Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya, hal
ini bersifat mutlak dan memaksa.
b. Sifat monopoli
Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai sepenuhnya
kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.
c. Sifat mencakup semua
Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya.
Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak hanya
mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan
masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.
d. Sifat menentukan
Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas Negara
itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral dan dapat
pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara (kecuali orang
asing) menjadi anggota politik Negara.
Ada pula sifat-sifat yang hanya dimiliki suatu Negara berdasarkan pada landasan ideologi
Negara tersebut, misalnya Negara Indonesia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan
pancasila, yakni:
1.
Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu
kesesuaian dalam arti sebab dan akibat)(merupakan suatu nilai-nilai agama).
2.
Kemanusiaan adalah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat manusia.
3.
Persatuan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang
berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan negara Indonesia sehingga
terwujud satu kesatuan.
4.
Kerakyatan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat rakyat
5.
Keadilan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil
Sifat lahir, yaitu sejumlah pengaruh yang datang dari luar dan sesuai dengan pandangan
hidup bangsa bangsa Indonesia.
1.
Sifat batin atau sifat bawaan Negara Indonesia antara lain berupa unsur-unsur Negara,
yang diantaranya:
Kekuasaan Negara
Pendukung kekuasaan Negara
Rakyat
Wilayah
Adat istiadat
Agama.
2.
Sifat yang berupa bentuk wujud dan susunan kenegaraan Indonesia, yaitu bentuk Negara
Indonesia, kesatuan organisasi Negara dan sistem kedaulatan rakyat.
3.
Sifat yang berupa potensi, yaitu kekuatan dan daya dari Negara Indonesia, antara lain:
Kekuasaan tugas dan tujuan Negara untuk memelihara keselamatan, keamanan dan
perdamaian.
Hakikat Negara merupakan salah satu dari bentik perwujudan dari sifat-sifat Negara yang
telah dijelaskan di atas. Ada beberapa teori tentang hakekat Negara, diantaranya:
a. Teori Sosiologis
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, kebutuhan antar individu
tersebut membentuk suatu masyarakat. Di dalam ruang lingkup masyarakat terdapat banyak
kepentingan individu yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak jarang pula saling
bertentangan.
Maka manusia harus dapat beradaptasi dengan baik untuk menyesuaikan kepentingankepentingannya agar dapat hidup dengan rukun.
b. Teori Yuridis
1. Patriarchaal
Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang yang bijaksana dan
kuat yang dijadikan sebagai kepala keluarga.
2. Patriamonial
Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap orang yang berada
di wilayah tersebut haru tunduj terhadap raja tersebut.
3. Pejanjian
Identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain. Berdasarkan
perngertian yang demikian ini maka setiap bangsa didunia ini akan memiliki identitas sendirisendiri sesuai dengan keunikan,sifat,ciri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut. Berdasarkan
hakikat pengertian identitas nasional sebagai mana di jelaskan di atas maka identitas nasional
suatu Bangsa tidak dapat di pisahkan dengan jati diri suatu bangsa ataulebih populer disebut
dengan kepribadian suatu bangsa.
Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar manusia yang mempunyai persamaan
nasib dalam proses sejarahnya,sehingga mempunyai persamaan watak atau karakter yang
kuat untuk bersatu dan hidup bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu
kesatuan nasional.
Adapun identitas Nasional dalam proses berbangsa dan bernegara melalui :
Secara eksplisit, ada dua hal yang melekat dalam pembentukan budaya nasional yaitu :
1. Gotong royong
Kebersamaan (gotong royong) yang mampu mengikat dan menyatukan masyarakat, dari
berbagai hirarki atau status sosial.
2. Musyawarah
Semua masalah dan persoalan diselesaikan dengan musyawarah mufakat agar
penyelesaiannya menguntungkan kedua belah pihak.
Istilah identitas nasional secara terminologis adalah suatu ciri yang dimiliki oleh suatu
bangsa yang secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain. Berdasarkan
pengertian yang demikian ini maka setiap bangsa di dunia ini akan memiliki identitas
sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.
Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut
terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana
dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri
suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi.
Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu
manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat
kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan
manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian
sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdidri atas
kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang
tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin
pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun,
1981: 6).
Hakekat Bangsa
Bangsa (nation) atau nasional, nasionalitas atau kebangsaan, nasionalisme atau paham
kebangsaan, semua istilah tersebut dalam kajian sejarah terbukti mengandung konsep-konsep
yang sulit dirumuskan, sehingga para pakar di bidang Politik, Sosiologi, dan Antropologi pun
sering tidak sependapat mengenai makna istilah-istilah tersebut. Selain istilah bangsa, dalam
bahasa Indonesia, kita juga menggunakan istilah nasional, nasionalisme yang diturunkan dari
kata asing nation yang bersinonim dengan kata bangsa. Tidak ada rumusan ilmiah yang
bisa dirancang untuk mendefinisikan istilah bangsa secara objektif, tetapi fenomena
kebangsaan tetap aktual hingga saat ini.
Dalam kamus ilmu Politik dijumpai istilah bangsa, yaitu natie dan nation, artinya
masyarakat yang bentuknya diwujudkan oleh sejarah yang memiliki unsur sebagai berikut :
1. Satu kesatuan bahasa ;
2. Satu kesatuan daerah ;
3. Satu kesatuan ekonomi ;
4. Satu Kesatuan hubungan ekonomi ;
5. Satu kesatuan jiwa yang terlukis dalam kesatuan budaya.
Istilah natie (nation) mulai populer sekitar tahun 1835 dan sering diperdebatkan,
dipertanyakan apakah yang dimaksud dengan bangsa?, salah satu teori tentang bangsa
sebagai berikut :
Teori Ernest Renan
Pembahasan mengenai pengertian bangsa dikemukakan pertama kali oleh Ernest Renan
tanggal 11 Maret 1882, yang dimaksud dengan bangsa adalah jiwa, suatu asas kerohanian
yang timbul dari : (1). Kemuliaan bersama di waktu lampau, yang merupakan aspek historis.
(2). Keinginan untuk hidup bersama (le desir de vivre ensemble) diwaktu sekarang yang
merupakan aspek solidaritas, dalam bentuk dan besarnya tetap mempergunakan warisan masa
lampau, baik untuk kini dan yang akan datang.
Lebih lanjut Ernest Renan mengatakan bahwa hal penting merupakan syarat mutlak adanya
bangsa adalah plebisit, yaitu suatu hal yang memerlukan persetujuan bersama pada waktu
sekarang, yang mengandung hasrat untuk mau hidup bersama dengan kesediaan memberikan
pengorbanan-pengorbanan. Bila warga bangsa bersedia memberikan pengorbanan bagi
eksistensi bangsanya, maka bangsa tersebut tetap bersatu dalam kelangsungan hidupnya
(Rustam E. Tamburaka, 1999 : 82).Titik pangkal dari teori Ernest Renan adalah pada
kesadaran moral (conscience morale), teori ini dapat digolongkan pada Teori Kehendak,
Sifat dan Hakekat Negara
Sifat Negara merupakan suatu keadaan dimana hal tersebut dimiliki agar dapat
menjadikannya suatu Negara yang bertujuan. Sifat-sifat tersebut umumnya mengikat bagi
setiap warga negaranya dan menjadi suatu identitas bagi Negara tersebut.
Sifat suatu Negara terkadang tidaklah sama dengan Negara lainnya, ini tergantung pada
landasan ideologi Negara masing-masing. Namun ada juga beberapa sifat Negara yang
bersifat umum dan dimiliki oleh semua Negara, yaitu:
a. Sifat memaksa
Negara merupakan suatu badan yang mempunyai kekuasaan terhadap warga negaranya, hal
ini bersifat mutlak dan memaksa.
b. Sifat monopoli
Negara dengan kekuasaannya tersebut mempunyai hak atas kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya, hal ini menjadi sesuatu yang menjadi landasan untuk menguasai sepenuhnya
kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Negara tersebut.
c. Sifat mencakup semua
Kekuasaan Negara merupakan kekuasaan yang mengikat bagi seluruh warga negaranya.
Tidak ada satu orang pun yang menjadi pengecualian di hadapan suatu Negara. Tidak hanya
mengikat suatu golongan atau suatu adat budaya saja, tetapi mengikat secara keseluruhan
masyarakat yang termasuk kedalam warga negaranya.
d. Sifat menentukan
Negara memiliki kekuasaan untuk menentukan sikap-sikap untuk menjaga stabilitas Negara
itu. Sifat menentukan juga membuat Negara dapat menentukan secara unilateral dan dapat
pula menuntut bahwa semua orang yang ada di dalam wilayah suatu Negara (kecuali orang
asing) menjadi anggota politik Negara.
Ada pula sifat-sifat yang hanya dimiliki suatu Negara berdasarkan pada landasan ideologi
Negara tersebut, misalnya Negara Indonesia memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan
pancasila, yakni:
1.
Ketuhanan, ialah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat Tuhan (yaitu
kesesuaian dalam arti sebab dan akibat)(merupakan suatu nilai-nilai agama).
2.
Kemanusiaan adalah sifat-sifat keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat manusia.
3.
Persatuan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat satu, yang
berarti membuat menjadi satu rakyat, daerah dan keadaan negara Indonesia sehingga
terwujud satu kesatuan.
4.
Kerakyatan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat rakyat
5.
Keadilan yaitu sifat-sifat dan keadaan Negara yang sesuai dengan hakikat adil
Pengertian sifat-sifat meliputi empat hal yaitu:
1.
Sifat lahir, yaitu sejumlah pengaruh yang datang dari luar dan sesuai dengan
pandangan hidup bangsa bangsa Indonesia.
1.
Sifat batin atau sifat bawaan Negara Indonesia antara lain berupa unsur-unsur Negara,
yang diantaranya:
Kekuasaan Negara
Pendukung kekuasaan Negara
Rakyat
Wilayah
Adat istiadat
Agama.
2.
Sifat yang berupa bentuk wujud dan susunan kenegaraan Indonesia, yaitu bentuk
Negara Indonesia, kesatuan organisasi Negara dan sistem kedaulatan rakyat.
3.
Sifat yang berupa potensi, yaitu kekuatan dan daya dari Negara Indonesia, antara lain:
Kekuasaan Negara yang berupa kedaulatan rakyat
Kekuasaan tugas dan tujuan Negara untuk memelihara keselamatan, keamanan dan
perdamaian.
