgir/Aurangzeb) (1658-1707 M)
 Muhammad Mu'azzam (Bahadur Shah Alam) (1707-1712 M)
 Mu'izuddin Muhammad (Jahandar Shah) (1712-1713 M)
 Farrukhsiyar (1713-1719 M)
 Rafi ud-Darajat (1719 M)
 Rafi ud-Daulah (Shah Jahan II) (1719 M)
 Roshan Akhtar (Muhammad Shah) (1719-1748 M)
 Ahmad Shah Bahadur (1748-1754 M)
 Azizuddin (Alamgir II) (1754-1759 M)
 Muhi-ul-Millat (Shah Jahan III) (1759-1760 M)
 Ali Gauhar (Shah Alam II) (1760-1788 M)
 Bidar Bakht (Jahan Shah IV) (1788 M)
 Mirza Akbar (Akbar Shah II) (1806-1837 M)
 Abu Zafar Sirajuddin Muhammad (Bahadur Shah II) (1837-1857 M)
KEMAJUAN PERADABAN ISLAM MASA DAULAH MUGHAL

- Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan


Perluasan wilayah pada masa Daulah Mughal berhasil menguasai
Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar,
Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar,
dan Asirgah. dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini berlangsung hingga
masa pemerintahan Aurangzeb. Menjalankan roda pemerintahan
secara, pemerintahan militeristik. Pemerintahan daerah dipegang oleh
seorang Sipah Salar (kepala komandan), sedang sub-distrik dipegang
oleh Faujdar (komandan). Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjang
kepangkatan yang bercorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang
diharuskan mengikuti latihan kemiliteran
Akbar menerapkan politik toleransi sulakhul (universal). Dengan
politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai sebagai
model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa Islam. Pada
Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis bagi
kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan politik
yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar Afghan, Iran,
Turki, dan Muslim Asli India.

- Bidang Ekonomi
Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk
mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap
perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang
dinamakan muqaddam atau patel, kedudukan yang dimilikinya dapat
diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya untuk menyetorkan
penghasilan dan menghindarkan tindak kejahatan. Kaum petani
dilindungi hak pemilikan atas tanah dan hak mewariskannya, tetapi
mereka juga terikat terhadapnya.
Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang.
Pada masa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The British
East India Company (EIC) yaitu Perusahaan Inggris - India Timur
untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun 1600 M.
Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku sutera,
sendawa, nila dan rempah dan mengimpor perak dan jenis logam
lainnya dalam jumlah yang besar.

- Bidang Agama
Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal
mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu
konsep Din-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari
berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat agama
baru. Pada prakteknya, Din-Ilahi bukan sebuah ajaran tentang agama
Islam. Namun konsepsi itu merupakan upaya mempersatukan umat-
umat beragama di India.
Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap
pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung
disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta
rendah yang merasa disia-siakan dan dikutuk oleh
golongan Arya Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu
terlihat  dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi
Mughal dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia
dengan budaya India dan Islam melahirkan budaya Islam India yang
dikembangkan oleh Dinasti Mughal.

