Anda di halaman 1dari 5

DISINTEGRASI BANGSA

Disintegrasi bangsa adalah perpecahan bangsa. Perlu kita ketahui bahwa ketika
kita merdeka, bukan berarti kita terlepas dari semua hambatan atau halangan, tetapi ada
beberapa hambatan yang terjadi baik dari luar maupun dari dalam bangsa kita sendiri.
Nah, dari dalam bangsa kita sendiri ada beberapa pemberontakan, diantaranya nanti kita
akan pelajari yaitu ada pemberontakan PKI Madiun, G30S PKI, APRA, Pemberontakan
Andi Aziz, dan lain sebagainya.
Konflik mengenai disintegrasi bangsa terbagi menjadi 3 jenis, yaitu
1. Konflik yang berkaitan dengan ideologi, diantaranya ada PKI Madiun, G3S PKI,
dan DI/TII.
2. Konflik yang berkaitan dengan kepentingan atau kenegaraan, yaitu konflik
PRRI/PERMESTA, persoalan negara federal, serta BFO.
3. Konflik yang berkaitan dengan ketentaraan, yaitu diantaranya ada konflik Andi
Aziz, APRA, dan RMS (Republik Maluku Selatan).
Nah, yang akan kita pelajari pertama yaitu konflik yang berkiatan dengan ideologi (PKI
Madiun, G3S PKI, dan DI/TII).
1. Konflik PKI Madiun
PKI Madiun tentunya terjadi di Madiun dan diawali dari perjanjian Renville.
Teman-teman pasti pernah mendengan nama Amir Syarifudin, kan?. Amir Syarifudin
merupakan salah satu perdana menteri Indonesia yang pada tahun 1948 terpaksa
diturunkan dari jabatannya sebagai PM karena tidak disetujui oleh rakyat dikarenakan
adanya perjanjian Renville. Nah, Amir Syarifudin merasa dendam terhadap
penurunannya tersebut, kemudian membentuk yang namanya Front Demokrasi Rakyat
(FDR), yaitu kesatuan dari beberapa partai berhaluan kiri/komunis di Indonesia,
diantaranya ada PKI, PSI, dan Partai Buruh Indonesia (PBI).
Selanjutnya, tidak hanya Amir Syarifudin, ternyata Muso seorang tokoh PKI
yang lama menetap di Moskow pulang ke Indonesia pada tanggal 11 Agustus 1948. Ia
langsung menyatakan diri bergabung denga FDR pimpinan Amir Syarifudin. Setelah
itu, mereka berdua pun berencana untuk mencapai tujuannya masing-masing. Amir
Syarifudin merencanakan penurunana terhadap Kabinet Hatta, sedangkan Musso
merencanakan memebentuk Neagara Sosalis Indonesia yang berpusat di Madiun.
Musso pun akhirnya memproklamirkan berdirinya Republik Soviet Indonesia dengan
pusatnya di Madiun pada tanggal 18 September 1948.
Ketika terjadi proklamasi tersebut, tentunya pemerintah RI berusaha menumpas
pemberontakan yang terjadi di Madiun dengan cara mengirimkan pasukan tentara ke
Madiun, maka terjadilah pertempuran yang akhirnya Amir Syarifudin berhasil
ditangkap. Kemudian Musso berhasil tertembak mati dan sisa dari pasukan PKI yang
ada, ada yang tertangakap, dan ada juga yang kabur ke daerah Kediri. Nah, diantara
pasukan PKI yang kabur tadi, itu ada D.N. Aidit, dan ada juga M.H. Lukman yang
nantinya kan berinisiatif dan memimpin pemberontakan pada peristiwa G30S/PKI.
2. Pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia)
Pemberontakan DI/TII ini terjadi di beberapa daerah di Indonesia, diantaranya
ada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulaweisi Selatan, Kalimatan Selatan, dan di Aceh.
Tetapi, yang paling pertama DI/TII ini terjadi di Jawa Barat. Diawali dari perjanjian
Renville, dimana para TNI yang berada di dalam garis demarkasi Van Mok harus
memindahkan pasukannya ke wilayah RI. Termasuk TNI yang ada di Jawa Barat harus
