Anda di halaman 1dari 29

NASIONALISME

A. NASIONALISME
1. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulatan sebuah negara dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk
sekelompok manusia yang mempunyai tujuan atau cita-cita yang sama dalam
mewujudkan kepentingan nasional, dan nasionalisme juga rasa ingin
mempertahankan negaranya, baik dari internal maupun eksternal.
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada amalan politik dan
ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta keagamaan, seperti
yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya menumpukan penyelidikan
mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti naziisme, pengasingan dan
sebagainya.
2. Pengertian Nasionalisme Menurut Para Ahli
a. Hans Kohn (dalam Mohd Zain,2011) menguraikan nasionalisme sebagai suatu
keadaan atau pikiran yang mengembangkan keyakinan bahwa kesetian terbesar
harus diberikan kepada negara. Selanjutnya 16 dia menegaskan juga bahwa
kesetian ini kemudian menjadi suatu keinginan dan sentimen yang berkembang
melalui berbagai pengalaman hidup masyarakat tertentu. Keinginan dan sentimen
ini menimbulkan gerakan kesadaran begi anggota masyarakat tersebut untuk
menyumbangkan jasa-jasa melalui aktivitas- aktivitas yang teratur dengan tujuan
terakhir untuk menegakan sebuah negara yang berdaulat.
b. Smith(dalamMohd Zain,2011) mentakrifkan nasionalisme adalah satu pergerakan
ideologikal, untuk mencapai pemerintahan sendiri dan kemerdekaan bagi sesuatu
golongan atau sebahagian daripada kelompoknya yang menggelarkan diri mereka
sebagai bangsa yang sebenar atau bakal bangsa seperti bangsa-bangsa lain. Smith
juga menyatakan tiga perkara yang membentuk nasionalisme yaitu penentuan
nasib sendiri secara kumpulan, penegasan keperibadian dan sifat tersendiri bangsa
dan pembahagian dunia mengikut negara bangsa yang tersendiri
c. Snyder (dalam Adisusilo,2009) memaknai nasionalisme sebagai satu emosi yang
kuat yang telah mendominasi pikiran dan tindakan politik kebanyakan rakyat
sejak revolusi Prancis. Ia tidak bersifat alamiah, melainkan merupakan satu gejala
sejarah, yang timbul sebagai tanggapan terhadap kondisi politik, ekonomi dan
sosial tertentu.
d. Benedict Anderson(1984) mengatakan bahwa nasionalisme sebagai sebuah ide
atas terbentuknya sebuah komunitas. Terbentuknya sebuah komunitas karena
setiap anggota dari suatu bangsa, bahkan bangsa yang terkecil sekalipun, tidak
mengenal seluruh anggota dari bangsa tersebut.
e. Menurut Otto Bauar: Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter
yang timbul karena perasaan senasib.
f. menurut Lothrop Stoddard, ”Nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa, suatu
kepercayaan yang dianut oleh sejumlah besar manusia sehingga mereka
membentuk suatu kebangsaan dalam bentuk kebersamaan
g. Menurut Nazaruddin Sjamsuddin, ”Nasionalisme adalah suatu konsep yang
berpendapat bahwa kesetiaan individu diserahkan sepenuhnya kepada negara”5 .
h. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, Nasionalisme adalah paham
kebangsaan yang tumbuh karena adanya persamaan nasib dan sejarah serta
kepentingan untuk hidup bersama sebagai suatu bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, demokratis dan maju dalam satu kesatuan bangsa dan negara serta
citacita bersama guna mencapai, memelihara dan mengabdi identitas, persatuan,
kemakmuran dan kekuatan atau kekuasaan negara bangsa yang bersangkutan6 .
i. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in History and
Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:1. Hasrat untuk
mencapai kesatuan.2. Hasrat untuk mencapai kemerdekaan.3. Hasrat untuk
mencapai keaslian.4. Hasrat untuk mencapai kehormatan bangsa. Dari definisi itu
nampak bahwa negara dan bangsa adalah sekelompok manusia yang:
a. memiliki cta-cita bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan;
b. memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib
sepenanggungan; c. memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama sebagai
akibat pengalaman hidup bersama; d. menempati suatu wilayah tertentu yang
merupakan kesatuan wilayah; dan e. teroganisir dalam suatu pemerintahan yang
berdaulat sehingga mereka terikat dalam suatu masyarakat hukum.
j. Menurut Louis Sneyder
Menurut Louis sneyder, sikap nasionalisme berkaitan erat dengan sikap
berpolitik, berekonomi, bersosial dan berintelektual. Sebuah negara yang besar
memang harus memiliki kekuatan dalam keempat aspek penting ini.
3. Bentuk – Bentuk Nasionalisme
Ada beragam bentuk nasionalisme yang diterapkan di suatu negara. Berikut ini
beberapa bentuk nasionalisme.
1. Nasionalisme Kewarganegaraan adalah nasionalisme yang terbentuk karena
Negara memperoleh kebenaran politik dan partispasi aktif warga negaranya.
2. Nasionalisme Etnis, nasionalisme yang terbentuk karena Negara memperoleh
kebenaran politik dan budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.
3. Nasionalisme budaya adalah nasionalisme yang terbentuk karena Negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama anggota masyarakat.
4. Nasionalisme romatik (Nasionalisme Identitas) adalah nasionalisme etnis yang
terbentuk karena Negara memperoleh kebenaran politik sebagai sesuatu yang
alamiah dan merupakan ekspresi suatu bangsa atau ras.
5. Nasionalisme agama; nasionalisme yang terbentuk karena Negara memperoleh
legitimasi politik dari persamaan agama yang dipeluk oleh anggota masyarakat
6. Nasionalisme kenegaraan merupakan kombinasi antara nasionalisme
kewarganegaraan dan nasionalisme etnis. Dalam konsep nasionalisme
kenegaraan, bangsa menjadi komunitas yang memberikan kontribusi terhadap
pemeliharaan dan kekuatan Negara.
Nasionalisme dalam pandangan Carlton diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) jenis
yaitu:
1. Nasionalisme humaniter, yang bersifat toleran yang mendasar pandangannya
bahwa setiap bangsa berhak memperjuangkan kesejahteraan bangsanya
berdasarkan caranya sendiri.
2. Nasionalisme yacobin, yang demokratis tetapi doktriner dan fanatik terhadap
bangsa lain.
3. Nasionalisme tradisional, yang menekankan keunikan setiap bangsa dan
mempertahankan tradisi yang dan sejarahnya.
4. Nasionalisme liberal, yang menekankan pentinngnya dalam perwakilan dari
gagasan perlunya dunia berpegang pada prinsip setiap bangsa berhak
menentukan nasipnya sendiri.
5. Nasional integral, yang menekankan kepentingan nasional ada diatas
kepentingan individu, maka individu harus sepenuhnya setia kepada negara
4. Sejarah Nasionalisme
Awal nasionalisme Indonesia merupakan fase yang baru mulai disuarakan dan
diorganisir pada dasawarsa kedua abad ke-20. Terdapat lima unsur yang membuat
pertumbuhan nasionalisme Indonesia.
1. Pertama, tingginya homogenitas keagamaan di Indonesia. Dengan komposisi
hampir 90 persen penduduk Indonesia beragama Islam, akan mudah membangun
solidaritas. Selain untuk menangkal kristenisasi, Islam yang berdiri tipis diatas
kebudayaan Hindu-Budha dan mistisme Jawa, semakin mempermudah
penerimaannya di tataran rakyat, khususnya rakyat Jawa;
2. Kedua, sikap superioritas orang orang Belanda yang tidak mau disamakan dengan
orang pribumi dalam berbahasa menjadi faktor integrasi penting lainnya.
Perkembangan bahasa persatuan (lingua franca) yang digunakan adalah bahasa
Melayu mampu menghancurkan solidaritassolidaritas sempit dalam nasionalisme
Indonesia;
3. Ketiga, dengan dibentuknya majelis perwakilan tertinggi bagi orang Indonesia
yang disebut Volksraad, mampu mengorganisir gerakan-gerakan kebangkitan
nasional meskipun banyak yang berpendapat posisi Volksraad tidak begitu
berpengaruh di mata pemerintah kolonial Belanda;
4. Keempat, perkembangan radio dan surat kabar menjadi saluran untuk penyebaran
gagasannasionalisme. Beberapa study club yang berdiri, misal: Perhimpunan
Indonesia membuat surat kabar yang diberi nama Oetosan Hindia untuk
menyebarkan nasionalisme dan sebagai alat propaganda politik;
5. Kelima, adanya rangsangan oleh mobilitas geografis gagasan maupun penduduk.
Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat sebagai akibat dari pola
organisasi ekonomi maupun fasilitas transportasi abad ke-20 di Indonesia,
mobilitas ini begitu berpengaruh sebagai faktor penyebab integrasi
Lima Tahap Pembentukan Nasionalisme Indonesia Menurut Bernahard Dam
Tahap Nasionalisme Indonesia Keterangan

