Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Menurut Widjaja (1985:154) menyatakan bahwa


moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Sementara itu
Wila Huky, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Daroesono (1986:22) merumuskan
pengertian moral secara kompeherensip sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup,
dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan
tertentu, ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama
tertentu, sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran bahwa ia
terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku
dalam lingkungannya. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan
melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a.

Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,

memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan b.

Larangan mencuri, berzina,

membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi. Menurut Soejono Soekanto norma-norma


yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma
yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat ikatannya. Pada yang terakhir, umumnya
anggota-anggota masyarakat pada tidak berani melanggarnya. Untuk dapat membedakan
kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis mengikat norma-norma tersebut,
secara sosiologis dikenal adanya empat pengetian, yaitu : cara (usage), kebiasaan (folkways),
tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom). Moral berkaitan dengan kemampuan untuk
membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan
kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang
tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas
penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat
dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus
dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak.
Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilainilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain.
Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi
yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang
lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku
mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh
dikerjakan. Namun, moral remaja pada era globalisasi ini telah menyimpang dari ajaran tentang
tingkah laku hidup atau ajaran agama tertentu yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat.
Mereka cenderung mengagung-agungkan budaya Barat dibandingkan budaya asli Indonesia
yang sebenarnya sangat unik dan beragam. Bukan hanya mengagung-agungkan budaya Barat
saja tapi teknologi global pun juga ikut mempengaruhi krisis moral pada remaja. Kebudayaan
sama halnya dengan spesies-spesies, mengalami seleksi berdasarkan adaptasinya terhadap
lingkungan, yakni : sejauh mana kebudayaan itu membantu anggota-anggotanya untuk survive
dan memelihara kebudayaan itu sendiri. Nilai merupakan sesuatu yang baik, diinginkan atau
dicita-citakan dan dianggap penting oleh warga masyarakat, misalnya kebiasaan dan sopan

santun. Menurut Green, sikap merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap
berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku adalah
implementasi dari sikap yang diwujudkan dalam perbuatan. Dalam kaitan dengan pengamalan
nilai-nilai hidup, maka moral merupakan kontrol dalam bersikap dan bertingkah laku sesuai
dengan nilai-nilai hidup yang dimaksud. Dalam hal ini aliran Psikonalisis tidak membedabedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu menurut Freud menyatu dalam
konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang
berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego, sehingga tidak bertentangan dengan
masyarakat. Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6 tahap (stadium) perkembangan
moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu. Ada 3 tingkat perkembangan
moral menurut kohlberg, yaitu tingkat : I

Prakonvensional II

Konvensional III

Pasca-

konvensional Masing-masing tingkat terdiri dari 2 tahap, sehingga keseluruhan ada 6 tahapan
yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang tetap. Tidak setiap orang dapat
mencapai tahap terakhir perkembangan moral. Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa
yang sesuai dengan permintaan dan keinginannya. Hingga sesudah stadium ini datanglah:
Tingkat I; prakonvensional, yang terdiri dari stadiun 1 dan 2. Pada stadium 1, anak berorientasi
kepada kepatuhan dan hukuman. Anak menganggap baik atau buruk atas dasar akibat yang
ditimbulkannya. Anak hanya mengetahui bahwa aturan-aturan ditentukan oleh adanya
kekuasaan yang tidak bisa diganggu gugat. Ia harus menurut atau kalau tidak, akan memperoleh
hukuman. Pada stadium 2, berlaku prinsip Relaivistik-Hedonism. Pada tahap ini, anak tidak lagi
secara mutlak tergantung kepada aturan yang ada di luar dirinya, atau ditentukan oleh orang lain,
tetapi mereka sadar bahwa setiap kejadian mempunyai berbagai segi. Jadi, ada Relativisme.
Relativisme ini artinya bergantung pada kebutuhan dan kesanggupan sesorang. Misalnya
mencuri kambing karena kelaparan. Karena perbuatan mencuri untuk memenuhi kebutuhanya,
maka mencuri dianggap sebagai perbuatan yang bermoral, meskipun perbuatan mencuri itu
diketahui sebagai perbuatan yang salah karena ada akibatnya, yaitu hukuman. Tingkat II :
konvensional. Stadium 3, menyngkut orientasi mengenai anak yang baik. Pada stadium ini, anak
mulai memasuki umur belasan tahun, dimana anak memperlihatkan orientasi perbuatanperbuatan yang dapat dinilai baik oleh orag lain, masyarakat adalah sumber yang menentukan,
apakah perbuatan sesorang baik atau tidak. Menjadi anak yang manis masih sangat penting
daam stadium ini. Stadium 4, yaitu tahap mempertahankan norma-norma sosial dari otoritas.
Pada stdium ini perbuatan baik yang diperlihatkan seseorang bukan hanya agar dapat diterima
oleh lingkungan masyarakatnya, melainkan bertujuan agar dapat ikut mempertahankan aturanaturan atau norma-norma soisal. Jadi perbuatan baik merupakan kewajiban untuk ikut
melaksanakan aturan-aturan yang ada, agar tidak timbul kekacauan. Tingkat III: PascaKonvensional. Stadium 5, merupakan tahap orientasi terhadap perjanjian antara dirinya dengan
lingkungan sosial, pada stadium ini ada hubungan timbal balik antara dirinya dengan lingkungan
sosial, dengan masyarakat. Seseorang harus memperlihatkan kewajibannya, harus sesuai
dengan tuntutan norma-norma sosial kerena sebaiknya, lingkungan sosial atau masyarakat akan
memberikan perlindungan kepadanya. Stadium 6, tahap ini disebut prinsisp universal. Pada

tahap ini ada norma etik disamping norma pribadi dan subjektif. Dalam hubungan dan perjanjian
antara seseorang ada unsur subjektif ynag menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak.
Dalam hal ini, unsur etika akan menentukan apa yang boleh dan baik dilakukan atau sebaliknya.
Menurut Furter (1965), menjadi remaja berarti mengerti nila-nilai. Mengerti nilai-nilai ini tidak
berarti

hanya

memperoleh

pengertian

saja

melainkan

juga

dapat

menjelaskanya/mengamalkannya. Hal ini selanjutnya berarti bahwa remaja sudah dapat


menginternalisasikan penilaian-penilaian moral, menjadikanya sebagai nilai-nilai pribadi. Untuk
selanjutnya penginternalisasian nilai-nilai ini akan tercemin dalam sikap dan tingkah lakunya.
Sama halnya dengan sifat-sifat spesies dalam teori Darwin praktek-praktek budaya bisa berubah
atau bermutasi, tetapi praktek-praktek budaya tersebut tetap berlaku karena kebudayaan
memiliki nilai adaptasi. Kelangsungan budaya sama halnya dengan kelangsungan spesiesspesies, ditentukan oleh atau tergantung kepada kelangsungan an perkembangan praktekpraktek yang memungkinkan kebudayaan itu bisa digunakan untuk menangani lingkunagn fisik,
juga tergabtung kepada kemampuannya untuk bersaing dengan kebudayaan-kebudayaan lain.
Globalisasi sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia terlebih lagi remaja.
Sebab remaja merupakan masa pertumbuhan menuju dewasa yang umumnya mereka masih
bersifat labil. Itu mereka lakukan agar tidak dianggap ketinggalan jaman atau di ejek kalau
nggak gini iya nggak gaul!. Hal itu semakin memperparah krisis moral di kalangan remaja.
Sebagai generasi muda seharusnya kita dapat lebih menghargai budaya kita sendiri dan menjadi
remaja yang bermoral yang mampu melawan dampak negatif dari globalisasi dan menganbil
dampak positifnya. Tentunya denganmengkatkan keimanan dan ketekwaan kita kepada Tuhan
Yang Maha Kuasa. Jadi, kelompok kami mengadakan penelitian ini untuk mengidentifikasi moral
remaja pada era globalisasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Dalam karya tulis ini kami akan
mengemukakan beberapa hal diantaranya, 2. Apakah moral itu? 3. Apakah dampak globalisasi
terhadap moral? 4. Bagaimana penerapan moral pada kehidupan remaja? 5. Perlukah moral
diterapkan sejak dini? 6. Bagaimanakah moral remaja Indonesia? 7. Ilmu apa yang baik dan apa
yang buruk tentang ajaran moral? 8. Bagaimana dampak dari kelemahan moral? 9. Bagaimana
perbedaan pandangan tentang sifat moral? 10. Apakah moral itu bersifat objektivistik atau
relativistik? 1.3 Alasan Pemlihan Judul Alasan kami mengambil judul ini karena pada era
globalisasi terjadi penurunan moral pada remaja Indonesia mau membaca sehingga mereka
akan sadar pentingnya moral bagi diri remaja, dan agar remaja mendapat pengetahuan yang
lebih luas perlu diberikan ulasan bahwa substansi materiil dari ketiga batasan tersebut tidak
berbeda, yaitu tentang tingkah laku itu sendiri. Moral itu sendiri belum berwujud tingkah laku tapi
masih acuan dari tingkah laku. 1.4 Penegasan Judul Krisis : keadaan suram tentang ekonomi
dan moral yang terjadi intensif dan dasyat dalam waktu singkat. Moral : secara etimologis kata
moral berasal dari kata most dalam bahasa lain, bentuk jamaknya mores yang artinya tata cara
atau adat istiadat. Jadi moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima secara umum
meliputi akhlak, dan mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, dan disiplin
sebagai perangi (watak, tabiat) yang menetap kuat dalam jiwa manusia dan merupakan sumber
timbulnya perbuatan tertentu dari dirinya secara mudah dan ringan tanpa perlu dipikirkan dan

