Anda di halaman 1dari 5

TEORI – TEORI KEBANGSAAN

a. Teori Ernast Renan, tentang kebangsaan mengemukakan bahwa :

1) Kebangsaan tidak dapat disamakan dengan yang didasarkan


atas kesamaan ras.

2) Bahasa tidak mutlak merupakan dasar suatu kebangsaan

3) Agama tidak pula merupakan dasar suatu kebangsaan.

4) Kepentingan bersama tidak menjadikan sejumlah orang


menjadi suatu kebangsaan.

5) Geografi, atau batas-batas alamiah permukaan bumi, tidak


dapat menjadi dasar suatu kebangsaan.

Menurut E. Renan, kebangsaan adalah suatu kesatuan solidaritas,


kesatuan yang terdiri dari orang-orang yang saling merasa setiakawan
dengan satu sama lain. Kebangsaan adalah satu jiwa, suatu asas spiritual
yaitu suatu kesatuan solidaritas yang besar, tercipta oleh perasaan
pengorbanan yang telah dibuat pada masa lampau dan yang oleh orang-
orang yang bersangkutan bersedia dibuat dimasa depan.
Kebangsaan mempunyai masa lampau, tetapi ia melanjutkan dirinya pada
masa kini melalui suatu kenyataan yang jelas, yaitu kesepakatan, keinginan
yang dikemukakan dengan nyata untuk hidup bersama. Kehadiran suatu
kebangsaan seolah-olah suatu kesepakatan yang terjadi setiap hari.1

b. Teori Ir.Soekarno, Pada pidato pertama tentang Pancasila yang


dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI
mengemukakan negara yang hendak didirikan adalah suatu negara semua
buat semua, bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik

1
BANTARTO BANDORO, J.KRISTIADI , Refleksi Setengah abad Kemerdekaan Indonesia,
CSIS,Jakarta 1995, hlm 13
golongan bangsawan maupun yang kaya tetapi semua buat semua. Inilah
yang menjiwai saat akan dibuatnya suatu dasar negara yang sebenarnya
mendengung sejak tahun 1918, sehingga dasar pertama negara Merdeka
Indonesia ialah dasar kebangsaan. Kebangsaan yang dikemukakan disini
bukan kebangsan yang sempit, kebangsaan yang dimaksud adalah
Nationale Staat, Staat Indonesia bukan berarti staat yang sempit.
Kebangsaan yang dikemukakan oleh Soekarno, bukan hanya kebangsaan
yang hanya kehendak akan bersatu atau manusia yang merasa dirinya
memiliki satu kesatuan solidaritas, jadi hanya bertumpu pada karakter
manusianya. Tetapi kebangsaan yang dimaksudkan oleh Soekarno adalah
persatuan antara manusia dan tempatnya.

Dapat dijelaskan disini adalah kehendak bersatu atau jiwa bersatu


bukan hanya mengingat karakternya saja tetapi perlu mengingat tempat,
dan yang dimaksud tempat adalah tanah air2. Jadi kebangsaan Indonesia
yang oleh Soekarno diuraikan demikian bukan sekedar satu golongan
orang yang hidup dengan di atas daerah yang kecil, tetapi bangsa
Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut geopolitik yang
ditentukan oleh Allah SWT tinggal dikesatuannya semua pulau-pulau di
Indonesia dari ujung Utara Sumatra sampai ke Irian.

c. Teori Nation (bangsa), Konsepsi kebangsaan modern baru


diperkenalkan pada Abad XIX di Eropa. Menurut ErnestRenan.3”Sebuah
bangsa adalah satu solidaritas yang besar yang tidak harus memerlukan
satu bahasa, satu agama atau satu turunan yang menjadi pengikat. Yang
paling penting adalah pengikat jiwanya berkehendak untuk hidup bersama”.
Menurut OttoBauer4 “Bangsa adalah suatu persamaan, satu persatuan
karakter, atau yang tumbuh dan lahir karena kesamaan pengalaman”.
Dalam pengertian modern, terbentuknya suatu bangsa tidak dibatasi oleh
agama tertentu, tidak juga oleh bentuk-bentuk geografis, seperti aliran

2
SUWIDI TONO, Lahirnya Pancasila,PT Visi Gagas Komunika, Jakarta 2003, hlm 14
3
Mayjen TNI I. Putu Sastra Wingarta, Kewaspadaan Nasional dan Implementasinya, (Jakarta :
Lemhannas, 2008), hal 27.
4
Ibid, hal. 27.
sungai, laut, atau gunung. Jadi, kebangsaan yang mencakupi keinginan
untuk bersatu dalam mencapai tujuan dan/atau didukung dengan
persamaan sejarah, yaitu konsep kebangsaan yang diikrarkan pada
Kongres Pemuda pada tahun 1928, tergolong maju dan modern. Konsep
teori kebangsaan harus terus ditumbuhkan pada masyarakat bangsa dan
dikembangkan secara berstruktur yaitu berturut-turut pada tingkat
kesadarannya, kemudian menjadikannya suatu paham dan
mengaktualisasikannya dalam semangat kebangsaan (Edi Sudradjat,
1996). Konsep kebangsaan tidak dapat diterima sebagai suatu yang sudah
jadi, yaitu sekedar warisan dari generasi terdahulu, tetapi harus dipupuk
terus agar hidup subur karena generasi-generasi berikutnya sudah tidak
memiliki ingatan kebersamaan sejarah dengan generasi sebelumnya.

d. Teori Wawasan Kebangsaan.

1) Setiap warga negara suatu bangsa memiliki rasa kebangsaan


dan memiliki wawasan kebangsaan dalam perasaan atau pikiran
dalam hati nuraninya. Rasa kebangsaan merupakan hal tidak dapat
dilihat tapi dapat dirasakan meskipun susah dipahami. Namun
apabila ada persoalan atau masalah yang dapat membangkitkan
getaran dan pikiran ketika rasa kebangsaan tersentuh. Rasa
kebangsaan dapat timbul dan terpendam secara berbeda dari orang
per orang dengan naluri kejuangannya masing-masing, tetapi bisa
juga timbul dalam kelompok yang berpotensi dahsyat dan sangat
luar biasa kekuatannya.

2) Rasa kebangsaan adalah kesadaran berbangsa, yakni rasa


yang lahir secara alamiah karena adanya kebersamaan sosial yang
tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi perjuangan masa
lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah
masa kini. Dinamika rasa kebangsaan dalam mencapai cita-cita
bangsa berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-
pikiran yang bersifat nasional dimana suatu bangsa memiliki cita-cita
kehidupan dan tujuan nasional yang jelas. Berdasarkan rasa dan
paham kebangsaan itu, akan timbul semangat kebangsaan atau
semangat patriotisme.

3) Tuntutan yang timbul dari wawasan kebangsaan suatu


bangsa adalah perwujudan jati diri bangsa, dan pengembangan
sikap dan perilaku sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budaya,
yang lahir dan tumbuh berkembang dan menjelma sebagai
kepribadian bangsa.

4) Wawasan Kebangsaan bagi Bangsa Indonesia dipandang


sebagai falsafah hidup bangsa dan digunakan sebagai “way of life”
atau merupakan kerangka/peta pengetahuan yang mendorong
terwujudnya jati diri dan digunakan sebagai acuan bagi warga
negara Indonesia untuk menghadapi dan menginterpretasi
lingkungannya.

e. Teori Kewarganegaraan. Merujuk teori umum tentang pendidikan


kewarganegaraan (bela negara) atau “civics”, ada beberapa pandangan
dari beberapa pakar yang dapat dikemukakan sebagai berikut. 5 1)
Edmonson, mengemukakan bahwa Civics adalah kajian yang berkaitan
dengan pemerintahan dan yang menyangkut hak dan kewajiban warga
negara. Civics merupakan cabang dari ilmu politik. 2) Elise Boulding,
mengemukakan bahwa perlu adanya pengembangan kebudayaan
kewarganegaraan yang menjelaskan tentang apa yang dapat
disumbangkan terhadap ruang dunia, sumber daya dan kesempatan dan
pengelolaan yang saling ketergantungan. Ruang dunia bukan hanya ruang
fisik, tetapi ruang secara sosial. Tujuan pendidikan kewarganegaraan
adalah menjadikan warga negara yang baik, yaitu; warga negara yang
patriotik, toleran, setia terhadap NKRI, beragama, demokratis dan
Pancasila sejati, (Somantri, 2001:279).

5
Dari :https://books.google.co.id/books?id=h99fnMwDKykC&pg=PA10&lpg=PA10&dq
=kewarganegaraan+Edmonson+Elise+Boulding&source=bl&ots=fK93PZsiP1&sig=B7Dz2OL2dWq
8uLsdzilp80wXwR0&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiKts_46YvMAhUGG6YKHTs8CtAQ6AEIIDAB#v=
onepage&q=kewarganegaraan%20Edmonson%20Elise%20Boulding&f=false

Anda mungkin juga menyukai