1 Nasionalisme akhir abad XIX


Tahap pembentukan yang
Saat Politik Etis Belanda dicanangkan
2 ditandai oleh fenomena kartini
1901
Terbentuknya organisasi
Saat dimana benih-benih nasionalisme
kebangsaan (Budi Utomo,
3 menampakan pada organisasi-
Sarekat Islam, Indiche Partij,
organisasi pribumi
Perhimpunan Indonesia dsb.
Ketika muncul cita-cita
Saat terjadinya konsensus gerakan-
4 kemerdekaan untuk mendirikan
gerakan nasional sejak tahun 1920-an
Indonesia merdeka
5 Proklamasi kemerdekaan 1945 dan Puncak perjuangan nasionalisme
Revolusi Indonesia tahap pertama

5. Ciri dan Tujuan Nasionasisme di Indonesia


a. Ciri – Ciri Nasionaslisme
Nasionalisme dapat dikenali melalui karakteristiknya. Menurut Drs. Sudiyo,
berikut ini ciri-ciri nasionalisme, yaitu:
1) Adanya persatuan & kesatuan bangsa.
2) Munculnya organisasi-organisasi modern yang sifatnya nasional.
3) Perjuangan yang bersifat nasional.
4) Nasionalisme bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan dan mendirikan
suatu negara.
5) Nasionalisme lebih mengutamakan pada pemikiran-pemikiran kebangsaan,
sehingga media pendidikan berperanan penting dalam mencerdaskan
kehidupan berbangsa.
Semangat nasionalisme juga tertuang pada butir-butir Pancasila, yaitu pada sila
ketiga yang bunyinya “Persatuan Indonesia” dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Rasa cinta terhadap tanah air Indonesia.
2) Bangga memiliki tanah air dan bangsa Indonesia.
3) Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
4) Memposisikan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
b. Tujuan Nasionalisme
Berikut ini beberapa tujuan ideologi nasionalisme yang harus dimiliki orang
setiap individu dalam berbangsa:
1) Meningkatkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap bangsa dan tanah air.
2) Menumbuhkan semangat rela berkorban untuk bangsa dan negara.
3) Membangun serta mempererat tali persaudaraan antar sesama masyarakat.
4) Membangun kerukun dan keharmonis antar individu dalam masyarakat
5) Menjaga negara dari serangan musuh, baik dari luar atau dalam negeri.
Sikap-sikap dan perilaku yang sejalan dengan wujud nasionalisme adalah :
1) Mematuhi segala hukum negara.
2) Mematuhi aturan yang berlaku.
3) Menciptakan & mencintai produk dalam negeri.
4) Melestarikan kebudayaan yang ada.
5) Bersedia untuk melakukan aksi nyata membela, mempertahankan, serta
memajukan negara. Dan lain sebagainya.