direncanakan sebelumnya. Remaja : pertumbuhan anak menuju dewasa dan mulai terjadi pada
masa puber atau pubertas dari usia 17 tahun sampai 18 tahun. Etika : ilmu tentang apa yang
baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (hak). Era : sejumlah tahun
dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah atau masa. Globalisasi :
suatu proses atau tatanan yang menyebabkan seseorang, sekelompok orang, atau suatu negara
saling dihubungkan dengan masyarakat atau negara lain akibat kemajuan teknologi komunikasi
di seluruh penjuru dunia. Jadi, krisis moral remaja pada era globalisasi adalah keadaan moral
yang suram yang terjadi pada masa pertumbuhan anak menuju dewasa dalam jangka waktu
antara beberapa peristiwa. 1.5 Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengerti pengertian moral. 2.
Untuk mengetahui dampak globalisasi terhadap moral remaja. 3. Untuk memahami lebih dalam
tentang moral remaja. 4. Untuk mengetahui penerapan moral pada kehidupan remaja. 1.6
Lingkup Pembahasan Pada pembahasan makalah ini kami menekankan pada lingkup moral
kehidupan remaja. Karena remaja pada saat ini masih sangat labil. Sehingga dalam hal ini ada
penjelasan mengenai sifat remaja yang berhubungan dengan moralitas remaja dalam era
globalisasi baik positif maupun negatif. 1.7 Metode Pembahasan Macam-macam metode
penelitian dapat dibedakan menjadi lima, yaitu metode kuisioner, metode wawancara, metode
observasi, metode eksprimen, dan metode kepustakaan. Metode kuisioner adalah metode yang
cara memperoleh informasinya dengan memberikan daftar pertanyaan yang dikirim kepada
responden baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pos perantara. Kuisioner atau
angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan yang dapat dijawab sesuai bentuk angket.
Metode wawancara adalah metode yang cara memperolehnya dengan proses komunikasi secara
langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Metode
observasi adalah metode yang cara memperoleh informasinya berasal dari pengamatan dan
pencatatan secara langsung terhadap objek yang diteliti dan dalam keadaan yang sebenarnya
tanpa melalui wawancara. Untuk pelaksanaan metode ini orang yang melakukan pengamatan
dan pencatatan terhadap gejala atau fenomena yang diteliti haruslah dilakukan secara
sistematis. Sedangkan untuk teknik pelaksanaannya bisa dengan secara asli maupun tidak asli.
Metode eksperimen adalah metode yang diperlukan untuk menguji kesimpulan-kesimpulan yang
diperoleh dari penelitian. Dari hasil kesimpulan sementara ataupun usul pemecahan masalah ini
kemudian dapat dilanjutkan dengan mengadakan percobaan-percobaan sehingga akhirnya
dapat diambil suatu kesimpulan apakah peneltian sudah memberikan jawaban yang sesuai
dengan apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Metode kepustakaan adalah memanfaatkan
fasilitas yang berada di dalam perpustakaan sekoalah berupa buku-buku yang dapat memberi
informasi dan kami juga mengambil sebagian informasi dari internet. Dan dalam makalah ini
kami mengambil metode kepustakaan dalam pengerjaannya. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Arti
Definisi Arti definisi menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah kata, frasa, atau kalimat
yang mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari orang, benda, proses atau
aktivitas. Dengan demikian definisi bisa berupa gambaran singkat mengenai suatu hal yang
membedakannya dengan benda lain. Arti definisi juga bisa berupa rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau study. Kata remaja

berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko,
1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun
(dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode. Papalia dan Olds (2001) tidak
memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui
pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara
11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja
awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun).
Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu
telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds
(2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa.
Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan
psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita
mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.
Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak
masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990).
Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi
badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses
kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang
ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).
Dikatakan juga bahwa masa remaja disebut sturm und drang. Artinya suatu masa dimana
terdapat ketegangan emosi yang dipertinggi yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam
keadaan fisik dan bekerjanya kelenjar-kelenjar yang terjadi pada waktu remaja. Sebenarnya halhal tersebut hanya merupakan sebagian dari sebab-sebab yang menimbulkan ketegangan pada
waktu remaja. Sebab yang utama adalah keadaan sosial. Artimya hubungan remaja dengan
orang lain atau masyarakat yang sekarang tentunya mengharapkan reaksi yang lain dari anak
remaja dari pada di waktu dia masih kanak-kanak. Bertambahnya ketegangan-ketegangan
emosional itu disebabkan karena anak-anak remaja harus membuat penyesuaian-penyesuaian
terhadap harapan-harapan masyarakat yang baru dan berlainan dari dirinya. Ada banyak bentukbentuk emosi yang nampak pada remaja, diantaranya adalah marah, takut, malu, iri hati, kasih
saying, kegembiraan, kesedihan, dan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang menyebabkan
remaja menyelidiki hal-hal yang ingin diketahuinya, termasuk menyelidiki hal-hal yang negatif.
Adapun karakteristik yang menonjol dalam perkembangan moral remaja adalah bahwa sesuai
dengan tingkat perkembangan kognisi yang mulai mencapai tahapan berfikir operasional formal,
yakni: a. mulai mampu berfikir abstrak. b. mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang
bersifat hipotetis, maka pemikiran remaja terhadap suatu permasalahan tidak lagi hanya terikat
pada waktu, tempat, dan situasi, tetapi juga pada sumber moral yang menjadi dasar hidup

mereka. c. Perkembangan pemikiran moral remaja dicirikan dengan mulai tumbuh kesadaran
akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata yang ada karena dianggapnya
sebagai suatu yang bernilai walau belum mampu mempertanggungjawabkannya secara pribadi.
d. Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. e.
Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan. f. Penilaian moral menjadi kurang
egosentris. g. Penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal. Dalam makalah ini arti definisi
dari Krisis Moral Remaja pada Era Globalisasi adalah semakin menurunnya perilaku
masyarakat yang semakin menyimpang dan remaja tidak henti-hentinya menjadi target utama
yang perlu dibenahi. Ini sangat memalukan bagi masyarakat Indonesia yang kental dengan adat
ketimurannya. Sangat ironis memang, karena ini semua menimpa generasi penerus yang
seharusnya mengharumkan nama bangsa dimata dunia. Penyebab terjadinya krisis moral yang
menimpa remaja diantaranya adalah kurangnya perhatian dari keluarga, pergaulan yang tidak
baik, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Semua ini tidak terlepas dari peran orang
tua yang seharusnya dapat mengontrol tingkah perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari
dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 2.2 Fungsi Moral Salah satu tugas perkembangan yang
penting dalam masa remaja adalah untuk mengerti apa yang diharapkan oleh kelompok dari
padanya dan untuk mau mengubah sikap-sikapnya sesuai dengan harapan-harapan ini tanpa
selalu dibimbing, diawasi, dan diancam oleh orang-orang dewasa, seperti pada masa kanakkanak. Jadi sekarang padanya harus ada pengawasan dari dalam atau internal control. Bilamana
dalam masa kanak-kanak telah tertanam konsep-konsep kesusilaan, maka konsep-konsep yang
telah meresap dalam diri anak inilah yang kini menjadi pengawasan dari tingkah laku anak
remaja. Bilaman konsep-konsep ini tidak ada dalam diri anak, maka dia tidak akan dapat
memenuhi apa yang dihapakan oleh masyarakatdarinya dalam hal kesusilaan. Pada remaja
terjadi perubahan dalam konsep-konsep moral. Kini anak remaja tidak mau lagi menerima
konsep-konsep dari hal-hal yang mana yang benar dan yang tidak benar, yang telah ditetapkan
oleh orang tuanya atau teman-teman sebayanya dengan begitu saja seperti masa kanak-kanak.
Dia sekarang menentukan sendiri, berdasarkan atas konsep-konsep moral yang dikembangkan
dalam masa kanak-kanak. Akan tetapi telah dirubah sesuai dengan tingkat perkembangannya
yang telah lebih tinggi atau dengan perkataan lain sesuai dengan perkembangan yang telah
matang. Pada umumnya anak remaja patuh terhadap pendiriannya sendiri mengenai apakah
sesuatu tindakan itu benar atau salah. Dia benar-benar tidak akan menindakkan apa yang
menurut pendapatnya salah dan benar-benar akan menindakkan apa yang dianggapnya benar.
Tapi terkadang ada anak remaja yang menindakkan tindakan-tindakan yang tidak dapat
diterimanya dalam masyarakat yang sangat serius. Para ahli yang telah mengadakan
penyelidikan megenai kenakalan remaja menarik kesimpulan, bahwa hal ini tidak disebabkan
oleh karena salah satu sebab saja, akan tetapi oleh beberapa sebab. Setiap individu mempunyai
perbedaan dalam menyikapi nilai, moral, dan sikap, tergantung dimana individu tersebut berada.
Pada anak-anak terdapat anggapan bahwa aturan-aturan adalah pasti dan mutlak oleh karena
diberikan oleh orang dewasa atau Tuhan yang tidak bisa diubah lagi (Kohlberg,1963).
Sedangkan pada anak-anak yang berusia lebih tua, mereka bisa menawar aturan-aturan

