Anda di halaman 1dari 18

NASIONALISME

Paham Nasionalisme di Eropa pada Abad-19


Paham nasionalisme berkembang dari Eropa dan sejak abad ke-19 menyebar ke berbagai
negara di dunia, termasuk Indonesia. Secara etimologis nasionalisme berasal dari bahasa
Inggris, yaitu nation yang artinya bangsa. Di Eropa paham nasionalisme dipicu oleh berbagai
peristiwa, seperti terjadinya Revolusi Prancis, Revolusi Industri di Inggris, dan juga Revolusi
Amerika. Beberapa tokoh seperti Hans Kohn, Lothrop Stoddard, dan Otto Bouer memberikan
definisi tentang nasionalisme. Hans Kohn menyebutkan bahwa nasionalisme merupakan
suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada
negara dan bangsa. Lothrop Stoddard memandang nasionalisme sebagai suatu kepercayaan
yang hidup dalam hati rakyat yang berkumpul menjadi suatu bangsa. Otto Bouer mengartikan
paham nasionalisme muncul dikarenakan adanya persamaan sikap dan tingkah laku dalam
memperjuangkan nasib yang sama, misal akibat adanya persamaan penderitaan dan
kesengsaraan sebagai bangsa yang terjajah. Dari pendapat-pendapat di atas, secara garis
besar nasionalisme diartikan sebagai suatu paham atau kesadaran rasa kebangsaan sebagai
bangsa yang didasarkan atas adanya rasa cinta kepada tanah air dalam mencapai,
mempertahankan, mengabadikan identitas, dan integrasi kekuatan bangsanya. Paham
nasionalisme yang berkembang di Eropa tersebut pada perkembangan selanjutnya
memberikan pengaruh terhadap tumbuh kembangnya nasionalisme di kawasan Asia-Afrika,
khususnya di Indonesia. Paham nasionalisme di kawasan AsiaAfrika secara objektif didorong
oleh berbagai faktor, di antaranya persamaan keturunan, bahasa, budaya, kesatuan politik,
adat istiadat, tradisi, agama, dan lain-lain. Konsep nasionalisme semakin berkembang dan
menjadi wacana yang banyak mendapat perhatian, diperdebatkan dan dianut oleh berbagai
negara di dunia setelah berlangsungnya Perang Dunia I. Negara-negara yang pertama
menganut paham nasionalisme adalah Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat.
Masing-masing negara tersebut menyadari akan pentingnya semangat kebangsaan dengan
didasarkan pada:
a. Keinginan untuk dapat bersatu dengan semangat kesetiakawanan yang tinggi
b. Adanya persamaan nasib;
c. Perasaan bersatu antara manusia dengan tempat tinggalnya.
Perkembangan nasionalisme Eropa berlangsung ketika terjadi pergantian tatanan kehidupan
masyarakat, yaitu dari masyarakat feodal menuju masyarakat industri. Perubahan dan
pergantian tersebut diawali dengan terjadinya Revolusi Industri di Inggris.Revolusi Industri ini
pada akhirnya membawa masyarakat pada system kehidupan kapitalis dan liberalis
Pengertian Nasionalisme
Secara etimologi asal kata Nasionalisme berasal dari kata latin natio yang berarti kelahiran,
dan suku. dalam perkembanganya kemudian dikembangkan menjadi nation (bahasa Inggris,
Jerman, dan Belanda) yang artinya adalah bangsa. Dalam pengertian antropologis dan
sosiologis, Bangsa adalah suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing
anggota persekutuan hidup merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama, sejarah dan adat-
istiadat. Sedangkan dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama, dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi
keluar dan kedalam. Untuk membentuk sebuah bangsa,orang-orangnya merasa diri untuk
Bersatu dan harus mauh bersatu. Keinginan untuk bersatu itu bisa disebabkan oleh
persamaan latar belakang sejarah, kebudayan, tradisi, dan kepentingan. misalkan bangsa
Indonesia yang tauh benar bahwa dimasa kejayaanya dibawah pimpinan kerajaan Sriwijaya,
Majapahit dan Mataram dan merasakan penjajahan.
Nasonalisme sebetulnya produk lain dari revolusi prancis. Istilah nasionalisme sebetulnya
sudah ada sejak jaman kuno. Saat terjadi revolusi prancis, beberapa tokoh kemudian
menggabungkan pengertian nasionalisme yang lebih tua ini dengan sebuah gagasan tentang
bangsa. Sejak saat itulah berkembang gagasan tentang bangsa dan nasionalisme. Akan
tetapi gagasan nasionalisme cenderung tidak realistis bahwa ketika kita berbicara bangsa,
bukan saja meliputih faktor budaya dll.. yang dimiliki namun tempat atau wilayah juga sebagai
tempat perkumpulan dan menetap yang kemudian disebut tanah air adalah hal mutlak yang
harus diwujudkan sebagaimana yang dilakukan oleh bangsa Israel.
Dalam konteks bangsa indonesia, beberapa bangsa yang mendiami pulau-pulau mengikatkan
diri pada sebuah bangsa besar bernama indonesia. Kesadaran untuk menjadi satu negara
bangsa (nation) inilah yang melatarblakangi munculnya nasionalisme. Jadi Nasionalisme
adalah suatu paham kesadaran untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa karena adanya
kebersamaan kepentingan, rasa senasib sepenanggungan dalam menghadapi masa lalu dan
masa kini serta kesamaan pandangan, harapan dan tujuan dalam merumuskan cita-cita masa
depan bangsa. Untuk mewujudkan kesadaran tersebut dibutuhkan semangat patriot dan
perikemanusiaan yang tinggi, serta demokratisasi dan kebebasan berfikir sehingga akan
mampu menumbuhkan semangat persatuan dalam masyarakat pluralis. Ketika negara-
negara eropa dengan paham politik imprealisme telah melakukan kolonialisme kemudian
mengakibatkan Penderitaan yang dasyat membuat bangsabangsa dan sala satunya bangsa
indonesia bersatu dan berpegang pada sebuah ideologi pendobrak yakni nasionalisme dan
gagasan persatuan nasional pun mulai tersebar luas hingga menyebar ke seluruh negara
bangsa yang di jajah pada saat itu
Nasionalisme Secara Umum
Apa itu nasionalisme? Pengertian Nasionalisme adalah paham kebangsaan dari masyarakat
suatu negara yang memiliki kesadaran dan semangat cinta tanah air dan bangsa yang
ditunjukkan melalui sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat.
Arti nasionalisme dapat juga didefinisikan sebagai pemahaman dari masyarakat suatu bangsa
yang mempunyai keselarasan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan
sehingga timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.
Beberapa contoh sikap dan perilaku nasionalisme adalah:

• Mematuhi aturan yang berlaku


• Mematuhi hukum negara
• Melestarikan budaya Indonesia
• Menciptakan dan mencintai produk dalam negeri
• Bersedia melakukan aksi nyata membela, mempertahankan, dan memajukan negara
• Dan lain-lain.
Pengertian Nasionalisme Menurut Para Ahli
1. Otto Bauar
Menurut Otto Bauar pengertian nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau
karakter yang timbul karena perasaan senasib.
2. Ernest Renan
Menurut Ernest Renan pengertian nasionalisme adalah kehendak untuk bersatu dan
bernegara.
3. Hans Kohn
Menurut Hans Kohn, Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya National
Counciousness. Dengan perkataan lain nasionalisme adalah formalisasi (bentuk) dan
rasionalisasi dari kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Dan kesadaran
nasional inilah yang membentuk nation dalam arti politik, yaitu negara nasional.
4. L. Stoddard
Menurut L. Stoddard nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian
besar masyarakat di mana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan
memiliki secara bersama di dalam suatu bangsa.
5. Smith
Menurut Smith, definisi nasionalisme adalah suatu gerakan ideologis yang digunakan
untuk meraih dan memelihara otonomi, kohesi, dan individualitas. Gerakan ini dilakukan
oleh satu kelompok sosial tertentu yang diakui oleh beberapa anggotanya guna
membentuk atau menentukan satu bangsa atau yang berupa potensi saja.
Teori dan Tokoh Nasionalisme

• Ernest Renan
Unsur utama dalam nasionalisme adalah le desir de’etre ensemble (kemauan untuk
bersatu). Kemauan bersama ini disebut nasionalisme yaitu suatu paham yang memberi
ilham kepada sebagian besar penduduk bahwa nation state adalah cita-cita dan
merupakan bentuk organisasi politik yang sah, sedangkan bangsa merupakan sumber
semua tenaga kebudayaan dan kesejahteraan ekonomi.
• Otto Bauer
Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul dari adanya
national consiousnis atau kesadaran nasional berbangsa dan bernegara sendiri.
• Mahatma Ghandi
India untuk menghadapi Inggris membentuk organisasi kebangsaan dengan nama ”All
India National Congres”. Tokohnya, Mahatma Gandhi, Pandit Jawaharlal Nehru, B.G.
Tilak, dsb. Akan tetapi tokoh pergerakan yang paling tersohor dan salah satu tokoh
nasioanalisme yang paling terpopuler adalah nasionalisme adalah Mahatma Gandhi yang
memiliki konsepsi dasar perjuangan:
• Ahimsa (dilarang membunuh) yaitu gerakan anti peperangan.
• Hartal, merupakan gerakan dalam bentuk asli tanpa berbuat apapun walaupun mereka
masuk kantor atau pabrik.
• Satyagraha, merupakan gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan
pemerintah kolonial Inggris.
• Swadesi, merupakan gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan
negeri sendiri. (Selain itu adanya pendidikan Santiniketan oleh Rabindranath Tagore).
• Sun Yat Sen
Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen, yang mengadakan pembaharuan dalam
segala sektor kehidupan bangsa Cina. Dia menentang kekuasaan Dinasti Mandsyu. Dasar
gerakan San Min Chu:
• Republik Cina adalah suatu negara nasional Cina
• Pemerintah Cina disusun atas dasar demokrasi (kedaulatan berada di tanggan
rakyat)
• Pemerintah Cina mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya. Apa yang
dilakukan oleh Dr. Sun Yat Sen sangat besar pengaruhnya terhadap pergerakan
rakyat Indonesia. Terlebih lagi setelah terbentuknya Republik Nasionalis Cina (1911).
• Mustafa Kemal Pasha
Dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha menuntut pembaharuan dan modernisasi di segala
sektor kehidupan masyarakatnya. Ia ingin agar dapat menumbangkan Khilafah (Negeri
Islam) dengan faham racun (nasionalisme dan sekulerisme). Mustafa Kemal merupakan
agen Inggris (Negeri Penjajah). Gerakan Turki Muda ini banyak mempengaruhi munculnya
pergerakan nasional di Indonesia.
• Arabi Pasha
Dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa
Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir. Adanya pandangan modern dari Mesir
yang dikemukakan oleh Muhammad Abduh mempengaruhi berdirinya organisasi-
organisasi keagamaan di Indonesia seperti Muhammaddiyah.Intinya dengan gerakan
kebangsaan dari berbagai negara tersebut mendorong negara-negara lain termasuk
Indonesia untuk melakukan hal yang sama yaitu melawan penjajahan dan kolonialisme di
negaranya.
• Bung Karno
Nasionalisme itu yalah suatu iktikad; suatu keinsyafan rakyat, bahwa rakyat itu ada satu
golongan, satu "bangsa" lanjut bung karno nasionalisme bukan saling mengecualikan
akan tetapi saling bersahabat karna kemanusiaan adalah satu.
Tujuan Nasionalisme
Sikap nasionalisme di suatu negara memiliki tujuan tertentu. Berikut ini adalah beberapa
tujuan nasionalisme:

• Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
• Membangun hubungan yang rukun dan harmonis antar individu dan masyarakat.
• Membangun dan mempererat tali persaudaraan antar sesama anggota masyarakat.
• Berupaya untuk menghilangkan ekstrimisme atau tuntutan berlebihan dari warga negara
kepada pemerintah.
• Menumbuhkan semangata rela berkorban bagi tanah air dan bangsa.
• Menjaga tanah air dan bangsa dari serangan musuh, baik dari luar maupun dari dalam
negeri.
Ciri-Ciri Nasionalisme
Nasionalisme dapat kita kenali dari karakteristiknya. Menurut Drs. Sudiyo, ciri-ciri
nasionalisme adalah sebagai berikut:

• Adanya persatuan dan kesatuan bangsa.


• Adanya organisasi modern yang sifatnya nasional.
• Perjuangan yang dilakukan sifatnya nasional.
• Nasionalisme bertujuan untuk kemerdekaan dan mendirikan suatu negara merdeka
dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
• Nasionalisme lebih mengutamakan pikiran, sehingga pendidikan memiliki peranan penting
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Semangat nasionalisme juga tertuang dalam Pancasila, yaitu pada sila ke-3 Pancasila yang
bunyinya “Persatuan Indonesia” denga ciri-ciri:

• Rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa Indonesia.


• Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara.
• Bangga memiliki tanah air dan bangsa Indonesia.
• Memposisikan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Nasionalisme dan Negara Bangsa


Hubungan negara dan warga negara sangat kuat, tidak dapat dilepaskan dari paham
nasionalisme. Kewarganegaraan merupakan konsekuensi dari paham nasionalisme. Dengan
terbentuknya negara bangsa atau negara modern maka yang paling penting adalah siapa-siapa
yang menjadi warga negara dan negara bangsa tersebut. Nasionalisme memiliki banyak arti,
tergantung dari penekanan dan sudut pandang yang dipakai. Nasionalisme dapat diartikan
kesadaran diri suatu bangsa. Nasionalisme berkaitan dengan gagasan dan sentimen tentang
identitas nasional bersamaan dengan identitas seperti okupari, agama, suku, kelas, gender dan
lain-lain. Nasionalisme juga merupakan gerakan untuk meraih dan memelihara otonomi kohesi
dan individualitas bagi suatu kelompok.
Nasionalisme terbagi menjadi 5 jenis yaitu :

1. Nasionalisme humaniter
2. Nasionalisme yacobin
3. Nasionalisme tradisional
4. Nasionalisme liberal
5. Nasionalisme integral

Konsep nasionalisme dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang meletakkan kesetiaan
tertinggi seseorang pada suatu negara tertentu. Konsep nasionalisme berasal dari peradaban
purba Yunani dan Ibrani Purba. Yang kemudian diubah pandangannya oleh kaum
kosmopolitan dengan pendapat tidak ada bangsa yang ada warga dunia. Dengan munculnya
Rennaissance dan reformasi maka nasionalisme kemudian tumbuh dan berkembang dan
akhirnya lahirlah bangsa-bangsa modern.
Revolusi Prancis pada tahun 1789 mengakibatkan perombakan total pada berbagai bidang
politik, negara memiliki peranan yang sangat penting memahami pendidikan agar terbentuk
generasi muda nasionalis. Revolusi ini digerakkan oleh bangsawan nasionalis.
Indonesia dapat dicirikan sebagai satu negara modern didasari dengan semangat kebangsaan
atau nasionalisme yaitu masyarakat untuk membangun masa depan bersama negara walaupun
berbeda-beda suku, agama, ras, etnik, budayadan golongan. Nasionalisme lahir pada abad 20
dengan adanya organisasi Boedi Oetomo yang menghasilkan ketetapan Sumpah Pemuda pada
tanggal 20 Oktober 1928. Tetapi pada saat itu belum dilandasi dengan nasionalisme. Akar
nasionalisme muncul setelah para pemuda belajar di Belanda atau belajar dari pemerintah
jajahanyang memunculkan nasionalisme modern karena melampaui batas-batas etnis.
Untuk membentuk negara lebih sulit daripada membentuk pemerintahan khususnya bangsa
yang majemuk seperti Indonesia. Agar terbentuk negara modern harus memiliki wawasan
kenegaraan dan dasar-dasar kultur Politik Nasional yang bersifat abstrak dan lembaga-lembaga
negara yang bersifat konkrit untuk mewujudkan kepentingan rakyat. Perlu adanya integrasi
nasional yang solid.
Dalam merancang lembaga-lembaga negara Indonesia bersumber dari :

1. Esensi kultur politik tradisional yang dianut masyarakat Indonesia yang sifatnya majemuk
2. Faham atau institusi kenegaraan modern yang dianut pemimpin pergerakan kemerdekaan
Indonesia.
Dari faham dan institusi kenegaraan modern disepakati bahwa paham negara yang berdasarkan
hukum, bentuk negara yang republik, kedaulatan rakyat atau demokrasi, pemilihan umum,
sistem pemerintahan presidensiil, pengawasan oleh dewan perwakilan rakyat, otonomi
daerahdan jaminan hak warga negara dan penduduk. Dengan kesepakatan tersebut maka
terbentuklah negara Indonesia.

Bentuk Nasionalisme

1. Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil)

Merupakan bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari


penyertaan aktif rakyatnya, kehendak rakyat, atau perwakilan politik.

2. Nasionalisme Etnis

Adalah sejenis semangat kebangsaan dimana negara memperoleh kebenaran politik dari
budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.

3. Nasionalisme Romantik/Organik/Identitas

Dimana negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi (organik) hasil dari bangsa
atau ras; menurut semangat romantisme.

4. Nasionalisme Budaya

Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.

5. Nasionalisme Kenegaraan

Variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan


nasionalistik adalah kuat sehingga diberi keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.

6. Nasionalisme Agama
Bentuk nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama.

Prinsip Nasionalisme
Semangat nasionalisme dalam negara kebangsaan dijiwai oleh lima prinsip nasionalisme, yakni:

1) kesatuan (unity), dalam wilayah teritorial, bangsa, bahasa, ideologi, dan doktrin kenegaraan,
sistem politik atau pemerintahan, sistem perekonomian, sistem pertahanan keamanan, dan
policy kebudayan;
2) kebebasan (liberty, freedom, independence), dalam beragama, berbicara dan berpendapat lisan
dan tertulis, berkelompok dan berorganisasi;
3) kesamaan (equality), dalam kedudukan hukum, hak dan kewajiban;
4) kepribadian (personality) dan identitas (identity), yaitu memiliki harga diri (self estreem), rasa
bangga (pride) dan rasa sayang (depotion) terhadap kepribadian dan identitas bangsanya yang
tumbuh dari dan sesuai dengan sejarah dan kebudayaannya;
5) prestasi (achievement), yaitu cita-cita untuk mewujudkan kesejahteraan (welfare) serta
kebesaran dan kemanusiaan (the greatnees adn the glorification) dari bangsanya

Sejarah Nasionalisme Dunia

Nasionalisme di Indonesia
Faktor Pendorong Nasionalisme Di Indonesia
Nasionalisme di dorong oleh sejarah internal dan eksternal
Eksternal

a. Pada tahun 1905 Jepang menang atas Rusia dalam peperangan, sehingga menaikkan rasa
percaya diri bahwa bangsa berwarna mampu mengalahkan bangsa kulit putih
b. Terbentuknya negara-negara baru yang merupakan hasil dari munculnya nasionalisme di daerah
Asia dan Afrika
c. Beberapa prinsip Woodrow Wilson yang terdapat dalam Wilson 14 points. Semua hal tersebut
dapat diserap oleh kaum terpelajar Indonesia saat menuntut ilmu di luar negeri.

Internal
a. Kejayaan bangsa Indonesia sebelum kedatangan bangsa barat di bawah kerajaan
Sriwijaya, Mataram dan Majapahit.
b. Penderitaan rakyat akibat politik Drainaga (pengerukaan kekayaan)
c. Adanya Diskriminasi rasial.
d. Munculnya golongan terpelajar pada awal abad ke-20 ketika di terapkan politik etis oleh
kolonial.
Penerapan politik inilah peluang bagi bangsa indonesia secara strategi, sehingga kemudian
dimanfaatkan oleh para pendiri bangsa indonesia untuk mengenyam pendidikan yang selama
ini telah dieksploitasi oleh Belanda. Ketika suda banyak pribumi yang mengenyam pendidikan
lanjut kemudian mulai lah merumuskan format perlawanan yang baru, sala satunya adalah
pembentukan organisasi-organisasi kepemudaan.
Organisasi gerakan modern
Budi Utomo (BU, 20 Mei 1908)
Gagasan pertama pembentukan Budi Utomo berasal dari dr. Wahidin Sudirohusodo, seorang
dokter Jawa dari Surakarta. Ia menginginkan adanya tenaga-tenaga muda yang terdidik secara
Barat, namun pada umumnya pemuda-pemuda tersebut tidak sanggup membiayai dirinya
sendiri. Sehubungan dengan itu perlu dikumpulkan beasiswa (study fond) untuk membiayai
mereka.
Pada tahun 1908 dr. Wahidin bertemu dengan Sutomo, pelajar Stovia. Dokter Wahidin
mengemukakan gagasannya pada pelajar-pelajar Stovia dan para pelajar tersebut menyambutnya
dengan baik. Secara kebetulan para pelajar Stovia juga memerlukan adanya suatu wadah yang
dapat menampung kegiatan dan kehidupan budaya mereka pada umumnya. Sehubungan
dengan itu pada tanggal 20 Mei 1908 diadakan rapat di satu kelas di Stovia. Rapat tersebut
berhasil membentuk sebuah organisasi bernama Budi Utomo dengan Sutomo ditunjuk sebagai
ketuanya.
Pada awalnya tujuan Budi Utomo adalah menjamin kemajuan kehidupan sebagai bangsa yang
terhormat. Kemajuan ini dapat dicapai dengan mengusahakan perbaikan pendidikan,
pengajaran, kebudayaan, pertanian, peternakan, dan perdagangan. Namun sejalan dengan
berkembangnya waktu tujuan dan kegiatan Budi Utomo pun mengalami perkembangan.
Pada tahun 1914 Budi Utomo mengusulkan dibentuknya Komite Pertahanan Hindia (Comite
Indie Weerbaar). Budi Utomo menganggap perlunya milisi bumiputra untuk mempertahankan
Indonesia dari serangan luar akibat Perang Dunia Pertama (PD I, 1914 – 1918). Namun, usulan
itu tidak dikabulkan dan justru pemerintah Belanda lebih mengutamakan pembentukan Dewan
Rakyat Hindia (Volksraad). Selanjutnya ketika Volksraad (Dewan Rakyat) didirikan, Budi
Utomo aktif dalam lembaga tersebut. Pada tahun 1932 pemahaman kebangsaan Budi Utomo
makin berkembang maka pada tahun itu pula mereka mencantumkan cita-cita Indonesia
merdeka dalam tujuan organisasi.

Serikat Islam (SI, Agustus 1911)


Berbeda dengan Budi Utomo yang mula-mula hanya mengangkat derajat para priyayi khususnya
di Jawa, maka organisasi Serikat Islam mempunyai sasaran anggotanya yang mencakup seluruh
rakyat jelata yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Pada tahun 1909 R.M. Tirtoadisuryo
mendirikan perseroan dalam bentuk koperasi bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Perseroan
dagang ini bertujuan untuk menghilangkan monopoli pedagang Cina yang menjual bahan dan
obat untuk membatik. Persaingan pedagang batik Bumiputra melalui SDI dengan pedagang Cina
juga nampak di Surakarta. Oleh karena itu Tirtoadisuryo mendorong seorang pedagang batik
yang berhasil di Surakarta, Haji Samanhudi untuk mendirikan Serikat Dagang Islam. Setahun
setelah berdiri, Serikat Dagang Islam tumbuh dengan cepat menjadi organisasi raksasa. Sekitar
akhir bulan Agustus 1911, nama Serikat Dagang Islam diganti menjadi Serikat Islam (SI). Hal ini
dilakukan karena adanya perubahan dasar perkumpulan, yaitu mencapai kemajuan rakyat yang
nyata dengan jalan persaudaraan, persatuan dan tolong-menolong di antara kaum muslimin.
Anggota SI segera meluas ke seluruh Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi. Sebagian besar
anggotanya adalah rakyat jelata. Serikat Islam ini dapat membaca keinginan rakyat, dengan
membantu perbaikan upah kerja, sewa tanah dan perbaikan sosial kaum tani. Perkembangan
yang cepat ini terlihat pada tahun 1917 dengan jumlah anggota mencapai 450.000 orang yang
tersebar pada 84 cabang.
Meningkatnya anggota Serikat Islam secepat ini, membuat pemerintah Hindia Belanda menaruh
curiga. Gubernur Jenderal Idenburg berusaha menghambat pertumbuhannya. Kebijakan yang
diambil antara lain dengan cuma memberikan izin sebagai badan hukum pada tingkat lokal.
Sebaliknya pada tingkat pusat tidak diberikan izin sebab dianggap membahayakan, jumlah
anggota yang terlalu besar diperkirakan akan dapat melawan pemerintah.
Dalam kongres tahunannya pada tahun 1916, H.O.S Cokroaminoto mengusulkan kepada
pemerintah untuk membentuk Komite Pertahanan Hindia. Hal itu menunjukkan bahwa
kesadaran politik bangsa Indonesia mulai meningkat. Dalam kongres itu diputuskan pula adanya
satu bangsa yang menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
Sementara itu orang-orang sosialis yang tergabung dalam de Indische Sociaal Democratische
Vereeniging (ISDV) seperti Semaun, Darsono, dan lain-lain mencoba mempengaruhi SI. Sejak
itu SI mulai bergeser ke kiri (sosialis). Melihat perkembangan SI itu, pimpinan SI yang lain
kemudian menjalankan disiplin partai melalui kongres SI bulan Oktober 1921 di Surabaya.
Selanjutnya SI pecah menjadi SI “putih” di bawah Cokroaminoto dan SI “merah” di bawah
Semaun dan Darsono. Dalam Perkembangan SI “merah” ini bergabung dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang telah berdiri sejak 23 Mei 1920.
Dalam kongres Serikat Islam di Madiun pada tahun 1923 nama Serikat Islam diganti menjadi
Partai Serikat Islam (PSI). Partai ini bersifat nonkooperasi yaitu tidak mau bekerjasama dengan
pemerintah tetapi menginginkan adanya wakil dalam Dewan Rakyat (Volksraad).

Muhammadiyah (18 November 1912)


Pada tanggal 18 November 1912 Muhammadiyah didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan di
Yogyakarta. Organisasi Muhammadiyah bergerak di bidang pendidikan, sosial dan budaya.
Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam dalam pelaksanaan hidup sehari-
hari agar sesuai dengan Al-Qur‟an dan Hadits. Muhammadiyah berusaha memberantas semus
jenis perbuatan yang tidak sesuai dengan al-Qur‟an dan hadits. Di samping itu, Muhammadiyah
juga giat memerangi penyakit TBC (Taklid, Bid’ah dan Churafat) yang menghinggapi masyarakat
khususnya di Jawa.
Praktik Churafat atau lebih dikenal dengan praktik-praktik amalan ibadah yang salah menurut
Islam, karena mendekati takhayul, perilaku syirik (menyekutukan Tuhan) yang banyak terjadi di
lingkungan Kerajaan Mataram Yogyakarta dan sekitarnya seperti: percaya kepada kekuatan keris,
tombak, peristiwa gerhana bulan dianggap sebagai Buta Ijo sedang memakan bulan, dan bahkan
ada yang percaya kepada Nyi Roro Kidul. Hal itu barangkali alasan yang dapat menjawab
pertanyaan mengapa Muhammadiyah lahir di kota Yogyakarta.
Untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah melakukan berbagai usaha seperti: mendirikan
sekolah-sekolah, mendirikan rumah sakit, mendirikan panti asuhan, mendirikan rumah anak
yatim piatu dan lain-lain.
Di bidang pendidikan Muhammadiyah mendirikan dan mengelola sekolah-sekolah dari tingkat
Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi. Di sekolah-sekolah Muhammadiyah selain
diajarkan agama juga diajarkan pelajaran umum yang mengacu pada kaidah-kaidah modern.
Pendidikan mengenal sistem kurikulum kelas atau tingkatan, sebagaimana dilakukan sekolah
model Barat.
Dalam perkumpulan Muhammadiyah terdapat bagian wanita yang disebut Aisyiah, bagian
khusus anak gadis disebut Nasyiatul Aisiyah, dan kepanduan yang disebut, Hizbul Wathan.

Indische Partij (IP, 1912)


Organisasi yang sejak berdirinya sudah bersikap radikal adalah Indische Partij. Organisasi ini
dibentuk pada tanggal 25 Desember 1912 di kalangan orang-orang Indo di Indonesia yang
dipimpin oleh Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (dr. Danudirja Setiabudi). Cita-citanya
adalah agar orang-orang yang menetap di Hindia Belanda (Indonesia) dapat duduk dalam
pemerintahan. Adapun semboyan IP adalah Indie Voor de Indier (Hindia bagi orang-orang yang
berdiam di Hindia).
Dalam menjalankan propagandanya ke Jawa Tengah, E.F.E Douwes Dekker bertemu dengan
Cipto Mangunkusumo yang telah meninggalkan Budi Utomo. Cipto Mangunkusumo terkenal
dalam Budi Utomo dengan pandangan-pandangannya yang radikal, segera terpikat pada ide
Douwes Dekker. Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) dan Abdul Muis yang berada di
Bandung juga tertarik pada ide Douwes Dekker tersebut. Dengan dukungan tokoh-tokoh
tersebut, Indische Partij berkembang menjadi 30 cabang dengan 7.300 orang anggota, sebagian
besar terdiri atas orang-orang Indo-Belanda.
Indische Partij berjasa memunculkan konsep Indie voor de Indier yang sesungguhnya lebih luas
dari konsep “Jawa Raya” dari Budi Utomo. Dibandingkan dengan Budi Utomo, Indische Partij
telah mencakup suku-suku bangsa lain di nusantara. Budi utomo dalam perkembangannya
terpengaruh juga oleh cita-cita nasionalisme yang lebih luas. Hal ini dialami juga oleh organisasi-
organisasi lain yang keanggotaannya terdiri atas suku-suku bangsa tertentu, seperti Serikat
Ambon, Serikat Minahasa, Kaum Betawi, Partai Tionghoa Indonesia, Serikat Selebes, dan Partai
Arab-Indonesia. Cita-cita persatuan ini kemudian berkembang menjadi nasionalisme yang
kokoh, hal ini menjadi pokok.
Masa akhir Indische Partij terjadi setelah Suwardi Suryaningrat dan Cipto Mangunkusumo
ditangkap. Pemerintah Belanda menganggap Indische Partij mengganggu serta mengancam
ketertiban umum. Oleh karena itu, para pemimpinnya ditangkap dan dibuang. dr. E.F.E.
Douwes Dekker atau dr. Danudirja Setiabudi dibuang ke Kupang (NTT), dr. Cipto
Mangunkusumo dibuang ke Bandanaira di Kepulauan Maluku, dan Raden Mas Suwardi
Suryaningrat dibuang ke Pulau Bangka. Akhirnya kedua tokoh tersebut meminta dibuang ke
negeri Belanda. Demikian juga Douwes Dekker dibuang ke Belanda dari tahun 1913 sampai
dengan 1918.
Pada saat pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan negeri Belanda dari
Belgia, tokoh yang disebut terakhir ini juga menulis sebuah artikel berjudul “Als Ik de
Netherlander was” (seandainya aku seorang Belanda) yang berisikan kritikan pedas terhadap
pemerintah. Kelak karena permohonan ketiga tokoh itu sendiri, akhirnya mereka dibuang ke
negeri Belanda.

Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia)


Indische Vereeniging atau Perhimpunan Hindia adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia
di Negeri Belanda yang berdiri pada tahun 1908. Indische Vereeniging berdiri atas prakarsa
Soetan Kasajangan Soripada dan R.M. Noto Soeroto yang tujuan utamanya ialah mengadakan
pesta dansa-dansa dan pidato-pidato. Sejak Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi
Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara) masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai
masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi
bangsa Indonesia. Semenjak itulah vereeninging ini memasuki kancah politik. Waktu itu pula
vereeniging menerbitkan sebuah buletin yang diberi nama Hindia Poetera, tetapi isinya sama
sekali tidak memuat tulisan-tulisan bernada politik.
Semula, gagasan nama Indonesisch (Indonesia) diperkenalkan sebagai pengganti indisch
(Hindia) oleh Prof Cornelis van Vollenhoven (1917). Sejalan dengan itu, inlander (pribumi)
diganti dengan indonesiër (orang Indonesia
Pada September 1922, saat pergantian ketua antara Dr. Soetomo dan Herman Kartawisastra
organisasi ini berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging. Saat itu istilah "Indonesier" dan
kata sifat "Indonesich" sudah tenar digunakan oleh para pemrakarsa Politik Etis. Para anggota
Indonesische juga memutuskan untuk menerbitkan kembali majalah Hindia Poetra dengan
Mohammad Hatta sebagai pengasuhnya. Majalah ini terbit dwibulanan, dengan 16 halaman dan
biaya langganan seharga 2,5 gulden setahun. Penerbitan kembali Hindia Poetra ini menjadi
sarana untuk menyebarkan ide-ide antikolonial. Dalam 2 edisi pertama, Hatta menyumbangkan
tulisan kritik mengenai praktik sewa tanah industri gula Hindia Belanda yang merugikan
petani.[2]
Saat Iwa Koesoemasoemantri menjadi ketua pada 1923, Indonesische mulai menyebarkan ide
non-kooperasi yang mempunyai arti berjuang demi kemerdekaan tanpa bekerjasama dengan
Belanda. Tahun 1924, saat M. Nazir Datuk Pamoentjak menjadi ketua, nama majalah Hindia
Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka. Tahun 1925 saat Soekiman Wirjosandjojo nama
organisasi ini resmi berubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Hatta menjadi Voorzitter (Ketua) PI terlama yaitu sejak awal tahun 1926 hingga 1930,
sebelumnya setiap ketua hanya menjabat selama setahun. Perhimpunan Indonesia kemudian
menggalakkan secara terencana propaganda tentang Perhimpunan Indonesia ke luar negeri
Belanda.
Tokoh-tokoh lain yang menjadi anggota organisasi ini antara lain: Achmad Farhan ar-rosyid,
Soekiman Wirjosandjojo, Arnold Mononutu, '''Soedibjo Wirjowerdojo''', Prof Mr Sunario
Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdul Madjid, Sutan Sjahrir, Sutomo, Ali Abdurabbih,
Wreksodiningrat, dll.

Partai Nasionalisme Indonesia


Kesadaran atas segala penindasan kemudian melahirkan pembentukan stady clap sebagai
cikal bakal pembentukan Partai Nasioanalisme Indonesia (PNI) yang didirikan oleh bung
Karno pada tahun 1927 dan bung karno pula sebagai ketuanya.
Upaya menggalang persatuan
1. Pembentukan permufakatan Perhimpunan Politik Kebngsaan Indonesia (PPPKI) yang
terdiri dari Muhammadiah, Jong Islamiche, sarekat ambon, madura.
2. gerakan pemuda kedaerahan pertama di indonesia adalah Trikoro Darmo berdiri tanggal
7 Maret 1915 oleh pemuda-pemuda jawa dengan tokoh satiman, kadarman, sumardi,
jaksodipuro.
3. Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia pada tahun 1926.
Kongres Pemuda Indonesia (Sumpah Pemuda)

Sesuai dengan namanya sumpah pemuda dirancang oleh para pemuda. Hal tersebut mereka
lakukan karena sadar bahwa untuk membangun Bangsa Indonesia yang majemuk harus
dibarengi dengan semangat nasionalisme. Proses lahirnya sumpah pemuda pun juga terjadi atas
hasil kerja sama antar pemuda.

Semangat nasionalisme tersebut akan bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dengan
adanya sumpah pemuda. Oleh karena itu penting bagi kita para generasi penerus bangsa untuk
menghayati makna dibalik peristiwa bersejarah ini. Untuk simak artikel dibawah ini yang akan
mengupas tuntas sejarah dan isi sumpah pemuda.

Apa Itu Sumpah Pemuda?


Sumpah pemuda adalah suatu sumpah dari pemuda pemudi yang menjadi bukti nyata bahwa
pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh sebab itu sudah sepatutnya
semua rakyat Indonesia memperingati peristiwa 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa
Indonesia.
Momentum lahirnya bangsa Indonesia itu merupakan hasil dari perjuangan panjang rakyat
Indonesia selama ratusan tahun. Sebuah perjuangan melawan penindasan di bawah kekuasaan
kaum penjajah pada era itu. Akibat kondisi yang demikian itu akhirnya memunculkan
semangat para pemuda.

Sebuah tekad untuk membulatkan tekad demi menjunjung tinggi harkat dan martabat hidup
rakyat asli Indonesia. Keinginan kuat inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat
Indonesia sehingga sukses meraih kemerdekaannya 17 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal
17 Agustus 1945.

Peristiwa Menjelang Sumpah Pemuda


Perjuangan rakyat Indonesia menghadapi para penjajah ini, bisa diklasifikasikan menjadi dua yakni
sebelum tahun 1908 dan setelah tahun 1908. Perjuangan sebelum tahun 1908 selalu bisa digagalkan
oleh penjajah. Karena pada saat itu perjuangan masih bersifat kedaerahan dan berbentuk perlawanan
fisik dengan senjata seadanya.

Karena kegagalan demi kegagalan yang terjadi itulah sehingga mendorong para pejuang untuk
mengubah taktik perjuangan melalui organisasi sosial politik. Akhirnya pada permulaan tahun
1908 mulai bermunculan berbagai organisasi pergerakan nasional seperti Budi Utomo, Sarekat
Islam, Indische Partij, dan PNI.

Semenjak itu arah perjuangan bangsa Indonesia semakin terlihat baik dan tegas dalam
mewujudkan persatuan nasional.

Nama Indonesia pertama kali dipakai oleh Perhimpunan Indonesia di tahun 1908.
Perhimpunan Indonesia merupakan sebuah organisasi yang diinisiasi oleh pelajar-pelajar
Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Perhimpunan ini ketika dibentuk bernama Indische
vereeniging.

Kemudian di tahun 1922 dirubah menjadi indonesische vereeniging. Namun di tahun yang
sama namanya berganti menjadi Perhimpunan Indonesia. Pahlawan-pahlawan Indonesia
seperti Ki Hajar Dewantara, Budi Utomo dan Dr. Muhammad Hatta ikut memperkenalkan
istilah Indonesia untuk menandingi nama Hindia Belanda yang digunakan oleh pemerintahan
kolonialisme pada era itu.

Kongres Pemuda 1
Terlaksananya Kongres Pemuda 1 tidak lepas dari peran Perhimpunan Indonesia dan pelajar
Indonesia PPPI yang peresmiannya baru dilakukan di tahun 1926. Anggota dari organisasi-
organisasi tersebut ialah pelajar-pelajar yang berasal dari sekolah tinggi yang ada di Jakarta dan
di Bandung.

Tokoh-tokoh PPPI antara lain ialah Sugondo Djojopuspito, Sigit, Abdul Syukur, Gularso,
Sumitro, Samijono, Hendromartono, Subari, dan yang lainnya. Organisasi PPPI di Indonesia
biasa memperoleh kiriman majalah Indonesia Merdeka dari Perhimpunan Indonesia yang
berada di negeri Belanda.
Selain itu menjadi Indonesia merdeka terbitan PPPI di negeri Belanda. PPPI sendiri juga
membuat majalah Indonesia Raya dimana Abu Hanifah yang menjadi pimpinan redaksinya.
Dari gagasan-gagasan yang dikeluarrkan oleh PPPI sudah mencerminkan semangat persatuan
dan kesatuan.

