Anda di halaman 1dari 12

PEMBERONTAKAN REPUBLIK MALUKU SELATAN

MAKALAH SEJARAH INDONESIA

Disusun Oleh
Nama : Ahmad Rafizan
Kelas : XII IPA 2

Guru Pembimbing
Edwar Wijayanto, S. Pd

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA


MADRASAH ALIYAH NEGERI
2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang maha mendengar
lagi maha melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufiq, serta hidayah-nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah Sejarah Indonesia. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Beserta seluruh keluarga dan
sahabat Nabi yang senantiasa membatu perjuangan beliau dalam menegakkan dinullah di
bumi ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan makalah
ini. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT semua urusan dikembalikan dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT meridhoi dan dicatat sebagai amal
ibadah. Aamiin.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
Lubuk Sikaping, 01 Septmber 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak masa kemerdekaan sampai sekarang sebagian daerah di Indonesia pernah
mengalami gangguan keamanan. Gangguan itu ada yang dapat diselesaikan oleh aparat
keamanan/pemerintah daerah setempat, tetapi ada pula yang harus diselesaikan oleh
bantuan aparat keamanan yang datang dari daerah lain (di BKO kan) ataupun bantuan
dikirim dari pemerintah pusat.
Gangguan itu baik kecil maupun besar seperti antara lain pemberontakan PKI
Komunis Muso di Madiun, pemberontakan DI/TII Kartosuwirjo di Jawa Barat,
pemberontakan DI/TII Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, pemberontakan DI/TII
Daud Bereureh di Aceh, Gerakan Negara Papua Merdeka di Irian Jaya (Papua)
Pemberontakan PRRI di Sumatera Barat, Pemberontakan Permesta di Sulawesi,
Pemberontakan RMS di Maluku dan seterusnya.
Persatuan Indonesia adalah salah satu sila dari Pancasila. Yang artinya dapat
dijabarkaan sebagai berikut:
a. Negara Indonesia ialah Negara kesatuan yang berbentuk Republik (Pasal 1 UUD
45)
b. Bendera Negara Indoensia ialah Sang Merah Putih (Pasal 35 UUD 45)
c. Negara Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa
(Pembukaan UUD alinea IV)
Dalam artian seluruh warga Negara Indonesia wajib untuk menjaga persatuaan
negaranya tanpa pengecualian. Maka dari itu saya akan membicarakan tentang
pemberontakan yang telah dilakukan organisasi GAM dan RMS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penulis merumuskan dan membatasi
masalah yang akan dibahas pada karya ilmiah ini, antara lain:
1. Apa itu pemberontakan?
2. Siapa saja pemberontak-pemberontak yang pernah melakukan aksinya di negeri
ini?
3. Apa motif pemberontakan tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian RMS
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan merdeka
pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara Indonesia Timur
(saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat). Namun oleh Pemerintah
Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah misi damai gagal, maka RMS
ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS berfungsi sebagai pemerintahan
di pengasingan, Belanda
Pemerintah RMS yang pertama dibawah pimpinan dari J.H. Manuhutu, Kepala
Daerah Maluku dalam Negara Indonesia Timur (NIT).
Setelah Mr. dr. Chris Soumokil dibunuh secara illegal atas perintah Pemerintah
Indonesia, maka dibentuk Pemerintah dalam pengasingan di Belanda dibawah pimpinan
Ir. [Johan Alvarez Manusama], pemimpin kedua [drs. Frans Tutuhatunewa] turun pada
tanggal 24 april 2009. Kini mr. John Wattilete adalah pemimpin RMS pengasingan di
Belanda.
Tagal serangan dan anneksasi illegal oleh tentara RI, maka Pemerintah RMS -
diantaranya Mr. Dr. Soumokil, terpaksa mundur ke Pulau Seram dan memimpin guerilla
di pedalaman Nusa Ina (pulau Seram). Ia ditangkap di Seram pada 2 Desember 1962,
dijatuhi hukuman mati oleh pengadilan militer, dan dilaksanakan di Kepulauan Seribu,
Jakarta, pada 12 April 1966.