Kekuasaan Negara untuk membangun, memelihara serta mengembangkan
kesejahteraan dan kebahagiaan.
Kekuasaan Negara untuk menyusun dan mengadakan peraturan perundang-undangan
dan menjalankan pengadilan.
Kekuasaan Negara untuk menjalankan pemerintahan.
Hakikat Negara merupakan salah satu dari bentik perwujudan dari sifat-sifat Negara yang
telah dijelaskan di atas. Ada beberapa teori tentang hakekat Negara, diantaranya:
a. Teori Sosiologis
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, kebutuhan antar individu
tersebut membentuk suatu masyarakat. Di dalam ruang lingkup masyarakat terdapat banyak
kepentingan individu yang saling berkaitan satu sama lain dan tidak jarang pula saling
bertentangan.
Maka manusia harus dapat beradaptasi dengan baik untuk menyesuaikan kepentingankepentingannya agar dapat hidup dengan rukun.
b. Teori Yuridis
1. Patriarchaal
Teori yang menganut asas kekeluargaan, dimana terdapat satu orang yang bijaksana dan kuat
yang dijadikan sebagai kepala keluarga.
2. Patriamonial
Raja mempunyai hak sepenuhnya atas daerah kekuasaannya, dan setiap orang yang berada di
wilayah tersebut haru tunduj terhadap raja tersebut.
3. Pejanjian
Raja mengadakan perjanjian dengan masyarakatnya untuk melindungi hak-hak masyarakat
itu, dan jika hal tersebut tidak dilakukan maka masyarakat dapat meminta pertanggung
jawaban raja.dan Negara, setidaknya ada tiga hal pokok yang menjadi pilar utama penyangga
kekuatan bangsa dan Negara. secara mandiri tanpa intervensi pihak-pihak asing.
1. Kedaulatan politik
Suatu kesetiaan dan keberanian untuk mempertahankan hak dan mencapai tujuan
2. Kekuatan ekonomi
Ditujukan untuk upaya menghidupi diri sendiri dan memberi penghidupan secara wajar dan
manusiawi bagi seluruh rakyat
3. Kekuatan budaya
Merupakan tujuan akhir dari pembangunan kekuatan dan jati diri bangsa, karena entisitas
dan karakter dari suatu bangsa dipengaruhi oleh budaya, baik lokal maupun nasional.
Selama ini masyarakat Bangsa Indonesia masih bingung dengan identitas
bangsanya. Agar dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu
arti Identitas Nasional Bangsa Indonesia, Identitas berarti :
Ciri-ciri,
Sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikkan
serta membedakannya dengan hal-hal yang lain.
Kesimpulan dari Identitas Nasional itu sendiri adalah :
Sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa
lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan pulaupulau yang dipisahkan oleh lautan.Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut
masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatu padukan dan
diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang
mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi
nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar
bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas.
Sedangkan Nasional menunjuk pada sifat khas kelompok yang memiliki ciri-ciri
kesamaan, baik fisik seperti, budaya, agama, bahasa, maupun non-fisik seperti, keinginan,
cita-cita, dan tujuan.
Jadi, Identitas nasional adalah suatu ciri yang di miliki oleh suatu bangsa yang
secara filosofis membedakan bangsa tersebut dengan bangsa lain.
Menurut Koenta Wibisono (2005) pengertian Identitas Nasional pada hakikatnya
adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek
kehidupan suatu bangsa (nasion) dengan ciri-ciri khas, dan dengan yang khas tadi suatu
bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.
Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam masyarakat.
B. Parameter Identitas Nasional
Dalam kehidupan di dunia , hampir segala sesuatu memiliki parameter, begitu pula
dengan identitas nasional. Parameter adalah sesuatu yang digunakan sebagai standar sesuatu
atau suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu itu menjadi
khas. Jadi,Parameter identitas nasional berarti suatu ukuran yang digunakan untuk
menyatakan bahwa identitas nasional itu menjadi ciri khas suatu bangsa.
Adapun indikator dari identitas nasional itu sendiri adalah sebagai berikut:
1. Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat-istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan.
2. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.
3. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan: bangunan, peralatan
manusia, dan teknologi.
4. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.
zaman kerajaan-kerajaan pada abad ke-VII,yaitu ketika timbulnya kerajaan sri wijaya di
bawah wangsa syailendra di palembang, kemudian kerajaan Airlangga dan Majapahit di Jawa
timur serta karajaan-kerajaan lainnya.
2. Kebudayaan:
Kebudayaan adalah kompleks keseluruhan dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat dan semua kemampuan dan kebiasaan yang lain yang diperoleh oleh
seseorang sebagai anggota masyarakt. Kebudayaan biasanya digunakan sebagai rujukan atau
pedoman untuk bertindak di dalam suatu lingkungan masyarakat. Kemudian dari kebudayaan
mampu menghasilkan:
a. Akal budi
b. Peradaban
c. Pengetahuan
3. Suku Bangsa : keragaman/majemuk
golongan social yang khusus yang bersifat askriftif (ada sejak lahir), yang sama coraknya
dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa,
kuran lebih 360 suku.
4. Agama
Seperti yang di atur dalam UUD 1945, bahwa negara Indonesia menjamin kebebasan
beragama di dalam kehidupan warga negara Indonesia. Masing-masing warga negara
Indonesia berhak untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing dan
menjalankan peribadatan sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing warga negara
Indonesia. Hak dalam hidup beragama di Indonesia dilindungi oleh negara.
Penduduk di Indonesia secara garis besar merupakan penganut dari lima agama di antara lain
islam, budha, hindu, katolik dan protestan serta penganut kepercayaan lainnya seperti kong fu
tsu. Mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama islam dan selebihnya adalah penganut
agama budha, hindu, katolik dan protestan serta aliran kepercayaan.
Dalam berideologi, masyarakat Indonesia berhak untuk memiliki ideologi dan pandangan
hidup. Akan tetapi, ideolgi bangsa Indonesia tidak boleh bertentangan dengan nilainilai Pancasila yang merupakan kunci pemersatu bangsa Indonesia.
5. Bahasa
Sistem perlambangan yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia,
dan yang digunakan sebagai sarana berinteraksi antar manusia. Bahasa nasional merupakan
salah satu wujud rill persatuan dari berbagai suku yang ada di suatu negara.
Menurut Syarbani dan Wahid dalam bukunya yang berjudul Membangun Karakter dan
Kepribadian melalui Pendidikan Kewarganegaraan, kelimaunsur Identitas Nasional tersebut
diatas dapat dirumuskan kembali menjadi 3 bagian:
a. Identitas Fundamental: berupa Pancasila yang menrupakan Falsafah Bangsa, Dasar
Negara, dan Ideologi Negara.
globalisasi dengan berbagai macam aspeknya seakan telah meluluhkan batas-batas tradisional
antarnegara, menghapus jarak fisik antar negara bahkan nasionalisme sebuah negara. Alhasil,
konflik komunal menjadi fenomena umum yang terjadi diberbagai belahan dunia, khususnya
negara-negara berkembang. Konflik-konflik serupa juga melanda Indonesia. Dalam konteks
Indonesia, konflik-konflik ini kian diperuncing karekteristik geografis Indonesia. Berbagai
tindakan kekerasan (separatisme) yang dipicu sentimen etnonasionalis yang terjadi di
berbagai wilayah Indonesia bahkan menyedot perhatian internasional. Nasionalisme bukan
saja dapat dipandang sebagai sikap untuk siap mengorbankan jiwa raga guna
mempertahankan Negara dan kedaulatan nasional, tetapi juga bermakna sikap kritis untuk
member kontribusi positif terhadap segala aspek pembangunan nasional. Dengan kata lain,
sikap nasionalisame membutuhkan sebuah wisdom dalam mlihat segala kekurangan yang
masih kita miliki dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan sekaligus
kemauan untuk terus mengoreksi diri demi tercapainya cita-cita nasional.
Makna falsafah dalam pembukaan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut:
1. Alinea pertama menyatakan: Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Maknanya, kemerdekaan adalah hak semua
bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
2.
3.
4.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Unsur-unsur pembentuk identitas nasional Indonesia adalah sejarah, kebudayaan,
budaya unggul, suku bangsa, agama, dan bahasa.
2. Parameter pembentuk identitas nasional Indonesia adalah :
a. Pola perilaku yang nampak dalam kegiatan masyarakat: adat-istiadat, tata kelakuan,
kebiasaan.
b. Lambang-lambang yang menjadi ciri bangsa dan negara: bendera, bahasa, lagu
kebangsaan.
c. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan: bangunan,
peralatan manusia, dan teknologi.
d. Tujuan yang dicapai suatu bangsa: budaya unggul, prestasi di bidang tertentu.
3. Identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap
relevan dan fungsional dalam kondisi aktuall yang berkembang dalam masyarakat.
4. Pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional Indonesia adalahBangsa Indonesia
sebagai salah satu bangsa dari masyarakat internasional, memilki sejarah serta prinsip dalam
hidupnya yang berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia, dan Bangsa Indonesia
menuangkannya kedalam Pancasila sebagai salah satu ideologi Bangsa.
1 Pengertian Identitas Nasional
Pada tahun 1992 untuk pertama kalinya bendera merah putih berkibar di Olimpiade
Internasional di Barcelona ,Spanyol. Susi susanti (emain bulu tangkis putri yang
mendapatkan medali emas Olimpiade pertama) berdiri dipanggung, diiringi pengibaran
bendera merah putih dan lagu Indonesia Raya. Perasaan bangga dan haru menendai usaha
keras menuju budaya unggul telah membuahkan hasil berupa kehormatan bangsa berkibar
melalui bendera dan lagu kebangsaan.
Bendera yang berkibar dan lagu kebangsaan yang terdengar di Barcelona tersebut
merupakan salah satu ciri dari bangsa Indonesia. Bangsa-bangsa lain mengenal Indonesia
dengan berbagai ciri yang bersifat khas, selainbendera dan lagu Indonesia raya sebagai lagu
kebangsaan, ciri khas lainnya seperti letak geografis Indonesia yang khas., pulau-pulaunya
yang berjumlah ribuan, suku bangsanya yang beragam, masyarakatnya yang religius atau
beragam dan kebudayaan baik yang terkait dengan norma maupun teknologi.
Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar
dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional
Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga
menunjukkan suatu keunikannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal
dari kata Nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosiokultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, yang
dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa
Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia (Kibaw.2011).
Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara
dan tercermin didalam suatu identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam
kebekuan normative dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka yang cendrung terus
menerus berkembang karena hasrat menuju kemajuan yang di miliki masyarakat
pendukungnya. Implikasinya, identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi
makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi actual yang berkembang dalam
masyarakat. Idaentitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa (nation) dengan cirri-ciri khas, dan dengan
cirri khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lainnya (Batubara,Ismed et al. 2010).
2.1.1 Faktor Pembentukan Identitas Bersama
Proses pembentukan bangsa-negara membutuhkan identitas identitas untuk
menyatukan masyarakat bangsa yang bersangkutan. Faktor faktor yang diperkirakan
menjadi identitas bersama suatu bangsa, meliputi primordial, sacral, tokoh, bhinneka tnggal
ika, sejarah, perkembangan ekonomi, dan kelembagaan ( Ramlan Surbakti, 1999)
2.1.1.1 Primordial
Faktor faktor primordial ini meliputi : ikatan kekerabatan (darah dan keluarga),
kesamaan suku bangsa, daerah asal (homeland), bahasa, dan istiadat. Faktor primordial
merupakan identitas yang menyatakan masyarakat sehingga mereka dapat membentuk
bangsa-negara. Contoh, bangsa Yahudi membentuk Negara Israel.
2.1.1.2 Sakral
Faktor sakral dapat berupa kesamaan agama yang dipeluk masyarakat atau ideologi
doktriner yang diakui oeh masyarakat yang bersangkutan. Agama dan ideologi merupakan
faktor sacral yang dapat membentuk bangsa-negara. Factor sacral ikut menyumbang
terbentuknya satu nasionalisme baru. Factor agama Katolik mampu membentuk beberapa
negar di Amerika Latin. Negara Uni Sovyet diikat oleh kesamaan ideologi komunitas.
2.1.1.3 Tokoh
Kepemimpinan dari para tokoh yang disegani dan dihormati oleh masyarakat dapat
pula menjadi factor yang menyatukan bangsa-negara. Pemimpi di beberapa Negara dianggap
sebagai penyambung lidah rakyat, pemersatu rakyat, dan symbol persatuan bangsa yang
bersangkutan. Beberapa Contoh, misalnya Mahatma Ghandi di India, Tito di Yugoslavia,
Nelson Mandella di Afrika Selatan, dan Soekarno di Indonesia.
2.1.1.4 Bhinneka Tunggal Ika
Prinsip bhinneka tunggal ika pada dasarnya adalah kesediaan warga bangsa untuk
bersatu dalalm perbedaan (unity in diversity). Yang disebut bersatu dalam perbedaan adalah
kesediaan warga bangsa untuk setia pada lembaga yang disebut Negara dan pemerintahnya,
tanpa menghilangkan keterikatannya pada suku bangsa adat, ras, dan agamanya.
Sesungguhnya warga bangsa memiliki kesetiaan ganda (multiloyalities). Warga setiaa
pada identitas primodialnya dan warga juga memiliki kesetiaan pada pemerintahan
dan Negara, namun mereka menunjukkan kesetiaan yang lebih besar pada kebersamaan yang
terwujud dalam bangsa-negara di bawah satub pemerintah yang sah. Mereka sepakat untuk
hidup bersama di bawah satu bangsa meskipun berbeda latar belakang.
2.1.1.5 Perkembangan Ekonomi
Perkembangan ekonomi (industrilisasi) akan melahirkakn spesialisasi pekerjaan dan
profesi sesuai dengan aneka kebutuhan masyarakat. Semakin tinggi mutu dan variasi
kebutuhan masyarakat, semakin saling bergantung di antara jenis pekerjaan. Setiap orang
akan saling bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidup. Semakin kuat saling
ketergantungan anggota masyarakat karena perkembangan ekonomi, akan semakin besar
solidaritas dan persatuan dalam masyarakat. Solidaritas yang terjadi kerena perkembangan
ekonomi oleh Emile Dirkhiem disebut solidaritas organis. Factor ini berlaku di masyarakat
industri maju seperti Amerika Utara dan Eropa Barat.
2.1.1.6 Kelembangaan
Faktor lain yang berperan dalam mempersatukan bangsa berupa lembaga lembaga
pemerintahan dan politik. Lembaga lembaga itu seperti birokrasi, angkatan bersenjata,
pengadilan, dan partai politik. Lembaga lembaga itu melayani dan mempertemukan warga
tanpa memebeda beda asal-usul dan golongannya dalam masyarakat. Kerja dan perilaku
lembaga politik dapat mempersatukan orang sebagai satu bangsa (Winarno. 2009).
2.1.2
Identitas Cultural Unity atau Identitas Kesukubangsaan (Bangsa dalam Arti Sosiologis
dan Antrtopologis)
Cultural unity merujuk pada bangsa dalam pengertian kebudayaan atau bangsa dalam arti
sosiologis antropologis. Bangsa dalam pengertian sosiologis dan antropologis adalah
persekutuan hidup masyar,akat yang berdiri sendri masing-masing anggota persekutuan hidup
tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, dan adat istiadat. Jadi, mereka menjadi satu
bangsa karena mereka disatuakn oleh kesamaan ras, budaya, kkutuan hidup
masyaraeyakinan, bahasa dan sebagainya. Ikatan demikian disebut ikatan primordial.
Persekutuan hidup masyarakat semacam ini dalam suatu negara dapat merupakan
persekutuan hidup yang mayoritas dan dapat pula persekutuan hidup minoritas.
Satu negara dapat terdiri dari beberapa bangsa. Misalnya Amerika Serikat terdirid dari
Bangsa Negro, Bangsa Indian, Bangsa Cina, Bangsa Yahudi yang dahulunya merupakan
kaum pendatang. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai Bangsa yang tersebar dari Aceh
sampai Irian Jaya, seperti Batak, Minang Kabau, sunda, dayak, Banjar dan sebagainya.
Sebuah Bangsa dapat pula tersebar dibeberapa Negara. Misalnya Bangsa Arab tersebar di
berbagai negara disekitar Timur tengah (Srijanti et al. 2007).
Identitas yang dimiliki oleh sebuah cultural unity kurang lebih bersifat askriptif
(sudah ada sejak lahir), bersifat alamiah (bawaan), primer, dan etnik. Setiap anggota cultural
unity memiliki kesetiaan atau loyaritas dan identitasnya. Misalnya, setia pada suku, agama,
budaya, kerabat, daerah asal, dan bahasanya. Identitas demikian dapat pula disebut sebagai
identitas primordial.
Loyalitas pada primodialnya pada umumnya kuat dan langgeng (bertahan lama).
Orang orang yang bersatu dalam kesatuan primodial memiliki ikatan emosional yang kuat
serta melahirkan solidaritas erat. Solidaritas mereka akan semakin kuat manakala berhadapan
dengan kelompok primordial lainnya (Syarif Hidayatullah. 2008)
2.1.3
Identitas Political Unity atau Identitas Kebangsaan (Bangsa dalam Arti Politis)
Political unity merujuk pada bangsa dalam pengertian politik yaitu bangsa-negara.
Bangsa dalam pengertian politik adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan
mereka tunduk pada kedaulatan negaranya s bagai suatu kekuasaan tertinggi keluar dan
kedalam. Jadi mereka diikat oleh kekuasaan politik yaitu negara. Jadi bangsa dalam arti
politik adalah bangsa yang sudah memiliki negara dan mengakui serta tunduk pada
kekuasaan dari negara yang bersangkutan. Setelah mereka bernegara, terciptalah Bangsa.
Misalnya, pemunculan bangsa Indonesia (arti politis) setelah terciptanya negara
Indonesia. Bangsa dalam arti sosiologis sekarang ini lebih dikenal dengan istilah etnik suku
atau suku Bangsa. Ini untuk membedakan dengan bangsa yang sudah beralih dalm arti politis.
Namun, kita masih mendengar istilah Bangsa dalam arti sosiologis antropologis untuk
menunjukkan persekutuan hidup misalnya Bangsa Morou, Bangsa Yahudi, Bangsa Urdi dan
Bangsa Tamil. Bangsa Indonesia dalam arti politis memiliki banyak Bangsa seperti Bangsa
Batak, Minang Kabau, jawa, Betawi, Madura, Dayak, hasmat dll. Indonesia dikenal sebagai
Bangsa yang heterogen karena banyak Bangsa didalamnya.
Negara yang terbentuk berasal dari satu bangsa dengan identitas primordial yang
sama. Namun dewasa ini, Negara yang relatif homogeny, yang hanya terdiri dari satu bangsa
tidak banyak terjadi. Umumnya Negara yang terbentuk adalah heterogen, terdiri dari banyak
bangsa di dalamnya. Negara baru perlu menciptakan identitas kebangsaan atau identitas
nasional.
Identitas identitas kebangsaan itu merupakan kesepakatan dari banyak bangsa di
dalamya. Identitas nasional itu dapat saja berasal dari identitas sebuah bangsa di dalamya
yang selanjutnya disepakati sebagai identitas nasionalnya. Identitas kebangsaan bersifat
buatan, sekunder, etis dan nasional. Beberapa bentuk identitas nasional adalah bahasa
nasional, lambing nasional, semboyan nasional, bendera nasional, dan ideologi nasional.