B. HAKIKAT BANGSA NEGARA


1. Definisi Bangsa dan Negara
Definisi umum Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperitah
oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warganya ketaatan pada
peraturan perundang-undangan melalui penguasaan (control) monopolistis dari
kekuasaan yang sah.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, bangsa adalah orang-orang yang
memiliki kesamaan asal, keturunan, adat, bahasa dan sejarah serta
berpemerintahan sendiri. Bangsa adalah kumpulan manusia yang biasanya terikat
karena kesatuan bahasa dan wilayah tertentu dimuka bumi.
a. Definisi Negara dari para ahli:
1) Roger H. Soltau, Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority)
yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas
nama masyarakat.
2) Harold J. Laski, Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan
karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara
sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian
dari masyarakat itu. Sedangkan masyarakat adalah suatu kelompok
manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya
keinginan-keinginan bersama.
3) Max Weber, Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli
dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam satu wilayah.
4) Robert M. Maclever, Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan
penertiban dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan
sistem hukum yang diselenggarakan oleh pemerintah yang untuk maksud
tersebut diberi kekuatan memaksa.
5) Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas
keluarga dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang
sempurna dan berkecukupan.
6) Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang tertata
dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama mereka
oleh kekuasaan berdaulat.
7) Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut
b. Definisi Bangsa Menurut para ahli
1) Menurut Ernest Renan (Prancis), Bangsa adalah sekelompok manusia
yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki
persamaan sejarah, serta cita-cita yang sama.
2) Menurut Otto Bauer (Jerman), Bangsa merupakan sekelompok manusia
yang memiliki persamaan karakter karena persamaan nasib dan
pengalaman sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan
tumbuh kembangnya bangsa.
3) Menurut Ben Anderson, Bangsa merupakan komunitas politik yang
dibayangkan dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.
4) Menurut Hans Kohn, Bangsa itu terjadi karena adanya persamaan ras,
bahasa, adat istiadat dan Agama yang menjadi pembeda antara bangsa
satu dan bangsa lain.
5) Menurut Jacobsen Dan Lipman, Bangsa ialah kelompok manusia yang
lahir karena adanya satu kesatuan budaya “Cultural Unity” dan satu
kesatuan politik “Political Unity”.
6) Menurut Joseph Stalin, Suatu bangsa terbentuk secara historis, merupakan
komunitas rakyat yang stabil yang terbentuk atas dasar kesamaan bahasa,
wilayah, ekonomi, serta perasaan psikologis yang terwujud dalam budaya
bersama.
7) Menurut Anthony D. Smith, Bangsa ialah suatu komunitas manusia yang
memiliki nama, menguasai suatu tanah air, memiliki mitos-mitos dan
sejarah bersama, budaya politik bersama, perekonomian tunggal dan hal
serta kewajiban bersama bagi semua anggotanya.
8) Menurut Lothrop Stoddard, Bangsa ialah suatu kepercayaan yang dimiliki
oleh sejumlah orang yang cukup banyak, bahwa mereka merupakan suatu
bangsa.
2. Teori Terjadinya Negara
a. Teori Teokrasi
Menurut teori ini, negara berdasarkan kehendak Tuhan. Paham ini
muncul bahwa keyakinan keagamaan bahwa Tuanlah maha pencipta di langit
dan bumi, pemegang kekuasaan tertinggi, tiada kekuasaan di dunia ini yang
tidak berasal dari tuhan, termasuk negara. Penganut teori ini Thomas Aquinas,
Agustinus, FJ. Sthal, maupun Hegel.
b. Teori Organik
Teori ini pertama kali diperkenalakan oleh tinggal di wilayah geografis
saja, tapi negara harus ada ikatan yang muncul yaitu keadilan. Negara muncul
karena ada kebutuhan yang sangat banyak dan beragam.
1) Teori Perjanjian
Teori perjanjian masyarakat memandang terjadinya suatu Negara karena
adanya perjanjian masyarakt.
2) Teori Kekuasaan
Menurut teori kekuasan, siapa yang berkemampuan untuk memiliki
kekuasaan atau berhasil mencapai kekuasaan, selayaknya memegangg
pucuk pemerintahan.
3) Teori Kedaulatan
Teori kedaulatan rakyat memandang keberadaan Negara karena adanya
kekuasaan tertinggi yang mampu mengatur kehidupan bersama
masyarakat (negara).
3. Unsur-Unsur Negara
Secara umum, unsur negara ada yang bersifat konstitutif dan ada pula yang
bersifat deklaratif. Unsur konstitutif maksudnya unsur yang mutlak atau harus ada
di dalam suatu negara. Sedangkan unsur deklaratif hanya menerangkan adanya
negara.
Adapun unsur-unsur negara yang bersifat konstitutif adalah harus ada rakyat,
wilayah tertentu, dan pemertintahan yang berdaulat. Ketiga unsur tersebut bersifat
konstitutif karena merupakan syarat mutlak bagi terbentuknya negara. Apabila
salah satu unsur tersebut tidak ada atau tidak lengkap, maka tidak bisa disebut
sebagai negara. Di samping itu, terdapat pula unsur deklaratif, yakni harus ada
pengakuan dari negara lain. Unsur deklaratif ini sangatlah penting karena
pengakuan dari negara lain merupakan sebagai wujud kepercayaan negara lain
untuk mengadakan hubungan, baik hubungan bilateral maupun multilateral.
a. Rakyat
Rakyat adalah semua orang yang menjadi penghuni suatu negara.
Tanpa rakyat, mustahil negara akan terbentuk. Leacock mengatakan bahwa,
“Negara tidak akan berdiri tanpa adanya sekelompok orang yang mendiami
bumi ini.” . Hal ini menimbulkan pertanyaan, berapakah jumlah penduduk
untuk membentuk sebuah negara? Plato mengatakan bahwa untuk
membentuk sebuah negara, wilayah tersebut membutuhkan 5040 penduduk.
Rakyat terdiri dari penduduk dan bukan penduduk. Penduduk adalah
semua orang yang bertujuan menetap dalam wilayah suatu negara tertentu.
Mereka yang ada dalam wilayah suatu negara tetapi tidak bertujuan menetap,
tidak dapat disebut penduduk. Misalnya, orang yang berkunjung untuk wisata.
Penduduk suatu negara dapat dibedakan menjadi warga negara dan bukan
warga negara. Warga negara adalah mereka yang menurut hukum menjadi
warga dari suatu negara, sedangkan yang tidak termasuk warga negara adalah
orang asing atau disebut juga warna negara asing (WNA).
b. Wilayah
Wilayah merupakan unsur kedua, karena dengan adanya wilayah yang
didiami oleh manusia, maka negara akan terbentuk. Jika wilayah tersebut
tidak ditempati secara permanen oleh manusia, maka mustahil untuk
membentuk suatu negara. Bangsa Yahudi misalnya, dimana mereka tidak
mendiami suatu tempat secara permanen. Alhasil mereka tidak memiliki tanah
yang jelas untuk didiami, tapi dengan kepintaran PBB, diberikanlah Israel
sebagai negara bagian agar mereka merasa memiliki tanah
c. Pemerintahan yang Berdaulat
Pemerintahan yang berdaulat adalah pemerintah yang mempunyai
kekuasaan baik ke dalam maupun ke luar untuk menjalankan tugas dan
wewenangnya mengatur ekonomi, sosial, dan politik suatu negara atau
bagian-bagiannya sesuai dengan sistem yang telah ditetapkan. Pemerintah
sangat diperlukan dalam berdirinya suatu negara, tidak mungkin jika negara
muncul tanpa kemudian diikuti oleh berdirinya pemerintah.
d. Pengakuan dari Negara Lain
Pengakuan dari negara lain terhadap suatu negara yang baru berdiri
bukanlah merupakan suatu faktor mutlak atau unsur pembentuk negara baru,
namun lebih merupakan menerangkan atau menyatakan telah lahirnya suatu
negara baru. Kita ambil contoh, Negara Indonesia merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945 baru diakui oleh Belanda pada tahun 27 Desember 1949.
Pengakuan dari negara lain merupakan modal dasar bagi suatu negara yang
bersangkutan untuk diakui sebagai negara yang merdeka dan mandiri.
Pengakuan suatu negara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pengakuan
secara de facto dan pengakuan secara de jure.
4. Fungsi Negara
Fungsi negara secara umum ada 4, yakni untuk melaksanakan ketertiban dan
keamanan, meraih kemakmuran dan kesejahteraan, fungsi pertahanan serta
menegakkan keadilan. Berikut merupakan penjelasan fungsi-fungsi negara secara
umum:
a. Fungsi melaksanakan ketertiban dan keamanan.
Fungsi negara yang utama adalah melaksanakan ketertiban dan
keamanan, negara mengatur ketertiban masyarakat supaya tercipta kondisi
yang stabil juga mencegah bentrokan-bentrokan yang terjadi dalam
masyarakat. Dengan tercipta ketertiban, segala kegiatan yang akan dilakukan
oleh warga negara dapat dilaksanakan.
b. Fungsi kemakmuran dan kesejahteraan.
Fungsi negara berikut adalah mengadakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Untuk dapat mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan, negara harus menciptakan sistem perekonomian yang baik dan
juga pembangunan yang makmur di segala bidang.
c. Fungsi pertahanan.
Fungsi pertahanan menjadi salah satu fungsi negara yang penting. Hal
ini demi kelangsungan hidup bangsa dannegara yang bersangkutan. Fungsi
pertahanan penting karena untuk mengantisipasi bila ada serangan dari negara
lain. Dibutuhkan personil militer yang kuat untuk menjalankan fungsi ini.
d. Fungsi menegakkan keadilan.
Negara memiliki fungsi untuk menegakkan keadilan bagi seluruh
warganya meliputi seluruh aspek kehidupanmelalui badan-badan peradilan di
bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan, keamanan, dan lain-lain
Teori-teori fungsi negara berkaitan dengan hal penyelenggaraan kesejahteraan
dan usaha perekonomian, selaras dengan adanya perkembangan konsep “welfare
state” (negara kesejahteraan). Ada 8 teori mengenai fungsi negara, yaitu:
a. Anarkisme,
menurut paham anarkisme, negara tidak perlu ada.Manusia pada
hakikatnya adalah baik dan berbudi, dan justru rusak budi pekertinya bila ada
pengaturan “memaksa” yang diterapkan oleh negara. Paham anarkis
menyangkal adanya fungsi negara. Jika punada, maksud sebenarnya fungsi
itu dapat diserahkan untuk melaksanakan melalui bentuk-bentuk sukarela
tanpa menerapkan adanya unsur “paksaan” seperti oleh negara.
b. Individualisme (Liberalisme),
paham ini menempatkan kepentingan individu sebagai tujuan hidup
manusia. Fungsi negara haruslah ditujukan untuk pemenuhan atau pencapaian
kepentingan individu.Fungsinya cukup dibatasi untuk memelihara ketertiban
dan keamanan saja tidak perlu ada campur tangan negara dalam hal lainnya.
Negara berfungsi sebagai “penjaga malam” (nachtwavhter staat) saja.
c. Sosialisme,
paham ini beranggapan bahwa kepentingan bersama atau kepentingan
umum harus lebih diutamakan dibandingkan kepentingan individu
(perorangan). Fungsi negara adalah mengatur perimbangan, agar anggota
masyarakat memperoleh kesempatan yang sama dalam memperjuangkan
hidupnya secara layak. Sosialisme, menghendaki campur tangan negara
seluas-luasnya, terutama dalam bidang perekonomian. Sarana-sarana
produksi vital dikelola oleh negara, namun industri menengah ke bawah boleh
dikelola oleh individu atau kelompok dalammasyarakat.
d. Komunisme,
hampir sama dengan sosialisme, komunisme adalah menghendaki
penguasaan sarana-sarana produksi yang vital oleh negara. Namun, pribadi
individu tidak dibenarkan memiliki sarana produksi sebagai hak milik, apalagi
sarana yang vital untuk kepentingan umum. Selain itu bedanya adalah bahwa
komunismemenganggap negara diperlukan untuk mengendalikan perjuangan
kelas dan menghapus perbedaan kelas. Jika ini sudah tercapai, maka fungsi
negara tidak diperlukan lagi.Sosialisme tetap menganggap negara
diperlukan.Kemudian lebih lunak dan bersifat evalusioner (menumpuh usaha
melalui jalan damai). Sedangkan komunisme bersifat revolusioner serta tidak
jarang pula menganut prinsip “tujuan menghalalkan cara”. Mengenai
penerapan fungsi negara, komunismetidak jauh berbeda (masalah sama,
kecuali dalam hal berakhirnya negara jika perjuangan kelas sudah berakhir)
dengan sosialisme, yaitu menginginkan pelaksanaan campur tangan negara
seluas-luasnya (dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik) rakyatnya.
e. Sindikalisme,
hampir sama dengan anarkisme yang menghendaki berkurangnya
campur tangan negara. Hanya di sini, fungsi negara itu agar diserahkan
kepada serikat-serikat pekerja. Kalangan serikat buruh yang akan bertindak
untuk mengatur pola kehidupan masyarakat. Paham ini muncul dan
berkembang di Perancis (1890-1930).6)Guild Socialism, paham ini
merupakan suatu ajaran yang berkembang di Inggris pada awal abad XX.
Bahwa, badan-badan koperasi umum akan mengambil alih penyelenggaraan
fungsi negara di bidang kesejahteraan. Hampir sama dengan sindikalisme,
namun pelaksanaan oleh “gild” yaitu organisasi otonomi semacam bentuk
koperasi. Bukan oleh serikat pekerja seperti pada “sindikalisme”.
f. Fasisme,
bahwa negara mempersamakan (dianologikan) sebagai makhluk
hidup yang mempunyai “political will” sendiri, lepas dan terpisah dari
kehendak atau aspirasi rakyatnya. Fasisme tidak mengenal batas bagi
pelaksanaan fungsi negara. Negara dan pemerintah sebagai organ pelaksanaan
kekuasaan negara berhak melakukan apa saja, serta mencampuri berbagai hal
dan urusan di lingkungan masyarakat.
g. Emperical Collectivism,
paham ini berkembang di Amerika Serikat dan Eropa Barat, setelah
perang dunia I. Bahwa negara berfungsi untuk menyelenggarakan
kesejahteraan umum, yang tidak dapat diberikan oleh usaha pihak swasta.
Adalah dibenarkan dan juga diharapkan adanya penguasaan dan pengelolaan
negara terhadap usaha yang menyangkut hidup orang banyak, seperti
transportasi umum, gas, dan listrik. Dengan kata lain, paham dan ajaran ini
menganut perlunya fungsi-fungsi negara untuk menyelenggarakan usaha dan
pelayanan yang menyangkut kepentingan bersama (kolektif). Dengan
didasarkan kepada faktor pengalaman (empirik), mengenai bidang-bidang apa
saja yang tidak mampu atau tidak baik jika dikelola oleh usaha swasta.

