Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Nasionalisme

Secara bahasa, nasionalisme adalah kata serapan yang diambil dari bahasa
Inggris yaitu nation. Kata  nation jika diartikan ke bahasa Indonesia artinya
adalah bangsa.

Jika merujuk pada arti dari asal katanya, nasionalisme adalah sesuatu yang
berkaitan dengan bangsa. Bangsa sendiri adalah sebuah rumpun masyarakat
yang tinggal di sebuah teritorial yang sama dan memiliki karakteristik yang
hampir sama.

Menurut KBB (Kamus Bahasa Besar Indonesia), nasionalisme adalah sebuah


paham yang mengajarkan untuk mencintai bangsanya sendiri. Dalam hal ini
jelas jika nasionalisme sangat erat kaitannya dengan mencintai negara baik
budayanya, masyarakatnya maupun tatanan yang ada di negara tersebut.

Jika merujuk pada KBBI, maka orang yang memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi adalah orang yang mencintai negaranya.

Pengertian nasionalisme dari segi bahasa berbeda dengan chauvinisme.


Kedua kata ini sama-sama diartikan mencintai bangsa dan negara.

Namun pada paham chauvinisme kecintaan pada negara sangat fanatik


sehingga membenarkan merusak atau menghancurkan negara lain demi
kejayaan bangsa sendiri. Tentu saja paham cauvinisme ini tidak sejalan
dengan nilai nasionalisme, paham chauvinisme bisa merusak perdamaian
dunia.

Pengertian Nasionalisme Berdasarkan Pendapat Para Ahli

Banyak sekali para ahli yang memberikan pandangannya mengenai apa itu
nasionalisme. Para ahli ini adalah orang-orang yang sudah sangat luas
wawasannya tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mengetahui pendapat dari para ahli ini sangat penting untuk bisa
menyimpulkan pengertian dari nasionalisme. Apa aja pendapat dari para ahli
tersebut? Berikut ini ulasan lengkapnya:

1. Ernest Renan

Menurut Ernest Renan, yang disebut dengan nasionalisme adalah keinginan


untuk bersatu dan bernegara. Dalam hal ini nasionalisme adalah sebuah
keinginan besar untuk mewujudkan persatuan dalam bernegara.
Dengan adanya persatuan ini maka kondisi negara akan menjadi kuat dan
tidak mudah diguncang dengan masalah dari dalam maupun dari luar. Tanpa
adanya sikap nasionalime, persatuan negara tidak mungkin terwujud.

2. Otto Bauar

Sedikit berbeda dengan Ernest Renan, menurut pendapat Otto Bauar,


nasionalisme adalah suatu sikap persatuan karena adanya perasaan senasib.
Perasaan senasib disini maksudnya adalah perasaan yang sama akibat
berada di sebuah negara dengan kondisi tertentu.

Menurut ahli yang satu ini rasa nasionalisme adalah rasa senasib dan
sepenanggungan. Sehingga apapun yang terjadi di negara tersebut harus
dirasakan bersama dan menjadi tanggung jawab bersama.

3. Hans Kohn

Hans Kohn memiliki pendapat yang sedikit berbeda dari para ahli lainnya.
Menurutnya nasionalisme adalah sebuah kesadaran jika sebuah masyarakat
adalah satu kesatuan. Kesadaran ini berupa kesadaran nasional bahwa
sebuah masyarakat berada di tatanan negara yang sama.

Kesadaran inilah yang akan memperkokoh kondisi sebuah bangsa. Jika


kesadaran ini hilang, maka rapuhlah bangsa tersebut. Namun jika kesadaran
ini kuat, negara akan menjadi digdaya.

4. L. Stoddard

Ahli yang satu ini mengemukakan pandangannya jika nasionalisme adalah


sebuah sikap dan rasa saling memiliki. Ini artinya setiap warga negara
merasa memiliki apa-apa yang ada di dalam negara tersebut.

Akibat adanya rasa memiliki ini, maka setiap warga negara harus menjaga
dan mempertahankan apa yang telah dimilikinya. Hal ini sesuai dengan fitrah
manusia yang apabila merasa memiliki pasti akan merasa untuk wajib
menjaga.

5. Dr. Hertz

Dr. Hertz adalah ahli yang menjabarkan pengertian nasionalisme secara


lengkap. Bahkan dalam pandangan Dr. Hertz, nasionalisme ini dibagi-bagi
menjadi beberapa pengertian.