Kesediaan dan kesetiaan warga bangsa untuk mendukung identitas nasional itu peril
ditanamkan, dipupuk, dan dikembangkan secara teru menerus. Hal ini disebabkan warga
juga memilki kesertaaan pada identitas kelompoknya yang justru lebih dahulu daripada
kesetiaan pada identitas nasional. Kesetiaan pada identitas nasional amat penting karena
dapat mempersatukan warga bangsa itu sebagai satu bangsa dalam satu negara. Dinegara
yang heterogen atau negara yang proses pembentukannya model mutakhir, sesungguhnya
warga bangsa di Negara itu memiliki loyalitas ganda (Syarif Hidayatullah. 2008)
2.2 Hakikat Negara ( Proses Pembentukan Bangsa Negara)
Secara umum dikenal adanya dua proses pembentukan bangsa Negara, yaitu model
ortodoks dan model mutakhir. ( Ramalan Surbakti, 1999 ). Pertama, model ortodoks yaitu
bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahlu, untuk kemudian bangsa itu membentuk satu
Negara tersendiri. Contoh, bangsa Yahudi berupaya mendirikan Negara Israel untuk bangsa
Yahudi. Setelah bangsa Negara ini terbentuk maka rezim politik ( penguasa ) dirumuskan
berdasarkan konstitusi Negara yang selanjutkan dikembangkan oleh partisipasi warga Negara
dalam kehidupan bangsa Negara yang bersangkutan. Kedua, model mutakhir yaitu berawal
dari adanya Negara terlebih dahulu yang terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan
penduduk Negara merupakan sekumpulan suku, bangsa dan ras. Contohnya adalah
kemunculan Negara Amerika serikat pada tahun 1776.
Kedua model ini berbeda dalam empat hal. Pertama, ada tidaknya perubahan unsure
dalam masyarakat. Model ortodoks tidak mengalami perubahan unsur karena satu bangsa
membentuk satu Negara. Model mutakhir mengalami perubahan unsur karena dari banyak
kelompok suku bangsa menjadi satu. Kedua, lamanya waktu yang diperlukan dalam proses
pembentukan bangsa Negara. Model ortodoks membutuhkan waktu yang singkat saja, yaitu
hanya membentuk struktur pemerintahan, bukan pembentukan identitas kulturalbaru. Model
mutakhir memerlukan wakt yang lamakarena harus mencapai kesepakatan tentang identitas
cultural yang baru. Ketiga,kesadaran politik masyarakat dalam model ortodoks muncul
setelah terbentuknya bangsa negara, sedangkan dalam model mutakhir, kesadaran politik
warga muncul mendahuluinbahkan menjadi kondisi awal terbentuknya bangsa
negara. Keempat,derajat partisipasi politik dan rezim politik. Pada model ortodoks, partisipasi
politik dan rezimpolitik dianggap sebagian terpisah dari proses integrasi nasional. Pada model
mutakhir, partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang terpisahkan dari proses
integrasi nasional (Winarno. 2009).
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a.
Rakyat
Yaitu orang orang yang bertempat tinggla diwilayah itu, tunduk pada kekuasaan negara
dan mendukung negara yang beresangkutan.
b. Wilayah
Yaitu daerah yang menjadi kekuasaan negara serta menjadi tempat tinggal bagi rakyat
negara. Wilayah juga menjadi sumber kehidupan rakyat negara. Wilayah negara mencakup
wilayah darat, laut dan udara.
c. Pemerintah yang berdaulat
Yaitu adanya penyelenggara negara yang memiliki kekuasaan menyelenggarakan
pemerintahan di negara tersebut. Pemerintah tersebut memiliki kedaulatan baik ke dalam
maupun ke luar. Kedaulatan ke dalam berarti negara memiliki kekuasaan untuk ditaati oleh
rakyatnya. Kedaulatan ke luar artinya negara mampu mempertahankan diri dari serangan
negara lain.
Unsur rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berkedaulatan merupakan unsur
konstitusif atau unsur pembentuk, yang harus terpenuhi agar terbentuk negara. Selain ada
unsur rakyat, wilayah dan pemerintah yang berdaulat, ada unsur pengakuan dari negara lain.
Pengakuan dari negara lain merupakan deklaratif. Unsur deklaratif adalah unsur yang sifatnya
menyatakan, bukan unsur yang mutlak.
Sebagai organisasi kekuasaan, negara memiliki sifat memaksa, monopoli, dan
mencakup semua.
a. Memaksa, artinya memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan ketertiban dengan memakai
kekerasan fisik secara legal.
b. Monopoli, artinya memliki hak menetapkan tujuan bersama masyarakat.
Negara memiliki hak untuk melarang sesuatu yang bertentangan dan manganjurkan sesuatu
yang dibutuhkan masyarakat.
c. Mencakup semua, artunya semua peraturan dan kebijakan negara berlaku untuk semua orang
tanpa kecuali.
2.2.3 Teori Terjadinya Negara
2.2.3.1 Proses Terjadinya Negara secara Teoretis
Secara teoritis yang dimaksud adalah, para ahli politik dan hukum tata negara
berusaha membuat teoretisasi tentang terjadinya negara. Dengan demikian, apa yang
dihasilkan lebih karena pemikiran para ahli tersebut, bukan berdasarkan kenyataan
faktualnya.Beberapa teori terjadinya negara adalah sebagi berikut :
1. Teori Hukum Alam
Teori hukum alam merupakan hasil pemikiran paling awal, yaitu masa Plato dan
Aristoteles. Menurut teori ini, terjadinya negara adalah sesuatu yang alamiah. Bahwa segala
sesuatu itu berjalan menurut hukum alam, yaitu mulai lahir, berkembang, mencapai
puncaknya, layu, dan akhirnya mati. Negara terjadi secara alamiah, bersumber dari manusia
sebagai makhluk social yang memiliki kecenderungan berkumpul dan saling berhubungan
untuk mencapai kebutuhan hidupnya.
2.
Teori Ketuhanan
Teori ini muncul setelah lahirnya agama-agama besar di dunia, yaitu Islam dan
Kristen. Dengan demikian, teori ini dipengaruhi oleh paham keagamaan. Menurut teori
ketuhanan, terjadinya negara adalah karena kehendak Tuhan, didasari kepercayaan bahwa
segala sesuatu berasal dari Tuhan dan terjadi atas kehendak Tuhan.
3.
Teori Perjanjian
Teori perjanjian muncul sebagain reaksi atas teori hukum alam dam kedaulatan
Tuhan. Mereka menganggap kedaun teori tersebut belum mampu menjelaskan dengan baik
bagaimana terjadinya negara. Teori ini dilahirkan oleh pemikir-pemikir Eropa menjelang
abad Pencerahan. Mereka adalah Thomas Hobbes, Jhon Locke, J.J. Rousseau dan
Montesquieu.
Menurut teori perjanian, negara terjadi sebagai hasil perjanjian antar manusia /
individu. Manusia berada dalam dua keadaan, yaitu keadaan sebelum bernegara dan keadaan
setelah bernegara. Negara pada dasarnya adalah wujud perjanjian dari masyarakat sebelum
bernegara tersebut untuk kemudian menjadi masyarakat bernegara.
Pendapat lain dikemukan oleh G. Jellinek, yaitu terjadinya negara dapat dilihat secara
primer dan sekunder. Perkembangan negara seacara primer membicarakan tentang bagaimana
pertumbuhan negara mulai dari persekutuan atau kelompok masyarakat yang sederhana
berkembang menjadi negara modern. Sedangkan perkembangan negara secara sekunder
membicarakan tentang bagaimana terbentuknya negara baru yang dihubungkan dengan
masalah pengakuan. Jaadi, yang terpenting adalah muncul tidaknya negara baru tersebut
adalah karena ada tidaknya pengakuan dari begara lain.
Menurut Jellinek, teradinya negara secara primer melaui 4 (empat) tahapan, yaitu:
Persekutuan masyarakat
Kerajaan
Negara, dan
Negara demokrasi
a.
b.
c.
d.
c.
d.
e.
f.
g.
Adalah suatu penggabungan dua atau lebih negara menjadi negara baru. Misal, Jerman Barat
dan Jerman Timur bergabung menjadi negara Jerman.
Pemecahan
Adalah terbentuknya negara-negara baru akibat terpecahnya negara lama sehingga negara
sebelumnya menjadi tidak ada lagi. Contoh Yugoslavia terpecah menjadi negara Serbia,
Bosnia, Montenegro.
Pemisahan diri
Adalah memisalnya suatu bagian wilayah negara yang kemudian terbentuk negara baru.
Misalnya India kemudian terpecah menjadi India, Pakistan dan Bangladesh.
Perjuangan atau revolusi
Merupakan hasil dari rakyat suatu wilayah yang umumnya dijajah negara lain kemudian
memerdekakan diri. Contohnya adalah Indonesia yang melakukan perjuangan revolusi
sehingga mampu membentuk negara merdeka.
Penyerahan / pemberian
adalah bekas jajahannya. Contoh Kongo dimemerdekakan oleh prancis
Pendudukan atas wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya.
Pendudukan terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya, tetapi tidak berpemerintah.
Contohnya Australia merupakan daerah baru yang ditemukan Inggris meskipun disana
terdapat suku Aborigin.
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri,
manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup berkelompokkelompok. Aristoteles seorang filsuf yunani mengatakan manusia adalah zoon poloticon,yang
artinya manusia adalah makhluk yang berkelompok (Srijanti et al.2007). Manusia
merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan monopluralistik. Keadaan
manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut akan
mempengaruhi eksistensinya. Eksistensi manusia selain dipengaruhi keadaan tersebut juga
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianutnya atau pedoman hidupnya. Pada akhirnya yang
menentukan identitas manusia baik secara individu maupun kolektif adalah perpaduan antara
keunikan-keunikan yang ada pada dirinya dengan implementasi nilai-nilai yang dianutnya
(Kibaw.2011).
Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi yang
berusaha mengatur dan mengarahkan terciptanya tujuan hidup kelompok tersebut. Dimulai
dari terkecil sampai kelingkungan besar. Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok
keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi seperti suku masyarakat
dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara mereka membentuk negara sebagai
persekutuan hidupnya. Negara merupakan suatu organisasi yang dibentuk oleh kelompok
manusia yang memiliki cita-cita bersatu, hidup dalam daerah tertentu, dan mempunyai
pemerintahan yang sama (Srijanti et al. 2007).
Suku bangsa adalah golongan social yang khusus dan bersifat askriptif (ada sejak
lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Menurut statistic, ada
300 suku bangsa di Indonesia yang memiliki adat istiadat, tata kelakuan, dan norma yang
berbeda (Winarno. 2009).
Kemajemukan merupakan identitas lain bangsa Indonesia. Namun demikian, lebih dari
sekedar kemajemukan yang bersifat alamiah tersebut, tradisi bangsa Indonesia ntuk hidup
bersama dalam kemajemukan merupakan unsur lain yang harus terus dikembangkan dan
dibudayakan. Kemajemukan alamiah bangsa Indonesia bangsa Indonesia dapat dilihat pada
keberadaban lebih dari ribuan kelompok suku, beragam bahasa, budaya, dan ribuan
kepulauan (Syarif Hidayatullah. 2008).