C. DEMOKRASI
1. Definisi Menurut Para Ahli
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya
memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara
langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan
pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Demokrasi juga merupakan seperangkat gagasan dan prinsip tentang kebebasan
beserta praktik dan prosedurnya. Demokrasi mengandung makna penghargaan
terhadap harkat dan martabat manusia
a. Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
b. Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk
melindungi hak-hak perorangan warga negara.
c. John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat.
Oleh karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif
maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu,
tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas antara
unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
d. Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di
mana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan
diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
e. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
f. C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota
dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan
yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakannya pada mayoritas tersebut.
g. Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
di mana terjadi kebebasan politik.
h. Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat;
khususnya, oleh mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap
pada rakyat dan dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung
melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara
mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat umum
khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi kelas
atau privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
i. Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat
dalam sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur
dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk
memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan
suara.
2. Bentuk atau Jenis Demokrasi
Setiap negara mengartikan demokrasi berbeda-beda. Dengan atmosfer geopolitik
yang berbeda, pemerintahan demokrasi di seluruh dunia dapat dikelompokkan
menjadi delapan. Dikutip dari Science ABC, delapan jenis atau bentuk utama
demokrasi, yaitu :
a. Demokrasi langsung
Demokrasi langsung adalah ketika warga negara dapat memilih
kebijakan secara langsung tanpa perantara atau majelis parlemen. Jika
pemerintah harus mengesahkan undang-undang atau kebijakan tertentu,
diserahkan pada rakyat. Demokrasi langsung dapat dipraktikkan dalam
negara yang populasinya kecil, berpendidikan dan secara politik memiliki
kesamaan. Contoh Swiss yang masih mempunyai Landsgemeinde, majelis
di mana orang-orang berkumpul bersama di tempat terbuka di waktu
tertentu untuk memilih hukum yang berlaku di masyarakat.
Demokrasi langsung terlalu rumit dilaksanakan di negara dengan
wilayah besar. Orang-orang lebih suka memilih perwakilan atas nama
mereka daripada membuat keputusan sendiri pada setiap masalah.
b. Demokrasi tak langsung
Demokrasi tak langsung atau demokrasi representatif adalah ketika
orang memilih perwakilan untuk duduk di parlemen. Bentuk demokrasi
ini paling umum ditemukan di seluruh dunia. Kelemahan demokrasi tak
langsung adalah pemerintah yang terpilih gagal mengakomodasi
kepentingan warga negara.
Sebagian besar negara yang menerapkan demokrasi perwakilan
disebut juga negara demokrasi liberal. Karena lebih menghargai
kebutuhan warga negara daripada kebutuhan seluruh negara. Contoh
Amerika Serikat dan India. Tetapi ada juga beberapa negara yang terus
menerus merasa terancam oleh pihak luar atau kerusuhan sipil sehingga
lebih suka demokrasi defensif daripda liberal. Agar pemerintah dapat
mengerahkan pasukan pada saat bersamaan. Contohnya Korea Selatan.
c. Demokrasi presidensial
Melalui demokrasi presidensial, presiden suatu negara memiliki
sejumlah besar kekuasaan atas pemerintah. Presiden dipilih secara
langsung atau tidak langsung oleh warga negara. Presiden dan lembaga
eksekutif pemerintah tidak bertanggung jawab kepada legislatif tetapi
tidak dapat memberhentikan lembaga legislatif sepenuhnya.
Sebaliknya lembaga legislatif tidak dapat mengeluarkan presiden dari
jabatannya kecuali jika ada kasus ekstrem. Dalam demokrasi presidensial,
kepala negara juga adalah kepala pemerintahan. Contoh Amerika Serikat,
Argentina dan Sudan.
d. Demokrasi parlementer
Dalam demokrasi parlementer kedudukan lembaga legislatif lebih
kuat. Lembaga eksekutif memperoleh legitimasi demokrasi hanya dari
legislatif yaitu parlemen. Legislatif terpilih (parlemen) memilih kepala
pemerintahan (perdana menteri) dan mencopot perdana menteri dengan
memberikan mosi tidak percaya.
Kepala negara (presiden) berbeda dari kepala pemerintahan (perdana
menteri) dan keduanya memiliki tingkat kekuasaan yang berbeda-beda.
Namun dalam kebanyakan kasus, presiden adalah raja yang tidak
memiliki kekuasaan seperti di Inggris atau kepala adat istiadat seperti di
India.
e. Demokrasi otoriter
Demokrasi otoriter terjadi ketika hanya elit yang merupakan bagian dari
proses parlementer. individu-individu tertentu diizinkan memilih kandidat
tetapi orang biasa tidak dapat. Karena itu, pada akhirnya hanya elit
penguasa yang memutuskan berbagai kepentingan populasi negara.
Contoh Rusia di bawah pimpinan Vladimir Putin.
f. Demokrasi partisipatif
Demokrasi partisipatif adalah kebalikan demokrasi otoriter. Ada
berbagai jenis demokrasi partisipatif tetapi semuanya sama yaitu untuk
menciptakan peluang bagi semua anggota populasi untuk memberikan
kontribusi dalam proses pengambilan keputusan. Dengan memecah
negara menjadi jaringan kecil dan memberdayakan politik akar rumput
berbasis masyarakat.
Demokrasi ini menghargai musyawarah dan diskusi bukan sekadar
memilih. Saat ini, tidak ada negara yang secara aktif mempraktikkan
bentuk demokrasi ini. Meski teori-teorinya masuk akal, penerapan nyata
dengan pendekatan ini penuh komplikasi.
g. Demokrasi Islam
Bentuk demokrasi ini berupaya menerapkan hukum Islam ke dalam
kebijakan publik dengan tetap mempertahankan kerangka demokrasi.
Demokrasi Islam memiliki tiga karakteristik utama yaitu: Para pemimpin
dipilih oleh rakyat. Semua orang tunduk pada hukum Syariah, termasuk
para pemimpin.
Para pemimpin harus berkomitmen mempraktikkan syura. Syura
menandakan badan politik ada pada tempatnya untuk konsultasi tentang
masalah apa pun. Ini adalah prinsip dasar sistem politik Islam yang
direkomendasikan dalam Al-Quran. Negara-negara yang memenuhi
ketiga karakteristik ini Iran, Afghanistan dan Pakistan. Negara Islam lain
seperti Arab Saudi cenderung pada bentuk rezim otoriter daripada negara
demokasi.
h. Demokrasi sosial
Demokrasi sosial muncul sebagai reaksi terhadap kebijakan neoliberal
dalam ekonomi internasional. Demokrasi sosial bertujuan
memberdayakan negara atas pasar neoliberal. Pengeluaran negara untuk
memberikan layanan gratis daripada swasta yang terlalu mahal. Negara
fokus pada penyediaan pendidikan gratis atau layanan kesehatan gratis
sehingga orang tidak harus bergantung pada perusahaan.
3. Asas dan Ciri Demokrasi
Gagasan pokok atau gagasan dasar suatu pemerintahan demokrasi adalah
pengakuan hakikat manusia, yaitu pada dasarnya manusia mempunyai
kemampuan yang sama dalam hubungan sosial. Berdasarkan gagasan dasar
tersebut terdapat dua asas pokok demokrasi, yaitu:
a. Pengakuan partisipasi rakyat dalam pemerintahan, misalnya pemilihan
wakil-wakil rakyat untuk lembaga perwakilan rakyat secara langsung,
umum, bebas, dan rahasia serta jujur dan adil; dan
b. Pengakuan hakikat dan martabat manusia, misalnya adanya tindakan
pemerintah untuk melindungi hak-hak asasi manusia demi kepentingan
bersama.
Ciri-ciri pemerintahan demokratis Dalam perkembangannya, demokrasi
menjadi suatu tatanan yang diterima dan dipakai oleh hampir seluruh negara di
dunia. Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan
politik, baik langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
b. Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
rakyat (warga negara).
c. Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang
d. Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen
sebagai alat penegakan hukum
e. Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
f. Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
g. Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di
lembaga perwakilan rakyat.
h. Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan
(memilih) pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga
perwakilan rakyat.
i. Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama,
golongan, dan sebagainya).
4. Tujuan dan Prinsip – Prinsip Demokrasi
a. Tujuan Demokrasi
Secara umum, tujuan demokrasi adalah menciptakan kehidupan
masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur dengan konsep mengedepankan
keadilan, kejujuran dan keterbukaan.
Pada konsepnya, tujuan demokrasi dalam kehidupan bernegara juga
meliputi kebebasan berpendapat dan kedaulatan rakyat. Untuk lebih
jelasnya, berikut beberapa tujuan demokrasi secara umum beserta
penjelasannya:
1) Kebebasan Berpendapat
Tujuan demokrasi adalah memberi kebebasan dalam berpendapat dan
berekspresi. Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi,
dimana rakyatnya memiliki kebebasan untuk memberikan pendapat dan
menyuarakan aspirasi dan ekspresi mereka.Hal ini menjadi hal yang
fundamental bagi negara demokrasi. Penjaminan hak dasar ini juga
dilakukan dengan terbuka sebagai cara mengungkap dan mengatasi
adanya masalah sosial yang belum terwujud.
2) Menciptakan Keamanan dan Ketertiban
Secara umum, demokrasi bertujuan menciptakan keamanan,
ketertiban dan ketentraman di lingkungan masyarakat. Demokrasi akan
menjamin hak-hak setiap warga negara dan mengedepankan musyawarah
untuk memecahkan solusi bersama agar terjalin keamanan bersama di
lingkungan masyarakat.
3) Mendorong Masyarakat Aktif dalam Pemerintahan
Demokrasi mengedepankan kedaulatan rakyat, sehingga rakyat akan
dilibatkan dalam setiap proses pemerintahan, mulai dari pemilihan umum
secara langsung hingga memberi aspirasi terkait kebijakan publik. Rakyat
yang didorong aktif terlibat dalam bidang politik guna memajukan kinerja
pemerintahan negara tersebut. Adanya peran rakyat dalam pemerintahan
juga akan membuat setiap warga negara lebih bertanggung jawab
terhadap peran yang dimilikinya sebagai seorang warga negara yang
wajib menjaga keutuhan negara.
4) Membatasi Kekuasaan Pemerintahan
Kekuasaan tertinggi dalam negara yang menganut sistem
pemerintahan demokrasi, ada di tangan rakyat. Artinya rakyat berhak
memberi aspirasi dan kritik pada pemerintahan. Sistem pemerintahan
demokrasi juga bertujuan membatasi kekuasaan pemerintahan, agar tidak
menimbulkan kekuasaan absolut atau diktator. Dengan demokrasi
diharapkan akan menciptakan pemerintah yang bertanggung jawab,
dimana Pemerintahan hanya berfungsi sebagai wakil rakyat yang ditugasi
untuk merangkum semua kebutuhan rakyat.
Rakyat dapat menilai dan menuntut apabila ada ketidaksesuaian antara
kebutuhan dengan kebijakan yang dirumuskan. Rakyat dapat mengajukan
tuntutan apabila pemerintah melakukan penyelewengan terhadap
kebijakan yang telah dibuat.
5) Mencegah Perselisihan
Dalam suatu negara demokrasi, setiap masalah atau konflik yang
terjadi, akan diselesaikan dengan musyawarah. Sehingga diharapkan
dengan menganut sistem demokrasi bisa mencegah adanya perselisihan
antar kelompok dan dapat menyelesaikan segala masalah secara damai.
b. Prinsip-Prinsip Demokrasi
1) Negara Berdasarkan Konstitusi
Pengertian negara demokratis adalah negara yang pemerintah
dan warganya menjadikan konstitusi sebagai dasar penyelenggaraan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Konstitusi dapat diartikan
sebagai undang-undang dasar atau seluruh peraturan hukum yang
berlaku di sebuah negara.
Sebagai prinsip demokrasi, keberadaan konstitusi sangat
penting sebab dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara.
Konstitusi berfungsi membatasi wewenang penguasa atau pemerintah
serta menjamin hak rakyat. Dengan demikian, penguasa atau
pemerintah kemudian tidak akan bertindak sewenang-wenang kepada
rakyatnya dan rakyat tidak akan bertindak anarki dalam menggunakan
hak dan pemenuhan kewajibannya.
2) Jaminan Perlindungan HAM
Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar atau hak pokok
yang dimiliki manusia sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha
Esa. Hak asasi manusia mencakup hak untuk hidup, kebebasan
memeluk agama, kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat, serta hak-hak lain sesuai ketentuan undang-undang.
Perlindungan HAM merupakan salah satu prinsip negara
demokrasi karena perlindungan terhadap HAM pada hakikatnya
merupakan bagian dari pembangunan negara yang demokratis.
3) Kebebasan Berpendapat dan Berserikat
Demokrasi memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
berpikir dan menggunakan hati nurani serta menyampaikan pendapat
dengan cara yang baik.Selain itu salah satu prinsip demokrasi adalah
mengakui dan memberikan kebebasan untuk berserikat atau
membentuk organisasi.
Setiap orang boleh berkumpul dan membentuk identitas
dengan organisasi yang ia dirikan. Melalui organisasi tersebut setiap
orang dapat memperjuangkan hak sekaligus memenuhi kewajibannya.
4) Pergantian Kekuasaan Berkala
Gagasan tentang perlunya pembatasan kekuasaan dalam
prinsip demokrasi dicetuskan oleh Lord Acton. Lord Acton
menyatakan bahwa pemerintahan yang diselenggarakan manusia
penuh dengan kelemahan. Pendapatnya yang cukup terkenal adalah
“power tends to corrupt, but absolute power corrupts absolutely”.
Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung
menyalahgunakan kekuasaan. Pergantian kekuasaan secara berkala
bertujuan membatasi kekuasaan atau kewenangan penguasa.
Pergantian kekuasaan secara berkala dapat meminimalisasi
penyelewengan dalam pemerintahan seperti korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Pergantian seorang kepala negara atau kepala daerah dapat
dilakukan dengan mekanisme pemilihan umum yang jujur dan adil.
5) Peradilan Bebas dan Tak Memihak
Peradilan bebas adalah peradilan yang berdiri sendiri dan
bebas dari campur tangan pihak lain termasuk tangan penguasa.
Pengadilan bebas merupakan prinsip demokrasi yang mutlak
diperlukan agar aturan hukum dapat ditegakkan dengan baik. Para
hakim memiliki kesempatan dan kebebasan dalam menemukan
kebenaran dan memberlakukan hukum tanpa pandang bulu.
Posisi netral sangat dibutuhkan untuk melihat masalah secara
jernih dan tepat. Kejernihan pemahaman tersebut akan membantu
hakim menemukan kebenaran yang sebenar-benarnya Selanjutnya,
hakim dapat mempertimbangkan keadaan yang ada dan menerapkan
hukum dengan adil bagi pihak berperkara.
6) Penegakan Hukum dan Persamaan Kedudukan
Persamaan kedudukan warga negara di depan hukum akan
memunculkan wibawa hukum. Setiap Warga Negara di Depan Hukum
Hukum merupakan instrumen untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan. Oleh karena itu, pelaksanaan kaidah hukum tidak boleh berat
sebelah atau pandang bulu. Setiap perbuatan melawan hukum harus
ditindak secara tegas. Saat hukum memiliki wibawa, hukum tersebut
akan ditaati oleh setiap warga negara.
7) Jaminan Kebebasan Pers
Kebebasan pers merupakan salah satu pilar penting dalam
prinsip-prinsip demokrasi. Pers yang bebas dapat menjadi media bagi
masyarakat untuk menyalurkan aspirasi serta memberikan kritikan
dan masukan kepada pemerintah dalam pembuatan kebijakan publik.
Di sisi lain, pers juga menjadi sarana sosialisasi program-
program yang dibuat pemerintah. Melalui pers diharapkan dapat
terjalin komunikasi yang baik antara pemerintah masyarakat.

D. WARGA NEGARA INDONESIA


1. Definisi
Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh undang-
undang (UU) sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan
diberikan Kartu Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI
Jakarta) Provinsi, tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini
akan diberikan nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK)
apabila ia telah berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan.
Paspor diberikan oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas
yang bersangkutan dalam tata hukum internasional.
Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang
menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) adalah
a. setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI
b. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI
c. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu
warga negara asing (WNA), atau sebaliknya
d. anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah yang
tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah tidak
memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut
e. anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya meninggal
dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI
f. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI
g. anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui oleh
seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum
anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin
h. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu lahir
tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.
i. anak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik Indonesia
selama ayah dan ibunya tidak diketahui
j. anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan ibunya
tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui keberadaannya
k. anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu
WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan
memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan
l. anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan
kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia sebelum
mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

2. Syarat – Syarat dan Prosedur mendapatkan Kewarganegaraan


Indonesia
Persyaratan untuk memperoleh kembali status WNI yang telah hilang sama
saja dengan persyaratan bagi WNA lainnya yang akan menjadi WNI,
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU 12/2006, yakni:
a. Telah berusia 18 tahun atau sudah kawin meskipun belum 18 tahun.
b. Pada saat mengajukan permohonan, telah tinggal di Indonesia selama 5 tahun
berturut-turut atau 10 tahun tidak berturut-turut.
c. Sehat jasmani dan rohani.
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan UUD
1945.
e. Tidak pernah dijatuhi hukuman pidana / penjara karena terbukti melakukan
tidak pidana / kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara 1 tahun atau
lebih.
f. Dengan memperoleh kewarganegaraan Indonesia tidak menyebabkan
statusnya menjadi berkewarganegaraan ganda, sebab hal itu tidak diakui
dalam sistem hukum di Indonesia. Dengan kata lain, status kewarganegaraan
dari negara lain harus dilepaskan.
g. Mempunyai pekerjaan atau memiliki penghasilan tetap.
h. Membayar uang / biaya pewarganegaraan ke Kas Negara. Untuk keterangan
lebih lanjut mengenai besarnya biaya ini silahkan hubungi Kantor Imigrasi RI
terdekat.
Di samping 8 syarat tersebut di atas, secara logis seseorang yang akan
mengajukan permohonan untuk mendapatkan kembali status WNI tidak boleh
berada dalam kondisi yang tidak diperkenankan oleh UU 12/2006, seperti sedang
dalam ikatan dinas militer atau pegawai negeri di negara lain.
Prosedur untuk memperoleh kembali status WNI yang telah hilang juga
sama dengan prosedur bagi WNA lainnya yang akan menjadi WNI sebagaimana
diatur dalam Pasal 10-18 UU 12/2006, yakni:
a. Permohonan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia di atas kertas
bermeterai RI, ditujukan kepada Presiden RI melalui Menteri Hukum &
HAM, dan disampaikan kepada Pejabat Imigrasi terkait.
b. Jika permohonannya diajukan di Timor-Leste maka pengajuannya dapat
dilakukan melalui KBRI-Dili dan akan diterukan kepada Menteri Hukum &
HAM.
c. Menteri Hukum & HAM akan meneruskan permohonan tersebut kepada
Presiden RI paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal diterimanya
permohonan itu, disertai berbagai pertimbangan.
d. Presiden RI dapat saja menerima atau menolak permohonan tersebut.
e. Jika diterima maka akan diterbitkan Keputusan Presiden (Keppres) RI paling
lambat 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan dan akan diserahkan
kepada yang bersangkutan paling lambat 14 (empat belas) hari sejak tanggal
Keppres.
f. Apabila permohonannya ditolak maka Menteri Hukum & HAM akan
memberitahukan kepada yang bersangkutan paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya permohonan, disertai alasan penolakannya.
g. KBRI-Dili akan memanggil pemohon untuk mengucapkan sumpah atau
menyatakan janji setia kepada NKRI selambatnya 3 (tiga) bulan sejak
dikirimnya Keppres tersebut kepada yang bersangkutan. Dalam hal ini,
Keppres tersebut nanti akan berlaku efektif terhitung sejak tanggal
pengucapan sumpah atau pernyataan janji.
h. Jika pada saat pengucapan sumpah atau pernyataan janji ternyata pemohon
tidak hadir tanpa alasan yang sah maka dengan sendirinya Keppres tersebut
dianggap batal demi hukum.
i. Setelah pengucapan sumpah atau pernyataan janji, pemohon diwajibkan
menyerahkan dokumen / surat-surat keimigrasiannya ke KBRI-Dili dalam
jangka waktu selambatnya 14 (empat belas) hari.
j. Salinan Keppres dan Berita Acara Pengucapan Sumpah / Pernyataan Janji
adalah bukti sah perolehan status WNI bagi yang bersangkutan. Dalam hal
ini, Menteri Hukum & HAM akan mengumumkan nama yang bersangkutan
sebagai WNI secara sah melalui Berita Negara RI.
3. Masalah dan Asas – Asas Kewarganegaraan
a. Asas – Asas Kewarganegaraan
1) Ius sanguinis atau jus sanguinis (bahasa Latin untuk "asas keturunan, hak
untuk darah atau pertalian darah") adalah
penentuan kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah atau keturunan.
Asas ini dianut oleh negara yang tidak dibatasi oleh lautan seperti Eropa
Kontinental dan Tiongkok. Keuntungan dari asas ius sanguinis adalah :
a) Akan memperkecil jumlah orang keturunan asing sebagai warga
negara
b) Tidak akan memutuskan hubungan antara negara dengan warga
negara yang lain.
c) Semakin menumbuhkan semangat nasionalisme.
d) Bagi negara daratan seperti Tiongkok, yang tidak menetap pada suatu
negara tertentu, tetapi keturunan tetap sebagai warga negaranya
meskipun lahir di tempat lain (negara tetangga).
2) Ius soli atau jus soli (bahasa Latin untuk "hak untuk wilayah") adalah asas
yang menentukan kewarganegaraan seseorang ditentukan oleh tempat
kelahirannya. Ius soli berasal dari kata ius dan solum. Ius berarti hukum,
dalil, atau pedoman. Sedangkan soli berasal dari kata solum yang berarti
negeri, tanah atau daerah.
Asas ius soli lazim diberlakukan oleh negara-negara yang memiliki
jumlah warga negara yang sedikit, yang kebanyakan penduduk di negara
itu merupakan warga pendatang yang diterima untuk melaksanakan
berbagai pekerjaan bagi perkembangan perekonomiannya, atau para
imigran yang diterima dengan baik di negara yang bersangkutan.
Biasanya sebuah peraturan praktikal pemerolehan nasionalitas atau
kewarganegaraan sebuah negara oleh kelahiran di wilayah tersebut
diberikan oleh sebuah hukum turunan disebut lex soli. Banyak negara
memberikan lex soli tertentu, dalam aplikasi dengan jus soli yang
bersangkutan, dan aturan ini yang paling umum untuk memperoleh
nasionalitas. Sebuah pengecualian lex soli diterapkan bila anak yang
dilahirkan orang tuanya adalah seorang diplomat dari negara lain, yang
dalam misi di negara bersangkutan namun banyak negara memperketat
lex soli dengan mengharuskan paling tidak salah satu orang tua harus
memiliki warga negara yang bersangkutan atau izin tinggal resmi lainnya
pada saat kelahiran anak tersebut. Alasan utama menerapkan aturan
tersebut adalah untuk membatasi jumlah orang bepergian ke negara lain
dengan tujuan mendapatkan kewarganegaraan untuk seorang anak.
Beberapa negara menganut prinsip ius soli tanpa syarat, seperti:
Antigua dan Barbuda, Argentina, Barbados, Belize, Brasil, Kanada, Chad,
Chile, Kuba, Amerika Serikat. Negara-negara ini menerapkan prinsip itu
karena mengacu pada sistem hukum Inggris, di mana prinsip ius soli
dikembangkan, atau karena suatu alasan ingin menarik warga asing untuk
menjadi warganegaranya, seperti yang banyak dilakukan di Amerika
Tengah dan Selatan. Beberapa negara lain menerapkan prinsip ius soli
dengan persyaratan. Republik Dominika misalnya hanya memberikan hak
kewarganegaraan jika orang tua bayi tinggal di negara itu secara legal.
Malaysia memberi bayi yang lahir di wilayahnya hak kewarganegaraan,
dengan syarat bahwa orang tuanya harus punya izin tinggal permanen.
Australia, Kolombia dan Irlandia juga menganut prinsip ius soli dengan
persyaratan.
b. Masalah Kewarganegaraan
1) Apatride
Apatride atau biasa disebut dengan Tak bernegara (bahasa
Inggris:Statelessness) adalah istilah hukum mengenai hilangnya
kewarganegaraan, atau absennya hubungan pengakuan antara individu
dan suatu negara. Orang yang tak bernegara secara de jure terkadang
merupakan orang yang "tidak dianggap sebagai seorang warga negara
oleh suatu negara dibawah operasi hukumnya".Orang yang tak bernegara
secara de facto adalah orang yang berada di luar negara dari
kewarganegaraannya dan tidak jelas atau, untuk alasan-alasan valid, tidak
mendapatkan perlindungan dari negara tersebut.Orang yang tak bernegara
secara de facto dapat mengakibatkan penganiayaan atau berakibat pada
retaknya hubungan diplomatik antara negara asalnya dan negara yang
ditinggalinya.
Beberapa orang yang tak bernegara secara de jure juga merupakan
pengungsi, meskipun tidak semua pencari suaka adalah orang yang tak
bernegara secara de jure dan tidak semua orang yang tak bernegara secara
de jure adalah pengungsi. Beberapa orang yang tak bernegara tidak pernah
melintasi perbatasan internasional.
2) Bipatride
Bipatride atau biasa disebut dengan Kewarganegaraan ganda adalah
sebuah status yang disematkan kepada seseorang yang secara hukum
merupakan warga negara sah di beberapa negara. Kewarganegaraan ganda
ada karena sejumlah negara memiliki persyaratan kewarganegaraan yang
berbeda dan tidak eksklusif. Secara umum, kewarganegaraan ganda
berarti orang-orang yang "memiliki" kewarganegaraan ganda, tetapi
secara teknis diklaim sebagai warga negara oleh masing-masing
pemerintah negara bersangkutan. Karena itu, mungkin saja bagi seseorang
menjadi warga negara di satu negara atau lebih, atau bahkan tanpa
kewarganegaraan.
4. Faktor – Faktor yang Menyebabkan Kehilangan
Kewarganegaraan
Warga Negara Indonesia dengan sendirinya kehilangan kewarganegaraannya
karena:
a. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauannya sendiri;
b. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain, sedangkan orang
yang bersangkutan mendapatkan kesempatan untuk itu;
c. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonan
sendiri, yang bersangkutan sudah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah
kawin, bertempat tinggal di luar negeri dan dengan dinyatakan hilang
Kewarganegaraan Indonesia tidak menjadi tanpa kewarganegaraan;
d. Masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden;
e. Secara sukarela masuk dalam dinas tentara asing, yang jabatan dalam dinas
semacam itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan hanya dapat dijabat oleh Warga Negara Indonesia;
f. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada
negara asing atau bagian dari negara asing tersebut;
g. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing;
h. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat
yang dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari
negara lain atas namanya; atau
i. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 (lima)
tahun terus-menerus bukan dalam rangka dinas negara, tanpa alasan yang sah
dan dengan sengaja tidak menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi WNI
sebelum jangka waktu 5 (lima) tahun itu berakhir, dan setiap 5 (lima) tahun
berikutnya yang bersangkutan tidak mengajukan pernyataan ingin tetap
menjadi WNI kepada Perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal yang bersangkutan padahal Perwakilan Republik
Indonesia tersebut telah memberitahukan secara tertulis kepada yang
bersangkutan, sepanjang yang bersangkutan tidak menjadi tanpa
kewarganegaraan.

