Anda di halaman 1dari 202

BAB I

DINAMIKA NEGARA KEBANGSAAN


INDONESIA

Bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang dilatarbelakangi oleh adanya kesatuan


nasib, yaitu bersama dalam penderitaan di bawah penjajahan bangsa asing serta
berjuang merebut kemerdekaan. Selain itu yang khas bagi bangsa indonesia
adalah unsur-unsur etnis yang membentuk bangsa itu sangat beraneka ragam, baik
latar belakang budaya seperti bahasa, adat istiadat serta nilai-nilai yang
dimilikinya.1
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau yang begitu
banyak, dan secara geografis letak Indonesia berada dalam posisi yang strategis
karena berada dalam jalur perdagangan dunia. Dan ini disadari atau tidak bahwa
dengan masuknya para pedagang asing ke indonesia pastilah mampu membawa
suatu perubahan di Indonesia.
Dinamika Indonesia sebagai negara kebangsaan telah banyak membawa
perubahan dalam berbagai aspek yang bersifat positif dan negatif. Karena pada
hakikatnya bahwa dinamika suatu bangsa itu pastilah terjadi karena zaman pun
akan terus maju dan berkembang, sehingga setiap bangsa pastilah terpengaruh dan
terbawa dalam perubahan zaman yang terjadi.2

1.1 Definisi
1.1.1 Negara
Secara etimologi, kata negara berasal dari kata staat (belandan dan jerman)
state (Inggris); etat (Perancis); Status atau statuun (Latin). Kata-kata tersebut
berarti “melakukan dalam keadaan berdiri”; “menempatkan”; atau “membuat
berdiri”. Negara merupakan kelanjutan dari keinginan manusia untuk bergaul

1
Ani Sri Rahayu, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan, jakarta: Bumi Aksara, 2013, Hlm.
72
2
http://efiesunarya.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-dan-dinamika-indonesia-sebagai.html?m=1

Pendidikan Kewarganegaraan | 1
dengan orang lain dalam rangka menyempurnakan segala kebutuhan hidupnya.
Semakin luas pergaulan manusia, semakin banyak pula kebutuhannya, sehingga
bertambah besar kebutuhannya akan suatu organisasi negara yang melindungi dan
memelihara keselamatan hidupnya.
Menurut George Jellinek Negara adalah organisasi kekuasaan dari
sekolompok manusia yang telah berkediaman di wilayah tertentu. Sedangkan
menurut J.H.A Logemann negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang
mempunyai tujuan melalui kekuasaannya untuk mengatur serta
menyelenggarakan sesuatu (berkaitan dengan jabatan, fungsi lembaga kenegaraan,
atau lapangan kerja) dalam masyarakat.
Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa negara adalah suatu
organisasi dari sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang secara
bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya satu
pemerintahan yang mengurus tata tertib serta keselamatan sekelompok atau
beberapa kelompok manusia tersebut. Negara juga merupakan suatu perserikatan
dengan kekuasaan untuk memaksa demi ketertiban sosial. Masyarakat ini berada
dalam satu wilayah tertentu yang membedakannya dari kondisi masyarakat lain
luar sana.3

1.1.2 Bangsa
Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas
bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, agama, ideologi, budaya dan sejarah.
Mereka umumnya dianggap memilki asal usul keturunan yang sama. Secara
etimologi, bangsa berarti kesatuan asal, keturunan, bahasa, dan sejarahnya.
Menurut bahasa Sansekerta Vamsah (Wangsa) yaitu hubungan persaudaraan, ras
atau suku, hubungan darah dan keturunan. Menurut Inggris (Nation) berarti
kelahiran baru, bukan berarti melahirkan fisik melainkan roh yang menjiwai
kelompok masyarakat tersebut hingga masyarakat itu menyadari kesatuan dan
kebersamaannya.

3
Tim Nasional Dosen Kewarganegaraan, pendidikan Kewarganegaraan, Bandung: ALFABETA,
2013

Pendidikan Kewarganegaraan | 2
Secara umum, pengertian bangsa adalah kumpulan manusia yang biasa terikat
karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu dimuka bumi. Bangsa adalah
sekelompok besar manusia yang memiliki cita-cita moral dan hukum yang terikat
menjadi satu karena keinginan dan pengalaman sejarah dimasa lalu sertamendiami
wilayah suatu negara.4
Menurut Ernest Renan (1823-1892), dalam pidatonya di Universitas Sorbone
Paris 11 Maret 1882. Bangsa adalah satu jiwa yang melekat pada satu kelompok
manusia yang merasa dirinya bersatu karena mempunyai nasib dan penderitaan
yang sama pada masa lampau dan mempunyai cita-cita yang sama tentang masa
depan. Sedangkan menurut Otto Bauer (Jerman)
Menurut Otto Bauer (jerman) Bangsa merupakan kelompok manusia yang
memilki persamaan karakter karena persamaan nasib dan pengalaman sejarah
budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya bangsa.

1.2 Hakikat Negara Kebangsaan Indonesia


Negara kita adalah Negara republic proklamasi 17 agustus 1945 disingkat
Negara RI proklamasi. Maksud dari pernytaan ini adalah bahwa Negara Indonesia
yang didirikan ini tidak bisa lepas dari peristiwa proklamasi kemerdekaan tanggal
17 agustus 1945. Dengan momen proklamasi 17 agustus 1945 itulah bangsa
Indonesia berhasil mendirikan Negara sekaligus menyatakan kepada dunia luar
mengenai adanya Negara baru yaitu Indonesia.
Hakikat dari Negara Indonesia adalah Negara kebangsaan (Nationstate).
Negara bangsa (nationstate) adalah fenomena baru mengenai tipe Negara yang
mulai bermunculan pada akhir abab ke 20, terlebih pasca perang dunia II. Negara
bangsa dapat dilawankan dengan tipe Negara etnik, Negara kota, empirum,
kekaisaran, dan kekalifahan. Negara bangsa adalah format modern kebangsaan
dimana otoritas Negara secara otomatis meliputi dan mengatur secara keseluruhan
bangsa-bangsa (suku bangsa) tersebut yang ada dalam wilayah pemerintahan baru.
Mereka membentuk kesatuan politik baru dan juga kesatuan bangsa yang baru.

4
Abdul Bari Azed, Masalah Kewarganegaraan, Jakatra : IKAPI, 1996, Hlm. 2

Pendidikan Kewarganegaraan | 3
Negara bangsa (Nationstate) dibangun, dilandasi, dan diikat oleh semangat
kebangsaan atau disebut nasionalisme. Nasionalisme diartikan sebagai teat dan
orang-orang yang ada diwilayah itu (masyarakat bangsa) untuk membangun masa
depan bersama di bawah suatu Negara yang sama walaupun warga Negara
masyarakat itu berbeda dalam ras, etnik, agama, ataupun budaya bahkan dalam
sejarah sekalipun. Nasionalisme menjadi ideologi bagi Negara kebangsaan
sekaligus perekat anggota masyarakat dalam menciptakan loyalitas serta kesetiaan
pada identitas Negara. Negara bangsa berpandangan bahwa Negara adalah milik
rakyat atau bangsa yang berdiam di wilayah yang bersangkutan. Rakyat berjuang
dan mengabdi pada bangsa dan Negara sebagai miliknya.
Para pendiri Negara menyadari bahwa Negara Indonesia yang hendak
didirikan haruslah mampu berada diatas semua kelompok dan golongan yang
beragama. Hal ini dikarenakan Indonesia sebagai Negara bekas jajahan Belanda,
merupakan Negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dan ras dengan wilayah
yang tersebar di nusantara. Negara Indonesia merdeka yang akan didirikan
kehendaknya Negara yang dapat mengayomi seluruh rakyat tanpa memandang
suku, agama, ras, bahasa, daerah, dan gologan-golongan tertentu. Yang
diharapkan adalah keinginan hidup bersatu sebagai satu keluarga bangsa karena
adanya persamaan nasib dan cita-cita karena berada dalam ikatan wilayah atau
wilayah yang sama. Kesadaran demikian melahirkan paham nasionalisme atau
paham kebangsaan. Paham kebangasaan melahirkan semangat untuk melepaskan
diri dari belenggu penjajahan yang telah menciptakan nasib sebagai bangsa yang
terjajah, teraniaya, dan hidup dalam kemiskinan. Selanjutnya nasionalisme
memunculkan semanagat untuk mendirikan negara-negara dalam merealisasikan
cita-cita, yaitu merdeka dan tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Gagasan perlunya membuat suatu bangsa yaitu bangsa Indonesia berhasil
diwujudkan dalam ikrar Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Para pemuda
dari berbagai suku dan budaya di wilayah Nusantara berirkar menyatakan diri
dalam suatu tanah air, suatu bangsa, yaitu Indonesia. Jadi meskipun mereka
berbeda-beda suku, adat, budaya, ras, daerah tetapi bersedia menyatakan diri
sebagai suatu bangsa, yaitu bangsa Indonesia.

Pendidikan Kewarganegaraan | 4
Menurut Ir. Soekarno yang dilmaksud dengan bangsa Indonesia seluruh
manusia-manusia yang menurut wilayah telah ditentukan untuk tinggal secara
bersama di wilayah Nusantara dari ujung Barat (sabang) sampai Timur (merauke)
yang memiliki pendapat Ernest Renan dan Pendapat Otto Van Bauer yang telah
menjadi satu. Kemunculan bangsa Indonesia sangat dipengaruhi pengaruhi oleh
paham Nasionalisme. Tujuan dari paham kebangsaan sendiri adalah menciptakan
Negara bangsa yang wilayah dan batasan-batasannya menyerupai atau mendaki
makna bangsa.
Faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia adalah:
a. Adanya persamaan nasib
b. Dan adanya keinginan bersama untuk merdeka
c. Adanya keinginan bersama untuk merdeka
d. Adanya cita-cita
Berdasarkan hal itu maka faktor pembentukan identitas ke bangsa Indonesia
bukanlah faktor-faktor primordial, tetapi faktor historis. Frans Magnis Suseno
(1995) Menyatakan bahwa kesatuan bangsa indonesia tidak bersifat alamiah tetapi
historis, persatuan bangsa Indonesia tidak bersifat etnik melainkan etnis.
Bersifat historis karena banga Indonesia bersatu bukan karna kesatuan bahasa
ibu, kesauan suku, budaya, ataupun agama. Yang mempersatukan bangsa
Indonesia adalah sejarah yang dalami bersama, yaitu sejarah yang dialami
bersama, yaitu sejarah penderitaan, penindasan, perjuangan kemerdekaan, dan
tekad untuk kehidupan bersama.
Selanjutnya bangsa indonesia berhasil mewujudkan negara Indonesia
merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Tanggal 17 Agustus 1945 dapat
dikatakan sebagai “revolusi integratif” bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang
sebelumnya memiliki banyak bangsa negara dalam pengertian sosiologis
antropologi bersatu terbentuknya negara Indonesia sekaligus menciptakan bangsa
Indonesia dalam arti politis.
Jadi, hakikatnya negara kesatuan republik Indoensia adalah negara
kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang
pembentuknya didasarkan pada semangat kebangsaan nasionalisme, yaitu pada

Pendidikan Kewarganegaraan | 5
tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di arah negara
yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik,
dan golongan.
1.3 Proses Terbentuknya Negara Indonesia
Terbentuknya negara Indonesia merupakan proses atau rangkaian tahap
perkembangan tersebut digambarkan sesuai dengan keempat alenia dalam
pembukaan UUD 1945. Secara teoritis, perkembangan terbentuknya negara
Indonesia sebagai berikut.
a. Terbentuknya negara tidak sekedar dimulai dari proklamasi, tetapi adanya
pengakuan akan hak setiap bangsa untuk memerdekakan dirinya. Negara
Indonesia memiliki tekad kuat untuk menghapus segala penindasan dan
penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Ini menjadi sumber motivasi
perjuangan (Alinea I pembukaann UUD 1945).
b. Perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan. Perjuangan panjang
bangsa Indoensia mengasilkan proklamasi. Proklamasi mengantarkan pintu
gerbang kemerdekaan dan proklamasi tidaklah selesai kita bernegara. Negara
yang kita cita-cita kan adalah menuju pada keadaan merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur (Alinea II pembukaan UUD 1945).
c. Terbentuknya negara kesatuan Indonesia adalah kehendak bersamaam seluruh
bangsa Indonesia, sebagai suatu keinginan luhur bersama. Disamping itu,
adalah Kehendak dan atas rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Ini membuktikan
bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius dan mengakui adanya motivasi
spiritual (Alenia III Pembukaan UUD 1945).
d. Negara Indonesia perlu alat-alat kelengkapan Negara yang meliputi tujuan,
sistem pemerintahan, UUD, dan dasar Negara. Dengan demikian, semakin
sempurna proses terbentuknya Negara Indonesia ( Alenia IV Pembukaan
UUD 1945).
Berdasarkan pada kenyataan yang ada, terbentuknya Negara bangsa Indonesia
bukan melalui pendudukan, pemisahan, penggabungan, pemecahan, atau
penyerahan. Bukti menunjukan bahwa Negara Indonesia terbentuk melalui proses
perjuangan (revolusi). Yaitu perjuangan melawan penjajahan sehingga berhasil

Pendidikan Kewarganegaraan | 6
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Hal ini berbeda bila bangsa
Indonesia mendapatkan kemerdekaan karena diberi oleh bangsa lain.
1.4 Dinamika Negara RI Sejak Proklamasi Hingga Dewasa Ini
Dinamika kehidupan bangsa Indonesia didalamnya juga menyangkut
penjelasan tentang bentuk Negara, bentuk pemerintahan dan sistem pemerintahan
Negara.
1. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949
1. Kedatangan tentara sekutu dan NICA
Setelah Proklamasi, RI masih sibuk menata kehidupan bernegara.
Keputusan rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 tentang pengesahan
Pembukaan UUD serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
2. Belanda membonceng pada tentara sekutu untuk berusaha menjajah
Indonesia kembali
 Tentara sekutu menduduki kota besar di Indonesia
 Tentara belanda meneror penduduk dan memaksa penduduk untuk
mengakui NICA
 Kekacauan dan gangguan keamanan, sehingga ibu kota RI hijrah ke
Yogyakarta.
3. Taktik RI menghadapi NICA
a) Dikeluarkannya Maklumat wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober
1945
b) Maklumat wakil Presiden tanggal 3 November 1945
c) Maklumat pemerintah 14 November 1945
4. Instabilitas keamanan
 Ditandai dengan dibentuknya beberapa kabinet
 Agresi Belanda I 21 juli 1947. Belanda mengkhianati Linggarjati
 Persetujuan Renville
 Pemberontakan PKI di Madiun tanggal 18 september 1948
 Agresi belanda II tanggal 18 desember 1948. Belanda mengkhianati
Renville
 KMB (konfrensi meja bundar)

Pendidikan Kewarganegaraan | 7
2. Dinamika Negara RI periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950
1. Negara bagian tidak setuju dengan bentuk Negara federal karena tidak
sesuai dengan cita-cita perjuangan kemerdekaan. Kemudian Negara-
Negara bagian tersebut menggabungkan diri dengan Yogyakarta jadi RIS
hanya berumur 8 bulan.
2. Persetujuan RI Proklamasi dengan RIS (19/05/1950)
3. Perubahan konstitusi RIS dengan menambah esensialia UUD 1945,
antara lain Pasal 27, 29, dan 33 menjadi UUDS 1950 berdasarkan atas
UU No.7/1950 yang mulai berlaku 17/08/1950 (Yamin, 1958: 41).
Bentuk Negara federal berubah menjadi kesatua akan tetapi sistem
pemerintahannya tetap parlementer (demokrasi liberal). Dengan
demikian UUD 1945 untuk sementara waktu menjadi kehilangan
fungsinya (Joeniarto, 1982: 80).
3. Dinamika Negara RI periode 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959
1. Diadakannya pemilihan umum tahun 1955 yang diikuti oleh 172 partai.
Pemilu berjalan dengan tertib, aman langsung, umum, bebas, dan rahasia
tanpa kekerasan, dan politik uang.
2. Setelah pemilu diadakan, dibentuk badan konstituante yang dilantik pada
tanggal 10 Nopember 1956 dengan tugas menetapkan UUD pengganti
UUDS 1950.
3. Adanya pertentangan antara golongan Nasionalis, Islam, dan golongan
komunis mengenai dasar Negara di konstituante.
4. Akibat pertentangan-pertentangan tersebut terjadi Instabilitas politik,
keamanan dan pemerintahan. Instabilitas politik dan pemerintahan terjadi
akibat umur kabinet yang terlampau singkat sehingga tidak dapat
melaksanakan programnya dan bersumber dari banyaknya partai politik,
yang tidak bersedia bekerja sama dengan kokoh dan konsisten.
5. Presiden pun memberi anjuran kepada konstituante pada 29 April 1959
untuk kembali pada UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan | 8
4. Dinamika Negara RI periode 5 Juli 1959 sampai 11 Maret 1966 (Orde
lama)
1. Ir. Soekarno selaku Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi
Angkatan Perang mengeluarkan dekrit, isi dari Dekrit Presiden 5 juli
1959, adalah sebagai berikut:
1) Membubarkan Konstituante
2) Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945
3) Menetapkan tidak berlakunya UUDS 1950
4) Segera membentuk MPRS dan DPAS
Dekrit ini juga mendapat dukungan dari DPRGR secara aklamasi dalam
sidangnya tanggal 22 April 1959. Dengan adanya dekrit ini, maka UUD
1945 sudah bersifat tetap, karena isi Dekrit sebagaimana disebutkan di
atas tidak memuat aturan peralihan bahwa nantinya akan dibentuk UUD
yang baru. Dengan Penetapan Presiden No. 1/1959, maka DPR yang ada
supaya menjalankan tugasnya menurut UUD 1945. Dan setelah MPRS
terbentuk, maka dengan Tap MPRS No. 1/MPRS/1960 ditetapkanlah
Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai GBHN. Periode 1959-1960
ini disebut dengan Orde Lama dengan Demokrasi Terpimpin.
2. Adapun gimnastik revolusioner PKI untuk menggalang kekuatan.
3. TRIKORA pada tanggal 19 Desember 1961. Berawal dari keinginan
Belanda untuk mencengkram Irian Barat dilakukan dengan usaha
membentuk Negara Papua. Oleh karena itu lewat pidatonya di
Yogyakarta Presiden mengucapkan TRIKORA, yaitu:
1) Gagalkan Negara Papua.
2) Kibarkan bendera merah putih di daerah Irian Barat, dan
3) Bersiap-siaplah untuk mobilisasi umum.
Dengan adanya TRIKORA ini dan didesak oleh PBB, barulah Belanda
mau mengadakan perjanjian, yang disebut sebagai perjanjian New York
tanggal 15 Agustus 1962. Belanda bersedia mengakhiri pemerintahannya
di Irian Barat, sementara pemerintahan dipegang oleh PBB dan akan
diserahkan kepada Indonesia tanggal 1 Mei 1963, dan memberikan

Pendidikan Kewarganegaraan | 9
kesempatan kepada penduduk Irian barat untuk menentukan nasibnya
sendiri (plebisit). Rakyat Irian Barat tetap memilih bergabung dalam
NKRI dengan demikian, baik secara de jure maupun de facto seluruh
wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sudah menjadi satu
dalam NKRI.
4. Dwikora tanggal 3 mei 1964. Isi Dwikora adalah perhebat pertahanan
revolusi dan bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya.
5. Masih terjadi penyelewengan terhadap UUD 1945, yaitu:
1) Lembaga tinggi dan lembaga tertinggi Negara bersifat sementara
2) Kekacauan pembagian kekuasaan diantara lembaga tinggi Negara
(yudikatif, eksekutif, dan legislatif), seperti ketua DPRGR menjadi
menteri, ketua mahkamah agung menjadi menteri, dsb.
3) Tap MPRS tentang pemimpin besar revolusi
4) Tap MPRS tentang Presiden seumur hidup
5) Adanya Penetapan Presiden (Penpres) dan peraturan Presiden
(Perpres) yang bertentangan dengan hierarki peraturan perundang-
undangan, bahkan dikatakan bersumber dari hukum revolusi.
6) Terjadinya G.30.S.PKI (30/09/1965)
7) Gagasan demokrasi terpimpin sebagai reaksi terhadap Demokrasi
Liberal yang menyebabkan instabilitas politik dan pemerintahan,
dalam praktiknya menjurus ke arah kekuasaan yang otoriter sehingga
menyumbat saluran aspirasi dan ABS.
6. Lahirnya Supersemar (10/03/1966) dan lahirnya orde baru,
demokrasinya disebut demokrasi Pancasila. Kekacauan politik,
keamanan dan ekonomi terjadi setelah G.30.S/PKI, dan kondisi Presiden
yang terganggu, maka terbitlah Surat Perintah Sebelas Maret 1966 dari
Presiden kepada Letjen Soeharto, Menteri Angkatan Darat. Adapun isi
perintah itu adalah untuk atas nama Presiden/Panglima
Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi:
(1) Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya
keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya pemerintahan

Pendidikan Kewarganegaraan | 10
dan jalannya revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan
kewibawaan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar
Revolusi/Mandataris MPRS demi untuk keutuhan Bangsa dan
Negara Republik Indonesia, dan melaksanakan dengan pasti segala
ajaran Pemimpin Besar Revolusi;
(2) Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan Panglima
Angkatan lain dengan sebaik–baiknya;
(3) Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut–paut dalam
tugas dan tanggungjawabnya seperti tersebut di atas. Supersemar ini
kemudian dikukuhkan dan ditingkatkan status hukumnya menjadi
Tap MPRS RI No. IX/MPRS/1966, tanggal 21 Juni 1966.
7. Kemudian dikeluarkan lagi Tap MPRS-RI No. XXXIII/MPRS/1967
tanggal 12 Maret 1967 tentang pencabutan kekuasaan Pemerintah Negara
dari Presiden Soekarno.
8. Setelah keluarnya Tap tadi kemudian dikeluarkan Tap MPRS-RI No.
XLIV/1968 tentang pengangkatan pengemban Tap MPRS No.
IX/MPRS/1966 sebagai Presiden Republik Indonesia.
9. Dalam keadaan sakit Bung Karno mengucapkan selamat kepada Presiden
Soeharto.
5. Dinamika Negara RI periode 11 Maret 1966 sampai 21 Mei 1998 (Orde
baru)
1. Tap MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang memorandum DPRGR
mengenai sumber tertib hukum RI dan Tata Urutan Peraturan Perudangan
RI
2. Tap MPRS-RI No. XXV/MPRS/1966 tanggal 5 juli 1966 tentang
pembubaran partai komunis Indonesia, pernyataan sebagai organisasi
terlarang diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia bagi Partai
komunis Indonesia dan larangan setiap kegiatan untuk menyebar atau
mengembangkan paham atau ajaran Komunisme/Marxisme/Lenisme.
3. Instruksi Presiden No. 12/1968 tentang Tata Urutan dan Perumusan
Pancasila sesuai dengan Pembukaan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan | 11
4. Pembentukan MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA sesuai dengan UUD
1945.
5. Kedudukan dan Hubungan Tata Kerja Lembaga tinggi Negara (Tap MPR
No. III/MPR/1978).
6. Pemilu 1971 diikuti oleh 10 partai politik, sedangkan pemilu 1977, 1982,
1992, 1997 diikuti oleh 3 partai politik.
7. Sidang dan Tap MPR 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, 1998.
8. Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang P4.
9. Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi organisasi sosial politik (Tap
MPR No. II/MPR/1983) beserta UU No. 3/1985 dan UU No. 08/1985.
10. Pembatasan penggunaan Pasal 3 dan 37 UUD 1945 melalui referendum
(Tap MPR No. IV/MPR/1983) dan UU No. 05/1985 sebagai upaya
pelestarian Pancasila dan UUD 1945.
11. Stabilitas Politik dan Pemerintahan.
12. Krisis moneter, ekonomi dan politik serta tuntutan reformasi:
a) Krisis moneter menjelang akhir tahun 1997 telah menyulut krisis
ekonomi dan lebih jauh menimbulkan krisis legitimasi
pemerintahan.
b) Terjadi demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa tanpa dukungan
dari TNI atau POLRI dan menuntut Presiden lengser keprabon.
c) Akibat penembakan mahasiswa Trisakti, 12 Mei 1998 oleh aparat
keamanan, kerusuhan makin meluas, bukan hanya di Jakarta, tetapi
didaerah lain. Sampai dengan 17 Mei 1998 telah jatuh banyak
korban tewas sebanyak 499 orang, di samping ribuan yang terluka
dan lebih dari 4.000 gedung hancur atau terbakar akibat kerusuhan.
Peristiwa ini kemudian disebut sebagai Mei kelabu.
d) Ribuan mahasiswa menduduki kompleks gedung MPR/DPR (18 Mei
1998) dan ketua MPR/DPR Harmoko meminta Presiden Soeharto
mundur.
e) Presiden Soeharto mengundurkan diri (21Mei 1998) dan
menyerahkan kekuasaannya pada B.J. Habibie.

Pendidikan Kewarganegaraan | 12
f) Orde Baru yang semula bertekad hendak melaksanakan Pancasila
secara murni dan konsekuen, dalam kenyataannya tergelincir pada
sentralisme, otoriterisme dan KKN, sehingga akhirnya jatuh secara
tidak terhormat.
6. Dinamika Negara RI periode 21 Mei 1998 sampai sekarang ini
1. B.J. Habibie membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan (21/05/1998–
20/10/1999).
2. Penolakan MPR terhadap pertanggungjawaban Presiden B.J. Habibie
(Tap MPR No. III/MPR/1999 tanggal 19 Oktober 1999).
3. Diadakannya Pemilu tanggal 7 Juni 1999 yang diikuti oleh 48 partai
politik dan berjalan dengan baik.
4. Presiden Abdurachman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarno
Putri (20 Oktober 1999 sampai 23 Juli 2001). Kemudian Presiden
Abdurachman Wahid diberhentikan karena konflik antara DPR dengan
Presiden.
5. Presiden Megawati Soekarno Putri dengan Wakil Presiden Hamka
Hamzah (23 Juli 2001 Sampai 20 Oktober 2004).
6. Amandemen pertama UUD 1945 pada 19 Oktober 1999, amandemen
kedua UUD 1945 pada 18 Agustus 2000, amandemen ketiga UUD 1945
pada 9 November 2001 dan amandemen keempat UUD 1945 pada 10
Agustus 2002.
7. Pemilu 5 April 2004 diikuti oleh 24 partai politik.
8. Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 20 Oktober 2004
dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden dan
Yusuf Kalla sebagai Wakil Presiden.
9. Terjadi berbagai konflik baik di daerah maupun di lembaga tinggi.
10. Terjadi krisis moral dan krisis hukum.
11. Pemilu 2009 yang diikuti oleh 44 partai politik nasional dan 6 partai
politik daerah Nangroe Aceh Darussalam.

Pendidikan Kewarganegaraan | 13
1.5 Cita-Cita, Tujuan, dan Visi Negara Indonesia
Bangsa indonesia bercita-cita mewujudkan negara yang bersatu, berdaulat,
adil, dan makmur. Dengan rumusan yang singkat, negara indonesia bercita-cita
mewujudkan masyarakat indonesia yang adil dan mamur berddasarkan pancasila
dan UUD 1945. Hal ini sesuai dengan amanat dalam alania II pembukaan UUD
1945, yaitu negara indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan mamur.
Tujuan negara indonesia selanjutnya terjabar dalam alenia IV pembukaan
Uud 1945. Secara rinci sebagai berikut:
a. Melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial
Adapun visi bangsa indnesia adalah terwujudnya masyarakat indonesia yang
damai, demokrasi, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera. Dalam wadah
negara kesatuan republik indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang
sehat, mandiri, beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, dan cinta tanah air,
berkebangsaan hukum dan lingkungan, menguasai ilmyu pengetahuan dan
teknologi, memilki etos kerjayang tinggi, serta berdisiplin (Tap MPR RI No.
VII/2001 tentang visi indonesia masa depan).
Selanjutnya berdasarkan rencana pembangunan jangka menengah (RPJM)
nasioanl 2010-2014 (perpres No. 5 tahun 20100 disebutkan bahwa visi
pembangunan nasioanal tahun 2010-2014 adalah “terwujudnya indonesia yang
sejahtera, demokratis dan berkeadilan”. Adapun penjelasan sebagai berikut.
a. Kesejahteraan rakyat, yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat,
melalui pembangunan ekonomi yang berlandasan pada keunggulan daya
saing, kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan budaya
bangsa.
b. Demokrasi, yaitu terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang
demokratis, berbudaya, bermartabat, dan menjunjung tinggi kebebasan yang
bertangggung jawab, serta hak asasi manusia.

Pendidikan Kewarganegaraan | 14
c. Keadilan, yaitu terwujudnya pembangunan yang adil dan merata, yang
dilakukan oleh seluruh masyarakat secra katif, yang hasilnya dapat dinikmati
oleh seluruh bangsa Indonesia.

Pendidikan Kewarganegaraan | 15
BAB 2
PANCASILA SEBAGAI DASAR FILSAFAT
NEGARA

2.1 Pengertian Pancasila


Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab)
dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia. Kata
philosophia merupakan kata majemuk yang tersusun dari kata philos atau philien
yang berarti “kekasih”, “sahabat”, “mencintai”, dan kata sophia yang berarti
“kebijaksanaan”, “hikmat”, “kearifan”, “pengetahuan”, Juliardi (Harun Nasution,
1973).5
Sebagai dasar negara, Pancasila kembali diuji ketahanannya dalam era reformasi
sekarang. Merekahnya matahari bulan Juni 1945, 67 tahun yang lalu disambut
dengan lahirnya sebuah konsepsi kenengaraan yang sangat bersejarah bagi bangsa
Indonesia, yaitu lahirnya Pancasila. Sebagai dasar negara, tentu Pancasila ada
yang merumuskannya. Pancasila memang merupakan karunia terbesar dari Tuhan
YME dan ternyata merupakan light-star bagi segenap bangsa Indonesia di masa-
masa selanjutnya, baik sebagai pedoman dalam memperjuangkan kemerdekaan,
juga sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa, serta sebagai
pandangan hidup untuk kehidupan manusia Indonesia sehari-hari, dan yang jelas
tadi telah diungkapkan sebagai dasar serta falsafah negara Republik Indonesia.
Sejarah Indonesia telah mencatat bahwa di antara tokoh perumus Pancasila itu
ialah, Mr Mohammad Yamin, Prof Mr Soepomo, dan Ir Soekarno. Dapat
dikemukakan mengapa Pancasila itu sakti dan selalu dapat bertahan dari
guncangan kisruh politik di negara ini, yaitu pertama ialah karena secara intrinsik
dalam Pancasila itu mengandung toleransi, dan siapa yang menantang Pancasila
berarti dia menentang toleransi.

5
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, Hlm. 14

Pendidikan Kewarganegaraan | 16
Kedua, Pancasila merupakan wadah yang cukup fleksibel, yang dapat
mencakup faham-faham positif yang dianut oleh bangsa Indonesia, dan faham lain
yang positif tersebut mempunyai keleluasaan yang cukup untuk
memperkembangkan diri. Yang ketiga, karena sila-sila dari Pancasila itu terdiri
dari nilai-nilai dan norma-norma yang positif sesuai dengan pandangan hidup
bangsa Indonesia, dan nilai serta norma yang bertentangan, pasti akan ditolak oleh
Pancasila, misalnya Atheisme dan segala bentuk kekafiran tak beragama akan
ditolak oleh bangsa Indonesia yang bertuhan dan ber-agama.
Diktatorisme juga ditolak, karena bangsa Indonesia berprikemanusiaan dan
berusaha untuk berbudi luhur. Kelonialisme juga ditolak oleh bangsa Indonesia
yang cinta akan kemerdekaan. Sebab yang keempat adalah, karena bangsa
Indonesia yang sejati sangat cinta kepada Pancasila, yakin bahwa Pancasila itu
benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan serta agamanya. Dengan demikian
bahwa falsafah Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus
diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai,
menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan
khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara
Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini Pancasila
sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

2.2 Cabang dan Aliran Filsafat


a. Metafisika
Metafisika yaitu studi tentang sifat yang terdalam dari kenyataan atau
keberadaan.
b. Epistemologi
Epistemologi berarti ilmu tentang pengetahuan, mempelajari asal muasal
atau sumber, struktur, metode, dan validitas pengetahuan, yang
kesemuanya bisa dikembalikan untuk menjawab pertanyaan: “Apa yang
dapat saya ketahui?”
c. Logika
Yang berarti ilmu, kecakapan, atau alat untuk berpikir secara lurus.

Pendidikan Kewarganegaraan | 17
d. Etika (filsafat moral)
Di mana objek material etika adalah perbuatan atau perilaku manusia
secara sadar dan bebas.
e. Estetika (filsafat keindahan)
Yang merupakan kajian filsafat tentang keindahan.6
2.3 Hakikat Pancasila
Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila yang telah dirumuskan oleh para
founding fathers (para pendiri bangsa Indonesia, antara lain Soekarno, Hatta, M.
Yamin). Secara Etimologi, Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu Panca
berarti lima” dan “Syila berarti dasar, batu, sendi, alas” serta “Syila berarti aturan,
tingkah laku yang baik”. Jadi, Pancasila adalah 5 (lima) dasar tentang kesusilaan/
5 (lima) ajaran tentang tingkah laku. Pancasila merupakan salah satu istilah yang
terdapat dalam buku Sutasoma karangan Empu Tantular dari Kerajaan Majapahit,
Juliardi (Heri Herdiawanto dan Jumanta, 2010: 18).7
2.4 Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
2.4.1 Proses atau Sejarah Perumusan Pancasila
Menjelang tahun 1945 Jepang mengalami kekalahan di Asia Timur Raya,
banyak cara yang digunakan jepang untuk menarik simpati khususnya kepada
bangsa Indonesia, salah satunya adalah janji Jepang untuk memberi kemerdekaan
bagi bangsa Indonesia yang diucapkan oleh Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7
September 1944.
2.4.2 Pembentukan BPUPKI
Jepang meyakinkan bangsa Indonesia tentang kemerdekaan yang dijanjikan
dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Badan itu dalam bahasa Jepang disebut Dokuritsu Junbi
Cosakai. Jenderal Kumakichi Harada, Komandan Pasukan Jepang untuk Jawa
pada tanggal 1 Maret 1945 mengumumkan pembentukan BPUPKI. Pada tanggal
28 April 1945 diumumkan pengangkatan anggota BPUPKI. Upacara
peresmiannya dilaksanakan di Gedung Cuo Sangi In di Pejambon Jakarta

6
Ibid, Hlm. 18-19
7
Budi Juliardi, loc. cit

Pendidikan Kewarganegaraan | 18
(sekarang Gedung Departemen Luar Negeri). Ketua BPUPKI ditunjuk Jepang
adalah dr. Rajiman Wedyodiningrat, wakilnya adalah Icibangase (Jepang), dan
sebagai sekretarisnya adalah R.P. Soeroso. Jumlah anggota BPUPKI adalah 63
orang yang mewakili hampir seluruh wilayah Indonesia ditambah 7 orang tanpa
hak suara.

1. Masa Persidangan Pertama BPUPKI (29 Mei–1 Juni 1945)


Setelah terbentuk BPUPKI segera mengadakan persidangan. Masa
persidangan pertama BPUPKI dimulai pada tanggal 29 Mei 1945 sampai
dengan 1 Juni 1945. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rumusan
dasar negara untuk Indonesia merdeka. Pada persidangan dikemukakan
berbagai pendapat tentang dasar negara yang akan dipakai Indonesia
merdeka. Pendapat tersebut disampaikan oleh Mr. Mohammad Yamin, Mr.
Supomo, dan Ir. Sukarno.
2. Mr. Mohammad Yamin
Mr. Mohammad Yamin menyatakan pemikirannya tentang dasar negara
Indonesia merdeka dihadapan sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945.
Pemikirannya diberi judul ”Asas dan Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”. Mr. Mohammad Yamin mengusulkan dasar negara Indonesia
merdeka yang intinya sebagai berikut:
1. peri kebangsaan;
2. peri kemanusiaan;
3. peri ketuhanan;
4. peri kerakyatan;
5. kesejahteraan rakyat.
3. Mr. Supomo
Mr. Supomo mendapat giliran mengemukakan pemikirannya di hadapan
sidang BPUPKI pada tanggal 31 Mei 1945. Pemikirannya berupa penjelasan
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan dasar negara Indonesia
merdeka. Negara yang akan dibentuk hendaklah negara integralistik yang
berdasarkan pada hal-hal berikut ini:
1. persatuan;

Pendidikan Kewarganegaraan | 19
2. kekeluargaan;
3. keseimbangan lahir dan batin;
4. musyawarah;
5. keadilan sosial.
4. Ir. Sukarno
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Sukarno mendapat kesempatan untuk
mengemukakan dasar negara Indonesia merdeka. Pemikirannya terdiri atas
lima asas berikut ini:
1. kebangsaan Indonesia;
2. internasionalisme atau perikemanusiaan;
3. mufakat atau demokrasi;
4. kesejahteraan sosial;
5. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Kelima asas tersebut diberinya nama Pancasila sesuai saran teman yang
ahli bahasa. Untuk selanjutnya, tanggal 1 Juni kita peringati sebagai hari
Lahir Istilah Pancasila.

2.5 Masa Persidangan Kedua (10–16 Juli 1945)


Masa persidangan pertama BPUPKI berakhir, tetapi rumusan dasar negara
untuk Indonesia merdeka belum terbentuk. Padahal, BPUPKI akan reses
(istirahat) satu bulan penuh. Untuk itu, BPUPKI membentuk panitia perumus
dasar negara yang beranggotakan sembilan orang sehingga disebut Panitia
Sembilan. Tugas Panitia Sembilan adalah menampung berbagai aspirasi tentang
pembentukan dasar negara Indonesia merdeka. Anggota Panitia Sembilan terdiri
atas Ir. Sukarno (ketua), Abdulkahar Muzakir, Drs. Moh. Hatta, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, Mr. Moh. Yamin, H. Agus Salim, Ahmad Subarjo, Abikusno
Cokrosuryo, dan A. A. Maramis.
Panitia Sembilan bekerja cerdas sehingga pada tanggal 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka. Rumusan itu oleh Mr. Moh.
Yamin diberi nama Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Naskah Piagam Jakarta
berbunyi, seperti berikut.

Pendidikan Kewarganegaraan | 20
Piagam Jakarta
Dan perdjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai (lah)
kepada saat jang berbahagia dengan selamat-sentausa mengantarkan rakjat
Indonesia kedepan pintu gerbang Negara Indonesia jang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat Rahmat Allah Jang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaja berkehidupan kebangsaan jang bebas, maka rakjat
Indonesia menjatakan dengan ini kemerdekaannja.
Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara
Indonesia Merdeka jang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah-darah Indonesia, dan untuk memadjukan kesedjahteraan umum,
mentjerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia jang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Hukum Dasar
Negara Indonesia, jang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indnesia, jang berkedaulatan rakjat, dengan berdasar kepada: keTuhanan,
dengan kewadjiban mendjalankan sjari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknja,
menurut dasar kemanusiaan jang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakjatan jang dipimpin oleh hikmat kebidjaksanaan dalam permusjawaratan
perwakilan, serta dengan mewudjudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakjat
Indonesia.

Djakarta, 22 Juni 1945

Ir. Soekarno
Mohammad Hatta
A.A. Maramis
Abikusno Tjokrosujoso
Abdulkahar Muzakir
H.A. Salim
Achmad Subardjo

Pendidikan Kewarganegaraan | 21
Wachid Hasjim
Muhammad Yamin

Pada tanggal 10 sampai dengan 16 Juli 1945, BPUPKI mengadakan sidang


kedua. Pada masa persidangan ini, BPUPKI membahas rancangan undang-undang
dasar. Untuk itu, dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai
Ir. Sukarno. Panitia tersebut juga membentuk kelompok kecil yang beranggotakan
tujuh orang yang khusus merumuskan rancangan UUD. Kelompok kecil ini
diketuai Mr. Supomo dengan anggota Wongsonegoro, Ahmad Subarjo, Singgih,
H. Agus Salim, dan Sukiman. Hasil kerjanya kemudian disempurnakan
kebahasaannya oleh Panitia Penghalus Bahasa yang terdiri atas
HuseinJayadiningrat, H. Agus Salim, dan Mr. Supomo. Ir. Sukarno melaporkan
hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang pada sidang BPUPKI tanggal 14
Juli 1945. Pada laporannya disebutkan tiga hal pokok, yaitu pernyataan Indonesia
merdeka, pembukaan undang-undang dasar, dan undang-undang dasar (batang
tubuh). Pada tanggal 15 dan 16 Juli 1945 diadakan sidang untuk menyusun UUD
berdasarkan hasil kerja Panitia Perancang Undang-Undang Dasar. Pada tanggal 17
Juli 1945 dilaporkan hasil kerja penyusunan UUD. Laporan diterima sidang pleno
BPUPKI.

2.6 Pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan Jepang. Untuk
menindaklanjuti hasil kerja BPUPKI, Jepang membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Lembaga tersebut dalam bahasa Jepang disebut
Dokuritsu Junbi Iinkai. PPKI beranggotakan 21 orang yang mewakili seluruh
lapisan masyarakat Indonesia. Mereka terdiri atas 12 orang wakil dari Jawa, 3
orang wakil dari Sumatera, 2 orang wakil dari Sulawesi, dan seorang wakil dari
Sunda Kecil, Maluku serta penduduk Cina. Ketua PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, menambah anggota PPKI enam orang lagi sehingga semua anggota PPKI
berjumlah 27 orang.
PPKI dipimpin oleh Ir. Sukarno, wakilnya Drs. Moh. Hatta, dan penasihatnya
Ahmad Subarjo. Adapun anggotanya adalah Mr. Supomo, dr. Rajiman

Pendidikan Kewarganegaraan | 22
Wedyodiningrat, R.P. Suroso, Sutardjo, K.H. Abdul Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Oto Iskandardinata, Suryohamijoyo, Abdul Kadir, Puruboyo, Yap
Tjwan Bing, Latuharhary, Dr. Amir, Abdul Abbas, Teuku Moh. Hasan, Hamdani,
Sam Ratulangi, Andi Pangeran, I Gusti Ktut Pudja, Wiranatakusumah, Ki Hajar
Dewantara, Kasman Singodimejo, Sayuti Melik, dan Iwa Kusumasumantri.

2.7 Pengesaha Pancasila sebagai Dasar Negara


Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidangnya yang pertama.
Pada sidang ini PPKI membahas konstitusi negara Indonesia, Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia, serta lembaga yang membantu tugas Presiden Indonesia.
PPKI membahas konstitusi negara Indonesia dengan menggunakan naskah
Piagam Jakarta yang telah disahkan BPUPKI. Namun, sebelum sidang dimulai,
Bung Hatta dan beberapa tokoh Islam mengadakan pembahasan sendiri untuk
mencari penyelesaian masalah kalimat ”... dengan kewajiban menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada kalimat ”Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tokoh-tokoh Islam yang
membahas adalah Ki Bagus Hadikusumo, Kasman Singodimejo, K.H. Abdul
Wachid Hasyim, dan Teuku Moh. Hassan. Mereka perlu membahas hal tersebut
karena pesan dari pemeluk agama lain dan terutama tokoh-tokoh dari Indonesia
bagian timur yang merasa keberatan dengan kalimat tersebut. Mereka mengancam
akan mendirikan negara sendiri apabila kalimat tersebut tidak diubah. Dalam
waktu yang tidak terlalu lama, dicapai kesepakatan untuk menghilangkan kalimat
”... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal
ini dilakukan untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kita harus
menghargai nilai juang para tokoh-tokoh yang sepakat menghilangkan kalimat
”.... dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”
Para tokoh PPKI berjiwa besar dan memiliki rasa nasionalisme yang tinggi.
Mereka juga mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan. Adapun tujuan diadakan pembahasan sendiri tidak pada
forum sidang agar permasalahan cepat selesai. Dengan disetujuinya perubahan itu
maka segera saja sidang pertama PPKI dibuka. keputusan:
1) Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 dan UUD 1945

Pendidikan Kewarganegaraan | 23
2) Memilih presiden dan wakil presiden (Sukarno dan Moh. Hatta)
3) Membentuk Komite Nasional Indonesia sebagai badan musyawarah
darurat.
2.8 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara
Dalam kehidupan sehari-hari istilah ideologi umumnya digunakan sebagai
pengertian pedoman hidup baik dalam berpikir maupun bertindak. Dalam hal ini
ideologi dapat dibedakan mejadi dua pengertian yaitu ideologi dalam arti luas dan
ideologi dalam arti sempit. Dalam arti luas ideologi menunjuk pada pedoman
dalam berpikir dan bertindak atau sebagai pedoman hidup di semua segi
kehidupan baik pribadi maupun umum. Sedangkan dalam arti sempit, ideologi
menunjuk pada pedoman baik dalam berpikir maupun bertindak atau pedoman
hidup dalam bidang tertentu misalnya sebagai ideology Negara. Ideologi Negara
adalah ideologi dalam pengertian sempit atau terbatas. Ideologi Negara
merupakan ideologi mayoritas waga Negara tentang nilai -nilai dasar Negara yang
ingin diwujudkan melalui kehidupan Negara itu. Ideologi Negara sering disebut
sebagai ideologi politik karena terkait dengan penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang tidak lain adalah kehidupan politik. Pancasila
adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup
bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik Negara atau rezim
tertentu. Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara
kesatuan republic Indonesia Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi
nasional Indonesia yang dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan
bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan
budaya (cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan
masyarakat Indo nesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang
sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah
ideologi dapat bertahan atau pudar dalam menghadapi perubahan masyarakat
tergantung daya tahan dari ideologi itu. Alfian mengatakan bahwa kekuatan
ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki oleh ideologi itu,
yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas. Pancasila sebagai sebuah
ideologi memiliki tiga dimensi tersebut:

Pendidikan Kewarganegaraan | 24
1) Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang
mencerminkan realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana
ideologi itu lahir atau muncul untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar
ideologi itu mencerminkan realita masyarakat pada awal kelahirannya.
2) Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung
dalam nilai dasar itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok
atau golongan masyarakat tentang masa depan yang lebih baik melalui
pengalaman dalam praktik kehidupan bersama sehari-hari.
3) Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan
ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan
perkembangan masyarakatnya Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses
perkembangan zaman tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang
tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi
itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai dasar dari ideologi
itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di hadapan mereka
sesuai perkembangan zaman.
Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila
dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi
Negara, yaitu:
1) Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
2) Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
3) Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan
dalam pembentukan karakter bangs a berdasarkan Pancasila.
4) Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan
Negara.