2.4.2.2 Kebudayaan
Kebudayaan menurut ilmu sosiologis ternasuk kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi
dan adat istiadat. Kebudayaan sifatnya kolektif komunal, milik bersama suatu kelompok,
khas dan unik.
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi tiga
unsur, yaitu akal budi, peradaban, dan pengetahuan. Akal budi bangsa Indonesia dapat dillihat
pada sikap ramah dan santun kepada sesama. Sedangkan, unsur identitas peradabannya
tercermin dari keberadaan dasar Negara Pancasila sebagai nilai nilai bersama bangsa
Indonesia yang majemuk .Sebagai bangsa maritim, keandalan bangsa Indonesia dalam
pembuatan kapal Pinisi di masa lalu merupakan identitas pengetahuan bangsa Indonesia
lainnya yang tidak dimiliki oleh bangnsa lain di dunia (Syarif Hidayatullah. 2008).
2.4.2.2.1 Bahasa
Ada lebih dari 300 bahasa daerah di Indonesia, tetapi kita bisa Berbhineka Tunggal
Ika yang melambang kemajemukan bangsa ini, tetapi bangsa melayu yang menjadi lingua
franca dalam transaksi perdagangan diantara suku-suku di Nusantara dan suku bangsa
Indonesia dengan bangsa asing.
Bahasa Indonesia adalah salah satu identitas nasional Indonesia yang penting.
Sekalipun Indonesia memiliki ribuan bahasa daerah, kedudukan bahasa Indonesia (bahasa
yang digunakan bahasa Melayu) sebagai bahasa penghubung berbagai kelompok etnis yang
mendiami kepulauan Nusantara memberikan nilai identitas tersendiri bagi bangsa Indonesia.
Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928, yang menyatakan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan bangsa Indonesia, telah memberikan nnilai tersendiri bag pembentukan identitas
nasional Indonesia. Lebih dari sekedar bahasa nasional, bahasa Indonesia memilki nilai
tersendiri dari bangsa Indonesia; ia telah memberikan sumbangan besar pada pembentukan
persatuan dan nasionalisme Indonesia (Syarif Hidayatullah. 2008).
2.4.2.2.2
Kondisi Geografis
Indonesia memiliki 13.667 pulau dengan letak yang strategis diantara dua samudra
dan dua benua. Buminya kaya baik didarat maupun dilaut, hutannya terbesar kedua setelah
brazil, tanahnya mengandung emas, intan, nikel, dan batubara. Lautnya tidak sekedar penuh
dengan ikan tetapi juga aneka biota, mutiara, terumbu karang dan sebagainya. Kekayaan ini
adalah modal, harapan dan sekaligus ancaman bila salah dalam menempatkan strategoi dan
pengelolaannya.
indonesia ada era pemerintahan kerajaan majapahit dan sriwijaya, rakyat mengalami
kehidupan ekonomi yang sejahtera, sedangkan dalam bidang politik memiliki kekuasaaan
negara hinnga seluruh wilayah nusantara yang meliputi wilayah NKRI hingga wilayah
filiphina, Singapura, Malaisya, bahkan sebagian wilayah thailand. Namun kejayaan ini
mengalami keruntuhan akibat hilangnya jiwa persatuan dan kesatuan diantara bangsa dalam
pemerintahan Majapahit dan Sriwijaya.
Keruntuhan pemerintah Majapahit dan Sriwijaya ini berimplikasi pada terciptanya
pemerintahan kerajaan di masing-masing daerah di seluruh wilayah Indonesia. Sistem
pemerintahan kerajaan ini menyebabkan bangsa Indonesia menjadi makin lemah untuk
menghadapi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan dari negara lain yang ingin
mencari sumber energi baru bagi negaranya. Ketidakmampuan bangsa Indonesia ini pada
akhirnya menyebabkan bangsa Indonesia jatuh ketangan negara koloni atau negara penjajah.
Sebagai mana kita ketahui negara yang menjajah bangsa Indonesia adalah Belanda, ortugis,
dan Jepang. Ketiganya masing-masin menjajah kita selama 350 tahun, 400 tahun, dan 3,5
tahun. Dampak langsung dari adanya penjajah ini adalah bangsa Indonesia mengalami
kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, perpecahan dan kehilangan sumber daya alam
akibat ekploitasi yang tidak bertanggung jawab oleh penjajah untuk di bawa ke negaranya.
Realitas perjalanan sejarah bangsa indonesia tersebut mendorong bangsa indonesia
untuk menjadi bangsa pejuang yang pantang menyerah dalam melawan penjajah untuk
meraih dan mempertahankan kembali harga diri, martabatnya sebagai bangsa, selain itu,
dipertahankan semua potensi sumber daya alam yang ada tidak terus-menerus dieksplorasi
dan dieksploitasi yang akhirnya dapat menghancurkan kehidupan bangsa Indonesia di masa
datang. Perjuangan bangsa Indonesia ini tidak berhenti pada masalah yang tersebut di atas,
melainkan berlanjut pada perjuangan meraih dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dari
penjajah.
Perjuangan demi perjuangan bangsa Indonesia pada akhirnya menjadi suatu nilai yang
mengkristal dalam jiwa bangsa indonesia bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang.
Sekaligus semangat juang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut menjadi kebanggaan
sebagai identitas nasional bagi bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain di
ASEAN dan dunia pada umumnya. Sejarah telah memberikan identitas nasional bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa pejuang.
2.5.2 Kebudayaan
Aspek kebudayaan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional adalah meliputi
tiga unsur yaitu :
a. Akal budi
Akal budi adalah sikap dan perilaku yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dalam
interaksinya antara sesama maupun antara pimpinan dengan staf, anak dengan orang tua atau
sebaliknya.
b. Peradaban
Peradaban yang menjadi identitas nasional bangsa Indonesia adalah dapat dilihat dari
beberapa aspek yang meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan hankam. (1)
Ideologi adalah sila-sila dalam Pancasila, (2) Politik adalah demokrasi langsung dalam
pemilu langsung presiden dan wakil presiden serta kepala daerah tingkat I dan tingkat II
kabupaten/kota,(3) Ekonomi adalah usaha kecil dan koperasi,(4) Sosial adalah semangat
gotong royong, sikap ramah tamah, murah senyum, dan setia kawan, dan (5) Hankam adalah
sistem keamanan lingkungan, sistem perang gerilya, dan teknologi kentongan dalam
memberikan informasi bahaya dan sebagainya.
c. Pengetahuan
Pengetahuan yang menjadi unsur pembentuk identitas nasional meliputi:
1. Prestasi anak bangsa dalam bidang olahraga bulutangkis dunia
2. Karya anak bangsa dalam bidang teknologi pesawat terbang
3. Karya anak bangsa dalam bidang teknologi kapal laut
4. Prestasi anak bangsa dalam menjuarai lomba olimpiade fisika dan kimia dan sebagainya
2.5.3 Budaya Unggul
Budaya unggul adalah semangat dan kultur kita untuk mencapai kemajuan dengan cara
kita harus bisa, kita harus berbuat terbaik, kalau orang lain bisa,mengapa kita tidak bisa.
Dalam UUD 1945, menyatakan bahwa bangsa Indonesia berjuang dan mengembangkan
dirinya sebagai bangsa yang merdeka, berdaulat, bersatu, maju, makmur, serta adil atau
berkejahteraan. Untuk mencapai kualitas hidup demikian, nilai kemanusiaan, demokrasi dan
keadilan dijadikan landasan ideologis yang secara ideal dan normatif diwujudkan secara
konsisten, konsekuen, dinamis, kreatif, dan bukan indoktriner.
2.5.4
Suku Bangsa
Identitas nasional dalam aspek suku bangsa adalah adanya suku bangsa yang
majemuk. Majemuk atau ragamnya suku bangsa dimaksud adalah terlihat dari jumlah suku
bangsa lebih kurang 300 suku bangsa dengan bahasa yang berbeda.
2.5.5. Agama
Identitas nasional dalam aspek agama adalah masyarakat agamis dan memiliki
hubungan antar umat seagama dan antar umat beragama yang rukun. Di samping itu, menurut
UU no.16/1969, negara Indonesia mengakui multiagama yang dianut oleh bangsanya yaitu
Islam, Khatolik, Kristen, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Indonesia merupakan negara
multiagama, karena itu dikatakan negara yang rawan disentegrasi bangsa. Untuk itu perlu
diciptakan tradisi saling menghormati antara umat beragama yang ada.
2.5.6. Bahasa
Bahasa adalah salah satu atribut bangsa disamping sebagai identitas nasional. Bahasa
Indonesia dikenal sebagai bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung ( lingua
franca ) brerbagai etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Bahasa melayu ini pada tahun
1982 ditetapkan oleh pemuda dari berbagai suku bangsa Indonesia dalam peristiwa Sumpah
Pemuda sebagai bangsa persatuan bangsa Indonesia.
2.6 Bentuk Bentuk Identitas Nasional Indonesia
1.
Beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang akan dibahas dalam materi ini,
diantaranya adalah sebagai berikut :
Bahasa nasional atau bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia berawal dari rumpun bahasa melayu yang dipergunakan sebagai
bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 oktober
1928. Bangsa Indonesia sepakat bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional
sekaligus sebagai identitas nasional Indonesia.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pengertian
Identitas
Nasional
Identitas Nasional pada hakikatnya merupakan "manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan
berkembang dalam aspek kehidupan suatu nation (bangsa) dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciriciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hldup dan kehidupannya".