- Bidang Seni dan Budaya


Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang
mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad Jayazi,
seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akbar Nameh dan Aini
Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya. Daulah Mughal
termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj mahal di Agra
merupakan puncak karya arsitektur pada masanya, diikuti oleh Istana
Fatpur Sikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya Delhi di Lahore.
Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas pusat Kerajaan Mughal,
terdapat menara Qutub Minar (1199), Masjid Jami Quwwatul Islam
(1197), makam Iltutmish (1235), benteng Alai Darwaza (1305), Masjid
Khirki (1375), makam Nashirudin Humayun, raja Mughal ke-2 (1530-
1555). Di kota Hyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar
(1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
Taman-taman kreasi Mughal menonjolkan gaya campuran yang
harmonis antara Asia Tengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal
Ada dua faktor kemunduran dan kehancuran kerajaan Mughal, yaitu faktor
internal dan eksternal. Kedua faktor ini memiliki hubungan yang sangat erat antara
satu dengan yang lain.
1. Faktor Internal
a. Tidak Adanya Kejelasan Lajur Suksesi Ketidakjelasan suksesi menimbulkan
berbagai kemelut berkepanjangan di antara para anggota keluarga kerajaan yang
merasa mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menjadi raja. Akibatnya,
perebutan kekuasaan melalui kekerasan dan bahkan perang saudara sering tidak
terhindarkan lagi. Misalnya Aurangzeb, ia menjadi raja setelah melakukan perang
saudara dengan melibatkan banyak pangeran, seperti Murad, Syuja’ dan Syikoh.
Sepeninggal Aurangzeb, kekuasaan diperebutkan oleh ketiga orang anaknya dan
akhirnya dimenangkan oleh Bahadur Syah dengan bantuan bangsa Rayput yang
dahulunya justru menjadi musuh besar bagi kerajaan Mughal. Demikian halnya
sepeninggal Bahadar Syah, penggantinya Azimuz Syah yang merupakan anaknya
ternyata telah ditentang oleh Zulkifar Khan, anak Azad Khan, Wazir Aurangzeb.
Setelah Azimuz Syah meninggal, anaknya yang bernama Jihandar Syah
menggantikannya menjadi raja, namun ditentang oleh adiknya Farukh Syah dan
berhasil menyingkirkannya pada tahun 1713 M. Kekuasaan Farukh Syah tidak pula
bertahan lama, karena pada tahun 1719 ia tewas di tangan para pendukungnya
sendiri, dan kedudukannya digantikan oleh Muhammad Syah yang bertahan sampai
tahun 1748 el-Harakah sebelum kemudian diusir oleh Nadir Syah dari suku Afsyar
yang sebelumnya berhasil mengalahkan dinasti Safawiyah di Persia.
Adanya konflik-konflik intern yang berkepanjangan tersebut mengakibatkan
dan melemahkan pengawasan terhadap pemerintahan daerah sehingga akhirnya
terjadi disintegrasi, selain merusak persatuan dan kesatuan. Beberapa daerah mulai
melepaskan loyalitasnya kepada pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat
posisi pemerintahan masingmasing seperti, Hiderabat dan Nizam al Mulk, Marathas
oleh Shivaji, Rajput oleh Si Jai Singh, Punjab oleh kelompok Sikh, Oudh oleh Sadat
Khan, Bengal oleh Syuja’ al Din, selain wilayah-wilayah pantai yang mulai dikuasai
oleh para pedagang asing, terutama EJC dari Inggris.
b. Lemahnya Para Pewaris Tahta Kerajaan Kebanyakan pewaris tahta kerajaan,
terutama setelah Aurangzeb adalah orang-orang yang lemah dalam kepemimpinan.
Hal ini terbukti, bahwa dari 29 Sultan yang pernah memimpin kerajaan Mughal
hanya beberapa saja yang tercatat mampu bertahan lebih dari 20 . Sedangkan
selebihnya hanya mampu berkuasa dalam waktu yang relatif singkat, bahkan ada
yang hanya beberapa bulan saja.
2. Faktor Eksternal
a. Adanya pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh orang-orang
Hindu dan Sikh, selain akibat dari kebijakan politik dan ekonomi para penguasa
Mughal, seperti puritanisme dan pungutan pajak yang sangat tinggi untuk
membiayai kegemaran hidup mewah dan boros para penguasa, kemungkinan juga
oleh sebab-sebab lain, seperti perasaan dendam kesumat sebelumnya berkaitan
dengan penaklukan kota Khithor oleh Sultan Akbar (1556-1605 M) yang
memusnahkan seluruh penduduknya berjumlah 30.000 el-Harakah, Kemunduran
dan Kehancuran Kerajaan Mughal 223 jiwa. Kota ini dapat direbut setelah seluruh
penduduknya mengorbankan diri termasuk wanita dan anak-anak, dengan memilih
membunuh diri melompot ke dalam nyala api yang amat besar daripada menjadi
tawanan Sultan Akbar.
b. Adanya serangan-serangan dari luar, seperti yang dilakukan oleh Nadir Syah
pada tahun 1739 M. karena menganggap kerajaan Mughal telah banyak sekali
memberikan bantuan kepada para pemberontak Afghan di daerah Persia.
c. Demikian halnya dengan serangan yang dilakukan oleh Ahmad Khan Durrani
dari Afghan tahun 1761 M. sehingga membuat Mughal akhirnya menjadi kerajaan
boneka, meskipun Syah Alam selaku raja ketika itu masih diperkenankan untuk
memakai gelar Sultan.
d. Datangnya kekuatan Inggris dengan perusahaan dagangnya IEC Ada dua
periode penyerangan yang dilakukan oleh Inggris: Pertama, ketika kerajaan Mughal
dalam keadaan lemah saat berada di bawah kekuasaan Ahmad Khan Durrani dari
Afghan tahun 1671 M. Setelah melakukan peperangan yang berlangsung berlarut-
larut, akhirnya Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh,
Bengal dan Orisa kepada Inggris. Kedua, pada masa Bahadur syah pada tahun 1857
M. periode ini, Bahdur Syah (1837-1858 M) sebenarnya tampil sebagai lambang
perlawanan bagi pemberontakan rakyat melawan Inggris akibat pungutan pajak
yang sangat tingi yang diberlakukan oleh IEC. Namun pemberontakan tersebut
dengan mudah dapat dipadamkan oleh Inggris karena mendapat dukungan dari
beberapa penguasa lokal Hindu dan Muslim. Bahadur Syah kemudian dapat
ditangkap dan diasingkan ke Burma sampai wafat. Jenazahnya dimakamkan di
dekat sebuah masjid di kota Rangoon. Sejak penangkapannya tersebut, maka
berakhirlah sejarah kekuasaan Mughal setelah berjaya lebih dari tiga abad di India
dengan banyak meninggalkan kenangan indah tiada tara, terutama di bidang seni.
Daftar Pustaka

Putri, R., Daulay, H. P., & Dahlan, Z. (2021). Peradaban dan Pemikiran Islam pada Masa Turki
Utsmani. Tazkir: Jurnal Penelitian Ilmu-ilmu Sosial dan Keislaman, 7(1), 35-48.s
Irwan Suhanda (ed.). 2007. India Bangkitnya Raksasa Baru Asia, Calon Pemain Utama Dunia di
Era Globalisasi. Jakarta: Kompas.
M Abdul Karim. 2003. Sejarah Islam di India . Yogyakarta: Bunga Grafies Production. Hlm. 12.
Hlm.40 3 TSG
Mulia. 1952. India Sejarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Tuti Nuriah Erwin. 1990. Asia Selatan dalam Sejarah. Jakarta : Lembaga Penerbit Universitas
Indonesia. Hlm.37.
Yatim, Badri. 1996. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo.
Watt, W.Montgomery. 1990. Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Israr, C. 1978. Sejarah Kesenian Islam. Jilid 2. Jakarta: Bulan Bintang.
Mahmudunnasir, Syed. 1994. Islam Konsepsi dan Sejarahnya. Terjemahan oleh Adang Affandi,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
H Zainal Abidin Ahmad. 1979. Ilmu Politik Islam V. Sejarah Islam dan Umatnya Sampai Sekarang
(Perkembangannya dari zaman ke zaman). Jakarta: Bulan Bintang.

Anda mungkin juga menyukai