B. Awal mula Kerusuhan RMS
Dalam bulan september 2011 Jendral Kivlan Zen purn. mengaku dalam wawancara
dengan Global Post bahwa KERUSUHAN AMBON sebebnarnya REKAYASA dari para
elit militer dan elit politik di Jakarta. Instruksi mereka kepada Jendrl Kivlan Zen itu
untuk mendestabilisasi Maluku sescara politik dan ekonomis.
Dalam skenario ini RMS dimempersalahkan dengan sengaja dan
kambinghitamkan. Mereka memakai kalimat-kalimat seperti:
"Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara 1999-2004, RMS kembali
mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan dengan upaya-upaya
provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat Maluku. Beberapa aktivis
RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan
dalam masa itu, walaupun sampai sekarang tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab
dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.",
Padahal Jendral Kivlan Zen sendiri sekarang mengaku secara terbuka bahwa itu
semua permainan elit politik Jawa dan elit militer Jawa. RMS dan umat Kristen dengan
sengaja dikambinghitamkan, sedangkan tidak bersalah.
Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen aktivis RMS berhasil menyusup
masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional yang dihadiri oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu asing. Mereka menari tarian Cakalele
seusai Gubernur Maluku menyampaikan sambutan. Para hadirin mengira tarian itu
bagian dari upacara meskipun sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat
membiarkan saja aksi ini, namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS.
Barulah aparat keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena
para penari itu ditangkapi, disiksa dan dianiyaya. Dipukul babakbelur oleh DENSUS 88
atas perintah Presiden SBY sendiri. Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli
untuk dilumpuhkan oleh aparat. Pada saat ini (30 Juni 2007) insiden ini sedang diselidiki.
TAPOL yang terbanyak di Indonesia pada saat ini terdapat di Maluku dan Papua.
Hal ini menodah wajah NKRI sebagai demokrasi, sebab di negara-negara demokratis
lain-lain didunia orang tidak dijatuhkan hukuman 15 tahun penjara hanya tagal
menaikkan lambang negara yang terlarang.
C. Dokumen Pemberontakan RMS di Maluku
Bahwa perjuangan kemerdekaan Maluku lewat proklamasi Republik Maluku
Selatan (RMS) itu tidak akan merugikan hak hidup bangsa manapun juga, termasuk
pemerintah Belanda dan pemerintah RI... (Ketua Eksekutif "Missi Rakyat Maluku", D
Sahalessy dalam suratnya kepada BJ Habibie dan Jenderal Wiranto).
Pernyataan di atas, merupakan materi surat resmi yang dikirim dari kantor
'pemerintahan pengasingan RMS' di De Klenckestraat 42, 9404 KW Assen-The
Netherlands (telp 31592 352141), tertanggal 15 November 1998. Tembusan surat
tersebut dikirimkan pula kepada Komnas HAM di Jakarta, Kementerian Luar Negeri
Belanda di Den Haag, EIR-International di New York dan sejumlah instansi
internasional terkait serta dewan mahasiswa di Indonesia.
Dokumen surat -- yang diungkap pula oleh mantan Kastaf Kodam VIII/Trikora
Jayapura, Brigjen TNI (Purn) Rustam Kastor -- ini, secara jelas dan 'jantan' menyatakan
keinginannya untuk pisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Misalnya,
di awal suratnya, D Sahalessy menulis sbb:...Atas kewajiban kami selaku Ketua
Pelaksana Missi Rakyat Maluku dan Pejuang Kemerdekaan yang mendambakan
Kemerdekaan dan Kedaulatan Nusa dan Bangsa Maluku, kami hadapkan 'Surat
Pergembalaan' ini kehadapan Bapak-bapak.
Demi ketergantungan hidup manusia kepada Tanah Airnya dan Masyarakat
Adatnya masing-masing, maka Pancasila dan Undang-undang Dasar '45, antara lain
menegaskan bahwa "kemerdekaan adalah hak setiap bangsa, maka setiap sistem
penjajahan haruslah dihapuskan dari atas muka bumi, karena hal itu tidak sesuai dengan
keadilan dan prikemanusiaan". Atas pernyataan ini, kami anjurkan agar Bapak-bapak
menggarisbawahi "kekeliruan-kekeliruan" yang dilakukan Pemerintah RI dan ABRI di
Maluku di luar sampaipun di tanah air Jawa sejak Juni 1950 hingga detik saat ini.