Menurutnya, nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai kesatuan, hasrat


untuk merdeka, hasrat untuk mencapai keaslian dan hasrat untuk memiliki
cita-cita bersama. Jika ditarik kesimpulan, Hertz berpandangan jika
nasionalisme adalah sebuah tekad yang ingin dicapai.

6. Louis Sneyder

Ahli yang bernama Louis Sneyder juga mengemukakan opininya tentang apa
itu nasionalisme. Menurutnya nasionalisme adalah perpaduan antara politik,
ekonomi, sosial dan juga intelektual.

Dari sini, Louis sneyder mengungkapkan jika sikap nasionalisme berkaitan


erat dengan sikap berpolitik, berekonomi, bersosial dan berintelektual.
Sebuah negara yang besar memang harus memiliki kekuatan dalam keempat
aspek penting ini.

7. Benedict Anderson

Menurut Bennedict Anderson, nasionalisme adalah sebuah rasa kesadaran


jika suatu individu berada di dalam suatu komunitas atau negara tertentu.
Dengan adanya rasa kesadaran ini, maka individu tersebut harus memajukan
komunitas atau negara yang diyakini sebagai negaranya.

Hal ini menunjukkan bahwa pada hakikatnya manusia memiliki kesadaran


akan pentingnya menjadi bagian dalam sebuah negara.

Itulah pendapat para ahli dunia mengenai pengertian nasionalisme. Di


Indonesia sendiri rasa nasionalisme ini sudah diatur dalam Pembukaan UUD
1945 dan juga pada dasar negara Indonesia.

Lahirnya Nasionalisme Asia dan Afrika Maksud dari nasionalisme Asia


dan Afika adalah aliran yang mencerminkan bangunnya bangsa-bangsa Asia
dan Afrika sebagai reaksi terhadap imperialisme dan kolonialisme bangsa-
bangsa Barat. Dengan demikian nasionalisme di Asia dan Afrika merupakan
gerakan yang menentang imperialisme dan kolonialisme bangsa-bangsa
Barat.Adapun faktor-faktor yang mendorong timbulnya Nsionalisme Asia dan
Afrika adalah sebagian berikut.Adanya penjajahan bangsa-bangsa Barat yang
menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan.Adanya kenangan kejayaan
masa lampau sebagai negara yang pernah mengalami kejayaan, seperti
Indonesia masa kejayaan Sriwijaya dan Majapahit.Munculnya kaum
intelektual yang kemudian menjadi penggerak dan pemimpin pergerakan
nasional.Adanya kemenangan Jepang atas Rusia tahun 1905, yang
mendorong bangsa-bangsa Asia dan Afrika untuk bangkit melawan
penjajahan bangsabangsa Barat. Yang dimaksud dengan nasionalisme Asia
dan Afrika adalah aliran yang mencerminkan bangunnya bangsa-bangsa Asia
dan Afrika sebagai reaksi terhadap imperialisme dan kolonialisme bangsa-
bangsa barat. Dengan demikian nasionalisme Asia dan Afrika merupakan
gerakan untuk menentang imperialisme dan kolonialisme bangsa barat.

Perkembangan

Nasionalisme negara-negara di Asia yang bangkit menentang


kolonialisme antara lain terjadi di India, Philipina, Indonesia, Turki, Jepang,
dan Cina. Sedangkan negara di kawasan Afrika yang mengembangkan ajaran
nasionalisme akibat imperialisme antara lain Libya, Mesir, Angola, dan Afrika
Selatan.

Tokoh Pergerakan Nasionalisme Asia Afrika

pengaruhnya meletu di Wuchang 11 Oktober 1911. Mulanya revolusi ini


berperan diCina Selatan, sementara Cina Utara masih dikuasai orang Manchu
(kaisar Pu Yi)dan para Warlord (panglima perang).Demi membentuk Cina
bersatu (utara dan selatan) ia rela menjadi presiden jendralYuan Shih Kai
1911-1916 (salah satu Warlord yang berpengaruh). Sementara Dr.Sun Yat Sen
mengundurkan diri ke Kanton dan mendirikan KuoMinTang
(PartaiNasionalis). Antara 1916-1922 di Cina terjadi kekacauan dan akhirnya
dapat dipadamkan dan Dr. Sun Yat Sen menjadi preesiden sampai akhir
hayatnya 1924.Pengganti Dr. Sun Yat Sen adalah Chuang Kai Shek. 

Chiang berhasil mengalahkan panglima perang. Keberhasilan Chiang


ditopangoleh cara agen komunis yang mempengaruhi rakyat(petani di Utara)
untuk

menentang para panglima perang

. Tetapi Chiang khawatir kaum komunis akanberbalik menentangnya.


Kemudian, dia memerintahkan pembantaian parapendukung kaum komunis.
Jenderal

Chiang Kai Sek dan kaum komunis

 walaupuntelah berjuang bersamasama, tetapi satu sama lain tidak saling


percaya. Salahseorang komunis yang bernama Mao Zedong Selamat dari
pembantaian itu.Kemudian dia memimpin perlawanan dengan membentuk
pemerintahan yangberkiblat kepada Soviet. Akhirnya pasukan Mao berjaya.
Tahun 1949, Maomendirikan Republik Rakyat Cina (RRC). Sementara Chiang
Kai Shek yang didukung Amerika Serikat namun tidak di dukung oleh rakyat
(petani) besertapendukungnya meninggalkan Cina daratan maupun lautan
melanjutkanpemerintahan menurut garis politik kuo Min Tang. 

Gerakan nasionalisme Mesir


Munculnya perjuangan pergerakan nasional mesir sebagai akibat
penjajahanInggris. Inggris menjajah mesir beralasan Mesir letaknya strategis
yang bisa menghubungkan antara Asia dan Afrika serta Asia dan Eropa2 
Mesir sangat baik sebagai pangkalan militer untuk menguasai daerah
sekitarnyaTokoh pelopor yang menentang penjajahan Inggris di Mesir adalah

Arabi Pasha(dari turki)

 yang memberontak pada tahun 1881-1882, Mustafa Kamil yangmengadakan


kongres pertama pada tanggal 7 desember 1907. Kongres inibertujuan untuk
membangun Mesir secara Liberal untuk mencapaikemerdekaann penuh.
Sedangkan partai nasionalis rakyat-rakyat mesir yang gencar menentang
penjajahan Inggris

  Partai Wafd pimpinan Saad Saghlui Pasha. Karena perjuangan kaum


nasionalis Mesir tersebut tangga 28 Februari 1922,Inggris mengeluarkan
Unilateral Declarations yang isinya : Inggris mengakui kemerdekaan dan
kedaulatan Mesir2.Inggris berhak atas empat yaitu : 

Mempertahankan terusan Suezb. Mempergunakan daerah Mesir untuk


operasi militerc. Mempertahankan mesir dari agresi bangsa lain. Melindungi
bangsa asing beserta kepentingannya di MesirDari isiUnilateral Declarations

 tersebut menunjukkan bahwa Inggris tidaksepenuhnya memberi


kemerdekaan kepada mesir sehingga perjuangan rakyat mesirterus berkobar
yang puncaknya meletuslah Revolusi Mesir (23 Juli 1953) dan pada 18 Juni
1953 berdirilah republik Mesir dengan Gamal Abdul Naseer sebagaipresiden
pertamanya.

Gerakan nasionalisme Lybia

Lybia merupakan daerah yang staregis sehingga jadi incaran negara-negara


lainuntuk menguasainya. Ini dapat dilihat dari sejarah Lybia dari abad ke 2
sampaidengan abad 19 yang sering berganti yang menguasainya. Akan
tetapi yang palingterkenal

menguasai Lybia adalah Italia

. Pada perlawanan rakyat Lybia terhadapItalia juga melahirkan sebuah


gerakan Islam yang bernama

gerakan Sanussy.
 Gerakan Sannusy adalah suatu gerakan agama yang bertujuan
mengembangkanajaran ajaran Islam dan menanamkan cara-cara beribadah
menurut Sanusy.Gerakan ini

didirikan oleh Sayyid Muhamad Ali As-Sanusy

. Gerakan ini yangsecara gigih mengadakan perlawanan terhadap penguasa


Lybia pada saat itu yaituItalia tetapi usaha tersebut juga selalu gagal.Tujuan
Italia menguasai Lybia adalah untuk menguasai Laut Tengah sebagai
usahaawal untuk memdirikan kerajaan Romawi baru di Afrika. Untuk
menjalankan haltersebut Italia menggunakan cara kekerasan dengan
melebur Lybia sama sekali dandijadikan suatu daerah.

Gerakan nasionalisme Vietnam

Tahun 1920 pergerakan nasionalisme melaui suara suara partai mulai


menuntutpembaharuan dan kemerdekaan. Perjuangan melaui kepartaian
semakin gencarsetelah dibentuknya Indochinese Communist Party tahun
1930 oleh seoarng yangberjiwa revolusioner bernama Nguyen Tat Thanh
atau yang lebih dikenal dengannama Ho Chi Minh.

Ia kemudian mendirikan gerakan kemerdekaan yang berideologi


komunisbernama Viet Minh. Tahun 1941, organisasi ini bertujuan
memperoleh kemerdekaan dari Perancis dan melawan anekasasi Jepang
dikawasan Indochina, khususnya Vietnam. Momentum kekalahan Jepang
dalam perang Dunia II dimanfaatkan Ho Chi Minhuntuk memproklamirkan
berdirinya Republik Demokratik Vietnam pada 2 September1945. Perancis
kembali menyerang Vietnama bulan Oktober 1945, pasukan VietMinh
mundur dan masuk ke hutan hutan.Berkat kepemimpinan Ho Chi Minh yang
sudah mengakar dan disukai rakyat,perjuangan Viet Minh tidak berhenti.

Tahun 1946, pecah perang Indochina I (1946 - 1954) yang dimulai


denganpenyerangan Viet Minh ke pos pos tempur pasukan Perancis. Perang
yang tidakberkesudahan dan telah memakan banyak korban mendorong
Perancis untukmengajukan tawaran perdamaian tahun 1954. Perundingan
pun dilaksanakan diJenewa dan menghasilkan kesepakatan damai. Intinya,
Perancis segera hengkangdari Vietnam.

Kesepakatan tersebut juga memutuskan untuk membagi Vietnam


menjadi duabagian negara. Vietnam Utara menjadi negara yang berhaluan
komunis, sementaraVietnam Selatan menganut liberalisme. Akibat
pembagian itu, pecah perang saudaraantara Vietnam Utara dan Selatan
tahun 1975. Perang berakhir dengankemenangan Vietnam Utara tahun 1975.
Namun, keduanya dapat disatukan kembalitahun 1976 dengan nama
Republik Sosialis Vietnam (Vietnam).