(Wibisono Koento : 2005) Kata identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang memiliki
pengertian harfiah ciri-ciri, tanda-tanda, atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu
yang membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat
khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan sendiri,
kelompok sendiri, komunitas sendiri, atau negara sendiri. Mengacu pada pengertian ini identitas
tidak terbatas pada individu semata, tetapi berlaku pula pada suatu kelompok. Adapun kata
nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat
oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik, seperti budaya, agama, dan bahasa, maupun nonfisik,
seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang disebut dengan
istilah identitas bangsa atau identitas nasional yang pada akhirnya melahirkan tindakan kelompok
(colective action) yang diwujudkan dalam bentuk organisasi atau pergerakan-pergerakan yang
diberi atribut-atribut nasional. Kata nasional sendiri tidak bisa dipisahkan dari kemunculan konsep
nasionalisme. Bila dilihat dalam konteks Indonesia maka Identitas Nasional itu merupakan
manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan dari
ratusan suku yang "dihimpun" dalam satu kesatuan Indonesia menjadi kebudayaan nasional
dengan acuan Pancasila dan roh "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai dasar dan arah
pengembangannya. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hakikat Identitas Nasional kita
sebagai bangsa di dalam hidup dan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah Pancasila yang
aktualisasinya tercermin dalam penataan kehidupan dalam arti luas. Misalnya, dalam aturan
perundang-undangan atau hukum, sistem pemerintahan yang diharapkan, serta dalam nilai-nilai
etik dan moral yang secara normatif diterapkan di dalam pergaulan, baik dalam tataran nasional
maupun internasional, dan sebagainya. Nilai-nilai budaya yang tercermin di dalam Identitas
Nasional tersebut bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan
dogmatis, melainkan sesuatu yang "terbuka" yang cenderung terus-menerus bersemi karena
hasrat menuju kemajuan yang dimiliki oleh masyarakat pendukungnya. Konsekuensi dan
implikasinya adalah bahwa Identitas Nasional adalah sesuatu yang terbuka untuk ditafsirkan
dengan diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang
berkembang
dalam
masyarakat.
Unsur
Unsur
Identitas
Nasional
Identitas Nasional Indonesia merujuk pada suatu bangsa yang majemuk. Ke-majemukan itu
merupakan gabungan dari unsur-unsur pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama,
kebudayaan,
dan
bahasa.
Suku Bangsa: adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang
sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Di Indonesia terdapat banyak sekali
suku
bangsa
atau
kclompok
etnis
dengan
tidak
kurang
300
dialek
bahasa.
Agama: bangsa Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang agamis. Agama-agama yang
tumbuh dan berkembang di Nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Kong Hu Cu. Agama Kong Hu Cu pada masa Orde Baru tidak diakui sebagai agama resmi negara,
tetapi sejak pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
Kebudayaan: adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh
pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan
digunakan sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan bendabenda
kebudayaan)
sesuai
dengan
lingkungan
yang
dihadapi.
Bahasa: merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa dipahami sebagai
sistem perlambang yang secara arbitrer dibentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan
yang
digunakan
sebagai
sarana
berinteraksi
antar
manusia.
Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya menjadi 3 bagian
sebagai
berikut
1) Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar Negara, dan
ldeologi
Negara.
2) Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa Indonesia,
Lambang
Negara,
Bendera
Negara,
Lagu
Kebangsaan
"Indonesia
Raya".
3) Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago) dan pluralisme dalam suku,
bahasa,
budaya,
serta
agama
dan
kepercayaan
(agama).
Keterkaitan
Globalisasi
dengan
Identitas
Nasional
Globalisasi diartikan sebagai suatu era atau zaman yang ditandai dengan perubahan tatanan
kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi informasi
sehingga interaksi manusia nienjadi sempit, serta seolah-olah dunia tanpa ruang. Era Globalisasi
dapat berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Era Globalisasi tersebut mau
tidak mau, suka tidak suka telah datang dan menggeser nilai-nilai yang telah ada. Nilai-nilai
tersebut, ada yang bersifat positif ada pula yang bersifat negatif. Semua ini merupakan ancaman,
tantangan, dan sekaligus sebagai peluang bagi bangsa Indonesia untuk berkreasi dan berinovasi di
segala aspek kehidupan. Di era globalisasi, pergaulan antarbangsa semakin ketat. Batas
antarnegara hampir tidak ada artinya, batas wilayah tidak lagi menjadi penghalang. Di dalam
pergaulan antarbangsa yang semakin kental itu, akan terjadi proses akulturasi, saling meniru, dan
saling mempengaruhi di antara budaya masing-masing. Adapun yang perlu dicermati dari proses
akulturasi tersebut, apakah dapat melunturkan tata nilai yang merupakan jati diri bangsa
Indonesia?
Lunturnya
tata
nilai
tersebut
biasanya
ditandai
oleh
dua
faktor,
yaitu:
1) semakin menonjolnya sikap individualistis, yaitu mengutamakan kepentingan pribadi di atas
kepentingan
umum,
hal
ini
bertentangan
dengan
asas
gotong-royong;
serta
2) semakin menonjolnya sikap materialistis, yang berarti harkat dan martabat kemanusiaan hanya
diukur dari hasil atau keberhasilan seseorang dalam memperoleh kekayaan. Hal ini bisa berakibat
bagaimana cara memperolehnya menjadi tidak dipersoalkan lagi. Apabila hal ini terjadi, berarti
etika
dan
moral
telah
dikesampingkan.
Arus informasi yang semakin pesat mengakibatkan akses masyarakat terhadap nilai-nilai asing
yang negatif semakin besar. Apabila proses ini tidak segera dibendung, akan berakibat lebih sering
ketika pada puncaknya masyarakat tidak bangga lagi pada bangsa dan negaranya.
Pengaruh negatif akibat proses akulturasi tersebut dapat merongrong nilai-nilai yang telah ada di
dalam masyarakat. Jika semua ini tidak dapat dibendung, akan mengganggu ketahanan di segala
aspek kehidupan, bahkan akan mengarah pada kredibilitas sebuah ideologi. Untuk membendung
arus globalisasi yang sangat deras tersebut, harus diupayakan suatu kondisi (konsepsi) agar
ketahanan nasional dapat terjaga, yaitu dengan cara membangun sebuah konsep nasionalisme
kebangsaan
yang
mengarah
kepada
konsep
Identitas
Nasional.
Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu negara dengan negara
yang lain menjadi semakin tinggi. Dengan demikian, kecenderungan munculnya kejahatan yang
bersifat transnasional semakin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut, antara lain terkait
dengan masalah narkotika, pencucian uang (money laundring), peredaran dokumen keimigrasian
palsu, dan terorisme. Masalah-masalah tersebut berpengaruh terhadap nilai-nilai budaya bangsa
yang selama ini dijunjung tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan semakin merajalelanya peredaran
narkotika dan psikotropika sehingga sangat merusak kepribadian dan moral bangsa, khususnya
bagi generasi penerus bangsa. Jika hal tersebut tidak dapat dibendung, akan mengganggu
terhadap ketahanan nasional di segala aspek kehidupan, bahkan akan menyebabkan lunturnya
nilai-nilai
Identitas
Nasional.
Identitas Nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam
berbagai aspek kehidupan dari ratusan suku yang "dihimpun" dalam satu kesatuan Indonesia
menjadi kebudayaan nasional dengan acuan Pancasila dan roh "Bhinneka Tunggal Ika" sebagai
dasar
dan
arah
pengembangannya.
Unsur-unsur pembentuk Identitas Nasional adalah Suku bangsa, Agama, Kebudayaan, dan bahasa.
sendidri-sendiri sesuai dengan keunikan, sifat, cirri-ciri serta karakter dari bangsa tersebut.
Jadi Identitas nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat dengan wilayah dan selalu
memiliki wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah, sistim
hukum/perundang undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Demikian pula hal ini juga sangat ditentukan oleh proses bagaimana bangsa tersebut
terbentuk secara historis. Berdasarkan hakikat pengertian identitas nasional sebagaimana
dijelaskan di atas maka identitas nasional suatu bangsa tidak dapat dipisahkan dengan jati diri
suatu bangsa atau lebih populer disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Pengertian kepribadian suatu identitas sebenarnya pertama kali muncul dari pakar psikologi.
Manusia sebagai individu sulit dipahami jika terlepas dari manusia lainnya. Oleh karena itu
manusia dalam melakukan interaksi dengan individu lainnya senantiasa memiliki suatu sifat
kebiasaan, tingkah laku, serta karakter yang khas yang membedakan manusia tersebut dengan
manusia lainnya. Namun demikian pada umumnya pengertian atau istilah kepribadian
sebagai suatu identitas adalah keseluruhan atau totalitas dari faktor-faktor biologis, psikologis
dan sosiologis yang mendasari tingkah laku individu. Tingkah laku tersebut terdidri atas
kebiasaan,sikap, sifat-sifat serta karakter yang berada pada seseorang sehingga seseorang
tersebut berbeda dengan orang yang lainnya. Oleh karena itu kepribadian adalah tercermin
pada keseluruhan tingkah laku seseorang dalam hubungan dengan manusia lain (Ismaun,
1981: 6).
Jika kepribadian sebagai suatu identitas dari suatu bangsa, maka persoalannya adalah
bagaimana pengertian suatu bangsa itu. Bangsa pada hakikatnya adalah sekelompok besar
manusia yang mempunyai persamaan watak atau karakter yang kuat untuk bersatu dan hidup
bersama serta mendiami suatu wilayah tertentu sebagai suatu kesatuan nasional. Para tokoh
besar ilmu pengetahuan yang mengkaji tentang hakikat kepribadian bangsa tersebut adalah
dari beberapa disiplin ilmu, antara lain antropologi, psikologi dan sosiologi. Tokoh-tokoh
tersebut antara lain Margareth Mead, Ruth Benedict, Ralph Linton, Abraham Kardiner.
B. Faktor-faktor Pendukung Kelahiran Identitas Nasional
Kelahiran identitas nasional suatu bangsa memiliki sifat, ciri khas serta keunikan sendirisendiri, yang sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas
nasional tersebut. Adapun faktor-faktor yang mendukung kelahiran identitas nasional bangsa
Indonesia meliputi :
1. Faktor objektif, yang meliputi faktor geografis-ekologis dan demografis.
2. Faktor subjektif, yaitu faktor historis, sosial, politik, dan kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia (Suryo, 2002).
Kondisi geografis-ekologis yang membentuk Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang
beriklim tropis dan terletak di persimpangan jalan komunikasi antarwilayah dunia di Asia
Tenggara, ikut mempengaruhi perkembangan kehidupan demografis, ekonomis, sosial dan
kultural bangsa Indonesia. Selain itu faktor historis yang dimiliki Indonesia ikut
mempengaruhi proses pembentukan masyarakat dan bangsa Indonesia beserta identitasnya,
melalui interaksi berbagai faktor yang ada di dalamnya. Hasil dari interaksi dari berbagai
faktor tersebut melahirkan proses pembentukan masyarakat, bangsa, dan negara bangsa
beserta identitas bangsa Indonesia, yang muncul tatkala nasionalisme berkembang di
Indonesia pada awal abad XX.
