Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN


DISINTEGRASI BANGSA

Disusun oleh :
Nama : AMANDA PURI CANDRA
Kelas : XII IPA 1

SMA NEGERI 2 TULANG BAWANG UDIK


KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
PERJUANGAN MENGHADAPI ANCAMAN
DISINTEGRASI BANGSA

A. PENGERTIAN DISNTEGRASI
Disintegrasi adalah sebuah kondisi atau keadaan yakni hilangnya
keharmonisan, ketidak utuhan, atau perpecahan yang sedang terjadi dalam suatu
lingkungan masyarakat. Dalam disiplin ilmu sosiologi, disintegrasi dimaknakan
sebagai suatu prosesi terpecah belahnya sebuah keadaan dari kesatuan sehingga
menjadi tercerai berai. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya persatuan yang
mengintegrasikan anggota masyarakat tertentu dengan masyarakat yang lain.

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DISINTEGRASI BANGSA


Faktor-faktor disitegrasi bangsa antara lain sebagai berikut.
1. Masyarakat yang majemuk adalah masyarakat yang ditandai oleh kesatuan-
kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, dan
perbedaan kedaerahan lainnya.
2. Konflik adalah proses atau keadaan di mana dua atau lebih dari dua pihak
berusaha menggagalkan tercapainya tujuan masing-masing pihak disebabkan
adanya perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau pun tuntutan dari masing-masing
pihak. Konflik yang kerap menjadi pemicu disintegrasi bangsa antara lain
konflik horisontal dan konflik vertikal.
3. Kesenjangan ekonomi yang terjadi manakala suatu daerah memiliki kondisi
sosial ekonomi yang lebih baik dibandingkan dengan daerah lain.

C. ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA INDONESIA


a. PKI di Madiun tanggal 1948 
- Latar Belakang
Pada tanggal 7 November 1945 PKI didirikan. Kemudian PKI yang dipimpin
oleh Muso mulai mengecam kebijakan politik dan pertahanan nasional. PKI
memiliki cita-cita ingin menjadikan Indonesia sebagai negara komunis.
- Jalannya Pemberontkan
Pada September 48 terjadi pertempuran bersenjata antara pro PKI dan pro
pemerintah. Pasukan PKI terpukul mundur sampai di Madiun dan
membentuk basis disana.
- Penumpasan
Pasukan pemerintah mengirim operasi militer melalui Divisi Siliwangi I dan
II dibawah pimpinan Kolonel Sungkono dan Kolonel Gatot Subroto.
Beberapa tokoh PKI seperti D.N. Aidit dan M.H. Lukman meloloskan diri ke
Tiongkok dan Vietnam. Adapun Muso berhasil terbunuh dan Amir
Sjarifudin tertangkap dan di hukum mati.

b. DI/TII
Pemberontakan terjadi di Jabar, Jateng, Aceh, Sulsel, Kalsel
Di daerah Jawa Barat dipimpin oleh S.M. Kartosuwiryo. Latar belakangnya
adalah perjanjian renville yang menjadikan terbentuknya negara bagian
Pasundan dan mengharuskan pasukan RI termasuk pasukan siliwangi pindah
dari Jawa Barat. Namun laskar Hizbullah dan Sabilillah di bawah pengaruh
Kartosuwiryo menolak pindah dan membentuk Tentara Islam Indonesia (TII).
Untuk memberantas pemberontakan ini tentara ini menggunakan operasi
Pagar Betis.

Di daerah Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah. Pada pemberontakan ini
diakibatkan oleh perjanjian Renville yang mengharuskan TNI pindah dari
wilayah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Selain Amir Fatah, di Jawa Tengah juga
terjadi pemberontakan oleh K.H. machfudz yang mendukung AUI ( Angkatan
Umat Islam). Pemberontakan Darul Islam di Jawa Tengah lainnya juga
dilakukan oleh Batalyon 426 dari Divisi Diponegoro Jawa Tengah. Ini adalah
tentara Indonesia yang anggota-anggotanya berasal dari laskar Hizbullah.

Di daerah Sulawesi Selatan Pemberontakan dipimpin oleh Kahar Muzakar


terjadi pada tanggal 7 Agustus 1953. Latar belakangnya adalah Kahar Muzakar
meminta agar KGSS (Komando Gerilya Sulawesi Selatan) menjadi tentara
dengan nama Brigade Hasanudin namun Pemerintah menolak dan
mengharuskan untuk menjadi anggota tentara harus memenuhi syarat dan
lewat seleksi.

Di daerah Kalimantan Selatan pemberontakan DI/TII dipimpin oleh Ibnu Hajar.