tersebut kalau disetujui oleh semua orang. Pada sebagian remaja dan orang dewasa yang
penalarannya terhambat, pedoman mereka hanyalah menghindari hukuman. Sedangkan untuk
tingkat kedua sudah ada pengertian bahwa untuk memenuhi kebutuhan sendiri seseorang juga
harus memikirkan kepentingan orang lain. Perbedaan perseorangan juga dapat dilihat pada latar
belakang kebudayaannya. Jadi, ada kemungkinan terdapat individu atau remaja yang tidak
mencapai perkembangan nilai, moral dan sikap serta tingkah laku yang diharapkan padanya.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral: a. Hubungan harmonis dalam
keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai individu. Begitupula dengan
pendidikan agama yang diajarkan di lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan
moral remaja. b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang
mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya. c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama
lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh
dan membentuk tingkah laku yang sesuai. d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran
seseorang , maka makin tinggi pula moral seseorang. e. peranan media massa dan
perkembangan teknologi modern. Hal ini berpengaruh pada moral remaja. Karena seorang
remaja sangat cepat untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang baru yang belum diketahuinya.
Fasilitas teknologi, informasi dan komunikasi merupakan salah satu faktor yang merubah
kemuliaan perilaku generasi muda dewasa ini. Jaringan internet misalnya, merupakan sebuah
terobosan baru yang bisa menghubungkan antara mereka yang di timur dengan mereka yang
ada di barat atau di selatan. Sehingga penyebaran informasi merupakan hal yang tidak bisa
dipungkiri sehingga seluruh informasi baik membangun maupun yang merubuhkan akhlak akan
berkontaminasi dengan kepribadian kita sebagai orang timur ditambah dengan kurangnya nilai
iman untuk menyaring arus perjalanan informasi tersebut. Sudah banyak sekali kasus yang bisa
kita saksikan melalui media massa bahwa generasi muda sebagai motor dan tulang punggung
negara ini sudah rusak moral (akhlak) dan perilakunya. Budaya Islam sebagai budaya yang
seharus dikembangkan dan dijadikan sebagai ukuran atau filter penyaring dilupakan bahkan
dilecehkan. Generasi muda sudah kehilangan takaran iman yang bisa menepis pengaruh budaya
luar yang merusak kepribadian kita sebagai bangsa. Generasi muda kita banyak kehilangan arah
dan tersesat dalam area yang sangat berbahaya dan cenderung hanya menggunakan nafsu
sebagai takarannya. Dengan rusaknya moral dan akhlak generasi muda, maka secara perlahan
akan merusak tatanan suatu bangsa dan tinggal menunggu kehancurannya. Allah jelas telah
mengingatkan kita bahwa hancurnya bangsa diakibatkan rusaknya moral dan akhlak pemudanya
dan Quran dan Hadits yang diabaikan akan memberikan dampak ketersesatan dan kehancuran
manusia yang ada dalam negara tersebut. Fungsi dan peranan moral dalam pembelajaran
menjadi sangat penting untuk diketahui. Sebagaimana kita diketahui pendidikan lebih dari
sekedar pengajaran, proses pendidikan atau pembelajaran dijalankan oleh dua unsur penting
yaitu pembelajar dan pengajar yang akan membawa pendidikan kearah positif sebagaimana
yang diharapkan. Pendidikan merupakan tempat latihan sebenarnya bagi fisik, mental, dan
spiritual peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya sesuai dengan yang diamanatkan
kepada pemerintah

dalam UUD 1945 pasal

31 ayat 3 untuk

mrngusahakan

dan

menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan


ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari penjabaran diatas terlihat jelas moral memiliki
posisi yang sangat penting dalam pembelajaran ataupun dalam pendidikan nasional khususnya
di Indonesia. Moral memilik peranan sebagai pembentuk pribadi manusia yang berakhlak mulia
seutuhnya

dalam

menghadapi

dimensi

kehidupan.

Globalisasi

yang

melanda

negeri

menimbulkan banyak tuntutan peningkatan pendidikan moral pada lembaga pendidikan, ini
didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang. Kenakalan remaja dalam masyarakat dan
berbagai unsur dekagensi moral lainnya, terutamadi kota-kota besaryang sudah sampai pada
tahap yang sangat meresahkan. Oleh karena itu pendidikan moral di sekolah dianggap sebagai
wadah formal yang diyakini mampu berperan aktif dalam membentuk pribadi generasi muda
melalui intensitas pendidikan moral. 2.3 Perlunya Pendidikan Moral di Era Globalisasi Adanya
gerakan reformasi di Indonesia secara umum menuntut diterapkannya prinsip demokrasi,
desentralisasi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Menurut Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi
dirinya melalui proses pembelajarandan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Pada sisi lain disebutkan peranan pendidikan atau edukasi dalam mengadakan perubahan atau
transformasi di masyarakat ada tiga macam yaitu, menjaga generasi sejak masa kecil dari
berbagai tindak penyelewengan. Mengembangkan pola hidup, perasaan, dan memikiran mereka
yang sesuai dengan fitrah, agar mereka menjadi fondasi yang kokoh dan sempurna di
masyarakat. Karena pendidikan berjalan seiring dengan perkembangan anak-anak, maka
pendidikan akan sangat mempengaruhi jiwa dan perkembangan anak serta akan menjadi bagian
dari keprbadiannya untuk kehidupannya kelak, kemudian hari. Pendidikan sebagai alat terpenting
untuk menjaga diri dan memelihara nilai-nilai yang positif. Perlu kita ketahui bersama bahwa
pendidikan di seluruh dunia kini sedang mengkaji kembali perlunya pendidikan moral atau
pendidikan budi pekerti atau pendidikan karakter dibangkitkan kembali. Melalui pendidikan orang
mampu menguasai teknologi, yang kemudian dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya sesuai
dengan kebutuhan manusia, namun sebaliknya dengan pendidikan pula terkadang manusia
menjadi takabur atau sombong. Terjadinya krisis moral tersebut ternyata tidak hanya di Negara
kita, namun di Negara-negara yang telah maju pun seperti Amerika Serikat terjangkit virus moral
atau demonstrasi. Bagaimanapun pendidikan memegang peranan penting dalam segala aspek
kehidupan manusia. Bila di setiap sekolah selalu diajarkan pendidikan moral siswa siswinya
InsyaAllh Indonesia di masa depan akan lebih sukses dan bertambah maju. Pendidikan moral di
era globalisasi disebabkan masa sekarang banyak sekali krisis moral sehingga kita harus
memupuknya.Karena sudah banyak sekali terjadi pelanggaran yang telah dilakukan terutama di
kalangan remaja.apalagi banyaknya budaya asing yang masuk mengakibatkan terlahirnya
budaya baru yang tidak sesuai dengan budaya asli Indonesia. Pengaruh pendidikan moral ini
dapat diperoleh dari lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat maupun lingkungan keluarga.
Di lingkungan sekolah merupakan kewajiban guru untuk memberikan pendidikan moral pada
siswanya. Begitu pila sebaliknya, lingkungan keluarga merupakan tugas orag tua, dan lingkungan