E. Pemerintahan Warga Negara Indonesia


1. Definisi
Pemerintah Indonesia merupakan pemerintah yang mengatur Indonesia,
sebuah negara berbentuk kesatuan dengan pemerintahan berbentuk republik dan
sistem pemerintahan presidensial dengan sifat parlementer. Pemerintah Indonesia
memiliki beberapa pengertian yang berbeda. Pada pengertian yang luas,
pemerintah dapat merujuk secara kolektif pada tiga cabang kekuasaan, yakni
cabang eksekutif, legislatif dan yudikatif. Istilah ini juga diartikan sebagai
lembaga eksekutif dan legislatif secara bersama-sama karena kedua cabang
kekuasaan inilah yang bertanggung jawab atas tata kelola bangsa dan pembuatan
undang-undang. Sementara pada pengertian yang lebih sempit, pemerintah hanya
merujuk pada cabang eksekutif berupa kabinet pemerintahan karena mereka
adalah bagian dari pemerintah yang bertanggung jawab atas tata kelola
pemerintahan sehari-hari.
Kekuasaan eksekutif dipimpin oleh seorang presiden yang merupakan kepala
negara sekaligus kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya, presiden
dibantu oleh seorang wakil presiden. Kekuasaan legislatif terletak pada Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang dibagi menjadi dua kamar, yaitu Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Cabang
yudikatif terdiri dari Mahkamah Agung (MA) dan Mahkamah Konstitusi (MK)
yang secara bersama-sama memegang kekuasaan kehakiman.
2. Bentuk – Bentuk Pemerintahan
Salah satu metode untuk mengelompokkan pemerintah adalah melalui cara
orang memiliki kewenangan untuk memerintah. Kewenangan ini bisa berupa satu
orang (otokrasi, seperti monarki), sekelompok orang terpilih (aristokrasi), atau
orang-orang secara keseluruhan (demokrasi, seperti republik).
a. Autokrasi
Autokrasi adalah sistem pemerintahan yang kekuasaan tertingginya
terkonsentrasi di tangan satu orang, yang keputusannya tidak tunduk pada
batasan hukum eksternal atau mekanisme kontrol kerakyatan yang diatur
(kecuali mungkin terhadap ancaman implisit dari kudeta atau pemberontakan
massa).
b. Aristokrasi
Aristokrasi (dari bahasa Yunani ἀριστοκρατία aristokratía, dari ἄριστος
aristos "unggul atau istimewa", dan κράτος kratos "kekuasaan") adalah suatu
bentuk pemerintahan yang menempatkan kekuasaan di tangan kelas penguasa
yang sedikit dan memiliki privilese atau hak istimewa. Banyak monarki
merupakan aristokrasi, meskipun dalam monarki konstitusional modern, raja
hanya memiliki sedikit kekuasaan. Istilah aristokrasi juga bisa merujuk pada
kelas non-tani, non-pelayan, dan non-kota dalam sistem feodal.
c. Demokrasi
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang warga negaranya
menjalankan kekuasaan dengan memberikan suara. Dalam demokrasi
langsung, warga negara secara keseluruhan membentuk badan pemerintahan
dan memberikan suara langsung pada setiap masalah. Dalam demokrasi
perwakilan, warga memilih perwakilan dari antara mereka sendiri.
Perwakilan-perwakilan ini bertemu untuk membentuk badan pemerintahan,
seperti badan legislatif. Dalam demokrasi konstitusional, kekuasaan
mayoritas dijalankan dalam kerangka demokrasi perwakilan, tetapi konstitusi
membatasi mayoritas dan melindungi minoritas, biasanya melalui penjaminan
hak tertentu bagi semua individu, misalnya kebebasan berbicara atau
kebebasan berserikat.
d. Republik
Republik adalah suatu bentuk pemerintahan dengan negara dianggap
sebagai "urusan publik" (bahasa Latin: res publica), bukan urusan pribadi
atau milik para penguasa, yang pemerintah negaranya dipilih atau ditunjuk
secara langsung atau tidak langsung alih-alih diwariskan. Rakyat, atau
sebagian besar dari mereka, memiliki kendali tertinggi atas pemerintah dan
jabatan negara dipilih atau ditunjuk oleh orang-orang terpilih.Definisi umum
yang disederhanakan dari republik adalah pemerintahan yang kepala
negaranya bukan seorang raja.Montesquieu menyatakan bahwa baik
demokrasi (semua orang memiliki bagian dalam pemerintahan) maupun
aristokrasi atau oligarki (hanya beberapa orang yang memerintah) sebagai
bentuk pemerintahan republik
Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan republik di
antaranya republik demokratis, republik parlementer, republik
semipresidensial, republik presidensial, republik federal, dan republik Islam.
e. Federal
Federalisme adalah konsep politik ketika sekelompok anggota diikat
bersama oleh kovenan dengan kepala perwakilan sebagai pengatur. Istilah
"federalisme" juga digunakan untuk menggambarkan sistem pemerintahan
yang kedaulatannya secara konstitusional dibagi antara otoritas
pemerintahan pusat dan unit politik konstituen, yang bisa disebut negara
bagian, provinsi, atau lainnya. Federalisme adalah sistem yang didasarkan
pada prinsip-prinsip dan institusi demokrasi yang kekuasaannya untuk
memerintah dibagi antara pemerintah nasional dan pemerintah
provinsi/negara bagian, sehingga menciptakan apa yang sering disebut
federasi. Para pendukungnya sering disebut federalis.
3. Cabang – Cabang Pemerintahan
a. Eksekutif
Pasangan presiden dan wakil presiden dipilih oleh rakyat melalui
pemilihan umum untuk menjabat selama lima tahun. Sebelum tahun 2004,
mereka dipilih oleh MPR. Jabatan Presiden Indonesia dapat diduduki selama
maksimum dua periode dan ia bertindak sebagai kepala negara, kepala
pemerintahan, serta panglima tertinggi Tentara Nasional Indonesia. Presiden
mengangkat anggota kabinet yang tidak harus berasal dari anggota legislatif
terpilih.
Presiden berperan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan
sekaligus, dengan UUD 1945 mengamanatkan sistem pemerintahan
presidensial. Meskipun demikian, Indonesia pernah memiliki jabatan perdana
menteri yang memimpin kabinet pada masa Orde Lama. Sistem presidensial
yang dianut sebelum Reformasi tidak bersifat murni karena presiden
merupakan mandataris MPR, artinya ia tunduk dan bertanggungjawab kepada
MPR yang berwenang mengangkat dan memberhentikannya. Setelah
Reformasi, presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat dan MPR
baru dapat memilih presiden dan/atau wakil presiden hanya jika posisi
tersebut lowong.
b. Legislatif
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) adalah cabang legislatif
pada sistem politik Indonesia yang terdiri dari dua kamar: Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Anggota DPR dipilih
dari daerah pemilihan yang multianggota, sedangkan anggota DPD dipilih
sebanyak empat orang dari setiap provinsi di Indonesia.
DPR memegang sebagian besar kekuasaan legislatif karena memiliki
kewenangan tunggal untuk mengesahkan undang-undang. DPD bertindak
sebagai badan pelengkap yang dapat mengajukan rancangan undang-undang,
menawarkan pendapatnya, dan berpartisipasi dalam diskusi, tetapi tidak
memiliki kekuatan hukum. MPR sendiri memiliki kekuasaan tambahan, yaitu
mengamandemen konstitusi, melantik presiden, dan melakukan prosedur
pemakzulan. Saat melakukan fungsi-fungsi ini, MPR menggabungkan
anggota dari DPR dan DPD.
c. Yudikatif
Mahkamah Agung (MA) merupakan cabang yudisial yang tertinggi.
Para hakimnya diangkat oleh presiden. Di sisi lain, Mahkamah Konstitusi
(MK) mengatur masalah konstitusional dan politik, sementara Komisi
Yudisial (KY) mengawasi para hakim.
d. Inspektif
Indonesia memiliki Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai salah
satu Lembaga Tinggi Negara. Organisasi ini bertanggung jawab untuk
memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan lembaga-lembaga
lainnya yang mengelola keuangan negara, seperti Bank Indonesia, badan
usaha milik negara dan daerah, dan badan layanan umum.
e. Pusat dan daerah
Dalam kaitannya dengan pemerintahan daerah, Pemerintah Indonesia
merupakan pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah pusat mencakup
kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan lainnya seperti
kebijakan tentang perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro, pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi
tinggi strategis, konservasi dan standardisasi nasional. Sejak Reformasi,
otonomi daerah semakin dikembangkan. Di Indonesia, pemerintahan daerah
adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kepala daerah (gubernur, bupati, dan wali kota) yang mulanya dipilih
oleh DPRD, sejak tahun 2005 juga dipilih oleh rakyat melalui pemilihan
umum kepala daerah. Sementara itu, para anggota DPRD, baik tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota, dipilih melalui pemilihan umum legislatif
yang dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan DPR dan DPD.
4. Sistem Ekonomi
Secara historis, sebagian besar sistem politik bermula dari ideologi sosial
ekonomi. Pengalaman dengan gerakan-gerakan yang berkuasa dan ikatan kuat
yang mungkin mereka miliki dengan bentuk pemerintahan tertentu dapat
menyebabkan mereka dianggap sebagai bentuk pemerintahan itu sendiri.