Yang cukup menarik untuk dicermati, surat yang disampaikan kepada pemerintah
RI - setahun sebelum terjadinya aksi pembantaian terhadap umat Islam di Kota Ambon,
Idul Fitri, 19 Januari 1999 - itu, juga mengajukan lima tuntutan yang mesti dipenuhi,
yakni:
1) Agar tindakan-tindakan eksploitasi dan Jawanisasi di Maluku dan lain-lain
kepulauan di luar tanah Jawa dihentikan,
2) Agar tulang-belulang dari putra-putri Maluku yang terbunuh selama invasi militer
RI di Maluku (1950-1967) itu dapat dikumpulkan untuk dimakamkan dalam suatu
Taman Makam Pahlawan,
3) Agar tulang-belulang dari Mr. Doktor Christian Soumokil (Bapak Kebangsaan
dan Pahlawan Keadilan Maluku) yang dibunuh secara rahasia oleh ABRI di
pengasingan pada tanggal 12 April 1966 itu dapatlah dikumpulkan untuk
dimakamkan di Maluku Tanah Air kami,
4) Agar semua usaha menuntut kemerdekaan Maluku lewat konstitusi Republik
Maluku Selatan (RMS) di Maluku janganlah ditindas atau dapatlah dibantu oleh
ABRI,
5) Agar tindakan-tindakan polarisasi yang dilakukan lewat intelek Maluku golongan
aparatip yang memfrustasikan perjuangan kemerdekaan Maluku di dalam maupun
di luar negeri itu, dihentikan.
Selain surat tersebut, bukti-bukti awal yang menunjukkan terjadinya
pemberontakan RMS di Ambon-Maluku, juga dapat diketahui dari dokumen 'bocoran'-
nya - faksi lain di RMS -- yang menamakan dirinya sebagai "Presidium Sementara RMS
Ambon."
Pada tangal 14 November 1998, presidium tersebut mengeluarkan "Surat Perintah
Tugas" No. 01/PS.04.1/XI/98, yang ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris
Jenderal Presidium, masing-masing bernama O. Patarima, SH dan Drs. Ch. Patasiwa. Isi
surat tugas berupa perintah kepada D Pattiwaelappia (jabatan Ketua Komisi Bidang
Komunikasi), A Pattiradjawane (Ketua Komisi Bidang Hukum) dan S. Saiya (Staf
Komisi Bidang Komunikasi), untuk melaksanakan missi perjuangan RSM.
Kepada ketiga orang tersebut, diberi tugas dan wewenang sbb:
 Melakukan upaya-upaya diplomasi dan pendekatan dengan warga masyarakat
Maluku di perantauan dalam rangka konsolidasi kekuatan dan penggalangan
persatuan,
 Mengadakan koordinasi dengan tokoh-tokoh intelektual tertentu di kota atau
daerah tujuan untuk membentuk perwakilan presidium atau pun organisasi
perjuangan yang memungkinkan sesuai dengan kondisi setempat,
 Berusaha menghimpun dana secara sukarela dari warga setempat untuk
mendukung kebutuhan pembiayaan program perjuangan,
 Melaporkan hasil pekerjaan secara berkala guna keperluan pengendalian dan
evaluasi.
Surat tugas juga menyebutkan daerah tujuan yakni Jakarta, Surabaya, dan kota-
kota tertentu di Pulau Jawa. Juga, ditentukan soal keberangkatannya yakni mulai 16
November s.d. media Desember 1998.
Bersamaan dengan keluarnya surat tugas, Presidium Sementara RMS di Ambon
membuat pula surat pengantar bernomer 02/PS.05.1/XI/98, perihal "Permohonan
Bantuan", dilengkapi lampiran sebanyak sepuluh daftar. Isi surat diawali dengan kalimat
antara lain:Pertama-tama, terimalah salam kebangsaan dan pekik perjuangan kita "Mena
Moeria".
Selanjutnya, ditulis:
Kami merasa mendapat kehormatan untuk menjumpai Bapak, Ibu dan semua
saudara segandong yang sementara ini berada di Tanah Perantauan, untuk
menyampaikan perkembangan terakhir yang sedang terjadi di kalangan rakyat dan
masyarakat Maluku dewasa ini.
