Anda di halaman 1dari 30

NASIONALISME DAN

PATRIOTISME INDONESIA
Nasionalisme dan Patriotisme
• Nasionalisme arti singkatnya adalah cinta
bangsa dan patriotisme adalah cinta tanah
air. Didalam nasionalisme dan patriotisme
terkandung rasa setia kawan atau solidaritas
terhadap tanah air dan bangsa, dan
terkandung pula rasa sepenanggungan
terhadap kelangsungan hidup tanah air dan
bangsanya.
• Soekarno dianggap paling mewakili semangat
patriotisme dan nasionalisme generasi muda
Indonesia di masanya.
• Baginya, martabat dan identitas diri sebagai
bangsa merdeka sangat penting.
• Proklamator Kemerdekaan Indonesia lainnya,
Bung Hatta pernah mengutip pandangan Prof.
Kranenburg dalam Het Nederlandsch Staatsrech,
“Bangsa merupakan keinsyafan, sebagai suatu
persekutuan yang tersusun jadi satu, yaitu
keinsyafan yang terbit karena percaya atas
persamaan nasib dan tujuan. Keinsyafan tujuan
bertambah besar karena persamaan nasib,
malang yang sama diderita, mujur yang sama
didapat, dan oleh karena jasa bersama.
• Pendeknya, oleh karena ingat kepada riwayat
(sejarah) bersama yang tertanam dalam hati dan
otak”.
• Dalam perspektif yang kurang lebih sama,
Jenderal Ryamizard Ryacudu yang saat
menjabat sebagai KSAD sangat getol
memompakan semangat patriotik kepada
berbagai kalangan menyatakan bahwa rasa
kebangsaan merupakan kesadaran
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
yang tumbuh secara alamiah karena adanya
kesamaan budaya, sejarah dan aspirasi
perjuangan yang membuahkan semangat
untuk maju bersama.
• Dari semangat kebangsaan akan mengalir
rasa kesetiakawanan sosial, semangat rela
berkorban dapat menumbuhkan jiwa
patriotisme. Dalam perspektif seperti itu,
menurut Ryamizard,  kita akan mampu
meneriakkan kata-kata: ‘Merdeka atau Mati’
dengan penuh penghayatan yang
sebenarnya.
• Di sini, kepentingan terhadap nasionalisme
dipupuk dengan sikap patriotisme yang tinggi.
• Nasionalisme tidak harus hidup dalam
bayang-bayang—memakai bahasa Benedict
Anderson, imagined community—tetapi harus
dilaburi dengan sikap jujur dan berani
mengambil risiko.
• Seluruh kelompok intelektual muda Indonesia
di masa perjuangan kemerdekaan ambil peran
dalam partai-partai dan organisasi-organisasi
pergerakan.
• Perspektif yang sedikit berbeda tentang
nasionalisme dan patriotisme dikemukakan
oleh pakar ilmu sosial Dr. Gandung Ismanto.
• Dia menyampaikan bahwa semangat
kebangsaan atau nasionalisme merupakan
hal yang terus berkembang seiring dengan
tantangan dan kemajuan zaman.
• Semangat kebangsaan sangat dipengaruhi
oleh lingkungan dan situasi yang sedang
terjadi pada masanya.
• Di situlah rasa kebangsaan menampakkan
relativismenya karena dia digelorakan oleh
manusia yang juga relatif.
• Jadi, menurut Gandung, kita akan gagal dan
kecewa bila berharap semangat dan rasa
nasionalisme para pelaku sejarah Proklamasi
tahun 1945 harus sama persis dengan
semangat nasionalisme generasi sekarang.
• Meskipun demikian Gandung melihat ada
benang merah dari semangat kebangsaan
antargenerasi yang hidup di sepanjang zaman
yakni pada intinya semangat kebangsaan
merupakan upaya kolektif untuk
memerdekakan diri, suatu upaya pencarian
identitas baru agar bisa maju bersama
menuju kehidupan ideal yang dicita-citakan.
• Kehendak bebas untuk menentukan
identitas diri merupakan hak yang tidak
dapat dicabut dari diri seseorang maupun
dari suatu bangsa oleh pihak mana pun.
• Pengertian nasionalisme pada awalnya
dikaitkan dengan persyaratan adanya
persamaan agama dan persamaan suku.
• Tetapi dengan adanya perkembangan
masyarakat Eropa dari feodalisme ke arah
kapitalisme, tidak lagi dikaitkan dengan
adanya persyaratan tadi tetapi diberi
pengertian sebagai suatu sikap kejiwaan yang
mengikat rakyat menjadi satu bangsa dengan
satu tanah air.
