Hakikat Bangsa
Tidak ada rumusan ilmiah yang bisa dirancang untuk mengartikan istilah bangsa secara
objektif. Akan tetapi, fenomena kebangsaan tetap ada hingga saat ini. Lantas, apakah hakikat
dari sebuah bangsa? Sebelumnya, Anda perlu mengetahui bahwa istilah bangsa, yaitu natie
(nation). Artinya, masyarakat yang diwujudkan bentuknya oleh sejarah yang memiliki unsur
yaitu adanya satu kesatuan bahasa, daerah, ekonomi, dan satu kesatuan jiwa serta unsur-unsur
tersebut terlukis dalam kesatuan budaya.
a. Pengertian Bangsa
Istilah natie (nation) atau bangsa mulai populer sekitar tahun 1835. Pada saat itu istilah
bangsa mulai sering diperdebatkan dan dipertanyakan. Hal ini menimbulkan munculnya
berbagai teori tentang pengertian bangsa. Pengertian bangsa disampaikan oleh tokoh-tokoh
berikut.
1) Lothrop Stoddard
Bangsa, nation, natie adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sejumlah orang yang
cukup banyak, bahwa mereka merupakan suatu bangsa. Ia merupakan suatu perasaan
memiliki secara bersama sebagai suatu bangsa.
2) Otto Bauer
Suatu bangsa terbentuk karena adanya suatu persamaan, satu persatuan karakter, watak, di
mana karakter atau watak ini tumbuh dan lahir serta terjadi karena adanya persatuan
pengalaman.
3) Ernest Renan
Ia berpendapat bahwa kelompok yang membentuk suatu bangsa itu memiliki kemauan
untuk berada dalam satu himpunan (le desir d’etre ensemble).
4) Ir. Soekarno
Bangsa adalah segerombolan manusia yang besar, keras ia mempunyai keinginan bersatu, le
desir d’etre ensemble, keras ia mempunyai character gemeinschaft, persamaan watak, tetapi
yang hidup di atas satu wilayah yang nyata satu unit.
Pengertian bangsa juga dapat dikaji secara sosiologis dan antropologis, hukum, serta politis.
Secara sosiologis dan antropologis, bangsa diartikan sebagai persekutuan hidup masyarakat
yang berdiri sendiri. Setiap anggota persekutuan
Secara hukum, bangsa adalah rakyat (orang-orang) yang berada di suatu masyarakat hukum
yang terorganisasi. Bangsa pada umumnya menempati wilayah tertentu, mempunyai bahasa
tersendiri, sejarah, kebiasaan, dan kebudayaan yang sama dalam pemerintahan yang
berdaulat.
Bangsa dalam pengertian politis adalah suatu masyarakat dalam daerah yang sama. Mereka
tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.
Jadi, bangsa dalam arti politis adalah bangsa yang sudah bernegara dan mengaku serta tunduk
pada kekuasaan dari negara yang bersangkutan.
Adapun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bangsa adalah orang- orang yang
bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya serta berpemerintahan sendiri.
Bangsa adalah kumpulan manusia yang terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu
di muka bumi.
b. Dasar Pembentukan Bangsa
Sebuah bangsa akan terbentuk jika terdapat persamaan- persamaan yang menyatukan
sebuah kelompok masyarakat. Sebuah bangsa pada zaman modern selalu mengacu pada
empat persamaan sebagai berikut.
1) Persamaan wilayah tempat tinggal.
2) Persamaan bahasa atau alat komunikasi yang diterima semua anggota.
3) Persamaan kondisi sosial ekonomi.
4) Persamaan kondisi sosial psikologis yang terbentuk pada masa proses pembentukan
bangsa itu. Hal ini ditandai oleh represi atau tantangan bersama untuk bertahan hidup.
Pada umumnya bangsa terbentuk karena adanya faktor-faktor objektif tertentu yang
membedakannya dengan bangsa lain. Faktor- faktor tersebut adalah:
1) kesamaan keturunan,
2) wilayah,
3) bahasa,
4) adat istiadat,
5) kesamaan politik,
6) perasaan, dan
7) agama.
Menurut Ernest Renan dasar dari suatu paham kebangsaan yang menjadi bekal bagi
berdirinya suatu bangsa adalah suatu kejayaan bersama pada masa lampau. Kejayaan itu
dimiliki orang-orang besar dan akibat memperoleh kemenangan, tetapi dapat juga karena
penderitaan. Penderitaan itu menimbulkan kewajiban-kewajiban yang selanjutnya
mendorong ke arah adanya usaha bersama.
Lebih lanjut Ernest Renan mengatakan bahwa syarat mutlak adanya bangsa adalah plebisit.
Plebisit adalah suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama pada waktu sekarang, yang
mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan kesediaan memberikan pengorbanan-
pengorbanan. Jika warga bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi eksistensi
bangsanya, bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya (Rustam E.
Tamburaka, 1999:82).
Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada kesadaran moral (conscience morale).
Teori ini dapat digolongkan pada Teori Kehendak. Menurut teori Ernest Renan, jiwa, rasa,
dan kehendak merupakan suatu faktor subjektif, tidak dapat diukur dengan faktor-faktor
objektif. Faktor agama, bahasa, dan sejenisnya hanya dapat dianggap sebagai faktor
pendorong dan bukan merupakan faktor pembentuk (consttuief element) dari sebuah bangsa.
Oleh karena merupakan plebisit yang diulangi terus-menerus, bangsa dan rasa kebangsaan
tidak dapat dibatasi secara teritorial. Daerah suatu bangsa bukan merupakan sesuatu yang
statis, akan tetapi dapat berubah-ubah secara dinamis, sesuai dengan jalan sejarah bangsa itu
sendiri.