Secara singkat boleh kami katakan bahwa tingkat kesabaran dan daya tahan
rakyat dalam menghadapi kondisi perekonomian maupun situasi politik yang
dikendalikan dari Pusat (Jakarta), sudah berada pada titik yang sangat rawan. Bahwa
demi untuk mencegah terjadinya tindakan lepas kontrol yang dapat membahayakan diri,
keluarga maupun masyarakat banyak, kami terpaksa telah mengambil tanggungjawab
kolektif tadi dan menyusun sebuah program perjuangan sesuai dengan kemampuan kami
yang sangat terbatas.
Dalam rangka itulah kami sungguh memerlukan support, baik moral maupun
material terutama dari Bapak/Ibu yang memiliki kelebihan berkat Tuhan. Demikian
dengan susah payah kami telah mengutus tiga orang teman ini, sambil mengharapkan
uluran tangan Bapak/Ibu semua. Kami percaya bahwa semua saudara segandong di
rantau tidak akan sampai hati membiarkan kami berjalan sendirian sebab 'potong di kuku
rasa di daging'. Semoga Tuhan tetap menjaga dan memelihara kita semua dengan
kelimpahan berkat Sorgawi. Amatooo...
Dari Ambon, Presidium Sementara Republik Maluku Selatan (RMS) -- pada 14
November 1998 -- mengeluarkan 'Seruan' yang ditujukan kepada warga Maluku di
Belanda.
Seruan yang ditandatangani oleh Ketua Umum dan Sekjen Presidium Sementara
RMS, masing-masing O Patarima, SH dan Drs. Ch. Patasiwa itu, diawali dengan kalimat:
"Kepada Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, putra-putri Maluku yang
sementara berdiam di negeri Belanda."
Terimalah salam kebangsaan dan pekik perjuangan kita "Mena Moeria",
Dengarlah seruan kami dari jauh, dari Maluku, Tanah Tumpah Darah Kita: Saat
ini, rakyat Maluku di Tanah Air sudah tidak sabar lagi untuk merdeka, Kebencian
rakyat terhadap Pemerintah Indonesia sudah mencapai puncaknya,
Untuk sementara, kami harus mengambil tanggungjawab memimpin dan
mengarahkan perjuangan di Tanah Air agar supaya tidak berjalan sendiri-sendiri, yang
nanti bisa menyusahkan banyak orang,
Kami sangat mengharapkan dukungan dan bantuan saudara-saudara dari negeri
Belanda dalam menyokong perjuangan ini agar kiranya dapat berjalan lancar dan sukses
dalam waktu yang tidak terlalu lama,
Sesungguhnya perjuangan ini adalah tanggungjawab setiap anak Maluku, di mana
pun berada. Karena itu, janganlah biarkan kami sendiri, Kami percaya bahwa nasib masa
depan anak cucu kita ada di Tanah Air Maluku tercinta.
Pada akhir "Seruan", ditulisnya kalimat sbb:
"Biar Hujan Emas di Negeri Orang, Tidak Sama Hujan Batu di Negeri Sendiri."
Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan berkat dan perlindungan kepada kita, sampai
bertemu nanti di Tanah Air.
Bukti-bukti awal yang mengarah pada kesimpulan terjadinya gerakan
pemberontakan RMS pada akhir tahun 1998, juga ditemui oleh pihak Kedutaan Besar
Republik Indonesia (KBRI) di Den Haag. Dalam laporan khususnya yang disampaikan
oleh Kantor Atase Pertahanan (Athan) KBRI Den Haag tertanggal 18 Desember 1998 --
ditandatangani Athan KBRI, Kol. Laut (E) Ir. Wahyudi Widajanto, MSc -- diungkapkan
antara lain: Adanya informasi ihwal mulai tumbuhnya "embrio" kelompok RMS di
Indonesia, khususnya di Jakarta.
Selain itu, juga diungkap: Berita yang dimuat oleh Harian Belanda "Rotterdam
Dagbland" (Selasa, 11 Januari 2000) yang intinya menyebutkan bahwa Pemerintah RMS
di pengasingan mempersiapkan diri untuk mengambil alih kekuasaan di daerah Maluku
Selatan. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden RMS, F.LJ Tutuhatuwena. Dia
mengatakan, bahwa upaya yang ditempuh adalah dengan membentuk suatu struktur
organisasi yang dapat mengambil alih kekuasaan dari Jakarta.
Diinformasikan pula bahwa saat ini di Maluku telah berada beberapa puluh
penganut dan simpatisan RMS yang diharapkan dapat merealisasikan cita-cita mereka.
Skenario yang mereka inginkan adalah pengambilalihan kekuasaan tanpa kekerasan
dengan memanfaatkan krisis ekonomi dan politik di dalam negeri saat ini.
Untuk itu, telah dibentuk suatu kabinet bayangan dengan tugas menjaga agar
kehidupan masyarakat Maluku terus berjalan normal apabila pemerintah di Jakarta jatuh.
Tugas berikutnya adalah melucuti dan membubarkan tentara Indonesia yang masih
berada di Maluku.
Hingga kini bantuan dari masyarakat Maluku di Belanda adalah bantuan nasihat
dan keuangan, dan belum ada permintaan bantuan senjata dari Maluku. Selanjutnya, pada
19 Desember 1998 yang akan datang di Barneveld, Belanda akan diselenggarakan
pertemuan antara RMS dengan Badan Persatuan Maluku sebagai pendukung RMS
dengan tujuan untuk membicarakan rencana aktivitas apa yang akan ditempuh
selanjutnya.
Dalam kaitannya dengan SK Menkeh RI No. M. 01.iZ.01.02 tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Pembebasan Keharusan Memiliki Visa Bagi Wisatawan Asing, pihak Athan
KBRI Den Haag menganalisisnya: sebagai sesuatu yang dimanfaatkan oleh kelompok
RMS untuk menyusupkan kaki tangannya -- yang notabene mereka kemungkinan besar
tidak terdaftar sebagai anggota kelompok RMS -- ke Indonesia untuk berkunjung.
Selanjutnya, mereka itu "menghilang" di tanah air dengan memanfaatkan kelemahan
pengawasan kita di tanah air. Orang-orang inilah yang kemungkinan besar merupakan
pioner tumbuhnya kembali kelompok RMS di Indonesia.
Athan KBRI Den Haag juga menyimpulkan:
Kelompok RMS secara jelas telah semakin serius, terorganisir serta terencana
dalam upaya-upaya mewujudkan cita-citanya dengan memanfaatkan situasi krisis
ekonomi dan politik di dalam negeri akhir-akhir ini.
Pergerakan simpatisan dan aktivis RMS di Den Haag ini benar-benar memperoleh
perhatian yang optimal dari KBRI Den Haag. Dalam kawat khususnya -- bernomer
147/div.12/98 -- yang dikirimkan kepada Menlu, Menko Polkam, Mendagri,
Menhankam/Pangab dan Menkeh, KBRI Den Haag melaporkan perihal pokok-pokok
hasil pertemuan RMS di Barneveld pada 19 Desember 1998.
Disebutkannya:
Pertemuan dihadiri oleh 8 organisasi masyarakat Maluku termasuk 'badan
persatuan' yang berhaluan keras dan merupakan pendukung utama RMS. pertemuan telah
membentuk suatu struktur organisasi yang dinamakan 'Kongres Nasional Maluku'
dengan tujuan utama mendukung dan memiliki tugas politik dan peralihan kekuasaan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kasus seperti ini pasti juga pernah dialami oleh Negara lain. Memang kasus ini sudah
pernah ada tapi harus selalu ditangani atau diselesaikan dengan hati – hati karena bisa
menyerang sistem vital pemerintahan. Tetapi bantuan badan hukun internasional maka kasus
seperti ini dapat didamaikan. Negara kita memang cenderung rawan terjadi hal seperti ini
karena pemahaman dan penerapan Pendidikan Pancasila semakin menurun.
Diharapkan bagi pembaca untuk memahami dengan cepat apa yang sedang terjadi di
Negara kita ini. Tujuanya mungkin agar kita bisa membantu semampu kita karena tanpa
disadari kita juga adalah calon pemimpin – pemimpin bangsa. Mohon maaf apabila ada salah
kata atau yang tidak sepadan dengan pemikiran masing pembaca. Apabila ada yang kurang
mohon ditambahkan. Sekian Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.org
Thaib, Dahlan. 1994. Pancasila Yuridis Ketatanegaraan(Edisi Revisi), UPP AMP YKPN,
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai