Anda di halaman 1dari 7

1.

Pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) di Madiun

PKI Madiun ialah sebuah gerakan yang berusaha menggulingkan pemerintahan yang sah yakni
Republik Indonesia dan mengganti landasan negara. Gerakan ini dipimpin oleh Amir Sjarifuddin
dan Muso. Dimulai pada pertengahan tahun 1948 dan berpusat di Madiun, Jawa Timur.

Latar belakang peristiwa tersebut ialah jatuhnya Kabinet Amir Sjarifuddin akibat ditanda-
tanganinya perjanjian Renville yang sangat merugikan Republik Indonesia. Setelah tidak lagi
menjadi Perdana Menteri, Amir membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang kemudian
berkerjasama dengan organisasi berpaham kiri seperti Partai Komunis Indonesia, Barisan Tani
Indonesia (BTI), Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo) dll. Kedua, kedekatan Amir Sjarifuddin
dengan tokoh PKI Muso dan bercita-cita menyebarkan ajaran komunisme di Indonesia. Ketiga,
propaganda kekecewaan terhadap Perdana Mentri selanjutnya yakni Kabinet Hatta akibat
programnya untuk mengembalikan 100.000 tentara menjadi rakyat biasa dengan alasan
penghematan biaya.

Pemberontakan PKI Madiun diawali dengan melancarkan propaganda anti pemerintah dan
pemogokan kerja oleh kaum buruh. Selain itu pemberontakan juga dilakukan dengan menculik
dan membunuh beberapa tokoh negara. Seperti Penembakan terhadap Kolonel Sutarto pada 2
Juli 1948, penculikan dan pembunuhan terhadap Gubernur Jawa Timur pertama RM. Ario
Soerjo yang kebetulan berkunjung ke Ngawi dan kemudian dicegat oleh kelompok Amir pada
10 September 1948. Serta  penculikan dan pembunuhan kepada Dr. Moewardi pada 13
September 1948 yang merupakan tokoh penting dalam peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Puncak pemberontakan tersebut terjadi pada 18 September 1948, saat pemberontak
berhasil menguasai kota Madiun dan mengumumkan lahirnya Republik Soviet Indonesia.
Mereka pun menguasai tempat strategis, melakukan sabotase, perusakan pembakaran sarana
dan prasarana, serta  melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang anti PKI.

Lantas, bagaimana pemerintah mengatasi pemberontakan tersebut? Pemerintah menyadari


apa yang dilakukan PKI sangat membahayakan negara. Oleh karena itu, dilakukan beberapa
cara untuk mengakhiri pemberontakan. Pertama, Soekarno memperlihatkan pengaruhnya
dengan meminta rakyat memilih Soekarno-Hatta atau Muso-Amir. Kedua, Panglima Besar
Sudirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel Sungkono di
Jawa Timur untuk menjalankan operasi penumpasan dibantu para santri.

Pada 30 September 1948, Madiun dapat diduduki lagi oleh RI. Beberapa petinggi PKI melarikan
diri ke Tionghoa dan Vietnam seperti D.N Aidit dan Lukman. Muso tertembak dalam
pertempuran kecil di Ponorogo. Amir Sjarifuddin ditangkap dan ditembak mati.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia

Sejarah pemberontakan DI/TII Melansir dari situs Kemendikbud, gerakan Darul Islam (DI) yang
berafiliasi dengan Tentara Islam Indonesia (TII) mulai terbentuk pada 1948 yang terpusat pada
lima daerah besar di Indonesia. Di Jawa Barat, dipimpin oleh SM Kartosuwiryo yang merupakan
penggagas pertama gerakan DI/TII dimulai dari 1948 hingga 1962. Di Jawa Tengah yang
dipimpin oleh Amir Fatah dimulai dari 1949 hingga 1950. Di Sulawesi Selatan yang dipimpin
oleh Kahar Muzakar, mulai dari 1950 hingga 1965.  Di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu
Hadjar dimulai dari 1950 hingga kematian Ibnu Hadjar pada 1965. Di Aceh, yang dipimpin oleh
Daud Beureueh dimulai dari 1953 hingga 1962 yang diakhiri dengan musyawarah.

Tujuan dan latar belakang pemberontakan DI/TII Pada dasarnya, pemberontakan dimaksudkan
untuk mengganggu kedaulatan NKRI melalui pengambilan kekuasaan dari pemerintah sah.
Pemberontakan DI/TII dipelopori oleh berbagai alasan dari daerah yang ikut terlibat. Namun,
mayoritas alasan disebabkan oleh ketidakpuasan akan kebijakan pemerintah. Di Jawa Barat,
Kartosuwiryo membentuk DI/TII sebagai bentuk protes dan ketidakpuasannya atas persetujuan
Renville dengan Belanda yang membuat Indonesia belum mampu sepenuhnya lepas dari
penjajahan Belanda. Bentuk protes dilayangkan dengan mendirikan negara dengan kedaulatan
sendiri. Jawa Tengah juga memiliki alasan yang identik dengan Jawa Barat yaitu ketidakpuasan
daerah akan persetujuan Renville yang dianggap merugikan bangsa Indonesia dan membuat
Indonesia belum bisa merdeka sepenuhnya. 

Di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar dan Kalimantan Selatan yang dipimpin
oleh Ibnu Hajar terkait militer. Keduanya memang berasal dari latar belakang militer. Di
Kalimantan Selatan, Kahar Muzakkar kecewa akan reorganisasi APRIS/TNI yang membuat
banyak bawahannya yang tidak bisa diterima. Kalimantan Selatan juga memiliki alasan yang
sama. Di Aceh, yang dipimpin oleh Daud Beureueh, disebabkan kekecewaan terhadap
Soekarno yang ingkar bahwa Aceh akan dijadikan daerah istimewa dengan hak untuk
menjalankan syariat Islam tersendiri.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di Maluku Selatan.

Didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia, menimbulkan respon dari masyarakat


Maluku Selatan saat itu. Seorang mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur, Mr. Dr.
Christian Robert Soumokil, memproklamirkan berdirinya Republik Maluku Selatan pada tanggal
25 April 1950. Hal ini merupakan bentuk penolakan atas didirikannya NKRI, Soumokil tidak
setuju dengan penggabungan daerah-daerah Negara Indonesia Timur ke dalam wilayah
kekuasaan Republik Indonesia. Dengan mendirikan Republik Maluku Selatan, Ia mencoba
untuk melepas wilayah Maluku Tengah dan NIT dari Republik Indonesia Serikat.

Berdirinya Republik Maluku Selatan ini langsung menimbulkan respon pemerintah yang merasa
kehadiran RMS bisa jadi ancaman bagi keutuhan Republik Indoensia Serikat. Maka dari itu,
pemerintah langsung ambil beberapa keputusan untuk langkah selanjutnya.

Tindakan pemerintah yang pertama dilakukan adalah dengan menempuh jalan damai. Dr. J.
Leimena dikirim oleh Pemerintah untuk menyampaikan permintaan berdamai kepada RMS,
tentunya membujuk agar tetap bergabung dengan NKRI. Tetapi, langkah pemerintah tersebut
ditolak oleh Soumokil, justru ia malah meminta bantuan, perhatian, juga pengakuan dari negara
lain lho, terutama dari Belanda, Amerika Serikat, dan komisi PBB untuk Indonesia.

Ditolaknya mentah-mentah ajakan pemerintah kepada RMS untuk berdamai, membuat


pemerintah Indonesia memutuskan untuk melaksanakan ekspedisi militer. Kolonel A.E.
Kawilarang dipilih sebagai pemimpin dalam melaksanakan ekspedisi militer tersebut. Kalian
tahu ngga beliau itu siapa? Beliau itu adalah panglima tentara dan teritorium Indonesia Timur.
Ia dirasa mengerti dan paham bagaimana kondisi Indonesia di wilayah timur. 

Akhirnya kota Ambon dapat dikuasai pada awal November 1950. Akan tetapi, ketika melakukan
perebutan Benteng Nieuw Victoria, Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur. Namun, perjuangan
gerilya kecil-kecilan masih berlanjut di Pulau Seram sampai 1962. Setelah itu, pada tanggal 12
Desember 1963, Soumokil akhirnya dapat ditangkap dan kemudian dihadapkan pada
Mahkamah Militer Luar Biasa di Jakarta. Berdasarkan keputusan Mahkamah Militer Luar Biasa,
Soumokil dijatuhi hukuman mati.

Nah, setelah RMS mengalami kekalahan di Ambon, serta Soumokil yang telah dijatuhkan
hukuman mati, pada akhirnya pemerintahan RMS mulai mengungsi dari pulau-pulau yang di
tempati sebelumnya dan membuat pemerintahan dalam pengasingan di Belanda. Sebanyak
12.000 tentara Maluku bersama keluarganya berangkat ke Belanda setahun setelahnya. Pada
akhirnya pemberontakan RMS berhasil dihentikan oleh pemerintah Indonesia.
4. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Jawa Barat.

Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) adalah kelompok milisi pro-Belanda yang muncul di era
Revolusi Nasional. APRA dibentuk dan dipimpin oleh mantan kapten KNIL (Koninklijk
Nederlands Indisch Leger) atau Tentara Hindia Belanda Raymond Westerling Westerling
mempertahankan bentuk negara federal karena menolak Republik Indonesia Serikat (RIS) yang
terlalu Jawa-sentris di bawah Soekarno dan Hatta.
Latar Belakang  Terjadinya perang APRA ini didasari dengan adanya hasil keputusan dari
Konferensi Meja Bundar (KMB) pada Agustus 1949. 
Hasil dari KMB, yaitu:
- Kerajaan Belanda akan menarik pasukan KL dari Indonesia
- Tentara KNIL akan dibubarkan dan akan dimasukkan ke dalam kesatuan-kesatuan TNI
Keputusan ini lantas membuat para tentara KNIL merasa khawatir akan mendapatkan hukuman
serta dikucilkan dalam kesatuan.  Dari kejadian tersebut kemudian komandan dari kesatuan
khusus Depot Speciale Troopen (DST), Kapten Westerling, ditugaskan untuk mengumpulkan
para desertir dan anggota KNIL yang sudah dibubarkan.  Sebanyak 8.000 pasukan berhasil
terkumpul. Selanjutnya, target utama dari operasinya adalah Jakarta dan Bandung.  Jakarta
sendiri pada awal 1950 tengah sering melakukan sidang Kabinet RIS untuk membahas kembali
terbentuknya negara kesatuan.  Sedangkan Bandung merupakan kota yang belum sepenuhnya
dikuasai oleh pasukan Siliwangi ditambah dengan Bandung sudah lama menjadi basis
kekuatan militer Belanda. Gerakan ini pun kemudian mereka namai dengan Angkatan Perang
Ratu Adil (APRA). 
Asal Muasal Nama Ratu Adil dalam gerakan APRA sudah lebih dulu disebut-sebut, karena
memiliki sebuah makna penting bagi masyarakat yang saat itu sedang dijajah.  Ratu Adil
menjadi ideologi di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menitikberatkan akan datangnya juru
selamat yang akan membawa kesejahteraan pada suatu masa.  Karena Ratu Adil sangat
diyakini oleh masyarakat, Kapten Westerling pun memanfaatkan nama tersebut guna menarik
dukungan dalam melancarkan rencananya.  Pemberontakan Westerling memakai nama perang
Ratu Adil karena dengan nama Ratu Adil jadi didukung rakyat banyak.
Kegagalan kudeta yang dilakukan Westerling terhadap RIS menyebabkan adanya demoralisasi
anggota milisi terhadap Westerling dan ia terpaksa melarikan diri ke Belanda.  Larinya
Westerling ini kemudian membuat APRA berdiri sendiri tanpa adanya seorang pemimpin yang
kuat.  Oleh karena itu, APRA resmi tidak kembali berfungsi pada Februari 1950. 
5. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)

Latar Belakang Pemberontakan PRRI

Dalam buku sejarah Demi Kehormatan Negara yang disusun oleh Hasiyati (2020),
pertentangan pemerintah pusat dan sejumlah daerah berpangkal pada persoalan alokasi dana
pembangunan yang tidak merata dan tuntutan otonomi daerah.

Situasi sudah memanas sejak terjadi pengurangan divisi pada brigade di angkatan darat yang
menyisakan Resimen Infanteri 4 TT I BB. Para perwira dan tokoh militer di daerah kecewa dan
merasa terhina akan hal tersebut setelah berjuang mempertaruhkan jiwa raga untuk bela
negara.

Ketidakpuasan tersebut terjadi di sejumlah wilayah Sumatra dan Sulawesi, serta diperparah
dengan tingkat kesejahteraan prajurit dan masyarakat yang sangat rendah kala itu. Hal ini
menjadi pemicu kemunculan dewan perjuangan daerah pada Desember 1956 hingga Februari
1957.

Dalam buku Prajurit-Prajurit di Kiri Jalan (2011) karya Petrik Matanasi, PRRI/Permesta lahir di
Padang, Sumatra Barat pada 15 Februari 1958. Di sisi lain, Permesta sudah terbentuk pada 2
Maret 1957 di Makassar, Sulawesi Selatan namun pusat Permesta ada di Manado, Sulawesi
Utara.

Tujuan dan Tokoh Pemberontakan PRRI/Permesta

Puncak pemberontakan PRRI/Permesta ditandai dengan persetujuan dari Letnan Kolonel


Achmad Husein terkait berdirinya PRRI dan pembentukan kabinet dengan Sjafruddin
Prawiranegara sebagai Perdana Menteri. Proklamasi berdirinya PRRI disambut meriah di
Indonesia bagian Timur.

Sementara itu, Letnan Kolonel D.J Somba, Komandan Daerah Militer Sulawesi Utara dan
Tengah memutus hubungan dengan Pemerintah Pusat dan mendukung PRRI. Dari
ketidakpuasan tersebut, terjadi pembentukan dewan perjuangan yaitu:

1. Dewan Banteng yang dipimpin Letkol Ahmad Husein di wilayah Sumatera Barat

2. Dewan Gajah yang dipimpin Kolonel Maludin Simbolon di wilaya Sumatera Utara

3. Dewan Garuda yang dipimpin Letkol Barlian di wilayah Sumatera Selatan

4. Dewan Manguni yang dipimpin Kolonel Ventje Sumual di Sulawesi.


KLIPING
PERISTIWA PENYIMPANGAN
TERHADAP NILAI-NILAI PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA

NAMA : GALIH PASSA ISLAMY


KELAS : IX.4
SMP PGRI 12 JAKARTA
KLIPING
PERISTIWA PENYIMPANGAN
TERHADAP NILAI-NILAI
PANCASILA
SEBAGAI DASAR NEGARA

Anda mungkin juga menyukai