Anda di halaman 1dari 4

NAMA : SITI MARYAM A.

ALIYAH
NIM : 2222010627
KELAS : AP-1 I
MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU POLITIK

“KONSEP BANGSA DAN NASIONALISME”

1. KONSEP BANGSA
Bangsa merupakan sekumpulan orang yang memiliki kesamaan asal keturunan, adat,
bahasa, dan sejarah, serta pemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang
biasanya terikat karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu di muka bumi. Misalnya saja
bangsa Indonesia adalah sekelompok manusia yang mempunyai kepentingan yang sama
dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses didalam satu wilayah
Indonesia.

Keberadaan bangsa bagi sebuah negara merupakan suatu hal yang penting, sebab tanpa
bangsa mustahil sebuah negara dapat terbentuk, sebagaimana tertuang dalam unsur-unsur
berdirinya sebuah negara maka unsur penduduk dikategorikan sebagai unsur konstitutif
atau dasar. Adanya keinginan untuk hidup bersama di antara penduduk dalam mencapai
tujuan yang sama dapat membentuk sebuah bangsa.

Definisi bangsa menurut para ahli :


 Ernest Renan (Prancis) “terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup bersama
(hasrat berastu) dengan perasaan setia kawan yang agung.”
 Otto Bauer (Jerman) mengemukakan bahwa “bangsa adalah kelompok manusia yang
mempunyai perasaan karakteristik-karakteristik tumbuh karena adanya persamaan
senasib.
 F. Ratzel (Jerman) “bangsa terbantuk karena adanya hasrat berstu. Hasrat itu timbul
karena adanya rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham
geopolitik).
 Hans Kohn mengungkapkan bahwa “bangsa adalah buah hasil tenaga hidup manusia
dalam sejarah. Suatu bangsa merupakan golongan yang beraneka ragam dan tidak bisa
dirumuskan secara eksak. Kebanyakan bangsa memiliki faktor-faktor objektif tertentu
yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain. Faktor-faktor itu berupa persamaan
keturunan, wilayah, bahasa, adat-istiadat, kesamaan politik, perasaan dan agama.”

Unsur-unsur terbentuknya suatu bangsa menurut Friederich Herzt (Jerman) ada 4 macam :

 Adanya keinginan untuk bersatu secara social, ekonomi, politik, agama,


kebudayaan, dan komunikasi.
 Adanya keinginan untuk mencapai kemerdekaan nasional sepenuhnya dari
dominasi dan campur tangan bangsa asing.
 Adanya keinginan dalam menunjukan ciri khas sendiri melalui kemandirian
keaslian, keunggulan, bahasa, dan lain-lain.
 Adanya keinginan untuk menunjukan keunggulan dalam pergaulan antar bangsa-
bangsa.

2. KONSEP NASIONALISME
Kata nasionalisme selalu bermakna dan berbicara tetang kecintaan warga negara terhadap
negara dan tanah airnya. Nasionalisme adalah sebuah kata yang dapat memberikan rasa
kebersamaan dan kebanggaan terhadap negara sehingga dapat untuk berjuang dan
melakukan apapun demi bangsa dan negaranya.

Secara konseptual dapat dikatakan bahwa nasionalisme adalah sebuah paham yang
berbicara tentang upaya sekelompok manusia yang membentuk satu rasa identitas bersama
dalam rangka menciptakan dan mempertahankan kedaulatan, serta memajukan negara.
Mereka yang menganut paham nasionalis (nasionalisme) menganggap bahwa negara
berdasarkan beberapa kebenaran politik (political legitimacy). Ikatan nasionalisme tumbuh
di tengah masyarakat yang mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan pada
saat itu pula muncul naluri untuk mempertahankan diri dan negerinya dari berbagai
ancaman.

Bentuk-Bentuk Nasionalisme :
Nasionalisme sebagai sebuah paham yang membentuk rasa identitas bersama sebuah
bangsa mempunyai berbagai bentuk, setiap bentuk mencerminkan bagaimana
nasionalisme tersebut muncul. Beberapa bentuk nasionalisme tersebut adalah:
a. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
di mana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
“kehendak rakyat”, “perwakilan politik”. Teori ini mula-mula dibangun oleh Jean-
Jacques Rouseau dan menjadi bahan-bahan tulisan. Anatara tulisan yang terkenal
adalah Du Contract Sociale (Mengenai Kontrak Social).
b. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried
von Herder, yang memperkenalkan konsep volk (bahasa Jerman) yang artinya adalah
“rakyat”.
c. Nasionalisme romantik (disebut juga nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis di mana negara memperoleh kebenaran politik
dari bangsa atau ras, menurut semangat romantisme. Nasionalisme romantik
bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang menepati idealisme romantik; kisah
tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik. Misalnya “Grimm
Bersaudara” kisah yang dinukilkan oleh hender merupakan koleksi kisah-kisah yang
berkaitan dengan etnis Jerman.
d. Nasionalisme budaya adalah sejarah nasionaliseme di mana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya “sifat keturunan”, seperti warna
kulit, rasa, dan sebagainnya. Contoh yang terbaik ialah rakyat Tionghoa yang
menganggap negara berdasarkan kepada budaya. Unsur ras telah dibelakangkan di
mana golongan Manchu serta ras-ras minoritas lain masih dianggap sebagai rakyat
negara Tiongkok. Kesediaan Dinasti Qing untuk menggunakan adat- istiadat China
membuktikan keutuhan budayanya. Banyak rakyat Taiwan menganggap diri mereka
nasionalis China sebab persamaan budaya mereka tetapi menolak RRC karena
pemerintahan RRC berpaham komunisme.
e. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionlistik adalah kuat sehingga
diberi keutamaan lebih untuk mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu
negeri selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarkat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah nasional state adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah
membentuk kerajaan lebih baik dan tersendiri, contoh biasa ialah paham Nazi, secara
nasionalisme kontemporer Turki. Dalam bentuk yang lebih kecil adalah Franquisme
sayap kanan di Spanyol, serta sikap Jacobin terhadap unitaris dan golongan pemusat
negeri Pranscis, seperti juga nasionalisme masyarakat Belgia yang secara ganas
menentang demi mewujudkan hak kesetaraan (equal rights) dan lebih otonom untuk
golongan Fleming, secara nasionalis Basque atau Korsika. Secara sistematis, bila mana
nasionalisme kenegaraan itu kuat akan mewujudkan adanya tarikan yang berkonflik
kepada kesetiaan masyarakat terhadapa wilayah, seperti nasionalisme Turki dan
penindasan yang kejam terhadap suku kurdi, pembangkangan di antara pemerintahan
pusat yang kuat di Spanyol dan Prancis dengan nasionalisme Bosque, Catalan, dan
Corsica.
f. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukan dengan nasionalisme keagamaan. Misalnya, di Irlandia semangat
nasionalisme bersumber dari persamaan agama mereka, yaitu Katolik; nasionalisme di
India seperti yang di amalkan oleh pengikut partai BJB bersumber dari agama Hindu.
(Listyarti dan Setiadi 34-35)

Anda mungkin juga menyukai