Pendidikan Kewarganegaraan | 25
2.9 Implementasi Pancasila dalam Kehidupan Masyarakat
2.9.1 Implementasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Falsafah Pandangan
Hidup Bangsa
Apabila dihayati dengn seksama, rumusan Pancasila yang digali oleh para
pendiri bangsa merupakan hasil proses pemikiran yang panjang untuk
menentukan jatidiri dan falsafah pandangan hidup bangsa Indonesia. Menyikapi
dinamika dan tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara yang multi kompleks
ini maka agar falsafah pandangan hidup bangsa dapat terwujud, maka nilai-nilai
Pancasila harus menjadi dasar dalam menentukan perjalanan hidup dalam
mencapai tujuan nasional. Nilai-nilai Pancasila perlu dimaknai dan
diimplementasikan secara nyata dalam upaya menyejahterakan kehidupan
masyarakat dan mewujudkan keadilan sosial.
Berdasarkan nilai-nilai Pancasila tersebut bangsa Indonesia akan memandang
persoalan-persoalan yang dihadapi dan menentukan arah serta mencari solusinya.
Dalam perspektif pembangunan saat ini dan kedepan, pemikiran yang disarankan
adalah mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah pandangan hidup
bangsa dengan kebijakan strategis bidang pangan untuk membangun ketahanan
pangan sebagai langkah yang tepat.

2.9.2 Filsafah Pancasila dan Penerapannya dalam Kehidupan


Seperti yang sudah kita ketahui, Pancasila merupakan ideologi dan dasar dari
negara Indonesia. Selain itu, Pancasila juga berfungsi sebagai sistem filsafat
negara. Pancasila dalam menjadi dasar negara tidak langsung serta-merta muncul
begitu saja, tetapi Pancasila lahir melalui pemikiran-pemikiran dan budaya
masyarakat Indonesia yang beragam tersebut. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk mengetahui sejarah lahirnya Pancasila dan implementasinya terhadap
kehidupan masyarakat di Indonesia.
Keberadaan Pancasila tidak bisa terlepas dari BPUPKI yang diresmikan pada
tanggal 29 April 1945. Untuk posisi ketua ditunjuklah Dr. K.R.T. Radjiman
Widyodiningrat. Pada 28 Mei sampai 1 Juni 1945, BPUPKI mengadakan sidang
yang membahas mengenai dasar negara. Seluruh anggota BPUPKI dengan jumlah
62 orang ditambah 6 anggota tambahan berkumpul dalam satu ruang sidang.

Pendidikan Kewarganegaraan | 26
Beberapa tokoh seperti Mr. Moh Yamin dan Prof. Dr. Mr. Soepomo
menyampaikan pandangannya mengenai perumusan dasar negara. Pada tanggal 29
Mei 1945, Mr. Moh Yamin menyampaikan usulannya mengenai dasar negara
yang mencakup: (1) Peri Kebangsaan (2) Peri Kemanusiaan (3) Peri Ketuhanan
(4) Peri Kerakyatan (5) Kesejahteraan yang berkebudayaan. Dua hari kemudian,
Prof. Dr. Mr. Soepomo menyampaikan pandangannya yang mencakup: (1)
Persatuan (2) Kekeluargaan (3) Keseimbangan Lahir Batin (4) Musyawarah (5)
Keadilan Rakyat. Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno kemudian mengusulkan
konsep dasar negara yang serkarang kita kenal sebagai Pancasila. Namun,
Pancasila pada waktu pertama kali diusulkan berbeda dengan Pancasila yang
sekarang. Konsep dasar negara menurut Ir. Soekarno adalah: (1) Kebangsaan
Indonesia (2) Internasionalisme atau perikemanusiaan (3) Mufakat atau demokrasi
(4) Kesejahteraan sosial (5) Ketuhanan yang berkebudayaan. Hingga akhirnya,
usulan Ir. Soekarno yang dipilih untuk menjadi dasar negara.
Banyak orang menganggap nilai-nilai Pancasila terkikis dengan adanya
globalisasi, terutama westernisasi. Namun, penulis tidak setuju terhadap anggapan
tersebut. Penulis menganggap bahwa globalisasi tidak mengikis nilai-nilai
Pancasila, melainkan kita sendiri yang mengikisnya. Pancasila sebagai pedoman
kehidupan masyarakat tentu bisa berfungsi sebagai filter budaya yang dianggap
tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di Indonesia. Permasalahannya adalah
kembali kepada kita sendiri apakah kita mau menggunakan filter tersebut atau
tidak. Apabila kita tidak menggunakannya maka artinya kita meninggalkannya
atau mengikisnya. Nilai-nilai Pancasila juga bersifat universal sehingga di belahan
dunia manapun pasti ada (Rumambo Pandin, 2014), yang tidak bersifat universal
hanyalah istilah ‘Pancasila’ saja. Jadi, tidak bisa dikatakan bahwa nilai-nilai
Pancasila akan punah dengan cepat. Kita bisa melihatnya di masyarakat, masih
banyak yang menerapkan nilai-nilai Pancasila. Penerapan itu dapat berupa:
memeluk agama dan menjalankan ibadah, membantu korban bencana alam,
mendukung tim bulutangkis yang mewakili Indonesia di ajang internasional,
musyawarah untuk memecahkan suatu masalah, dan menghormati hak-hak orang
lain. Contoh-contoh tersebut merupakan contoh penerapan semua sila Pancasila.

Pendidikan Kewarganegaraan | 27
Selain itu, contoh dari penerapan Pancasila di masyarakat tersebut juga bisa kita
gunakan dalam kehidupan di lingkungan kampus. Oleh karena itu, nilai-nilai
Pancasila tidak akan mudah hilang jika kita masih menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

2.9.3 Revitalisasi dan Internalisasi Pancasila dalam Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara
Revitalisasi nilai-nilai Pancasila adalah usaha bersama komponen bangsa
Indonesia untuk mengembalikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
sebagai konsensus sekaligus sebagai identitas nasional yang selama ini mengalami
berbagai penyimpangan. Revitalisasi merupakan bentuk penyadaran bagi
masyarakat bahwa hidup di Indonesia harus memiliki kesiapan lahir dan batin,
mental dan spiritual untuk menghargai perbedaan, menghormati keragaman suku,
agama, ras, dan golongan yang masing-masing memiliki kepentingan yang
berbeda, tetapi dalam satu wadah yaitu Indonesia. Oleh karena itu, beragam
gerakan radikalisme dan anarkisme dengan mengatasnamakan agama harus segera
dituntaskan. Nilai-nilai Pancasila harus benar-benar terinternalisasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat Indonesia. Secara
rinci, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila itu adalah:
1. Nilai ketuhanan
Di dalam nilai ketuhanan, terkandung butir nilai berupa:
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama
dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga
terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang
lain.

Pendidikan Kewarganegaraan | 28
2. Nilai kemanusiaan
Butir-butir nilai yang terkandung di dalam sila kedua adalah:
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan
kewajiban antara sesama manusia.
b. Saling mencintai sesama manusia.
c. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
d. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
e. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
f. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
g. Berani membela kebenaran dan keadilan.
h. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat
dunia Internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap
saling hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. Nilai persatuan
Butir-butir nilai yang terkandung dalam sila ketiga adalah:
a. Menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c. Cinta akan tanah air.
d. Berbangga sebagai bagian dari Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Nilai kerakyatan
Butir-butir nilai yang terkandung dalam sila keempat adalah:
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil
keputusan bersama.
d. Berembug atau bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau
kata mufakat yang diliputi dengan semangat kekeluargaan.

Pendidikan Kewarganegaraan | 29
5. Nilai Keadilan
Butir-butir yang terkandung dalam sila kelima adalah:
a. Bersikap adil terhadap sesama.
b. Menghormati hak-hak orang lain.
c. Menolong sesama.
d. Menghargai orang lain.
e. Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan
bersama. Dalam mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai,
Pancasila menjadi nilai dasar bagi penyusunan norma hukum di
Indonesia. Nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai
peraturan perundangan, misalnya ketetapan MPR, Undang-undang,
Peraturan pemerintah pengganti Undang-undang, keputusan
presiden, peraturan presiden, dan lain sebagainya.
2.10 Pancasila sebagai Dasar Etika dalam Kehidupan Bermasyarakat,
Berbangasa dan Bernegara
Upaya lain untuk mewujudkan Pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan Pancasila sebagai sumber nilai bagi pembentukan norma etika dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam hal itu, Pancasila
menjadi sumber etika dalam berbagai hal, misalnya:
a. Etika Sosial dan Budaya
Menurut Kaelan 15 etika sosial dan budaya ini dimaksudkan agar segala hak
dan kewajiban baik moral maupun hukum dalam hubungan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara senantiasa diukur berdasar filosofi manusia sebagai
makhluk sosial.
b. Etika Pemerintahan dan politik
Etika pemerintahan dan politik ini dimaksudkan untuk mewujudkan
pemerintahan yang bersih dan berwibawa (clean and good governance) sertta
mampu menumbuhkan suasana politik yang demokratis, bercirikan keterbukaan,
rasa tanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur
dalam persaingan, ketersediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar

Pendidikan Kewarganegaraan | 30
kendati berasal dari orang per-orang atau kelompok minoritas dan marginal serta
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
c. Etika Ekonomi dan Bisnis
Etika ekonomi dan bisnis dimaksudkan agar prinsip dan perilaku ekonomi,
baik oleh pribadi, institusi maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi
dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yang baik dengan bercirikan
prinsip-prinsip antara lain, memberikan kebebasan berusaha, membangun iklim
usaha kerakyatan yang berdaya saing secara sehat, mengutamakan kejujuran,
memenuhi rasa keadilan, transparansi, akuntabilitas publik dan mendorong
berkembangnya etos kerja ekonomi yang berdaya saing global serta mampu
memberdayakan ekonomi rakyat melalui usaha-usaha bersama secara
berkesinambungan.
d. Etika Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum dan berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan
kesadaran kolektif bahwa tertib sosial, ketenangan, ketentraman, dan keteraturan
hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan
seluruh peraturan yang ada.
e. Etika Keilmuan
Etika keilmuan ini diwujudkan dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ilmu
pengetahuan dan teknologi agar mampu berpikir rasional, kritis, logis, dan
obyektif. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi itu harus menjunjung
tinggi nilai-nilai Pancasila terutama sila pertama.

Pendidikan Kewarganegaraan | 31
BAB 3
MEMBINA KESADARAN BERKONSTITUSI

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai mata pelajaran di sekolah memilikivisi


mewujudkan suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan
watak bangsa nation and character building dan pemberdayaan warga
negara.Adapun misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga negara yang
baik, yakniwarga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya
dalamkehidupan berbangsa dan bernegara, sesuai dengan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berdasarkan Kurikulum pada semua
jenjang persekolahan adalah mengembangkankompetensi: 1) Berfikir secara
kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isukewarganegaraan; 2)
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,serta anti korupsi; 3)
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainnya; 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkanteknologi informasi
dan komunikasi.
Berkaitan dengan hal di atas, dapat dikatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan wahana paling strategis untuk
menumbuhkankesadaran berkonstitusi siswa sebagai warga negara. Artinya
melalui program Pendidikan Kewarganegaraan, siswa memiliki pengetahuan,
sikap dan perilakuyang berlandaskan kepada nilai, norma dan moral yang
tercermin dalam konstitusinegara. Oleh karena itu untuk mencapai hal tersebut
diperlukan model pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif, yaitu
model pembelajaran yang mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri setiap
siswa bahwa ia mempunyai hak dan kewajiban konstitusional yang harus di

Pendidikan Kewarganegaraan | 32
implementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.Maka dari itu kami akan
membahas tentang "MEMBINA KESADARAN BERKONSTITUSI".
3.1 Definisi
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Konstitusi menurut KBBI = nomina (kata benda)
(1) segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan (undang-undang
dasar dan sebagainya) ;
(2) undang-undang dasar suatu negara

Pengertian Konstitusi dalam arti luas yang dikemukakan oleh Bolingbroke,


bahwa pengertian konstitusi dalam arti luas adalah keseluruhan dari ketentuan-
ketentuan dasar atau hukum dasar. Seperti halnya hukum pada umumnya dimana
hukum dasar tidak selalu berupa dokumen tertulis. Hukum dasar dapat berdiri dari
unsur-unsur tertulis atau tidak tertulis atau dapat juga merupakan campuran dari
dua unsur tersebut.

Pengertian Konstitusi dalam arti sempit yang dikemukakan oleh Lord Bryce,
bahwa pengertian konstitusi dalam arti sempit adalah piagam dasar atau UUD,
yaitu suatu dokumen lengkap mengenai peraturan-peraturan dasar negara. UUD
1945, Konstitusi Amerika Serikat 1787, Konstitusi Prancis 1789, dan Konstitusi
Konfederasi Swiss 1848 merupakan contohnya. Jadi, Pengertian konstitusi dalam
arti sempit adalah sebagian dari hukum dasar yang merupakan satu dokumen
tertulis yang lengkap.

Dalam bahasa Indonesia kontitusi diartikan sebagai hukum dasar atau


undang-undang dasar. Istilah itu menggambarkan keseluruhan system
ketatanegaraan suatu Negara. Beberapa ahli kertanegaraan yg menyatakan tentang
pengertian konstitusi yaitu:

• Richard S. Kay

Konstitusi ialah pelaksanaan dari aturan-aturan hukum atau rule of


law dalam hubungan antara masyarakat dengan pemerintahan.
Konstitualisme menciptakan situasi yang bisa memupuk rasa aman

Pendidikan Kewarganegaraan | 33
karena adanya batasan pada wewenang pemerintah yang sudah
ditetapkan lebih awal.

• Cart J. Friedrich

Konstitusi merupakan sekumpulan kegiatan yang dibuat oleh dan tas


nama rakyat, akan tetapi dikenakan beberapa pembatasan dan berharap
dapat menjamin bahwa kekuasaan yang dibutuhkan untuk pemerintahan
itu tidak disalahgunakan oleh orang-orang yang memperoleh tugas untuk
memerintah.

• Cf. Strong

Konstitusi ialah sekumpulan asas yang mengatur, menetapkan


pemerintah dan kekuasaannya, hak-hak yang diperintah, dan juga
hubungan antara pemerintah dengan yang diperintah.

• Chairul Anwar

Konstitusi merupakan fundamental laws mengenai pemerintahan dalam


suatu negara dengan nilai-nilai fundamentalnya.

• Sri Soemantri

Konstitusi merupakan naskah yang berisikan suatu bangunan negara dan


sendi-sendi dari sistem pemerintahan.

• E. C. S. Wade

Konstutusi yaitu sebuah naskah yang menjelaskan rangka dan tugas


pokok dari suatu badan pemerintahan di suatu negara juga menentukan
cara kerja dari badan pemerintahan tersebut.

• Lord James Brice

Konstitusi ialah kerangka masyarakat dalam dunia politik yang diatur


oleh hukum, dimana hukum menetapkan secara tetap terhadap berbagai
lembaga yang memiliki fungsi dan hak yang diakui.

Pendidikan Kewarganegaraan | 34
• L. J. Van Apeldoorn

Beliau menyatakan bahwa konsitusi merupakan sesuatu yang memuat


peraturan tertulis dan tidak tertulis.

• Miriam Budiarjo

Konstitusi merupakan piagam yang menyatakan tentang cita-cita suatu


bangsadan dasar organisasi suatu bangsa. Didalamnya berisi berbagai
peraturan pokok dan utama yang berhubungan dengan pembagian
kekuasaan, cita-cita negara, ideologi negara, undang-undang, kedaulatan
masalah politi, ekonomi dan lain sebagainya.

• A. A. H. Struijcken

Konstitusi itu sama dengan UUD, hanya memuat garis-garis besar dan
asas tentang organisasi kenegaraan.

• Herman Heller

Membagi konstitusi kedalam tiga pengertian, yaitu:

• Konstitusi yang tertulis dalam sebuah naskah merupakan undang-


undang yang paling tinggi dan berlaku dalam suatu negara.

• Konstitusi ialah satu kesatuan kaidah hidup dalam suatu masyarakat,


dimana konstitusi mengandung pengertian yuridis.

• Konstitusi merupakan cermin kehidupan politik sebagai realita


dalam suatu masyarakat.Dalam hal ini konstitusi mengandung arti
sosiologis dan politis.

• K. C. Wheare

Mengemukakan bahwa konstitusi ialah seluruh sistem ketatanegaraan


yang berupa kumpulan peraturan yang mengatur, membentuk ataupun
memerintah dalam suatu negara.

• F. Lassalle

Ada dua pengertian yang dikemukakan oleh beliau, yakni :

Pendidikan Kewarganegaraan | 35
• Pengertian secara yuridis konstitusi merupakan naskah yang
berisikan segala bangunan negara dan sendi-sendi pemerintahan
dalam suatu negara.

• Secara sosiologis dan politis, konstitusi merupakan sinthese faktor-


faktor dari kekuatan yang realita dalam suatu masyarakat. Konstitusi
disini menjelaskan tentang hubungan antara kekuasaan yang ada di
suatu negara seprti kabinet, parlemen, raja, parpol, dls.
Pengertian konstitusi secara luas adalah keseluruhan peraturan Negara,baik
yang tartulis maupun tidak tertulis sering disebut konvensi Konstitusi sebagai
hukum dasar yang memiliki arti penting bagi Negara.

3.2 Perkembangan Konstitusi di Indonesia


Para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia telah sepakat untuk
menyusun sebuah Undang-Undang Dasar sebagai konstitusi tertulis dengan segala
arti dan fungsinya. Sehari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
pada 17 Agustus 1945, konstitusi Indonesia sebagai sesuatu ”revolusi
grondwet” telah disahkan pada 18 Agustus 1945 oleh panitia persiapan
kemerdekaan Indonesia dalam sebuah naskah yang dinamakan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Dengan demikian, sekalipun Undang-Undang
Dasar 1945 itu merupakan konstitusi yang sangat singkat dan hanya memuat 37
pasal namun ketiga materi muatan konstitusi yang harus ada menurut ketentuan
umum teori konstitusi telah terpenuhi dalam Undang-Undang Dasar 1945
tersebut.
Pada dasarnya kemungkinan untuk mengadakan perubahan atau penyesuaian
itu memang sudah dilihat oleh para penyusun UUD 1945 itu sendiri, dengan
merumuskan dan melalui pasal 37 UUD 1945 tentang perubahan Undang-Undang
Dasar. Dan apabila MPR bermaksud akan mengubah UUD melalui pasal 37 UUD
1945 , sebelumnya hal itu harus ditanyakan lebih dahulu kepada seluruh Rakyat
Indonesia melalui suatu referendum.(Tap no.1/ MPR/1983 pasal 105-109 jo. Tap
no.IV/MPR/1983 tentang referendum)

Pendidikan Kewarganegaraan | 36
Perubahan UUD 1945 kemudian dilakukan secara bertahap dan menjadi salah
satu agenda sidang Tahunan MPR dari tahun 1999 hingga perubahan ke empat
pada sidang tahunan MPR tahun 2002 bersamaan dengan kesepakatan
dibentuknya komisi konstitusi yang bertugas melakukan pengkajian secara
komperhensif tentang perubahan UUD 1945 berdasarkan ketetapan MPR No.
I/MPR/2002 tentang pembentukan komisi Konstitusi.
Dalam sejarah perkembangan ketatanegaraan Indonesia ada empat macam
Undang-Undang yang pernah berlaku, yaitu :

• Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949 (Penetapan Undang-


Undang Dasar 1945)

Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,


Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang
disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
setelah mengalami beberapa proses.

• Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950 (Penetapan konstitusi


Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa di
Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-negara
seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara Jawa Timur,
dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut maka terjadilah agresi
Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun 1948. Dan ini
mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara Republik
Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku untuk seluruh
negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik Indonesia Serikat
saja.

Pendidikan Kewarganegaraan | 37
• Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 (Penetapan Undang-Undang
Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949
merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa Indonesia
sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka negara Republik
Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya penggabungan
dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan wibawa dari pemerintah
Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang, akhirnya dicapailah kata
sepakat untuk mendirikan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Bagi negara kesatuan yang akan didirikan jelas perlu adanya suatu undang-
undang dasar yang baru dan untuk itu dibentuklah suatu panitia bersama yang
menyusun suatu rancangan undang-undang dasar yang kemudian disahkan
pada tanggal 12 Agustus 1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada
tanggal 14 Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada
tanggal 17 Agustus 1950.

• Periode 5 Juli 1959 – sekarang (Penetapan berlakunya kembali Undang-


Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang
Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan Rakyat
Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan
konsekuen.

3.3 Perubahan UUD 1945


Salah satu keberhasilan yang dicapai oleh bangsa Indonesia pada masa
reformasi adalah reformasi konstitusional (constitutional reform). Reformasi
konstitusi dipandang merupakan kebutuhan dan agenda yang harus dilakukan
karena UUD 1945 sebelum perubahan dinilai tidak cukup untuk mengatur dan

Pendidikan Kewarganegaraan | 38
mengarahkan penyelenggaraan negara sesuai harapan rakyat, terbentuknya good
governance, serta mendukung penegakan demokrasi dan hak asasi manusia.
Perubahan UUD 1945 dilakukan secara bertahap dan menjadi salah satu
agenda Sidang MPR dari 1999 hingga 2002 . Perubahan pertama dilakukan dalam
Sidang Umum MPR Tahun 1999. Arah perubahan pertama UUD 1945 adalah
membatasi kekuasaan Presiden dan memperkuat kedudukan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sebagai lembaga legislatif.
Perubahan kedua dilakukan dalam sidang Tahunan MPR Tahun 2000.
Perubahan kedua menghasilkan rumusan perubahan pasal-pasal yang meliputi
masalah wilayah negara dan pembagian pemerintahan daerah, menyempumakan
perubahan pertama dalam hal memperkuat kedudukan DPR, dan ketentuan¬-
ketentuan terperinci tentang HAM.
Perubahan ketiga ditetapkan pada Sidang Tahunan MPR 2001. Perubahan
tahap ini mengubah dan atau menambah ketentuan-ketentuan pasal tentang asas-
asas landasan bemegara, kelembagaan negara dan hubungan antarlembaga negara,
serta ketentuan-ketentuan tentang Pemilihan Umum. Sedangkan perubahan
keempat dilakukan dalam Sidang Tahunan MPR Tahun 2002. Perubahan Keempat
tersebut meliputi ketentuan tentang kelembagaan negara dan hubungan
antarlembaga negara, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung (DPA),
pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan kesejahteraan sosial, dan aturan
peralihan serta aturan tambahan.
Empat tahap perubahan UUD 1945 tersebut meliputi hampir keseluruhan
materi UUD 1945. Naskah asli UUD 1945 berisi 71 butir ketentuan, sedangkan
perubahan yang dilakukan menghasilkan 199 butir ketentuan. Saat ini, dari 199
butir ketentuan yang ada dalam UUD 1945, hanya 25 (12%) butir ketentuan yang
tidak mengalami perubahan. Selebihnya, sebanyak 174 (88%) butir ketentuan
merupakan materi yang baru atau telah mengalami perubahan.
Dari sisi kualitatif, perubahan UUD 1945 bersifat sangat mendasar karena
mengubah prinsip kedaulatan rakyat yang semula dilaksanakan sepenuhnya oleh
MPR menjadi dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Hal itu
menyebabkan semua lembaga negara dalam UUD 1945 berkedudukan sederajat

Pendidikan Kewarganegaraan | 39
dan melaksanakan kedaulatan rakyat dalam lingkup wewenangnya masing-
masing. Perubahan lain adalah dari kekuasaan Presiden yang sangat besar
(concentration of power and responsibility upon the President) menjadi prinsip
saling mengawasi dan mengimbangi (checks and balances). Prinsip-prinsip
tersebut menegaskan cita negara yang hendak dibangun, yaitu negara hukum yang
demokratis.
Setelah berhasil melakukan perubahan konstitusional, tahapan selanjutnya
yang harus dilakukan adalah pelaksanaan UUD 1945 yang telah diubah tersebut.
Pelaksanaan UUD 1945 harus dilakukan mulai dari konsolidasi norma hukum
hingga dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai hukum dasar,
UUD 1945 harus menjadi acuan dasar sehingga benar-benar hidup dan
berkembang dalam penyelenggaraan negara dan kehidupan warga negara (the
living constitution).

3.4 Fungsi Konstitusi


Konstitusi memiliki fungsi yang berperan dalam suatu negara. Fungsi
konstitusi adalah sebagai berikut.

• Konstitusi berfungsi membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak


terjadinya kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pemerintah agar
hak-hak bagi warga negara terlindungi dan tersalurkan
(konstitusionalisme)

• Konstitusi berfungsi sebagai piagam kelahiran suatu negara (a birth


certificate of new state)

• Konstitusi berfungsi sebagai sumber hukum tertinggi

• Konstitusi berfungsi sebagai alat yang membatasi kekuasaan

• Konstitusi berfungsi sebagai identitas nasional dan lambang

• Konstitusi berfungsi sebagai pelindung hak asasi manusia dan kebebasan


warga suatu negara.

Pendidikan Kewarganegaraan | 40
3.5 Terbentuknya Konstitusi

Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki


konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang
sangaat panjang hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi
pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia.

Dalam sejarahnya, Undang-Undang Dasar 1945 dirancing sejak 29 Mei 1945


sampai 16 Juni 1945 oleh badan penyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) atau dalam bahasa jepang dikenal dengan dokuritsu zyunbi
tyoosakai yang beranggotakan 21 orang, diketuai Ir. Soekarno dan Drs. Moh,
Hatta sebagai wakil ketua dengan 19 orang anggota yang terdiri dari 11 orang
wakil dari Jawa, 3 orang dari Sumatra dan masing-masing 1 wakil dari
Kalimantan, Maluku, dan Sunda kecil. Badan tersebut (BPUPKI) ditetapkan
berdasarkan maklumat gunseikan nomor 23 bersamaan dengan ulang tahun Tenno
Heika pada 29 April 1945 (Malian, 2001:59).

Badan ini kemudian menetapkan tim khusus yang bertugas menyusun


konstitusi bagi Indonesia merdeka yang kemudian dikenal dengan nama Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD’45). Para tokoh perumus itu adalah antara lain Dr.
Radjiman Widiodiningrat, Ki Bagus Hadikoesoemo, Oto Iskandardinata,
Pangeran Purboyo, Pangeran Soerjohamidjojo, Soetarjo Kartohamidjojo, Prop.
Dr. Mr. Soepomo, Abdul Kadir, Drs. Yap Tjwan Bing, Dr. Mohammad Amir
(Sumatra), Mr. Abdul Abbas (Sumatra), Dr. Ratulangi, Andi Pangerang
(keduanya dari Sulawesi), Mr. Latuharhary, Mr. Pudja (Bali), AH. Hamidan
(Kalimantan), R.P. Soeroso, Abdul WACHID hasyim dan Mr. Mohammad Hasan
(Sumatra).

Latar belakang terbentuknya konstitusi (UUD’45) bermula dari janji Jepang


untuk memberikan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia dikemudian hari. Janji
tersebut antara lain berisi “sejak dari dahulu, sebelum pecahnya peperangan asia
timur raya, Dai Nippon sudah mulai berusaha membebaskan bangsa Indonesia
dari kekuasaan pemerintah hindia belanda. Tentara Dai Nippon serentak

Pendidikan Kewarganegaraan | 41
menggerakkan angkatan perangnya, baik di darat, laut, maupun udara, untuk
mengakhiri kekuasaan penjajahan Belanda”.

Sejak saat itu Dai Nippon Teikoku memandang bangsa Indonesia sebagai
saudara muda serta membimbing bangsa Indonesia dengan giat dan tulus ikhlas di
semua bidang, sehingga diharapkan kelak bangsa Indonesia siap untuk berdiri
sendiri sebagai bangsa Asia Timur Raya. Namun janji hanyalah janji, penjajah
tetaplah penjajah yang selalu ingin lebih lama menindas dan menguras kekayaan
bangsa Indonesia. Setelah Jepang dipukul mundur oleh sekutu, Jepang tak lagi
ingat akan janjinya. Setelah menyerah tanpa syarat kepada sekutu, rakyat
Indonesia lebih bebas dan leluasa untuk berbuat dan tidak bergantung pada Jepang
sampai saat kemerdekaan tiba.

Setelah kemerdekaan diraih, kebutuhan akan sebuah konstitusi resmi


nampaknya tidak bisa ditawar-tawar lagi, dan segera harus dirumuskan. Sehingga
lengkaplah Indonesia menjadi sebuah Negara yang berdaulat. Pada tanggal 18
Agustus 1945 atau sehari setelah ikrar kemerdekaan, Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan sidangnya yang pertama kali dan
menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:

 Menetapkan dan mengesahkan pembukaan UUD 1945 yang bahannya


diambil dari rancangan undang-undang yang disusun oleh panitia perumus
pada tanggal 22 Juni 1945;
 Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945 yang bahannya hampir seluruhnya
diambil dari RUU yang disusun oleh panitia perancang UUD tanggal 16 Juni
1945;
 Memilih ketua persiapan kemerdekaan Indonesia Ir. Soekarno sebagai
presiden dan wakil ketua Drs. Muhammad Hatta sebagai wakil presiden;
 Pekerjaan presiden untuk sementara waktu dibantu oleh Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia yang kemudian menjadi komite Nasional;
 Dengan terpilihnya presiden dan wakilnya atas dasar Undang-Undang Dasar
1945 itu, maka secara formal Indonesia sempurna sebagai sebuah Negara,

Pendidikan Kewarganegaraan | 42
sebab syarat yang lazim diperlukan oleh setiap Negara telah ada yaitu adanya:
Rakyat, yaitu bangsa Indonesia;
 Wilayah, yaitu tanah air Indonesia yang terbentang dari sabang hingga ke
merauke yang terdiri dari 13.500 buah pulau besar dan kecil;
 Kedaulatan yaitu sejak mengucap proklamasi kemerdekaan Indonesia;
 Pemerintah yaitu sejak terpilihnya presiden dan wakilnya sebagai pucuk
pimpinan pemerintahan Negara;
 Tujuan Negara yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan
pancasila; Bentuk Negara yaitu Negara kesatuan.
3.6 Pelaksanaan Konstitusi di Indonesia
Sebagai negara yang berdasar atas hukum, Indonesia memiliki konstitusi
yang sekarang berlaku yang dikenal dengan UUD 1945. Keberadaan UUD 1945
sebagai konstitusi di Indonesia mengalami perjalanan yang sangat panjang dari
dimulai disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945, hingga akhirnya diterima sebagai
landasan hukum bagi pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia saat ini.
Pada masa itu, konstitusi Indonesia sempat berganti beberapa kali dalam
periode waktu tertentu yaitu:
1. Undang - Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
UUD 1945 pertama kali disahkan dan berlaku sebagai konstitusi negara
Indonesia dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada
tanggal 18 Agustus 1945 yaitu sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Naskah UUD 1945 ini pertama kali dipersiapkan oleh pemerintah balatentara
Jepang yang diberi nama Dokuristu Zyunbi Tyoosakai yang dalam bahasa
Indonesia disebut Badan Penyidik Usaha –Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
BPUPKI beranggotakan 26 orang, diketuai oleh K. R. T. Radjiman
Wedyodiningrat serta Itibangese Yosio dan Raden Panji Suroso, masing–masing
sebagai wakil ketua. BPUPKI mengadakan 2 kali sidang. Sidang
Pertama berlangsung pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1956 dan sidang
Kedua berlangsung pada tanggal 10 Juli – 17 Juni 1945. Pada masa sidang Kedua
itulah dibentuk Panitia Hukum Dasar dengan anggota yang terdiri dari 19 orang,

Pendidikan Kewarganegaraan | 43
diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini membentuk Panitia kecil yang diketuai Prof.
Dr. Soepomo. Panitia kecil berhasil menyelesaikan tugasnya dan BPUPKI
menyetujui hasil kerjanya sebagai rancangan UUD pada tanggal 16 Agustus 1945.
Setelah BPUPKI menyelesaikan tugasnya, Pemerintah Balatentara Jepang
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
beranggotakan 21 orang, termasuk Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Setelah mendengarkan hasil BPUPKI tentang naskah rancangan UUD pada
sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945, akhirnya mengesahkan rancangan UUD
tersebut menjadi UUD Negara Republik Indonesia. Namun demikian, setelah
resmi disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945 UUD 1945 tidak langsung
dijadikan referensi dalam setiap pengambilan keputusan kenegaraan dan
pemerintahan. UUD 1945 pada intinya hanya dijadikan sebagai alat untuk
sesegera mungkin membentuk negara merdeka yang bernama RI. Oleh karena itu
walaupun secara formal UUD 1945 berlaku sebagai konstitusi namun hanya
bersifat nominal yaitu baru diatas kertas saja.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus
1950)
Pada tahun 1947 tentara Belanda melakukan Agresi Militer I yang kemudian
dilanjutkan dengan Agresi Militer II tahun 1948. Tujuan Belanda melakukan
Agresi ini adalah untuk menjajah Indonesia kembali. Agresi ini mendapat
perhatian dunia sehingga PBB mengajak pihak Indonesia dan Belanda berunding.
Pada tanggal 23 Agustus – 2 November 1949 diadakan Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag Belanda. Konferensi ini berhasil menyepakati 3 hal yaitu :
a. Mendirikan Republik Indonesia Serikat
b. Penyerahan kedaulatan pada RIS yang berisi 3 hal yaitu piagam Penyerahan
kadaulatan dari Kerajaan Belanda pada pemerintahan RIS, status UNI dan
persetujuan perpindahan.
c. Mendirikan UNI antara RIS dan Kerajaan Belanda
Naskah konstitusi RIS disusun bersama oleh delegasi RI dan FBO
(Bijeenkoms Voor Federal Overleg) dalam konferensi tersebut. Naskah rancangan
UUD itu disepkati bersama oleh kedua belah pihak untuk diberlakukan sebagai

Pendidikan Kewarganegaraan | 44
UUD RIS. Naskah UUD yang kemudian dikenal dengan sebutan Konstitusi RIS
itu resmi mendapat persetujuan Komite Nasional Pusat pada tanggal 14 Desember
1949. selanjutnya Konstitusi RIS dinyatakan berlaku mulai tanggal 27 Desember
1949.
Konstitusi RIS dimaksud sebagai UUD bersifat sementara, karena lembaga
yang membuat dan menetapkannya tidaklah representatif. Hal ini ditegaskan dalan
Pasal 186 Konstitusi RIS bahwa Konstituante bersama pemerintah selekas
lekasnya menetapkan Konstitusi RIS.
3. Undang – Undang Dasar Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
Bentuk Negara RIS tidak bertahan lama. Sebagai negara yang baru terbentuk
Indonesia masih membutuhkan tahap–tahap konsolidasi kekuasaan efektif. Bentuk
Negara yang lebih cocok untuk kondisi tersebut adalah Negara kesatuan. Dalam
rangka konsolidasi kekuasaan itu, tiga wilayah Negara bagian yaitu Negara RI,
Negara Indonesia Timur dan Negara Sumatra Timur menggabungkan diri menjadi
satu wilayah RI.
Sejak saat itu wibawa pemerintah RIS menjadi berkurang sehingga dicapai
kata sepakat antara pemerintah RIS dan pemerintah RI untuk kembali mendirikan
Negara kesatuan RI. Kesepakatan itu dituangkan dalam satu naskah persetujuan
bersama pada tanggal 19 Mei 1950.
Dalam rangka persiapan ke arah itu maka untuk keperluan menyiapkan satu
naskah UUD, dibentuklah suatu panitia bersama yang akan menyusun
rancangannya. Setelah selesai rancangan UU itu kemudian disahkan oleh Badan
Pekerja Komite Nasional Pusat pada tanggal 12 Agustus 1950, dan DPR dan
Senat RIS pada tanggal 14 Agustus 1950. selanjutnya naskah UUD baru ini
diberlakukan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1950 yaitu dengan
ditetapkannya UU No. 7 Tahun 1950.
UUDS 1950 ini bersifat pengganti (Renewal) sehingga isinya tidak hanya
mencerminkan perubahan (Amandemen) terhadap Konstitusi RIS Tahun 1949
namun juga mengganti naskah Konstitusi RIS itu dengan naskah yang sama sekali
baru dengan nama UUDS 1950.

Pendidikan Kewarganegaraan | 45
Seperti halnya Konstitusi RIS 1949, UUDS 1950 juga bersifat sementara. Ini
terlihat jelas dalam rumusan pasal 134 yang mengharuskan Konstituante bersama
pemerintah segera menyusun UUD RI untuk menggantikan UUDS 1950 tersebut.
Sayangnya, Konstituante belum sempat berhasil menyelesaikan tugasnya
untuk menyusun UUD baru ketika Presiden Soekarno berkesimpulan bahwa
Konstituante telah gagal dan memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai UUD
Negara RI
4. (Kembali Ke) Undang - Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 – 19 Oktober
1999)
Sejak dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga sekarang, UUD 1945 terus berlaku
dan diberlakukan sebagai hukum dasar. Namun pada masa Orde baru, konsolidasi
kekuasaan lama kelamaan semakin terpusat. Disisi lain siklus kekuasaan
mangalami stagnasi yang statis karena pucuk pimpinan pemerintahan tidak
pergantian selama 32 tahun. Akibarnya UUD 1945 menagalami proses sakralisasi
yang irasional semasa rezim Orde baru. UUD 1945 tidak diizinkan bersentuhan
dengan ide perubahan sama sekali. Padahal UUD 1945 jelas merupakan UUD
yang masih sementara dan belum pernah dipergunakan dan diterapkan secara
sungguh–sungguh.
5. Perubahan ( Amandemen ) Undang - Undang Dasar 1945
Setelah jatuhnya rezim Orde baru dan digantikan Orde reformasi muncul
tuntutan untuk melakukan perubahan terhadap UUD 1945. Latar belakang tututan
perubahan terhadap UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde baru kekuasaan
tertinggi berada ditangan MPR dan bukan ditangan rakyat, kekuasaan yang sangat
besar pada presiden, adanya pasal –pasal yang “Luwes” (sehingga dapat
menimbulkan multitafsir) serta kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat
penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar
sepertitatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi
negara demokrasi dan negara hukum serta hal – hal yang sesuai dengan
perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dilakukan

Pendidikan Kewarganegaraan | 46
dengan kesepakatan, diantaranya tidak mengubah pembukaan UUD 1945, tetap
mempertahankan susunan NKRI.

Pendidikan Kewarganegaraan | 47
BAB 4
RULE OF LAW

Negara hukum menurut istilah lahir dari suatu perjuangan menentang absolutisme,
yaitu dari kekuasaan raja yang sewenang-wenangnya untuk mewujudkan negara
didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan.Ia akan selalu ada di setiap
masyarakat di manapun juga di muka bumi ini dan bagaimanapun keadaannya,
modern atau primitip. Dalam kehidupan bernegara, hukum bukan hanya
peraturan, melainkan sebuah norma yang oleh negara dipaksakan seperlunya.
Dengan demikian, hukum mengikat segenap warga negara dengan mekanisme
keberadaan sebuah sangsi sebagai “pemaksa”. Karenanya, ia ditaati tidak saja oleh
yang lemah, tetapi juga oleh pihak yang kuat.
Dalam kehidupan sehari-hari hukum tidak lepas dari kita, mulai dari nilai,
tatak rama, norma hingga hukum perundang-undangan dalam peradilan.
Sayangnya hukum di Negara kita masi kurang dalam penegakannya, terutama
dikalangan pejabat bila dibandingkan dengan yang ada pada golongan menengah
kebawah. Kenapa bisa begitu karena hukum di Negara kita bisa dibeli dengan
uang, siapa yang punya uang dialah sang pemenang dari peradilan, siapa kuat dia
dapat itulah selogan buat peradilan di Negara Indonesia pada saat ini.
Melihat kenyataan yang demikian marilah kita benahi peradilan dengan
diawali dari diri sendiri, dengan mempelajari norma atau hukum sekaligus
memahami dan menegakannya sesuai dengan keadilan yang benar. Dalam
bahasan ini dibahas supaya keadilan dapat ditegakan, maka akan terkait semua
aspek yang ada didalamnya yang mempengaruhi dan menjadi penentu apakah
keadilan dapat ditegakan melalui konsep rule of law.
4.1 Pengertian Rule of Law
Aturan hukum juga disebut supremasi hukum, berarti bahwa hukum diatas
semua orang dan itu berlaku bagi semua orang. Apakah gubernur atau diatur,
apakah penguasa atau dikuasai, tidak ada yang diatas hukum, tidak ada yang

Pendidikan Kewarganegaraan | 48
dibebaskan dari hukum, dan tidak ada yang dapat memberikan dispensasi untuk
penerapan hukum.
Penegakan hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai
dengan keputusan yang harus dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip atau
hukum yang dikenal, tanpa intervensi kebijaksanaan dalam aplikasi mereka.
Peribahasa ini dimaksudkan sebagai pelindung terhadap pemerintahan yang
sewenang-wenang. Kata “sewenang-wenang” (dari bahasa latin “penengah”)
menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas kebijaksanaan wasit, bukan
menurut aturan hukum.
Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang ditetapkan oleh
negara dikenakan sanksi atau konsekuensi. Yang dominan adalah bahwa konsep
“rule of law” mengatakan apa-apa tentang “justness” dari hukum itu sendiri, tetapi
hanya bagaimana sistem hukum beroperasi. Sebagai konsekuensi dari ini, bangsa
yang sangat tidak demokratis atau satu tanpa menghargai hak asasi manusia bisa
eksis dengan “rule of law” sebuah situasi yang mungkin terjadi didalam beberapa
diktator modern. “Aturan hukum” atau Rechssstaat mungkin kondisi yang
diperlukan untuk demokrasi, tetapi bukan syarat cukup.
Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtsstaat atau Rule Of
Lawyang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di eropa abad ke-
19 dan ke-20. Oleh karena itu, Negara demokrasi pada dasarnya adalah Negara
hukum Ciri Negara hukum antara lain: adanya supremasi hukum, jaminan hak
asasi manusia dan legalitas hukum. Di Negara hukum, peraturan perundang-
undangan yang berpuncak pada undang-undang dasar (konstitusi) merupakan satu
kesatuan sistem hukum sebagai landasan bagi setiap penyelenggaraan kekuasaan.
Rule Of Law merupakan suatu doktrin hukum yang mulai muncul pada abad
ke XIX, bersamaan dengan kelahiran Negara berdasarkan hukum (konstitusi) dan
demokrasi. Kehadiran Rule Of Law boleh disebut sebagai reaksi dan koreksi
terhadap Negara absolute (kekuasaan di tangan penguasa) yang relah berkembang
sebelumnya.
Berdasarkan definisi diatas, Friedman (1959) membedakan rule of law
menjadi dua, yaitu pengertian secara formal dan hakiki/materiil;

Pendidikan Kewarganegaraan | 49
a) Secara formal ( in the formal sense ), rule of law diartikan sebagai kekuasaan
umum yang terorganisasi ( organized public power ), misalnya negara.
b) Secara hakiki atau material ( ideological sense ) , rule of law terkait dengan
penegakan hukum yang meyangkut ukuran hukum yang baik dan buruk ( just
anf unjust law ).
Menurut Wieldon (1960), Rule of Law tdk hanya memiliki peradilan yg
sempurna, tetapi ditentukan oleh kenyataan apakah rakyat benar menikmati
keadilan dlm arti perlakuan yg adil, baik dari sesama warganegara, maupun
pemerintah.
Rule Of Law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “
rasa keadilan “ bagi rakyat Indonesia dan juga “ keadilan social “ . inti dari Rule
Of Law adalah adanya keadilan bagi masyarakat , teruatama keadilan social.
Secara sederhana yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara yang
penyelenggaraan kekuasaan pemerintah dan lembaga – lembaga lain dalam
melaksanakan tindakan apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum. Dalam Negara hukum, kekuasaan
menjalankan pemerintahan berdasarkan kedaulatan (supremasi hokum) dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum (Mustafa kemal pasha,
2003).

4.2 Prinsip-Prinsip Rule of Law


Menurut Dicey (dalam Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007: 97), terdapat tiga
unsur yang fundamental dalam rule of law, yaitu:
a. Supremasi aturan-aturan hukum, tidak adanya kekuasaan sewenang-wenang,
dalam arti seseorang hanya boleh dihukum jika memang melanggar hukum.
b. Kedudukan yang sama di hadapan hukum. Hal ini berlaku baik bagi
masyarakat biasa maupun pejabat negara.
c Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang dan keputusan-
keputusan pengadilan.
4.3 Latar Belakang Rule of Law
Rule of law secara umum merupakan suatu doktrin hukum yang mulai
muncul pada abad ke XIX, bersamaan dengan kelahiran negara konstitusi dan

Pendidikan Kewarganegaraan | 50
demokrasi. Doktrin tersebut lahir sejalan dengan tumbuh suburnya demokrasi dan
meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggaraan negara, serta sebagai reaksi
terhadap negara absolut yang berkembang sebelumnya.Rule of law merupakan
konsep tentang common law tempat segenap lapisan masyarakat dan negara
beserta seluruh kelembagaannya menjunjung tinggi supremasi hukum yang
dibangun di atas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by the
law dan bukan rule by the man. Konsep ini lahir untuk mengambil ahli dominasi
yang dimiliki kaum gereja, ningrat, dan kerajaan serta menggeser negara kerajaan
dan memunculkan negara konstitusi dimana doktrin rule of law ini lahir.Ada
tidaknya rule of law dalam suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”, apakah
rakyatnya benar-benar menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik
sesama warga negara, baik dari pemerintah?Oleh karena itu pelaksanaan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku di suatu negara merupakan suatu premis bahwa
kaidah-kaidah yang dilaksanakan itu merupakan hukum yang adil, artinya kaidah
hukum yang menjamin perlakuan yang adil bagi masyarakat.
Latar belakang kelahiran Rule of Law:
1. Di awali oleh adanya gagasan untuk melakukan pembatasan kekuasaan
pemerintah negara
2. Sarana yang dipilih untuk maksud tersebut yaitu Demokrasi Konstitusional
3. Perumusan yuridis dari Demokrasi Konstutisional adalah konsepsi negara
hukum
Rule of law adalah doktrin hukum yang muncul pada abad ke 19, seiring
degan negara konstitusi dan demokrasi. Rule of law adalah konsep tentang
common law yaitu seluruh aspek negara menjunjung tinggi supremasi hukum
yang dibangun diatas prinsip keadilan dan egalitarian. Rule of law adalah rule by
the law bukan rule by the man.
Unsure-unsur rule of law menurut A.V. Dicey terdiri dari:
a. Supremasi aturan-aturan hukum.
b. Kedudukan yang sama didalam menghadapi hukum.
c. Terjaminnya hak-hak asasi manusia oleh undang-undang serta keputusan-
keputusan pengadilan.

Pendidikan Kewarganegaraan | 51
Syarat-syarat dasar untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokrasi menurut
rule of law adalah:
1. Adanya perlindungan konstitusional.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Pemilihan umum yang bebas.
4. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
5. Kebebasan untuk berserikat/berorganisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan kewarganegaraan.
Konsepsi negara hukum mengandung pengertian bahwa negara memberikan
perlindungan hukum bagi warga negara melalui pelembagaan peradilan yang
bebas dan tidak memihak juga penjamin hak asasi manusia. Menurut Moh.
Mahfud MD, istilah rechtsstaaat dan the rule of law yang diterjemahkan menjadi
negara hukum pada hakikatnya mempunyai makna yang berbeda.
Konsepsi rechtsstaaat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut;

1. Adanya perlindungan terhadap HAM.


2. Adanya pemisahan dan pembagian kekuasaan pada lembaga negara
untuk menjamin perlindungan HAM.
3. Adanya peralihan administrasi.
Adapun the rule of law mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Adanya jaminan perlindungan terhadap HAM
2. Adanya supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintah
3. Adanya pemisahaan dan pembagian kekuasaan negara
4. Adanya lembaga peradilan yang bebas dan mandiri
Selanjutnya dalam konferensi International Commition of Juris di Bangkok
seperti yang dikutip oleh Mahmud MD, disebutkan bahwa ciri-ciri negara hukum
adalah sebagai berikut.
1. Perlindungan konstitusional: selain menjamin hak-hak individu,
konstitusional harus menentukan cara prosedural untuk memperoleh atas
hak-hak yang dijamin
2. Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Adanya pemilu yang bebas

Pendidikan Kewarganegaraan | 52
4. Adanya kebebasan menyatakan pendapat
5. Adanya kebebasan berserikat, berorganisasi, dan beroposisi
Dalam istilah negara hukum di Indonesia ditemukan dalam penjelasan UUD
1945 yang berbunyi: "Indonesia ialah negara yang berdasarkan atas hukum atau
bukan berdasar atau kekuasaan belaka". Padmo Wahyono menyatakan bahwa
konsep negara hukum Indonesia yang menyebut rechtsstaaat memberi arti bahwa
negara hukum Indonesia mengambil pola secara tidak menyimpang dari pengertian
negara hukum pada umumnya yang kemudian disesuaikan dengan keadaan Indonesia.
Moh.Yamin membuat penjelasan tentang konsepsi negara hukum negara Indonesia
bahwa kekuasaan yang dilakukan pemerintah Indonesia harus berdasar dan berasal
dari ketentuan undang-undang. Negara hukum Indonesia juga memberikan
pengertian bahwa bukan polisi dan tentara sebagai pemegang kekuasaan dan
kesewenang-wenangan negara terhadap rakyat, melainkan adanya kontrol dari
rakyat terhadap intitusi negara dalam menjalankan kekuasaan dan kesewenangan
yang ada pada negara.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas bahwa negara hukum baik dalam arti
normal yaitu menegakan hukum yang dihasilkan oleh lembaga legislatif dalam
penyelenggaraan negara maupun negara hukum dalam arti material.Tanpa negara
hukum yang merupakan elemen pokok suasana demokratis sulit dibangun.
Ada tidaknya rule of law pada suatu negara ditentukan oleh “kenyataan”,
apakah rakyat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan adil, baik sesame warga
Negara maupun pemerintah.Untuk membangun kesadaran di masyarakat maka
perlu memasukan materi instruksional rule of law sebagai salah satu materi di
dalam mata kuliah Pendidikan Kewareganegaraan (PKn).PKn adalah desain baru
kurikulum inti di PTU yang menjunjung pencapaian Visi Indonesia 2020
(Tap.MPR No.VII/MPR/2001) dan Visi Pendidikan Tinggi 2010 (HELTS 2003-
2010-DGHE).Materinya merupakan bentuk penjabaran UU No. 2 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan Kewarganegaraan | 53
4.4 Fungsi dan Dinamika Rule of Law
4.4.1 Fungsi Rule of Law
Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal
terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia dan juga ‘’keadilan sosial’’,
sehingga diatur pada pembukaan UUD 1945, bersifat tetap dan instruktif bagi
penyelenggaraan negara.Prinsip-prinsip di atas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintahan, baik di tingkat
pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan, terutama
keadilan sosial.
4.4.2 Dinamika Pelaksanaan Rule Of Law
Pelaksanaan Rule Of Law mengandung keinginan untuk terciptanya Negara
hukum, yang membawa keadilan bagi seluruh rakyat. Penegakan Rule Of Law
harus diartikan secara hakiki ( materil ) yaitu dalam arti pelaksanaan dari just law.
Prinsip-prinsip Rule Of Law secara hakiki sangat erat kaitannya dengan “the
enofercement of the rules of law“ dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama
dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law.

Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Rule of


Law telah banyak dihasilkan di Negara kita, namun implementasi / penegakannya
belum mencapai hasil yang optimal.Sehingga rasa keadilan sebagai perwujudan
pelaksanaan Rule of Law belum dirasakan sebagian masyarakat. Dasar pijakan
bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum sekarang ini tertuang dengan jelas
pada pasal 1 ayat (3) UU 1945 Perubahan Ketiga, yang berbunyi “Negara
Indonesia adalah Negara hukum”. Dimasukkanya ketentuan ini ke dalam pasal
UUD 1945 menunjukkan semakin kuatnya dasar hukum serta menjadi amanat
Negara, bahwa Negara Indonesia adalah dan harus merupakan Negara hukum
yang nantinya diharapkan dapat memberikan rasa keadilan bagi seluruh
rakyatnya.
Dinamika kehidupan politik yang melahirkan peraturan perundang-undangan
tidak bisa kita tutupi telah merasuk dan mempengaruhi semuanya. Politik yang
tidak bisa terlepas dari yang namanya kepentingan selalu menjadi momok yang
menakutkan mana kala pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan yang syarat

Pendidikan Kewarganegaraan | 54
akan kepentingan kelompok. Pernyataan dari ketua Mahkamah Konstitusi yang
mengatakan bahwa Undang-Undang di Indonesia dapat di beli ke DPR telah
membuka mata semua masyarakat akan arti keadilan yang tidak mereka dapatkan
selama ini. Tidak ada yang berani lebih tajam menyuarakan kepentingan rakyat
lagi karena semuanya telah sibuk akan kepentingan kelompoknya masing-masing.
Dasar lain yang dapat dijadikan landasan bahwa indoanesia adalah Negara
hukum dalam arti materiil terdapat dalam pasal-pasal UUD 1945, sebagai berikut.

a. Pada bab XIV tentang Perekonomian Negara dan kesejahteraan sosial


Pasal 33 dan pasal 34 UUD 1945, yang menegaskan bahwa Negara turut
aktif dan bertanggung jawab atas perekonomian Negara dan
kesejahteraan rakyat.
b. Pada bagian penjelasan umum tentang pokok – pokok pikiran dalam
pembuakaan juga dinyatakan perlunya turut serta dalam kesejahteraan
rakyat.
4.5 Kajian Kasus
Kasus Gayus Tambunan
Gayus Halomoan Tambunan adalah seorang pegawai pajak, yang usianya masih
30 tahun. Tapi sepak terjangnya sudah menggegerkan masyarakat
Indonesia.Kasus bermula dari kecurigaan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) terhadap rekening milik Gayus di Bank Panin.
Namanya pertama kali disebut oleh mantan Kabareskrim Komjen Susno
Duadji. Susno menyebutkan Gayus memiliki Rp 25 miliar di rekeningnya,
namun hanya Rp 395 juta yang dijadikan pidana dan disita negara. Sisanya Rp
24,6 miliar tidakjelas.
Dalam kasus pajak ini Gayus dibidik Polri dengan 3 pasal, yakni pasal
penggelapan, pencucian uang, dan korupsi. Pada persidangan di PN Tangerang
tanggal 3 Maret 2010 ia dituntut satu tahun penjara, tetapi dinyatakan bebas dan
tidakbersalah.
Mantan Kepala Bareskrim Polri Susno Duadji mengungkapkan adanya
makelar kasus pajak senilai 25 miliar yang melibatkan Gayus (pada 12 Maret
2010). Pada tanggal 25 Maret gayus dimasukan dalam daftar pencarian orang ,

Pendidikan Kewarganegaraan | 55
dan Gayus berhasil dibawa dari Singapura yang kepergiannnya menggunakan
identitas palsu.
Pada tanggal 8 September 2010 gayus mulai diadili antara lain, didakwa
memperkaya diri serta menyuap penyidik dan hakim. Gayus menyatakan pada
persidangan 29 September 2010 uang miliknya diperoleh dari pekerjaan saat
menjadi ditjen pajak.
Pada saat statusnya berada ditahanan, seperti diketahui Gayus pergi ke kuala
lumpur pada 30 September 2010 dan Macao 24-26 September dengan identitas
palsu, demikian pula pada bulan itu ia yang seharusnya berada di balik jeruji
mampu melihat pertandingan tenis di Bali bersama istrinya.
Pada tanggal 22 December 2010, Gayus dituntut 20 tahun penjara dan
divonis 7 tahun penjara pada 19 Januari 2010, di PN Jakarta Selatan ia dinyatakan
terbukti menyalahgunakan wewenang saat menjadi pegawai pajak, menyuap
polisi dan hakim, serta memberikan keterangan palsu pada saat penyidikan.

Hubungan Antara Kasus Gayus dan Rule Of Law


Jika kita ulas baik – baik, Kasus mafia pajak gayus tambunan ini memiliki
hubungan yang erat dengan ‘Rule Of Law’. Pada ‘Rule Of Law’ sangat
diperlukan untuk sebuah Negara agar tercapai suatu keadilan yang dapat dinikmati
oleh seluruh warga negaranya. Pada kasus Gayus, terjadi ketidakadilan :
1. Korupsi dalam jumlah besar yang merugikan masyarakat banyak
dihukum dengan hukuman yang ringan dari seharusnya. Ini menunjukan
bahwa tidak adanya supremasi hukum di negara kita, dimana hakim,
kepolisian dan kejaksaan dapat bekerjasama untuk meringankan
hukuman seseorang.
2. Aparat hukum yang seharusnya menjadi payung sebuah Negara hukum
tidak bekerja semestinya tetapi bekerja sebaliknya. Yaitu, memberikan
keleluasaan bagi koruptor untuk keluar dari jeruji besi pada saat
menjalani masa hukuman asal memiliki uang. Hal ini sangat menodai
aparat penegak hukum , sehingga dapat dilihat tidak adanya persamaan
dimata hukum.

Pendidikan Kewarganegaraan | 56
3. Rakyat Indonesia sebagian besar telah menjalankan kewajibanya
melakukan pembayaran pajak, sehingga pemanfaatan pajak merupakan
Hak Asasi Rakyat Indonesia. Akan tetapi terdapat oknum – oknum di
kepegawaian pajak yang menyalahgunakan kewenangan nya sehingga
merugikan Hak Asasi masyarakat Indonesia.
Ketiga hal diatas yaitu, supremasi hokum, persamaan dimata hukum dan
terlindungnya HAM pada kasus gayus benar-benar telah dilanggar.

Pendidikan Kewarganegaraan | 57
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

5.1 Pengertian Hak dan Kewajiban Warga Negara


Persoalan yang paling mendasar sekaitan dengan hubungan antara negara dan
warga negara adalah masalah hak dan kewajiban. Negara dan warga negara sama-
sama memiliki hak dan kewajiban. Hak merupakan sesuatau yang harus/mutlak
dimiliki atau diperoleh oleh setiap individu. Sementara kewajiban merupaakn
sesuatu yang harus/mutlak dilakukan. Hak seseorang dibatasi oleh hak orang lain
dan dibatasi pula oleh kewajiban yang harus dilakukan oleh orang yang
bersangkutan. Jika dikaitkan dengan konsep warga negara, maka konsep hak
warga negara adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang warga negara akibat
hubungannya dengan negara. Artinya, hak tersebut mutlak harus dipenuhi oleh
negara. Sementraa itu, konsep kewajiban warga negara merupakan suatu hal yang
harus dilakukan oleh seorang warga negara sebagai akibat dari hubungannya
dengan negara. Artinya, kewajiban ini mutlak dipenuhi oleh warga negara.8
Sedangkan pengertian dari warga negara merupakan anggota negara yang
mempunyai kedudukan khusus terhadap negaranya. Ia mempunyai hubungan hak
dan kewajiban yang bersifat timbal balik terhadap negaranya (Tim ICCE UIN
Jakarta, 2003: 37). Warga negara diartikan juga sebagai orang-orang sebagai dari
suatu penduduk yang menjadi unsur negara, yang dahulu disebut hamba atau
kawula negara. Tatapi sekarang ini lazim disebut warga negara (Ubaidillah, 2000:
58).9 Selain itu, warga negara juga didefiniskan sebagai warga suatu negara yang
ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan (undang-undang Nomror
12 Tahun 2006).10

8
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, cet. 3, Halaman 130
9
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN,
Alfabeta, Bandung, 2013, hlm 160
10
Ibid, hlm 160

Pendidikan Kewarganegaraan | 58
5.2 Asas Kewarganegaraan
1. Asas Kewarganegaraan Umum
Undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia memperhatikan
asas-asas kewarganegaraan umum atau universal, yaitu asas ius sanguinis, ius
soli, dan campuran. Secara lengkap, asas-asas yang dianut oleh undang-
undang kewarganegaraan Republik Indonesia adalah:
1) Asas ius sanguinis (law of the blood), yaitu asas menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunanan, bukan
berdasarkan Negara tempat kelahiran.
2) Asas ius soli (law of the soil), yaitu asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran,
yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam undang-undang ini.
3) Asas kewarganegaraan tunggal, adalah asas yang menentukan satu
kewarganegaraan bagi setiap orang Indonesia.
4) Asas kewarganegaraan ganda terbatas, adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam undang-undang ini (merupakan pengecualian).11
2. Asas Kewarganegaraan Khusus
Terdapat beberapa asas kewarganegaraan khusus, yaitu:
1) Asas kepentingan nasional, yaitu asas yang menentukan bahwa
peraturan kewarganegaraan mengutamakan kepentinangan nasional
Indonesia, yang bertekad mempertahankan kedaulatannya sebagai
negara kesatuan yang memiliki cita-cita dan tujuan sendiri.
2) Asas perlindungan maksimum, adalah asas yang menentukan bahwa
pemerintah wajib memberikan perlindungan penuh kepada setiap
negara indonesia dalam keadaan apa pun baik di dalam maupun di
luar negeri.
3) Asas persamaan di dalam hukum dan pemerintah dan pemerintahan,
adalah asas yang menentukan bahwa setiap warga negara Indonesia

11
Ibid, hlm. 160

Pendidikan Kewarganegaraan | 59
mendapatkan perlakuan yang sama di dalam hukum dan
pemerintahan.
4) Asas kebenaran substantif, adalah prosedur pewarga negaraan
seseorang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga disertai
substansi dan syarat-syarat permohonan yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
5) Asas nondiskriminatif, yaitu asas yang tidak membedakan perlakuan
dalam segala hal ihwal yang berhungan dengan warga negara atas
dasar suku, ras, agama, golongan, jenis kelamin dan gender.
6) Asas pengakuan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia,
adalah asas yang dalam segala hal ihwal yang berhubungan dengan
warga negara harus menjamin, melindungi, dan memuliakan hak
asasi manusia pada umumnya dan hak warga negara pada
khususnya.
7) Asas keterbukaan, adalah asas yang menentukan bahwa dalam segala
hal ihwal yang berhungan dengan warga negara harus dilakukan
secara terbuka.
8) Asas publisitas, adalah asas yang menentukan bahwa seseorang yang
memperoleh atau kehilangan kewarga negaraan Republik Indonesia
diumumkan dalam Balita Negara Republik Indonesia agar
masyarakat mengetahuinya.12

5.3 Problem Status Kewarganegaraan


Akibat adanya asas kewarganegraan, khususnya asas kewarganegaraan yang
dilihat dari sisi kelahiran berupa asas ius soli dan ius sanguinis, menyebabkan
munculnya problem status kewarganegraab yang disebut dengan apatride dan
bipatride. Problem status kewarganegaraan ini terjadi dikarenakan perbedaan asas
kewarganegraab yang digunakan oleh negara-negara di dunia. Berikut penjelasan
mengenai apatride dan bipatride.

12
Ibid, hlm. 161

Pendidikan Kewarganegaraan | 60
a. Apatride ialah istilah untuk seseorang yang tidak mempunyai status
kewarganegaraan.
b. Bipatride ialah istilah untuk seseorang yang mempunyai status
kewarganegaraan ganda (dua kewarganegraan).13
Pada hakikatnya, seseorang tidak bisa berada dalam kondisi apatride dan
bipatride. Jika hal ini terjadi maka akan berimbas pada hak dan kewajiban yang
bersangkutan dalam hubungannya dengan negara. Orang yang berada dalam
kondisi apatride tidak akan diakui sebagai warga negara di negara maupun
sehingga dia tidak bisa melakukan hubungan dengan negara, dalam artian tidak
menuntut hak terhadap negara dan tidak ada jaminan oleh negara terhadap apa
pun yang menimpanya. Sementara bagi orang yang berada dalam kondisi
bipatride, ia akan memiliki peran ganda serta memiliki hak dan kewajiban ganda
pula dari dua negara yang mengakuinya sebagai warga negara. Hal ini akan
menimbulkan kesulitan bagi orang yang bersangkutan dalam melaksanakan
kewajibannya.14

5.4 Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia


1. Hak Warga Negara Indonesia
Hak dan kewajiban warga negara menurut Sumatri (2001: 1) merupakan
syarat objektif dalam semua organisasi negara demokratis. Karena rakyat-
bangsa yang menempati sebuah negara telah mencantumkannya dalam
konstitusi negara. Biasanya antara ketentuan pasal-pasal hak dan kewajiban
warga negara dalam konstitusi dengan kenyataannya sedikit atau banyak
berbeda. hal ini terjadi karena tergantung pada kebijakan pemerintahan,
tingkat kemakmuran, tingkat pelanyanan publik, sistem politik, ekonomi,
hukum, dan tingkat pendidikan, disiplin budaya bangsa, serta konstelasi dan
banyaknya masalah bangsa itu. Karena itu membicarakan hal dan kewajiban
warga negara erat hubungannya dengan rasional Pendidikan dan
Kewarganegaraan (PKN) sebagai matakuliah pengembangan kepribadian.15

13
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, cet. 3, hlm.142
14
Ibid, hlm. 143
15
Ibid, hlm. 170

Pendidikan Kewarganegaraan | 61
Secara garis besar, hak warga negara sepanjang yang diatur dalam Undang-
Undang Dasar 1945 adalah:
a. Sama kedudukannya di dalamnya hukum dan pemerintahan. Hal ini
sesuai dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (1): segala warga negara
bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan.
b. Berhak pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi manusia, sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 27 ayat (2): Tiap-tiap warga negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
c. Ikut serta dalam upaya pembelaan negar, sesuai dengan UUD 1945
Pasal 27 (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
d. Hak atas kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dan lisan dan tulisan, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28:
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran
dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang.
e. Hak untuk memeluk agama masing-masing dan untuk beribadah
menurut agamanya dan kepercayaan. Hal ini sesuai dengan UUD
1945 Pasal 29 ayat (3): Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk agamanya dan kepercayaannya itu.
f. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Hal ini
sesuai dengan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1): Tiap-tiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahan dan keamanan
negara.
g. Hak untuk mendapatkan pendidikan, sesuai dengan UUD 1945 Pasal
31 ayat (1): Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
h. Memelihara dan mengembangankan nilai-nilai budayanya. Sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 32 ayat (1): Negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah-tengah peradaban dunia
dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangakan nilai-nilai budayanya.

Pendidikan Kewarganegaraan | 62
i. Hak khusus fakir miskin dan anak-anak telantar dipelihara oleh
negara, sesuai dengan UUD 1945 Pasal ayat (1): fakir miskin dan
anak-anak telantar dipelihara oleh negara.
j. Hak fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum
yang layak, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 34 ayat (3): Negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dan fasilitas pelayanan umum yang layak.16
2. Kewajiban Warga Negara Indonesia
Di samping warga negara memiliki hak, mereka juga memiliki
kewajiban, yang harus dilaksanakan. Kewajiban warga negara Indonesia
secara garis besar di atur dalam UUD 1945 adalah:
a. Taat kepada hukum dan pemerintahan, sebagaimana disebutkan pada
UUD 1945 Pasal 27 (1): Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya.
b. Ikut serta dalam upaya pembelaan negara, sesuai dengan UUD 1945
Pasal 27 ayat (3): Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.
c. Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara, sesuai
dengan UUD 1945 Pasal 30 ayat (1): Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pertahan dan keamanan negara.
d. Mengikuti pendidikan dasar, sebagaimana di sebutkan dalam UUD
1945 Pasal 31 ayat (2): Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.17
e. Menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 28J ayat 1).
f. Untuk pertahanan dan keamanan negara melaksanakan sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta (Pasal 30 ayat 2).18

16
Ibid, hlm. 171
17
Ibid, hlm. 171

Pendidikan Kewarganegaraan | 63
5.5 Tata Cara dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia
Tata Cara untuk Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia adalah sebagai
berikut:
1) Permohonan pewarga negaraan diajukan di Indonesia oleh pemohon
secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas kertas bermaterai cukup
kepada presiden melalui menteri.
2) Berkas permohonan pewarga negaraan disampaikan kepada pejabat
(yang ditunjuk oleh Menteri untuk menangani masalah Kewarganegaraan
Republik Indonesia).
3) Menteri meneruskan permohonan pewarga negaraan disertai dengan
pertimbangan kepada presiden dalam waktu paling lambat 3 (tiga) bulan
terhitung sejak tanggal permohonan diterima.
4) Permohonan pewarga negaraan dikenai biaya.
5) Presiden mengabulkan atau menolak permohonan pewarga negaraan.
6) Pengabulan permohonan pewarga negaraan ditetapkan dengan Keputusan
Presiden.
7) Keputusan Presiden ditetapkan paling lama 3(tiga) bulan terhitung sejak
permohonan paling lambat 14(empat belas) hari terhitung sejak
Keputusan Presiden ditetapkan.
8) Penolakan permohonan pewarga negaraan harus disertai alasan dan
diberitahukan oleh menteri kepada yang bersangkutan paling lambat
3(tiga) bulan terhitung sejak tanggal permohonan diterima oleh menteri.
9) Keputusan Presiden mengenai pengabulan terhadap permohonan
pewarga negraan berlaku efektif terhitung sejak tanggal pemohon
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.
10) Paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak keputusan Presiden dikirim
kepada pemohon, pejabat memanggil pemohom untuk mengucapkan
sumpah atau menyatakan janji setia.
11) Dalam hal setelah dipanggil secara tertulis untuk mengucapkan sumpah
atau menyatakan janji setia pada waktu yang telah ditentukan ternyata

18
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, cet. 3, hlm. 133

Pendidikan Kewarganegaraan | 64
pemohon tidak hadir tanpa alasan yang sah, Keputusan Presiden tersebut
batal demi hukum.
12) Dalam hal pemohon tidak dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan
janji setia pada waktu yang ditentukan akibat kelalaian pejabat, pemohon
dapat mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia di hadapan
pejabat lain yang ditunjuk menteri.
13) Pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dilakukan di hadapan
pejabat.
14) Pejabat membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah atau
pernyataan janji setia.
15) Paling lambat 14 (empat belas) hari terhitung sejak tanggal pengucapan
sumpa atau pernyataan janji setia kepada menteri.
16) Lafal sumpah atau pernyataan janji setia
1. Yang mengucapkan sumpah, lafal sumpah sebagai berikut:
Demi Allah/demi Tuhan Yang Maha Esa, saya bersumpah
melepaskan kesetiaan saya kepada kekuasaan asing, mengakui,
tunduk, dan setia kepada Negara Republik Indonesia. Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indoensia Tahun 1945 dan
akan membela-nya dengan sungguh-sunggu serta akan menjalankan
kewajiban yang dibebankan negara kepada saya sebagai warga
Negara Indonesia dengan tulus ikhlas.
2. Yang menyatakan janji setia, lafal janji setia sebagai berikut:
Saya berjanji melepaskan seluruh kesetiaan saya kepada kekuasan
asing, mengakui, tunduk, dan setia kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan akan membela dengan sungguh-
sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan negara
kepada saya sebagai warga Negara Indonesia dengan tulus dan iklas.
17) Setelah mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia, permohonan
wajib menyerahkan dokumen atau surat-surat keimigrasian atas namanya
kepada kantor imigrasi dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari

Pendidikan Kewarganegaraan | 65
kerja terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah atau pernyataan janji
setia.
18) Salinan Keputusan Presiden tentang pewarga negaraan dan berita acara
pengucapan sumpah atau pernyataan janji setia dari pejabat (berita acara)
menjadi bukti sah Kewarganegaraan Republik Indonesia seseorang yang
memperoleh kewarganegaraan.
19) Menteri mengumumkan nama orang yang telah memperoleh
kewarganegaraan dalam Berita Negara Republik Indonesia.

5.6 Unsur-unsur Penentu Warga Negara


Siapa saja yang dapat menjadi warga negara dari suatu negara? Negara-
negara berdaulat berwenang menentukan siapa-siapa yang menjadi warga negara.
Dalam menentukan kewarganegaraan seseorang, dikenal adanya asas
kewarganegaraan berdasarkan kelahiran dan asas kewarganegaraan berdasarkan
perkawinan.
Dalam penentuan kewarganegaraan didasarkan pada sisi kelahiran dikenal
dua asas yaitu asas ius soli dan asas ius sanguinis. Ius artinya hukum atau dalil.
Soli berasal dari kata solum yang artinya negeri atau tanah. Sanguinis berasal dari
kata sanguis yang artinya darah.
a) Ius Soli
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
dari tempatdi mana orang tersebut dilahirkan.
b) Asas Ius Sanguinis
Asas yang menyatakan bahwa kewarganegaraan seseorang ditentukan
berdasarkan keturunan dari orang tersebut.
Selain dari sisi kelahiran, penentuan kewarganegaraan dapat didasarkan pada
aspek perkawinan yang mencakup asas kesatuan hukum dan asas persamaan
derajat.
a. Asas persamaan hukum didasarkan pandangan suami istri adalah suatu
ikatan yang tidak terpecahkan sebagai inti dari masyarakat. Dalam
menyelenggarakan kehidupan bersama, suami istri perlu mencerminkan
suatu kesatuan yang buulat termasuk dalam masalah kewarganegaraan.

Pendidikan Kewarganegaraan | 66
b. Asas persamaan derajat berasumsi bahwa suatu perkawinan tidak
menyebabkan perubahanstatus kewarganegaraan suami atau istri.
Keduanya memiliki hak yang sama untuk menentukan sendiri
kewarganegaraan. Jadi, mereka dapat berbeda kewarganegaraan seperti
halnya ketika belum berkeluarga.
Negara memiliki wewenang untuk menentukan warga negara sesuai asas
yang dianut negara tersebut. Dengan adanya kedaulatan ini, pada dasarnya suatu
negara tidak terikat oleh negara lain dalam menentukan kewarganegaraan. Negara
lain juga tidak boleh menentukan siapa saja yang menjadi warga negara dari suatu
negara.
Penentuan kewarganegaraan yang berbeda-beda oleh setiap negara dapat
menciptakan problem kewarganegaraan bagi seorang warga. Secara ringkas
problem kewarganegaraan adalah munculnya apatride dan bipatride. 19

5.7 Masalah Status Kewarganegaraan


Seorang warga negara Indonesia dinyatakan kehilangan kewarganegaraannya
apabila sebagai berikut:
1) Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri
2) Tidak menolak atau melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu
3) dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas
permohonannya sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau
sudah kawin, bertempat tinggal di luar negeri, dan dengan dinyatakan
hilang Kewarganegaraan Republik Indonesia tidak menjadi tanpa
Kewarganegaraan
4) masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari presiden
5) secara sukarela masuk dalam dinas negara asing, yang jabatan dalam
dinas semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia

19
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Bumi Perkasa, hlm. 60

Pendidikan Kewarganegaraan | 67
6) secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
warga negara asing atau bagian dari negara asing tersebut
7) tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing
8) mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau
surat yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih
berlaku dari negara lain atas namanya20
9) bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5
tahun berturut-turut bukan dalam rangka dinas negara, alasan yang sah
dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi
Wraga Negara Indonesia sebelum jangka waktu 5 tahun itu berakhir dan
setiap 5 tahun berikutnya yang21 bersangkutan tidak mengajukan
pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada
perwakilan RI.
10) Perempuan warga negara Indonesia yang kawin dengan laki-laki warga
asing kehilangan kewarganegraan RI jika menurut hukum negara asal
suaminya, kewarganegaraan istri mengikuti kewarganegaraan suami
sebagai akibat perkawinan tersebut.
11) Setiap orang memperoleh kewarganegaraan RI berdasarkan keterangan
yang kemudian hari dinyatakan palsu atau dipalsukan, tidak benar, atau
terjadi kekeliruan mengenai orangnya oleh instansi yang berwenang,
dinyatakan batal kewarganegraannya.22

5.8 Karakteristik Warga Negara Yang Bertanggung Jawab

Dalam UUD 1945 pasal 26 dinyatakan bahwa yang menjadi warga Negara
adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang bangsa lain yang disahkan
oleh undang-undang sebagai warga negara. Warga negara memilki peranan yang
sangat besar dalam kemajuan negaranya bahkan di sebagian besar negara di dunia

20
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Bumi Perkasa, hlm. 57
21
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers. 2015, cet. 3, hlm. 141
22
Ibdi, hlm. 142

Pendidikan Kewarganegaraan | 68
peranan warga negara memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dari pada
pemerintahnya. Dalam hal ini tentu saja warga negara yang dapat memajukan
negaranya adalah warga negara yang bertanggung jawab. Lalu seperti apakah
warga negara yang bertanggung jawab itu?

Sebagai warga negara yang bertanggung jawab maka tentu memiliki karakteristik
yang positif terhadap negaranya. Adapun karakter yang dimaksud yaitu sebagai
berikut :

1. Saling menghormati dan Bertanggung Jawab

Sebagai warga negara baik maka diperlukan rasa saling menghormati


satu sama lain atas perbedaan-perbedaan yang ada baik dalam hal yang nyata
dan yang tidak nyata. Perbedaan yang nyata antara lain adalah suku, agama,
ras, budaya dan lain-lain. Adapun perbedaan yang tidak nyata yaitu berupa
perbedaan pendapat dan pilihan dalam berdemokrasi. Warga negara yang
baik juga harus mampu bertanggung jawab menjaga keharmonisan dan
kerukunan antar sesama.

2. Kritis dalam berpikir dan bertindak

Dalam menjalani kehidupan bernegara sering sekali terjadi masalah-


masalah sosial dan politik yang terjadi bahkan hingga mengakibatkan
kestabilan nasional. Dalam hal ini warga negara memiliki hak dan kewajiban
untuk ikut serta dalam masalah-masalah sosial dan politik. Tentu saja
tindakan ini diperlukan sikap kritis dan memberi jalan atas masalah yang
terjadi. Tindakan seperti ini biasanya tidak dilakukan oleh satu orang namun
dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki sikap dan cara berpikir kritis
yang sangat tinggi.

3. Saling Diskusi dan Bertukar Pikiran

Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas


yang pasti terjadi di ditengah komunitas warga negara, apalagi ditengah
komunitas masyarakat yang plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasikan

Pendidikan Kewarganegaraan | 69
konflik yang ditimbulkan dari perbedaan tersebut, maka membuka ruang
untuk berdikusi dan berdialog merupakan salah satu solusi yang bisa
digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri untuk berdialog dan diskusi
merupakan salah satu ciri sikap warga negara yang bertanggung jawab.

4. Terbuka dan Rasional


Perubahan dan kemajuan jaman terkadang membawa dampak positif dan
juga dampak yang negatif. Oleh karena itu sebagai warga negara yang
bertanggung jawab harus memiliki kemampuan berpikir rasional yang baik.
Tidak semua budaya dan kemajuan jaman selalu berdampak positif sehingga
warga negara harus cerdas dalam memilih mana hal yang baik untuk
negaranya dan mana hal yang buruk sehingga tidak merusak identitas
negaranya.

5. Jujur dan Adil


Bukan hanya pemerintah yang dituntut harus bersikap jujur dan adil
namun juga warga negaranya agar tercipta hubungan yang harmonis dan rasa
saling mempercayai satu sama lain antar warga negara. Hal ini diperlukan
demi tercapainya persatuan dan kesatuan antar warga negara.
Demikian lima hal dasar yang menjadi karakteristik warga negara yang
bertanggung jawab. Bukan hal mudah untuk mencapai cita-cita bersama namun
juga bukan hal tidak mungkin selama kita semua terus berusaha menjadi warga
negara yang baik dan bertanggung jawab serta membentuk masyarakat indonesia
yang madani.23

5.9 Kajian Kasus Penyalahgunaan Hak dan Kewajiban Warga Negara


Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bintan, Azirwan telah ditetapkan
Pengadilan terbukti melakukan suap kepada anggota Komisi IV DPR, Al-Amin
Nasution untuk mendapat rekomendasi alih fungsi hutan di Bintan. Seperti
diketahui, Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta telah menjatuhi hukuman
dua tahun enam bulan penjara kepada Azirwan karena dininyatakan terbukti
melakukan penyuapan pada alih fungsi hutan lindung Bintan, Kepulauan Riau. Di

23
Winarno, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Bumi Perkasa, hlm. 54

Pendidikan Kewarganegaraan | 70
kasus itu, Azirwan juga diwajibkan membayar denda Rp 100 juta subsidair tiga
bulan kurungan.
KPK menangkap Azirwan pada 8 April 2008 bersama anggota DPR, Al Amin
Nasution. KPK menyita uang senilai Rp 4 juta saat penangkapan dan Rp 67 juta di
mobil Al-Amin. Uang itu diduga diberikan Azirwan untuk memuluskan
pembahasan di Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat guna mendapatkan
rekomendasi alih fungsi hutan Bintan.
Jaksa penuntut dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan,
Azirwan terbukti menyuap anggota Komisi IV DPR RI Al Amin Nur Nasution
sebesar Rp 2,250 miliar untuk memuluskan persetujuan DPR dalam alih fungsi
hutan lindung Bintan Buyu di Kabupaten Bintan.
Setelah selesei menjalani hukuman, pemerintah setempat mulai
mempromosikan Azirwan kembali menjadi Kepala Dinas Kelautan dan
Perikanan. Menurut Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan tak ada
masalah aturan dalam promosi jabatan Azirwan. Promosi itu sesuai Undang-
Undang Nomor 43 Tahun 1999. Sementara Menteri Pemberdayaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi, Azwar Abubakar, berpendapat pengangkatan
Azirwan merupakan wewenang Gubernur Kepulauan Riau.

Analisis Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Kasus Azirwan


Telah disebutkan sebelumnya oleh TH Marshall dalam bukunya Citizenship
and Sosial Class (1950) menyatakan citizenship sebagai “a status bestowed on
those who are full members of a community (including civil, political, social
rights”. Bahwa ada tiga hak yang mendasar pada warga negara yaitu hak sipil,
politik, dan sosial. Dimana, hak sipil berkaitan dengan aturan hukum dan
kebebasan berbicara; hak politik berkaitan dengan proses politik legal formal
terutama hak dipilih/memilih; serta sosial berisikan hak untuk mendapatkan
jaminan keamanan dan kesejahteraan yang layak sebagai sesama warganegara.
Dalam kasus diatas, Azirwan yang merupakan warga negara Indonesia
mendapatkan hak sipil berupa kebebasan berbicara dan apapun yang berkaitan
dengan aturan hukum. Seperti disebutkan dalam UUD 1945 pasal 28I ayat 1 : Hak
untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak

Pendidikan Kewarganegaraan | 71
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut
atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun.
Mengenai hak politiknya, dia seharusnya mendapatkan hak untuk berserikat
sesuai pasal 28. Akan tetapi, karena dia telah terbukti melanggar peraturan hukum
yang berlaku yakni melakukan tindak pidana korupsi. Maka, sesuai dengan UU
nomor 43 tahun 1999 tentang pokok kepegawaian, pasal 23 ayat 3b, 5c
menyatakan PNS yang terlibat korupsi, dapat dihentikan dengan tidak hormat jika
dihukum penjara atau kurungan yang tetap karena melakukan tindakan pidana
kejahatan yang ancamannya di atas 4 tahun. Hal ini dukung dengan kutipan dari
salah satu Anggota Badan Pekerja Indonesia Corruption Watch (ICW), Emerson
Yuntho, mengatakan seharusnya Gubernur Riau justru memecat Azirwan setelah
ditetapkan Pengadilan terbukti melakukan suap kepada anggota Komisi IV DPR,
Al-Amin Nasution, pada 8 April 2008 untuk mendapat rekomendasi alih fungsi
hutan di Bintan.
"Gubernur Kepulauan Riau harus membatalkan pengangkatan Azirwan
sebagai Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan serta memecatnya sebagai PNS,"
kata Emerson dalam surat elektronik yang diterima Okezone, Rabu (17/10/2012).
Menurut Emerson, berdasarkan Undang-undang Kepegawaian dan Peraturan
Pemerintah nomor 100 tahun 2000, Azirwan seharusnya dipecat dari status
Pegawai Negeri. Selain itu, Azirwan juga tidak dapat diangkat dalam jabatan
struktural di lingkungan pemerintah karena pertimbangan melanggar sumpah
jabatan.
"PNS yang telah menjadi terpidana dalam kasus korupsi, berapa pun
hukumannya harus diberhentikan dengan tidak hormat. Tidak ada alasan apa pun,"
terang Emerson.
Emerson menilai pengangkatan Azirwan sebagai Kepala Dinas harus
dimaknai sebagai kegagalan reformasi birokrasi dan kebijakan pro terhadap
koruptor. "Di lingkungan birokrasi, mulai terjadi pergeseran dari sikap zero
tolerance menjadi 100 % tolerance terhadap koruptor. Koruptor dapat diterima

Pendidikan Kewarganegaraan | 72
atau diberikan kesempatan kembali bekerja dilingkungan pemerintah," ungkap
Emerson.
Mengenai hak social Azirwan, berupa hak untuk menerima jaminan
kesejahteraan dan keamanan telah diatur oleh Undang Undang Dasar 1945 yaitu:
a. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
(pasal 27 ayat 2).
b. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak
untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya.”(pasal 28A).
c. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi
kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1).
d. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1)Akan
tetapi, dalam menjalankan semua haknya tersebut Azirwan juga memiliki
kewajiban berupa tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang. Pasal 28J ayat 2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak
dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang
ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk menjamin
pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-
nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis.” Azirwan yang merupakan mantan koruptor bisa
menjalankan haknya tetapi ada batasan-batasan tertentu karena ia
memiliki catatan ex koruptor sehingga tidak seleluasa seperti
sebelumnya. Selain dari hukum itu sendiri, dalam kehidupan sosialnya
kemungkinan akan mendapat cemooh ataupun dikucilkan oleh
masyarakat sekitarnya.

Pendidikan Kewarganegaraan | 73
BAB VI
DEMOKRASI DI INDONESIA

6.1 Pengertian Demokrasi


Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara
sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas
negara untuk di jalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos”
yang artinya rakyat, dan “kratos” atau “cratein” yang artinya kekuasaan.
Demokratisasi dapat di mengerti sebagai proses pelaksanaan demokrasi dalam
kehidupan politik kenegaraan dan kemasyarakatan.24 Sedangkan secara
terminologi (istilah), pada hakikatnya demokrasi merupakan suatu perencanaan
unstitusional untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu
memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara memperjuangkan kompetisi atas
suara rakyat (Schumpeter, 1950).25
Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara mengandung pengertian bahwa
pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah
mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karna
kebijakan tersebut menentukan kehidupan rakyat.
Secara umum demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan dimana rakyat
diikut sertakan dalam pemerintahan negara serta sebagai penentu keputusan dan
kebijakan tertinggi dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan serta sebagai
pengontrol terhadap pelaksanaannya, baik secara langsung oleh rakyat atau
melalui lembaga perwalian.26
1) Menurut Internasional Commision of Jurits (ICJ)
Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan oleh rakyat dimana
kekuasaan tertinggi ditangan rakyat dan di jalankan langsung oleh

24
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007, hlm.
101
25
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, cet. 3, Halaman 82
26
Ibid, hlm. 102

Pendidikan Kewarganegaraan | 74
mereka atau oleh wakil-wakil yang mereka pilih dibawah sistem
pemilihan yang bebas. Jadi, yang di utamakan dalam pemerintahan
demokrasi adalah rakyat.
2) Menurut Abraham Lincoln (Presiden AS ke-16)
Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat (government of the people, by the people, and for the people).
3) Menurut C.F Strong
Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota dewasa dari
masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin
bahwa pemerintahan akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakan kepada mayoritas itu.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi
sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan, yang
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik
penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.27

6.2 Sejarah Pertumbuhan Demokrasi


Demokrasi lahir melalui proses yang sangat panjang. Demokrasi pada
hakikatnya lahir karena dilatarbelakangi oleh bberapa hal sebagai berikut:
a. Penindasan dan eksploitasi terhadap rakyat, terutama eksploitasi tenaga
dan pikiran rakyat, sehingga rakyat hanya punya kewajiban tanpa hak.
Sebaliknya, penguasa atau pemerintah tampak seolah-olah hanya punya
hak tanpa kewajiban.
b. Kondisi ehidupan masyarakat seperti di atas selalu mengakibatkan
timbulnya konflik dengan korban yang lebih banyak di pihak rakyat.28
c. Kesejahteraan bertumpu pada para penguasa, sedangkan rakyat dibiarkan
hidup melarat tanpa jaminan masa depan.
Jika diurutkan lebih rinci, pertumbuhan dan perkembangan demokrasi dapat
diurutkan sebagai berikut:

27
Putra Sareb, R.Masri (ed), Pancasila dan Kewarganegaraan, Jakarta: Salemba Humanika, 2010,
hlm. 95
28
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, cet. 3, hlm. 84

Pendidikan Kewarganegaraan | 75
a. Demokrasi masa yunani kuno
Konsep demokrasi lair di Yunani Kuno dan dipraktikkan dalam hidup
bernegara antara abad IV sebelum Masehi hingga abad VI Masehi.
Demokrasi yang dipraktikkan pada saat itu adalah demokrasi langsung,
artinya hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan oleh seluruh
rakyat atau warga negara. Demokrasi langsung dapat dilaksanakan pada
waktu itu karena alasan: 1) berlangsung dalam kondisi yang sederhana, 2)
wilayahnya terbatas, dan 3) jumlah penduduknya sedikit.

b. Demokrasi pada abad pertengahan


Gagasan demokrasi Yunani kuno boleh dikatakan berakhir ketika bangsa
Romawi dikalahkan oleh suku Eropa Barat dan Benua Eropa pada Abad
Pertengahan (abad VI Masehi sampai abad XII Masehi yang disebut dengan
Abad Kegelapan), yang dicirkan dengan: 1) struktur masyarakatnya yang
feodal, 2) kehidupan spirituala dikuasai oleh Paus dan pejabat agama, dan 3)
kehidupan politik ditandai oleh perebutan kekuasaan di anatar para
bangsawan. Dengan demikian kehidupan sosial, politik dan agama ditentukan
oleh elit-elit masyarakat. 29

c. Perkembangan demokrasi di Perancis


Di Perancis, perekmbangan demokrasi dimulai pad awal abad XII
Masehi dengan bermunculan pusat-pusat belajar yang bisa dianggap sebagai
cikal bakal perguruan tinggi. Mereka ini kemudian membentuk sebuah
perhimpunan yang disebut universitas Magistrorum et Schofarum.
Perhimpunan ini sangat penting artinya dalam sejarah pendidikan tinggi
karena berhasil mendapat pengukuhan statusnya yang otonom berdasarkan
dekrit pimpinan tertinggi gereja.

d. Perkembangan demokrasi melalui Magna Charta tahun 1215 di


Inggris

29
Ibid, hlm. 85

Pendidikan Kewarganegaraan | 76
Selanjutnya, tonggak baru kemunculan demokrasi ditandai dengan
kelahiran HAM melalui Magna Charta pada abad XII Masehi di Inggris.
Magna Charta merupakan piagam yang berisi perjanjian antara beberapa
bangsawan dan Raja Jhon di Inggris yang intinya menyatakan, bahwa raja
mengakui dan menjamin beberapa hak. Hal ini terjadi akibat kecaman
terhadap monarkhi dan gereja yang pada masa itu masih sangat dominan.
Dari sini timbul gagasan membatasi kekuasaan pemerintah dan menjamin
hak-hak politik rakyat sehingga kekuasaan pemerintah diimbangi kekuasaan
parlemen dan lembaga-lembaga hukum.30

e. Demokrasi pada masa renaissance


Renaissance merupakan gerakan yang menghidupkan kembali minat
pada sastra dan budaya Yunani Kuno yang berupa gelombang-gelombang
kebudayaan dan pemikiran yang dimulai di Italia pada abad XII Masehi dan
mencapai puncaknya pada abad XVI Masehi. Masa renaissance adalah masa
di mana orang mematahkan ikatan dan menggantinya dengan kebebasan
bertindak yang sesuai dengan yang dipikirkan.

f. Reformasi Gereja
Refromasi gereja merupakan gerakan revolusi agama yang terjadi di
Eropa pada abad XVI Masehi yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan
dalam gerja Katolik yang hasilnya adalah Protestanisme (ajaran dari Martin
Luther yang hidup pada tahun 1483-1546). Reformasi dimulai pada pintu
gereja Wittenberg (31 Oktober 1517), yang kemudian segera memancing
terjadinya serangan gereja.31

6.3 Jenis-Jenis Demokrasi


1. Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat:
a) Demokrasi langsung
Dipraktikkan di negara-negara kota (polis, city state) pada zaman
Yunani Kuno. Pada masa itu, seluruh rakyat dapat menyampaikan

30
Ibid, hlm. 86
31
Ibid, hlm. 87

Pendidikan Kewarganegaraan | 77
aspirasi dan pandangannya secara langsung. Dengan demikian,
pemerintah dapat mengetahui aspirasi dan persoalan-persoalan yang
sebenarnya dihadapi masyarakat. Namun dalam zaman modern,
demokrasi langsung sulit dilaksanakan karena:
 Sulitnya mencari tempat yang dapat menampung seluruh rakyat
sekaligus dalam membicarakan suatu urusan.
 Tidak setiap orang memahami persoalan-persoalan negara yang
semakin rumit dan kompleks.
 Musyawarah tidak akan efektif sehingga sulit menghasilkan
keputusan yang baik.
b) Demokrasi tidak langsung atau demokrasi perwakilan
Sistem demokrasi (menggantikan demokrasi langsung) yang dalam
menyalurkan kehendaknya, rakyat memilih wakil-wakil mereka untuk
duduk dalam parlemen. Aspirasi rakyat disampaikan melalui wakil-wakil
mereka dalam parlemen. Tipe demokrasi perwakilan berlainan menurut
konstitusi negara masing-masing.32
2. Demokrasi ditinjau dari hubungan antar-alat kelengkapan negara
a) Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum
Dalam sistem demokrasi ini rakyat memilih para wakil mereka untuk
duduk di parlemen, tetapi parlemen tetap dikontrol oleh pengaruh rakyat
dengan sistem referendum (pemungutan suara untuk mengetahui
kehendak rakyat secara langsung). Sistem ini digunakan di salah satu
negara bagian Swiss yang disebut Kanton.
b) Demokrasi perwakilan dengan sistem parlementer
Sistem demokrasi yang terjadi karena adanyanhubungan erat antara
badan eksekutif dan legislatif. Menteri di eksekutif diangkat atas usul
legislative, sehingga menteri bertanggungjawab terhadap parlemen.
Presiden dan Raja adalah kepala negara tetapi bukan kepala
pemerintahan. Tugas eksekutif harus sesuai dengan pedoman atau
program kerja yang telah disetuji oleh parlemen. Kedudukan eksekutif
32
Abdulkarim, Kewarganegaraan Jilid 2, Bandung: Grafindo Media Pratama, 2004, hlm. 99

Pendidikan Kewarganegaraan | 78
dimata parlemen dapat stabil dan mendapat dukungan, jika menjalankan
sesuai dengan tugasnya, tetapi jika sebaliknya maka parlemen dapat
menjatuhkan cabinet dengan pengajuan mosi tidak percaya. Kedudukan
eksekutif berada dibawah parlemen yang sangat tergantung pada
dukungannya.
c) Demokrasi perwakilan dengan sistem pemisahan kekuasaan
Suatu sistem demokrasi dimana eksekutif dan legislative
kedudukannya terpisah. Seperti menteri-menteri diangkat oleh presiden
dan memiliki tanggungjawab kepada presiden. Presiden berkedudukan
sebagai kepala negara dan juga sebagai kepala pemerintahan. Jabatan
presiden dan menteri tidak bergantung dari dukungan parlemen dan tidak
dapat diberhentikan oleh parlemen.
d) Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum dan inisiatif rakyat
Gabungan dari demokrasi perwakilan/tidak langsung dan demokrasi
secara langsung. Badan perwakilan tetap ada, namundikontrol oleh
rakyat melalui refendum yang sifatnya obligator dan fakultatif.33
3. Demokrasi berdasarkan prinsip ideologi
a) Demokrasi konstitusional (demokrasi liberal)
Demokrasi yang di dasari dan di jiwai oleh pandangan liberalisme
yaitu suatu paham yang menentukan pada kebebasan individu yang
sangat luas dan longgar tanpa mengabaikan kepentingan umum.
b) Demokrasi rakyat (demokrasi komunis/proletar)
Demokrasi yang didasari dari paham sosialisme dan komunisme
yang mengutamakan kepentinga negara dan kepentingan umum.
c) Demokrasi pencasila
Demokrasi yang bersumber dari tata nilai social dan budaya bangsa
Indonesia dengan berasaskan musyawarah mufakat yang mengutamakan
kepentingan umum.