pindah ke daearah yang termasuk ke daerah RI yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur,
Yogyakarta, dan sebagaian Sumatera.
Tetapi, beberapa TNI yang ada di Jawa Barat tepatnya Laskar Hizbullah dan
Laskar Sabilillah yang dipimpin oleh Kartosuwiryo menolak untuk pindah, dan ketika
di Jawa Barat terjadi kekosongan kekuasaan, maka R.M. Kartosuwiryo
memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) dengan didukung oleh
Tenatara Islam Indonesia seebagai tentaranya.
Proklamasi tersebut dialaksanakan pada bulan Agustus 1948. Untuk menumpas
pemberontakan DI/TII, pemerintah RI mengirimkan tentara Divisis Siliwangi ke Jawa
Barat dengan menggunakan taktik Pagar Betis untuk menyerang pasukan DI/TII.
Operasi militernya sendiri dinamakan Operasi Baratayudha. Dengan mengguanakan
taktik pagar betis ini, akhirnya pemberontakan DI/TII di Jawa Barat berhasil
dipadamkan dengan tertangkapnya dan tertembak matinya Kartosuwiryo di
Tasikmalaya pada tahun 1962.
Pemberontakan DI/TII selanjutnya ada di Jawa Tengah. Pemberonkan DI/TII di
Jateng juga terjadi pada tahun 1948 yang dipimpin oleh Amir Fatah. Untuk latar
belakangnya, Amir Fatah ditawari jabatan sebagai panglima DI/TII di Jawa Tengah
oleh Kartosuwiryo dan ia pun menyetujuinya. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
ini akhirnya berhasil dipadamkan pada tahun 1991 ketika Amir Fatah tertangkap
dikarenakan kurangnya dukungan dari penduduk sekitar.
Pemberontakan DI/TII yang ke-3 yaitu di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh
Kahar Muzakkar. Jadi, Kahar Muzakkar sendiri sebelumnya adalah seorang tentara
yang bertugas di Jawa, tetapi ia dipulangkan ke tempat asalnya yaitu di Sulawesi
Selatan untuk mengatasi pemberonatakan dari KGSS (Komando Gerilya Sulawesi
Selatan). Setibanya Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, ia bukannya menyelesaikan
masalah KGSS, tetapi malah ikut serta bergabung dengan KGSS. Dan setelah
bergabung dengan KGSS, ia pun menyatakan dirinya bergabung dengan gerakan
DI/TII nya Kartosuwiryo, sehingga Kahar Muzakkar pun menjadi salah satu
pemberontak yang akhirnya tertembak mati pada sebuah pertempuran tahun 1963.
Pemberontakan DI/TII yang ke-4 adalah pemberontakan di Kalimantan Selatan
yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Jadi, Ibnu Hadjar adalah salah satu pangliama AL di
Kalimantan Selatan yang mearasa kuarang puas karena kebiajakan pemerintah yang
akan membubarkan AL di Kalimantan Selatan. Akhinya, diapun bergabung dengan
pemberontakannya Kartosuwiryo, tetapi di tahun 1963, Ibnu Hadjar tertangkap dalam
sebuah pertempuran dan dia pun dihukum mati oleh pemerintah.
Pemberontakan DI/TII yang terakhir adalah pemberontakan DII/TII di Aceh
yang dipimpin oleh Daud Beureuh’eh. Latar belakangnya sendiri agak berbeda, karena
dimulai dari ketidakpuasan rakyat Aceh ketika Aceh dimasukkan ke dalam Provinsi
Sumatera Utara. Di tahun 1953, Daud Beureu’eh mengumumkan bahwa Aceh masuk
ke dalam salah satu bagaian Negara Islam Indonesia. Untuk mengatasi hal itu,
pemerintah pun mencoba mengakomodasi dan menjadikan Aceh sebagai provinsi
tersendiri di tahun 1959. Pada tahun 1962, Daud Beureu’eh kembali dari pertempuran
dan dia pun diampuni oleh pemerintah.