Keadilan, dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak
zaman dahulu kala sebelum mendirikan negara. Dasar-dasar pembentukan nasionalisme
modern menurut Yamin dirintis oleh para pejuang kemerdekaan bangsa, antara lain rintisan
yang dilakukan oleh para tokoh pejuang kebangkitan nasional pada tahun 1908, kemudian
dicetuskan pada Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Akhirnya titik kulminasi sejarah
perjuangan bangsa Indonesia untuk menemukan identitas nasionalnya sendiri, membentuk
suatu bangsa dan negara Indonesia tercapai pada tanggal 17 Agustus 1945, yang kemudian
diproklamasikan sebagai suatu kemerdekaan bangsa Indonesia. Oleh karena itu akar-akar
nasionalisme Indonesia yang berkembang dalam perspektif sejarah sekaligus juga merupakan
unsur-unsur identitas nasional, yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam sejarah
terbentuknya bangsa Indonesia.
1.
2.
3.
4.
Demikian juga ketika kita berbicara tentang nasionalisme. Nasionalisme merupakan jiwa
bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme
bukanlah suatu pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman
ini. Ciri-ciri nasionalisme di atas dapat ditangkap dalam beberapa definisi nasionalisme
sebagai berikut :
Nasionalisme ialah cinta pada tanah air, ras, bahasa atau sejarah budaya bersama.
Nasionalisme ialah suatu keinginan akan kemerdekaan politik, keselamatan dan prestise
bangsa.
Nasionalisme ialah suatu kebaktian mistis terhadap organisme sosial yang kabur, kadangkadang bahkan adikodrati yang disebut sebagai bangsa atau Volk yang kesatuannya lebih
unggul daripada bagian-bagiannya.
Nasionalisme adalah dogma yang mengajarkan bahwa individu hanya hidup untuk bangsa
dan bangsa demi bangsa itu sendiri.
NASIONALISME INDONESIA
Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa
Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan
abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya Indonesia.
a.
4. Paham nasionalis yang berkembang dalam bidang politik, sosial ekonomi, dan kebudayaan
a. Dalam bidang politik, tampak dengan upaya gerakan nasionalis menyuarakan aspirasi
masyarakat pribumi yang telah hidup dalam penindasan dan penyelewengan hak asasi
manusia. Mereka ingin menghancurkan kekuasaan asing/kolonial dari Indonesia.
b. Dalam bidang ekonomi, tampak dengan adanya usaha penghapusan eksploitasi ekonomi
asing. Tujuannya untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan
kemelaratan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia.
c. Dalam bidang budaya, tampak dengan upaya untuk melindungi, memperbaiki dan
mengembalikan budaya bangsa Indonesia yang hampir punah karena masuknya budaya asing
di Indonesia. Para nasionalis berusaha untuk memperhatikan dan menjaga serta
menumbuhkan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
b. Faktor dari luar (eksternal)
1. Kemenangan Jepang atas Rusia (1905)
Pada tahun 1904-1905 Jepang melawan Rusia dan tentara Jepang berhasil mengalahkan
Rusia. Hal ini dikarenakan, modernisasi yang dilakukan Jepang yang telah membawa
kemajuan pesat dalam berbagai bidang bahkan dalam bidang militer. Awalnya dengan
kekuatan yang dimiliki tersebut Jepang mampu melawan Korea tetapi kemudian dia
melanjutkan ke Manchuria dan beberapa daerah di Rusia. Keberhasilan Jepang melawan
Rusia inilah yang mendorong lahirnya semangat bangsa-bangsa Asia Afrika mulai bangkit
melawan bangsa asing di negerinya.
4. Swadesi, merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri
sendiri.
Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore.
d.
e.
akan menunjukkan bahwa suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta
tujuan dan cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam
terhadap kelompok bangsa tersebut.
1. J.R. Logan menggunakan istilah Indonesia untuk menyebut penduduk dan kepulauan
nusantara dalam tulisannya pada tahun1850.
2. Earl G. Windsor dalam tulisannya di media milik J.R. Logan tahun 1850 menyebut penduduk
nusantara dengan Indonesia.
3. Serta tokoh-tokoh yang mempopulerkan istilah Indonesia di dunia internasional.
4. Istilah Indonesia dijadikan pula nama organisasi mahasiswa di negara Belanda yang awalnya
bernama Indische Vereningingmenjadi Perhimpunan Indonesia.
5. Nama majalah Hindia Putra menjadi Indonesia Merdeka
6. Istilah Indonesia semakin populer sejak Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Melalui Sumpah
Pemuda kata Indonesia dijadikan sebagai identitas kebangsaan yang diakui oleh setiap suku
bangsa, organisasi-organisasi pergerakan yang ada di Indonesia maupun yang di luar wilayah
Indonesia.
7. Kata Indonesia dikukuhkan kembali dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945.
3. Peranan Nasionalisme di Indonesia
Perkembangan nasionalisme yang mengarah pada upaya untuk melakukan pergerakan
nasional guna seakan melawan penjajah tidak bisa lepas dari peran berbagai golongan yang
ada dalam masyarakat, seperti golongan terpelajar/kaum cendekiawan, golongan profesional,
dan golongan pers.
a. Golongan Terpelajar
Golongan terpelajar dalam masyarakat Indonesia saat itu termasuk dalam kelompok elite
sebab masih sedikit penduduk pribumi yang dapat memperoleh pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan merupakan sebuah kesempatan yang istimewa bagi rakyat
Indonesia. Mereka memperoleh pendidikan melalui sekolah-sekolah yang didirikan kolonial
yang dirasa memiliki kualitas baik. Dengan pendidikan model barat yang mereka miliki,
golongan terpelajar dipandang sebagai orang yang memiliki pandangan yang luas sehingga
tidak sekedar dikenal saja tetapi mereka dianggap memiliki kepekaan yang tinggi. Sebab
selain memperoleh pelajaran di kelas mereka akan membentuk kelompok kecil untuk saling
bertukar ide menyatakan pemikiran mereka mengenai negara Indonesia melalui diskusi
bersama. Meskipun mereka berasal dari daerah yang berbeda tetapi mereka merasa
senasip sepenanggunagan untuk mengatasi bersama adanya penjajahan, kapitalisme,
kemerosotan moral, peneterasi budaya, dan kemiskinan rakyat Indonesia. Hingga akhirnya
mereka membentuk perkumpulan yang selanjutnya menjadi Oragnisasi Pergerakan
Nasional. Mereka membentu organisasi-organisasi modern yang berwawasan nasional.
Mereka berusaha menanamkan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, menanamkan
rasa nasionalisme, menanamkan semangat untuk memprioritaskan segalanya demi
kepentingan nasional daripada kepentingan pribadi melalui organisadi tersebut. Selanjutnya
melalui organisasi pergerakan nasional tersebut mereka melakukan gerakan untuk melawan
penjajahan yang selanjutnya membawa Indonesia pada kemerdekaan.
Jadi Golongan terpelajar memiliki peran yang besar bagi Indonesia meskipun
keberadaannya sangat terbatas (minoritas) tetapi golongan terpelajar inilah yang menjadi
pelopor pergerakan nasional Indonesia hingga akhirnya kita berjuangan melawan penjajah
dan memperoleh kemerdekaan.
b. Golongan Profesional
Golongan profesional merupakan mereka yang memiliki profesi tertentu seperti guru, dan
dokter. Keanggotaan golongan ini hanya terbatas pada orang seprofesinya. Golongan
profesional ini lebih banyak ada dan mengembangkan profesinya didaerah perkotaan.
Golongan profesional pada masa kolonial memiliki hubungan yang dekat dengan rakyat,
sehingga mereka dapat mengetahui keberadaan rakyat Indonesia pada saat itu. Sehingga
golongan ini dapat menggerakkan kekuatan rakyat untuk menentang kekuasaan pemerintah
kolonial Belanda.
1. Peran Guru
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Peran Dokter
1. Pada masa kolonial dokter memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kehidupan rakyat.
2. Dokter dapat merasakan kesengsaraan dan penderitaan yang dialami rakyat Indonesia melalui
penyakit yang dideritanya. Ia mendengarkan berbagai keluhan yang dialami oleh rakyat
Indonesia. Penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh rakyat Indonesia adalah akibat
dari berbagai tekanan dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.
3. Ketergerakan hati mereka diwujudkan melalui perjuangan dengan membentuk wadah
organisasi yang bersifat sosial dan budaya yang diberinama Budi Utomo yang didirikan 20
Mei 1908 oleh Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo, Dr.
Gunawan Mangunkusumo.
c.
Golongan Pers
Pers sudah mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-19, dan masuknya pers di Indonesia
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi bangsa Indonesia. Wujud perkembangan
pers dapat dilihat dalam bentuk surat kabar maupun majalah. Awalnya surat kabar yang
beredar hanya digunakan untuk orang-orang asing tetapi karena untuk mengejar pelanggan
dari masyarakat pribumi maka muncul surat kabar yang di modali orang Cina tetapi
menggunakan bahasa Melayu. Peran media :
1. Melalui surat kabar terdapat pendidikan politik, sebab melalui surat kabar tersebut ternyata
dimuat isu-isu mengenai masalah politik yang sedang berkembang sehingga secara tidak
langsung melalui surat kabar tersebut telah memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat Indonesia.
2. Melalui Surat kabar/ majalah mempunyai fungsi sosial dasar yaitu memperluas pengetahuan
bagi para pembacanya dan dapat membentuk pendapat (opini) umum.
3. Pendidikan sosial politik dapat disalurkan melalui tulisan-tulisan di surat kabar dan media
masa sehingga menumbuhkan pemikiran dan pandangan kritis pembaca yang dapat
membangkitkan kesadaran bersama bagi bangsa Indonesia.
4. Surat kabar merupakan media komunikasi cetak yang paling potensial untuk memuat berita,
wawasan dan polemik (tukar pikiran melalui surat kabar), bahkan ide dan pemikiran secara
struktural dapat dikomunikasikan kepada masyarakat luas.