• Nasionalisme Indonesia adalah suatu
nasionalisme yang tidak semata-mata
keharusan persamaan ras, suku atau agama
melainkan nasionalisme Indonesia juga
didasarkan kepada konsepsi mental spiritual
yang telah lama dimiliki oleh bangsa
Indonesia.
• Menurut Ruslan Abdulgani, nasionalisme
Indonesia yang pertama adalah
berkeTuhanan Yang Maha Esa, nasionalisme
yang berke-Tuhanan YME itu juga
berperikemanusiaan, menomor satukan
kesatuan dan persatuan tanah air dan
bangsa, juga berdemokratis yang
berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Atau
disebut sebagai nasionalisme pancasila.
• Patriotisme menurut Ruslan Abdulgani
adalah bagian dari iman atau dalam bahasa
arab “chubbul wathon minal iman
Jiwa patriotisme mengandung tiga hal pokok
yaitu ;
1. Merupakan bagian dari iman kita terhadap Tuhan
yang Maha Penyayang dan Pemurah. Siapa yang
tidak beriman kepada Tuhan tidak akan dapat
memiliki jiwa patriotisme secara sempurna.
2. Patriotisme harus disertai dengan mengelola tanah
air dan kekayaan alam bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (pasal 33 UUD 1945).
3. Patriotisme setiap waktu harus bersedia membela
tanah airnya. Membela tanah air tidak hanya
merupakan wajib tetapi juga hak (pasal 30 UUD
1945).
• Dalam pandangan reflektif terhadap sejarah
Indonesia modern, tantangan bangsa di awal
Era Kebangkitan Nasional Pertama, yang
dipancangkan tonggak pertamanya dengan
Soempah Pemoeda 1928, adalah
membangkitkan jiwa semangat nasionalisme
sebagai alat perjuangan melawan
kolonialisme dan imperalisme.
• Kolonialisme adalah suatu sistem dimana
suatu negara menguasai rakyat dan sumber
daya negara lain, tetapi masih tetap
berhubungan dengan negeri asal.
• Tujuan kolonialisme adalah untuk menguras
sumber-sumber kekayaan daerah koloni demi
perkembangan industri dan memenuhi kekayaan
negara yang melaksanakan politik kolonial
tersebut.
• Imperialisme adalah suatu sistem penjajahan
langsung dari suatu negara terhadap negara
lainnya.
• Tujuan imperialisme adalah melakukan
penjajahan dengan cara membentuk
pemerintahan jajahan dan dengan menanamkan
pengaruh pada semua bidang kehidupan di
daerah jajahan.
• Soekarno memahami imperialisme bukan
sebagai suatu pemerintahan, bukan bangsa
asing, bukan sebagai suatu badan, manusia,
benda, ataupun materi.
• Tetapi imperialisme diartikan sebagai suatu
paham, suatu nafsu, suatu kecenderungan,
suatu keinginan, ataupun suatu kesukaan.
• Pendapat Soekarno ini agaknya harus terus
direnungkan secara mendalam.
• Bagi seorang Soekarno :
1. seorang pengusaha yang menebang hutan
seenaknya tanpa memperdulikan lingkungan dan
kelestarian alam adalah seorang imperialis.
2. Seorang penguasa yang hanya mementingkan
keluarga dan kantongnya sendiri adalah seorang
imperialis.
3. Suatu keluarga yang berfoya-foya hidupnya
tanpa memperhatikan nasib rakyat miskin
disekitarnya adalah seorang imperialis.
4. Intinya, selama masih terjadi penindasan hak,
maka imperialisme akan terus berkembang subur.
• Semangat nasionalisme itu semula dipahami
sebagai manifestasi patriotisme radikal.
• Dimasa lalu para tokoh pergerakan nasional
yang umumnya tergolong pemuda, sangat
yakin bahwa semangat nasionalisme telah
membangkitkan rasa percaya diri untuk
merdeka sebagai suatu negara -–bangsa.
• Para pejuang pendahulu kita yang dipelopori
oleh Bung Karno, pada zaman pra
kemerdekaan melihat nasinalisme sebagai
renaisans bangsa-bangsa Timur yang terjajah,
untuk bangkit memerdekakan diri.
• Api semangat nasionalisme senantiasa
mengandung cita-ideal membangun hari
esok yang lebih baik.
• Dan saat itulah bisa disebut sebagai Era
Nasionalisme Gelombang Pertama, yang
membentuk kesadaran intelektual dan
keyakinan politik, yang mencapai titik
kulminasi pada Proklamasi 17 Agustus 1945.
• Pada periode selanjutnya , kita masuk pada
Era Nasionalisme Gelombang Kedua, yang
ditujukan untuk State Building dan Nation
Building, yang di dalamnya terkandung pula
“character building” yang dimaksudkan
untuk membangun watak manusia sebagai
pribadi dan makhluk sosial, melalui
pendidikan dalam keluarga, sekolah,
organisasi dan masyarakat.
• Dalam hal ini pada masa Orde Baru disebut
dengan istilah “pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya”.
• Character building, adalah salah satu segi dari nation
building, artinya adalah usaha membina bangsa, agar
sadar akan harga dirinya sebagai bangsa yang besar,
merdeka dan berdaulat, serta mampu membangun
suatu negara hukum yang modern.
• Proses nation building telah berjalan sejak masa
pergerakan nasional, dan proses state building
dilaksanakan pada masa pasca –Proklamasi sampai
Orde Baru.
• Tetapi sayangnya, dimasa lalu bukan state building
yang dibangun, tetapi justru kingdom building,
dengan segala implikasi negatifnya yang
mengakibatkan situasi krisis seperti sekarang ini.
• Di dalam Era Orde Baru itu, terdapat
kecenderungan nasionalisme tidak lagi
diidealisasikan dalam semangat ideologis,
tetapi lebih diletakkan dalam parameter
“partisipasi dalam pembangunan”.
• Nasionalisme dengan demikian menjadi lebih
berdimensi prakmatis. Dan sebaliknya
pembangunan berkembang menjadi
semacam ideologi.
• Kemudian munculah istilah, yang oleh
kalangan cendekiawan disebut Nasionalisme
Pembangunan atau Nasionalisme Gelombang
Ketiga. Karena menempatkan manusia hanya
sebagai obyek dan bukannya sebagai subyek
pembangunan, yang ternyata rapuh bagi
proses state building yang sesungguhnya
hendak dituju.
• Pada Era berikutnya nasionalisme dan
patriotisme Indonesia anti kolonialisme,
tujuannya adalah untuk :
1. berdaulat di bidang politik,
2. berdikari di bidang ekonomi dan
3. berkepribadian di bidang kebudayaan.
• Pada saat ini bisa dikatakan kita sudah
mencapai kemerdekaan di bidang politik,
tetapi tujuan untuk mencapai keberdikarian di
bidang ekonomi dan untuk menumbuhkan
kepribadian di bidang kebudayaan masih
memerlukan perjuangan tersendiri.
• Tujuan pemupukan jiwa nasionalisme dan
patriotisme adalah untuk memperkokoh
kemerdekaan dan kedaulatan kita di bidang
politik, dan untuk meneruskan perjuangan
kita ke arah keberdikarian di bidang ekonomi
dan kepribadian di bidang kebudayaan.
Menurut Ruslan Abdulgani, memupuk jiwa
nasionalisme dan patriotisme dewasa ini
mengandung keharusan beberapa hal
1. Untuk meningkatkan kewaspadaan nasional
kita terhadap halangan,gangguan, ancaman,
subversi dan infiltrasi di bidang ekonomi
dan kebudayaan, serta segala gangguan dan
ancaman yang merembes ke bidang politik.
2. Untuk meningkatkan daya saing atau daya
kompetisinya terhadap bangsa-bangsa
asing, tidak hanya dimedan pergaulan hidup
internasional tetapi terlebih di dalam negeri
kita sendiri. Pembinaan daya saing ini harus
bersumber pada jiwa nasionalisme dan
patriotisme yang percaya pada kekuatan diri
sendiri.
3. Ditujukan pada elite baru bangsa kita, baik
yang ada dalam kalangan pemerintahan
maupun kalangan swasta untuk mempunyai
rasa solidaritas dengan masyarakat yang luas
dan rakyat banyak yang masih terbelakang
dan miskin.
4. Ditujukan pada rakyat kita dimana-mana,
terutama yang masih terbelakang dan masih
miskin agar supaya dibangkitkan tekadnya
untuk memperbaiki nasibnya dengan
mengelola kekayaan dan kesuburan alam kita
ini sebagai rasa syukur terhadap Tuhan YME.
• 5. Ditujukan pada generasi muda, lebih-lebih
kepada generasi yang sedang berkuasa baik
di lembaga eksekutif, legeslatif maupun
yudikatif, yang dipancarkan dalam jiwa
kepemimpinan yang tercermin dalam tingkah
laku “ing ngarsa sung tulada, ing madya
mbangun karsa, tut wuri handayani”.

Anda mungkin juga menyukai