Pemberontakan bermula dari ALRI yang menjadi pasukan utama menghadapi
Belanda di wilayah Kalimantan Selatan mengalami penataan ketentaraan,
namun beberapa anggotanya mengalami kekecewaan dan memberontak salah
satunya adalah Ibnu Hajar. Di akhir tahun 1954 Ibnu Hajar bergabung dengan
DI/TII Kartosuwiryo yang menawarkan jabatan tinggi. Pada tahun 1963 Ibnu
Hajar menyerah dan dijatuhi hukuman mati.

Di daerah Aceh pemberontakan di pimpin oleh Daud Beureuh. Peristiwa ini


dilatar belakangi oleh ketetetapan pemerintah yang menjadikan Aceh sebagai
bagian dari Provinsi Sumatera Utara dan kehilangan status Daerah Istimewa
sehingga para ulama yang tergabung dalam Persatuan Ulama Aceh menolak
kebijakan tersebut.

c. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)


- Latar Belakang
1) Perkembangan politik pada saat itu didasarkan pada Nasakom
( Nasionalisme Agama dan Komunis)
2) Kondisi Ekonomi menurun
3) Keputusan pemerintah membubarkan Masyumi dan PSI
4) PKI dengan menyusupkan Ir. Surachman, seorang tokoh PNI, kedalam
PNI.
5) PKI menyebarkan fitnah bahwa pimpinan AD membentuk Dewan
Jendral yang akan melakukan kudeta.

- Jalannya Pemberontakan
Dipimpin Letnan Kolonel Untung, perwira yang dekat dengan PKI, pasukan
pemberontak melaksanakan “Gerakan 30 September” dengan menculik
dan membunuh para jenderal dan perwira di pagi buta tanggal 1 Oktober
1965. Jenazah para korban lalu dimasukkan ke dalam sumur tua di daerah
Lubang Buaya Jakarta. Mereka adalah : Letnan Jenderal Ahmad Yani
(Menteri/Panglima AD), Mayor Jenderal S. Parman, Mayor Jenderal
Soeprapto, Mayor Jenderal MT. Haryono, Brigadir Jenderal DI Panjaitan,
Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo dan Letnan Satu Pierre Andreas
Tendean. Sedangkan Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil lolos dari
upaya penculikan, namun putrinya Ade Irma Suryani menjadi korban.

- Penumpasan
Dalam situasi tak menentu itulah Panglima Komando Strategis Angkatan
Darat (Pangkostrad) Mayor Jenderal Soeharto segera berkeputusan
mengambil alih pimpinan Angkatan Darat, karena Jenderal Ahmad Yani
selaku Men/Pangad saat itu belum diketahui ada dimana. Setelah berhasil
menghimpun pasukan yang masih setia kepada Pancasila, operasi
penumpasan Gerakan 30 September pun segera dilakukan. Bukan saja di
Jakarta, melainkan hingga basis mereka di daerah-daerah lainnya.
Dalam perkembangan berikutnya, ketika diketahui bahwa Gerakan
September ini berhubungan dengan PKI, maka pengejaran terhadap
pimpinan dan pendukung PKI juga terjadi. Bukan saja oleh pasukan yang
setia pada Pancasila tetapi juga dibantu oleh masyarakat yang tidak senang
dengan sepak terjang PKI. G30S/PKI pun berhasil ditumpas, menandai pula
berakhirnya gerakan dari Partai Komunis Indonesia.

D. Konflik dan Pergolakan Antar Kepentingan


a. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil)
- Latar Belakang
Terbentuknya APRA dilatarbelakangi ketidak puasan beberapa pejuang
terhadap kebijakan pemerintah RIS. APRA dibentuk oleh Kapten Raymond
Westerling pada tahun 1949 dengan dalih sebagai Ratu Adil. APRA
beranggotakan tentara KNIL yang tidak setuju dibentuknya APRIS di wilayah
Pasundan. Basis pasukan APRIS di Jawa Barat adalah Divisi Siliwangi. APRA
ingin agar keberadaan negara Pasundan dipertahankan sekaligus
menjadikan mereka sebagai tentara negara federal di Jawa Barat.
- Jalannya Pemberontakan
Pada bulan Januari  1950 Westerling mengultimatum pemerintah RIS.
Pasukan APRA mendapatkan dukungan dari tokoh KNIL Belanda. APRA
menyerang Kota Bandung dan dapat menguasai beberapa tempat penting.
Setelah itu, Westerling berusaha menggulingkan kabinet RIS.
- Penumpasan
Untuk mengatasi kekacauan pemerintah RIS mengirim pasukannya ke
Bandung. Perdana Menteri Moh. Hatta mengadakan perundingan dengan
Komesaris Tinggi Belanda di Jakarta. Hasil perundingan mendesak agar
Westerling meninggalkan Bandung. Akhirnya Westerling dan pasukannya
meninggalkan Badung dan sisa pasukannya berhasil dihancurkan.