33
Ibid, hlm. 101

Pendidikan Kewarganegaraan | 79
4. Demokrasi ditinjau dari titik berat perhatiannya
a) Demokrasi Formal
Demokrasi formal menjunjung tinggi persamaan dalam bidang
politik tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau menghilangkan
kesenjangan rakyat dalam bidang ekonomi. Dalam sistem demokrasi
yang demikian, semua orang dianggap memiliki derajat dan hak yang
sama. Namun, karena kesamaan itu, penerapan azas free fight
competition (persaingan bebas) dalam bidang ekonomi menyebabkan
kesenjangan antara golongan kaya dan golongan miskin kian lebar,
kepentingan umum pun diabaikan. Demokrasi formal/ liberal sering pula
disebut demokrasi Barat karena pada umumnya dipraktikkan oleh
negara-negara Barat. Kaum komunis bahkan menyebutnya demokrasi
kapitalis karena dalam pelaksanaannya kaum kapitalis selalu
dimenangkan oleh pengaruh uang (money politics) yang menguasai opini
masyarakat (public opinion).
b) Demokrasi Material
Demokrasi material menitik beratkan upaya-upaya menghilangkan
perbedaan dalam bidang ekonomi sehingga persamaan dalam persamaan
hak dalam bidang politik kurang diperhatikan, bahkan mudah
dihilangkan. Untuk mengurangi perbedaan dalam bidang ekonomi, partai
penguasa (sebagai representasi kekuasaan negara) akan menjadikan
segala sesuatu sebagai milik negara. Hak milik pribadi tidak diakui.
Maka, demi persamaan dalam bidang ekonomi, kebebasan dan hak-hak
asasi manusia di bidang politik diabaikan. Demokrasi material
menimbulkan perkosaan rohani dan spiritual. Demokrasi ini sering
disebut demokrasi Timur karena berkembang di negara-negara sosialis/
komunis di Timur, seperti Rusia, Cekoslowakia, Polandia dan Hongaria
dengan ciri-ciri:
 Sistem satu (mono) partai, yaitu partai komunis (di Rusia).
 Sistem otoriter, yaitu otoritas penguasa dapat dipaksakan kepada
rakyat.

Pendidikan Kewarganegaraan | 80
 Sistem perangkapan pimpinan, yaitu pemimpin partai merangkap
sebagai pemimpin negara/ pemerintahan.
 Sistem pemusatan kekuasaan di tangan penguasa tertinggi dalam
negara.
c) Demokrasi Gabungan
Demokrasi ini mengambil kebaikan dan membuang keburukan
demokrasi formal dan material. Persamaan derajat dan hak setiap orang
tetap diakui, tetapi diperlukan pembatasan untuk mewujudkan
kesejahteraan seluruh rakyat. Pelaksanaan demokrasi ini bergantung pada
ideologi negara masing-masing sejauh tidak secara jelas
kecenderungannya kepada demokrasi liberal atau demokrasi rakyat.
5. Demokrasi menurut dasar wewenang dan hubungan antara alat
kelengkapan negara
a) Demokrasi Sistem Parlementer
Suatu demokrasi yang menempatkan kedudukan badan legislative
lebih tinggi daripada badan eksekutif. Kepala pemerintahan dipimpin
oleh seora Perdana Menteri. Perdana meneteri dan menteri-menteri dalam
cabinet diangkat dan diberhentikan oleh parlemen. Dalam demokrasi
parlementer presiden menjabat sebgai kepala negara.
b) Demokrasi Sistem Presidensial
Demokrasi yang mana kekuasaan eksekutif diangkat bedasarkan
demokrasi rakyat dan dipilih langsungoleh merekan atau melalui badan
perwakilan rakyat.34

6.4 Sejarah Demokrasi di Indonesia


Sejak Indonesia merdeka dan berdaulat sebagai sebuah negara pada tanggal
17 Agustus 1945, para Pendiri Negara Indonesia (the Founding Fathers) melalui
UUD 1945 (yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945) telah menetapkan
bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut paham atau ajaran
demokrasi, dimana kedaulatan (kekuasaan tertinggi) berada ditangan Rakyat dan

Maswadi Rauf,Manakar Demokrasi di Indonesia ’Indeks Demokrasi di Indonesia’, Jakarta: CV.


34

Pustaka Media, 2009, hlm. 115

Pendidikan Kewarganegaraan | 81
dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dengan
demikian berarti juga NKRI tergolong sebagai negara yang menganut paham
Demokrasi Perwakilan (Representative Democracy).
Penetapan paham demokrasi sebagai tataan pengaturan hubungan antara
rakyat disatu pihak dengan negara dilain pihak oleh Para Pendiri Negara
Indonesia yang duduk di BPUPKI tersebut, kiranya tidak bisa dilepaskan dari
kenyataan bahwa sebagian terbesarnya pernah mengecap pendidikan Barat, baik
mengikutinya secara langsung di negara-negara Eropa Barat (khususnya Belanda),
maupun mengikutinya melalui pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi
yang diselenggarakan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia sejak
beberapa dasawarsa sebelumnya, sehingga telah cukup akrab dengan ajaran
demokrasi yang berkembang di negara-negara Eropa Barat dan Amerika Serikat.
Tambahan lagi suasana pada saat itu (Agustus 1945) negara-negara penganut
ajaran demokrasi telah keluar sebagai pemenang Perang Dunia-II.
Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga
saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia
terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu
dengan lainnya.35

6.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia


Sejak awal kemerdekaan Negara Indonesia berbagai hal berkenaan dengan
hubungan Negara dan masyarakat telah diatur di dalam UUD 1945 para founding
father (pendiri Negara) berkeinginan kuat sistem politik Indonesia mampu
mewujudkan pemerintahan yang melindungi segenap tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum dan ikut serta dalam perdamaian dunia.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dalam perjalanannya mengalami pasang
surut. Hal itu di tandai dengan perubahan bentuk demokrasi yang pernah di
laksanakan di Indonesia.Dalam perkembangan-nya demokrasi di Indonesia dibagi
dalam beberapa periode berikut:

35
Ibid, hlm. 85

Pendidikan Kewarganegaraan | 82
1. Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi (1945-1950)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.
Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan
diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang-Undang
Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara
(UUDS) 1950. Meskipun ini dapat berjalan dengan memuaskan di
beberapa negara Asia lain.Sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan melemahnya persatuan bangsa.
Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri atas Presiden sebagai kepala
negara konstitusional dan perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
Tahun 1945 – 1950, Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda
yang ingin kembali ke Indonesia. Pada saat itu pelaksanaan demokrasi
belum berjalan dengan baik. Hal itu disebabkan oleh masih adanya
revolusi fisik. Pada awal kemerdekaan masih terdapat sentralisasi
kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 yang
berbunyi sebelum MPR, DPR dan DPA dibentuk menurut UUD ini
segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden denan dibantu oleh KNIP.
Untuk menghindari kesan bahwa negara Indonesia adalah negara yang
absolut pemerintah mengeluarkan:
a. Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945,
KNIP berubah menjadi lembaga legislatif.
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 Nopember 1945 tentang
Pembentukan Partai Politik.
c. Maklumat Pemerintah tanggal 14 Nopember 1945 tentang
perubahan sistem pemerintahn presidensil menjadi
parlementer.36

36
Achmad Buchory, Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI Semester 1. Solo: CV. HaKa MJ,
2003, hlm. 89

Pendidikan Kewarganegaraan | 83
2. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Lama (1950-1965)
a) Demokrasi Liberal (1950-1959)
Pelaksanaan demokrasi liberal sesuai dengan konstitusi yang berlaku
saat itu, yakni Undang Undang Dasar Sementara 1950. Kondisi ini
bahkan sudah dirintis sejak dikeluarkannya maklumat pemerintah tanggal
16 Oktober 1945 dan maklumat tanggal 3 November 1945, tetapi
kemudian terbukti bahwa demokrasi liberal atau parlementer yang
meniru sistem Eropa Barat kurang sesuai diterapkan di Indonesia. Tahun
1950 sampai 1959 merupakan masa berkiprahnya parta-partai politik.
Dua partai terkuat pada masa itu (PNI & Masyumi) silih berganti
memimpin kabinet. Sering bergantinya kabinet sering menimbulkan
ketidakstabilan dalam bidang politik, ekonomi, sosial, dan keamanan.
Ciri-ciri demokrasi liberal adalah sebagai berikut :
1. Presiden dan Wakil Presiden tidak dapat diganggu gugat

2. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintah

3. Presiden bisa dan berhak berhak membubarkan DPR

4. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

Namun demikian praktik demokrasi pada masa ini dinilai gagal


disebabkan:
 Dominannya partai politik
 Landasan sosial ekonomi yang masih lemah
 Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti
UUDS 1950
Atas dasar kegagalan itu maka Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5
Juli 1959 :
 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUD S 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS
b) Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pendidikan Kewarganegaraan | 84
Demokrasi terpimpin adalah sebuah sistem demokrasi dimana
seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpin negara.
Konsep sistem Demokrasi Terpimpin pertama kali diumumkan oleh
Presiden Soekarno dalam pembukaan sidang konstituante pada tanggal
10 November 1956. Masa demokrasi terpimpin (1957-1965) dimulai
dengan tumbangnya demokrasi parlementer atau demokrasi liberal yang
ditandai pengunduran Ali Sastroamidjojo sebagai perdana mentri. Namun
begitu, penegasan pemberlakuan demokrasi terpimpin dimulai setelah
dibubarkannya badan konstituante dan dikeluarkannya dekrit presiden 5
Juli 1959.
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.
VII/MPRS/1965 adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang berintikan
musyawarah untuk mufakat secara gotong royong diantara semua
kekuatan nasional yang progresif revolusioner dengan berporoskan
nasakom dengan ciri:
 Dominasi Presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangnya pengaruh PKI.
Ketegangan-ketegangan politik yang terjadi pasca Pemilihan Umum
1955 membuat situasi politik tidak menentu. Kekacauan politik ini
membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan darurat. Hal ini
diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan
dalam menyusun konstitusi baru, sehingga negara Indonesia tidak
mempunyai pijakan hukum yang mantap. Berikut latar belakang
munculnya penerapan demokrasi terpimpin oleh Presiden Soekarno.
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antara lain:
1. Mengaburnya sistem kepartaian, pemimpin partai banyak yang
dipenjarakan
2. Peranan Parlemen lembah bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden
dan presiden membentuk DPRGR

Pendidikan Kewarganegaraan | 85
3. Jaminan HAM lemah
4. Terjadi sentralisasi kekuasaan
5. Terbatasnya peranan pers
6. Kebijakan politik luar negeri sudah memihak ke RRC (Blok Timur)
Akhirnya terjadi peristiwa pemberontakan G 30 September 1965 oleh
PKI yang menjadi tanda akhir dari pemerintahan Orde Lama.37
c) Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Baru (1966-1998)
Dinamakan juga demokrasi pancasila. Pelaksanaan demokrasi orde
baru ditandai dengan keluarnya Surat Perintah 11 Maret 1966, Orde Baru
bertekad akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Awal Orde baru memberi harapan baru pada rakyat
pembangunan disegala bidang melalui Pelita I, II, III, IV, V dan pada
masa orde baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun
1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan 1997.
Demokrasi Pancasila mengandung arti bahwa dalam menggunakan
hak-hak demokrasi haruslah disertai rasa tanggung jawab kepada Tuhan
Yang Maha Esa menurut agama dan kepercayaan masing-masing,
menjunjung tinggi nilal-nilal kemanusiaan sesuai dengan martabat dan
harkat manusia, haruslah menjamin persatuan dan kesatuan bangsa,
mengutamakan musyawarah dalam menyelesaian masalah bangsa, dan
harus dimanfaatkan untuk mewujudkan keadilan social.
Demokrasi Pancasila berpangkal dari kekeluargaan dan gotong
royong. Semangat kekeluargaan itu sendiri sudah lama dianut dan
berkembang dalam masyarakat Indonesia, khususnya di masyarakat
pedesaan.
Munculnya demokrasi Pancasila adalah adanya berbagai
penyelewengan dan permasalahan yang dialami oleh bangsa Indonesia
pada berlakunya demokrasi parlementer dan demokrasi terpimpin. Kedua

37
Alfitri Rogaiyah, Jurnal PPKn dan Hukum: Demokrasi Kesetaraan atauKesenjangan, Jakarta:
PT Grafindo Persada, 2009, hlm. 133

Pendidikan Kewarganegaraan | 86
jenis demokrasi tersebut tidak cocok diterapkan di indonesia yang
bernapaskan kekeluargaan dan gotong royong.
Sejak lahirnya orde baru di Indonesia diberlakukan demokrasi
Pancasila sampai saat ini. Meskipun demokrasi ini tidak bertentangan
dengan prinsip demokrasi konstitusional, namun praktik demokrasi yang
dijalankan pada masa orde baru masih terdapat berbagai peyimpangan
yang tidak sejalan dengan ciri dan prinsip demokrasi pancasila,
diantaranya:
a. Penyelenggaraan pemilu yang tidak jujur dan adil
b. Penegakkan kebebasan berpolitik bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS)
c. Kekuasaan kehakiman (yudikatif) yang tidak mandiri karena para
hakim adalah anggota PNS Departemen Kehakiman
d. Kurangnya jaminan kebebasan mengemukakan pendapat
e. System kepartaian yang tidak otonom dan berat sebelah
f. Maraknya praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme
g. Menteri-menteri dan Gubernur di angkat menjadi anggota MPR

Sebab jatuhnya Orde Baru:


a. Hancurnya ekonomi nasional ( krisis ekonomi )
b. Terjadinya krisis politik
c. TNI juga tidak bersedia menjadi alat kekuasaan orba
d. Gelombang demonstrasi yang menghebat menuntut Presiden
Soeharto untuk turun jadi Presiden.38

Ciri-ciri demokrasi pada periode Orde Lama antara lain presiden sangat
mendominasi pemerintahan, terbatasnya peran partai politik,
berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranan ABRI
sebagai unsur sosial politik. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru
ditandai oleh; dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi
pengambilan keputusan politik, pembatasan peran dan fungsi partai
politik, campur tangan pemerintah dalam persoalan partai politik dan
38
Akhmad Ubaidillah, Demokrasi, Ham, dan Masyarakat Madani, Jakarta: Jakarta Press, 2000,
hlm. 37

Pendidikan Kewarganegaraan | 87
publik, masa mengambang, monolitisasi ideologi negara, dan inkorporasi
lembaga nonpemerintah.

Kegagalan Demokrasi Pancasila pada zaman orde baru, bukan berasal


dari konsep dasar demokrasi pancasila, melainkan lebih kepada praktik
atau pelaksanaanya yang mengingkari keberadaan Demokrasi Pancasila

d) Pelaksanaan Demokrasi Masa Transisi (1998-1999)


Masa transisi berlangsung tahun 1998-1999. Pada masa ini terjadi
penyerahan kekuasaan dari Presiden Soeharto yang mengundurkan diri
kepada Wakil Presiden B. J. Habibie pada tanggal 21 Mei 1998, jadi
Presiden RI pada waktu itu digantikan oleh B. J. Ha Habibie. Hal ini
disebut masa transisi, yaitu perpindahan pemerintahan.
Demokrasi terpimpin, juga disebut demokrasi terkelola adalah istilah
untuk sebuah pemerintahan demokrasi dengan peningkatan otokrasi.
Pemerintahan negara dilegitimasi oleh pemilihan umum yang walaupun
bebas dan adil, digunakan oleh pemerintah untuk melanjutkan kebijakan
dan tujuan yang sama. Atau dengan kata lain, pemerintah telah belajar
untuk mengendalikan pemilihan umum sehingga pemilih dapat
melaksanakan semua hak-hak mereka tanpa benar-benar mengubah
kebijakan publik. Walaupun mengikuti prinsip-prinsip dasar demokrasi,
dapat timbul penyimpangan kecil terhadap otoritarianisme. Dalam
demokrasi terpimpin, pemilih dicegah untuk memiliki dampak yang
signifikan terhadap kebijakan yang dijalankan oleh negara melalui
pengefektifan teknik kinerja humas yang berkelanjutan.

e) Demokrasi Pancasila Pada Era Orde Reformasi


Demokrasi yang dijalankan pada masa reformasi ini masih tetap
demokrasi pancasila. Namun perbedaanya terletak pada aturan
pelaksanaan. Berdasarkan peraturan perundang-undangan dan praktik
pelaksanaan demokrasi, terdapat beberapa perubahan pelaksanaan
demokrasi pancasila dari masa orde baru pelaksanaan demokrasi pada
masa orde reformasi sekarang ini yaitu :

Pendidikan Kewarganegaraan | 88
a. Pemilihan umum lebih demokratis
b. Partai politik lebih mandiri
c. Lembaga demokrasi lebih berfungsi
d. Konsep trias politika (3 Pilar Kekuasaan Negara) masing-masing
bersifat otonom penuh.
Adanya kehidupan yang demokratis, melalui hukum dan peraturan yang
dibuat berdasarkan kehendak rakyat, ketentraman dan ketertiban akan
lebih mudah diwujudkan. Tata cara pelaksanaan demokrasi Pancasila
dilandaskan atas mekanisme konstitusional karena penyelenggaraan
pemeritah Negara Republik Indonesia berdasarkan konstitusi.39
Demokrasi pancasila hanya akan dapat dilaksanakandengan baik
apabila nilai-nilai yang terkandung didalamnya dapat dipahami dan
dihayati sebagai nilai-nilai budaya politik yang mempengaruhi sikap
hidup politik pendukungnya. Demokrasi Indonesia saat ini telah dimulai
dengan terbentuknya DPR – MPR hasil Pemilu 1999 yang telah memilih
presiden dan wakil presiden serta terbentuknya lembaga-lembaga tinggi
yang lain. Masa reformasi berusaha membangun kembali kehidupan yang
demokratis antara lain:
a. Keluarnya Ketetapan MPR RI No. X/MPR/1998 tentang pokok-
pokok reformasi
b. Ketetapan No. VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang
Referandum
c. Tap MPR RI No. XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara
yang bebas dari KKN
d. Tap MPR RI No. XIII/MPR/1998 tentang pembatasan Masa Jabatan
Presiden dan Wakil Presiden RI
e. Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I, II, III, IV

39
Arif, Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Paramadina, 2012, hlm. 79

Pendidikan Kewarganegaraan | 89
Pada Masa Reformasi berhasil menyelenggarakan pemilihan umum
sudah dua kali yaitu tahun 1999 dan tahun 2004.40

40
Moh Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi tentang Interaksi Politik dan
Kehidupan Ketatanegaraan), Jakarta: Rineka Cipta, 2003, hlm. 93

Pendidikan Kewarganegaraan | 90
BAB VII
GEOPOLITIK DI INDONESIA

7.1 Pengertian Geopolitik


Geopolitik berasal dari kata “geo” atau bumi dan politik yang berarti
kekuatan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan dasar dalam
menentukan alternatif kebijaksanaan nasional untuk mewujudkan tujuan
nasional.41
Geopolitik diartikan sebagai sistem politik atau peraturan-peraturan dalam
wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh aspirasi nasional
geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan geografi,
wilayah atau teritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan
dan berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik
suatu negara. Sebaliknya, politik negara itu secara langsung akan berdampak
kepada geografi negara yang bersangkutan. Geopolitik bertumpu kepada geografi
sosial (hukum geografi), mengenai situasi, kondisi, atau konstelasi geografi dan
segala sesuatu yang dianggap relevan dengan karakteristik geografi42.
Dalam berbagai referensi pengertian geopolitik ini dirangkum dalam
bentuk definisi. Misalnya dalam salah satu jurnal geopolitik online
(http://www.tandf.co.uk/journals) dikemukakan bahwa geopolitik memiliki ruang
lingkup multidisiplin, yang mencakup semua aspek dari ilmu sosial dengan
penekanan pada geografi politik, hubungan internasional. Oyvin Osterud dalam
tulisannya yang berjudul “The Uses and Abuses of Geopolitics” pada the Journal
of Peace th 1998 no 2, mengemukakan bahwa geopolitik secara tradisional
menunjukkan kaitan atau hubungan sebab akibat antara kekuasaan politik dan
ruang geografi. Dalam istilah yang lebih konkret, ini dipandang sebagai
seperangkat ide yang mengemukakan keharusan-keharusan strategik yang

41
Sumarsono & dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hlm. 58-59
42
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn), Bumi Aksara, Jakarta,
2013, hlm. 114

Pendidikan Kewarganegaraan | 91
didasarkan pada pentingnya kekuasaan di darat dan di laut dalam sejarah
dunia.Dalam perkembangannya geopolitik memperlihatkan perhatian yang ajeg
terhadap hubungan kekuasaan dalam politik dunia, identifikasi area-area utama
dalam hubungan internasional, dan hubungan antara kekuatan (militer) darat dan
laut43.
Dari uraian dan beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa geopolitik adalah kajian tentang ruang yang dikaitkan dengan
kekuasaan politik, dan diwujudkan dalam bentuk kekuatan pertahanan wilayah
(darat, laut, dan udara). Dalam perkembangnnya konsep geopolitik terlihat dalam
tiga arena kajian: kelautan, kontinental, dan kebudayaan44.

7.2 Unsur-Unsur Geopolitik


Istilah geopolitik yang semula sebagai ilmu bumi politik kemudian
berkembang menjadi pengetahuan tentang sesuatu yang berhubungan dengan
konstelasi ciri khas negara (bentuk, luas, letak, iklim dan sumber daya alam).
Teori geopolitik ini kemudian berkembang menjadi konsepsi wawasan nasional
bangsa. Oleh karena itu, wawasan nasional bangsa selalu mengacu pada
geopolitik. Geopolitik memiliki unsur-unsur yang tidak bisa dilepaskan dengan
kondisi yang dimiliki oleh suatu negara. Adapun unsur geopolitik adalah sebagai
berikut:45
a. Ruang/wilayah
Ruang merupakan dinamika politik dan militer, dan disebut juga
kombinasi ruang dan kekuatan. Realitanya, kekuatan politik selalu
menghendaki penguasaan ruang. Sebaliknya pengusaan ruang secara de
facto dan de jure akan memberikan legitimasi kekuasaan politik. Unsur
ruang terbagi menjadi dua yaitu: (1) Boundari yaitu batas wilayah antara
dua negara, dan (2) Frontier merupakan batas imajiner atau batas
asimilasi dari dua negara.

43
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan (Paradigma
Terbaru untuk Mahasiswa), Alfabeta, Bandung, 2013, hlm.176-177.
44
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan,Op.cit., hlm. 100.
45
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, cet. 3, hlm. 147

Pendidikan Kewarganegaraan | 92
b. Politik, kekuatan yang mencakup politik, ekonomi dan militer.
Politik kekuatan menjadi salah satu faktordalam melaksanakan salah satu
konsep geopolitik yang terkait dengan kepentingan nasional.46
c. Pertahan dan Kemanan
Konsep pertahanan dan keamanan ini melahirkan konsepsi geostrategi.
Konsep pertahanan dan keamanan di sini yang diutamakan adalah konsep
ketahanan nasional (tannas). Dalam upaya menjaga keamanan negara dan
bangsa, semangat kesatuan dan persatuan menjadi salh satu kekuatan
untuk menghambat datangnya ancaman dari luar, baik secara fisik
maupun secara sosial, ekonomi dan budaya.47
7.3 Perkembangan Konsep Geopolitik
Perkembangan konsep geopolitik pada hakikatnya dapat dibagi dalam tiga
periode, yaitu:
a. Periode Pra Perang Dunia II
1) Konsep geopolitik dari pemikiran Frederich Ratzel yang menyatakan
bahwa negara mirip organisme (makhluk hidup). Ratzel memandang
dari sudut konsep ruang. Negara adalah ruang yang ditempati oleh
kelompok masyarakat bangsa (politik) yang terikat oleh hukum
alam. Jika bangsa dan negara ingin tetaap eksis dan berkembang,
maka harus diberlakukan hukum ekspansi (pemekaran wilayah).48
2) Selanjutnya adalah Rudolf Kjellen yang menegaskan pendapat
Retzel, bahwa negara adalah organisme yang harus memiliki
intelektual. Negara merupakan sistem politik yang mencakup
geopolitik, ekonomi politik, hingga sosiopolitik. Kjellen juga
mengajukan paham ekspansionisme dalam rangka mempertahankan
dan mengembangkan negara. Kjellen mengajukan langkah strategis
untuk memperkuat negara dengan memulai pembangunan kekuatan

46
Ibid, hlm. 148
47
Ibid, hlm. 149
48
Ibid, hlm. 152

Pendidikan Kewarganegaraan | 93
daratan (kontinental) dan diikuti dengan pembangunan kekuasaan
bahari (maritim).
b. Peeriode Masa Perang Dunia II
Pada masa ini, pendapat Ratzel dan Kjellen dikembangkan oleh
Houshofer yang pada waktu itu mewarnai geopolitik Nazi Jerman di
bawah pimpinan Adolf Hitler. Pemikiran Houshofer di samping berisi
pemahaman ekspansionisme juga mengandung ajaran rasialisme
(kebanggaan ras dan identitas politik masing-masing), yang menytakan,
bahwa ras Jerman (ras Arya) adalah ras yang paling unggul dan dapat
menguasai dunia. Pokok-pokok pemikiran Karl Houshofer adalah
sebagai berikut (Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2007: 130):
1) Suatu bangsa dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya tidak
terlepas dari hukum alam. Hanya bangsa yang unggul 49 yang dapat
bertahan dan berkembang.
2) Kekuasaan imperium daratan yang kompak akan mengejar
kekuasaan imperium maritim untuk menguasai pengawasan di
lautan.
3) Beberapa negara besar di dunia akan timbul dan mneguasai Eropa
(dikuasai oleh Jerman), Afrika dan Asia Barat (dikuasai oleh Italia).
Sementara Jepang akan menguasai wilayah Asia Timur Raya.
4) Geopolitik dirumuskan sebagai perbatasan. Ruang hidup bangsa
dengan kekuasaan ekonomi dan sosial yang rasial mengharuskan
pembagian baru kekayaan alam dunia. Berdasarkan teori ini, wilayah
dunia nanti akan terbagi menjadi region-region yang dikuasai oleh
bangsa unggul seperti AS, Jerman, Rusia, Inggris, dan Jepang.
c. Periode Pasca Perang Dunia II
Pada periode ini, setelah Italia, Jerman dan Jepang kalah dalam Perang
Dunia II atas Pasukan Sekutu pimpinan Amerika Serikat, teori
Haushofer, terbukti benar. Dunia saat ini dikuasai oleh negara-negara
yang unggul, seperti AS, Jerman, Rusia, Inggris dan Jepang. Negara-

49
Ibid, hlm. 153

Pendidikan Kewarganegaraan | 94
negara ini memang unggul dalam segala bidang, termasuk teknologi,
ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.50

7.4 Latar Belakang Wawasan Nusantara


Istilah wawasan berasal dari kata “wawas” yang berarti pandangan, tinjauan,
atau penglihatan inderawi.Akar kata ini membentuk kata “mawas” yang berarti
memandang, meninjau, atau melihat. Sedangkan “wawasan” berarti cara pandang
cara tinjau, atau cara melihat. Sedangkan istilah nusantara berasal dari kata “nusa”
yang berarti kepulauan dan “antara” yang berarti diapit diantara dua hal.Istilah
nusantara dipakai untuk menggambarkan kesatuan wilayah perairan dan gugusan
pulau-pulau Indonesia yang terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera
Indonesia serta di antara benua Asia dan benua Australia51.
Dengan demikian wawasan nusantara berperan untuk membimbing bangsa
Indonesia dalam penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu-rambu
dalam perjuangan mengisi kemerdekaannya. Wawasan nusantara sebagai cara
pandang juga mengajarkan bagaimana pentingnya membina persatuan dan
kesatuan dalam segenap aspek kehidupan bangsa dan negara dalam mencapai
tujuan dan cita-citanya52.
1. Pemikiran Berdasarkan Falsafah Pancasila
Berdasarkan falsafah Pancasila, manusia Indonesia adalah makhluk
ciptaan Tuhan yang mempunyai naluri, akhlak, daya pikir, dan sadar akan
keberadaannya yang serba terhubung dengan sesamanya, lingkungannya,
alam semesta, dan penciptanya. Dengan demikian, nilai-nilai Pancasila
sesungguhnya telah bersemayam dan berkembang dalam hati sanubari dan
kesadaran bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila juga tercakup dalam
penggalian dan pengembangan wawasan nasional sebagai berikut:53

50
Ibid, hlm. 154
51
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan (PPKn), Bumi Aksara, Jakarta,
2013, hlm.116.
52
Ibid, hlm.117.
53
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 300.

Pendidikan Kewarganegaraan | 95
a) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa bangsa Indonesia menyatakan
kepercayaan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Dalam kehidupan
sehari-hari mereka mengembangkan sikap saling menghormati, memberi
kesempatan dan kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing, serta tidak memaksakan suatu agama dan
kepercayaan dengan cara apapun kepada orang lain. Sikap tersebut
mewarnai wawasan nasional yang dianut oleh bangsa Indonesia yang
menghendaki keutuhan dan kebersamaan dengan tetap menghormati dan
memberikan kebebasan dalam menganut dan mengamalkan agama
masing-masing54.
b) Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, bangsa Indonesia
mengakui, menghargai, dan memberikan hak dan kebebasan yang sama
kepada setiap warganya untuk menerapkan hak asasi manusia (HAM).
Namun kebebasan HAM tersebut tidak mengganggu dan harus
menghormati HAM orang lain. Sikap tersebut mewarnai wawasan
nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang
memberikan kebebasan dalam mengekspresikan HAM dengan tetap
mengingat dan menghormati hak orang lain sehingga menumbuhkan
toleransi dan kerja sama55.
c) Sila Persatuan Indonesia
Dengan sila Persatuan Indonesia, bangsa Indonesia lebih mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara.Kepentingan masyarakat yang lebih luas
harus lebih diutamakan daripada kepentingan golongan, suku maupun
perorangan.Tetapi kepentingan yang lebih besar tersebut tidak
mematikan atau meniadakan kepentingan golongan, suku bangsa maupun
perorangan.Sikap tersebut mewarnai wawasan kebangsaan/wawasan

54
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 300.
55
Ibid, hlm. 301.

Pendidikan Kewarganegaraan | 96
nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang
mengutamakan keutuhan bangsa dan negara dengan tetap
memperhatikan, menghormati, dan menampung kepentingan golongan,
suku bangsa maupun perorangan56.
d) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Dengan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, bangsa Indonesia mengakui bahwa
pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama
diusahakan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Ini berarti
tidak tertutupnya kemungkinan dilakukannya pemungutan suara (voting)
dan berarti tidak dilakukannya pemaksaan pendapat dengan cara apapun.
Sikap tersebut mewarnai wawasan kebangsaan/wawasan nsional yang
dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia yang melakukan
musyawarah untuk mencapai mufakat dengan tetap menghargai dan
menghormati perbedaan pendapat57.
e) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dengan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, bangsa
Indonesia mengakui dan menghargai warganya untuk mencapai
kesejahteraan yang setinggi-tingginya sesuai hasil karya dan usahanya
masing-masing. Tetapi usaha untuk meningkatkan kemakmuran tersebut
tanpa merugikan apalagi menghancurkan orang lain. Kemakmuran yang
ingin dicapai oleh bangsa Indonesia bukan kemakmuran yang tingkatnya
sama bagi semua warganya. Sikap tersebut mewarnai wawasan
kebangsaan/wawasan nasional yang dianut dan dikembangkan oleh
bangsa Indonesia yang memberikan kebebasan untuk mencapai
kesejahteraan setinggi-tingginya bagi setiap orang dengan
memperhatikan keadilan bagi daerah penghasil, daerah lain, orang lain

56
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 301.
57
Loc.cit.

Pendidikan Kewarganegaraan | 97
sehingga tercapai kemakmuran yang memenuhi persyaratan kebutuhan
minimal58.
Dari uraian di atas tampak bahwa wawasan kebangsaan atau wawasan
nasional yang dianut dan dikembangkan oleh bangsa Indonesia merupakan
pancaran dari Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia.Karena itu,
wawasan nasional Indonesia menghendaki terciptanya persatuan dan kesatuan
tanpa menghilangkan ciri, sifat dan karakter dari kebhinekaan unsur-unsur
pembentuk bangsa (suku bangsa, etnis, golongan serta daerah itu sendiri)59.
2. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kewilayahan Nusantara
Geografi adalah wilayah yang tersedia dan terbentuk secara alamiah oleh
alam nyata.Kondisi obyektif geografis sebagai modal dalam pembentukan
suatu negara merupakan suatu ruang gerak hidup suatu bangsa uang di
dalamnya terdapat sumber kekayaan alam dan penduduk yang mempengaruhi
pengambilan keputusan/kebijaksanaan politik negara tersebut.Karena itu,
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara fungsi maupun pengaruh geografi
terhadap sikap dan tata laku negara yang bersangkutan merupakan suatu
fenomena yang mutlak diperhitungkan.Demikian pula sebaliknya, dampak
sikap dan tata laku negara terhadap kondisi geografis sebagai tata hubungan
antara manusia dan wadah lingkungannya perlu diperhitungkan60.
Kondisi obyektif geografi Nusantara, yang merupakan untaian ribuan
pulau yang tersebar dan terbentang di khatulistiwa serta terletak pada posisi
silang yang sangat strategis, memiliki karakteristik yang berbeda dari negara
lain. Wilayah Indonesia pada saat Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus
1945 masih mengikuti Territoriale Zee En Maritieme Kringen Ordonantie
tahun 1939, di mana lebar laut wilayah Indonesia adalah 3 mil diukur dari
garis air rendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia. Penetepan lebar
wilayah laut 3 mil tersebut tidak menjamin kesatuan wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.Mengingat keadaan lingkungan alamnya,

58
Loc.cit
59
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 302
60
Sumarsono & dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hlm. 67

Pendidikan Kewarganegaraan | 98
persatuan bangsa dan kesatuan wilayah negara menjadi tuntunan utama bagi
terwujudnya kemakmuran dan keamanan yang berkesinambungan.Atas
pertimbangan hal-hal tersebut, dimaklumkanlah Deklarasi Djuanda pada
tanggal 13 Desember 1957, yang menyatakan bahwa bentuk geografis
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas ribuan pulau besar dan
kecil dengan sifat dan corak tersendiri.Deklarasi tersebut juga menyatakan
bahwa demi keutuhan teritorial dan untuk melindungi kekayaan negara yang
terkandung di dalamnya, pulau-pulau serta laut yang ada di antaranya harus
dianggap sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Untuk mengukuhkan
atas negara kepulauan ini, ditetapkanlah Undang-Undang Nomor: 4/Prp
Tahun 1960 tentang Perairan Indonesia61.
Dengan demikian, secara kontekstual, geografi Indonesia mengandung
keunggulan dan kelemahan/kerawanan.Karena itu kondisi dan kontelasi
geografi ini harus dicermati secara utuh menyeluruh dalam perumusan
kebijaksanaan politik yang disebut Geopolitik Indonesia. Dengan kata lain,
setiap perumusan kebijaksanaan nasional harus miliki wawasan kewilayahan
atau ruang hidup bangsa yang diatur oleh politik ketatanegaraan. Karena itu,
Wawasan Kebangsaan atau Wawasan Nasional Indonesia yang
memperhatikan dan mempertimbangkan kondisi dan konstelasi geografis
Indonesia mengharuskan tetap terpeliharanya keutuhan dan kekompakkan
wilayah, tetap dihargainya dan dijaganya ciri, karakter serta kemampuan
(keunggulan dan kelemahan) masing-masing daerah, dan diupayakan
pemanfaatan nilai lebih dari geografi Indonesia62.
3. Pemikiran Berdasarkan Aspek Sosial Budaya
Sosial budaya, sebagai salah satu aspek terbentuk dengan ciri
kebudayaan yang sangat beragam yang muncul karena pengaruh ruang hidup
berupa kepulauan di mana ciri alamiah tiap-tiap pulau berbeda-beda. Bahkan
perbedaan ciri alamiah antara pulau yang satu dengan lainnya bisa sangat
besar sehingga perbedaan karakter masyarakatnya sagat mencolok.Di

61
Ibid, hlm. 68
62
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 303-
304

Pendidikan Kewarganegaraan | 99
samping perbedaan yang berkaitan dengan ruang hidup, masyarakat Indonesia
juga memiliki perbedaan dalam hal ras dan etnik. Faktor alamiah itu
membentuk perbedaan khas kebudayaan masyarakat di tiap-tiap daerah
sekaligus perbedaan daya tanggap inderawi serta pola kehidupan baik dalam
hubungan vertikal maupun horizontal. Secara universal, kebudayaan
masyarakat yang heterogen tersebut sama-sama mempunyai unsur-unsur
penting berikut: pertama, sistem religi dan upacara keagamaan; kedua, sistem
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan; ketiga, sistem pengetahuan;
keempat, bahasa; kelima, keserasian (budaya dalam arti sempit); keenam,
sistem mata pencaharian; dan ketujuh, sistem teknologi dan peralatan63.
Dari tinjauan sosial budaya tersebut, pada akhirnya dipahami bahwa
proses sosial dalam keseluruhan masyarakat upaya menjaga persatuan
nasional sangat membutuhkan kesamaan persepsi di antara segenap
masyarkat tentang eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki
semangat untuk membina kehidupan bersama secara harmonis. Dengan
adanya kesamaan persepsi ini wawasan kebangsaan atau wawasan nasional
Indonesia diwarnai keinginan untuk menumbuh-suburkan faktor-faktor
positif, mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, dan mengurangi atau
kalau dapat menghilangkan pengaruh negatif dari faktor-faktor yang dapat
menimbulkan disintegrasi bangsa64.
4. Pemikiran Berdasarkan Aspek Kesejahteraan
Perjuangan suatu bangsa dalam meraih cita-citanya pada umumnya
tumbuh dan berkembang dari latar belakang sejarahnya. Sejarah Indonesia
pun diawali dari negara-negara kerajaan tradisional yang pernah ada di
wilayah Nusantara melalui kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit. Kedua
kerajaan tersebut bertujuan mewujudkan kesatuan wilayah.Meskipun saat itu
belum timbul adanya rasa kebangsaan, namun sudah timbul semangat
bernegara. Kaidah-kaidah sebagai negara modern, seperti rumusan falsah
negara belum jelas dan konsepsi cara pandang belum ada. Yang ada adalah
63
Loc.cit.
64
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm305-
306.

Pendidikan Kewarganegaraan | 100


slogan-slogan seperti yang ditulis oleh Mpu Tantular: Bhineka Tunggal Ika
Tanhana Dharma Mangrva. Untuk selanjutnya Bhineka Tunggal Ika di angkat
oleh Bangsa Indonesia sebagai sesanti dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Runtuhnya Sriwijaya dan Majapahit antara lain
disebabkan oleh karena belum adanya kesepakatan bersama untuk menjadi
satu kesatuan bangsa dan wilayah dalam satu kesatuan negara yang utuh65.
Dalam perjuangan berikutnya, nuansa kebangsaan mulai muncul pada
tahun 1900-an yang ditandai oleh lahirnya sebuah konsep baru dan modern.
Konsep baru dan modern ini berbeda secara prinsipil baik “dasar” maupun
“tujuan” keberadaannya dari kerajaan tradisional sebelumnya.Wujud konsep
baru dan modern ialah lahirnya Proklamasi Kemerdekaan dan Proklamasi
penegakan negara merdeka.Kehadiran penjajah telah merapuhkan budaya
Nusantara66.
Dengan semangat kebangsaan tersebut, perjuangan berikutnya
menghasilkan Proklamasi 17 Agustus 1945 di mana Indonesia mulai
menegara.Proklamasi kemerdekaan harus dipertahankan dengan semangat
persatuan yang esensinya adalah “mempertahankan persatuan Bangsa
Indonesia dan menjaga kesatuan Wilayah Negara Republik
Indonesia”.Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan warisan
kolonial Hindia Belanda di mana batas wilayah perairan ditentukan dan
diakui67.
Dari uraian tersebut tampah bahwa Wawasan Kebangsaan atau Wawasan
Nasional Indonesia diwarnai oleh pengalaman sejarah yang tidak
menginginkan terulangnya perpecahan dalam lingkungan bangsa dan negara
Indonesia yang akan melemahkan perjuangan dalam mengisi kemerdekaan

65
Sumarsono & dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hlm. 78
66
Loc.cit
67
Sumarsono & dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hlm. 79

Pendidikan Kewarganegaraan | 101


untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional sebagai hasil kesepakatan
bersama agar bangsa Indonesia setara dengan bangsa lain68.

7.5 Wawasan Nusantara Sebagai Geopolitik di Indonesia


Wawasan nusantara merupakan perwujudan dari Geopolitik di Indonesia.
Konsepsi geopolitik di Indonesia ini menolak paham ekspansionaisme dan
rasialisme. Wawasan nusantara merupakan keutuhan nusantara dalam pengertian:
“cara pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi
kepentingan nasional”. Hal tersebut berarti, bahwa setiap warga negara harus
berpikir, bersikap dan bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa
dan negara Indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga
negara harus dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia,
tanpa menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan
dan kepentingan orang perorangan.
Latar belakang/faktor yang memengaruhi munculnya konsep wawasan
nusantara adalah kondisi wilayah (geografis) Indonesia yang sangata potensial
pada posisi silang dan kaya dengan sumber daya alam, sehingga harus
dipertahankan. Kondisi wilayah ini merupakan kekuatan bangsa Indonesia. Akan
tetapi, kekuatan ini dapat menimbulkan ancaman. Ancamannya dapat berupa
keinginan dari negara-negara lain untuk “menguasai” Indonesia, baik secara fisik
maupun non fisik. Untuk mengatasi persoalan ini, bangsa Indonesia perlu
memiliki prinsip-prinsip dasar dan pedoman untuk memperjuangkan kepentingan
nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah wawasan nusantara yang berpijak
pada wujud wilayah nusantara. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa
wawasan nusantara merupakan “tameng” bangsa dalam menghadapi ancaman
yang dapat merusak interasi bangsa dalam rangka mencapai tujuan nasional.69
6.6 Kedudukan, Fungsi, dan Tujuan Wawasan Nusantara
1. Kedudukan
a) Wawasan Nusantara sebagai Wawasan Nasional bangsa Indonesia
merupakan ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat

68
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 308.
69
Budi Juliardi, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Rajawali Pers, 2015, cet. 3, hlm. 156

Pendidikan Kewarganegaraan | 102


agar tidak terjadi penyesatan dan penyimpangan dalam upaya
mencapai dan mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional. Dengan
demikan, Wawasan Nusantara menjadi landasan visional dalam
menyelenggarakan kehidupan nasional70.
b) Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari
stratfikiasinya sebagai berikut:
 Pancasila sebagai falsafah, ideologi bangsa dan dasar negara
berkedudukan sebagai landasan idiil,
 Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusi negara,
berkedudukan sebagai landasan konstitusional,
 Wawasan Nusantara sebagai visi nasional, berkedudukan
sebagai landasan konsepsional,
 GBHN sebagai politik dan strategi nasional atau sebagai
kebijaksanaan dasar nasional, berkedudukan sebagai landasan
operasional.71
Paradigma di atas perlu dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan
perundang-undangan. Paradigma nasional ini secara struktural dan
fungsional mewujudkan keterkaitan hierarkis piramidal dan secara
instrumental mendasari kehidupan nasional yang berdimensi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara72.
2. Fungsi
Wawasan Nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan,
serta rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan,
tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan negara ditingkat pusat dan
daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbagsa dan bernegara73.

70
Sumarsono & dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hlm. 89
71
Loc.cit.
72
Ibid, hlm. 90
73
Sumarsono & dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005,
hlm. 90

Pendidikan Kewarganegaraan | 103


3. Tujuan
Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di
segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan
kepentingan nasional daripada kepentingan individu, kelompok,
golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal tersebut bukan berarti
menghilangkan kepentingan-kepentingan individu, kelompok, suku
bangsa, atau daerah. Kepentingan-kepeningan tersebut tetap dihormati,
diakui dan di penuhi, selama tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional atau kepentingan masyarakat banyak. Nasionalisme yang tinggi
di segala bidang kehidupan demi terciptanya tujuan nasional tersebut
merupakan pancaran dari makin meningkatnya rasa, paham, dan
semangat kebangsaan dalam jiwa bangsa Indonesia sebagai hasil
pemahaman dan penghayatan Wawasan Nusantara74.
7.7 Unsur-Unsur Wawasan Nusantara
Unsur-unsur wawasan nusantara adalah sebagai berikut:
a. Wadah (Contour)
Meliputi, wilayah Indonesia yang memiliki sifat serba nusantara
dengan kekayaan alam dan penduduk serta aneka ragam budaya adalah
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Setelah merdeka
NKRI mempunyai organisasi kenegaraan yang merupakan wadah, bagi
berbagai kegiatan kenegaraan dala wujud SupraStruktur Politik dan
berbagai kegiatan kemasyarakatan dalam wujud InfraStruktur Politik.
b. Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di dalam masyarakat
dan dicita-citakan, serta tujuan nasional yang terdapat dalam
Pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut 2 hal yang esensial:
 Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama
dan perwujudannya dalam pencapaian cita-cita dan tujuan nasional.