masyarakat tugas dari diri sendiri untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Di era
globalisasi ini, yang paling banyak terjadi krisis moral, sebagai contohnya adalah pergaulan
antara anak laki-laki dan anak perempuan sudah terlewat bebas, sudah jad dari kata normal. Itu
disebabkan dari kurangnya pendidikan moral yang Ia dapat dan kurangnya keimanan mereka.
Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral sangatlah penting. Tidak hanya untuk
anak remaja saja, tetapi namun juga berlaku untuk semua usia. Pendidikan moral harus
diajarkan sejak dini sehingga nantinya akan terbiasa untuk melakukannya, hal ini juga untuk
membentuk kepribadian seseorang. Bersosialisasi dengan lingkungan bahkan warga asing pun
menjadi lebih mudah bila kita memiliki moral yang baik. Selain itu, dengan moral yang baik orang
yang berinteraksi dengan kita menjadi senang dan dengan sendirinya menghormati kita,
pandangan orang lain atau negara lain akan berubah apabila kita sebagai warga Indonesia atau
remaja Indonesia memiliki moral yang baik. Apalagi bila dapat menjadi panutan bagi Negara lain
merupakan hal yang membanggakan bagi semua warga Indonesia. 2.4 Dampak Krisis Moral
Remaja Diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan
dengan adanya media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka. Sedangkan di
sisi lain media merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai produk yang
ditawarkan. Seperti diketahui bersama bahwa media berperan besar dalam pembentukan
budaya masyarakat dan proses peniruan gaya hidup, tidak megherankan pada masa sekarang
adanya perubahan cepat dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif meskipun
pengaruh positifnya masih terasa. Hal ini terlihat jika dapat diumpamakan remaja perkotaan
sudah tertular dengan gaya hidup barat. Terlihat pada sikap remaja yang mengikuti
perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casing hand phone, pakaian, cara
makan, cara bertutur kata yang lebih sering menggunakan loe gue dari pada aku atau saya,
kamu. Bahkan itu pun mereka ucapkan pada saat berbicara kepada orang yang lebih tua.
Padahal menurut budaya timur, harusnya kita harus sopan jika berbicara dengan orang yang
lebih tua. Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya perempuan cenderung
tertanam dalam pandangan mereka. Jika perempuan menarik adalah perempuan yang agresif
dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja mendapatkan VCD porno dan internet
yang menampilkan gambar-gambar porno membuat para remaj penasaran untuk mencobanya
melalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat melakukan
pemerkosaan. Disamping itu, terdapat pula banyak pemilik warung kecil yang dengan bebas
menjual kondom bahkan obat perangsang berupa permen karet yang berdampak meningkatkan
libido pada wanita. Ini sangat memprihatinkan jika dilihat dari latar belakang Negara kita yang
merupakan Negara Timur bukanlah Negara barat. Selain itu, terdapat fenomena kehidupan
remaja di perkotaan sering terlihat terdapat pasangan muda mudi yang belum resmi, melakukan
sikap yang menyimpang dari moral dan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan di
hotel-hotel maupun tempat-tempat hiburan malam yang dilakukan oleh pihak yang berwenang
karena terdapat praktek mesum dan banyak diantara mereka adalah remaja usia sekolah yang
melakukan praktik mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun patut dipertanyakan
meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang kiranya menandakan bahwa moral

remaja bangsa ini sudah benar-benar merosot. Faktor keimanan dan niat untuk benr-benar
menjauhi dikap buruk , peran keluarga dan media masa sangat berpengaruh terhadap
perkembangan moral remaja. media masa harus benar-benar memberikan informasi untuk
meningkatkan rasa percaya diri, bebas dari diskriminasi, terlindung dari pelecahan, kekerasan,
dan eksploitasi seks. Dengan demikian bila melihat persoalan tersebut sudah saatnya kita
bersama harus membentengi diri dengan keimanan dan harus selektif dalam bentuk apapun
agar agar tidak tertindas dari perkembangan kemajuan yang berpengaruh pada rusaknya moral
bangsa ini. Marilah kita ambil nilai-nilai positif dari perkembangan zaman dan tetap selektif
terhadap dampak-dampak negatif dari kemajuan zaman. . Sifat Moral : Perspektif Objektivistik vs
Relativistik Dalam kajian tentang moral terdapat perbedaan pandangan yang menyangkut
pertanyaan, apakah moral itu sifatnya objektivistik atau relativistik ? Pertanyaan yang hampir
sama, apakah moral itu bersifat absolut atau relatif, universal atau kontekstual, kultural,
situasional, dan bahkan individual ? Menurut perspektif Objektivistik, baik dan buruk itu bersifat
pasti atau tidak berubah. Suatu perilaku yang dianggap baik akan tetap baik, bukan kadang baik
dan kadang tidak baik. Senada dengan pandangan Objektivistik adalah pandangan absolut yang
menganggap bahwa baik dan buruk itu bersifat mutlak, sepenuhnya, dan tanpa syarat. Menurut
pandangan ini perbuatan mencuri itu sepenuhnya tidak baik, sehingga orang tidak boleh
mengatakan bahwa dalam keadaan terpaksa, mencuri itu bukan perbuatan yang jelek. Demikian
pula halnya dengan pandangan yang universal, prinsip-prinsip moral itu berlaku di mana saja
dan kapan saja. Prinsip-prinsip moral itu bebas dari batasan ruang dan waktu. Sebaliknya
pandangan yang menyatakan bahwa persoalan moralitas itu sifatnya relatif, baik dan buruknya
suatu perilaku itu sifatnya tergantung, dalam arti konteksnya, kulturalnya, situasinya, atau
bahkan tergantung pada masing-masing individu. Dari dimensi ruang, apa yang dianggap baik
bagi lingkungan masyarakat tertentu, belum tentu dianggap baik oleh masyarakat yang lain. Dari
dimensi waktu, apa yang dianggap baik pada masa sekarang, belum tentu dianggap baik pada
masa-masa yang lalu. Salah satu kelemahan literatur tentang moral atau etika, terutama yang
bersumber dari literatur Barat, adalah kurang adanya klasifikasi moral, etika pada umumnya tidak
membedakan secara jelas antara kesusilaan dan kesopanan. Dua pandangan yang saling
dipertentangkan itu sesungguhnya dapat diterima semua, dalam arti ada prinsip-prinsip etik atau
moral yang bersifat Objektivistik-universal dan ada pula prinsip-prinsip etik atau moral yang
bersifat relativistik-kontekstual. Prinsip-prinsip moral yang bersifat Objektivistik-universal yang
dimaksudkan adalah prinsip-prinsip moral secara obyektif dapat diterima oleh siapapun, di
manapun, dan kapanpun juga. Sebagai contoh adalah sifat atau sikap kejujuran, kemanusiaan,
kemerdekaan, tanggung jawab, keihlasan, ketulusan, persaudaraan, keadilan dan lainlain.
Sedangkan prinsip-prinsip moral yang bersifat relativistik-kontekstual sifatnya tergantung,
sesuai dengan konteks, misalnya tergantung pada konteks kebudayaan atau kultur, sehingga
bersifat kultural. Demikian seterusnya, sifat relativistik-kontekstual itu pengertiannya bisa berarti
nasional, komunal, tradisional, situasional, kondisional, atau bahkan individual. Sebagai contoh
adalah sikap kebangsaan, adab ketimuran, etika atau sopan santun orang Jawa atau
Minangkabau, serta berbagai etika terapan. Sebagaimana dikenal dalam kajian tentang macam-

macam norma, dikenal adanya empat macam norma, yaitu norma keagamaan, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Norma kesusilaan itu lebih bersumber pada
prinsip-prinsip etis dan moral yang bersifat Objektivistik-universal. Sedangkan norma kesopanan
itu bersumber pada prinsip-prinsip etis dan moral yang bersifat relativistik-kontekstual. Sejalan
dengan hal ini, Widjaja (1985: 154) mengemukakan bahwa persoalan moral dihubungkan
dengan etik membicarakan tentang tata susila dan tata sopan santun. Tata susila mendorong
untuk berbuat baik, karena hati kecilnya mengatakan baik, yang dalam hal ini bersumber dari hati
nuraninya, lepas dari hubungan dan pengaruh orang lain. Tata sopan santun mendorong untuk
berbuat baik, terutama bersifat lahiriah, tidak bersumber dari hati nurani, untuk sekedar
menghargai orang lain dalam pergaulan. Dengan demikian tata sopan santun lebih terkait
dengan konteks lingkungan sosial, budaya, adat istiadat dan sebagainya Bab III PENUTUP 3.1
Kesimpulan Masa remaja adalah masa yang sangat rawan dimana mereka belajar mencari jati
diri yang sebenarya. Di masa ini mereka memiliki rasa ini tahu yang tinggi bahkan menyelidki
atau mencoba hal-hal yang negative. Dalam hal ini pendidikan moral sangat penting sebagai
pembentuk pribadi yang berakhlak mulia dalam menghadapi berbagai dimensi kehidupan.
Sekarang kita harus menyadari bahwa pendidikan moral sangatlah penting, tidak hanya untuk
anak remaja saja namun berlaku untuk semua usia. Mengingat banyaknya pengaruh budaya
asing yang masuk di Negara kita ini, maka dari itu perlunya kerja keras untuk menghadai
masalah yang sampai saat ini juga masih perlu penanganan khusus. Apalagi di era globalisasi
perkembangan iptek banyak membawa dampak negative bagi remaja. Terutama krisis moral
seperti pergaulan bebas atau seks bebas. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu: kurang pendidikan moral yang mereka dapatkan dan Perkembangan sosial
pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991;
Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan
kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman
(Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok
teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku
diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang
memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam
berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991).
Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang
remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993;
Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa
kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan
sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi
misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus,
dan sebagainya (Conger, 1991). Untuk itu perlu adanya pengawasan bagi mereka. Dan selain itu
faktor keimanan dan niat untuk benar-benar menjauhi sikap buruk, peran warga dan media masa
sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja. Dimulai dari keluarga, sekolah, dan
masyarakat agar mereka tidak terjerumus dalam hal yang negative. Pada remaja saat ini terjadi