Istilah Definisi
Sistem sosial-ekonomi dengan alat-alat produksi (mesin, perkakas, pabrik, dll.)
Kapitalisme berada di bawah kepemilikan pribadi dan digunakan untuk memperoleh
keuntungan.
Sistem sosial-ekonomi dengan alat-alat produksi dimiliki bersama-sama (baik
oleh rakyat secara langsung, melalui komune atau oleh masyarakat komunis), dan
Komunisme produksi dilakukan untuk penggunaan, bukan untuk keuntungan. Dengan
demikian, masyarakat komunis tidak memiliki negara, tanpa kelas, tanpa uang,
dan demokratis.
Sistem sosial-ekonomi dengan kepemilikan properti secara luas sebagai hak
fundamental;alat-alat produksi tersebar seluas mungkin alih-alih terpusat di
bawah kendali negara (sosialisme negara), beberapa individu (plutokrasi), atau
Distributisme
korporasi (korporatokrasi).Distributisme pada dasarnya menentang sosialisme
dan kapitalisme, yang oleh para penganut distributisme dianggap sama-sama
cacat dan eksploitatif. Sebaliknya, distributisme berusaha menempatkan aktivitas
ekonomi di bawah kehidupan manusia secara keseluruhan, pada kehidupan
spiritual, kehidupan intelektual, dan kehidupan keluarga.
Sistem sosial-ekonomi kepemilikan tanah dan tugas. Di bawah feodalisme,
semua tanah di kerajaan adalah milik raja. Namun, raja akan memberikan
sebagian tanah itu kepada para bangsawan yang berjuang untuknya. Hadiah tanah
Feodalisme
ini disebut manor. Kemudian para bangsawan memberikan sebagian tanah
mereka kepada pengikut (vassal). Para pengikut kemudian harus melakukan
tugas untuk para bangsawan. Tanah para pengikut disebut wilayah fief.
Sistem sosial-ekonomi dengan para pekerja, secara demokratis dan sosial
memiliki alat-alat produksi dan kerangka ekonomi dapat terencana, baik dengan
Sosialisme didesentralisasi, didistribusikan, atau terpusat, atau dikelola sendiri dalam unit
ekonomi otonom. Pelayanan publik biasanya dimiliki bersama, dimiliki kolektif,
atau dimiliki negara, seperti layanan perawatan kesehatan dan pendidikan.
Sistem sosial-ekonomi yang memusatkan kekuasaan di negara dengan
mengorbankan kebebasan individu. Di antara varian lainnya, istilah ini mencakup
Etatisme teokrasi, monarki absolut, Nazisme, fasisme, sosialisme otoriter, dan
kediktatoran yang polos dan tanpa hiasan. Varian-varian semacam ini berbeda
dalam bentuk, taktik, dan ideologi.
Distributisme Sistem sosial-ekonomi dengan kepemilikan properti secara luas
sebagai hak fundamentalalat-alat produksi tersebar seluas mungkin alih-alih
terpusat di bawah kendali negara (sosialisme negara), beberapa individu
(plutokrasi), atau korporasi (korporatokrasi). Distributisme pada dasarnya
Negara
menentang sosialisme dan kapitalisme, yang oleh para penganut distributisme
kesejahteraan
dianggap sama-sama cacat dan eksploitatif. Sebaliknya, distributisme berusaha
menempatkan aktivitas ekonomi di bawah kehidupan manusia secara
keseluruhan, pada kehidupan spiritual, kehidupan intelektual, dan kehidupan
keluarga.

F. Kebijakan Publik
1. Definisi
Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai
bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan
sebagainya. Di samping itu dilihat dari hirarkinya, kebijakan publik dapat
bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undang-undang, peraturan
pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah
daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota,
dan keputusan bupati/walikota. Secara terminologi pengertian kebijakan
publik (public policy) itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana
kita mengartikannya. Menurut Kamus Cambridge, kebijakan publik adalah
kebijakan pemerintah yang memengaruhi setiap orang di suatu negara atau negara
bagian atau kebijakan secara umum.
Adapun pengertian kebijakan publik menurut para ahli yang diantaranya yaitu:
a. Menurut Leo Agustino, “2008:7”
Kebijakan publik ialah serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan
oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu
dimana terdapat hambatan-hambatan “kesulitan-kesulitan” dan
kemungkinan-kemungkinan “kesempatan-kesempatan” dimana kebijakan
tersebut diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mencapai tujuan
yang dimaksud.
b. Menurut William N. Dunn “2003:132”
Kebijakan Publik “Publik Policy” adalah Pola ketergantungan yang
kompleks dari pilihan-pilihan kolektif yang saling tergantung, termasuk
keputusan-keputusan untuk tidak bertindak yang dibuat oleh badan atau
kantor pemerintah.
c. Menurut Anderson, “1979:3”
Kebijakan publik meliputi segala sesuatu yang dinyatakan dan dilakukan
atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Disamping itu kebijakan publik juga
kebijakan yang dikembangkan atau dibuat oleh badan-badan dan pejabat-
pejabat pemerintah.
d. Menurut Dunn, “2003:132”
Dalam pembuatan kebijakan publik melibatkan tiga elemen yaitu
kebijakan, kebijakan publik dan lingkungan kebijakan yang semuanya saling
terhubung dan terkait.
e. Menurut Winarno, “2002:16”
Kebijakan publik merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud
yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu
masalah atau suatu persoalan.
2. Tahapan Penyusunan Kebijakan Publik
Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn. adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Agenda
Penyusunan agenda adalah sebuah fase dan proses yang sangat
strategis dalam realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah ada ruang
untuk memaknai apa yang disebut sebagai masalah publik dan agenda publik
perlu diperhitungkan. Jika sebuah isu telah menjadi masalah publik, dan
mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain. Dalam
penyusunan agenda juga sangat penting untuk menentukan suatu isu publik
yang akan diangkat dalam suatu agenda pemerintah. Isu kebijakan (policy
issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).
Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara
para aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau
pertentangan pandangan
b. Formulasi kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian
dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah
tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada.
Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk dalam agenda
kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing slternatif
bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk
memecahkan masalah.
c. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan
Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses
dasar pemerintahan. Jika tindakan legitimasi dalam suatu masyarakat diatur
oleh kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan
pemerintah.Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah
yang sah. Mendukung. Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi -
cadangan dari sikap baik dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang
membantu anggota mentolerir pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat
dikelola melalui manipulasi simbol-simbol tertentu. Di mana melalui proses
ini orang belajar untuk mendukung pemerintah.
d. Penilaian/ Evaluasi Kebijakan
Secara umum evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan
yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup
substansi, implementasi dan dampak. Dalam hal ini, evaluasi dipandang
sebagai suatu kegiatan fungsional. Artinya, evaluasi kebijakan tidak hanya
dilakukan pada tahap akhir saja, melainkan dilakukan dalam seluruh proses
kebijakan. Dengan demikian, evaluasi kebijakan bisa meliputi tahap
perumusan masalh-masalah kebijakan, program-program yang diusulkan
untuk menyelesaikan masalah kebijakan, implementasi, maupun tahap
dampak kebijakan.
3. Contoh – Contoh Kebijakan Publik
Contoh kebijakan publik di masyarakat pusat dan daerah, di antaranya :
a. Kebijakan tentang sumber pendapatan daerah dari pajak, misalnya pajak atas
restoran, pajak hotel, pajak hiburan yang terselenggara, pajak reklame, pajak
penerangan, dan lain-lain.
b. Kebijakan tentang retribusi di luar pajak, yang diijinkan untuk diminta kepada
pengguna jasa , misalnya retribusi jalan umum, retribusi parkir, retribusi
dalam kepengurusan ijin usaha, dan lain-lain.
c. Kebijakan jalur bus dalam kota dan angkutan kota. Hal ini juga diatur agar
jangan ada bus dan angkutan umum lain yang bertikai karena jalur atau
trayeknya sama.
d. Kebijakan tentang larang berdagang kaki lima dai daerah tertentu dan
menyediakan jalan khusus untuk berdagang.
e. Kebijakan dalam menaikkan harga BBM dan menaikkan harga tarf dasar
listrik
f. Kebijakan dalam pembangunan jalan tol dalam kota dan jalan tol antar kota,
termasuk kebijakan dalam menentukan tarif jalan tol. Kebijakan ini tidak
dikeluarkan oleh Presiden. Umumnya Dirjen Perhubungan bekerja sama
dengan menteri perhubungan sebagai penentu kebijakan dengan presiden
hanya mengetahui.
g. Kebijakan dalam bidang pendidikan , misalnya penetapan pelaksanaan Ujian
Nasional
h. Dirjen Perhubungan bersama kepolisian mengeluarkan kebijakan tentang
aturan nomor kendaraan ganjil dan genap untuk melalui jalan utama di
wilayah Jakarta.
i. Kebijakan pemerintah daerah mengenai jam berlakunya hiburan malam dan
tempat-tempat makan untuk buka saat bulan Ramadhan untuk menghormati
warga yang berpuasa.
j. Kebijakan tentang aturan atas ruang kota, daerah mana saja yang dapat
dibangun dan daerah mana yang termasuk jalur hijau.

Anda mungkin juga menyukai