Integritas adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi
nilai-nilai luhur dan keyakinan (Pedoman Simposium, 2016). Integritas juga dapat diartikan
sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Integritas Nasional adalah identik dengan Integritas bangsa yang mempunyai pengertian
"suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial-budaya ke dalam kesatuan
wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa"
Integritas adalah komitmen untuk mendasarkan setiap tindakan pada seperangkat prinsip atau
nilai moral secara konsisten. Konsistensi pemikiran, ucapan, dan tindakan seorang pemimpin
menjadi teladan bagi pengikutnya. Keteladanan inilah yang menjadi kekuatan dalam
menggerakan pengikutnya meraih misi dan tujuan organisasi tanpa kenal menyerah.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bertens (2007:4), bahwa integritas adalah seperangkat
prinsip atau nilai moral yang menjadi pedoman bagi seseorang atau sekelompok orang dalam
mengatur perbuatannya. Nilai-nilai tersebut berasal dari perpaduan nilai agama, budaya dan
ideology sebuah bangsa, sehingga menjadi acuan dan patokan bersama dalam melaksanakan
suatu tindakan.
Oleh karena itu, pemimpin yang berintegrasi akan menampilkan sekurang-kurangnya empat
ciri berikut, yakni :
1. Konsisten dalam memegang prinsip
2. Memegang teguh nilai-nilai moral
3. Mampu menjadi teladan bagi pengikutnya, dan
Konsep integritas pada Executive Brain Assessment diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) dimensi
yaitu kejujuran, konsistensi, dan keberanian yaitu: kejujuran, konsistensi dan keberanian.
1. Kejujuran (honesty) adalah dimensi potensi integritas yang menunjukkan aspek
komponen integritas pada kesadaran kebenaran dalam sikap kejujuran,
mengomunikasikan diri dan bertindak secara benar (truthfully). Kejujuran terdiri dari
aspek:
(a) Empati (empathy),
(b) tidak mudah untuk menuduh orang lain bersalaH (lack of blame) dan
(c) rendah hati (humility).
3. Integritas organisasi:
→ Kolaborasi dalam kerangka pembangunan sistem integritas dilakukan dengan
saling menilai dan memberikan masukan terkait integrity dash board masing-masing
organisasi serta ditindaklanjuti untuk saling belajar (studi banding), pendampingan,
magang, peyediaan tenaga ahli (coaching).
Sistem Integritas Nasional (SIN) adalah sistem yang berlaku secara nasional dalam rangka
pemberantasan korupsi secara terintegrasi yang melibatkan semua pilar penting bangsa. SIN
terdiri atas 3 (tiga) bagian utama, yaitu
1. Pondasi terdiri atas sistem politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Pilar atau tiang penyangga terdiri atas badan/lembaga legislatif, eksekutif,
kehakiman/peradilan, sektor publik, sektor keuangan, penegak hukum, komisi
pemilihan umum, komisi ombustman, badan audit, organisasi anti korupsi, partai
politik, media massa, masyarakat madani, dan dunia usaha.
3. Atap merupakan hasil akhir yang dicapai berupa integritas nasional.
Agar masing-masing pilar dapat berkontribusi secara positif dalam pembangunan SIN, maka
semua pilar dalam SIN memperhatikan tiga dimensi yang terdiri atas:
1. Peran/kontribusi (role), yaitu memastikan setiap pilar menjalankan tupoksi secara
berintegritas dengan berbasiskan keunggulan masing-masing untuk selanjutnya
dikolaborasikan dengan pilar lainnya dalam pembangunan SIN.
2. Transparansi dan akuntabilitas (governance), intinya setiap pilar harus
menerapkan akuntabilitas dan transparansi, dalam bentuk implementasi sistem
integritas, baik komponen utama maupun komponen pendukung, dengan memastikan
adanya instrumen, proses, dan struktur.
Salah satu bentuk strategi pelaksanaan SIN adalah melalui pembentukan Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
Aksi Pencegahan Korupsi ditetapkan setiap 2 (dua) tahun sekali oleh Timnas
PK. Dalam menyusun Aksi PK, Timnas PK berkoordinasi dengan kementerian, lembaga,
pemerintah daerah, dan Pemangku Kepentingan lainnya yang terkait, serta melakukan
penyelarasan dengan kebijakan pemerintah pusat, kebijakan pemerintah daerah, dan
kebijakan strategis Komisi Pemberantasan Korupsi.
2. Fase II (2015-2019)
Fokus pada:
a. Penanganan Kasus Grand Corruption dan penguatan Aparat Penegak Hukum.
b. Perbaikan sektor strategis (melanjutkan fokus pada kepentingan nasional).
c. Aksi Sistem Integritas Nasional (SIN):
d. Implementasi Fraud Control.
3. Fase III (2019-2023)
Fokus pada:
a. Optimalisasi penanganan sektor strategis (melanjutkan fokus pada kepentingan
nasional).
b. Optimalisasi Sistem Integritas Nasional (SIN):
c. Penanganan Fraud yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara.
3. Pencegahan dan Penindakan yang Terintegrasi Terhadap focus area yang telah
dilakukan Penindakan, akan dilakukan improve (recovery) melalui Pencegahan. Atau
sebaliknya, Penindakan akan dilakukan apabila Pencegahan yang dilakukan terhadap
focus area tidak efektif (belum berhasil).
REFORMASI BIROKRASI
Tujuan Reformasi Birokrasi 2015 – 2019 ditetapkan berdasarkan kepada tujuan dan sasaran
Reformasi Birokrasi Nasional dan baseline kondisi sekarang. Tujuan secara umum yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi PUPR adalah penguatan birokrasi yang
profesional dan berintegritas hingga tahun 2019 melalui penguatan 3 (tiga) hal sebagai
berikut:
Bela negara adalah istilah konstitusi yang terdapat dalam pasal 27 ayat (3) UUD NRI
Tahun 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara". Artinya secara konstitusional bela negara mengikat seluruh
bangsa Indonesia sebagai hak dan kewajiban setiap warga negara. Bela negara terkait erat
dengan terjaminnya eksistensi NKRI dan terwujudnya cita-cita bangsa sebagaimana termuat
dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yakni: melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Dalam Penjelasan Pasal 9 Ayat (1), UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan
Negara, upaya bela negara didefinisikan sebagai “Sikap dan perilaku warga negara yang
dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa
dan negara. Upaya bela negara, selain sebagai kewajiban dasar manusia, juga merupakan
kehormatan bagi setiap warga negara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran,
tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa”.
kehidupan sehari-hari.