perubahan dalam konsep-konsep moral ini. Pada saat ini anak remaja tidak mau lagi menerima
konsep-konsep dari hal-hal yang benar dan yang tidak benar, yang telah ditetapkan oleh orang
tuanya atau teman sebayanya. Bahkan mereka banyak yang membangkang terhadap orang
yang lebih tua, terhadap orang yang menasehati kita. Bagi remaja di era globalisasi untuk
membentengi diri perlu sikap yang tegas yaitu bijaksana artinya membuka diri terhadap
perkembangan globalisasi, waspada, selektif artinya mampu memilih yang terbaik serta
mempertahankan nilai-nilai pergaulan sesuai kepribadian bangsa dan menjalankan nilai-nilai
agama.Maka dari itu perlu adanya kesadaran dari setiap individu tersebut, dan untuk bisa
membentengi diri mereka masing-masing dari pengaruh negative dari era globalisasi pada saat
ini yang merusak moral remaja atau bangsa kita ini. Menjadi remaja berarti mengerti nilai-nilai,
yang berarti tidak hanya memperoleh pengertian saja tetapi juga dapat menjalankannya atau
mengamalkannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral yaitu hubungan
harmonis dalam keluarga, masyarakat, lingkungan sosial, perkembangan nalar, dan peranan
media massa dan perkembangan teknologi modern. Karakteristik perkembangan moral antara
lain: mulai mampu berfikir abstrak, mulai mampu memecahkan masalah-masalah yang bersifat
hipotetis, mulai tumbuh kesadaran akan kewajiban mempertahankan kekuasaan dan pranata
yang ada, keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang
salah, keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan, penilaian moral menjadi kurang
egosentris, dan penilaian secara psikologis menjadi lebih mahal. Kita pernah punya konsep
strategi Repelita Orde Baru yang menurut saya yang bodoh yang bagus, kita melihat hasilnya
selama 25 tahun terakhir kemajuan terlihat nyata, namun sayang konsep yang bagus dikotori
oleh moral korupsi yang tinggi. Kini penguasa pencetus Repelita tersebut hancur, namun sayang
sejuta sayang konsep yang bagus tersebut tidak ditindaklanjuti, seolah-olah yang bagus menjadi
jelek hanya karena keluar dari pikiran pemimpin atau penguasa yang telah dicap jelek. Negeri ini
diguncang dari dalam oleh pemimpin-pemimpinnya, dirongrong oleh negeri tetangga karena
dianggap tidak becus memberdayakan wilayah potensial, tak lupa dipukul keras oleh alam akhir
tahun lalu. Perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral dan sikap,sesuai dengan umur,
faktor kebudayaan, dan tingkat pemahamannya. Indonesia banyak mengadopsi sistem
pendidikan sekuler, inilah yang membuat hancur pendidikkan di Indonesia terutama pendidikan
akhlak dan moral. Indonesia harus mengembangkan pola pendidikan Iran. Jika dikelola dan
dikembangkan dengan baik dan didukung oleh pemerintah, maka pola Iran ini sangat baik dalam
mendidik moral dan akhlak anak-anak ketika menimba ilmu. Disiplin yang keras dan pengawasan
anak-anak selama 24 jam melatih moral dan akhlak untuk selalu disiplin dan terbiasa mematuhi
aturan yang ada. 3.2 Saran Bagi para remaja, pandai-pandailah membawa diri berfikir positif dan
jauhkan diri dari hal negatif yang menjerumuskan dan dapat merusak segala cita-cita dan
impian. Bagi keluarga atau orang tua dampingilah putra-putri Anda pada saat mereka mulai
beranjak dewasa atau remaja, terutama tanamkan pendidikan moral dan nilai-nilai agama yang
kuat bagi mereka. Bagi sekolah pengajaran moral dan budi pekerti sangat dibutuhkan bagi
remaja. Pendampingan, ketelatenan dibutuhkan remaja pada saat ini. Jadi sekarang perlu
adanya bahkan harus ada pengawasan dari dalam atau internal control. Mari kita ambil nilai-

nilai positif dari perkembangan zaman dan tinggalkan dampak atau nilai-nilai negatifnya.
Perbanyaklah pengetahuan Anda tentang pengaruh atau dampak globalisasi. Agar Anda tidak
salah mengambil manfaat dari globalisasi. Pendidikan merupakan hak yang penting bagi
masyarakat. Dengan pendidikan , seseorang dapat membuka pikiran dan wawasan yang akan
membantunya melakukan perubahan sosial ke arah lebih baik. Kita harus siap menerima
pengalaman baru dan keterbukaan terhadap inovasi serta perubahan. Kita harus siap
membentuk atau mempertahankan pendapat mengenai berbagai masalah yang menyangkut
kepentingan umum, mencari bukti mengenai sebuah pendapat, mengakui pendapat tersebut,
dan

menilai

pendapat

tersebut

sebagai

suatu

yang

positif.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ditarahayu/makalah-krisis-moral-remaja-pada-eraglobalisasi_54f7ae21a33311541d8b478c

LUNTURNYA MORAL DAN ETIKA GENERASI PENERUS BAB I PENDAHULUAN A.


Latar
Belakang Tak pelak lagi, Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami suatu krisis secara
fundamental dan menyeluruh. Banyaknya masalah yang berupa Ancaman, Hambatan, Tantangan dan
Gangguan (AGHT) yang dihadapi Indonesia datang bertubi-tubi secara dengan derasnya. Ditambah
lagi masalah-masalah bencana alam yang memang sudah menjadi bagian dari alam Indonesia yang
memang akhir-akhir ini tak ramah dan mungkin yang terakhir yang cukup menganggu yakni masalah
internasional dengan negara-negara tetangga hingga berujung buruknya perseprsi Indonesia di mata
internasional. Krisis yang dialami Indonesia ini menjadi sangat multidimensional yang saling mengaji.
Mulai dari krisis ekonomi yang tidak kunjung berhenti, sehingga berdampak pula pada krisis social
dan politik, yang pada perkembanganya justru menyulitkan upaya pemulihan ekonomi. Konflik
horizontal dan vertical yang terjadi dalam kehidupan social merupakan salah satu akibat dari semua
krisis yang terjadi, yang tentu akan melahirkan disintegrasi bangsa. Apalagi bila melihat bahwa
bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural seperti beragamnya suku, budaya daerah, agama
dan berbagai aspek politik lainnya, serta kondisi geografis Negara kepulauan yang tersebar. Semua
ini mengundang konflik yang dapat merugikan dan mengganggu persatuan dan kesatuan bangsa.
Lalu ada apa dengan Indonesia sebenarnya. Masalah utama memang tampak berada di permukaan
tapi sebetulnya masalah yang benar-benar besar ada pada moral masyarakat Indonesia yang begitu
remuk. Hal ini diibartkan jika Indonesia adalah sebuah kapal besar yang sedang mengarungi
samudera nan luas, lalu kapal Indonesia bocor dan air laut masuk hingga kapal terancam karam,
tetapi sebagai awak kapal serta anak buah kapal yang mengetahui kejadian ini malah tunggang
langgang berlari dan keluar dari kapal bukannya saling membantu gotong royong untuk memperbaiki
kapal sehingga mampu melaju lagi diatas samudera. Hal inilah yang menjadi hambatan besar yaitu
yang berasal dari dalam Indonesia itu sendiri, bahkan lebih dalam lagi yakni hati nurani setiap warga
negara Indonesia. Krisis moral yang sangat berpengaruh untuk perkembangan Indonesia
kedepannya sekarang ini malah terkesan dikesampingkan oleh aparatur pemerintahan. Hal ini akan
mengakibatkan bangsa indonesai akan semakin terpuruk dan dipandang rendah oleh bangsa lain.
Karena dari generasi penerusnya saja sudah tidak bermoral? Bagaimana bisa menjadi suatu bangsa
yang baik? Itulah yang menjadi permasalah sebenarnya bagi bangsa Indonesia. B.
Rumusan
Masalah Berdasarkan masalah yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat ditentukan beberapa
rumusan masalah, antara lain adalah: 1.
Apa itu moral dan etika? 2.
Apa permasalah yang

terjadi saat ini pada generasi penerus? 3.


Faktor apa saja yang membuat mulai lunturnya moral
dan etika generasi penerus? 4.
Bagaimana solusi untuk menindak lanjuti / mengatasi
permasalahan ini? C.
Tujuan Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, maka dapat
diambil beberapa penjelasan tentang tujuan penulisan makalah ini, antara lain adalah: 1.
Mengetahui makna dan penjelasan tentang moral dan etika 2.
Dapat memberi pengetahuan
tentang masalah yang ada di masyarakat atau kalangan remaja saat ini. 3.
Dapat mengetahui
faktor-faktor yang dapat menjadikan lunturnya moral generasi penerus, serta agar orang tua dapat
meminimalkan hal-hal yang dapat menjadikan lunturnya moral dan etka generasi penerus. 4.
Mengerti bagaimana solusi / cara untuk menindak lanjuti masalah lunturnya moral dan etika generasi
penerus. BAB II PEMBAHASAN A.
Pengertian 1.
Pengertisn Moral Istilah Moral berasal dari
bahasa Latin. Bentuk tunggal kata moral yaitu mos sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang
masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan
arti kata etika, maka secara etimologis, kata etika sama dengan kata moral karena kedua kata
tersebut sama-sama mempunyai arti yaitu kebiasaan,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata moral
sama dengan kata etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan
moral dari bahasa Latin. Jadi bila kita mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak
bermoral, maka kita menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis
yang berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral bejat,
artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik. Prinsip moral
atau moral (dari bahasa Latin: moralitas) membawa pengertian ajaran atau pegangan berkenaan
dengan buruk baik sesuatu perbuatan (kelakuan, kewajipan, dll), sikap atau cara berkelakuan yang
berasaskan atau yang diukur dari segi baik buruk sesuatu akhlak. Ia merujuk kepada konsep etika
kemanusiaan yang digunakan dalam tiga konteks, iaitu: 1.
hati nurani individu; 2.
sistem-sistem
prinsip dan pertimbangan kekadang dipanggil nilai moral yang dikongsi dalam sesuatu komuniti
kebudayaan, keagamaan, kesekularan atau kefalsafahan; dan 3.
tatalaku atau prinsip moral
tingkah laku. Moral peribadi mentakrifkan dan membezakan niat, motivasi, atau tindakan yang betul
dan yang salah, sebagaimana yang dibelajar, dilahirkan, atau dikembangkan di dalam setiap orang
perseorangan. Moralitas (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya sama
dengan moral, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang moralitas suatu perbuatan, artinya
segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut. Moralitas adalah sifat moral atau
keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk. 2.
Pengertian Etika Kata etik
(atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau
adat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar,
buruk atau baik serta suatu tanggung jawab. Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai the
discipline which can act as the performance index or reference for our control system. Etika adalah
refleksi dari apa yang disebut dengan self control, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan
dari dan untuk kepentingan kelompok social (profesi) itu sendiri. Etika dimulai bila manusia
merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu
akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang
lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena itulah etika
merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi
berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang
normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. Etika
terbagi menjadi tiga bagian utama: meta-etika (studi konsep etika), etika normatif (studi penentuan
nilai etika), dan etika terapan (studi penggunaan nilai-nilai etika). Etika disebut juga filsafat moral
adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan
keadaan manusia, melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan
manusia ini, ditentukan oleh bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma

hukum, norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan
perundang-undangan, norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara
batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral berasal dari
etika. Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette)berarti sopan santun. Etika dibagi
menjadi beberapa macam, antara lain adalah: a)
Etika filososfis b)
Etika teologis c)
Etika
sosiologis d)
Etika normativ dan adaptif Disini akan disebutkan fungsi atau guna dari etika, adalah:
1.
Etika membuat kita memiliki pendirian dalam pergolakan berbagai pandangan moral yang kita
hadapi. 2.
Etika membenatu agar kita tidak kehilangan orientasi dalam transformasi budaya,
sosial, ekonomi, politik dan intelektual dewasa ini melanda dunia kita. 3.
Etika juga membantu kita
sanggup menghadapi idiologi-idiologi yang merebak di dalam masyarakt secara kritis dan obeyktif.
4.
Etika membantu agamwan untuk menemukan dasar dan kemapanan iman kepercayaan
sehingga tidak tertutyp dengan perubahan jaman. B. Permasalahan Pada Generasi Muda Saat Ini
Perubahan cepat dalam teknologi informasi telah merubah sebagian besar masyarakat dunia,
terutama yang tinggal diperkotaan dan khususnya kelakuan remaja Indonesia. Sebagaimana
diketahui dengan adanya kemajuan informasi di satu sisi remaja merasa diuntungkan dengan adanya
media yang membahas seputar masalah dan kebutuhan mereka, sedangkan di sisi lain media
merasa kaum remajalah yang tepat menjadi konsumen dari berbagai produk yang ditawarkan. Seperti
diketahui bersama bahwa media, berperan besar dalam pembentukan budaya masyarakat dan
proses peniruan gaya hidup, tidak mengherankan pada masa sekarang adanya perubahan cepat
dalam teknologi informasi menimbulkan pengaruh negatif, meskipun pengaruh positifnya masih
terasa. Kalau dapat diumpamakan remaja perkotaan sudah tertular dengan gaya hidup barat. Hal ini
terlihat pada remaja mengikuti perkembangan mode dunia, mulai dari fashion, gaya rambut, casting
HP yang berganti-ganti, pakaian dan sebagainya. Melalui pengaruh ini, remaja diajarkan untuk hidup
boros dan menjadi tidak kritis terhadap persoalan sosial yang terjadi dimasyarakat karena terbuai
dengan perkembangan zaman. Lebih jauh lagi, dampak bagi remaja dapat dilihat khususnya remaja
perempuan cenderung tertanam dalam pandangan mereka jika perempuan menarik adalah
perempuan yang agresif dan seksi. Selain itu, dengan semakin mudahnya remaja mendapatkan VCD
porno dan internet yang menampilkan gambar-gambar porno, membuat para remaja penasaran untuk
mencobanya, malalui kehidupan seks bebas atau bahkan jika hasrat seksualnya tinggi bisa nekat
melakukan pemerkosaan. Di samping itu juga, terdapat juga pemilik warung kecil terlihat menjajakan
kondom, pemilik warung tersebut menegaskan bahwa yang menjadi pembeli utama adalah kaum
remaja tidak terlepas dari kalangan lain. Dalam pada itu, terdapat juga fenomena kehidupan remaja
diperkotaan sering terlihat terdapat berduan pasangan muda-mudi yang belum resmi melakukan
sikap tidak sesuai dengan norma, ironisnya lagi terkadang terjadi penggeledahan oleh pihak yang
berwenang karena terdapat praktek mesum. Selain itu juga remaja putri yang berjilbab pun patut
dipertanyakan, meskipun tidak semuanya. Sungguh pemandangan yang kiranya menandakan bahwa
moral remaja bangsa ini mulai merosot. Berdasarkan penjelasan / hasil wawancara pada ketua RT
atau lingkungan setempat, didapatkan beberapa informasi, bahwa kecenderungan masalah pada
generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika
yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang
ikut dalam suatu perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah
sebaliknya, di perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh
pergaulan yang tidak baik. Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari
faktor internal (keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat menghambat atau
setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Misalnya saja dengan bimbingan dan arahan dari orang
tua, seorang anak diberi nasihat-nasihat yang baik tidak hanya pada saat berkumpul bersama saja,
namun di sela-sela waktu yang ada hendaknya diberi arahan yang baik. Seorang anak juga harusnya
dikontrol tentang pergaulannya kapan waktunya untuk main dan mengerjakan pekerjaan ataupun
tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja agar tidak terbawa teman-temannya
yang mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif). C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
menurunnya moral dan etika generasi muda Dalam hal ini ada beberapa hal yang mempengaruhi
menurunnya moral dan etika pada generasi muda (penerus). Dari data yang diperoleh, baik dari
wawancara terhadap narasumber maupun dari sumber-sumber lain, hal yang mempengaruhi antara

lain adalah: 1.
Longgarnya pegangan terhadap agama Sudah menjadi tragedi dari dunia maju,
dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan
beragam mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhansuruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama,
maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat
pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya.
Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen
pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang
disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar
peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag
yang melakukuan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan
mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh
keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi
adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau
melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya
masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin
kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
2.
Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun
masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut
semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari
sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum
mengerti mana uang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral
yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik
untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral
pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik
dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran
yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci.
Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga,
sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya
dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental
dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan
kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana
pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk
menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan
agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya
masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak
moralnya perelu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat
dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral
anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana
disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan
moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan
tidak kondusif bagi pembinaan moral. 3.
Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan
sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anakanak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambargambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut
biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun, gejala penyimpangan tersebut
terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan
tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya
arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan, bacaanbacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-prtunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus
budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk
keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan
dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor

yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4.
Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui
memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya
belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal
yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata
mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti
korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik
memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak
memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau
mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka
sudah kehiangan daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin
memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan
sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan
moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan. Beberapa faktor
lain yang menyebabkan menurunnya moral dan etika generasi muda saat ini adalah: a.
Salah
pergaulan, apabila kita salah memilih pergaulan kita juga bisa ikut-ikutan untuk melakukan hal yang
tidak baik b.
Orang tua yang kurang perhatian, apabila orang tua kuran memperhatikan anaknya,
bisa-bisa anaknya merasa tidak nyaman berada di rumah dan selalu keluar rumah. Hal ini bisa
menyebabkan remaja terkena pergaulan bebas. c.
Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para
remaja merokok adalah ingin terlihat keren, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalu sudah
mencoba merokok dia juga akan mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
d.
Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian. D.
Solusi
untuk mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus Ada beberapa solusi yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya
adalah: 1.
Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman
dekat. Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral dan kepribadian seseorang.
2.
Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena
pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap
anak. 3.
Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring
pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Dewasa ini, orang-orang menganggap
bahwa merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun pasif.
Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan juga orang-orang
di sekelilingnya. 4.
Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal
pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus
dipengaruhi hal yang negatif lagi. 5.
Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur,
bersabar, dan beramal sholeh. 6.
Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti ikut
dalam suatu perkumpulan remaja masjid, ikut pengajian-pengajian rutin, pagelaran seni, serta
olahraga, karena hal tersebut juga dapat meminimalkan untuk seorang anak terjun kedalam
kegiatan0kegiatan yang sifatnya mubadir (sia-sia), semua jenis kegiatan rutin,selama kegiatan
tersebut bersifat positif serta dapat juga untuk mengukir prestasi. BAB III PENUTUP A.
Simpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1.
Secara etimologis,
pengertian moral dan etika pada hakikatnya adalah sama, kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan ,adat. Dengan kata lain, kalau arti kata moral sama dengan kata
etika, maka rumusan arti kata moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan
bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang
membedakan hanya bahasa asalnya saja yaitu etika dari bahasa Yunani dan moral dari bahasa
Latin 2.
Permasalahan yang terjadi pada generasi penerus bangsa saat ini adalah menurunnya
moral, akhlak dan etika. Sehingga kehidupan yang mereka jalani tdak sesuai dengan tuntunan yang
ada, banyak diantara mereka yang terjerumus pada kehidupan atau pergaulan yang bebas. 3.
Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya moral generasi muda antara lain adalah
Longgarnya pegangan terhadap agama, Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh

rumah tangga, sekolah maupun masyarakat, Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan
sekularistis, Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah, Salah pergaulan,
Orang tua yang kurang perhatian, Ingin mengikuti trend, Himpitan ekonomi yang membuat para
remaja stress dan butuh tempat pelarian. 4.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
( setidaknya meminimalkan) masalah menurunnya moral dan etika generasi penerus adalah: Memilih
teman pergaulan, orang tua harus lebih mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta lebih memberi
perhatian, diadakannya pembekalah moral dan akhlak, meningkatkan keimanan dan ketakwaan,
melakukan kegiatan yang bersifat positif. B. Saran Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain
adalah: 1.
Hendaknya bimbingan moral, etika dan kepribadian dilakukan sejak dini melalui
pendekatan keluarga, sehingga seorang anak setelah menginjak dewasa, sudah mempunyai bekal
yang cukup. Seperti pembekalan bagaimana cara bersikap yang baik pada orang yang lebih tua serat
unggah-ungguh yang sesuai dengan norma yang berlaku. 2.
Seorang anak hendaknya
dimaksukkan pada suatu tempat yang dalam lingkup pembekalan rohani (seperti pengajian / TPQ)
dan lain sebagainya agar lebih memantapkan bekal ilmu agama. 3.
Orang tua hendaknya selalu
mengawasi pergaulan anak-anaknya, serta memilih mana teman yang baik untuk pergaulan dan
mana teman yang diidentifikasi akan merusak moral buah hatinya. 4.
Pemerintah hendaknya
mencanangkan program pendidikan nilai dan moral dalam sebuah kurikulum pendidikan, sehingga di
lngkungan sekolah tidak hanya mengenyam pendidikan-pendidikan umum, namun juga mendapatkan
pendidikan nilai dan moral. 5.
Hendaknya ada kerjasama baik antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah
guna
mencetak
generasi
masa
depan
yang
lebih
baik.
Copy the BEST Traders and Make Money : http://bit.ly/fxzulu

Era globalisasi didominasi dengan pesatnya perkembangan informasi,dan teknologi. Keadaan ini telah
membawa perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat terutama remaja dalam segi perkembangan
moral. Pergaulan remaja saat ini cenderung bebas,salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan
moral remaja di era modernisasi adalah kurangnya pengawasan orang tua.
Perubahan itu sangat pesat dan kemajuan yang luar biasa, sekaligus membawa perubahan besar
terhadap perilaku manusia yang menjadi wilayah kompetisi moral. Sekarang banyak orang mulai
mempertanyakan kembali kompetisi kemampuan moral untuk mengantisipasi,mengatur dan
mengendalikan moral masyarakat.
Semakin tingginya frekuensi arus globalisasi di era modernisasi sangat berpengaruh besar terhadap
pergaulan bebas. Ternyata pergaulan bebas itu tidak hanya sebatas bergaul melainkan terkadang
mendorong untuk melakukan hal yang lebih tidak di sukai oleh agama,seperti bercumburayu,berciuman
dan bahkan terjebak dalam perzinahan.Oleh karena itu tampak tidak ada batasan-batasan antara wanita
dan laki-laki yang bukan muhrim maka dampak dan bahaya seperti itu. Secara mendasar ternyata hal
semacam ini karena kebebasan di artikan bebas secara mutlak tanpa ada butir-butir aturan yang menjaga
jarak antara mereka.
Disadari atau tidak kita harus menjaga jarak dalam pergaulan terutama pergaulan dengan lain
jenis.Anak-anak muda sekarang dengan enaknya tanpa ada malu sedikitpun ketika berkencan atau
berpacaran di muka umum.Seakan-akan itu semua adalah suatu kewajaran dan bukan larangan norma
Agama.
Sungguh sangat memprihatinkan, dahulu bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai moral, ramah,
dan jauh dari bersikap keasusilaan, setelah berkembang pesatnya teknologi saat ini, perubahan moral pun
sangat terlihat terutama dikalangan remaja.
A.faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja di era modernisasi
1.
Karena salahnya pergaulan yang mereka pilih dan kurangnya faktor pengawasan orang
tua mereka.

2.
3.

Kurangnya pemupukan rasa cinta tanah air semenjak kecil.


Remaja sekarang lebih mampu berekspresi pada emosi dan mengungkapkan perasaan
tanpa sembunyi-sembunyi dan malu.
4.
Ketidakseimbangan yang menyebabkan remaja sangat sensitif dan rawan terhadap stres.
5.
Lemahnya akses akan informasi tentang HIV/AIDS yang benar.
B.Penanggulangan masalah pergaulan bebas pada remaja di era modernisaai

Penanggulangan HIV/AIDS di kalangan remaja menjadi suatu hal yang penting dan
strategis untuk dilakukan.Kurangnya pengetahuan,ketiadaan akses dan masih adanya bias
gender serta mitos-mitos yang berkembang di kalangan remaja adalah beberapa faktor yang
mengakibatkan epidemi tersebut berjalan cepat.

Beberapa strategi-strategi advokatif sangat perlu segera direalisasikan.

Edukasi lewat jalur intrakurikulum,semikurikulum maupun ekstrakurikulum,terlebih lagi


dengan diterapkan kurikulum berbasis kompetensi.