Paham nasionalisme yang berkembang di Eropa tersebut pada


perkembangan selanjutnya memberikan pengaruh terhadap tumbuh
kembangnya nasionalisme di kawasan Asia-Afrika, khususnya di Indonesia.
Paham nasionalisme di kawasan Asia-Afrika secara objektif didorong oleh
berbagai faktor, di antaranya persamaan keturunan, bahasa, budaya,
kesatuan politik, adat istiadat, tradisi, agama, dan lain-lain.
Konsep nasionalisme semakin berkembang dan menjadi wacana yang
banyak mendapat perhatian, diperdebatkan dan dianut oleh berbagai negara
di dunia setelah berlangsungnya Perang Dunia I. Negara-negara yang
pertama menganut paham nasionalisme adalah Inggris, Prancis, Jerman, dan
Amerika Serikat. Masing-masing negara tersebut menyadari akan pentingnya
semangat kebangsaan dengan didasarkan pada:
a. Keinginan untuk dapat bersatu dengan semangat kesetiakawanan yang
tinggi;
b. Adanya persamaan nasib;
c. Perasaan bersatu antara manusia dengan tempat tinggalnya.
Perkembangan nasionalisme Eropa berlangsung ketika terjadi pergantian
tatanan kehidupan masyarakat, yaitu dari masyarakat feodal menuju
masyarakat industri. Perubahan dan pergantian tersebut diawali dengan
terjadinya Revolusi Industri di Inggris.
Revolusi Industri ini pada akhirnya membawa masyarakat pada sistem
kehidupan kapitalis dan liberalis.
a.Inggris
Semangat kebangsaan kembali dihidupkan oleh bangsa Inggris dengan
diilhami oleh semangat kebangsaan Yahudi (Ibrani) yang berkembang di
Palestina pada abad ke-1 SM. Nasionalisme Inggris yang tinggi dapat terlihat
pada beberapa semboyannya, seperti Right or Wrong is My Country (Benar
atau Salah, Inggris adalah tetap Negeriku), Rules Britania, English Rules the
Waves (Menguasai Inggris, Inggris menguasai lautan), dan The White Man’s
Burden (Tugas Suci Orang Kulit Putih). Melalui semboyan-semboyan tersebut,
Inggris berusaha untuk menjadi bangsa yang kuat dan memiliki imperium
yang luas di dunia. Nasionalisme di Inggris sejalan dengan konsepsi
kemerdekaan perseorangan serta hak-hak asasi yang berkembang dalam
kekuasaan demokrasi parlementer dan tertuang dalam piagam Bill of Right
(1689).
b.Prancis
Perkembangan nasionalisme Eropa setelah Inggris terjadi di
Prancis.Nasionalisme di Prancis banyak diilhami oleh Revolusi Amerika 1776
dan piagam Bill of Right, Inggris. Semangat nasionalisme Prancis diwujudkan
bentuk Revolusi Prancis yang terjadi pada tahun 1789. Semangat
nasionalisme dalam revolusi ini bertujuan untuk menolak absolutisme raja
Prancis yang banyak melakukan tindakan sewenang-wenang dalam
menjalankan kekuasaannya.
c.Jerman
Di Jerman semangat nasionalisme dikobarkan di bawah kepemimpinan Raja
Friederich II, Otto Von Bismarck, dan Hitler. Berbagai propaganda
dikumandangkan untuk mewujudkan semangat nasionalisme di Jerman,
terutama dengan membentuk sikap warga Jerman yang merasa unggul jika
dibandingkan bangsa lain. Hal ini salah satunya tampak pada politik
Lebensrum Jerman pada masa Hitler.
d.AmerikaSerikat
Amerika sebagai salah satu koloni Inggris mengobarkan semangat
nasionalismenya berdasarkan semangat kemerdekaan, kebebasan, dan
toleransi yang tertuang dalam Declaration of Independence (Pernyataan
Kemerdekaan) tanggal 4 Juli 1776.
Selain negara-negara yang telah disebutkan di atas, nasionalisme dianut pula
oleh Bangsa Slav, Italia, Jepang, dan lain-lain. Bangsa Slav mengobarkan
semangat nasionalismenya melalui gerakan Pan Slavisme-nya yang bertujuan
untuk membangun kejayaan dan kebesaran bangsa Slav. Begitu pula dengan
Italia, mengumandangkan semangat nasionalismenya melalui semboyan
Italia La Prima (Italia sebagai Kerajaan Dunia). Adapun Jepang sebagai satu-
satunya negara di Asia mencoba untuk meniru mereka dengan semboyan
Hakko Iciu. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila dalam kurun
waktu tersebut, Kolonialisme melanda di setiap penjuru dunia. Negara-
negara Eropa saling bersaing untuk mewujudkan semboyan dengan mencari
dan menanamkan kekuasaan di tanah jajahan ke kawasan Asia-Afrika,
termasuk kepulauan Indonesia.
Pada awal pertumbuhannya, nasionalisme dalam kekuasaan feodal
diwujudkan dalam bentuk rasa setia kepada raja, bangsawan, dan golongan
gerejawan. Pada perkembangan selanjutnya, legitimasi kekuasaan seorang
raja, bangsawan, dan gerejawan mulai terdesak dengan hadirnya golongan
borjuis yang menguasai perdagangan dan industri. Dalam interaksinya,
golongan borjuis ini menunjukkan sikap yang tidak mau terikat, mereka ingin
bebas berusaha, bersaing, dan mengumpulkan keuntungan sebanyak
mungkin. Lebih jauh lagi, semangat kebebasan persaingan ini kemudian
melahirkan semangat liberalisme.
Semangat liberalisme ini memiliki pandangan bahwa suatu negara akan
menjadi kuat bila timbul ambisi untuk mengembangkan negaranya. Upaya
yang dilakukan untuk mencapai semua itu perlu didukung dengan angkatan
perang yang kuat dan setelah merasa kuat, maka mereka berusaha
mengembangkan diri ke wilayah lain dan terjadilah penjajahan. Sikap yang
mengagungkan keunggulan suatu bangsa tertentu secara berlebihan
(chauvinisme) dan sikap congkak yang tinggi tanpa memperhatikan
keberadaan bangsa lain, pada akhirnya menggiring kepada semangat
nasionalisme yang berlebihan.
Gejala tersebut dapat terlihat dari semboyan setiap negara Kolonialis yang
dimanfaatkannya sebagai legitimasi dalam melakukan perluasaan daerah
jajahan di berbagai belahan dunia.
Pada dasarnya semangat nasionalisme di satu sisi mampu mewujudkan
kehidupan negara dengan semangat kebangsaan yang tinggi, namun di sisi
lain semangat nasionalisme yang dilandasi sikap berlebihan menjadi salah
satu faktor pendorong lahirnya semangat kolonialisme yang merugikan
bangsa- bangsa di kawasan Asia-Afrika, termasuk di Indonesia. Namun pada
perkembangan berikutnya, kita dapat melihat bahwa melalui nasionalisme ini
pula bangsa-bangsa terjajah seperti Indonesia dapat bangkit, menentang,
dan melepaskan diri dari para penjajah.

Anda mungkin juga menyukai