Hal ini seperti yang terdapat pada Perhimpunan Indonesia yang ditunjukkan dengan keinginan
pemuda-pemuda di Bandung yang berharap supaya rakyat Indonesia mulai melepaskan sifat-
sifat kedaerahan. Selain itu keinginan ini juga terjadi atas dorongan yang dilakukan oleh Mr.
Sartono dan Mr. Sunario.

Kemudian terbetnuk organisasi bernama Jong Indonesia yang berubah nama menjadi Pemuda
Indonesia pada tanggal 20 Februari 1927. Tokoh yang pernah menjadi pemimpin dari
organisasi ini diantaranya adalah Sugiono, Moeljadi, Soepangkat, Soekasmo, Soelasmi, Abdul
Gani, Kotjo Sungkono, dan Agus Prawiranata.

Sedangkan yang menjadi ketua saat pertama kali adalah Sugiono. Meskipun termasuk sebagai
sebuah organisasi pergerakan politik, akan tetapi organisasi ini tidak langsung terjun ke dunia
politik ketika baru dibentuk. Sehingga terjadi perdebatan selama beberapa tahun untuk
menentukan bentuk persatuan yang diharapkan.

Hasil Kongres Pemuda 1

Hingga akhirnya pada tanggal 30 April 1926 sampai 2 Mei 1926 diadakan Kongres Pemuda 1
di Jakarta. Tujuan dari diadakannya Kongres Pemuda 1 adalah untuk menciptakan sebuah
badan sentral organisasi pemuda yang menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa sehari-hari bagi rakyat Indonesia.

Terdapat beberapa poin peting yang menjadi hasil dari diadakannya Kongres Pemuda 1, yaitu:

1. Mengakui dan menerima cita-cita untuk mewujudkan persatuan Indonesia (meskipun


dalam hal ini masih belum jelas).
2. Adanya upaya untuk menghilangkan pandangan adat, sifat kedaerahan yang kolot, dan
sebagainya.

Kongres Pemuda 2
Di tanggal 27 sampai 28 Oktober 1928 diselenggarakan Kongres Pemuda 2 dengan Soegondo
Djojopoespito dari PPPI sebagai pimpinan acara. Pada Kongres Pemuda 2 inilah didapatkan hasil yang
penting yakni Sumpah Pemuda. Dalam acara inilah lagu Indonesia Raya yang dibuat oleh Wage Rudolf
Supratman ditetapkan sebagai lagu negara.

Menjelang Kongres Pemuda Kedua

Semenjak Kongres Pemuda tahun 1926 Pertama telah diinisiasi sebuah badan untuk
mempersatukan berbagai organisasi pergerakan pemuda. Dalam rangka menindaklanjuti hasil
Kongres yang pertama, diselenggarakan sebuah pertemuan. Akan tetapi pada pertemuan
tersebut belum didapatkan hasil yang baik.

Oleh karena itu organisasi Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI) mengusulkan


diadakan Kongres Pemuda 2. PPPI merupakan organisasi yang beranggotakan para pelajar dari
Hindia Belanda. Kemudian di tanggal 3 Mei dan 12 Agustus 1928 diselenggarakan pertemuan
sebagai persiapan Kongres Kedua.

Dalam acara persiapan tanggal 12 Agustus 1928 itu dihadiri oleh seluruh utusan dari setiap
organisasi pemuda. Selain itu, juga dihasilkan sebuah kesepakatan untuk mengadakan acara
Kongres Pemuda Kedua pada bulan Oktober 1928 yang panitianya diambil satu dari setiap
organisasi.

Dalam susunan panitia itu juga tidak ada perwakilan organisasi yang mendapat dua jabatan
sekaligus. Berikut susunan panitia penyelenggara acara Kongres Pemuda 2.

1. Pimpinan, Sugondo Djojopuspito dari Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia


2. Wakil pimpinan, R. M. Joko Marsaid dai Jong Java
3. Sekretaris, Moh. Yamin dari Jong Soematranen Bond
4. Keuangan, Amir Sjarifudin dari Jong Bataks Bond
5. Asisten 1, Johan Moh. Cai dari Jong Islamieten Bond
6. Asisten 2, R. Katjasoengkanan dari Pemoeda Indonesia
7. Asisten 3, R. C. I. Sendok dari Jong Celebes
8. Asisten 4, Johannes Leimena dari Jong Ambon
9. Asisten 5, Moh. Rochjani S. dari Pemoeda Kaoem Betawi

Acara Kongres Pemuda 2

Penyelenggaraan Kongres Pemuda Dua ini dilakukan di tiga tempat yang berbeda dan terdiri
dari tiga pertemuan.

Pertemuan 1

Pertemuan 1 diadakan Sabtu 27 Oktober 1928, lokasi Gedung Katholieke Jongenlingen Bond
disingkat KJB di Waterlooplein hari ini namanya Lapangan Banteng. Pada pidato
penyambutan oleh Sugondo Djojopuspito sebagai pimpinan panitia, berkeinginan supaya acara
ini bisa meningkatkan semangat persatuan di hati pemuda-pemuda.

Ia menyatakan bahwa persatuan indonesia bisa ditingkatkan melalui 5 hal, yaitu sejarah, bahasa,
hukum, budaya, pendidikan, dan tekad.

Pertemuan 2

Pertemuan 2 diadakan Minggu 28 Oktober 1928, lokasi Gedung Oost-Java Bioscoop. dalam
pertemuan ini didiskusikan mengenai problem seputar pendidikan. Poernomowoelan dan
Sarmidi Mangoensarkoro menyampaikan opini tentang keharusan setiap anak memperoleh
pendidikan kebangsaan.

Selain itu, juga harus berimbang antara pendidikan di rumah dan sekolah serta pendidikan
harus bersifat demokrasi.

Pertemuan 3

Pertemuan 3 merupakan acara penutupan, lokasi Gedung Indonesische Clubgebouw yang


berada di Jalan Kramat Raya No 106. Pada acara penutupan ini Sunario memaparkan bahwa
selain gerakan kepanduan, sifat kenasionalan (nasionalisme) dan demokrasi adalah sesuatu
yang penting.

Ramelan menjelaskan bahwa gerakan kepanduan tidak dapat terlepas dari pergerakan nasional.
Dimana gerakan kepanduan dapat berguna sebagai sarana pendidikan sejak dini untuk
mengajari kedisiplinan dan kemandirian kepada anak-anak, merupakan hal yang diperlukan
dalam perjuangan.

Pada akhir acara pra-penutup dimainkan lagu Indonesia Raya buatan Wage Rudolf Supratman
dengan iringan biola dan tanpa syair berdasarkan usulan Sugondo pada Supratman. Para
hadirin pun menyambut dengan senang lagu Indonesia Raya. Sebagai penutup disampaikan
kesimpulan keputusan kongres yang disebut Sumpah Pemuda.