Etika
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang
berarti watak kesusilaan atau adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia etika berarti ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Sedangkan etika menurut filsafat dapat disebut
sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan
amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Pada dasarnya,etika
membahasa tentang tingkah laku manusia.
Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh
manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh
yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu,
etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik
dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.
Secara metodologi, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika.
Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. Karena
itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif, yaitu melihat perbuatan manusia dari sudut
baik dan buruk .
Moral
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat
kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai susila. Moral adalah
hal-hal yang sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan mana yang wajar.
Dampak modernisasi dan globalisasi terhadap etika, dan moral pelajar
Modernisasi merupakan suatu proses transformasi dari suatu perubahan ke arah yang lebih
maju atau meningkat di berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan, globalisasi

yang berasal dari kata global atau globe artinya bola dunia atau mendunia. Jadi, globalisasi
berarti suatu proses masuk ke lingkungan dunia.
Modernisasi dan globalisasi dapat memperngaruhi sikap masyarakat dalam bentuk positif
maupun negatif. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Sikap Positif
1) Penerimaan secara terbuka (open minded); lebih dinamis, tidak terbelenggu hal-hal lama
yang bersikap kolot
2) Mengembangkan sikap antisipatif dan selektif kepekaan dalam menilai hal-hal yang akan
atau sedang terjadi.
Sikap Negatif
1) Menjadi tertutup
2) masyarakat yang telah merasa nyaman dengan kondisi kehidupan masyarakat yang ada
3) Acuh tah acuh
4) masyarakat awam yang kurang memahami arti strategis modernisasi dan globalisasi
5) Kurang selektif dalam menyikapi perubahan modernisasi
6) dengan menerima setiap bentuk hal-hal baru tanpa adanya seleksi
Modernisasi dan globalisasi dapat masuk ke kehidupan masyarakat melalui berbagai
media, terutama media elektronik seperti internet. Karena dengan fasilitas ini semua orang
dapat dengan bebas mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Pengetahuan dan
kesadaran seseorang sangat menentukan sikapnya untuk menyaring informasi yang didapat.
Apakah nantinya berdampak positif atau negatif terhadap dirinya, lingkungan, dan
masyarakat. Untuk itu, diperlukan pemahaman agama yang baik sebagai dasar untuk
menyaring informasi. Kurangnya filter dan selektivitas terhadap budaya asing yang masuk ke
Indonesia, budaya tersebut dapat saja masuk pada masyarakat yang labil terhadap perubahan
terutama remaja dan terjadilah penurunan etika dan moral pada masyarakat Indonesia.
Jika dilihat pada kenyataannya, efek dari modernisasi dan globalisasi lebih banyak
mengarah ke negatif. Kita dapat kehilangan budaya negara kita sendiri dan terbawa oleh
budaya barat, jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mempelajari pengetahuan tentang
kebudayaan Indonesia dan tidak menjaga kebudayaan tersebut. Ada baiknya budaya barat
yang kita serap disaring terlebih dahulu. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika
kita terus menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia, dapat terjadi penyimpangan etika dan moral bangsa Indonesia sendiri. Melalui
penyimpangan etika dan moral tersebut, dapat tercipta pola kehidupan dan pergaulan yang
menyimpang. Tidak hanya akibat negatif yang dihasilkan modernisasi dan globalisasi. Proses
ini juga menghasilkan akibat positif, yaitu terciptanya masyarakat yang lebih intelek
dan melek terhadap perubahan dan perkembangan dunia.

Kondisi Pelajar Saat Ini Dan Permasalahan Yang Ditimbulkan


Berikut ini adalah beberapa fakta mengenai penurunan etika dan moral pelajar yang
didapat dari berbagai masyarakat :
1. 15-20 persen dari remaja usia sekolah di Indonesia sudah melakukan hubungan seksual di
luar nikah
2. 15 juta remaja perempuan usia 15-19 tahun melahirkan setiap tahunnya

3. hingga Juni 2009 telah tercatat 6332 kasus AIDS dan 4527 kasus HIV positif di Indonesia,
dengan 78,8 persen dari kasus-kasus baru yang terlaporkan berasal dari usia 15-29 tahun
4. Diperkirakan terdapat sekitar 270.000 pekerja seks perempuan yang ada di Indonesia, di
mana lebih dari 60 persen adalah berusia 24 tahun atau kurang, dan 30 persen berusia 15
tahun atau kurang
5. setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia di mana 20 persen diantaranya
adalah aborsi yang dilakukan oleh remaja
6. Berdasarkan data kepolisian, setiap tahun penggunaan narkoba selalu naik. Korban paling
banyak berasal dari kelompok remaja, sekitar 14 ribu orang atau 19% dari keseluruhan
pengguna.
7. jumlah kasus kriminal yang dilakukan anak-anak dan remaja tercatat 1.150 sementara pada
2008 hanya 713 kasus. Ini berarti ada peningkatan 437 kasus. Jenis kasus kejahatan itu antara
lain pencurian, narkoba, pembunuhan dan pemerkosaan.
8. Sejak Januari hingga Oktober 2009, Kriminalitas yang dilakukan oleh remaja meningkat
35% dibandingkan tahun sebelumnya, Pelakunya rata-rata berusia 13 hingga 17 tahun.

Menurunnya etika dan moral di atas disebabkan oleh beberapa faktor :


1. Longgarnya pegangan terhadap agama . Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana
segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan
beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang pada
ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan
demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat
dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat
pengawasan dari dalam diri sendiri. Karen pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika
orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan
senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial
itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak ornag yang melakukuan pelanggaran moral,
dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan
pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada
Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya
pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau
melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin
jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat
itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak,
hukum dan nilai moral.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun
masyarakat. Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut
semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus
dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena
setiap anak lahir, belum mengertyi man auang benar dan mana yang salah, dan belum tahu
batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan
menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan
dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan
dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus

dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai
dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu
tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Seperti halnya rumah tangga,
sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik.
Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan
perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan,
pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan
sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek
kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu,
pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak
akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil
peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yanglebih rusak moralnya perelu segera
diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita.
Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anakanak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana
disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam
pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang,
tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
3. Budaya yang materialistis, hedonistis dan sekularistis. Sekarang ini sering kita dengar dari
radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh
gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti
kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal
yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup
yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak
mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari
derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisantulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan
sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang
modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan
para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya
yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan
moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah. Pemerintah yang diketahui
memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya
tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakukan pembinaan
moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit
penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan
cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum
adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan
sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya
bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa
yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan
daya efektifitasnya. Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah
moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya

yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral
bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
5. Ingin mengikuti trend, bisa saja awalmya para remaja merokok adalah ingin terlihat keren,
padahal hal itu sama sekali tidak benar. Lalu kalau sudah mencoba merokok dia juga akan
mencoba hal-hal yang lainnya seperti narkoba dan seks bebas.
6. Himpitan ekonomi yang membuat para remaja stress dan butuh tempat pelarian.
7. Kurangnya pendidikan Agama dan moral.
Faktor-faktor di atas sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan
berkembang pesatnya teknologi pada zaman sekarang ini, arus informasi menjadi lebih
transparan. Kemampuan masyarakat yang tidak dapat menyaring informasi ini dapat
mengganggu etika dan moral remaja. Pesatnya perkembangan teknologi dapat membuat
masyarakat melupakan tujuan utama manusia diciptakan, yaitu untuk beribadah.

Untuk mengatasi masalah ini, penulis memberikan beberapa solusi :


1. Untuk meghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat.
Karena pergaulan akan sangat berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam
mengenalkan pendidikan agama sejak dini. Perhatian dari orang tua juga sangat penting.
Karena pada banyak kasus, kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk
pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk menyaring pengaruh
buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok. Orang-orang menganggap bahwa
merokok meningkatkan kepercayaan diri dalam pergaulan. Padahal jika dilihat dari sisi
kesehatan, merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun
pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri, melainkan
juga orang-orang di sekelilingnya.
4. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.

Dalil-dalil yang berhubungan dengan akhlak, moral, dan etika


Firman Allah swt:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.(QS. Ali Imran:190)
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari
orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf, atau mengadakan
perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-nisa:
114)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
QS. Al Anfal:2)
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu, (QS. Yasin: 60)
Sabda Rasulullah:
Sesungguhnya aku Muhammad s.a.w. tidak diutus melainkan untuk menyempurnakan
kemuliaan akhlak.
Ketahuilah kamu di dalam badan manusia terdapat segumpal darah. Apabila baik maka
baiklah keseluruhan segala perbuatannya dan apabila buruk maka buruklah keseluruhan
tingkah lakunya. Ketahuilah kamu bahawa ia adalah hati
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa paras kamu dan tidak kepada tubuh badan
kamu, dan sesungguhnya Allah tetap melihat kepada hati kamu dan segala amalan kamu yang
berlandaskan keikhlasan hati.

Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Antara moral, dan etika adalah terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan
baik dan buruk. Pada etika, penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal pikiran, dan pada
moral berdasarkan kebiasaan yang berlaku umum di masyarakat, Seharusnya bagi seorang muslim
yang wajib digunakan untuk menentukan baik buruk itu adalah al-Qur'an dan al-hadis.
2. Berdasarkan fakta yang ada, dapat dilihat bahwa terjadi kemerosotan nilai etika dan moral, seperti
tingkat kriminalitas yang tinggi, tingkat aborsi yang tinggi, dan lain-lain. Jika hal-hal seperti ini
tidak diperbaiki, hal ini akan menyebabkan rusaknya generasi masyarakat di masa yang akan
datang. Sehingga tidak mungkin zaman akan berganti lagi seperti zaman jahiliyah dahulu.
3. Untuk mencegah dan atau memperbaiki kemorosotan etika dan moral ini, ada berbagai macam
solusi yang dapat dilakukan seperti yang telah disebutkan di atas. Namun pada dasarnya, semua
solusi tersebut mengarah pada pemahaman dan pengamalan yang sebenarnya pada ayat-ayat AlQuran dan Hadits.

Anda mungkin juga menyukai