Nah, selanjutnya konflik yang berkaitan dengan kepentingan atau ketentaraan di


Indonesia.
1. APRA (Angakatan Perang Ratu Adil)
APRA sendiri adalah sebuah milisi bersenjata yang dibentuk oleh Kapten
Raymond Westerling dengan pusatnya di Bandung pada tahun 1949. Selanjutnya,
APRA ini memberontak pada tahun 1950 karena mereka menolak kehadiran APRIS
(Angkatan Perang Ratu Inonesia Serikat) ke Bandung. Westerling sendiri dibantu oleh
Sultan Hamid II dari Pontianak. Nah, Sultan Hamid II sendiri bergabung dengan
pemberontakan dikarenakan kekecewaannya tidak dijadikan menteri pertahanan
Indonesia, sehingga dia punya keinginan untuk membunuh Sultan Hamengkubuwono
IX sebagai menteri pertahanan terpilih. Ia juga ingin membunuh T.B. Simatupang yaitu
seorang nahkoda AD, sehingga Sultan Hamid II dan Westerling merencanakan
penyerangan ke Jakarta. Tetapi, penyerangan ini gagal, akhirnya Westerling kabur ke
Belanda dan Sultan Hamid II pun ditangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh
pemerintah RI.
2. Pemberontakan Andi Azis
Pemberontakan Andi Azis adalah sebuah pemberontakan yang terjadi di
Makassar dan masih di tahun yang sama yaitu tahun 1950. Latar belakangnya pun
sama, yaitu karena Andi Azis yang merupakan seorang kolonel angkatan perangnya
Belanda yaitu KNIL menolak datangnya angakatan perang APRIS ke daearah Makasar.
Sehingga dia melakukan pemberontakan dengan menculik beberapa panglima APRIS
di Makasar. Pemerintah mencoba mengakomodasi keinginan Andi Azis dengan
memberikan Andi Azis toleransi untuk melapor ke Jakarta dalam tenggang waktu 4x24
jam atau 4 hari. Tetapi, selama 4 hari tersebut Andi Azis tidak melakukan apapun, dan
dia malah terlambat untuk melapor ke Jakarta. Sehingga setibanya Andi Azis di
Jakarta, dia langsung di tangkap dan diadili.
3. RMS (Republik Maluku Selatan)
Republik Maluku Selatan adalah sebuah negara baru yang dproklamirkan oleh
Christiaan Robbert Steven Soumokil, mantan jaksa agung Negara Indonesia Timur
(NIT) pada tanggal 1 April 1950. Tujuannya sendiri yaitu untuk memisahkan Maluku
dari RI dan membuat pemerintahan sendiri di Maluku. Selanjutnya, pemerintah
mencoba berunding dengan Soumokil dengan mengirimkan Dr. J. Leimena ke Maluku.
Tetapi, perundingan tersebut gagal sehingga pemerintah pun harus melalui jalan militer
untuk menumpas pmberontakan. Dikirimlah Alex Kawilarang ke Maluku yang
akhirnya pada tahun 1963, Alex Kawilarang dan pasukannya berhasil menangkap
Soumokil di Pulau Seram dan Soumokil pun dijatuhi hukuman mati.
Nah, sekarang kita akan mempelajari konflik yang berkaitan dengan kenegaraan
atau pemerintahan.
1. PRRI/PERMESTA
Pemberontakan PRRI/Permesta terjadi di Sulawesi dan Sumatera yang terjadi
dikarenakan adanya ketidakpuasan dari tubuh AD mengenai kesejahteraan AD yang
berada di Sumatera dan Sulawesi. Mereka mengaggap bahwa kesejahteraan tentara di
Jawa, jauh lebih sejahtera dan jauh dari makmur dibandingkan dengan para tentara di
Sumatera dan di Sulawesi. Akhirnya, mereka mendirikan beberapa dewan-dewan
sendiri, diantaranya ada Dewan Banteng, Dewan Gajah, Dewan Manguni, dan Dewan
Garuda. Dewan-dewan tersebut bertugas untuk merebut pemerintahannya di daerah
masing-masing. Seperti contohnya, Dewan Banteng harus merebut pmerintahan di
Sumatera Barat, dan Dewan Gajah harus merebut pemerintahan di Sumatera Utara.
Pertanggal 15 Februari 1958, Ahmad Husein menyatukan dewan-dewan tadi
dalam sebuah pemberontakan yaitu PRRI dan dirinya mengultimatum pemerintah pusat
serta mengatakan bahwa telah dibentuknya Pemerintahan Revolusioner Republik
ndonesia/PRRI. Selanjutnya, berita mengenai adanya PRRI menyebar ke daerah
Sulawesi sehingga di Sulawesi muncul juga gerakan PERMESTA yang merupakan
gerakan dukungan terhadap PRRI. Operasi militer pun langsung dijalankan, dan di
tahun yang sama, yaitu tahun 1958 pemberontakan pun berhasil dipadamkan.

Anda mungkin juga menyukai