Anda di halaman 1dari 6

Latar Belakang Daulah Usmani

Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan dari tentara mongol,
kekuatan politik Islam juga mengalami kemunduran-kemunduran secara drastis. Wilayah
kekuasaannya juga tercabik-cabik menjadi beberapa kerajaan kecil dan antara yang satu dengan
yang lainnya saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang
hancur akibat serangan bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Namun kemalangan
tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk (Timur si Pincang) dari Uzbekistan, juga
menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali
setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu: Usmani di Turki, Mughal di India,
dan Safawi diPersia. Kerajaan Usmani di Turki merupakan kerajaan yang pertama berdiri, dan
juga yang terbesar dan paling lama bertahan di banding dua kerajaan lain yaitu Mughal dan
Safawi. Kerajaan Turki Usmani inilah yang menjadi sebuah pioner dalam perkembangan dunia
Islam pada massanya dan juga kehancurannya menjadi sebuah pembuka masuknya era
industrialisasi ke dunia Islam.
Islam sebagai salah satu agama samawi, memiliki perjalanan sejarah dari mulai
munculnya Islam sampai saat ini. Islam yang diwahyukan kepad Nabi Muhammad SAW telah
membawa bangsa Arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan diabaikan oleh
bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Ia dengan cepat bergerak mengembangkan
dunia, membina satu kebudayaan dan peradaban yang sangat penting dalam sejarah manusai
hingga sekarang. H.A.R Gibb di dalam bukunya “Whither Islam” menyatakan, “islam is indeed
much more than a system of theology, it is a complete civilization” (islam sesungguhnya lebih
dari sekedar sebuah agama, ia adala suatu peradaban yang sempurna).
Peradaban islam adalah terjemahan dari kata arab al-Hadharah al-islamyah. Kata Arab ini
sering diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan kebudayaan Islam. Banyak penulis barat
yang mengidentikkan “kebudayaan” dan “peradaban” Islam dengan “kebudayaan” dan
“peradaban” Arab. Untuk masa klasik, pendapat itu mungkin dapat dibenarkan, meskipun
sebenarnya antara “arab” dan “islam” tetep bisa dibedakan. Karena pada masa itu, pusat
pemerintahan hanya satu dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peranh bangsa Arab didalamnya
sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa yang satu, bahasa Arab,
sebagai bahasa adminitrasi.
Kajian tentang “peradaban” Islam sekarang ini memang sudah menganut pendapat bahwa
kebudayaan Islam tidak lagi satu, tetapi sudah terdapat “peradaban” Islam. Akan tetapi,
nampaknya “peradaban-peradaban” Islam yang disorot dalam kajian-kajian Islam sampai waktu
belum lama ini hanya terbatas pada empat “peradaban” Islam yang dominan. Semuanya sangat
terbatas pada empat kawasan, yaitu kawasan pengaruh kebudayaan Arab (Timur Tengah dan
Afrika Utara, termasuk Spanyol Islam), kawasan pengaruh kebudayaan Persia (Iran dan negara-
negara Islam Asia Tengah), kawasan pengaruh kebudayaan Turki, dan kawasan pengaruh
kebudayaan India-Islam.
Perkembangan sejarah peradaban Islam tidak lepas dari pengaruh politik Islam. Sejarah
politik Islam dibagi menjadi 3 periode : Klasik (650-1250 M), Pertengahan (1250-1800), dan
Modern (1800-sekarang). Perjalanan sejarah kebudayaan Islam mengalami kemajuan serta
kemunduran, dimana pada masa pertengahan dikenal 3 kerajaan besar setelah kemunduran
dinasti Abbasiyyah. Yang salah satunya adalah Dinasti Turki Utsmani. Dimana pada mas Dinasti
Turki Utsmani tersebut terjadi peperangan besar dalam sejarah Islam yaitu perang salib, yaitu
perang antara orang muslim dengan orang kafir kristiani.
KEMAJUAN PERDABAN ISLAM MASA DAULAH USMANI

Kemajuan dan perkembangan ekspansi kerajaan Daulah Usmani yang demikian luas dan
berlangsung cepat itu diikuti pula oleh kemajuan-kemajuan dalam bidang –bidang kehidupan
yang lain, diantaranya sebagai berikut:

1. Bidang Kemiliteran
Para pemimpin kerajaan Daulah Usmani adalah orang-orang yang kuat, sehingga
kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Namun, kerajaan Turki Usmani
mencapai masa keemasannya bukan semata-mata karena keunggulan politik para
pemimpinnya. Akan tetapi yang terpenting diantaranya adalah keberanian, ketrampilan,
ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanngup bertempur kapan saja dan dimana saja.
Orkhan pemimpin Turki Usmani yang pertama kali mengorganisasi kekuatan militer
dengan baik serta taktik dan strategi tempur yang teratur. Pada periode ini tentara Islam
pertama kali masuk ke Eropa. 
Orkhan berhasil mereformasi dan membentuk tiga pasukan utama tentara. Pertama,
tentara Sipahi (tentara reguler) yang mendapatkan gaji tiap bulannya. Kedua, tentara Hazeb
(tentara ireguler) yang di gaji pada saat mendapatkan harta rampasan perang (Mal al-
Ghanimah). Ketiga, tentara Jenissary atau Inkisyariyah (tentara yang direkrut pada saat
berumur 12 tahun, kebanyakan adalah anak-anak Kristen yang dibimbing Islam dengan
disiplin yang kuat). Pasukan inilah yang dapat mengubah negara Turki Usmani menjadi
mesin perang yang paling kuat dan memberikan dorongan yang amat besar dalam
penaklukan negeri-negeri non muslim.
Orkhan juga membenahi angkatan laut karena ia mempunyai peranan yang besar
dalam perjalanan ekspansi Turki Usmani. Pada abad ke-16, angkatan laut Turki Usmani
mencapai puncak kejayaan, karena dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas
baik di Asia, Afrika, maupun Eropa.
Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini adalah tabiat
bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.
Yang mana tabiat ini merupakan tabiat yang mereka warisi dari nenek moyangnya di Asia
Tengah.
2. Bidang Pemerintahan
Suksesnya Ekspansi Turki Usmani selain karena ketangguhan tentaranya juga
dibarengi pula dengan terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur. Dalam mengelola
wilayah yang luas para raja-raja Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Dalam struktur
pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi. Dibantu oleh shadr al-a’zham (perdana
menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur mengepalai daerah tingkat I. di
bawahnya terdapat beberapa orang al-Zanaziq atau ‘Alawiyah (bupati).
Contohnya, ketika Turki Usmani dipimpin oleh Murad II. Beliau adalah seorang
penguasa yang saleh dan dicintai rakyatnya, ia juga seorang yang sabar, cerdas, berjiwa
besar, dan ahli ketatanegaraan. Bahkan Murad II banyak mendapat pujian dari sejarawan
barat.
Selain itu, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman I untuk mengatur urusan
pemerintahan negara disusun sebuah kitab undang-undang (Qanun) yang diberi nama
Multaqa al-Abhur yang menjadi pegangan hukum bagi kerajaan Turki Usmani.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Turki Usmani merupakan bangsa yang berdarah militer, sehingga lebih banyak
memfokuskan kegiatan mereka dalam bidang kemiliteran. Sementara dalam bidang ilmu
pengetahuan tidaklah begitu menonjol. Karena itulah dalam khazanah intelektual Islam kita
tidak menemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Usmani.
Namun demikian, mereka banyak berkiprah dalam pengembangan seni arsitektur
Islam berupa bangunan-bangunan masjid yang indah. Seperti masjid Al-Muhammadi atau
masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid Agung Sulaiman, dan masjid Abi Ayyub
Al-Anshari. Masjid-masjid tersebut dihiasi pula dengan kaligrafi yang indah. 
Ada salah satu masjid yang terkenal keindahan kaligrafinya adalah masjid yang
asalnya Gereja Aya Sopia. Yang mana hiasan kaligrafi itu dijadikan penutup gambar
Kristiani yang ada sebelumnya.
Selain itu, pada masa sultan Sulaiman I di kota-kota besar dan kota-kota lainnya
banyak di bangun masjid, sekolah, rumah sakit, gedung, makam, jembatan, saluran air, villa,
dan pemandian umum.
4. Bidang Budaya
Pengaruh dari ekspansi wilayah Turki Usmani yang sangat luas, sehingga
kebudayaannya merupakan perpaduan macam-macam kebudayaan. Diantaranya adalah
kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab.
Dari kebudayaan Persia, mereka banyak mengambil ajaran-ajaran tentang etika dan
tata krama dalam istana raja-raja. Dari Bizantium, organisasi pemerintahan dan kemiliteran
banyak diserap. Sedangkan dari Arab, mereka banyak menyerap ajaran-ajaran tentang
prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, keilmuan, dan bahasa/huruf.
Orang-orang Turki Usmani memang terkenal sebagai bangsa yang suka dan mudah
berasimilasi dengan bangsa asing dan terbuka untuk menerima kebudayaan luar.
5. Bidang Keagamaan
Agama dalam tradisi masyarakat Turki Usmani mempunyai peranan besar dalam
lapangan sosial dan politik. Masyarakat digolong-golongkan berdasarkan agama, dan
kerajaan sendiri sangat terikat dengan syariat sehingga fatwa ulama menjadi hukum yang
berlaku.
Pada masa pemerintahan Sulaiman al-Qanuni rakyat muslim diwajibkan harus sholat
lima kali dan berpuasa di bulan Ramadhan. Jika ada yang melanggar tidak hanya dikenai
denda namun juga sanksi badan. Sehingga sultan Sulaiman al-Qanuni bukan hanya sultan
yang paling terkenal di kalangan Turki Usmani, akan tetapi pada awal ke 16 beliau adalah
kepala negara yang paling terkenal di dunia. Beliau seorang penguasa yang shaleh, dan juga
berhasil menerjemahkan Al-Qur’an dalam bahasa Turki.
Bahkan pada saat Eropa terjadi pertentangan antara katolik, mereka diberi kebebasan
dalam memilih agama dan diberikan tempat di Turki Usmani. Bahkan Lord Cerssay
mengatakan, bahwa pada zaman dimana dikenal ketidakadilan dan kedzaliman Katolik
Roma dan Protestan, maka Sultan Sulaiman yang paling adil dengan rakyatnya meskipun
ada yang tidak beragama Islam.
Di kerajaan Turki Usmani Tarekat juga mengalami kemajuan. Tarekat yang paling
terkenal ialah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua Tarekat banyak dianut oleh
kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi mempunyai pengaruh yang sangat dominan di
kalangan Jenissary, sehingga mereka sering disebut dengan tentara Bektasyi. Sementara
tentara Maulawi mendapat dukungan dari para penguasa dalam mengimbangi Jenissary
Bektasyi.

Anda mungkin juga menyukai