74
Loc.cit

Pendidikan Kewarganegaraan | 104


 Persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang meliputi
semua aspek kehidupan nasional.
c. Tata Laku (Conduct)
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan Isi yang terdiri
atas:
 Tata Laku Batiniah, mencerminkan jiwa, semangat dan
mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia.
 Tata Laku Lahiriah, mencerminkan tindakan, perbuatan dan
perilaku bangsa Indonesia. Kedua hal tersebut mencerminkan
jatidiri dan kepribadian bangsa Indonesia yang berdasarkan
kekeluargaan dan kebersamaan yang mempunyai rasa bangga dan
cinta terhadap tanah air dan bangsa sehingga
menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalam semua aspek
kehidupan nasional.75

7.8 Status Wawasan Nusantara


Kedudukan (status) wawasan nusantara adalah posisi, cara pandang, dan
perilaku bangsa Indonesia mengenai dirinya yang kaya akan berbagai suku
bangsa, agama, bahasa, dan kondisi lingkungan geografis yang berwujud negara
kepulauan, berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Secara hierarki, posisi atau
status wawasan nusantara menempati urutan ketiga setelah UUD 1945. Urutan
sistem kehidupan nasional Indonesia adalah:
1. Pancasila sebagai filsafat, ideologi bangsa, dan dasar Negara,
2. UUD 1945 sebagai konstitusi Negara,
3. Wawasan nusantara sebagai geopolitik Indonesi,
4. Petahanan nasional sebagai geostrategi bangsa dan negara Indonesia,
5. Politik dan strategi nasional sebagai kebijaksanaan dasar nasional dalam
pembangunan nasional76.

75
https://dianpuspaharuniasari.wordpress.com/2013/04/30/paham-kekuasaan-teori-geopolitik-
pengertian-unsur-asas-hakikat-tujuan-dan-sosialisasi-wawasan-nusantara/
76
https://fachriaburizal13.wordpress.com/2014/04/24/wawasan-nusantara/

Pendidikan Kewarganegaraan | 105


7.9 Bentuk Wawasan Nusantara
1) Wawasan nusantara sebagai landasan konsepsi ketahanan nasional
Wawasan nusantara sebagai konsepsi ketahanan nasional berarti bahwa
wawasan nusantara dijadikan konsep dalam pembangunan nasional,
pertahanan keamanan, dan kewilayahan.
2) Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan
Wawasan nusantara sebagai wawasan pembangunan mempunyai arti cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri serta lingkungannya
selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mencakup:
 Perwujudan kepuluan nusantara sebagai satu kesatuan politik.
 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi.
 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan
ekonomi.
 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial dan
politik.
 Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan
dan keamanan.
3) Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara
Wawasan nusantara sebagai wawasan pertahanan dan keamanan negara
mempunyai arti pandangan geopolitik Indonesia dalam lingkup tanah air
Indonesia sebagai satu kesatuan yang meliputi seluruh wilayah dan
segenap kekuatan negara.
4) Wawasan nusantara sebagai wawasan kewilayahan
Wilayah nasional perlu ditentukan batasannya, agar tidak terjadi sengketa
dengan negara tetangga. Batasan dan tantangan negara Republik
Indonesia adalah:
a. Risalah sidang BPUPKI tanggal 29 Mei-1 Juni 1945 tentang negara
Republik Indonesia dari beberapa pendapat para pejuang nasional.
Dr. Soepomo menyatakan Indonesia meliputi batas Hindia Belanda,
Muh. Yamin menyatakan Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Sunda

Pendidikan Kewarganegaraan | 106


Kecil, Borneo, Selebes, Maluku - Ambon, Semenanjung Melayu,
Timor, Papua, Ir. Soekarno menyatakan bahwa kepulauan Indonesia
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
b. Ordonantie (UU Belanda) 1939, yaitu penentuan lebar laut
sepanjang 3 mil laut dengan cara menarik garis pangkal berdasarkan
garis air pasang surut atau countour pulau / darat. Ketentuan ini
membuat Indonesia bukan sebagai negara kesatuan, karena pada
setiap wilayah laut terdapat laut bebas yang berada di luar wilayah
yurisdiksi nasional.
c. Deklarasi Juanda, 13 Desember 1957 merupakan pengumuman
pemerintah RI tentang wilayah perairan negara RI, yang isinya:
 Cara penarikan batas laut wilayah tidak lagi berdasarkan garis
pasang surut (low water line), tetapi pada sistem penarikan garis
lurus (straight base line) yang diukur dari garis yang
menghubungkan titik - titik ujung yang terluar dari pulau-pulau
yang termasuk dalam wilayah RI.
 Penentuan wilayah lebar laut dari 3 mil laut menjadi 12mil laut.
 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sebagai rezim Hukum
Internasional, di mana batasan nusantara 200 mil yang diukur
dari garis pangkal wilayah laut Indonesia. Dengan adanya
Deklarasi Juanda, secara yuridis formal, Indonesia menjadi utuh
dan tidak terpecah lagi77.

7.10 Wadah Wawasan Nusantara


Wadah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, meliputi seluruh
wilayah Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan penduduk dengan aneka
ragam budaya. Setelah menegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,
bangsa Indonesia memiliki organisasi Kenegaraan yang merupakan wadah
berbagai kegiatan kenegaraan dalam wujud supsrastruktur politik. Sementara itu,

77
https://id.wikipedia.org/wiki/Geopolitik_di_Indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan | 107


wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah berbagai lembaga dalam wujud
infrastruktur politik78.

7.11 Isi Wawasan Nusantara


Isi adalah aspirasi bangsa yangt berkembang di masyarakat dan cita-cita
serta tujuan nasional yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945. Untuk
mencapai aspirasi yang berkembang dimasyarakat maupun cita-cita dan tujuan
nasional seperti tersebut diatas bangsa Indonesia harus mampu menciptakan
persatuan dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehudupan nasional. Isi
menyangkut dua hal yang Esensial, Yaitu:
a. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian
cita-cita dan tujuan nasional.
b. Persatuan dan kesatuan dalam kebinekaan yang mepiluti semua aspek
kehidupan nasional79.
7.12 Tata Laku Wawasan Nusantara
Tata laku merupakan hasil interaksi antara wadah dan isi, yang terdiri dari
tingkah laku bathiniah dan lahiriah. Tingkah laku bathiniah mencerminkan jiwa,
semangant, dan mentalitas yang baik dari bangsa Indonesia, sedangkan tata laku
lahiriah tercermin dalam tidakan, perbuatan, dan perilaku dari bangsa Indonesia.
Kedua hal tersebut akan mencrminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
Indonesia berdsarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga
dan cinta kepada bangsa dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang
ti nggi dalam semua aspek kehidupan nasional80.
7.13 Implementasi Wawasan Nusantara
1) Wawasan Nusantara sebagai pancaran dasar pancasila
Falsafah Pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
yang sesuai dengan aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam
sejarah perjuangan bangsa Indonesia sampai sekarang. Konsep

78
S.Sumarsono...[et.all], Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,
2005, hlm. 85
79
Ibid, hlm. 86
80
Hamid Darmadi, Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung, PT Alfabeta, 2012, hlm.
311

Pendidikan Kewarganegaraan | 108


wawasan nusantara berpangkal pada dasar ketuhahanan yang maha esa
sebagai sila pertama yang kemudian melahirkan hakikat misi manusia
Inodesia yang terjabarkan pada sila-sila berikutnya. Wawasan nusantara
sebagai aktualisasi falsafah pancasila menjadi landasab dan pedoman
sebagai bagi pengelolaan kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Dengan demikian, wawasan nusantara menjadi pedoman bagi
upaya mewujudkan kesatuan aspek kehidupan nasional untuk menjamin
kesatuan dan kutuhan bangsa, serta upaya untuk mewujudkan ketertiban
dan perdamaian dunia. Disamping itu, wawasan nusantara merupakan
konsep dasar bagi kebijakan dan strategi pembangunan nasional81.
2) Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasional
a) Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai satu Kesatuan Politik
 Kebulatan Wilayah dengan segala isinya merupakan modal
dan milik bersama bangsa Indonesia.
 Keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa, daerah serta
agama yang dianutnya tetap dalam kesatuan bangsa Indonesia.
 Secara Psikologis bangsa Indonesia Merasa satu persaudaraan,
senasib dan seperjuangan sebangsa dan setanah air untuk
mencapai satu cita-cita yang sama.
 Pancasila merupakan falsafah dan ideologi pemersatu bangsa
Indonesia yang membimbing kearah tujuan dan cita-cita yang
sama.
 Kehidupan politik di seluruh wilayah nusantara sistem Hukum
Nasional.
 Seluruh kepulauan nusantara merupakan satu kesatuan sistem
hukum nasional.

81
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila& Kewarganegaraan, Jakarta, Bumi Aksara, 2013, hlm.
131

Pendidikan Kewarganegaraan | 109


 Bangsa Indonesia bersama bangsa-bangsa lain Ikut
menciptakan ketertiban dunia dan perdamaian abadi melalui
pilotik luar negeri yang bebas aktif82.
b) Perwujudan Kepualuan Nusantara Sebagai Satu Kesatuan Ekonomi
 Kekayaan diwilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif,
adalah modal dan milik bersama bangsa untuk memenuhi
kebutuhan diseluruh wilayah Indonesia secara merata.
 Tingkat perkembangan ekonomi harus seimbang dan serasi
dseluruh daerah tanpa mengabaikan ciri khas yang memiliki
daerah masing-masing.
 Kehidupan perekonomian diseluruh wilayah nusantara
diselenggarakan sebagai usaha bersama dengan asas
kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat83.
c) Perwujudan Kepulauan Nusantara Sebagai Satu kesatuan Sosial
Budaya
 asyarakat Indonesia adalah satu bangsa yang harus memiliki
kehidupan serasi dengan tingkat kemajuan yang merata dan
seimbang sesuai dengan kemajuan bangsa.
 Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu kesatuan
dengan corak ragam budaya yang menggambarkan kekayaan
budaya bangsa. Budaya Indonesia tidak menolak nilai-nilai
budaya asing. Asalkan tidak bertentangan dengan nilai budaya
bangsa sendiri dam hasilnya dapat dinikmati84.
d) Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan
pertahanan Keamanan

82
Ibid, hlm. 132
83
Ibid, hlm. 132
84
Ibid, hlm. 133

Pendidikan Kewarganegaraan | 110


 Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau suatu daerah pada
hakekatnya adalah ancaman terhadap seluruh bangsa dan
negara.
 Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang
sama untuk ikut serta dalam pertahanan dan keamanan negara
dalam rangka pembelaan negara dan bangsa85.
3) Penerapan Wawasan Nusantara
a. Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan nusantara,
khusunya dibidang wilayah, adalah diterimanny kosepsi nusantara
di forum Internasional, sehingga terjamin lah integritas wilayah
teritorial Indonesia. Laut nusantara yang semula di anggap “Laut
Bebas” menjadi bagian integral dari wilayah Indonesia. Disamping
itu, pengakuan terhadap landas kontinen Indonesia dan ZEE
Indonesia menghasilkan pertambahan luas wilayah yang cukup
besar.
b. Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut
menghasilkan sumber daya alam yang cukup besar untuk
kesejahteraan bangsa Indonesia. Sumberdaya alam itu meliputi
Minyak, gas bumi dan mineral lainnya yang banyak berada didasr
laut, baik dilepas pantai maupun dilaut dalam.
c. Pertambahan luas wilayah tersubut dapat diterima oleh dunia
internasional termasuk negara-negara tetangga termasuk seperti
Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina India, Australia dan Papua
Nugini yang dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai karna
negara Indonesia memberikan akomodasi kepada kepentingan
negara tetangga antara lain dibidang perikanan yang mengakui hak
nelayan tradisonal dan hal lintas dari Malaysia Timur atau
sebaliknya.
d. Penerapan wawasan nusantara dalam pembangunan negara di
berbagai bidang tampak pada berbagai proyek pembangunan saran

85
Ibid, hlm. 133

Pendidikan Kewarganegaraan | 111


dan prasarana komunikasi dan trasportasi. Contohnya adalah
pembangunan satelit palapa dan Microwave System pembangunan
lapangan terbang perintis di berbagai daerah. Dengan adanya
proyek tersebut maka laut dan hutan tidak lagi menjadi hambatan
bagi intgrasi nasional . Dengan demikian lalu lintas perdagangan
dan integrasi budaya dapat berjalan lebih lancar.
e. Penerapan dibidang sosial budaya terlihat pada kebijakan untuk
menjadi bangsa Indonesia yang Bhinika Tunggal Ika tetap merasa
sebangsa, setanah air, dan senasib sepenanggunangan dengan asas
pancasila. Salah satu langkah penting yang harus dikembangkan
terus adalah pemerataan pendidikan dari tingkat pendidikan dasar
sampai perguruan tunggi kesemua daerah atau provinsi.
f. Penerapan wawasan nusantara dibidang pertahanan keamanan
terlihat pada kesipsiagaan dan kewaspadaan seluruh rakyat melalui
sistem pertahanan keamanan rakyat semesta untuk menghadapi
berbagai ancaman bangsa dan negara86.
4) Hubungan Wawasan Nusantara da Ketahanan Nasional
Dalam penyelenggaraan kehidupan nasional agar tetap mengalah pada
pencapaian tujuan nasional diperlukan suatu landasan dan pedoman
yang kokoh berupa konsepsi wawasan nasional. Wawasan nasional
Indonesia Menumbuhkan dorongan dan rangsangan untuk mewujudkan
aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan nasional. Upaya
pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan pembangunan nasional
yang juga harus berpedoman pada wawasan nasional.
Dalam Proses pembangunan nasional untuk mencapai tujuan
nasional selalu akan menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk
mengatasi perlu dibangun suatu kondisi kehidupan nasional yang
disebut ketahanan nasional. Keberhasilan pembangunan nasional akan
meningkatkan kondisi dinamik kehidupan nasional dalam wujud

86
Ibid, hlm. 133-134

Pendidikan Kewarganegaraan | 112


katahanan nasional yang tangguh. Sebaliknya, ketahanan nasional yang
tangguh akan mendorong pembangunan nasional sermakin baik.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah wawasan nusantara
yang merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju
tujuan nasional. Sedangkan ketahanan nasional merupakan kondisi
yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut
dapat berjalan dengan sukses. Oleh karena itu, diperlukan suatu
konsepsi ketahanan nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa
Indonesia.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa wawasan nusantara dan
ketahanan nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling
mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan
berbanga dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusya87.

7.14 Kajian Kasus


Studi Kasus terkait Geopolitik Indonesia.
Pulau kecil yang tenang dan indah tiba-tiba menjadi hiruk pikuk suara
gemuruh kapal-kapal keruk. Kapal tersebut dengan serakahnya menyedot pasir,
benda mati dan seluruh mahkluk hidup yang ada di dalamnya. Semua diangkut ke
kapal tongkang yang sudah menunggu ‘lapar’.
Ke mana kapal itu pergi? Ya, muatan kapal ditarik menuju negara tetangga,
Singapura. Isinya dimuntahkan di negeri itu. Inilah gambaran nyata sebagian kecil
warga negara Indonesia yang sedang melakukan eksploitasi tanah airnya demi
kepentingan pribadi. Mereka tidak mempedulikan dampak kerusakan lingkungan
yang diakibatkannya. Biota laut beserta isinya hancur-lebur. Ekosistem laut rusak
menjadi bencana yang siap mengintai masyarakat sekitar yang tak berdosa.
Dampak langsung dari kerusakan ini paling dirasakan oleh masyarakat
pesisir yang kebanyakan sebagai nelayan. Kegundahan mereka sudah terlihat
sejak kedatangan kapal-kapal keruk ke wilayah tangkapan ikan. Hasil ikan yang
diperoleh menjadi berkurang. Hal ini disebabkan seluruh isi laut disedot tanpa

87
Ibid, hlm. 134-135

Pendidikan Kewarganegaraan | 113


pandang bulu. Tidak hanya pasir yang diangkat, tetapi telur-telur, anak ikan,
terumbu karang, serta biota lainnya juga ikut musnah.
Dampak jangka panjang yang ditimbulkan dari kegiatan penambangan pasir
adalah hilangnya pulau-pulau kecil. Hal tersebut bisa mengubah sistem perairan
laut di Indonesia. Salah satu pulau kecil dari ribuan pulau yang hampir tenggelam
adalah Pulau Nipah. Pulau tak berpenghuni di Provinisi Kepulauan Riau itu sangat
penting perannya. Karena pulau tersebut merupakan tanda dari batas kontinen
negara Indonesia dengan Singapura.
Bayangkan jika pulau itu benar-benar tenggelam atau hilang, yang
diuntungkan adalah Singapura. Mereka dapat mengklaim bahwa luas wilayah
negaranya bertambah. Direktur Pusat Kajian Pembangunan Kelautan dan
Peradaban Maritim Muhamad Karim mengatakan, penambangan pasir laut di
sekitar perairan Kepulauan Riau telah berlangsung sejak 1970-an. Penambangan
tersebut sebagian besar untuk memenuhi permintaan negara tetangga, Singapura.
“Bagi Singapura, penambangan pasir dibutuhkan untuk memperluas
wilayah daratan mereka. Sementara bagi bangsa Indonesia, khususnya masyarakat
Kepulauan Riau, penambangan pasir tidak mendatangkan kesejahteraan. Yang ada
justru kerusakan ekosistem pesisir, dan tenggelamnya sejumlah pulau kecil,”
ungkapnya. Karim menjelaskan, aktivitas penambangan pasir laut memiliki
banyak dampak negatif. Kerusakan yang muncul salah satunya adalah perubahan
morfologi dasar laut menjadi tidak beraturan. Perubahan itu secara langsung
mengganggu kehidupan biota laut dan lingkungan di dalamnya, seperti ekosistem
dan abrasi. “Sehingga, diperlukan pengaturan khusus agar lokasi penambangan
tidak dilakukan pada satu titik,” terangnya.
Menyangkut problem penambangan ilegal atau pencurian pasir, menurut
Karim, bagi negara kegiatan penambangan pasir ilegal akan membawa kerugian
yang cukup besar. Negara akan kehilangan pendapatan dari devisa, pajak, dan
cukai. Hukum tidak pernah mampu menjangkau kegiatan ilegal/pencurian pasir.
“Beberapa kasus seperti penangkapan kapal pengeruk Queen of Nederland dan
Geopotek berbendera Belanda tidak pernah sampai ke proses hukum,” kata
Karim.

Pendidikan Kewarganegaraan | 114


Menurut Karim, volume eksploitasi yang tidak terkendali juga
menyebabkan suplai pasir di pasar menjadi besar. Posisi Singapura sebagai satu-
satunya pembeli telah membentuk pasar pasir Riau menjadi pasar monopsoni.
Suplai pasir yang besar membuat harga pasir jatuh. Di sisi lain, Singapura mampu
menekan harga pasir. Karim menilai, persoalan penambangan ilegal muncul
karena tumpang tindihnya perizinan. Sebagian perusahaan penambangan
menggunakan izin pemerintah daerah, seperti Gubernur atau Bupati. Ada pula
yang menggunakan izin Kementerian Pertambangan dan Energi. “Tumpang tindih
perizinan telah menimbulkan kesemrawutan pengambilan pasir di banyak
perairan. Hal ini membuat kegiatan penambangan tidak terdata dengan baik.
Sehingga jumlah pasir yang dieksploitasi dan diekspor sulit diketahui. Akibatnya
kerusakan ekosistem akibat eksploitasi berlebihan tidak dapat diantisipasi,”
paparnya.
Kegiatan penambangan pasir laut, kata Karim, yang paling urgent membawa
masalah besar bagi masyarakat, khususnya nelayan di kepulauan Riau.
Pengerukan pasir secara besar-besaran berpengaruh langsung atas ketersediaan
sumber daya ikan, sehingga aktivitas ekonomi di sektor perikanan semakin
terancam.
“Penyedotan pasir telah menghancurkan ekosistem pantai, terutama
hilangnya pitoplankton dan zooplakton sebagai makanan ikan dan juvenil ikan.
Hal ini akan berpengaruh buruk bagi industri perikanan yang selanjutnya akan
memukul pendapatan masyarakat pesisir, khusunya nelayan, terutama nelayan
tradisional,” kata Karim. Secara geopolitik, papar Karim, penambangan pasir
untuk wilayah negara lain memunculkan kasus baru dikemudian hari. Yaitu,
persoalan batas laut antara Indonesia dengan Singapura. Penambahan luas wilayah
darat secara otomatis akan menambah klaim wilayah mereka. “Penambahan
wilayah tersebut terarah ke selatan atau wilayah Indonesia. Maka wilayah laut
Indonesia secara otomatis akan berkurang. Dengan kata lain negara Singapura
melakukan ekspansi teritotial secara tidak langsung terhadap wilayah laut
Indonesia. Perluasan wilayah Singapura tampak dari luas wilayah 633 kilometer
persegi pada 1991, pada 2001 menjadi 760 km2 atau bertambah 20 persen.

Pendidikan Kewarganegaraan | 115


“Mengingat persoalan itu, untuk meminimalkan problem yang timbul
diperlukan pelarangan tegas terhadap penambangan pasir laut. Terlebih, dari
berbagai riset yang pernah dikerjakan. Di negera lain tidak ada yang mendukung
penambangan pasir berskala besar,” katanya. Karim menilai, besarnya dampak
negatif penambangan pasir laut, disebabkan tidak ada perencanaan yang baik dan
terkendali. Keadaan ini semakin memperlihatkan kecenderungan destruktif
menyusul pemberlakuan otonomi daerah yang tidak dibarengi penyiapan kelem-
bagaan dan pengaturan kewenangan yang jelas.
“Jika sebelum berlakunya UU Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah hanya terdapat kurang dari 10 perusahaan yang memperoleh izin
menambang pasir laut di sekitar perairan Riau. Namun sekarang berkembang
hingga mencapai 200 perusahaan. Sebagian besar izin pertambangan baru tersebut
diberikan oleh pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten,” terangnya.
Laju perkembangan perizinan tersebut, bukan saja semakin menekan
keseimbangan ekosistem laut, tetapi juga telah menyebabkan jatuhnya harga pasir
lantaran melonjaknya volume produksi dengan pembeli satu-satunya, Singapura.
Kasus serupa juga tidak tertutup kemungkinan terjadi di tempat lain di seluruh
perairan Indonesia.
Hal yang sama juga disoroti Direktur Eksekutif Walhi Berry Nahdian
Furqon. Menurut Berry, dampak jangka pendek dari pengerukan pasir laut adalah
perubahan bentang alam. Hilangnya sejumlah pulau kecil menyebabkan ekosistem
laut yang sudah tertata rapi menjadi rusak. “Dalam proses penambangan tingkat
kekeruhan air sangat tinggi. Ini tidak bisa ditoleransi. Terumbu karang tercemar,
kematian biota laut di dalamnya pun tak bisa dihindari. Hanya beberapa jenis
biota yang bisa bertahan,” ujarnya. Berry mengatakan, yang paling ditakutkan
adalah kehancuran permanen. “Tidak mudah mengembalikan eksistem laut seperti
semula. Butuh waktu lama untuk mengembalikan semua kerusakan,” terang pria
yang dikaruniai dua anak tersebut. Berry melanjutkan, pengerukan pasir laut juga
menyebabkan abrasi pantai. Wilayah Indonesia terus berkurang menyusul
masuknya air laut ke daratan. Untuk mengatasi masalah tersebut, Berry
mengimbau para penegak hukum dan pemberi perizinanan memberantas, serta

Pendidikan Kewarganegaraan | 116


menindak tegas pelaku penambangan pasir. “Jangan mudah memberi perizinan.
Sebaiknya kaji dulu dampak lingkungan yang akan terjadi ke depan,” tegasnya.

Pendidikan Kewarganegaraan | 117


BAB VIII
GEOSTRATEGI INDONESIA

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupan dan eksistensinya dalam


mewujudkan cita-cita serta tujuan nasionalnya perlu memiliki pemahaman tentang
geopolitik. Pengimplementasiannya diperlukan suatu strategi yang bersifat
nasional, dan hal inilah yang disebut “geostrategi”. Mapping global strategy ke
depan sangat diperlukan bagi setiap bangsa, dan bagi bangsa Indonesia Wawasan
Nusantara merupakan konsep nasional dan ilmu geopolitik mengenai persatuan
dan kesatuan dalam berbagai bidang kehidupan, sebagai perekat bangsa Indonesia
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan
cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan
tentang bagaimana membuat strategi pembangunan dan keputusan yang terukur
dan terimajinasi guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman, dan
bermartabat. Sir Balford Mackinder (1861-1947) guru besar geostrategi
Universitas London teori yang dikembangkannya tentang “geostrategi
continental”, merupakan teori yang saat ini digunakan oleh negara-negara maju
maupun negara-negara berkembang, Rahayu (Suradinata, 2005: 10).88
Bagi bangsa Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka hal
itu sebagai pegangan atau bahkan disebut doktrin pembangunan yang lazim
disebut suatu ketahanan nasional. Dalam Pembukaan UUD 1945 dijelaskan
setelah Alinea III tentang Pernyataan Proklamasi, ....”Kemudian dari pada itu
untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa....” Pernyataan dalam

88
Ani Sri Rahayu, Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan, Jakarta:Bumi Aksara, 2013, hlm.
136

Pendidikan Kewarganegaraan | 118


Pembukaan UUD 1945 tersebut sebagai landasan fundamental geostrategi
Indonesia.
Pada awalnya geostrategi diartikan sebagai geopolitik untuk kepentingan
militer atau perang.Geopolitik bangsa Indonesia diterjemahkan dalam konsep
wawasan Nusantara sedangkan geostrategi bangsa Indonesia dirumuskan dalam
konsepsi ketahanan Nasional. Di Indonesia geostrategi diartikan sebagai metode
untuk mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana tercantum dalam
mukadimah UUD 1945, melalui proses pembangunan nasional. Karena tujuan
itulah maka ia menjadi doktrin pembangunan dan diberi nama ketahanan nasional.
Mengingat geostrategic Indonesia member arahan tentang bagaimana membuat
strategi pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, lebih aman
dan sebagainya, maka ia menjadi amat berbeda wajahnya dengan yang digagaskan
oleh Haushofer, Ratzel, Kejallen dan sebagainya
Geostrategi merupakan masalah penting bagi setiap bangsa, baik pada masa
lampau, kini, maupun masa yang akan datang. Geostrategi menjadi sangat penting
karena setiap bangsa yang telah menegara membutuhkan strategi dalam
memanfaatkan wilayah negara sebagai ruang hidup nasional.Semua ini dalam
rangka menentukan kebijakan, sarana, dan sasaran perwujudan kepentingan, serta
tujuan nasional melalui pembangunan.Dengan demikian, suatu bangsa itu tetap
eksis dalam arti ideologis, politis, ekonomis, sosial budaya, dan hankam.

8.1 Pengertian Geostrategi


Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan
sebagai usaha dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik
SDM maupun SDA untuk melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan. Dalam
kaitannya dengan kehidupan suatu negara, geostrategi diartikan sebagai metode
atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses
pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi
pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan
masa depan yang lebih baik, lebih aman dan bermartabat.89

89
http://geostrategi-indonesia.blogspot.co.id/2011/08/geostrategi-indonesia.html?m=1

Pendidikan Kewarganegaraan | 119


Pada awal mula geostrategi di maknai sebagai geopolitik untuk kepentingan
peperangan atau kemiliteran. di Indonesia, gestrategi diartikan sebagai sebuah
metode untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sesuai dengan Pembukaan
UUD 1945. Geostrategi Indonesia memberikan arah tentang strategi
pembangunan guna mewujudkan masa depan yang lebih baik, dan lebih aman.
Geostrategi diperlukan untuk mewujudkan dan mempertahankan integrasi dalam
masyarakat majemuk dan heterogen berdasarkan Pembukaan UUD 1945.90
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam wujud ketahanan nasional, karena
merupakan sebuah kondisi dinamik suatu bangsa yang berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional
guna menghadapi tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan (TAHG) baik
yang datang dari dalam maupun dari luar, yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan integritas , identitas kelangsungan hidup bangsa dan negara
Indonesia.91
Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi geografis
negara dalam menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk mewujudkan cita-
cita proklamasi dan tujuan nasional.

8.2 Latar Belakang Geostrategi


Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara khususnya
dalam upaya mencapai tujuan nasional, setiap bangsa secara terus menerus
berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan alamiah maupun lingkungan
sosial, baik lingkungan dalam negeri maupun lingkungan luar negeri atau sering
dinamakan lingkungan regional, nasional maupun internasional.
Proses interaksi dengan lingkungan dapat menimbulkan dampak yang
menguntungkan dan merugikan. Dampak yang menguntungkan akan dapat
mendorong, memperkuat laju pencapaian tujuan nasional. Sebaliknya dampak
yang merugikan berupa adanya berbagai bentuk ancaman yang akan menghambat
pencapaian tujuan nasional. Bahkan apabila intesitasnya tinggi, maka akan

90
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma
Terbaru untuk Mahasiswa, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 187
91
Ibid.,hlm. 188.

Pendidikan Kewarganegaraan | 120


membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Oleh karena itu, guna
menghadapi segala bentuk ancaman dalam rangka92 kelangsungan hidup bangsa
dan negara serta dalam upaya pengembangan hidup bangsa menuju kemajuan
bangsa dan negara.
Untuk dapat melaksanakan hal tersebut diperlukan adanya keuletan dan
ketangguhan sesuai dengan ajaran Pancasila dan UUD 1945 serta berpedoman
kepada Wawasan Nusantara, dalam upaya menghadapi ancaman, bangsa
Indonesia membina dan menggunakan kemampuan atau kekuatan yang
berpangkal pada pendekatan yang abstrak atau non fisik yang bersifat persuasi
yang dinamakan Ketahanan Nasional.
Berdasarkan pertimbangan di atas maka penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia dalam rangka mencapai tujuan nasional,
diperlukan penerapan konsepsi Ketahanan Nasional. Konsepsi Ketahanan
Nasional yang mengandung unsur esensial yang berupa keuletan dan
ketangguhan, telah diterapkan oleh bangsa Indonesia sejak masa lampau yang
disesuaikan dengan tuntutan tantanganzaman di masa kini maupun masa depan.
Berpijak dari kehidupan bangsa Indonesia sejuak Proklmasi Kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, tidak luput dari berbgai gejolak dan ancaman
di dalam negeri maupun luar negeri, yang hampir-hampir membahayakan
kelangsungan hidup bangsa dan negara. Sungguhpun demikian, bangsa dan
negara Indonesia selain telah mampu mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatannya terhadap ancaman dari luar antara lain agresi militer Belanda, juga
telah mampu menegakkan wibawa pemerintah terhadap gerakan separatis,
pemberontakan PKI, DI/TII bahkan mampu merebut kembali Irian Jaya ke dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ditinjau dari geopolitik dan geostrategi
dengan posisi geografis, potensi sumber kekayaan alam serta besarnya jumlah dan
kemampuan penduduk yang dimilikinya, telah menempatkan Indonesia menjadi
ajang persaingan kepentingan dan perebutan pengaruh antara negara besar dan
adikuasa. Hal tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan
memberikan dampak negatif terhadap segenap aspek kehidupan, sehingga dapat

92
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Loc. cit

Pendidikan Kewarganegaraan | 121


mempengaruhi bahkan membahayakan kelangsungan hidup dan eksistensi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Walaupun dihadapkan pada berbagai tantangan sebagaimana dikemukakan
seperti di atas, Negara Kesatuan Republik Indonesia masih tetap tegak berdiri
sebagai suatu bangsa dan negara yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Hal ini
membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, sehingga berhasil
mengatasi setiap bentuk tantangan93, ancaman, hambatan dan gangguan dari
manapun datangnya. Dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan negara di
masa kini dan masa depan bangsa Indonesia harus tetap memiliki keuletan dan
ketangguhan yang perlu dibina secara konsisten dan berkelanjutan.
Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah merupakan negara
kekuasaan, dalam artian bahwa penyelenggaraan berdasarkan pada kekuasaan
semata-mata, sehingga membawa sistem dan pola kehidupan politik dan totaliter,
melainkan adalah negara hukum, dimana kekuasaan dibenarkan dan diatur
penyelenggaraan menurut hukum yang berlaku. Adapun hukum sebagai pranata
sosial disusun bukan untuk kepentingan golongan atau perorangan. Melainkan
untuk kepentingan seluruh rakyat dan bangsa, sehingga dapat menjalankan
fungsinya dengan benar yaitu dengan menjaga ketertiban bagi seluruh masyarakat.
Indonesia adalah merupakan negara yang memiliki UUD 1945 sebagai
konstitusinya. Dalam semangat konstitusi tersebut kekuasaan pemerintah tidak
bersifat absolut atau tidak tak terbatas. Kedaulatan ada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sedangkan
kelembagaan tinggi negara dan tata kelembagaan negara. Sistem negara bersifat
demokrasi, yang tercermin dalam proses pengambilan keputusan yang bersumber
dan mengacu pada kepentingan dan aspirasi rakyat.
Dengan demikian kndisi kehidupan nasional merupakan pencerminan
Ketahanan Nasinal yang didasari oleh landasan idil Pancasila, landasan
konstitusional UUD 1945 dan landasan visional Wawasan Nusantara, sehingga
Ketahanan Nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek

93
Ibid., hlm. 189.

Pendidikan Kewarganegaraan | 122


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.94

8.3 Tujuan Geostrategi


Berbagai konsep dasar serta pengembangan geostrategi Indonesia pada
dasarnya bertujuan untuk:
1. Menyusun dan mengembangkan potensi kekuatan nasional baik yang
berbasis pada aspek ideologi, politik, sosial budaya, bahkan aspek-
aspek alamiah. Hal ini untuk upaya kelestarian dan eksistensi hidup
Negara dan Bangsa dan bangsa dalam mewujudkan cita-cita proklamasi
dan tujuan nasional.
2. Menunjang tugas pokok pemerintah Indonesia dalam:
a. Menegakkan hukum dan ketertiban (law and order)
b. Terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran (welfare and
prosperity)
c. Terselenggaranya pertahanan dan keamanan (defence and
prosperity)
d. Terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial (yuridical justice
and social justice)
e. Tersedianya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasikan diri
(freedom of the people).
Geostrategi Indonesia berawal dari kesadaran bahwa bangsa dan negara ini
mengandung sekian banyak anasir-anasir pemecah belah yang setiap dapat
meledak dan mencabik-cabik persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam era
kepemimpinan Habibie dapat disaksikan dengan jelas bagaimana hal itu terjadi
beserta akibatnya. Tidak hanya itu saja, tatkala bangsa kita lemah karena sedang
berada dalam suasana tercabik-cabik maka serentak pulalah harga diri dan
kehormatan dengan mudah menjadi bahan tertawaan di forum internasional.

94
Ibid., hlm. 190.

Pendidikan Kewarganegaraan | 123


disitulah ketidakberdayaan kita menjadi tontonan masyarakat internasional, yang
sekaligus, apabila kita sekalian sadar, seharusnya menjadi pelajaran berharga.95
Untuk menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah, seperti tegaknya
hukum dan ketertiban, mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran, keadilan
hukum dan keadilan sosial, aktualisasi diri masyarakatnya.96
Selain hal itu, terwujud karena adanya proses sejarah, nasib serta tujuan
untuk mencapai martabat kehidupan yang lebih baik. Dengan kata lain menurut
Notonagoro terbentuknya bangsa Indonesia merupakan proses persatuan ‘mono-
pluralis’.97
Oleh karena itu, geostrategi Indonesia sebagai suatu cara atau metode dalam
memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonesia dalam menentukan kebijakan,
araha serta sarana-sarana dalam mencapai tujuan seluruh bangsa dengan berdasar
asas kemanusiaan dan keadilan sosial. Dapat pula dikatakan bahwa geostrategi
Indonesia adalah memanfaatkan segenap kondisi geografi Indonesia untuk tujuan
politik, dan hal itu secara rinci dikembangkan dalam pembangunan nasional
(Lihat Suradinata, 2005: 33; Armawi, 2005: 1).
Berdasarkan pengertian di atas, geostrategi Indonesia diperlukan dan
dikembangkan untuk mewujudkan dan mempertahankan integritas bangsa dan
wilayah tumpah darah negara Indonesia, mengingat kemajemukan bangsa
Indonesia serta sifat khas wilayah tumpah darahnegara Indonesia, maka
geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk Ketahanan Nasional.98

8.4 Fungsi Geostrategi


Sebagai daya tangkal pengarahan bagi pengembangan potensi ketahanan
nasional (aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan.99
Di bawah ini merupakan fungsi-fungsi dari geostrategi:
a. Sebagai daya tangkal dalam kedudukannya sebagai konsepsi
penangkalan, geostrategi Indonesia ditujukan untuk menangkal segala

95
http://geostrategi-indonesia.blogspot.co.id/2011/08/geostrategi-indonesia.html?m=1
96
http://hanyasekedarblogg.blogspot.co.id/2013/05/geostrategi-indonesia.html?m=1
97
Ibid, Hal. 136-137
98
Ibid, Hal. 138
99
http://hanyasekedarblogg.blogspot.co.id/2013/05/geostrategi-indonesia.html?m=1

Pendidikan Kewarganegaraan | 124


bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan (AGHT) terhadap
identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia dalam aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan
keamanan.
b. Sebagai pengarah pengembangan kekuatan bangsa. Untuk mengarahkan
dan mengembangkan potensi kekuatan bangsa dalam yang meliputi
bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan aspek pertahanan
keamanan sehingga tercapai kesejahteraan rakyat. dalam hal ini,
ketahanan nasional berfungsi menyatukan pola pikir, pola tindak, dan
cara kerja intersekior, dan multidisipliner.100

8.5 Sifat-Sifat Geostrategi


Ketahanan Nasional memiliki sifat yang terbentk dari nilai-nilai yang
terkandung dalam landasan asas-asasnya yaitu:
1. Mandiri
Mandiri yaitu ketahanan nasional bersifat percaya pada kemampuan dan
kekuatan sendiri dengan keuletan dan ketangguhan101 yang mengandung
prinsip tidak mudah menyerah serta bertumpu pada identitas, integritas
dan dan kepribadian bangsa. kemandirian ini merupakan prasyarat untuk
menjalin kerja sama yang saling menguntungkan dalam perkembangan
global.
2. Manunggal (bersifat komperkesif – integral antara trigatra dan
pancagatra)
Manunggal yaitu ketahanan nasional memiliki sifat integratif yang
diartikan terwujudnya kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan
selaras di antara seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Kewibawaan (harus diperhitungkan pihak lain)

100
http://dwi-rohmawati.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pkn-geostrategi.html?m=1
101
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Kewarganegaraan Paradigma
Terbaru untuk Mahasiswa, Bandung: Alfabeta, 2013, hlm. 195.

Pendidikan Kewarganegaraan | 125


Kewibawaan yaitu ketahanan nasional sebagai hasil pandangan yang
bersifat manunggal tersebut dapat mewujudkan kewibawaan nasional
yang akan diperhitungkan oleh pihak lain, sehingga merupakan daya
tangkal suatu negara. Semakin tinggi daya tangkal suatu negara akan
semakin besar pula kewibawaannya.
4. Dinamis
Dinamis yaitu ketahanan nasional tidaklah tetap, melainkan dapat
meningkat ataupun menurun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa
dan negara, serta kondisi lingkungan strategisnya. Hal ini sesuai dengan
hakikat dan pengertian bahwa segala sesuatu di dunia ini senantiasa
berubah dan perubahan itu senantiasa berubah pula. Oleh karena itu,
upaya meningkatkan ketahanan nasional harus senantiasa diorientasikan
ke masa depan dan dinamikanya diarahkan untuk pencapaian kondisi
kehidupan nasinal yang lebih baik.
5. Konsultasi dan Kerjasama
Konsultasi dan kerjasama yaitu ketahanan nasional Indonesia tidak
mengutamakan sikap konfrontatif dan antagonis, tidak mengadakan
kekuasaan dan kekuatan fisik semata, tetapi lebih pada sikap konsultatif
dan kerjasama, serta saling mengahargai dengan mengandalkan pada
kekuatan moral dan kepribadian bangsa.102
6. Percaya pada Diri Sendiri
Geostrategi atau Ketahanan Nasional dikembangkan dan ditingkatkan
berdasarkan sikap mental percaya pada diri sendiri. Suatu bangsa yang
merdeka dan berdaulat harus percaya dan yakin, bahwa ia dapat
mengurus dan mengatur rumah tangga sendiri dengan baik dan tidak
tergantung kepada bantuan luar. Andai kata diperlukan bantuan, maka hal
tersebut bersifat komplementer.
7. Tidak Tergantung pada Pihak Lain
Geostrategi atau Ketahanan Nasional dibangun dan dikembangkan atas
dasar kemampuan sendiri dengan memanfaatkan segenap aspek

102
Ibid., hlm. 196.

Pendidikan Kewarganegaraan | 126


kehidupan nasional. Pengembangan kemampuan nasional dalam
meningkatkan daya saing bangsa diupayakan untuk tidak tergantung pada
pihak lain. Walaupun kebanyakan negara berkembang merupakan bekas
daerah jajahan masih dipengaruhi mental kolonial dan rasa tergantung
kepada bekas penjajahannya.103

8.6 Konsepsi Dasar Geostrategi


Geostrategi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan strategi diartikan
sebagai usaha dengan menggunakan segala kemampuan atau sumber daya baik
SDM maupun SDA untuk melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan.
Sehubungan dengan kehidupan suatu Negara maka geostrategi dapat didefinisikan
sebagai cara atau pendekatan dalam memanfaatkan kondisi lingkungan untuk
mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional.
Konsep geostrategi Indonesia pada hakekatnya bukan mengembangkan
kekuatan untuk penguasaan terhadap wilayah di luar Indonesia atau untuk
ekspansi terhadap negara lain, tetapi konsep strategi yang didasarkan pada kondisi
metode, atau cara untuk mengembangkan potensi kekuatan nasional yang
ditujukan untuk pengamanan dan menjaga keutuhan kedaulatan Negara Indonesia
dan pembangunan nasional dari kemungkinan gangguan yang datang dari dalam
maupun dari luar negeri. Untuk mewujudkan geostrategi Indonesia akhirnya
dirumuskan bangsa Indonesia dengan ketahanan nasional Republik Indonesia.

Konsepsi Ketahanan Nasional


Secara konseptual, ketahanan nasional suatu bangsa dilatarbelakangi oleh:
a. Kekuatan apa yang ada pada suatu bangsa dan Negara sehingga ia
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya.
b. Kekuatan apa yang harus dimilki oleh suatu bangsa dan Negara sehingga
ia selalu mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, meskipun
mengalami berbagai gangguan, hambatan dan ancaman baik dari dalam
maupun dari luar.

103
https://www.slideshare.net/mobil/masgar1/geostrategi-indonesia

Pendidikan Kewarganegaraan | 127


c. Ketahanan dan kemampuan bangsa untuk tetap jaya, mengandung makna
keteraturan (regular) dan stabilitas, yang didalamnya terkandung
pontensi untuk terjadinya perubahan (the stability of changes).
Berdasarkan konsep pengertiannya maka yang dimaksud dengan ketahanan
adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan Negara dapat bertahan,
kuat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan. Konsekuensinya
suatu ketahanan harus disertai dengan keuletan, yaitu suatu usaha secara terus-
menerus secara giat dan berkemauan keras menggunakan segala kemampuan dan
kecakapan untuk mencapai tujuan dari cita-cita nasional. Identitas merupakan ciri
khas suatu negara dilihat sebagai suatu totalitas, yaitu suatu negara yang.dibatasi
oleh wilayah, penduduk, sejarah, pernerintahan dan tujuan nasionalnya, serta
peranari yang dimairikan di dunia internasional. Adapun pengertian lain yang
berkaitan dengan integritas adalah kesatuan yang menyeluruh dalarn kehidupan
bangsa, baik sosial maupun alamiah, potensial ataupun tidak potensial. Tantangan
adalah merupakan suatu usaha yang bersifat menggugah kemampuan, adapun
ancaman adalah suatu usaha untuk rnengubah atau merombak kebijaksanaan atau
keadaan secara konsepsional dan sudut kriminal maupuri politis.Adapun
hambatan adalah suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang
bersifat konseptual yang berasal dari dalam sendiri.Apabila hal tersebut berasal
dari luar maka dapat disebut kategori gangguan.
Berdasarkan Pengertian sifat-sifat dasarnya maka ketahanan nasinal adalah
sebagai berikut:
a. Integratif
Hal itu mengandung pengertian setiap aspek kehidupan kebangsaan
dalam hubungannya dengan lingkkungan sosialnya, lingkungan alam dan
suasana kedalam saling mengadakan penyesuaian yang selaras dan serasi.
b. Mawas ke Dalam
Ketahanan nasional terutama diarahkan kepada diri bangsa dan Negara
itu sendiri, untuk mewujudkan hakikat dan sifat nasionalnya. Pengaruh
luarnya adalah hasil yang wajar dari hubungan internasional dengan
bangsa lain.