5. Meskipun pada masa itu ruang gerak pers dibatasi dan dikontrol ketat oleh pemerintah
kolonial. Tetapi melalui surat kabar tersebut sebagai sarana untuk menyampaikan segala
sesuatu yang dikehendaki dan diprogramkan oleh pemerintah sehingga sedapat mungkin bisa
diinformasikan kepada masyarakat luar. Dimana pemberitahuannya lebih memihak pada
pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Pada masa pergerakan nasional Indonesia, surat kabar mempunyai peranan yang sangat
penting bahkan organisasi pergerakan nasional Indonesia telah memiliki surat kabar sendirisendiri, seperti Darmo Kondo (Budi Utomo), Oetoesan Hindia (Sarekat Islam), Het
Tiidsriff dan De
Expres (Indische
Partij), Indonesia
Merdeka (Perhimpunan
Indonesia), Soeloeh Indonesia Moeda (PNI), Pikiran Rakyat(Partindo), Daulah Rajat (PNI
Baru)
Surat kabar yang dimiliki oleh organisasi-organisasi tersebut menjadi salah satu sarana untuk
menyampaikan bentuk-bentuk perjuangan kepada rakyat, agar rakyat dapat mengetahui dan
memberikan dukungan kepada organisasi-organisasi itu.
Nasionalisme di Indonesia mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat ketika
secara resmi Budi Utomo (Perpanjangan tangan Belanda) diakui oleh Pemerintah Belanda
pada tahun 1908. Secara singkat perkembangan nasionalisme Indonesia menjadi lebih ramai
sejak berdiri Budi Utomo hingga Proklamasi Kemerdekaan. Sejak budi utomo berdiri
organisasi-organisasi yang mengusahakan perbaikan dan kondisi rakyat Indonesia.
Tahapan perkembangan nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Periode Awal Perkembangan
Dalam periode ini gerakan nasionalisme diwarnai dengan perjuangan untuk memperbaiki
situasi sosial dan budaya. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah Budi Utomo,
Sarekat Dagang Indonesia, Sarekat Islam, dan Muhammadiyah.
2. Periode Nasionalisme Politik
Periode ini, gerakan nasionalisme di Indonesia mulai bergerak dalam bidang politik untuk
mencapai kemerdekaan Indonesia. Organisasi yang muncul pada periode ini adalah
Indische Partij dan Gerakan Pemuda.
3. Periode Radikal
Nasionalisme India
Mahatma Gandhi
a. Pemberontakan Sepoy
Sampai awal abad ke-19, sebagian besar wilayah India telah jatuh ke tangan Inggris.
Eksploitasi Inggris telah menimbulkan kesengsaraan dan kebencian rakyat India terhadap
Inggris. Dengan diprakarasi oleh para prajurit India yang masuk dinas militer Inggris (tentara
Sepoy) meletuslah suatu pemberontakan yang dikenal sebagai Pemberontakan Sepoy.
Pemberontakan Sepoy membawa akibat sebagai berikut.
1. Lenyapnya Dinasti Moghul sebab Sultan Bahadur Syah, Raja Moghul terakhir ditangkap dan
dibuang ke Rangoon hingga meninggal di sana.
2. East India Company (EIC) dibubarkan. Selanjutnya sejak tanggal 1 November 1858 secara
resmi India diambil alih oleh pemerintah Inggris.
3. Rakyat India sadar bahwa gerakan militer tersebut dilaksanakan secara tergesa-gesa. Di
samping itu, mereka juga sadar bahwa Inggris tidak mungkin dapat diusir dengan kekerasan
senjata. Oleh karena itu, jalan yang ditempuh adalah dengan membentuk organisasi politik
dan perkumpulan agama. Pada tahun 1885 berdirilah All Indian National Congres sebagai
organisasi politik yang pertama di India.
terlampau materialistis pada hal kebudayaan India lebih mementingkan kejiwaan dan
kerohanian.
4. Munculnya kaum terpelajar yang telah mengenyam pendidikan Barat Mereka telah
mengetahui apa itu liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme.
5. Pemberian status dominian Kanada tahun 1867 menimbulkan keinginan bangsa India untuk
memperoleh status yang sama.
c.
1.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3. Satyagraha, tetap setia kepada kebenaran dan menolak bekerja sama dengan Inggris; karena
Inggris salah sedangkan India berdiri di atas kebenaran. Jadi, satyagraha berarti
noncooperation.
4. Swadesi, artinya hidup dengan usaha sendiri. Gerakan ini menganjurkan agar bangsa India
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari hasil usahanya sendiri. Akibat senjata ini tampak
adanya pemboikotan terhadap barang-barang buatan Inggris, dan ditekankan pada
penggunaan barang-barang buatan sendiri.
Dengan gerakan ini ternyata mampu meningkatkan perekonomian bangsa India. Sebaliknya,
merupakan pukulan bagi ekspor Inggris ke India. Sebagai tanda penghormatan pada swadesi
maka gambar roda pemintal tertera pada bendera kebangsaan India yang mulai berkibar
pada tanggal 15 Agustus 1947.
Nasionalisme Mesir
a. Krisis Keuangan Mesir
Sejak dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, negara-negara Barat terutama Inggris
dan Prancis saling berlomba memperebutkan pengaruhnya di Mesir. Pengaruh
kekuasaan Inggris makin kuat mulai tahun 1875, yakni saat Khedive Ismail (18631879)
membutuhkan uang sehubungan dengan krisisnya keuangan Mesir. Khedive Ismail kemudian
menjual sebagian besar saham Mersir pada Terusan Suez kepada Inggris.
Di samping itu, Mesir juga meminjam uang dari Inggris dan Prancis. Mesir karena tidak
dapat membayar hutang-hutangnya maka Inggris dan Prancis masuk ke Mesir dan memberesi
hutang-hutangnya. Dengan demikian, sejak tahun 1876, Inggris dan Prancis telah ikut campur
dalam pemerintahan di Mesir.
Adanya campur tangan Inggris dan Prancis dalam pemerintahan, khususnya pada sahamsaham Terusan Suez menimbulkan kekecewaan yang kemudian muncul perlawanan rakyat.
Kebangkitan nasional Mesir ditandai dengan adanya pemberontakan Arabi Pasha (1881
1882). Mulamula gerakan ini antiorang asing (Inggris, Prancis dan Turki), tetapi akhirnya
menjadi gerakan untuk menuntut perubahan sistem pemerintahan. Gerakan Arabi ini timbul
karena pengaruh Jamaluddin al Afghani yang ketika itu mengajar di Mesir. Perlawanan rakyat
yang dipimpin oleh Arabi Pasha ini sangat membahayakan kedudukan Inggris dan Prancis di
Mesir. Inggris akhirnya bertindak dan berhasil menumpas pemberontakan Arabi Pasha.
b. Timbulnya Nasionalime Mesir
Mesir termasuk negara Arab sehingga bangkitnya nasionalisme Mesir merupakan hal yang
sama dengan bangkitnya nasionalisme Arab. Adapun sebab-sebab timbulnya nasionalisme
Mesir adalah sebagai berikut.
1. Adanya gerakan Wahabi, semula merupakan gerakan agama yang kemudian memberontak
pemerintahan Turki. Dengan demikian, secara politik membangkitkan tumbuhnya
nasionalisme Mesir.
2. Adanya pengaruh Revolusi Prancis. Ketika Napoleon Bonaparte mendarat di Mesir, ia juga
membawa suara Revolusi Prancis yang kemudian menimbulkan paham liberal dan
nasionalisme Mesir.
3. Munculnya kaum intelektual yang berpaham modern.
4. Adanya Gerakan Pan Arab, yang dirintis oleh Amir Chetib Arslan dengan yang
menganjurkan persatuan semua bangsa Arab dengan tujuan untuk mencapai kemerdekaan
bangsanya.
Sekalipun pemberontakan Arabi Pasha berhasil dipadamkan, namun cita-cita perjuangan
Arabi Pasha merupakan sumber aspirasi semangat nasionalisme bangsa Mesir. Hal ini
terbukti pada tanggal 7 Desember 1907 telah diadakan kongres nasional yang pertama di
bawah pimpinan Mustafa Kamil. Tujuannya adalah pembangunan Mesir secara liberal untuk
mencapai kemerdekaan penuh. Pemerintah Mesir yang dipengaruhi oleh Inggris berusaha
untuk menindas gerakan ini, akan tetapi gerakan nasional ini tetap hidup dan makin kuat
bahkan kemudian menjelma menjadi Partai Wafd (Utusan) di bawah pimpinan Saad Zaghlul
Pasha.
Ketika Perang Dunia I selesai, Partai Wafd menuntut Mesir sebagai negara merdeka dan ikut
serta dalam konferensi perdamaian di Prancis. Inggris menolak, bahkan mengasingkan
Zaghlul Pasha ke Malta. Pada tahun 1919 di Mesir timbul pemberontakan dan Zaghlul Pasha
dibebaskan kembali.
Kaum nasionalise Mesir menuntut kemerdekaan penuh. Pemberontakan berkobar lagi,
Zaghlul Pasha ditangkap lagi dan diasigkan ke Gibraltar. Inggris yang tidak dapat menekan
nasionalisme Mesir, terpaksa mengeluarkan Pernyataan Unilateral (Unilateral Declaration)
pada tanggal 28 Februari 1922.
1. Inggris mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Mesir.
2. Inggris berhak atas empat masalah pokok,seperti berikut:
a. mempertahakan Terusan Suez;
b. mempergunakan daerah militer untuk operasi militer;
c. mempertahankan Mesir terhadap agresi bangsa lain;
d. melindungi bangsa asing di Mesir dan kepentingannya.
Uniteral Declaration 1922 merupakan saat yang bersejarah bagi Mesir sebab sejak itu dunia
internasional menganggap Mesir telah merdeka, meskipun belum penuh. Sebaliknya, di pihak
kaum nasionalis Mesir tetap tetap menentangnya sebab Inggris tetap berhak atas empat
masalah pokok tersebut di atas. Itulah sebabnya, kaum nasionalisme Mesir terus berjuang
melawan Inggris untuk mencapai kemerdekaan penuh. Hal ini baru terwujud setelah Perang
Dunia II berakhir (Oktober 1954).