b. Peristiwa Andi Aziz


- Latar Belakang
Peristiwa ini dilatar belakangi oleh Kapten Andi Aziz dan pasukannya yang
berasal dari KNIL (pasukan Belanda di Indonesia) terhadap pemerintah
Indonesia agar hanya mereka yang dijadikan pasukan APRIS di Negara
Indonesia Timur (NIT).
- Jalannya Pemberontakan
Pemberontakan Andi Aziz di Makassar diawali adanya kekacauan di
Sulawesi Selatan. Untuk mengatasi kekacauan tersebut pemerintah
mengirim pasukan TNI di bawah pimpinan Mayor H.V. Worang untuk
meredakan ketegangan. Andi Aziz dan pasukannya menolak keputusan
tersebut dan tidak mau bekerja sama. Andi Aziz selanjutnya menyerang
markas TNI di Makassar dan dapat menguasainya.
- Penumpasan
Untuk menumpas pemberontakan ini dikirimkanlah Kolonel Alex
Kawilarang.  Pertempuran antara pasukan APRIS dan KNIL tidak dapat
dihindarkan dan APRIS dapat memukul mundur musuh. Selanjutnya pihak
KNIL meminta untuk berunding. Hasilnya adalah kedua pihak setuju untuk
menghentikan tembak menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KNIL
harus meningggalkan Makassar.
c. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pemberontakan RMS dilakukan dengan tujuan memisahkan diri dari Republik
Indonesia dan menggantinya dengan negara sendiri. Diproklamasikan oleh
mantan Jaksa Agung Negara Indonesia Timur, Dr. Ch.R.S. Soumokil pada April
1950, RMS didukung oleh mantan pasukan KNIL.

E. Konflik dan Pergolakan yang Berkait dengan Sistem Pemerintahan.


Pemberontakan PRRI dan Permesta
Munculnya pemberontakan PRRI dan Permesta bermula dari adanya persoalan di
dalam tubuh Angkatan Darat, berupa kekecewaan atas minimnya kesejahteraan
tentara di Sumatera dan Sulawesi. Hal ini mendorong beberapa tokoh militer
untuk menentang Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Kekecewaan tersebut kemudian berlanjut dengan dibentuknya dewan-dewan
daerah.
Terdapat empat dewan daerah yang dibentu, yaitu :
1) Dewan Banteng di Sumatra Barat dipimpin oleh Letkol Ahmad Husein.
2) Dewan Gajah di Sumatra Utara dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
3) Dewan Garuda di Sumatra Selatan dipimpin oleh Letkol Barlian.
4) Dewan Manguni di Sulawesi Utara dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hoesain memproklamasikan berdirinya
PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) di Padang Sumatra Barat.

F. Penanggulangan Disintegrasi
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya integrasi nasional
adalah sebagai berikut:
1. Menghidupkan dan membangun terus komitmen, kehendak serta kesadaran
untuk bersatu.
2. Menghasilkan kondisi yang mendukung komitmen, kehendak dan kesadaran
untuk bersatu serta membiasakan diri utuk membangun konsensus.
3. Membangun kelembagaan yang bernorma dan bernilai untuk menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Merumuskan kebijakan serta regulasi yang konkret, tepat dan tegas didalam
segala aspek kehidupan serta pembangunan bangsa, yang mencerminkan
keadilan untik seluruh pihak, dan semua wilayah.
5. Usaha bersama dan pembinaan integrasi nasional membutuhkan
kepeminpinan yang arif dan efektif.

KESIMPULAN
Perpecahan yang paling tidak diinginkan adalah disintegrasi bangsa. Sebisa mungkin,
masyarakat Indonesia menghindari kemungkinan terjadinya perpecahan bangsa
karena hal ini pastinya akan merugikan diri kita sendiri.
Menanamkan pengertian dan contoh disintegrasi yang merusak harus dilakukan
setelah menanamkan paham kecintaan terhadap bangsa Indonesia. 
Oleh karena itulah disintegrasi secara umum, sebagai lawan kata dari arti integrasi sosial.
Yang memiliki pandangan persatuan dan kesatuan.

DAFTAR PUSTAKA

https://dosenppkn.com/disintegrasi-bangsa/
ttps://pendidikan.co.id/pengertian-disintegrasi-dampak-faktor-bentuk-dan-contohnya/

Anda mungkin juga menyukai