Pendidikan Kewarganegaraan | 128


c. Menciptakan Kewibawaan
Ketahanan nasinal sebagai hasil pandangan yang bersifat integrative
mewujudkan suatu kewibawaan nasional serta memiliki deterrent
effect,yang harus diperhitungkan pihak lain.
d. Berubah Menurut Waktu
Ketahanan nasional suatu bangsa pada hakikatnya tidak bersifat tetap,
melainkan sangat dinamis.Ketahanan nasional dapat men ingkat atau
bahkan juga dapat menurun, dan hal itu sangat tergantung kepada situasi
dan kondisi.
Konsepsi ketahanan nasional dapat juga dipandang sebagai suatu pilihan
atau alternative dan konsepsi tentang kekuatan nasional (national power),
yang biasanya dianut oleh Negara-negara besar di dunia. . Konsepsi
tentang kekuatan nasional bertumpu pada kekuata n, terutama berturnpu
pada kekuatan fisik militer dengan politik kekuasanya pozver politics),
sedangkan ketahanan nasional tidak semata-mata mengutamakan
kekuatan fisik, melainkan memanfaatk an daya dan kekuatan lainnya
pada suatu bangsa. Ketahanan nasional pada hakikatnya merupakan suatu
konsepsi dalarn penga tu ran dan penyelenggaraan kesejahteraan dan
kemakmuran serta pertahanan dan keamanan di dalam kehidupan
nasional. Untuk dapat rnencapai suatu tujuan nasional suatu bangsa harus
memp unyai kekuatan, kernampuan, daya tahan dan keuletan.kehidupan
nasional tersebut dapat dibagi kedalam beberapa aspek sebagai berikut:
1) Aspek alamiah yang meliputi:
a. Letak gegrafis Negara;
b. Keadaan dan kekayaan alam;
c. Keadaan dan kemampuan penduduk;
2) Aspek kemasyarakatan yang meliputi:
d. Ideologi;
e. Politik;
f. Ekonomi;
g. Sosila budaya dan hankam;

Pendidikan Kewarganegaraan | 129


h. Pertahanan dan keamanan;
Unsur-unsur tersebut yang meliputi alamiah karena jumlahnya tiga,
maka disebut secara Tri Gatra; sendangkan kemasyarakatan dinamakan Panca
Gatra, karena jumlahnya lima. Keseluruhan unsur secara sistematik yang
membagi kehidupan nasional dalam delapan aspek tersebut disebut Astra
Gatra.
Konsepsi ketahanan nasional tidak memandang aspek-aspek alamiah
dan kemasyaratan secara terpisah-pisah melainkan meninjaunya secara
korelatif, dimana aspek yang satu senantiasa berhubungan erat dengan yang
lainnya, sendangkan keseluruhannya merupakan suatu konfigurasi yang
menimbulkan daya tahan nasional.
8.7 Komponen Strategi Astagatra
Komponen strategi astagatra merupakan perangkat hubungan bidang-bidang
kehidupan manusia dan budaya yang berlangsung di atas bumi ini.Dengan
memanfaatkan dan menggunakan secara memadai segala komponen strategi
tersebut dapat dicapai penigkatan dan pengembangan kemampuan nasional.
Komponen Strategi Astagrata
Komponen ini adalah komponen strategi yang terdiri atas delapan gatra
(aspek). Delapan gatra (aspek) ini dapat diklasifikasi dalam dua bagian yang
meliputi :
1. Trigatra
Adalah komponen yang bersifat alamiah (tetap). Komponen ini meliputi tiga
unsur yaitu :
a. Aspek Geografi
Aspek geografi adalah aspek yang berkaitan dengan letak kondisi bumi
di mana negara berada. Pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan
geopolitik (wawasan nusantara) dan geostrategi (ketahanan nasional) .
Beberapa wawasan nasional yang tumbuh karena pengaruh geografi adalah
seperti:

Pendidikan Kewarganegaraan | 130


1. Wawasan benua :adalah cara pandang negara yang dilandasi lingkungan
negara yang serba daratan (benua) atau yang dikanal dengan Land
Locked Contry.
2. Wawasan bahari: adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi negara yang bersifat archipelago, tetapi negaranya sendiri bersifat
daratan.
3. Wawasan dirgantara :adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi wilayah dirgantara yang strategis bagi penempatan GSO (Geo
Stationary Orbit).
4. Wawasan kombinasi: adalah cara pandang negara yang dipengaruhi oleh
kondisi geografis negara yang memiliki wilayah daratan, lautan, dan
udara yang strategis (relative berimbang)
Dalam kaitan dengan wawasan nasional di atas, negara Indonesia dapat
dikategorikan sebagai negara kesatuan yang menganut wawasan kombinasi
atau wawasan nusantara
b. Sumber Daya Alam
Kekayaan alam yang terkandung dalam sumber daya alam (SDA)
Indonesia dapat dibagi tiga golongan, yaitu :
1) Hewani (fauna) adalah sumber daya alam yang menjadi sumber
bahan makanan yang berasal dari binatang (hewan)
2) Nabati (flora) adalah sumber daya alam yang dapat menjadi sumber
bahan makanan yang berasal dari unsur tumbuh- tumbuhan.
3) Mineral (tambang) adalah sumber daya alam yang memiliki nilai
tambah bagi devisa negara yang berasal dari eksplorsi dalam bumi.
Pola dasar pengelolaan sumber daya alam di atas, dilakukanberdasarkan pada
asas.
1) Maksimal, yaitu prinsip pengelolaan sumber daya manusia secara
menyeluruh dan sungguh-sungguh oleh seluruh elemen bangsa dan
negara.
2) Lestari, yaitu prinsip pengelolaan SDA yang mengutamakan
kelangsungan lingkungan hidup secara berkelanjutan (substainable)

Pendidikan Kewarganegaraan | 131


3) Daya saing, yaitu prinsip pengelolaan SDA yang berorientasi pada
kualitas dan kuantitas yang bisa memiliki daya saing dengan produk
SDA negara asing (luar negeri)
Untuk mengatasi kesejangangan (gap) antara potensi SDA denganpenduduk,
maka diupayakan:
1) Menyusun pola pengelolaan SDA
2) Mengembangkan IPTEK
3) Membina kesadaran nasional
4) Mengadakan program pembangunan yang serasi
5) Mengadakan pembentukan modal yang cukup
6) Menciptakan daya beli konsumen yang cukup
c. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
Penduduk adalah orang yang mendiami suatu tempat dalam wilayah
tertentu dengan tanpa melihat status kewarganegaraan yang dianut oleh orang
tersebut. Masalah yang dihadapi dalam kependudukan adalah meliputi :
1) Jumlah Penduduk. Hal yang menjadi masalah dalam jumlah
penduduk adalah makin meningkatnya jumlah penduduk yang tidak
memiliki kualitas, baik dirinya, masyarakat, dan negara.
2) Komposisi penduduk adalah susunan penduduk menurut usia, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, dan pendidikan.
3) Distribusi penduduk. Hal yang menjadi masalah dalam distribusi
penduduk adalah penyebaran penduduk yang tidak merata ke seluruh
wilayah negara (tanah air)
2. Pancagatra
Komponen pancagatra adalah komponen yang meliputi lima aspek Ketahanan
Nasional dalam kehidupan sosial (intangible). Komponen pancagatra meliputi :
a. Ketahanan di Bidang Ideologi
Adalah Ketahanan Nasional yang berintikan pemahaman dan
pengalaman nilai ideologi Pancasila yang dapat menjadi landasan sikap
dan perilaku untuk mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan
gangguan baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam yang

Pendidikan Kewarganegaraan | 132


membahayakan kelangsungan kehidupan Pancasila sebagai dasar falsafah
dan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
b. Ketahanan Nasional di Bidang Politik
Adalah Ketahanan Nasional yang berintikan kehidupan politik yang
damai, tertib, adil, jujur dan demokratis, serta tercipta stabilitas politik,
yang dapat untuk mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari luar
negeri maupun dari dalam negeri yang dapat membahayakan
kelangsungan kehidupan bangsa dan negara Indonesia.
c. Ketahanan Nasional di Bidang Ekonomi
Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pangan, sandang,
lapangan kerja, perumahan, menurunnya angka kemiskinan sehingga
dapat mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari luar negeri maupun
dari dalam yang membahayakan kelangsungan kehidupan ekonomi
bangsa dan negara Indonesia.
d. Ketahanan Nasional di Bidang Sosial dan Budaya
Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pendidikan murah dan
berkualitas, hormat-menghormati, sopan santun, beretika, dan bangga
menjadi anak Indonesia. Melalui adanya ketahanan sosial dna budaya
diatas, diharapkan dapat menjadi saringan untuk mengatasi segala
ATHG, baik yang datang dari luar negeri maupun dari dalam negeri yang
membahayakan kelangsungan kehidupan sosial dan budaya bangsa dan
negara Indonesia.
e. Ketahanan Nasional di Bidang Hankam Ketahanan Nasional yang
berintikan adanya rasa aman, damai, tidak sengketa dengan bangsa dan
negara lain, percaya pada kemampuan sendiri. Melalui hal diatas,
diharapkan mampu mengatasi segala ATHG, baik yang datang dari luar
negeri maupun dari dalam yang membahayakan kelangsungan kehidupan
pertahanan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia.

8.8 Hubungan Komponen Strategi Antargatra


Hubungan komponen strategi antargatra dalam trigatra dan pancagatra serta
antar gatra itu sendiri terdapat hubungan timbale balik yang erat dan lazim

Pendidikan Kewarganegaraan | 133


disebut hubungan (korelasi). Oleh karena itu hubungan komponen strategi dalam
trigatra dan pancagatra tersusun secara utuh menyeluruh didalam komponen
strategi asta gatra.
Beberapa fakta tentang kondisi astagatra yang dialami Indonesia
 Idiologi liberalisme, komunisme: munculnya gerakan komunis
 Politik, demokrasi parlementer, diktatator : munculnya demokrasi
terpimpin
 Ekonomi liberal, kapitalis : sistem ekonomi kapitalis
 Sosial, individualities, faham sosialis : munculnya sifat individualistic
 Budaya, budaya barat/westernisasi: munculnya budaya meniru Negara
maju
 Hankam: kasus lepasnya timor timur, ligitan, sipadan dan terosrisme.

8.9 Implementasi Geostrategi


Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan Nasional hendaknya
diwujudkan dalan pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku setiap warga negara
maupun pemerintah dalam hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
Geostrategi Indonesia dirumuskan dalam Konsepsi Ketahanan Nasional yang
merupakan pengejewantahan dari Pancasila dan UUD 1945 dalam segala aspek
kehidupan nasional secara terpadu utuh menyeluruh dengan berpedoman pada
wawasan Nusantara.
Implementasi wawasan nusantara pada kehidupan politik akan menciptakan
iklim penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut Nampak
dalam wujud pemerintahan yang kuat, aspiratif, dan terpercaya yang dibangun
sebagai penjelmaan hukum dasar geopolitik dan geostrategic dalam krangka
keutuhan NKRI.
Implementasi Ketahanan Nasional dapat diartikan melaksanakan atau
menggunakan kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan yang dilandasi
sikap ulet dan tangguh untuk mengembangkan daya saing bangsa sehingga
menjadi bangsa yang kompretitif dan dihormati di dunia.

Pendidikan Kewarganegaraan | 134


Untuk menjadikan bangsa yang berdaya saing, maka bangsa Indonesia harus
mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan efisien, transparan, dan
accountable.Beberapa permasalahan besar adalah masalah politik yang terkait
dengan kesiapan menghadapi globalisasi, politik luar negeri yang bebas dan aktif,
masalah disintegrasi dan otonomi, sistem partai politik dan
birokrasi.Permasalahan dalam bidang ekonomi adalah ekonomi biaya tinggi
dengan adanya pungutan liar (pungli), kebijakan ekonomi yang tidak berorientasi
produk domestik, ekspor kebutuhan pangan, dan masih kecilnya investasi.
Masalah dalam bidang sosial budaya dicerminkan rendahnya angka HDI
(Development Index) pada tahun 2004 pada nomor 117 dari 175
negara,pendidikan 60% pendudik masih SD, kesadaran akan lingkungan
dandisiplin yang masih rendah. Kondisi ini di atas tahun 2007 menurut dataHDI,
Indonesia masih berada pada posisi yang banyak berubah yaituberada pada urutan
103 dari 133 negara. Masalah dalam bidang hukumadalah lemahnya penegakan
hukum, banyaknya kasus korupsi, danpelanggaran HAM.
1. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Politik
Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang politik, maka sejumlah
tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta situasi politik yang kondusif
bagi peningkatan daya saing bangsa. Beberapa hal yang harus dilaksanakan
adalah :
a. Dalam rangka menghadapi globalisasi, maka perlu diambil langkah-
langkah mengadakanproses perubahan atau modernisasi. Peningkatan
kompetensi diplomat diperlukan dalam rangka menghadapi berbagai
perundingan internasional seperti ASEAN, AFTA, APEC, PBB, dan
WTO, sehingga kondisi Indonesia memperoleh keuntungan. Modernisasi
juga menyangkut sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan
sehingga kompetensinya sama dengan SDM luar negeri, membangun
watak bangsa, serta modernisasi sarana pertahanan nasional untuk
mempertahankan wilayah NKRI, dan mengembangkan paradigma baru
dalam TNI atau reformasi TNI. Peningkatan anggaran dalam bidang

Pendidikan Kewarganegaraan | 135


pendidikan dan pertahanan merupakan salah satu implementasi dalam
bidang politik.
b. Mengembangkan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal ini
dilakukan dengan berperan serta dalam proses perdamaian di dunia
internasional dan berpartisipasi aktif dalam peristiwa yang bersifat
global.
c. Masalah disintegrasi dan otonomi. Masalah disintegrasi bangsa harus
diselesaikan dengan baik.Banyak kasus disintegrasi disebabkan adanya
ketidakadilan dalam bidang hukum, politik, ekonomi, dan
budaya.Keberhasilan kasus Aceh merupakan wujud dari Ketahanan
Nasional.Oleh sebab itu, implementasi HAM, pemberlakuakn hukum
sesuai dengan adat, serta memberikan otonomi dalam pengelolaan
ekonomi merupakan kunci masalah disintegrasi dan
otonomi.Pemberlakuan otonomi harus terus disempurnakan, yaitu
memberi kebebasan sesuai dengan kebutuhan lokal, namun menghindari
kebangsaan daerah yang sempit yang justru menjadi bibit disintegrasi.
d. Penataan sistem politik yang menjamin kestabilan pemerintahan.
Pengembangan demokrasi berupa pemilihan umum langsung ternyata
berjalan dalami, baik DPR, Presiden, maupun Kepala Daerah. Hal ini
menunjukkan bahwa kedewasaan warga negara semakin tinggi dan
merupakan kekuatan bangsa di masa depan. Dalam bidang politik juga
perlu dilakukan pengembangan sistem yang terbuka dan demokratis
2. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Ekonomi
Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang ekonomi, makasejumlah
tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisiperekonomian yang
kondusif untuk menunjang pertumbuhan ekonomidan pemerataan hasil
pembangunan. Beberapa hal yang harusdilaksanakan adalah :
a. Menata kebijakan fiskal terutama yang terkait dengan pajak serta
restribusi. Peraturan baik UU maupun Perda yang memberatkan dunia
industri harus dicabut. Kebijakan fiskal harus mampu membuat dunia
industri efisien dan efektif serta berdaya saing untuk ekspor

Pendidikan Kewarganegaraan | 136


b. Mengembangkan industri yang berorientasi pada produk dalam negeri.
Krisis moneter sudah meruntuhkan industri elektronika dan tekstil. Oleh
sebab itu, perlu dikembangkan industri berbasis pertanian, karena kondisi
Indonesia sangat cocok untuk pertanian dan hampir 50% penduduknya
hidup dari pertanian.
c. Menggiatkan swasembaga pangan. Pangan adalah kebutuhan pokok,
krisis pangan dapat membuat stabilitas politik terganggu. Indnesia
merupakan negara dengan penduduk mencapai 200 juta dan kebutuhan
pangan mencapai 50 juta ton. Oleh sebab itu, program swasembada
pangan harus dikembangkan dan memberikan harga yang memadai bagi
petani.
d. Mengembangkan iklim investasi yang baik. Pembenahan sistem investasi
dilakukan dengan mempermudah prosedur perizinan dan memberi
insentif yang memadai seperti keringanan pajak, sarana infrastruktur, dan
kepastian hukum dalam ketenagakerjaan.
e. Mengembangkan sistem ekonomi kerakyatan dan mendorong usaha kecil
dan menengah dengan mengembangkan kredit mikro dan penunjang
yang memadai seperti pengembangan informasi pasar dan teknologi.
f. Mengembangkan sistem pasar dengan mengurangi campur tangan
pemerintah dengan mendirikan lembaga yang mengawasipersaingan
usaha sehingga tidak terjadi monopoli yang merugikan konsumen.
g. Mengembangkan pasar modal yang sehat, transparan, dan efisien untuk
menjadi sumber permodalan.
h. Mengelola kebijakan mikro dan makro secara hati-hati sehingga tingkat
inflasi rendah dan tingkat suku bunga rendah untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi.
i. Meningkatan efisiensi BUMN dan BUMD dengan melakukan
reorganisasi dan restrukturisasi, sehingga fungsi dan tanggung jawab
BUMN berjalan dengan baik.

Pendidikan Kewarganegaraan | 137


3. Implementasi Ketahanan Nasional dalam Bidang Sosial dan Budaya
Untuk menghadapi permasalahan dalam bidang sosial dan budaya, maka
sejumlah tindakan harus dilaksanakan, sehingga tercipta kondisi sosial budaya
yang mendukung daya saing bangsa dengan terciptanya sumber daya manusia
yang kompeten, kondisi sosial yang stabil, dan berkembangnya budaya sebagai
hasil karya manusia Indonesia. Beberapa hal yang harus dilaksanakan adalah :
a. Meningkatkan HDI Indonesia dengan melakukan: peningkatan mutu
pendidikan dengan penerapan standarisasi pendidikan, meningkatkan
jumlah wajib belajar sembilan tahun, meningkatan daya saing perguruan
tinggi, peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan fasilitas
lingkungan.
b. Meningkatkan taraf pendidikan dari 60% lulusan SD menjadi lebih tinggi
dengan memberikan dana pendidikan minimal 20% dari APBN. 17
c. Meningkatkan perbaikan lingkungan dengan upaya: penataan daerah
industri melalui tata guna lahan, pengendalian konversi hutan,
pengelolaan sampah, dan pengendalian pencermaran udara, air, dan
tanah.
d. Meningkatkan disiplin masyarakat dengan upaya pemberian penyuluhan
tentang kedisplinan, sosialisasi peraturan perundang- undangan dan
peraturan daerah, serta memberikan sanksi sosial yang tegas untuk
memberikan efek jera.
e. Meningkatkan kualitas pendidikan agama, kerukunan umat beragama,
dan mempermudah umat beragama dalam menjalankan ibadahnya
dengan upaya peningkatan toleransi antar umat beragama, dialog, dan
kerja sama antarumat beragama.
f. Mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh warga negara untuk
memberikan perlindungan terhadap kecelakaan kerja, kematian, dan
pelayanan hari tua.
g. Mengembangkan kebebasan berekspresui dalam bidang kesenian,
kebudayaan, dan peristiwa dengan memerhatikan etika, moral, estetika,
dan agama.

Pendidikan Kewarganegaraan | 138


h. Meningkatkan peran serta perempuan dalam bidang politik dan ekonomi
sesuai dengan peranan kaum pria.
8.10 Kajian Kasus Geostrategi
Bagaimana cara mengurangi ketergantungan terhadap impor kacang kedelai
serta mewujudkan swasembada kedelai nasional?
Pembangunan pertanian Pangan harus dipandang dari sisi strategis dan
politis yang menjadi bagian mendasar dari ketahanan dan kemandirian pangan
nasional sebagai bagian dari Ketahanan Nasional dan jangan hanya dipandang
dari sisi untung rugi ekonomi saja. Belajar dari sukses negara -negara
yang swasembada pangan yang pada umunya memprioritaskan kebijakan perluasan lahan
pertanian dan penerapan teknologi serta insentif sektor pertanian, maka dengan
paradigma baru program transmigrasi yang salah prioritasnya adalah mendukung
revitalisasi ketahanan pangan, dengan pembukaan lahan pertanian baru
(ekstensifikasi), penempatan tenaga kerja pertanian (lapangan kerja) dan penerapan
teknologi pertanian (intensifikasi) sangat tepat.
Melihat kondisi saat ini dan kecenderungan produksi pangan yang semakin
menggantungkan diri kepada impor, maka yang perlu ditekankan adalah:
perluasan areal pertanian pangan dan optimalisasi pemberdayaan sumber daya
pendukung lokalnya, kebijakan tata niaga kedelai dan pembatasan impor kedelai,
pemberian kredit produksi dan subsidi bagi petani Kedelai, pemacuan kawasan
sentra produksi dan fasilitas pasca panen serta ketersediaan
s t o k p a n g a n sampai tingkat terkecil.
Untuk mewujudkan usaha ini, setiap daerah di Indonesia yang
memungkinkan harus turut mendukung dan memfasilitasi pembukaan
lahan pertanian melalui transmigrasi dengan kemudahan kebijakan di daerah.
Untuk itu pemacuan peningkatan produksi pangan nasional harus
ditunjang dengan kesiapan dana, penyediaan lahan, teknologi, masyarakat
(petani) dan infrastrukturnya yang dijadikan sebagai kebijakan ketahanan dan
kemandirian pangan nasional.

Pendidikan Kewarganegaraan | 139


BAB IX
OTONOMI DAERAH

Secara umum, Pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan pemerintahan
dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Istilah otonomi daerah bukan hal yang baru bagi bangsa dan negara RI
sebab sejak Indonesia merdeka sudah dikenal dengan Komite Nasional Indonesia
Daerah (KNID), yaitu lembaga yang menjalankan pemerintahan daerah dan
melaksanakan tugas mengatur rumah tangga daerahnya.
Istilah otonomi berasal dari bahasa Yunani yang berarti auto, dan nomous.
Auto berarti sendiri, dan nomous berarti hukum atau peraturan. jadi, pengertian
otonomi daerah adalah aturan yang mengatur daerahnya sendiri. Ada beberapa
pendapat para ahli mengenai pengertian otonomi daerah. Macam-macam pendapat
para ahli tersebut adalah sebagai berikut:
 Menurut UU No. 32 Tahun 2004 : Pengertian otonomi daerah menurut UU
No. 32 Tahun 2004 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Menurut Kamus Hukum dan Glosarium Otonomi Daerah : Pengertian
otonomi daerah menurut kamus hukum dan glosarium otonomi daerah adalah
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
 Menurut Encyclopedia of Social Scince : Pengertian otonomi daerah menurut
Encyclopedia of social scince adalah hak sebuah organisasi sosial untuk
mencukupi diri sendiri dan kebebasan aktualnya.

Pendidikan Kewarganegaraan | 140


 Menurut Pendapat Para Ahli : Pengertian otonomi daerah menurut pendapat
para ahli adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah
tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam
ikatan NKRI.104
 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Pengertian otonomi daerah
menurut kamus besar bahasa indonesia adalah hak, wewenang dan kewajiban
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hampir semua bangsa di dunia ini menghendaki adanya otonomi, yang pada
hakekatnya merupakan hak untuk mengelola rumah tangga sendiri tanpa ada
campur tangan dan intervensi untuk tidak menyebut penjajahan dari pihak lain.
Negara memerlukan otonomi, ketika ada kecenderungan berlangsungnya
intervensi ekonomi maupun politis dari negara lain. Tetapi bukan hanya negara
saja, pemerintah propinsi dan kabupaten/kota pada suatu negara juga memerlukan
otonomi. Dalam batas tertentu, mereka menginginkan atau menuntut suatu
“souvereignity” dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan, menyelenggarakan kepentingan, dan mengatasi permasalahan publik
masyarakat lokal, dengan intervensi yang kecil dari pemerintah pusat. 105
Otonomi daerah bukan hanya mengatur hubungan berbagai tingkat
pemerintahan, tetapi mengatur hubungan antar negara (pemerintah) dengan
rakyat. Otonomi itu pada dasarnya berada di tangan rakyat, karena itu merupakan
hak rakyat untuk mengatur pemerintahan dengan caranya sendiri, sesuai dengan
hukum, tatakrama, dan adat mereka (Maskun 1999). Secara konstitusional
pengaturan oleh rakyat diwakilkan kepada anggota dewan yang sebagian besar
terpilih melalui perwakilan partai. Sayangnya, kebanyakan partai, belum sempat
mengembangkan sistem pengaderan yang baik sehingga anggota dewan yang
ditunjuk partai belum memiliki pengetahuan tekhnis dan professional secara

104
H.S. Sunardi dan Purwanto, Tri Bambang. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Kelas IX
SMP dan MTs. Jakarta : Global, hlm. 49-57
105
Agus Dwiyanto. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press, hlm. 45

Pendidikan Kewarganegaraan | 141


memadai. Akibatnya suara rakyat belum efektif tersalurkan melalui anggota
dewan. Partai sendiri, terutama di tingkat kabupaten dan kota, kurang memiliki
control terhadap wakil-wakil mereka. Semua ini disebabkan karena mereka.
Semua ini disebabkan karena kebanyakan partai belum diurus secara modern.106
Sejak didirikan pada tahun 1945, Republik Indonesia menjanjikan kehidupan
yang bebas dan otonomi dari intervensi asing, dan selanjutnya kehidupan propinsi
dan kabupaten/kota yang juga relatif otonom. Namun janji ini belum sepenuhnya
terwujud karena perjalanan yang ditempuh bangsa Indonesia seringkali
menyimpang dari arah dan cita-cita kesepakatan kolektif bangsa. Memang hidup
bernegara tidak akan pernah dapat dirumuskan secara final. Bernegara bukan
hanya urusan membuat, mempertahankan, dan memperluas bangsa beserta ruang
hidupnya, melainkan persoalan administrasi yang kompleks, termasuk dalam hal
ini adalah penataan struktur birokrasi pemerintahan dan penyelenggaraan
pelayanan kepada para warganya.
Sistem pemerintahan yang desentralistis merupakan kebalikan dari sistem
pemerintahan sentralistis. Pada sistem yang sentralistis, wewenang pembuatan
keputusan berbagai unsur publik berada di tangan pemerintah pusat. Pejabat-
pejabat di propinsi dan kabupaten hanya merupakan kepanjangan tangan dari
pemerintah pusat. Sebaliknya, pada sistem desentralistis sebagian kewenangan
pengelolaan urusan publik dilimpahkan kepada propinsi dan kabupaten.
Definisi yang diberikan terhadap kata “desentralistis” sangat beragam,
Rondinelli dan Cheema (1983) memahami decentralization secara luas, yaitu
perpindahan kewenangan atau pembagian kekuasaan dalam perencanaan
pemerintah serta manajemen dan pengambilan keputusan dari tingkat nasional ke
tingkat daerah. Menurut mereka ada empat bentuk desentralisasi, yaitu
dekonsentrasi, delegasi, devolusi, dan privatisasi atau debirokratisasi.
Dekonsentrasi merupakan pengalihan kewenangan (dan tanggungjawab)
administrasi dalam suatu departemen. Dalam hal ini tidak ada transfer yang nyata
karena bawahan menjalankan kewenangan atas nama atasannya dan
bertanggungjawab kepada atasannya. Sedangkan delegasi merupakan pelimpahan

106
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi, hlm. 8

Pendidikan Kewarganegaraan | 142


tanggungjawab fungsi-fungsi tertentu kepada organisasi-organisasi di luar struktur
birokrasi pemerintah dan dikontrol tidak secara langsung oleh pemerintah pusat.
Sementara devolusi adalah pembentukan dan pemberdayaan unit-unit
pemerintah di tingkat lokal oleh pemerintah pusat. Pemerintah pusat melakukan
kontrol seminimal mungkin dan terbatas pada bidang-bidang tertentu. Inilah yang
kiranya dalam praktik kita sekarang ini dimaknai sebagai desentralisasi dari satu
sisi atau otonomisasi di sisi yang lain. Terakhir, privatisasi atau debirokratisasi
adalah pelepasan tanggungjawab kepada organisasi-organisasi non pemerintah
(NGO) atau perusahaan-perusahaan swasta.
Sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan pengertian
desentralisasi, sebagai berikut: “Desentralization refers to the transfer of authority
away from the national capital whether by deconcentration (i.e delegation) to field
officer or by the devolution to local authories or local bodies”, sedikit berbeda
dengan pendapat Rondinelli di atas, menurut PBB desentralisasi daoat dilakukan
dengan mendelegasikan kewenangan kepada pejabat-pejabat di luar ibukota
(deconcentration) maupun kepada kantor atau lembaga otonom di tingkat local
(devolution). Dengan dekonsentrasi berarti terdapat perangkat wilayah yang
berada di luar kantor pusat. Departemen pusat melimpahkan kewenangan dan
tanggungjawab bidang tertentu yang bersifat administratif kepada pejabat mereka
yang berada di wilayah/daerah tanpa menyerahkan kekuasaan sepenuhnya.
Dengan demikian pertanggungjawaban akhir tetap berada pada departemen pusat.
Sedangkan dalam devolusi, sebagian kekuasaan yang diserahkan kepada badan
politik di daerah merupakan kekuasaan penuh untuk mengambil keputusan baik
secara politik maupun administratif. Dengan demikian tidak hanya sekedar
pelimpahan tugas dan fungsi saja melainkan juga penyerahan kekuasaan.107
Tidak berbeda dengan PBB, Bryant (1987) juga berpendapat bahwa terdapat
dua bentuk desentralisasi, yaitu desentralisasi yang bersifat politik (kurang lebih
sama dengan devolusi) dan yang bersifat administratif (kurang lebih sama dengan
dekonsentrasi). Desentralisasi politik yaitu wewenang membuat peraturan dan

107
Agus Dwiyanto. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press, hlm. 45-46

Pendidikan Kewarganegaraan | 143


melakukan fungsi kontrol tertentu terhadap sumberdaya yang diberikan kepada
badan-badan pemerintah yang berada pada daerah otonom, sedangkan
desentralisasi administratif adalah pendelegasian wewenang pelaksanaan kepada
pejabat di tingkat lokal yang berkedudukan sebagai wilayah administratif. Pejabat
tersebut bekerja sesuai dengan rencana dan sumber pembiayaan yang sudah
ditentukan. Walaupun demikian dia diberi keleluasaan, kewenangan, dan
tanggungjawab tertentu dalam mengembangkan kebijakan di daerahnya.
Dari berbagai pendapat atau definisi di atas, desentralisasi dapat dimaknai
sebagai kepemilikan kekuasaan suatu entitas politik untuk menentukan nasib
sendiri dan mengelola sumberdaya yang dimiliki guna mencapai tujuan bersama.
Definisi atau pemahaman terhadap desentralisasi ini tentu saja bersifat subjektif.
Sekalipun prinsip-prinsip desentralisasi ini telah dipahami, di kalangan
masyarakat masih berkembang interprestasi yang variatif bahkan distortif. Ini
ditentukan oleh tingkat kepuasaan masyarakat terhadap kondisi pembangunan
ekonomi selama ini, tingkat kedewasaan masyarakat dalam berpolitik, dan
perkembangan atau pengalaman suatu negara dalam mengimplementasikan
desentralisasi itu sendiri.108

9.1 Pengelolaan Keuangan Daerah dalam Konteks Otonomi Daerah


Globalisasi perekonomian dan pembangunan nasional yang pelaksanaan
otonomi daerah mengakibatkan penyusunan rumusan baru tentang manajemen
pengelolaan keuangan daerah. Hal ini adalah salah satu era baru dalam pentas
globalisasi perekonomian internasional dan pentas pelaksanaan otonomi daerah
dalam tingkat nasional.
Paradigma baru untuk new games dan new rules di abad 21. Menurut Shah
(1997) penguatan otonomi ini merupakan trend di banyak negara dan penguatan
otonomi ini merupakan sebagian dari pergeseran struktur pemerintahan untuk
menciptakan new strategi dalam menghadapi era new game dan new rule di abad
21, di mana kekuatan dan keinginan global sudah semakin kuat. Shah
menerangkan ada keinginan yang kuat untuk menggeser negara kesatuan kearah

108
Agus Dwiyanto. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press, hlm. 45-46

Pendidikan Kewarganegaraan | 144


bentuk federasi atau konfederansi, yang lebih mengglobal sekaligus melokal.
Dengan syarat itu pemerintah pusat diharapkan akan berorientasi pada leadership
dari pada menjadi manajer. Dalam operasionalisasi fungsi dan perannya
pemerintah pusat pun mulai mengikis budaya birokrasi digantikan
olehkebudayaan partisipatif yang responsive dan akuntabel. Oleh karena itu
budaya pemerintahan masa depan lebih terbuka dan cepat dalam suasana
kompetisi yang sehat, yang pada nantinya diharapkan akna membawa perubahan
mendasar pada lingkungan legal dan regulasi lainnya, yaitu dari tidak toleran
terhadap resiko menjadi lebih leluasa unutk berhasi atau gagal.
Pergeseran pada struktur pemerintah akan membawa dampak luar biasa pada
sector public yaitu bagaimana mengharmoniskan antara sistem nilai, misi dan
tujuan dari sector public, lingkungan otoritasi yang dihadapinya, dengan kapasitas
operasional unit kerja yang bersangkutan (Shah, 1997).
Upaya harmonisasi itu sangat krusialdi negara sedang berkembang karena
sektor publik biasanya tidak memiliki sistem nilai, misi, dan tujuan yang kuat dan
jelas dan menghadapi lingkungan otoritas yang kurang kapabel dalam
menterjemahkan sistem nilai, misi, dan tujuan dalam kebijakan public yang
relevan dan realistis. Keadaan ini semakin diperparah oleh model birokrasi yang
lamban dan sentralis sehingga kapasitas operational dari unit kerja menjadi tidak
berfungsi sama sekali.
Dalam kasus Indonesia harmonisasi itu mulai dilaksanakan denagn kebijakan
otonomi luas, tetapi keda undang-undang tersebut hanyalah necessary condition
dan belum mencukupi. Penyebabnya masih banyak peraturan-
peraturanpemerintah dan ketentuan-ketentuan yang terkait harus diformulasikan
secara hati-hati agar pemerintah daerah otonom yang ekonomis, efisien,
efektif,akuntabel, transparan dan responsive dapat diciptakan dengan segera.
Salah satu peraturan pemerintah tentang keuangan daerah, yang mengatur tentang
Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang merupakan salah satu

Pendidikan Kewarganegaraan | 145


instrument utama bagi pemerintah daerah untuk meningkatkan efisiensi dan
efektifitasnya dalam mendorong proses pembangunan daerah.109

9.2 Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah


Saat ini, hampir setiap negara bersiap-siap untuk menyambut dan menghadapi
era perdagangan bebas, baik dalam kerangka AFTA, APEC maupun WHO. Setiap
negara berupaya untuk menciptakan kerangka kebijakan yang mampu
menciptakan iklim perekonomian yang kondusif. Hal tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan investasi dalam negeri serta mampu mendorong masyarakat untuk
bermain di pasar global.
Implikasi terhadap sistem ekonomi nasional akan memiliki beberapa
pengaruh pada tingkat kesiapan bersaing dan mencapai efisiensi, domestic affairs
yakni praktik perilaku perburuan rente ekonomi (rent seeking behavior) yang
mulai berjalan sejak awal tahun 1970-an, struktur industry dalam negeri, yaitu
kemampuan bersaing pengusaha dalam negeri tanpa memberikan proteksi,
kebijaksanaan akttif dalam perdagangan, imlikasi globalisasi produk.
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan
pelayanan public (public service) dan memajukan perekonomian daerah. Pada
dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan
desentralisasi fiscal, yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan
public dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektifitas
pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang
bagi masyarakat (public) unutk berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Kebijakan pemberian otonomi daerah merupakan langkah strategis dalam dua
hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban atas
permasalahan lokal bangsa Indonesia berupa ancaman diintegrasi bangsa,
kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, reandahnya kualitasa hidup
masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia. Kedua, otonomi
daerah dan desentralisasi merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk

109
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi, hlm. 66-67

Pendidikan Kewarganegaraan | 146


menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perekonomian
daerah.
Perekonomian global memiliki keterkaitan yang erat dengan perekonomian
nasional yang berupa globalisasi pasar, globalisasi produksi, struktur industry
dalam negeri, orientasi dan sistem ekonommi nasional. Semua hal tersebut
merupakan peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk membangun
perekonomian nasional yang tangguh di tengah dunia internasional. Pertanyaan
selanjutnya adalah menata sistem ekonomi nasional yang bisa mengintegrasikan
orientasi internasional (meningkatkan daya saing) dan orientasi nasional yang
berupa perlindungan dan pemberdayaan ekonomi daerah serta pemerataan
pendapatan. Salah satu strategi yang paling efektif adalah dengan memberikan
otonomi daerah dan desentralisasi kepada daerah secara luas dan nyata. Dengan
otonomi daerah dan desentralisasi diharapkan perekonomian daerah akan semakin
kuat dan mandiri sehingga dapat memperkokoh perekonomian nasional. Pada
akhirnya, jika keadaan tersebut tercapai, maka bangsa Indonesia akan dapat
bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Penyelenggaraan otonomi dan desentralisasi di era reformasi ini berlangsung
sejalan dengan era ketergantungan terhadap sistem perekonomian global. Pada
satu sisi, globalisasi ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dunia. Namun pada sisi lain, globalisasi perekonomian yang
berimplikasi pada tekhnologi informasi dan kebudayaan dunia, dilihat sebagai
ancaman bagi eksistensi suatu negara, termasuk ancaman bagi perekonomian
nasional dan perkonomian lokal (daerah). Globalisasi perekonomian dapat
dianggap pula sebagainbentuk baru dari kolonialisme dan imperialism
internasional yang bertujuan mengintegrasikan sistem ekonomi internasional yang
dapat mematikan perekonomian lokal.110

9.3 Pentingnya Melaksanakan Otonomi Daerah


Pemberian otonomi daerah akan mengubah perilaku pemerintah daerah untuk
lebih efisien dan professional. Unutk meningkatkan efisiensi dan profesionalisme,

110
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi, hlm. 59-60

Pendidikan Kewarganegaraan | 147


pemerintah daerah perlu melakukan perekayasaan ulang terhadap birokrasi yang
selama ini dijalankan (bureaucracy reengineering). Hal tersebut karena saat ini
dan dimasa yang akan datang pemerintah (pusat dan daerah) akan menghadapi
gelombang perubahan baik yang berasal dari tekanan eksternal maupun dari
internal masyarakatnya.
Dari sisi eksternal, pemerintah akan menghadapi globalisasi yang sarat
dengan persaingan dan liberalism arus informasi, investasi, modal, tenaga kerja,
dan budaya. Di sisi internal, pemerintah akan menghadapi masyarakat yang
semakin cerdas (knowledge based society) dan masyarakat yang semakin banyak
tuntutannya (demanding community). Shah (1997) meramalkan bahwa pada era
seperti ini, ketika globalization cascadesudah seamkin meluas, pemerintah
(termasuk pemerintah daerah) akan semakin kehilangan kendali pada banyak
persoalan, seperti pada semakin kehilangan kendali pada banyak persoalan, seperti
pada perdagangan internasional, informasi dan ide, seerta transaksi keuangan. Di
masa depan negara menjadi terlalu besar untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan kecil tetapi terlalu kecil untuk dapat menyelesaikan semua masalah
yang dihadapi oleh masyaraka. Pendapat yang juga tidak telalu jauh juga
disampaikan oleh sejumlah ilmuwan di bidang manajemen dan administrasi
public seperti Osborne dan Gaebler (1992) dengan konsepnya “reinventing
government” yang sangat monumental.
Untuk Indonesia, perkembangan manajemen dan administrasi public memang
dinilai kurang maju. Terapi, dengan adanya otonomi derah menyebabkan
munculnya era baru dalam sistem administrasi pemerintahan dan manajemen
public. Disahkannya UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun1999
memberikan harapan baru bagi pengembangan otonomi yang sebenarnya.
Pengembangan otonomi daerah saat ini diselenggarakan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dan keadilan, serta
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
Hal-hal yang mendasar dalam pelaksanaan otonomi daerah saat ini adalah
adanya upaya untuk mendorong pemberdayaan masyarakat, pengembangan
prakarsa dan kreativitas, peningkatan peran serta masyarakat, serta pengembangan

Pendidikan Kewarganegaraan | 148


peran dan fungsi DPRD. Pada saat ini, daerah sudah diberi kewenangna yang
bulat dan utuh untuk merencanakan, melaksanakan, mengawasi, mengendalikan
dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah.111
Kebijakan pemberian otonomi daerah merupakan langkah strategis dalam dua
hal. Pertama, otonomi daerah dan desentralisasi merupakan jawaban atas
permasalahan lokal bangsa Indonesia berupa ancaman diintegrasi bangsa,
kemiskinan, ketidakmerataan pembangunan, reandahnya kualitasa hidup
masyarakat, dan masalah pembangunan sumber daya manusia. Kedua, otonomi
daerah dan desentralisasi merupakan langkah strategis bangsa Indonesia untuk
menyongsong era globalisasi ekonomi dengan memperkuat basis perekonomian
daerah.
Perekonomian global memiliki keterkaitan yang erat dengan perekonomian
nasional yang berupa globalisasi pasar, globalisasi produksi, struktur industry
dalam negeri, orientasi dan sistem ekonommi nasional. Semua hal tersebut
merupakan peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia untuk membangun
perekonomian nasional yang tangguh di tengah dunia internasional. Pertanyaan
selanjutnya adalah menata sistem ekonomi nasional yang bisa mengintegrasikan
orientasi internasional (meningkatkan daya saing) dan orientasi nasional yang
berupa perlindungan dan pemberdayaan ekonomi daerah serta pemerataan
pendapatan. Salah satu strategi yang paling efektif adalah dengan memberikan
otonomi daerah dan desentralisasi kepada daerah secara luas dan nyata. Dengan
otonomi daerah dan desentralisasi diharapkan perekonomian daerah akan semakin
kuat dan mandiri sehingga dapat memperkokoh perekonomian nasional. Pada
akhirnya, jika keadaan tersebut tercapai, maka bangsa Indonesia akan dapat
bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Penyelenggaraan otonomi dan desentralisasi di era reformasi ini berlangsung
sejalan dengan era ketergantungan terhadap sistem perekonomian global. Pada
satu sisi, globalisasi ekonomi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dunia. Namun pada sisi lain, globalisasi perekonomian yang
berimplikasi pada tekhnologi informasi dan kebudayaan dunia, dilihat sebagai

111
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi, hlm. 11

Pendidikan Kewarganegaraan | 149


ancaman bagi eksistensi suatu negara, termasuk ancaman bagi perekonomian
nasional dan perkonomian lokal (daerah). Globalisasi perekonomian dapat
dianggap pula sebagainbentuk baru dari kolonialisme dan imperialism
internasional yang bertujuan mengintegrasikan sistem ekonomi internasional yang
dapat mematikan perekonomian lokal.112
Krisis ekonomi dan kepercayaan yang dialami bangsa Indonesia telah
membuka jalan bagi munculnya reformasi total di seluruh aspek kehidupan
masyarakat. Disamping itu reformasi telah memunculkan sikap keterbukaan dan
fleksibelitas sistem politik dan kelembagaan sosial, sehingga mempermudah
proses pembangunan dan modernisasi lingkungan legal dan regulasi untuk
pembaharuan paradigm di berbagai bidang kehidupan.
Akibat dari reformasi tersebut pemerintah mengeluarkan dua undang-undang
yang sangat penting artinya dalam sistem pemerintahan pusat dan daerah, serta
sistem hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta
sistem hubungan keuangan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Kedua undang-undang tersebut adalah UU No. 22 Tahun 1999 ttentang
Pemerntahan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Alasan yang mendasari pemberian otonomi luas dan desentralisasi adalah
intervensi pemerintah pusat pada masa lalu yang terlalu besar telah menimbulkan
masalah rendahnya kapabilitas dan efektivitas pemerintahan daerah dalam
mendorong proses pembangunan dan kehidupan demokrrasi di daerah.113
Tuntutan pemberian otonomi muncul sebagai jawaban untuk memasuki era
new game yang membawa new rules pada semua aspek kehidupan di masa
mendatang. Pada suatu era dimana globalization cascade semakin meluas
pemerintah akan kehilangan kendali pada banyak persoalan seperti perdagangan
internasional, informasi dan ide serta transaksi keuangan.114
Ada beberapa alasan perlunya pemerintah pusat mendesentralisasikan
kekuasaan kepada pemerintah propinsi dan kabuoaten/kota, di antaranya yaitu:

112
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi, hlm. 59
113
Ibid, hlm. 65-66
114
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi. hlm.59

Pendidikan Kewarganegaraan | 150


1. Dari segi politik, desentralisasi dimaksudkan untuk mengikutsertakan
warga dalam proses kebijakan, baik untuk kepentingan daerah sendiri
maupun untuk mendukung politik dan kebijakan nasional melalui
pembangunan proses demokrasi di lapisan bawah. Dengan demikian, ada
kesetaraan dan partisipasi politik serta merupukan media pendidikan
politik untuk belajar berdemokrasi secara nyata.
2. Dari segi manajemen pemerintahan, desentralisasi dapat meningkatan
efektivitas, efisiensi dan akuntabilitas publik, terutama dalam
penyelenggaraan layanan publik.
3. Dari segi kultural, desentralisasi dimaksudkan untuk memperhatikan
kekhususan, keistimewaan atau kontekstualitas suatu daerah, seperti
geografis, kondisi penduduk, perekonomian, kebudayaan ataupun
latarbelakang sejarahnya.
4. Dari segi pembangunan, desentralisasi dapat melancarkan proses
formulasi dan implementasi program pembangunan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan warga. Ketika pemerintah propinsi atau
kabupaten mempunyai kewenangan untuk merumuskan sekaligus
mengimplementasikan kebijakan pembangunan di daerahnya, maka
kebijakan tersebut akan lebih efektif dibandingkan jika wewenang ini
dipegang oleh pemerintah pusat. Mengingat kedudukannya yang berada
di daerah, maka pemerintah daerah seharusnya lebih peka terhadap
persoalan dan kebutuhan masyarakat setempat.
Dilihat dari kepentingan pemerintah pusat sendiri, desentralisasi dapat
mengatasi kelemahan pemerintah pusat dalam mengawasi program-programnya.
Desentralisasi dapat meningkatkan persaingan (perlombaan) antar daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga mendorong pemerintah lokal
untuk melakukan inovasi guna meningkatkan kualitas pelayanan kepada warga.115

115
Agus Dwiyanto. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta.
Gadjah Mada University Press. hlm. 48-49

Pendidikan Kewarganegaraan | 151


9.4 Perkembangan Otonomi Daerah di Indonesia
Perkembangan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia telah
mengalami pasang surut mulai sejak jaman kolonial Belanda sampai saat ini.
Pengaruh kekuasaaan regim tampaknya menjadi salah satu elemen yang turut
mempengaruhi pasang surutnya desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia.
Oleh karena itu bentuk, dimensi dan derajat desentralisasi dan otonomi daerah pun
selalu berbeda-beda sesuai dengan keinginan regim yang berkuasa pada
zamannya. Diantaranya Masa Orde Lama, Masa Orde Baru dan Masa Reformasi
(sekarang).116
1. Masa Orde Lama
a. Masa Revolusi Kemerdekaan (1945 – 1949).
Salah satu masa yang paling penting untuk dicatat dalam
perkembangan politik dan pemerintahan Negara kesatuan republik
Indonesia adalah masa revolusi kemerdekaan antara tahun 1945
sampai dengan 1949. Urgensinya adalah bahwa pada masa ini
pemerintah Indonesia belum dapat menjalankan secara penuh
otoritasnya dalam mengatur dan menjalankan sistem
pemerintahannya, karena pengakuan kedaulatan secara penuh baru
diperoleh melalui Perjanjian Meja Bundar pada tahun 1949, dimana
Belanda mengakui kedaulatan Indonesia sebagai bekas jajahan
Hindia Belanda. Yang paling penting saat itu adalah bagaimana
memelihara persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tetapi walaupun pada masa
ini pemerintah Indonesia menerapkan sistem pemerintahan yang
sentralistik dalam rangka memperkuat NKRI, tetapi justru yang
paling pertma dipikirkan adalah bagimana mengatur pemerintahan
daerah dalam bingkai NKRI. Itulah sebabnya sehingga undang-
undang pertama yang dibuat pada saat itu setelah UUD 1945 adalah
UU No. 1 tahun 1945 yang mengatur pemerintahan daerah yang
hanya berisi 6 pasal dengan tanpa adanya penjelasan.
116
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 152


UU No. 1 tahun 1945 menetapkan adanya 3 jenis daerah otonom
(tampa menyebut otoritas masing-masing daerah), yaitu 1)
keresidenan; 2) kabupaten; dan 3) kota berotonomi. Sedangkan
provinsi yang berjumlah 8 berdasarkan penetapan Panitia persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) hanya diarahkan berbentuk daerah
administratif tanpa otonomi. Dalam perkembangannya, khusus
wilayah provinsi Sumatera berubah menjadi daerah otonom
berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 8 tahun 1947. Menurut
ketentuan menteri dalam negeri, komite nasional daerah menjadi
badan perwakilan rakyat daerah dan bersama-sama dengan kepala
daerah menjalankan pemerintahan daerah.
Undang – Undang kedua setelah merdeka yang mengatur
tentang pemerintahan daerah di Indonesia dalah UU No. 22 tahun
1948. Undang-undang ini menganut sistem otonomi material, artinya
undang-undang menentukan secara rinci kewajiban (otoritas) apa
saja yang diberikan dari pemerintah pusat kepada daerah, di luar
daripada itu menjadi otoritas pemerintah pusat. dalam undang-
undang nomor 22 tahun 1948 ini telah dikenal tiga tingkatan daerah
yaitu; (i) Provinsi atau daerah tingkat I, (ii) kabupaten dan kota besar
sebagai daerah tingkat II; dan (iii) desa atau kota kecil (negeri,
marga, lembang) sebagai daerah tingkat III.

b. Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959).