NASIONALISME INDONESIA MENURUT BUNG KARNO


Satu hal yang juga penting adalah bahwa nasionalisme Indonesia tidaklah sama dengan
nasionalisme yang lahir dan berkembang di Eropa. Dalam salah satu artikelnya yang berjudul
‘Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme’ (1926), Soekarno menguraikan karakter dari
nasionalisme Eropa:
“Nasionalisme Eropa ialah suatu nasionalisme yang bersifat menyerang, suatu
nasionalisme yang mengejar keperluan sendiri, suatu nasionalisme perdagangan yang
untung atau rugi, dan nasionalisme semacam itu akhirnya pastilah binasa,
Sedangkan nasionalisme indonesia menurut bung karno mengatakan bahwa
nasionalisme yang berperikemanusiaan yang tidak menginginkan l’éxploitation de la
nation par la nation (penindasan suatu bangsa terhadap bangsa lain) maupun
l’éxploitation de l’homme par l’homme (penindasan manusia terhadap manusia lain).
Dengan demikian maka watak dari nasionalisme Indonesia bukanlah nasionalisme yang
chauvinistis, melainkan nasionalisme yang berperikemanusiaan, nasionalisme yang
menginginkan terwujudnya kesejahteraan.

Integrasi Nasional
Integrasi Nasional adalah suatu upaya untuk mempersatukan atau menggabungkan berbagai
perbedaan pada kelompok budaya atau kelompok sosial di dalam satu wilayah sehingga
membentuk suatu kesatuan yang harmonis di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Dengan kata lain, integrasi nasional adalah hasrat dan kesadaran untuk bersatu sebagai satu
bangsa yakni bangsa Indonesia. Integrasi bangsa dapat dilihat secara politis dan secara
antropologis.

• Pengertian Integrasi Nasional secara Politis adalah proses penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial di dalam kesatuan wilayah nasional yang kemudian membentuk
identitas nasional.
• Pengertian Integrasi Nasional secara Antropologis adalah proses penyesuaian berbagai
unsur-unsur kebudayaan yang berbeda sehingga terjadi keseresaian fungsi dalam
kehidupan bermasyarakat.

Berbagai keanekaragaman yang ada di Indonesia sudah seharusnya dipelihara dan dijaga oleh
seluruh elemen masyarakat. Jangan menjadikan perbedaan sebagai pertentangan karena
perbedaan dan keanekaragaman tersebut merupakan kekayaan dan kelebihan yang dimiliki oleh
Indonesia.

Faktor Pendorong Integrasi Nasional


Berikut ini adalah beberapa faktor pendorong terjadinya national integration:

1. Adanya faktor sejarah sehingga timbul rasa senasib dan seperjuangan.


2. Semua kalangan masyarakat Indonesia memiliki keinginan untuk bersatu, seperti yang
tertuang pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928.
3. Timbulnya rasa cinta tanah air yang ditunjukkan pada masa perjuangan merebut
kemerdekaan, hingga mengisi kemerdekaan.
4. Adanya rasa rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara seperti yang ditunjukkan
oleh para pahlawan yang gugur selama masa perjuangan kemerdekaan.
5. Konsensus nasional di dalam perwujudan Proklamasi Kemerdekaan, Pancasila serta UUD
1945, bendera Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, dan bahasa kesatuan bahasa
Indonesia.

Faktor Penghambat Integrasi Nasional


Berikut ini adalah beberapa faktor penghambat national integration:

1. Keanekaragaman budaya, bahasa daerah, agama, ras, dan berbagai perbedaan lainnya
menjadi faktor penghambat proses national integration.
2. Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat luas dan terdiri dari ribuan
kepulauan dan dikelilingi lautan yang luas juga menjadi penghambat integrasi bangsa.
3. Ketimbangan pembangunan infrastruktur di berbagai daerah telah menimbulkan rasa tidak
puas. Masih banyaknya konflik berunsur SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar-golongan),
gerakan separatisme dan kedaerahaan, domenstrasi, juga menjadi faktor penghambat
integrasi.
4. Paham etnossentrisme yang masih dimiliki oleh beberapa suku sehingga menonjolan
kelebihan daerahnya dan meremehkan budaya suku bangsa yang lain.

Syarat Integrasi Nasional


Berikut ini adalah beberapa syarat integrasi bangsa:

1. Adanya kesadaran anggota masyarakat bahwa dibutuhkan hubungan satu dengan yang lain
agar dapat memenuhi kebutuhan mereka.
2. Anggota masyarakat sepakat tentang norma dan nilai sosial yang dijadikan pedoman dalam
bermasyarakat.
3. Adanya norma dan nilai sosial yang berlaku sebagai aturan dan pedoman dalam proses
integrasi masyarakat.
Jenis Integrasi Nasional
Mengacu pada penjelasan definisi integrasi bangsa di atas, adapun beberapa jenis integrasi
nasional adalah sebagai berikut:

1. Integrasi Asimilasi; merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan yang


menghilangkan ciri khas kebudayaan aslinya yang diterima oleh masyarakat.
2. Integrasi Akulturasi; merupakan penggabungan dua atau lebih kebudayaan tanpa
menghilangkan ciri khas kebudayaan asli di suatu lingkungan.
3. Integrasi Normatif; terjadi karna keberadaan norma-norma yang berlaku dan
mempersatukan masyarakat sehingga integrasi lebih mudah terbentuk.
4. Integrasi Instrumental; terjadi dan tampak secara nyata sebagai akibat adanya keseragaman
antar individu dalam lingkungan masyarakat, misalnya keseragaman pakaian.
5. Integrasi Ideologis; terjadi dan tampak secara nyata karena adanya ikatan spiritual/ ideologis
yang kuat tanpa adanya paksaan.
6. Integrasi Fungsional; terjadi karena adanya berbagai fungsi tertentu dari semua pihak di
dalam masyarakat.
7. Integrasi Koersif; terjadi karena adanya pengaruh dari penguasa dan bersifat paksaan.

Contoh Integrasi Nasional


Mengacu pada penjelasan di atas, berikut ini adalah beberapa contoh integrasi nasional di
Indonesia:

1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah Indonesia pada
tahun 1976. Di lokasi TMII tersebut terdapat rumah adat dan aneka macam budaya dari
seluruh provinsi Indonesia.
2. Sikap menghargai dan toleransi terhadap antar umaat beragama di Indonesia. Hal ini terlihat
dari sikap masyarakat Indonesia yang menghargai perbedaan agama.
3. Sikap menghargai dan merasa memiliki kebudayaan yang berasal dari daerah lain, bahkan
mempelajari kebudayaan dari daerah yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai