PELAYANAN PUBLIK
Pendiskripsikan Prinsiprinsip
Pelayanan Publik
UU NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG
PELAYANAN PUBLIK SEBAGAI DASAR
PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
IMAGE TERHADAP PELAYANAN PUBLIK INDONESIA SAAT INI
IMAGE PELAYANAN PUBLIK INDONESIA YANG DIHARAPKAN
PENGERTIAN PELAYANAN PUBLIK
5
B. HAKEKAT PELAYANAN PUBLIK
Melayani masyarakat baik sbg kewajiban maupun sbg kehormatan,
merupakan dasar bagi terbentuknya masyarakat yg manusiawi.
(Tjosvold, 1993 : x).
12
HAKEKAT PELAYANAN PUBLIK ( L A N J U TA N )
Pelayanan publik oleh instansi pemerintah bermotif sosial dan politik yakni untuk
menjalankan visi & misi serta mencari dukungan suara.
Pelayanan publik oleh swasta dapat bermotif sosial (volunteer), tetapi lebih banyak
bermotif ekonomi yakni mencari keuntungan.
Pelayanan publik kepada masyarakat dapat diberikan secara cuma-cuma sebagai
kompensasi dari pembayaran pajak, ataupun ditarik bayaran.
Tarif pelayanan publik oleh pemerintah ditetapkan berdasarkan harga produksi
atau tarif yang paling terjangkau.
Pemberian pelayanan publik secara seragam kepada semua warganegara
sebenarnya justru tidak adil karena kebutuhan & kepentingan masyarakat
berbeda-beda.
HAKEKAT PELAYANAN PUBLIK
( LA N J U TA N )
Kesederhanaan,
Kejelasan,
Kepastian Waktu,
Akurasi,
Keamanan,
Tanggungjawab,
Kelengkapan sarana dan prasarana,
Kemudahan Akses,
Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan
Kenyamanan,
(Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor
63/KEP/M.PAN/7/2003,)
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK
Pemberian Pelatihan dan Pengembangan Sebagai dasar pemahaman tugas dan fungsi
Pegawai Terkait Bagaimana Memberikan Pelayanan organisasi
yang Baik.
4
Diberikan dalam bentuk reword terhadap
Memberikan Apesiasi Kepada Pegawai.
pegawai yang telah melaksanakan tugas
5 pelayanannya dengan baik.
KENDALA PENGEMBANGAN PELAYANAN PRIMA
1. Kurangnya komitmen dari aparatur pelayanan
2. Kurangnya pemahaman tentang manajemen kualitas
3. Ketidakmampuan merubah Kultur & Perilaku
4. kurang akuratnya perencanaan kualitas
5. Kurang efektifnya program pengembangan SDM
6. Sistem dan Struktur kelembagaan tidak kondusif
7. Keterbatasan sumber-sumber
8. Lemahnya sistem insentif (terutama non finansial)
9. Penerapan sistem manajemen kualitas belum efektif
10. Berorientasi jangka pendek
11. Sistem informasi kinerja pelayanan belum dikembangkan
12. Lemahnya integritas aparatur
13. Berorientasi mempertahankan status quo
LANGKAH STRATEGIS YANG DAPAT DILAKUKAN
DALAM PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK
1. Fasilitas Penunjang (Supporting Facilities): adalah berbagai prasarana dan sarana fisik (Infrastruktur)
yang harus sudah tersedia sebelum sesuatu pelayanan publik tertentu dapat diselenggarakan atau
ditawarkan kepada masyarakat.
2. Barang/Jasa Pelengkap (Complimentary Products/Services): adalah barang / material / bisa juga
dokumen, maupun jasa-jasa lainnya yang harus disediakan, dibeli, dan atau digunakan oleh masyarakat
calon pengguna layanan publik sebagai pelengkap atau kelengkapan sebelum / sesudah memperoleh
pelayanan publik tertentu.
3. Layanan Eksplisit (Explicit Services): adalah wujud nyata sebagai substansi atau inti manfaat dari
pelayanan publik yang diterima atau dirasakan oleh masyarakat.
4. Manfaat Tersirat (Implicit Services) : adalah manfaat yang secara psikologis dapat dirasakan oleh
masyarakat secara ekstrinsik dari suatu layanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
(James A Fitzsimmons dan Mona J. Fitzsimmons, 1994)
C. JENIS-JENIS PELAYANAN PUBLIK
• Pengelompokan jenis pelayanan Publik pada dasarnya dilakukan
dgn melihat jenis jasa yang dihasilkan oleh suatu organisasi.
• Jasa adalah “ setiap tindakan ataupun perbuatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya
bersifat tidak berwujud fisik (intangible) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu. Produksi jasa dapat berhubungan dengan
produk fisik maupun tidak”. (Kotler, 1994).
C. JENIS-JENIS PELAYANAN UMUM
1. Dilihat dari pangsa pasarnya, dibedakan
( L A N J U TAantara
N) :
a. jasa kepada konsumen akhir;
b. jasa kepada konsumen organisasional.
2. Dilihat dari tingkat keberwujudan, dibedakan antara :
a. jasa barang sewaan;
b. jasa barang milik konsumen;
c. jasa untuk bukan barang.
3. Dilihat dari ketrampilan penyedia jasa, dibedakan antara :
a. pelayanan profesional;
b. pelayanan non-profesional.
4. Dilihat dari tujuan organisasi, dibedakan antara :
a. pelayanan komersial;
b. pelayanan nirlaba.
KATEGORI BARANG DAN JASA:
7. Sumber daya, keterampilan, dan komitmen staf adalah aset yang terbaik di
dalam memodernisasi pelayanan umum
8. Pimpinan departemen/LPND tetap bertanggung jawab terhadap proses
contracting out kepada pihak swasta.
9. Perlunya antisipasi yang tepat terhadap perubahan yang terjadi
10. Perlindungan terhadap pegawai tetap diutamakan dengan kompensasi
yang layak.
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN
PROFESIONALISME DALAM PELAYANAN 3
PUBLIK
11. Komunikasi yang efektif dan terus menerus adalah kunci kesuksesan
penyempurnaan dan perubahan
12. Adanya informasi dan komunikasi terbuka antara pelanggan (masyarakat)
dan stake holder
13. Hubungan dengan sektor swasta adalah dua arah, dengan menerapkan
prinsip keterbukaan dan kejujuran
14. Pejabat senior memberikan kepemimpinan yang merangsang motivasi dan
penyempurnaan yang berkelanjutan
PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN PROFESIONALISME
ADMINIST RASI PELAYANAN PUBLIK
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti watak kesusilaan atau adat
kebiasaan (Custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang
merupakan istilah dari bahasa latin yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”
yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk.
Etiket berasal dari bahasa Perancil Etiquette yang berarti aturan sopan santun dan tata
cara pergaulan yang baik antara sesama manusia.
1
PERBEDAAN ETIKA DAN ETIKET
(BERTENS, 2007)
ETIKET ETIKA
Menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan Tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu
manusia. perbuatan
Hanya berlaku pada pergaulan. Bila tidak ada Selalu berlaku meskipun tidak ada saksi mata
saksi mata maka Etiket tidak berlaku
Bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan Jauh lebih bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya
dalam suatu kebudayaan, bisa saja dianggap sopan tidak dapat ditawar lagi
dalam kebudayaan lain.
Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja Menyangkut manusia dari segi dalam
Harapan kepada Seluruh Kementerian/Lembaga
HaloDiklat: sipka.lan.go.id