Babak kedua dalam perkembanngan sistem pemerintahan di
Indonesia, khususnya hubungan antara pemerintah pusat dengan
daerah adalah masa demokrasi liberal. Pada masa ini sistem poltik
yang dianut oleh Indonesia adalah sistem yang memberi haluan yang
besar kepada kekuatan politik, diakui keberadaanya dan turut
menentukan kebijakan. Indikasi sistem politik leiberal ditandai oleh
beberapa hal diantaranya adalah; (i) dianutnya sistem multi partai,
(ii) pengakuan dan kebebasan kepada semua kelompok idiologis
memebentuk partai atau kekuatan politik tertentu, dan (iii) dianutnya

Pendidikan Kewarganegaraan | 153


sistem parlementer dengan pengakuan adanya kelompok oposisi
dalam sistem politik dan pemerintahan.
Pada masa tersebut kembali pemerintah Indonesia mengeluarkan
UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok – pokok pemerintahan daerah.
Undang-undang ini mengalami penyesuaian dari undang-undang
sebelumnya. Tetapi dalam UU No. 1 tahun 1957 ini dianut istilah
baru dalam sistem pemerintahan daerah yaitu apa yang disebut
dengan daerah swantara sebagai suatu kategorisasi dalam
pemerintahan daerah. Dalam UU No. 1 tahun 1957 ini yang disebut
dengan daerag swantara adalah daerah yang berhak untuk mengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan demikian pada masa ini dikenal
juga tiga tingkatan pemerintahan daerah yaitu; (i)
daerah swantara tingkat I, (ii) daerah swantara tingkat II, dan (iii)
derah swantara tingkat III. Adapun wilayah administratif daerah
berdasarkan sebutan swantara bertingkat disesuaikan dengan
tingkatan dalam UU No. 22/1948).
Perbedaan utama antara UU No. 1 tahun 1957 dengan UU No.
22 tahun 1948 adalah pada subtansi pemberian otonomi kepada
daerah. UU. No. 22 tahun 1948 memberikan otonomi materil kepada
daerah, artinya otnomi yang dirinci sedemikian rupa sehingga jelas
kewenangan yang menjadi urusan pemerintah daerah dan selebihnya
adalah urusan pemerintah pusat. Sedangkan dalam UU No. 1 tahun
1957 tidak merinci secara mendalam apa saja yang menjadi
kewenangan yang menjadi urusan pemerintah daerah, tetapi dalam
UU No. 1 tahun 1957 ini sudah dikenal otonomi yang nyata dan
seluas-luasnya.117

c. Masa Demokrasi Terpimpin (1960 – 1965)


Masa demokrasi terpimpin ditandai dengan keluarnya dekrit presiden
5 juli 1959, sebagai tanda berakhirnya UUDS 1950, serta berlakunya

117
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 154


kembali UUD 1945. Berlakunya kembali UUD 945 menandai
kembalinya era pemerintahan presidensil dengan kewenangan besar
ada ditangan presiden. Dengan kewengan yang dipegangnya,
presiden Soekarno kemudian menetapkan undang-undang
operasional pemerintahan menjadi revolusioner dengan berbagai
simbol-simbol perjuangan seperti manifesto politik. Untuk mencapai
tujuan politiknya, Soekarno melakukan konsolidasi secara internal
melalui penyesuaian-penyesuaian struktur pemerintahan dari pusat
sampai daerah. Dalam konteks konsolidasi tersebut Soekarno
kemuadian menerbitkan dua peraturan yaitu Penetapan Presiden No.
6 tahun 1959 dan penetapan Presiden No. 5 tahun 1960.
Salah satu yang mendapatkan perhatian dari Presiden Soekarno
setelah memegang teraju pemerintahan adalah mereposisi hubungan
pusat dan daerah, yakni dengan mencabut UU No. 1 tahun 1957 dan
menetapkan Penetapan Presiden No. 6 tahun 1959 dan No. 5 tahun
1960. Salah satu alasan yang menjadi pertimbangan adalah bahwa
UU No. 1 tahun 1957 dianggap produk dari sistem yang liberal dan
kenyataanya tidak sesuai dengan kehidupan politik yang berkembang
dalam konteks demokrasi terpimpin (Affan Gaffar et.al, 2002; 103).
Penetapan presiden No. 6 tahun 1959 mengatur tugas dan fungsi
kepala derah serta Badan Pemeriksa Harian (BPH), sedangkan
Penetapan Presiden no. 5 tahun 1960 mengatur tugas dan fungsi
Dewan Perwakilan Rakyat daerah Gotong Royong (DPRGR).
Berdasarkan Penetapan Presiden no. 6 tahun 1959, kepala daerah
diberi status pegawai negara dan pengangkatannya ditunjuk oleh
presiden. Dengan demikian maka kepala daerah tidak
bertanggungjawab kepada DPRGR melainkan kepada Presiden
melalui menteri dalam negeri. Sementara itu tugas dan fungsi
DPRDR adalah bersama-sama dengan kepala daerah menetapkan
peraturan daerah. Kedua penetapan presiden tersebut masih

Pendidikan Kewarganegaraan | 155


menganut tiga tingkatan pemerintahan daerah, masing-masing: (i)
daerah tingkat I, (ii) daerah tingkat II, dan (iii) daerah tingkat III. 118

2. Otonomi Daerah Masa Orde Baru


Sejak tahun 1966, pemerintah Orde Baru berhasil membangun suatu
pemerintahan nasional yang kuat dengan menempatkan stabilitas politik
sebagai landasan untuk mempercepat pembangunan ekonomi Indonesia.
Politik yang pada masa pemerintahan Orde Lama dijadikan panglima,
digantikan dengan ekonomi sebagai panglimanya, dan mobilisasi massa
atas dasar partai secara perlahan digeser oleh birokrasi dan politik
teknokratis. Banyak prestasi dan hasil yang telah dicapai oleh
pemerintahan Orde Baru, terutama keberhasilan di bidang ekonomi yang
ditopang sepenuhnya oleh kontrol dan inisiatif program-program
pembangunan dari pusat. Dalam kerangka struktur sentralisasi kekuasaan
politik dan otoritas administrasi inilah, dibentuklah Undang-Undang No.
5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah.
Mengacu pada UU ini, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang,
dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya
sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Selanjutnya
yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah
tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 ini juga meletakkan dasar-dasar
sistem hubungan pusat-daerah yang dirangkum dalam tiga prinsip:
a. Desentralisasi, penyerahan urusan pemerintah dari Pemerintah atau
Daerah tingkat atasnya kepada Daerah menjadi urusan rumah
tangganya;

118
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 156


b. Dekonsentrasi, pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala
Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada Pejabat-
pejabat di daerah;
c. Tugas Pembantuan (medebewind), tugas untuk turut serta dalam
melaksanakan urusan pemerintahan yang ditugaskan kepada
Pemerintah Daerah oleh Pemerintah oleh Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban
mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya.
Dalam kaitannya dengan Kepala Daerah baik untuk Dati I
(Propinsi) maupun Dati II (Kabupaten/Kotamadya), dicalonkan dan
dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari sedikit-dikitnya 3
(tiga) orang dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang calon yang telah
dimusyawarahkan dan disepakati bersama antara Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah/Pimpinan Fraksi-fraksi dengan Menteri
Dalam Negeri, untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan dapat diangkat
kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya, dengan hak,
wewenang dan kewajiban sebagai pimpinan pemerintah Daerah yang
berkewajiban memberikan keterangan pertanggungjawaban kepada
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sekurang-kurangnya sekali setahun,
atau jika dipandang perlu olehnya, atau apabila diminta oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, serta mewakili Daerahnya di dalam dan di
luar Pengadilan.119
Berkaitan dengan susunan, fungsi dan kedudukan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, diatur dalam Pasal 27, 28, dan 29 dengan hak
seperti hak yang dimiliki oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (hak
anggaran; mengajukan pertanyaan bagi masing-masing Anggota;
meminta keterangan; mengadakan perubahan; mengajukan pernyataan
pendapat; prakarsa; dan penyelidikan), dan kewajiban seperti a)
mempertahankan, mengamankan serta mengamalkan PANCASILA dan
UUD 1945; b)menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsekuen

119
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 157


Garis-garis Besar Haluan Negara, Ketetapan-ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat serta mentaati segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku; c) bersama-sama Kepala Daerah menyusun
Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah dan peraturan-peraturan
Daerah untuk kepentingan Daerah dalam batas-batas wewenang yang
diserahkan kepada Daerah atau untuk melaksanakan peraturan
perundangundangan yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Daerah;
dan d) memperhatikan aspirasi dan memajukan tingkat kehidupan rakyat
dengan berpegang pada program pembangunan Pemerintah.
Dari dua bagian tersebut di atas, nampak bahwa meskipun harus
diakui bahwa UU No. 5 Tahun 1974 adalah suatu komitmen politik,
namun dalam prakteknya yang terjadi adalah sentralisasi (baca: kontrol
dari pusat) yang dominan dalam perencanaan maupun implementasi
pembangunan Indonesia. Salah satu fenomena paling menonjol dari
pelaksanaan UU No. 5 Tahun 1974 ini adalah ketergantungan Pemda
yang relatif tinggi terhadap pemerintah pusat.

3. Otonomi Daerah Masa Reformasi


Upaya serius untuk melakukan desentralisasi di Indonesia pada masa
reformasi dimulai di tengah-tengah krisis yang melanda Asia dan
bertepatan dengan proses pergantian rezim (dari rezim otoritarian ke
rezim yang lebih demokratis). Pemerintahan Habibie yang memerintah
setelah jatuhnya rezim Suharto harus menghadapi tantangan untuk
mempertahankan integritas nasional dan dihadapkan pada beberapa
pilihan yaitu, melakukan pembagian kekuasaan dengan pemerintah
daerah, yang berarti mengurangi peran pemerintah pusat dan memberikan
otonomi kepada daerah; pembentukan negara federal; atau membuat
pemerintah provinsi sebagai agen murni pemerintah pusat.
Pada masa ini, pemerintahan Habibie memberlakukan dasar hukum
desentralisasi yang baru untuk menggantikan Undang-Undang No. 5
Tahun 1974, yaitu dengan memberlakukan Undang-Undang No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25

Pendidikan Kewarganegaraan | 158


Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Daerah. Beberapa hal yang mendasar mengenai otonomi daerah
dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah yang sangat berbeda dengan prinsip undang-undang sebelumnya
antara lain :120
Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 pelaksanaan otonomi
daerah lebih mengedepankan otonomi daerah sebagai kewajiban daripada
hak, sedang dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menekankan
arti penting kewenangan daerah dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat melalui prakarsanya sendiri.
Prinsip yang menekankan asas desentralisasi dilaksanakan
bersama-sama dengan asas dekonsentrasi seperti yang selama ini diatur
dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tidak dipergunakan lagi,
karena kepada daerah otonom diberikan otonomi yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Hal ini secara proporsional diwujudkan dengan
pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang
berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di samping
itu, otonomi daerah juga dilaksanakan dengan prinsip-prinsip demokrasi
yang juga memperhatikan keanekaragaman daerah.
Beberapa hal yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan
otonomi daerah dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, adalah
pentingnya pemberdayaan masyarakat, menumbuhkan prakarsa dan
kreativitas mereka secara aktif, serta meningkatkan peran dan fungsi
Badan Perwakilan Rakyat Daerah. Oleh karena itu, dalam Undang-
undang ini otonomi daerah diletakkan secara utuh pada daerah otonom
yang lebih dekat dengan masyarakat, yaitu daerah yang selama ini
berkedudukan sebagai Daerah Tingkat II, yang dalam Undang-undang ini
disebut Daerah Kabupaten dan Daerah Kota.
Sistem otonomi yang dianut dalam Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 adalah otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab,

120
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 159


dimana semua kewenangan pemerintah, kecuali bidang politik luar
negeri, hankam, peradilan, moneter dan fiskal serta agama dan bidang-
bidang tertentu diserahkan kepada daerah secara utuh, bulat dan
menyeluruh, yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Daerah otonom mempunyai kewenangan dan kebebasan untuk
membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi
masyarakat. Sedang yang selama ini disebut Daerah Tingkat I atau yang
setingkat, diganti menjadi daerah propinsi dengan kedudukan sebagai
daerah otonom yang sekaligus wilayah administrasi, yaitu wilayah kerja
Gubernur dalam melaksanakan fungsi-fungsi kewenangan pusat yang
didelegasikan kepadanya.121
Kabupaten dan Kota sepenuhnya menggunakan asas desentralisasi
atau otonom. Dalam hubungan ini, kecamatan tidak lagi berfungsi
sebagai peringkat dekonsentrasi dan wilayah administrasi, tetapi menjadi
perangkat daerah kabupaten/kota. Mengenai asas tugas pembantuan
dapat diselenggarakan di daerah propinsi, kabupaten, kota dan desa.
Pengaturan mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa sepenuhnya
diserahkan pada daerah masing-masing dengan mengacu pada pedoman
yang ditetapkan oleh pemerintah.
Wilayah Propinsi meliputi wilayah laut sepanjang 12 mil dihitung
secara lurus dari garis pangkal pantai, sedang wilayah Kabupaten/Kota
yang berkenaan dengan wilayah laut sebatas 1/3 wilayah laut propinsi.
Pemerintah Daerah terdiri dari Kepala Daerah dan perangkat
daerah lainnya sedang DPRD bukan unsur pemerintah daerah. DPRD
mempunyai fungsi pengawasan, anggaran dan legislasi daerah. Kepala
daerah dipilih dan bertanggung jawab kepada DPRD. Gubernur selaku
kepala wilayah administratif bertanggung jawab kepada Presiden.
Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan
persetujuan DPRD sesuai pedoman yang ditetapkan Pemerintah, dan
tidak perlu disahkan oleh pejabat yang berwenang.

121
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 160


Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan kemampuan ekonomi,
potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas
daerah, dan pertimbangannya lain yang memungkinkan terselenggaranya
otonomi daerah, daerah, daerah yang tidak mampu menyelenggarakan
otonomi daerah dapat dihapus dan atau digabung dengan daerah lain.
Daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, yang ditetapkan
dengan undang-undang.
Setiap daerah hanya dapat memiliki seorang wakil kepala daerah,
dan dipilih bersama pemilihan kepala daerah dalam satu paket pemilihan
oleh DPRD.
Daerah diberi kewenangan untuk melakukan pengangkatan,
pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, pendidikan dan
pelatihan pegawai sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah,
berdasarkan nama, standar, prosedur yang ditetapkan pemerintah.
Kepada Kabupaten dan Kota diberikan otonomi yang luas, sedang
pada propinsi otonomi yang terbatas. Kewenangan yang ada pada
propinsi adalah otonomi yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, yakni
serangkaian kewenangan yang tidak efektif dan efisien kalau
diselenggarakan dengan pola kerjasama antar Kabupaten atau Kota.
Misalnya kewenangan di bidang perhubungan, pekerjaan umum,
kehutanan dan perkebunan dan kewenangan bidang pemerintahan
tertentu lainnya dalam skala propinsi termasuk berbagai kewenangan
yang belum mampu ditangani Kabupaten dan Kota.122
Pengelolaan kawasan perkotaan di luar daerah kota dapat dilakukan
dengan cara membentuk badan pengelola tersendiri, baik secara intern
oleh pemerintah Kabupaten sendiri maupun melalui berkerjasama antar
daerah atau dengan pihak ketiga. Selain DPRD, daerah juga memiliki
kelembagaan lingkup pemerintah daerah, yang terdiri dari Kepala
Daerah, Sekretariat Daerah, Dinas-Dinas Teknis Daerah, Lembaga Staf
Teknis Daerah, seperti yang menangani perencanaan, penelitian dan

122
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 161


pengembangan, pendidikan dan latihan, pengawasan dan badan usaha
milik daerah. Besaran dan pembentukan lembaga-lembaga itu
sepenuhnya diserahkan pada daerah. Lembaga pembantu Gubernur,
Pembantu Bupati/Walikota, Asisten Sekwilda, Kantor Wilayah dan
Kandep dihapus.
Kepala Daerah sepenuhnya bertanggung jawab kepada DPRD, dan
DPRD dapat meminta Kepala Daerahnya berhenti apabila
pertanggungjawaban Kepala daerah setelah 2 (dua) kali tidak dapat
diterima oleh DPRD.123

9.5 Model Desentralisasi


Dalam desentralisasi terdapat tiga bentuk desentralisasi di antaranya adalah
desentralisasi administratif, desentralisasi politik, dan desentralisasi ekonomi.
Membedakan berbagai konsep tersebut berguna untuk melihat banyak dimensi
untuk menjamin keberhasilannya dan untuk mengoordinasikannya. Berikut
penjelasan ketiga bentuk desentralisasi tersebut :

a. Desentralisasi Administratif
Desentralisasi ini bertitik tolak dan berpegang bahwa tidak mungkin
membuat semua keputusan seluruh bagian wilayah ditentukan di pusat.
Karena memang pemerintah pusat senantiasa kekurangan informasi,
kebutuhan, dan karakteristik daerah-daerhanya. Untuk itu desentralisasi ini
diperlukan untuk meredistribusikan kewenangan, tanggung jawab, dan
sumberdaya finansial untuk menyediakan pelayanan publik di antara berbagai
tingkat pemerintahan. Desentralisasi administratif dalam penerapannya dibagi
menjadi tiga bentuk yaitu dekonsentrasi, delegasi, dan devolusi.
b. Desentralisasi Politik
Dalam desentralisasi ini melihat bahwa demokrasi mengharuskan pemberian
pilihan kepada warganegara tentang bagaimana sumberdaya digunakan dan
pelayanan diberikan dalam komunitasnya. Desentralisasi yang tercermin
dalam pemerintahan lokal otonom meningkatkan kesempatan partisipasi dan

123
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-otonomi.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 162


akuntabilitas, melalui pendalaman demokrasi dan peningkatan legitimasi
demokrasi. Jadi desentralisasi bentuk ini memberi warganegara atau wakilnya
lebih banyak kekuasaan untuk membuat keputusan dengan demikian lebih
banyak memberi pengaruh dalam merumuskan dan mengimplemantasikan
kebijakan untuk mendukung demokrasi.
c. Desentralisasi Ekonomi
Desentralisasi ini dapat memperbaiki alokasi sumberdaya. Keputusan
mengenai penggunaan sumberdaya yang terbaik haruslah merefleksikan
kebutuhan, prioritas, dan keinginan warga lokal yang akan menanggungnya.
Penjelasan tentang Desentralisasi (pengertian desentralisasi dan pembagian
bentuk desentralisasi) tersebut termuat dalam UU Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah, yaitu pada BAB 1 Ketentuan
Umum Pasal 1 dan Pasal 2.
Pasal 1 ayat 7 menyebutkan "Desentralisasi adalah penyerahan wewenang
pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan dalam sistem Negara Republik Indonesia",
selanjutnya daerah otonom disini dijelaskan pada ayat 6 yang intinya itu adalah
daerah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang
berwenang mengartur dan mengurus pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat, dmikian pada ayat 1 dan ayat 2 di jelaskan tentang Pemerintahan Pusat
dan Pemerintahan Daerah, dan begitu pula dengan ayat-ayat yang lain. Jadi sesuai
dengan subpembahasan pertama tadi, bahwa desentralisasi transfer atau
pengahlian kewenangan untuk menjalankan fungsi public dari pemerintahan pusat
ke pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang ini.
Pasal 2 ayat 7 menyebutkan "Hubungan wewenang, pelayanan umum,
pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan
administratif dan kewilayahan antar susunan pemerintahan", ayat 6 menjelaskan
hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumberdaya lainnya
dilaksanakan secara adil dan selaras. Demikian dengan ayat-ayat lainya. Hal ini
menjelaskan bahwa untuk melihat dimensi-dimensi dalam desentralisasi ini

Pendidikan Kewarganegaraan | 163


melihat keselarasan sumberdaya dengan kebutuhan masyarakat sekitar yang
tercermin dalam tiga bentuk desentralisasi diatas.

9.6 Jenis-Jenis Desentralisasi


1. Dekonsentrasi
Rondinelli, Nellis, dan Cheema (1983) mendefinisikan dekonsentrasi
sebagai penyerahan sejumlah kewenangan dan tanggung jawab administrasi
kepada cabang departemen atau badan pemerintah yang lebih rendah. Dari
pengertian ini terdapat beberapa dimensi utama:
a. Pelimpahan wewenang;
b. Pembuatan keputusan, keuangan dan fungsi manajemen;
c. Level pemerintahan yang berbeda;
d. Dalam jurisdiksi pemerintah pusat.
Dekonsentrasi melahirkan local state government atau field administration
atau wilayah administrasi. Dalam dekonsentrasi, pemain inti pemerintahan
adalah pemerintah pusat (departemen dan lembaga sektor) dan aparat
pemerintah pusat yang ada di daerah (kantor wilayah atau kantor
departemen), diangkat dan digaji dengan APBN, bukan dipilih oleh rakyat
yang dilayani, dan bertanggung jawab kepada pejabat yang mengangkatnya,
yaitu pejabat pusat.
Dekonsentrasi pada awalnya diterapkan di sistem pemerintahan
Perancis dengan prefect system (sistem prefektoral). Dalam
perkembangannya, di negara-negara berkembang instansi vertical bertugas
memberikan pelayanan dan proses pemerintahan di bawah jurisdiksi
pemerintah pusat. Untuk konteks Indonesia, asas dekonsentrasi diwujudkan
melalui pembentukan kantor wilayah di propinsi dan kantor departemen di
kabupaten/kota. Setelah UU 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah
diberlakukan, asas dekonsentrasi hanya diletakkan pada wilayah propinsi,
sedangkan pada wilayah kabupaten/kota tidak lagi dianut asas
dekonsentrasi. Sedangkan di kabupaten/kota hanya dilaksanakan asas
desentralisasi penuh. Semua kantor departemen yang ada di kabupaten/kota
harus diubah statusnya menjadi dinas.

Pendidikan Kewarganegaraan | 164


2. Devolusi
Devolusi merupakan desentralisasi dalam pengertian yang sempit. Dalam
devolusi terjadi penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
tingkat pemerintahan lokal yang otonom. Pendelagasian wewenang dalam
devolusi diatur oleh undang-undang yang memuat antara lain:
a. Pembentukan dan pemberian status daerah otonom;
b. Batas-batas jurisdiksi dan fungsi yang jelas;
c. Transfer kewenangan untuk mengatur dan mengurus sendiri tugas dan
fungsi yang diberikan;
d. Pengaturan tentang interaksi antar unit pemerintahan daerah baik secara
vertical maupun horizontal;
e. Pemberian kewenangan untuk memungut beberapa penerimaan daerah
seperti pajak dan retribusi daerah;
f. Pemberian kewenangan unutk mengatur dan mengelola anggaran dan
keuangan daerah.
Melalui devolusi terbentuk local self government (pemerintahan daerah
sendiri). Dalam devolusi selalu dimulai dengan pembentukan daerah otonom
melalui undang-undang, yang disertai dengan pemberian kewenangan yang
meliputi kewenangan untuk mengatur (policy making) dan kewenangan untuk
mengurus (policy implementing). Dalam devolusi, kewenangan mengatur
yang diberikan oleh pusat melahirkan lembaga Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). Lembaga tersebut merupakan esensi dari daerah otonom,
karena melalui dan oleh lembaga tersebut peraturan daerah dibuat.
9.7 Pembagian Urusan Pemerintahan
Urusan pemerintahan berdasarakan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah terdiri dari jurusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.

 Urusan Pemerintahan Absolut


Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Dalam
menyelenggarakan urusan pemerintahan absolut, Pemerintah Pusat dapat

Pendidikan Kewarganegaraan | 165


melaksanakan sendiri atau melimpahkan wewenang kepada Instansi
Vertikal yang ada di Daerah atau gubernur sebagai wakil Pemerintah
Pusat berdasarkan asas Dekonsentrasi. Urusan pemerintahan absolut
meliputi:
1. Politik luar negeri;
2. Pertahanan;
3. Keamanan;
4. Yustisi;
5. Moneter dan fiskal nasional; dan
6. Agama.
 Urusan Pemerintahan Konkuren
Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota
dan menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah serta didasarkan pada
prinsip akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan
strategis nasional. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan Daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan
Pemerintahan Pilihan.
 Urusan Pemerintahan Wajib
Urusan Pemerintahan Wajib terdiri atas Urusan Pemerintahan yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang tidak
berkaitan dengan Pelayanan Dasar. Urusan Pemerintahan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar meliputi:
1. Pendidikan;
2. Kesehatan;
3. Pekerjaan umum dan penataan ruang;
4. Perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
5. Ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan
6. Sosial.
Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan
Dasar meliputi:

Pendidikan Kewarganegaraan | 166


1. Tenaga kerja;
2. Pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
3. Pangan;
4. Pertanahan;
5. Lingkungan hidup;
6. Administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
7. Pemberdayaan masyarakat dan Desa;
8. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
9. Perhubungan;
10. Komunikasi dan informatika;
11. Koperasi, usaha kecil, dan menengah;
12. Penanaman modal;
13. Kepemudaan dan olah raga;
14. Statistik;
15. Persandian;
16. Kebudayaan;
17. Perpustakaan; dan
18. Kearsipan.
 Urusan Pemerintahan Pilihan
Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:
1. kelautan dan perikanan;
2. pariwisata;
3. pertanian;
4. kehutanan;
5. energi dan sumber daya mineral;
6. perdagangan;
7. perindustrian; dan
8. transmigrasi.
 Urusan Pemerintahan Umum
Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. Urusan

Pendidikan Kewarganegaraan | 167


pemerintahan umum dilaksanakan oleh gubernur dan bupati/wali kota di
wilayah kerja masing-masing dibantu oleh Instansi Vertikal. Dalam
melaksanakan urusan pemerintahan umum, gubernur bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri dan bupati/wali kota bertanggung jawab
kepada Menteri melalui gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Urusan pemerintahan umum meliputi:

1. Pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam


rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian
Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
3. Pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama, ras,
dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas kemanan lokal,
regional, dan nasional;
4. Penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. Koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada
di wilayah Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. Pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
7. Pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan Daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.

9.8 Otonomi Daerah dan Demokratisasi


Otonomi daerah adalah wujud upaya demokratisasi di bidang pemerintahan
dari sentralisasi ke desentralisasi kewenangan. Ujung-ujungnya adalah rakyat
diberi prakarsa untuk mengembangkan daerahnya sendiri. Namun demikian,

Pendidikan Kewarganegaraan | 168


demokrasi itu tetap harus berdasarkan pada peraturan dan hukum yang berlaku,
karena pada prinsipnya demokrasi berisi juga penghormatan terhadap hukum.

9.9 Implementasi (Pelaksanaan) Otonomi Daerah


Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat 1 dan tingkat 2, seiring
dengan pelimpahan wewenang pemerintah pusat dapat dikelompokkan dalam lima
bidang yaitu implementasi dalam pembinaan wilayah, pembinaan sumber daya
manusia, penanggulangan dan percepatan penurunan kemiskinan, penataan
hubungan fungsional antara DPRD dan pemerintah daerah, serta peningkatan
koordinasi atau kerja sama tim (team work).

1. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Wilayah

 Pelaksanaan otonomi daerah tidak secara otomatis menghilangkan


tugas, peran, dan tanggungjawab pemerintah pusat, karena otonomi
yang dijalankan bukan otonomi tanpa batas. Penjelasan pasal 18
UUD 1945 menyatakan bahwa “Indonesia itu satu eenheidstaat”,
Indonesia tidak akan mempunyai daerah dengan status staat atau
negara. Otonomi tidak dirancang agar suatu daerah memiliki sifat-
sifat seperti suatu negara. Pemerintah pusat dalam kerangka otonomi
masih melakukan pembinaaan wilayah. Pembinaan wilayah dapat
diartikan bagaiman mengelola dan mengerahkan segala potensi
wilayah suatu daerah untuk di dayagunakan secara terpadu guna
mewujudkan kesejahteraan rakyat. Potensi wilayah termasuk segala
potensi sumber daya yang mencakup potensi kependudukan, sosial
ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan.
 Pola pembinaan wilayah dilaksanakan dengan mendelegasikan
tugas-tugas pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
dilaksanakan, dan dipertanggungjawabkan oleh pemerintah daerah.
Pada prinsipnya pembinaan wilayah diserahkan kepada daerah unuk
mengelola sumber daya yang potensial untuk kesejahteraan daerah,
dan dalam negara kesatuan, tugas pemerintah pusat melakukan

Pendidikan Kewarganegaraan | 169


pengawasan. Bentuk pengawasan dalam otonomi daerah adalah
seluruh rancangan kegiatan dan anggaran daerah tingkat II dibuat
kepala daerah dan DPRD II, serta diperiksa oleh gubernur. Untuk
rencana kegiatan dan anggaran tingkat I, dibuat gubernur dan DPRD
I, dan diperiksa oleh menteri dalam negeri atas nama pemerintah
pusat.
 Tugas dan fungsi pembinaan wilayah meliputi prinsip pemerintahan
umum, yaitu penyelenggaraan pemerintahan pusat di daerah,
memfasilitasi dan mengakomodasi kebijakan daerah, menjaga
keselarasan pemerintah pusat dan daerah, menciptakan ketenteraman
dan ketertiban umum, menjaga tertibnya hubungan lintas batas dan
kepastian batas wilayah, menyelenggarakan kewenangan daerah, dan
menjalankan kewenangan lain.
 Pejabat pembina wilayah dilaksankan oleh kepala daerah yang
menjalankan dua macam urusan pemerintahan, yaitu urusan daerah
dan urusan pemerintahan umum.

2. Implementasi Otonomi Daerah dalam Pembinaan Sumber Daya


Manusia

 Pelaksaan otonomi daerah memberikan wewenang pembinaan


sumber daya manusia kepada daerah. Hal ini tugas berat bagi daerah,
karena SDM pada umumnya mempunyai tingkat kompetensi, sikap,
dan tingkah laku yang tidak maksimal. Menurut kaloh (2002) banyak
faktor yang menyebabkan kinerja pegawai negeri sipil (PNS) rendah,
yaitu: (a) adanya monoloyalitas PNS kepada satu partai pada zaman
ORBA, sehingga mendorong PNS bermain politik praktis atau
tersembunyi, (b) prose rekrutmen PNS masih tidak sesuai dengan
ketentuan yang ada berdasarkan jenis dan persyaratan pekerjaan, (c)
rendahnya tingkat kesejahteraan, (d) penempatan dan jenjang karir
tidak berdasarkan jenjang karir dan bidang keahlian, dan (e) PNS

Pendidikan Kewarganegaraan | 170


terkesan kurang ramah, kurang informatif, dan lamban dalam
memberikan pelayanan.
 Dalam era otonomi, daerah harus mempersiapkan SDM untuk
memenuhi kebutuhan dan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas.
Pemerintah membutuhkan PNS yang tanggap, responsip, kreatif, dan
bekerja secara efektif.
 Untuk menunjang kinerja daerah dalam rangka kerja sama antar
daerah dan pusat, pemda membutuhkan SDM yang mempunyai
kemampuan mengembangkan jaringan dan kerja sam tim, dan
mempunyai kualitas kerja yang tinggi.
 Untuk pembinaan SDM, pemda diharapkan: (1) membuat struktur
organisasi yang terbuka, (2) menyediakan media untuk PNS
berkreatif dan membuat terobosan baru, (3) mendorong PNS berani
mengambil resiko, (4) memberikan penghargaan bagi yang berhasil,
(5) mengembangkan pola komunikasi yang efektif antar PNS, (6)
membangu suasana kerja di PNS yang inovatif, (7) mengurangi
hambatan birokrasi, (8) mencegah tindakan intervensi yang
mengganggu proses kerja profesional; dan (9) mendelegasikan
tanggung jawab dengan baik.
 Memperbaiki cara kerja birokrasi dengan cara memberikan teladan,
membuat perencanaan, melaksanakan kerja denga pengawasan yang
memadai, menentukan prioritas, memecahkan masalah dengan
inoivatif, melakukan komunikasi lisan dan tulisan, melakukan
hubungan antar pribadi, dan memperhatikan waktu kehadiran dan
kretaivitas.
 Mengurangi penyimpangan pelayanan birokrasi. Pelayanan
pemerintah sering kali banyak mengalami penyimpangan yang
disebabkan sistem birokrasi, atau keinginan menambah penghasilan
dari pegawai. Pemda harus melakukan perbaikan dengan:
menegakan disiplin pegawai dengan memberikan penghargaan dan
sanksi, memberikan pelayanan yang berorientasi pelanggan,

Pendidikan Kewarganegaraan | 171


menetapkan tanggung jawab dengan jelas, dan mengembangkan
budaya birokrasi yang bersih, serta memberikan pelayanan cepat dan
tepat dengan biaya murah.

3. Implementasi Otonomi Daerah dalam Penanggulangan Kemiskinan

 Masalah merupakan masalah penting bagi pemerintah daerah.


Otonomi memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengelola
sumber daya dengan tujuan peningkatan kesejahteraan penduduk di
wilayahnya.
 Pengentasan kemiskinan menjadi tugas penting dari UU nomor 25
tahun 1999, dimana pemda mempunyai wewenang luas, dan
didukung dana yang cukup dari APBD. Pengentasan kemiskinan
menggunakan prinsip: penegmbangan SDM dengan memberdayakan
peranan wanita, membrdayakan dan memprmudah akses keluarga
miski utuk berusaha, dengan mendekatkan pada modal dan
pemasaran produknya, menanggulangi bencana, dan membuat
kebijakan yang berpihak kepada rakyat miskin.
 Program penanggulangan kemiskinan harus dilakukan berdasarka
karakter penduduk dan wilayah, dengan melakukan koordinasi antar-
instansi yang terkait.
 Pembangunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan harus
mengedepankan peran masyarakat dan sektor swasta, dengan
melakukan ivestasi yang dapat menyerap tenaga kerja dan pasar bagi
penduduk miskin.
 Membangun paradigma baru tentang peranan pemda, yaitu dari
pelaksana menjadi fasilitor, memberikan interuksi menjadi melayani,
mengatur menjadi memberdayakan masyarakat, bekerja memenuhi
aturan menjadi bekerja untuk mencapai misi pembangunan.
 Dalam pemberdayan masyarakat, peranan pemda adalah
memberikan legitimasi kepada LSM dan masyarakat penerima

Pendidikan Kewarganegaraan | 172


bantuan, menjadi penengah apabila terjadi konflik, mendorong
peningkatan kemampuan keluarga miskin, turut mengendalikan
pembangunan fisik, dan memberikan sosialisasi gerakan terpadu
pengentasan kemiskinan.
 Pemda dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dapat
mengambil kebijakan keluarga, yaitu mendata dengan benar karakter
keluarga miskin, mengidentifikasi tipe dan pola keluarga miskin,
melakukan intervensi kebijakan, yang meliputi kebijakan penyediaan
sumber daya melalui pendidikan dan pelatihan, menyediakan
program yang mendorong kesempatan kerja, dan menyediakan
program untuk membangun lingkungan fisik masyarakat miskin,
seperti prasarana jalan, jembatan, perumahan, listrik dan air bersih,
dan pada tahap akhir pemda melakukan evaluasi efektivitas dari
pelaksanaan penanggulangan kemiskinan.

4. Implementasi Otonomi Daerah dalam Hubungan Fungsional


Eksekutif dan Legislatif

 Hubungan eksekutif (pemda) dan legislatif (DPRD) dalam era


otonomi mencuat dengan munculnya ketidakharmonisan antara
pemda dan DPRD. Ketidakharmonisan dipicu oleh interprestasi dari
UU nomor 22 tahun 1999, yang menyatakan peran legislatif lebih
dominan dibandingkan peran pemda, dan hal ini bertentangan
dengan kondisi sebelumnya, dimana pemda lebih dominan daripada
DPRD.
 Ketidakharmonisan harus dipecahkan dengan semangat otonomi,
yaitu pemberian wewenang kepada daerah untuk mengatur
daerahnya dalam menjawab permasalahan rakyat, yang meliputi
administrasi pemrintahan, pembangunan, dan pelayanan publik.
 Asas dalam otonomi menurut UU No. 22 tahun 1994 adalah: (1)
penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,

Pendidikan Kewarganegaraan | 173


kecuali dalam bidang hankam, luar negeri, peradilan, agama,
mpneter, dan fiskal, (2) pelimpahan wewenang pusat kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah, dan (3)
pembantuan yaitu penugasan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk melaksanakan tugas teretentu yang disertai
pembiayaan, sarana dan prasarana, serta SDM, dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaan dan pertanggungjawaban kepada
pemerintah pusat.
 Kepala daerah mempunyai wewenang memimpin penyelenggaraan
pemerintah daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan DPRD,
bertanggung jawab kepada DPRD, dan menyampaikan laporan atas
penyelenggaraan pemerintah daerah kepada presiden melalui
mendagri, minimal satu tahun sekali melalui gubernur.
 DPRD dalam era otonomi mempunyai wewenang dan tugas:
memilih gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati atau walikota/
wakil walikota, membentuk peraturan daerah, menetapkan anggaran
pendapatan belanja daerah, melaksankan pengawasan. Memberikan
saran pertimbangan terhadap perjanjian internasional menyangkut
kepentingan daerah, serta menampung dan menindaklanjuti aspirasi
rakyat.
 Kepala daerah dan DPRD dalam melakukan tugasnya dapat
melakukan komunikasi yang intensuf, baik untuk tukar menukar
informasi, dan pengembangan regulasi maupun klarifikasi suatu
masalah.
 Prinsip kerja dalam hubungan antara DPRD dengan kepala daerah
adalah: proses pembuatan kebijakan transparan, pelaksanaan kerja
melalui mekanisme akuntabilitas, bekerja berdasarkan susduk, yang
mencakup kebijakan, prosedur dan tata kerja, menjalankan prinsip
kompromi, dan menjunjung tinggi etika.

Pendidikan Kewarganegaraan | 174


9.10 Kajian Kasus Untuk Otonomi Daerah
Misalnya di daerah Riau. Pada tahun 1997 dan 1998 daerah tersebut
menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp. 59,14 triliun. Namun,
hanya 1,71 persen atau Rp. 1,01 triliun saja yang diterima oleh daerah tersebut
sementara sisanya masuk ke pemerintah pusat. (www.ryasrasyid.wordpress.com
diakses 16 April 2011).
Keadaan tersebut jelas tidak menguntungkan daerah. Selain merasa
didiskriminasi, daerah tidak dapat bergerak bebas atas wilayahnya sendiri dan
harus disetir pemerintah pusat. Kekecewaan terhadap pemerintah pusat ini
kemudian direalisasikan dengan keinginan untuk memisahkan diri dengan
Indonesia, contohnya adalah Timor Timur. Hal ini jelas merupakan sesuatu yang
tidak diinginkan siapapun. Bukan karena berkurangnya aset daerah yang mampu
mendukung ekonomi nasional, namun lebih dikarenakan hilangnya suatu bagian
NKRI yang sedari awal berjuang bersama merebut kemerdekaan. Selain itu,
secara tidak langsung keadaan tersebut menunjukkan bahwa dikotomi kekuasaan
tidak sesuai dengan pembangunan yang dicita-citakan. Oleh karena itu, diperlukan
suatu cara untuk merubah sistem yang ada. Cara itu adalah otonomi daerah, yang
mengubah sistem sentralistik menjadi desentralistik.
Menurut Ryaas Rasyid, pemrakarsa otonomi daerah sekaligus mantan
Menteri Otonomi Daerah, daerah harus mampu mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki dengan kemampuan sendiri dan menanganinya sekreatif mungkin.
Hal itu diwujudkan dengan pergantian kebijakan dari Undang-undang Nomor 5
Tahun 1974 yang menghasilkan mekanisme pemerintahan yang sentralistik,
menjadi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan
Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004. Dengan
adanya kebijakan tersebut, diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan daerah
dengan pembangunan yang fokus dan terarah.
Namun pada kenyataannya, sejak diterapkan pada 1 Januari 2001, praktek
desentralisasi tidak berjalan sesuai harapan. Permasalahan baru bermunculan,

Pendidikan Kewarganegaraan | 175


sementara tujuan mulia desentralisasi seolah sulit diwujudkan. Permasalahan-
permasalahan tersebut antara lain timbulnya korupsi di kalangan pejabat
pemerintah, timbulnya pemekaran wilayah dan ketimpangan antar wilayah sampai
pada sengketa yang terjadi akibat dari pemekaran wilayah.
Seperti suatu kebijakan pada umumnya, praktek desentralisasi ini memiliki
sisi positif dan sisi negatif. Hal baik yang dapat diambil dari keberadaan
desentralisasi ini adalah semakin meningkatnya kemampuan pemerintah daerah
dalam mengatur wilayahnya sendiri tanpa harus didekte oleh pusat. Kemungkinan
kesalahan perencanaan pembangunan dapat dikurangi karena pemerintah daerah
lebih mengetahui dan memahami karakter wilayahnya sendiri sehingga
pembangunan dapat terlaksana sesuai dengan potensi yang ada dengan mengarah
kepada tujuan. Pejabat pemerintahan di daerah juga lebih dapat bertanggung
jawab karena melakukannya secara mandiri atas apa yang dilakukan pada
wilayahnya sendiri. Dengan keleluasaan tersebut, diharapkan kreativitas daerah
dalam mengatasi berbagai permasalahan domestik akan terpacu dan mampu
meningkatkan kapabilitasnya sebagai wilayah yang tidak hanya memiliki
kekayaan sumber daya alam saja, namun juga sumber daya manusianya. Dengan
demikian, kesejahteraan masyarakat di daerah dapat tercapai dan kesenjangan
sosial atas tidak meratanya pembangunan dengan wilayah pusat dapat dikurangi.
Sementara itu, tugas pemerintah pusat lebih dapat terorganisir dengan
berkurangnya wewenang atas pembangunan di daerah. Pemerintah pusat dapat
lebih berkonsentrasi terhadap permasalahan makro yang harus dihadapi negara.
Pemerintah juga dapat mengatur pembangunan secara nasional dan mengawasi
jalannya pembangunan agar pemerataan daerah dapat tercapai. Selain itu,
pemerintah pusat juga dapat lebih fokus memajukan dan melindungi negara dari
ancaman baik dari dalam maupun dari luar negeri.

1. Pemerintah daerah masih belum dapat melepaskan diri dari


ketergantungan terhadap pemerintah pusat

Desentralisasi yang menghasilkan otonomi daerah ini tidak sepenuhnya dapat


dijalankan oleh seluruh daerah di Indonesia. Kota-kota besar yang telah

Pendidikan Kewarganegaraan | 176


mendapatkan keuntungan pembangunan sejak orde lama dan orde baru
mungkin dapat mengikuti proses otonomi. Namun tidak sama halnya dengan
daerah-daerah terpencil atau daerah yang lokasinya jauh dari pusat. Pejabat
daerah yang pada masa sebelumnya tidak pernah menerima kepercayaan dari
pemerintah pusat untuk mengelola wilayahnya sendiri, dan tiba-tiba setelah
adanya otonomi daerah mendapatkan wewenang tersebut, pasti tidak dapat
serta merta meengelola wilayahnya. Apalagi pengelolaan kekayaan alam di
daerahnya harus dengan dana sendiri. Oleh karena itu, banyak daerah-daerah
yang masih tergantung terhadap pusat terutama untuk permasalahan anggaran
atau dana pembangunan.

2. Pemekaran wilayah yang berlebihan

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, pemekaran wilayah


adalah membagi daerah administrasi (daerah otonom) yang sudah ada
menjadi 2 atau lebih daerah otonom baru. Setelah pemberlakuan Undang-
undang Nomor 22 tahun 1999, jumlah daerah otonom baru semakin
bertambah. Berdasarkan data yang dihimpun BAPPENAS dan UNDP pada
tahun 2008, pada tahun 2004, jumlah provinsi bertambah 7 buah menjadi 33
provinsi, sedangkan kabupaten/kota bertambah 37 buah menjadi 440
kabupaten/kota. Adapun berikut ini merupakan grafik pertumbuhan
pemekaran wilayah di Indonesia selama periode tahun 1999 hingga 2007.

Gambar 1. Jumlah Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia Tahun 1999-2007

Pendidikan Kewarganegaraan | 177


Pemekaran wilayah sebenarnya bukanlah suatu hal yang buruk. Namun
dengan kecenderungan peningkatan jumlah daerah pemekaran hampir setiap
tahunnya, mulai timbul pertanyaan. Apakah daerah pemekaran tersebut sudah siap
untuk berdiri sendiri?
BAPPENAS dalam Kajian Percepatan Pembangunan Daerah Otonom Baru
yang dilakukan pada tahun 2005 di Kabupaten Serdang Bedagai (Sumatera
Utara), Kabupaten Sekadau (Kalimantan Barat), Kota Tomohon (Sulawesi Utara),
Kabupaten Sumbawa Barat (NTB) dan Kota Tasikmalaya (Jawa Barat),
memberitakan bahwa PAD tiap daerah tersebut meningkat, namun ketergantungan
terhadap dana alokasi umum (DAU) masih tinggi. Selain itu juga terjadi
peningkatan belanja pembangunan walaupun apabila dibandingkan dengan
belanja rutin proporsinya masih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas
pelayanan masyarakat pada daerah-daerah otonom baru tersebut belum meningkat
karena pada tahun-tahun awal pemerintah daerah otonom baru memprioritaskan
pembangunan pada pembenahan kelembagaan, infrastruktur kelembagaan,
personil dan keuangan daerah.

Pendidikan Kewarganegaraan | 178


BAB X
Good Governance dan Globalisasi

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia antara lain disebabkan oleh tatacara


penyelenggaraan pemerintahan yang tidak dikelola dan diatur dengan baik.
Akibatnya timbul berbagai masalah seperti korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN)
yang sulit diberantas, masalah penegakan hukum yang sulit berjalan, monopoli
dalam kegiatan ekonomi, serta kualitas pelayanan kepada masyarakat yang
memburuk.
Penyelenggaraan pemerintah yang baik adalah landasan bagi pembuatan dan
penerapan kebijakan Negara yang demokratis dalam era globalisasi. Fenomena
demokrasi ditandai dengan menguatnya control masyarakat terhadap
penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan
saling ketergantungan antarbangsa, terutama dalam pengelolaan sumber-sumber
ekonomi dan aktivitas dunia usaha.
Oleh karena itu, tata pemerintahan yang baik perlu segera dilakukan agar
segala permasalahan yang timbul dapat segera dipecahkan dan juga proses
pemulihan ekonomi dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Disadari,
mewujudkan tata pemerintahan yang baik membutuhkan waktu yang tidak singkat
dan juga upaya yang terus menerus. Disamping itu, perlu juga dibangun
kesepakatan serta rasa optimis yang tinggi dari sekuruh komponen bangsa yang
melibatkan tiga pilar berbangsa dan bernegara, yaitu para aparatur Negara, pihak
swasta dan masyarakat madani untuk menumbuhkembangkan rasa kebersamaan
dalam rangka mencapai tata pemerintahan yang baik.

10.1Pengertian dan Latar Belakang Good Governance


Terselanggaranya kepemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa ( clean
and good governance) menjadi cita-cita dan harapan setiap bangsa. Konsep
“governance” dalam “ clean and good governance” banyak masyarakat
merancukan dengan konsep “government”. Konsep “governance” lebih inklusif

Pendidikan Kewarganegaraan | 179


daripada “government”. Konsep “government” menunjuk pada suatu organisasi
pengolaan yang berdasarkan kewenangan tertinggi (Negara dan pemerintah).
Konsep “governance” melibatkan tidak sekedar pemerintah dan Negara, tetapi
juga peran berbagai actor di luar pemerintah dan Negara, sehingga pihak-pihak
yang terlibat juga sangat luas ( Ganie Rochman, 2000: 141).
Governance adalah mekanisme pengolaan mekanisme pengelolaan sumber
daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pengaruh sector Negara dan sector
nonpemerintah dalam suatu kegiatan kolektif (ganie rochman, 2000:142). Pinto
dalam nisjar (1997:119) mengatakan bahwa “governance” adalah praktik
penyelenggeraan kekuasaan dan kewenangan oleh pemerintah dalam pengelolaan
urusan pemerintah secara umum dan pembangunan ekonomi pada khususnya.
Lembaga Administrasi Negara (2000:1) mengartikan governance adalah proses
penyelenggaraan kekuasaan Negara dalam melaksanakan penyediaan public
goods and services. Lebih lanjut LAN (2000:5) menegaskan dilihat dari segi
Ifunctional aspect, governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah
berfungsi secara efektif dan efesien dalam upaya mencapai tujuan yang telah
digariskan atau sebaliknya.
United nations development programme (1997:9) mengemukakan
“governance is defined as the exercise of political, economic, and administrative
authority to manage a nation’s affairs’. Keperintahan diartikan sebagai
pelaksanaan kewenangan poliik, ekonomi, dan aministrasi untuk memanage
urusan-urusan bangsa. Lebih lanjut UNDP menegaskan kepemerintahan adalah
suatu institusi, mekanisme, proses, dan hubungan ynag kompleks melalui warga
Negara (citienz) dan kelompok-kelompok yang mengartikulasikan
kepentingannya, melaksanakan hak dan kewajibannya dan menengahi atau
memfasilitasi perbedaan-perbedaan di antara mereka.
Pengertian governance yang dikemukakan oleh UNDP ini, menurut lembaga
administrasi Negara (2000:5) mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu economic,
politic, and administrative. Economic governance includes processes of decision-
making that directly or indirectly affect a country’s economic activities or its
relationship with other economic. Economic governance mencakup proses

Pendidikan Kewarganegaraan | 180


pembuatan keputusan yang mempengaruhi langsung atau tidak langsung aktivitas
ekonomi Negara atau berhubungan dengan ekonomi lainnya. Karenanya,
economic governance memiliki pengaruh atau implikasi terhadap equity, powerty,
da quality of life. Political governance refer to decision making and policy
implementations of a legitimate and authoritative state. Political governance
menunjuk pada proses pembuatan keputusan dan implementasi kebijakan suatu
Negara yang legitimate da autoritatif. Karenanya Negara seharusnya terdiri dari
tiga cabang pemerintahan yang terpisah yaitu legislative, executive, dan yudicial
yang mewakili kepentingan politik pluaris dan membolehkan setiap warga Negara
memilih secara bebas (freely elect) wakil-wakil mereka. Administrative
governance is a system of policy implementation carried out through an efficient,
independent, accountable and open public sector.administrative governance
adalah sistem implementasi kebijakan yang melaksankan sector public secara
efisien, tidak memihak, akuntabel, dan terbuka.
Dalam Negara modern (modern state) ketiga elemen di atas melaksanakan
sistem kepemerintahan (the governance system) mencakup struktur kewenangan
pembuatan keputusan (decision making) institusi dan organisasi formal.
Berkaitan dengan sistem kepemerintahan (systemic governance) UNDP (1997:10)
mengemukakan:
Sistem pemerintahan mencakup proses dan struktur masyarakat yang
mengarahkan hubungan-hubungan sosial-ekonomi dan politik untuk melindungi
budaya, keyakinan agama, dan nilai-nilai, dan menciptakan dan memelihara suatu
lingkungan yang sehat, bebas dan aman, dan member kesempatan melatih
kapabilitas orang-perorangan (personal capabilities) yang mengarah pada suatu
kehidupan yang lebih baik bagi setiap manusia.
Unsure utama (domains) yang dilibatkan dalam penyelenggaraan
kepemerintahan (governance) menurut UNDP terdiri dari tiga macam yaitu, the
state, the private sector, dan civil society organizations.

10.2Prinsip dan Konsepsi Good Governance


Menjelang berlansungnya reformasi politik di Indonesia atau sekitar tahun
1996, beberapa lembaga internasional seperti UNDP dan word bank,

Pendidikan Kewarganegaraan | 181


memperkenalkan terminology bar yang disebut sebagai good public governance
atau good governance. Popularitas terminology ini mencuat di kalangan
pemerintah, akademisi, dan lembaga swadaya mayarakat sejalan dengan
pemberian bantuan yang diarahkan pada pengemabngan good governance.karena
sangat gencar dipromosikan maka sekarang ini istilah good governance menjadi
istilah good governance menjadi kata yang sangat sering diucapkan dalam
berbagai ruang diskusi di Indonesia, seperti halnya istilah demokrasi dan otonomi.
Kita dapat mendengarnya di setiap diskusi, seminar, lokakarya, pidato pejabat
maupun berita atau artikel opini di media massa. Dalam banyak kesempatan,
istilah governance dibiarkan dalam bentuk aslinya karena memang sulit dicari
padanannya yang tepat. Banyak pula yang menerjemahkan menjadi tata
pemerintahan, penyelenggaraan Negara , atau cukup diartikan dengan
penyelenggaraan ataupun pengelolaan manajemen.
Adapun terjemahannya, good governance menunjuk pada pengertian bahwa
kekuasaan tidak lagi semata-mata dimiliki atau menjadi urusan pemerintah.
Governance menekankan pada pelaksanaan fungsi governing secara bersama-
sama oleh pemerintah dan intitusi-intitusi lain, yaitu LSM, perusahaan swasta
maupun warga Negara. Bahkan institusi non pemerintah ini dapat saja memegang
peran dominan dalam governance tersebut, atau bahkan lebih dari itu pemerintah
tidak mengambil peran apapun – ”governance without government “.
Menurut pandangan klasik, pemerintah dipahami sebagai intitusi yang
mempunyai kekuasaan dan kewenangan untuk memaksa semua penduduk di
wilayahnya, serta mengontrol pengaruh internasional atas kebijakan domestic dan
institusinya. Pemerintah adalah omnipotent (segala-galanya) di atas wilayah dan
rakyatnya. Ketika pemerintah memegang hegemoni maka tertib sosial cenderung
ditegakkan secra sentralistis, hirarkis, dan birokratis serta meminggirkan
masyarakat beerta kekuatan dan nilai-nilai yang dimilikinya. Pemerintah
menganggap dirnyalah yang berwenang untuk mendefinisikan, mendiagnosa, dan
mengatasi- dengan pendekatan rasional- segala permasalahan dan kepentingan
public. Namun ironisnya, dengan cara ini tertib sosial yang menjadi tujuan
seringkali justru malah tidak tercipta. Pemerintah yang tidak menyediakan ruang

Pendidikan Kewarganegaraan | 182


bagi masyarakat untuk berperan pada gilirannya memicu terjadinya krisis
kepercayaan. Di hadapan masyarakat, pemerintah tidaklah legitim sehingga setiap
kebijakan dan tindakannnya cenderung tidak sepenuhnya dipatuhi masyarakat.
Mulai bermunculanlah sejumlah pandagan dan gerakan baru yang
memangkas peran Negara, seperti demokratisasi, desentralisasi, debirokratisasi,
deregulasi, privatisasi dan lain-lain. Menanggapi trend baru ini para ilmuan politik
berpikir reflektif untuk mendefinisi peran pemerintah agar sesuai dengan konteks
yang ada. Hal inilah yang tampaknya melatar belakangi munculnya konsep
governance, dimana pemerintah tidak sekedar dimaknai sebagai lembaga, tetapi
proses pemerintah (governing) yang dilakukan secara kolaboratif antara lembaga
pemerintah, semi pemerintah, dan non –pemerintah LSM dan institusi swasta yang
berlangsung secara balance (setara) dan multi arah (partisipatif).
Meskipun persfektip governance mengimplikasikan terjadinya pengurangan
peran pemerintah, pemerintah sebagai institusi tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Pertanyaannya, bagaimana Negara (pemerintah) menempatkan diri dan bersikap
ketika berlangsung proses governing dalam konteks governance? Atau bagaimana
pemerintah berperan dalam mengelola Negara atau public ? setidaknya terdapat
enam prinsip yang ditawarkan yang dapat dijadikan acuan untuk menjawab
pertanyaan ini, yaitu:
a. Dalam kolaborasi yang dibangun, Negara (baca: pemrintah) tetap bermain
sebagai figure kunci namun tidak mendominasi, serta memiliki kapasitas
mengkoordinasi (bukan memobilisasi) actor-aktor pada institusi-institusi
semi dan non-pemerintah untuk mencapa tujuan-tujuan public.
b. Kekuasaan yang dimiliki Negara harus ditransformasikan, dari yang
semula dipahami sebagai “kekuasaan atas” menjadi “ kekuasaan untuk”
menyelenggarakan kepentingan, memenuhi kebutuhan, dan menyelesaikan
masalah public.
c. Negara, NGO, swasta, dan masyarakat local merupakan actor-aktor yang
memiliki posisi dan peran yang saling menyeimbangkan-untuk tidak
menyebut setara.

Pendidikan Kewarganegaraan | 183


d. Negara harus mampu mendesain ulang struktur dan kultur organisasinya
agar siap dan mampu menjadi katalisator bagi institusi lainnya untuk
menjalin sebuah kemitraan yang kokoh, otonom, dan dinamis.
e. Negara harus melibatkan semua pilar masyarakat dalam proses kebijakan
mulai dari formulasi, implementasi, dan evaluasi kebijakan, serta
penyelenggaraan public.
f. Negara harus mampu meningkatkan kualitas responsivitas, adaptasi, dan
akuntabilitas public dalam penyelenggaraan kepentingan, pemenuhan
kebutuhan, dan penyelasaian masalah public.
Sementara itu, menurut UNDP ( united nation development program) good
governance memiliki delapan prinsip sebagai berikut:
a. Partisipasi
b. Transparansi
c. Akuntabel
d. Efektif dan efesien
e. Kepastian hukum
f. Renponsif
g. Consensus
h. Setara dan inklusif
Adapula yang menyebutkan sepuluh prinsip, mirip dengan daftar di atas,
yaitu:10
a. Partisipasi : warga memiliki hak (dan mempergunakannya) untuk
menyampaikan pendapat, bersuara dalam proses perumusan kebijakan
public, baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Penegakan hukum : hukum diberlakukan bagi siapapun tanpa
pengecualian, hak asasi manusia di lindungi, sambil tetap memperhatikan
nilai-nilai ynag hidup dalam masyarakat.
c. Transparansi : penyediaan informasi tentang pemerintah(an) bagi public
dan dijaminnya kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat
dan memadai.

Pendidikan Kewarganegaraan | 184


d. Kesetaraan : adanya peluang yang sama bagi setiap anggota masyarakat
untuk beraktivitas/berusaha.
e. Daya tanggap : pekanya para pengelola instansi public terhadap aspirasi
masyarakat.
f. Wawasan ke depan : pengelolaan masyarakat hendaknya dimulai dengan
visi, misi, dan strategi yang jelas.
g. Akuntabilitas : pertanggungjawaban para penentu kebijakan kepada para
warga.
h. Pengawasan public : terlibatnya warga dalam mengontrol kegiatan
pemerintah, termasuk parlemen.
i. Efektivitas dan efesiensi : terselenggaranya kegiatan instansi public
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggungjawab. Indikatornya antara lain: pelayanan mudah, cepat,
tepat, dan murah.
j. Profesionalisme : tingginya kemampuan dan moral para pegawai
pemerintah, termasuk parlemen.
Dari berbagai prinsip diatas dapat disimpulkan bahwa sistem administrasi
good governance haruslah melibatkan banyak pelaku, jaringan dan institusi di luar
pemerintah untuk mengelola masalah dan kebutuhan publik13 . dengan demikian,
dalam penyelesaian masalah dan kepentingan public selalu melibatkan multi-
stakeholders dari berbagai lembaga yang terkait dengan masalah dan kepentingan
public itu. Stakeholders dalam tata pemerintah (governance) tersebut memiliki
kedudukan yang setara dan hanya diikat oleh suatu jaringan dan prosedur yang
sengaja diciptakan untuk memfasilitasi mereka dalam perumusan , pelaksaan,
monitoring, dan juga evaluasi kebijakan.

10.3Karakteristik Dasar Good Governance


United Nations Development Programme (1997:19) pada paper pertamanya
mengidentifikasi karateristik sistem kepemerintahan yang baik (the
characteristics of good system of governance), yaitu sebagai berikut:
 Participation. Setiap warga Negara mempunyai suara dalam pembuatan
keputusan, baik langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi

Pendidikan Kewarganegaraan | 185


yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun atas dasar
kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara kontruktif.
 rule of law. Kerangka hukum adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak asasi manusia.
 Transparency. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
Proses-proses, lembaga-lembaga dan informasi secara langsung dapat
diteima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami
dan dapat dimonitor.
 Responsiveness. Lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba
untuk melayani setiap “stakeholders”.
 Consensus orientation. Good governance menjadi perantara kepentinga
yang berbeda untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan
yang lebih luas baik dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-
prosedur.
 Equty. Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan,
mempunyai kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan
mereka.
 Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik
mungkin menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan
menggunakan sumber-sumber yang tersedia.
 Accountability. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sector
swasta dan masyarakat (civil society) bertanggung jawab kepada public
dan lembaga-lembaga ”stakeholders”
 Strategc vision. Para pemimpin dan public harus mempunyai perspektif
good governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh ke depan
sejalan dengan apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.

10.4Penerapan Prinsip Good Governance pada Sektor Publik


Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis
ekonomi, krisis financial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai Negara
dengan lemahnya corporate governance.

Pendidikan Kewarganegaraan | 186


Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen,
direksi, dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan
(stakeholders) lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan
(OECD, 2004). Good corporate governance (GCG) diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan melalui pengelolaan yang didasarkan pada asas
transparansi, akuntabilitas, respontabilitas, indenpedensi serta kewajaran dan
kesetaraan. Di tahun 2007 komisi pemberantasan korupsi (KPK) dengan PT Multi
Utama Indonesia melaksanakan kegiatan studi implementasi Good Corporate
Governance (GCG) di sector swasta, BUMN dan BUMD di Indonesia yang dari
wkatu ke waktu bisa digunakan sebagai data pembanding dengan kondisi di masa
depan.
Studi dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu (1) penyebaran kuesioner
kepada responden, (2) wawancara mendalam dengan pimpinan perusahaan yang
menangani implementasi GCG, dan (3) penelusuran dokumen perusahaan.
Indeks pencegahan korupsi adalah 89,39, yang bararti sudah cukup baik.
Namun beberapa hal yang perlu didorong adalah pengawasan terhadap
pelaksanaan dari tindakan yang berpotensi terhadap terjadinyan benturan
kepentingan. Selain itu, belum adanya kerjasama antara perusahaan dengan
lembaga penegak hukum dalam mengembangkan sistem pencegahan korupsi.
Indeks untuk disclosure ini adalah 92,42. Aspek ini termasuk yang menonjol dan
menjadi perhatian utama dari responden, terutama bagi perusahaan yang sudah go
public. Aspek ini dapat dinilai dan dirasakan oleh pihak luar. Untuk analisis,
perusahaan responden dibagi dalam 4 (empat) kelompok, yaitu BUMN/BUMD
Lembaga Keuangan, BUMN/BUMD Non Lembaga keuangan, Swasta Lemabaga
Keuangan, dan Swasta Non Lembaga Keuangan.

Pintu unutk melakukan perubahan, ada beberapa pintu masuk untuk


menginjeksikan perubahan dalam birokrasi pemerintah, dari yang paling keil
(mikro) sampai dengan yang paling besar (makro). Pintu perubahan yang paling
kecil adalah perubahan pada tingkat perseorangan, sedankan yang paling besar
adalah perubahan pada tingkat sistem. Seakin besar cakupan perubahan semakin

Pendidikan Kewarganegaraan | 187


besar dampaknya terhadap perbaikan kinerja. Namun resiko dan resistens yang
muncul dari perubahan pada tataran sistem juga sangat besar. Tergantung pada
kapasitas manajemen resiko yang dimiliki, apakah perubahan yang akan
dilakukan melalui perubahan pada tingkat perseorangan atau perubahan pada
tingkat sistem. Kalau kapasitas manajemen resiko yang dimiliki besar maka
perubahan pada tataran sistem akan memiliki dampak yang lebih besar.

10.5Penerapan Prinsip Good Governance pada Sektor Swasta


Terdapat sejumlah perbedaan karakter antara birokrasi pemerintah dengan
perusahaan swasta, yang mempengaruhi perilaku keduanya. Perbedaan pertama
dilihat dari dimensi kelembagaan. Keberadaan sebuah instansi pemerintah diatur
oleh undang-undang, keputusan presiden, peraturan daerah, dan peraturan
perundanga lainnya, ini jelas berbeda dengan institusi bisnis, yang
pembentukannya didasarkan atas kesepakatan di antara para pendiri dan
pemegang saham. Perbedaan ini memiliki implikasi yang sangat besar terhadap
kemampuan keduanya dalam merespon perubahan-perubahan yang terjadi dalam
lingkungan.
Sektor swasta, misalnya perusahaan swasta, dibentuk atas dasar kesepakatan
para pendirinya. Para pendiri ini biasanya terdiri dari sekelompok orang yang
memiliki kepentingan sama, yakni mencari keuntungan. Dalam menjawab
dinamika lingkungan, perusahaan swasta relatif lebih mudah melakukan
perubahan kesepakatan karena jumlah pendirinya sedikit dan mempunyai
kepentingan yang relative sama. Hal ini menjelaskan mengapa perusahaan swasta
cenderung lebih mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Selain itu,
perusahaan swasta pada umumnya tidak dikendali-kan oleh suatu standart
operating procedures (SOP) yang ketat dan rinci sehingga para pengelolanya
dapat mengambil inisiatif dan mengembangkan krea-tivitas dengan lebih mudah.
Perusahaan swsata tergantung pada meknaisme pasar sehingga hidup dan
matinya tergantung pada keputusan pasar. Perusahaan swasta mempunyai misi
mencari keuntungan dan hanya dapat memperoleh keuntungan jika mampu
melakukan efisiensi dan merespon dinamika pasar, maka budaya kerja yang lebih

Pendidikan Kewarganegaraan | 188


efisien, kreatif, dan responsive juga lebih dapat berkembang dalam perusahaan
swasta.

10.6Struktur Organisasi dan Manajemen Perubahan dalam Good


Governance
Menurut Lukman Hakim Saifuddin, (2004) good governance (G) di Indonesia
adalah penyelenggaraan peerintahan yang baik yang dapat diartikan sebagai suatu
mekanisme pengelolaan sumber daya dengan substansi dan implementasi yang
diarahkan untuk mencapai pembangunan yang efisien dan efektif secara adil. Oleh
karena itu, good governance akan tercipta di antara unsur-unsur negara dan
institusi kemasyarakatan (ormas, LSM, pers, lembaga profesi, lembaga usaha
swasta, dan lain-lain) memiliki keseimbangan dalam proses checks and balances
dan tidak boleh satu pun di antara mereka yang memiliki kontrol absolute.
Menurut Lukman Hakim, ada tiga faktor determinan pencapaian good
governance, yakni lembaga atau pranata (institutions/system), sumber daya
manusia (human factor), dan budaya (cultures)
Terkait dengan tiga faktor determinan tersebut, pada subbab ini akan dibahas
tentang lembaga atau pranata, budaya dan sumber daya manusia dalam dua
bagian, yaitu struktur organisasi dalam good governance dan manajemen
perubahan yang diperlukan oleh organisasi. yaitu:
1. Struktur Organisasi dalam Good Governance
Globalisasi dan perkambangan informasi akan mempercepat perubahan
organisasi. Menurut Tulis (2000), perubahan terhadap sumber daya manusia
sebesar 10 persen saja dapat mengubah struktur organisasi, selain perubahan
ang disebabkan faktor teknologi, ekonomi, politik, dan sosial.
Praktik manajemen yang lama baik menyangkut struktur organisasi,
personel, dan tugas pokok, akan menyebabkan resistensi terhadap perubahan
dan menyebabkan sulitnya melakukan restrukturisasi organisasi dalam rangka
mencapai efisiensi. Dalam rangka menghadapi perubahan yang begitu cepat,
maka beberapa hal yang penting dilakukan adalah :

Pendidikan Kewarganegaraan | 189


a. Memelihara kesadaran yang tinggi akan urgensi
Perubahan besar dalam organisasi, baik struktur dan budaya tidak
akan pernah sukses bila organisasi tersebut cepat puas. Kesadaran tinggi
akan tingkat urgensi yaitu memahami hak yang mendesak dan
menempatkannya sebagai prioritas dalam menghadapinya, sangat
membantu proses mengatasi masalah dan langkah perubahan yang besar.
Peningkatan fungsi organisasi akan menyebabkan tingginya tingkat
organisasi.
b. Penyusunan pranata organisasi
Misi dan tujuan setiap organisasi sektor publik adalah memuaskan
para pihak yang berkepentingan dengan pelayanan publik serta
melestarikan tingkat kepuasan masyarakat. Tanangan untuk mencapai
kepuasan adalah melalui mutu pelayanan yang prima atas pelayanan dan
kepercayaan publik.
c. Perubahan Struktur Organisasi
Perubahan kondisi pasar, teknologi, sistem sosial, regulasi, dan
pelaksanaan Good Governance dapat memengaruhi struktur
pengembangan organisasi. Untuk perubahan struktur organisasi perlu
dilakukan analisis biaya dan manfaat terhadap pengaruh pelayanan public
terhadap organisasi melalui perubahan yang bersifat strategis. Perubahan
struktur organisasi mencakup tiga unsur sebagai determinan, yaitu: (a)
sistem pendapatan wewenang, tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab,
(b) sistem balas jasa yang sepadan, dan (c) sistem evaluasi indikator atau
pengukuran kinerja untuk individu dan unit organisasi.
2. Manajemen Perubahan
Sesuai dengan pertimbangan TAP MPR RI Nomor II/MPR/1999, masalah
krisis multidimensi yang melanda negara Indonesia merupakan penghambat
perwujudan cita-cita dan tujuan nasional. Reformasi di segala bidang,
diharapkan dapat menjadi suatu langkah penyelamatan, pemulihan,
pemantapan dan pengembangan pembangunan serta penguatan kepercayaan
diri.

Pendidikan Kewarganegaraan | 190


Kemampuan para pemimpin penyelenggara pemerintahan dan masyarakat
yang mengelola perubahan menjadi sangat krisis dan strategis, terutama
sensitifitas dan responsibilitas terhadap tanda dan waktu perubahan tersebut
diperlukan, khususnya dalam langkah penyelamatan, pemulihan, dan
pengembangan.

Perubahan yang gagal disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :


a) Terlalu cepat puas
b) Team work yang gagal
c) Merumuskan visi, misi, dan program dengan kurang tepat
d) Gagal menciptakan harapan sukses kepada seluruh anggota organisasi
e) Menganggap perubahan sudah selesai dan hanya sekali memerlukan
perubahan, dan
f) Tidak bisa mengubah symbol, nilai, sikap dan norma organisasi dari
yang lama menjadi budaya yang baru dalam organisasi.
Untuk mengurangi kegagalan dalam perubahan budaya organisasi, maka
harus dihilangkan atau dikurangi dampak negatif dari perubahan seperti
bubarnya organisasi, kehilangan pasar dan kepuasaan pelanggan, penurunan
gaji dan harus dikikis dengan menjelaskan mengapa organisasi perlu
mengadakan perubahan, bagaimana tahap perubahan, bagaimana hasil akhir
dari perubahan, dan bagaimana peran serta dari setiap anggota organisasi
dalam perubahan. Untuk mencapai keberhasilan dalam perubahan, ada
beberapa hal yang diperlukan, yaitu :
 Menetapkan strategi, pentingnya, dan tahapan perubahan.
 Mengembangkan semangat kerja sama tim yang tinggi.
 Mengembangkan strategi komunikasi untuk menyampaikan visi, misi,
program perubahan, sehingga anggota dapat termotivasi, dan
 Memberdayakan setiap anggota organisasi sesuai dengan kompetensi
minat, dan bakat.

Pendidikan Kewarganegaraan | 191


10.7Good Governance dalam Kerangka Otonomi Daerah
Bersikap apatis dan menunggu hanya semakin mejauhkan harapan
terwujudnya good governance pada momentum otonomi daerah. Langkah
terdekat yang harus diperhatikan oleh pemerintah provinsi dan kabupatn/kota
dalam rangka menyiapkan diri sebagai katalisator dan coordinator bagi institusi
semi-pemerintah dan non-pemerintah dalam bereksperimen mewujudkan good
ocal governance adalah membenahi permasalahan dan menyembuhkan penyakit
yang diidapnya. Permasalahnnya sekarang adalah, bagaimana memberdayakan
seluruh komponen birokrasi pemerintahan meliputi aspek SDM, kelembagaan,
dan ketatalaksanaannya agar mampu menjadi aparatur pemerintahan yang
professional.
Dalam hal ini, pertama-tama harus dipahami adalah reformasi birokrasi bukan
berarti melakukan perombakan secara besar-besaran atau menyeluruh. Misalnya
dengan segera menganti seluruh atu sebagian besar pejabat structural atau
pegawai negeri sipil yang ada dengan yang baru. Bisa dibayangkan betapa sulit
mengganti sekian puluh ribu pejabat structural atau 4.1 juta PNS dalam waktu
singkat. Mengingat hal itu dan juga kaena tidak seluruh komponen dalam sistem
birokrasi mengidap “penyakit” atau tidak dapat berfngsi dengan baik maka upaya
yang rusak di dalam sistem birokrasi.
Kemudian, apakah birokrasi propinsi dan kabupaten/kota dapat mengobati
dan menyembuhkan dirinya sendiri tanpa dukungan pihak lain/ sepertinya untuk
saat ini dan mungkin dalam beberapa tahun mendatang hal itu cukup sulit
mengingat berbagai faktor yang melekat di dalam dir birokrasi pemerintahan kita
selama lebih dari tiga decade terakhir ini, antara lain kecendrungan sikap resisten
terhadap perubahan dan adanya sifat entropi- yaitu tak mau dan tak mampu
memperbaiki diri atas inisiatif sendiri tanpa harus ditekan oeh sistem lain di luar
birokrasi pemerintahan. Karena itu, pendayagunaan sisem administrasi Negara
harus juga melibatkan sistem-sistem lain di luar dirinya, seperti legislative,
yudikatif, media massa dan organisasi-organisasi masyarakat.
Dengan demikian, perwujudan good governance tentu saja tergantung pada
para stakeholders yang terlibat di dalam governance itu sendiri, yaitu lembaga-

Pendidikan Kewarganegaraan | 192


lembaga pemerintah, semi pemerintah, dan non pemerintah, apek-aspek yang
harus disentuh pun kompleks mencakup politik, sosial, budaya, dan ekonomi.
Dalam hal kelembagaan tentu saja perlu diupayakan terbentuknya relasi antar
lembaga pemerintah dan non-pemerintah yang bersifat obeck and balances.
Sementara itu, di dalam tubuh birokrasi sendiri perlu dilakukan perubahan atau
reformasi agar tercipta birokrasi yang professional. Birokrasi sebagai sistem
terbuka tidak boleh menolak perubahan, tetapi harus selalu memperbaiki dirinya
dalam suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan.

10.8Pengertian dan Latar Belakang Globalisasi


a. Pengertian globalisasi adalah sebagai berikut :
Menurut Kamus Bahasa Indonesia globalisasi terdiri dari 2 kata, yakni
global dan sasi. Global yaitu mendunia, sedangkan sasi yaitu proses. Jadi,
menurut bahasa Pengertian Globalisasi merupakan suatu proses yang
mendunia. Pengertian Globalisasi Menurut Achmad Suparman, 2002:57,
Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku)
sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah.
Pengertian Globalisasi Menurut Martin Albrow adalah Globalisasi adalah
seluruh proses dimana penduduk dunia tergabung ke dalam masyarakat
dunia tunggal. Pengertian Globalisasi Menurut Bank Dunia adalah
Globalisasi berarti kebebasan dan kemampuan individu dan perusahaan
untuk memprakarsai transaksi ekonomi dengan orang-orang dari negara-
negara lain. Pengertian Globalisasi Menurut Selo Soemardjan,
Globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah
untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya
terbentuknya PBB,OKI. Pengertian Globalisasi Menurut A.G.Mc Grew
(1992) globalisasi mengacu pada keseragaman hubungan dan saling
keterkaitan antara negara dan masyarakat yang membentuk sistem dunia
modern. Globalisasi adalah proses dimana berbagai peristiwa, keputusan
dan kegiatan di belahan bumi yang satu dapat membawa konsekuensi

Pendidikan Kewarganegaraan | 193


penting bagi berbagai individu dan masyarakat di belahan bumi yang
lain.
b. Latar belakang Globalisasi adalah sebagai berikut :
Globalisasi merupakan kecenderungan masyarakat untuk menyatu
dengan dunia, terutama di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan
media komunikasi massa. Selain itu, para cendekiawan Barat
mengatakan bahwa globalisasi merupakan suatu proses kehidupan yang
serba luas, tidak terbatas, dan merangkum segala aspek kehidupan,
seperti politik, sosial, dan ekonomi yang dapat dinikmati oleh seluruh
umat manusia di dunia. Globalisasi pada hakikatnya adalah proses yang
ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang dampaknya berkelanjutan
melampaui batas-batas kebangsaan dan kenegaraan. Mengingat bahwa
dunia ditandai oleh kema jemukan (pluralitas) budaya maka globalisasi
sebagai prosesjuga ditandai sebagai suatu peristiwa yang terjadi di
seluruh dunia secara lintas budaya yang sekaligus mewujudkan proses
saling memengaruhi antarbudaya. Pertemuan antarbudaya itu tidak selalu
berlangsung sebagai proses dua arah yang berimbang, tetapi dapat juga
sebagai proses dominasi budaya yang satu terhadap lainnya. Misalnya
pengaruh budaya Barat lebih kuat terhadap budaya di negara Timur.
Globalisasi, mulai terasa sejak akhir abad ke20, telah membuat
masyarakat dunia, termasuk bangsa Indonesia harus bersiap siap
menerima kenyataan masuknya pengaruh luar terhadap seluruh aspek
kehidupan bangsa. Salah satu aspek yang terpengaruh adalah
kebudayaan. Terkait dengan kebudayaan, kebudayaan dapat diartikan
sebagai nilai nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi
yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Atau
kebudayaan juga dapat didefinisikan sebagai wujudnya, yang mencakup
gagasan atau ide, kelakuan dan hasil kelakuan (Koentjaraningrat),
dimana hal-hal tersebut terwujud dalam kesenian tradisional kita. Oleh
karena itu nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek
kejiwaan atau psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran.

Pendidikan Kewarganegaraan | 194


Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap
perkembangan budaya bangsa Indonesia . Derasnya arus informasi dan
telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang
mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya.
Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi)
mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri
sendiri . Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong
dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Di
Tapanuli (Sumatera Utara) misalnya, duapuluh tahun yang lalu, anak-
anak remajanya masih banyak yang berminat untuk belajartari tor-tor dan
tagading (alat musik batak). Hampir setiap minggu dan dalam acara ritual
kehidupan, remaja di sana selalu diundang pentas sebagai hiburan. Agar
globalisasi tidak memberikan dampak negatif bagi penduduk Indonesia,
maka perlu adanya pengawasan dari setiap pihak terutama pemerintah
dan masyarakat itu sendiri.

10.9Tantangan dan Ancaman Globalisasi


a. Tantangan dalam Globalisasi
tantangan nyata pada era globalisasi semakin kompleksnya berbagai
bidang kehidupan karena adanya teknologi informasi, telekomunikasi, dan
transportasi yang membawa pengaruh terhadap berbagai nilai dan wawasan
masyarakat internasional. Tantangan globalisasi yang mendasar dan akan
dihadapi, antara lain sebagai berikut:

1. Sikap individualisme, yaitu munculnya kecenderungan


mengutamakan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan bersama,
memudarkan solidaritas dankesetiakawanan sosial, musyawarah
mufakat, gotong royong, dan sebagainya.
2. Apresiasi generasi muda, yaitu banyaknya generasi muda yang sudah
melupakan para pejuang dan jati diri bangsanya dengan fenomena
baru, yaitu lebih mengenal dan mengidolakan artis, bintang film, dan

Pendidikan Kewarganegaraan | 195


pemain sepak bola asing yang ditiru dengan segala macam
aksesorisnya.
3. Pandangan kritis terhadap ideologi negaranya, yaitu banyaknya
masyarakat yang sudah acuh tak acuh terhadap ideologi atau falsafah
negaranya. Mereka sudah tidak tertarik lagi untuk membahasnya
bahkan lebih cenderung bersifat kritis dalam operasionalnya dengan
cara membanding-bandingkan dengan ideologi lain yang dianggap
lebih baik.
4. Diversifikasi masyarakat, yaitu munculnya kelompok-kelompok
masyarakat dengan profesi tertentu yang terus berkompetisi dalam
berbagai bidang kehidupan guna mencapai tingkat kesejahteraan
yang bertaraf internasional (mengglobal).
5. Keterbukaan yang lebih tinggi, yaitu tuntutan masyarakat terhadap
penyelenggaraan, pemerintah yang lebih mengendapkan
pendekataan dialogis, demokratisasi, supremasi hukum, transparasi,
akuntabilitas, efektivitas, dan efisiensi.
6. Informasi yang tidak tersaring
7. Perilaku konsumtif
8. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
9. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
b. Ancaman dalam globalisasi.
Berikut bentuk-bentuk ancaman globalisasi terhadap kehidupan bangsa
Indonesia adalah sebagai berikut: 1). Pergaulan, sekarang anak muda
Indonesia sudah terpengaruh dengan pergaulan bebas yang biasa di
lakukan oleh kebiasaan orang barat. Hal ini tidak boleh dibiarkan begitu
saja karena akan merusak moral dan etika bangsa Indonesia terutama
generasi muda. 2). Kebebasan, kebebasan yang di maksud yaitu
kebebasan yang menjurus pada kepuasan diri dan egoisme. Akibat
negatif dari kebebasan tersebut yaitu adanya kebebasan penggunaan
narkoba, seks bebas, makan dan minum yang haram, dan yang lainnya.
Kebebasan yang negatif menyebabkan seseorang melakukan berbagai

Pendidikan Kewarganegaraan | 196


cara untuk mendapatkan uang yang hasilnya digunakan untuk hal yang
tidak bermanfaat. Hal ini sering terjadi pada masyarakat yang mudah
terpengaruh oleh arus globalisasi.

10.10 Memperkuat Daya Tahan dan Daya Saing Bangsa


Memperkuat daya tahan dan daya saing bangsa adalah sbb:

a. Daya Tahan dan Daya Saing dalam Bidang Politik


1. Demokrasi
Apabila bangsa Indonesia tidak sungguh-sungguh dan konsisten
dalam melaksanakan semua nilai demokrasi tersebut, maka bisa
terjadi perpecahan (disintegrasi).
2. Politik Luar Negeri
Peluang politik luar negeri Indonesia adalah dapat membuka kembali
kerjasama militer, perdagangan, pendidikan, pertukaran budaya,
tenaga kerja, dan lain-lain dengan negara barat. Contoh, pembukaan
kembali kerjasama militer dengan Amerika Serikat, sedangkan
tantangannya adalah Indonesia memiliki komoditas ekspor barang
yang kualitasnya rendah yang menyebabkan kalah bersaing dengan
produksi dari negara lain.
3. Good Governance
Peluangnya adalah Indonesia dapat mengikuti sistem
penyelenggaraan pemerintahan yang baik yang diterapkan di negara
barat dengan prinsip-prinsip partisipasi, transparansi, rule of law,
responsif, equity, efektif dan efisien, serta accountability dan vision
strategis. Peluang lain adalah dapat memperoleh dukungan ekonomi
dari negara donor seperti IMF.
b. Daya Saing dalam Bidang Sosial budaya
 Teknologi Informasi dan Komunikasi
 Masuknya Lembaga Pendidikan Asing

Pendidikan Kewarganegaraan | 197


c. Peluang dan Ancaman Bidang Hankam dalam Era Globalisasi
Keberadaan Indonesia pada posisi silang (antara dua benua dan dua
samudera) memberi keuntungan untuk melakukan kerjasama militer
dalam bentuk latihan gabungan dengan negara tetangga, seperti latihan
gabungan dengan Malaysia, namun juga dapat mengancam pertahanan
dan keamanan wilayah yurisdiksi nasional Indonesia berupa pencaplokan
wilayah perbatasan, atau pencurian potensi laut oleh pihak asing.
d. Meningkatkan Daya Saing dalam Bidang Ekonomi
Globalisasi dalam ekonomi telah berkembang pesat dengan berdirinya
organisasi perdagangan dunia. Organisasi ini seperti :
a. AFTA (Asean Free Trade Area), yaitu organisasi ekonomi tingkat
Asean dengan anggota Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand,
Brunei, Filipina, Kamboja,Vietnam, Laos, dan Myanmar.
b. APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) organisasi ini
merupakan kerjasama ekonomi Asia Pasifik, negara-negara Asia
selain ASEAN,yaitu China, Jepang dan Korea, sedangkan Pasifik
terdiri atas Amerika Serikat dan Negara Amerika Latin
c. WTO (World Trade Organization) yaitu organisasi perdagangan
seluruh dunia.

10.11 Kajian Kasus untuk Good Governance dan Globalisasi


Indonesia di tengah dinamika perkembangan global maupun nasional saat
ini menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian serius semua
pihak. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat di era globalisasi
sekarang ini ternyata tidak dapat diprediksikan secara pasti. Banyak perubahan
yang terjadi sehingga sulit membuat prediksi ke depan termasuk dalam masalah
lingkungan.Pemerintah tentunya menyadari bahwa keterpurukan Bangsa
Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu penyelenggaraan
Negara yang buruk (bad governance) yang kita kenal dengan sebutan KKN
(korupsi, kolusi, dan nepotisme). Pada kenyataannya kita harus akui bahwa dana
yang terhimpun untuk masyarakat luas, seperti pajak yang kita bayar selama ini
tidak digunakan seperti yang seharusnya, hanya sebagian kecil masyarakat yang

Pendidikan Kewarganegaraan | 198


dapat menikmatinya. Seperti pajak yang dipungut pemerintah untuk merawat
fasilitas umum saja tidak dirawat dengan baik oleh pemerintah. Hal ini sangat
mengkhawatirkan, sepertinya budaya KKN sudah merajarela di kalangan
masyarakat Indonesia.Penelitian ini bertujuan untuk menelaah pengaruh
penerapangood governance government pada instansi pemerintah juga untuk
mengetahui akuntabilitas kinerja pemerintah pada instansi pemerintah.
Gerai kopi Starbucks memang telah menjadi salah satu hal yang mudah
untuk ditemukan bahkan di penjuru dunia manapun. Jika diperhatikan, hal ini
tentunya merupakan sebuah fenomena yang menarik. Pada tahun 1971, Starbucks
awalnya hanyalah sebuah toko kopi kecil yang terletak di daerah Seattle, Amerika
Serikat. Namun sekarang, gerai kopi tersebut telah berhasil membesar dan bahkan
Starbucks menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia. Pada tahun 1981,
Howard Schultz yang akhirnya menjadi presiden dari perusahaan Starbucks ini
memasuki gerai toko tersebut dan menikmati kopinya. Kenikmatan yang dialami
oleh Schutz melalui segelas kopinya tersebut pada akhirnya membawa dirinya
untuk juga ikut masuk dalam manajemen Starbucks dan ikut membesarkan nama
Starbucks hingga ke seluruh dunia.

Pendidikan Kewarganegaraan | 199


DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim. 2004. Kewarganegaraan Jilid 2. Bandung: Grafindo Media Pratama.


Abidin, Wikrama Iryans. 2005. Politik Hukum Pers Indonesia. Indonesia: P.T.
Gramedia Widiasarana.
Arif. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Paramadina.
Azed, Abdul Bari. 1996. Masalah Kewarganegaraan. Jakarta: IKAPI.
Buchory, Achmad DKK. 2003. Pendidikan Kewarganegaraan Kelas XI Semester
1. Solo: CV. HaKa MJ.
Budiardjo, Miriam. 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: P.T. Gramedia
Pustaka Utama.
Darmadi, Hamid. 2012. Pengantar Pendidikan Kewarganegraan. Bandung:
Alfabeta.
Dwiyanto, Agus. 2003. Reformasi Tata Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
Dwiyanto, Agus. 2003. Teladan dan Pantangan dalam penyelenggaraan
Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Yogyakarta. PSKK.
Dwiyanto, Agus. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan
Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Haris, Syamsuddin. Desentralisasi dan Otonomi Daerah, Jakarta: LIPI Press,
2007.
http://blloger-tentangindah.blogspot.co.id/2010/12/geostrategi.html?m=1
http://dhebotblogbelog.blogspot.co.id/2013/02/rule-of-law-menuju-pemerintahan-
yang.html
http://dinyzulfiqor.blogspot.co.id/2013/05/contoh-makalah-pancasila-sebagai-
dasar.html
http://dwi-rohmawati.blogspot.co.id/2014/04/makalah-pkn-geostrategi.html?m=1
http://efiesunarya.blogspot.co.id/2012/04/sejarah-dan-dinamika-indonesia-
sebagai.html?m=1
http://ernarahim34.blogspot.co.id/2014/03/rule-of-law.html

Pendidikan Kewarganegaraan | 200


http://geostrategi-indonesia.blogspot.co.id/2011/08/geostrategi-
indonesia.html?m=1
http://hanyasekedarblogg.blogspot.co.id/2013/05/geostrategi-indonesia.html?m=1
http://kadeknulus.blogspot.co.id/2012/09/ipend-pancasiladinamika-
kehidupan.html?m=1
http://muliadarmawan.blogspot.co.id/2012/03/perkembangan-desentralisasi-dan-
otonomi.html
http://sandijundira.blogspot.co.id/2014/04/makalah-tentang-pancasila-
sebagai.html
http://www.cintapancasila.com/makna-pancasila-sebagai-ideologi-terbuka/
http://www.otonomidaerah.com.
http://www.undp.or.id/pubs/docs/pemekaran_ID.pdf diakses 17 April 2011
https://www.slideshare.net/mobil/masgar1/geostrategi-
indonesiahttps://fachriaburizal13.wordpress.com/2014/04/24/wawasan-
nusantara/
Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Bandung: Mandar Maju.
Khairul, M.R. 2007. Desentralisasi dan Pemerintah Daerah. Malang: Bayumedia
Publishing.
Mahfud MD, Moh. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia (Studi tentang
Interaksi Politik dan Kehidupan Ketatanegaraan). Jakarta: Rineka Cipta.
Mardiasmo. 2004. Otonomi dan Manajemen Daerah. Yogyakarta. Andi.
Rahayu, Ani Sri. 2013. Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Rauf Maswadi. 2009. Manakar Demokrasi di Indonesia ’Indeks Demokrasi di
Indonesia’. Jakarta: CV. Pustaka Media.
Rogaiyah, Alfitri. 2009. Jurnal PPKn dan Hukum: Demokrasi Kesetaraan atau
Kesenjangan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Sareb Putra, R. Masri (ed). 2010. Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. 2006. Pendidikan Kesadaran
Berkonstitusi. Jakarta: Sekjen dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

Pendidikan Kewarganegaraan | 201


Sumarsono & dkk.2005 Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka.
Sunardi, Purwanto, Tri Bambang,2006, Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Kelas IX SMP dan MTs. Jakarta. Global
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Pancasila dan
Kewarganegaraan. Surabaya: Sunan Ampel Press (SAP).
Tim Nasional Dosen Pendidikan Kewarganegaraan. 2013. Pendidikan
Kewarganegaraan (Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa). Bandung:
Alfabeta.
Teguh kurniawan, dkk. 2006. Desentralisasi dan pemerintah daerah : antara
model demokrasi lokal dan efisiensi struktural. Jakarta: Departemen Ilmu
Addministrasi FSIP UI.
Ubaidillah, Akhmad. 2000. Demokrasi, Ham, dan Masyarakat Madani. Jakarta:
Jakarta Press.
Winarno. 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Winarno, 2013. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Sinar
Grafika.
Winarno. 2007. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT
Bumi Aksara.

Pendidikan Kewarganegaraan | 202

Anda mungkin juga menyukai