FARMAKOTERAPI HIPERTENSI
Patofisiologi diastolic)
Keracunan gas CO
Angina stabil
kronis
ACS (akut
coroner
sindrom)
Golongan obat
antiangina
• Nitrat organik
• Antagonis kalsium
• Beta blocker
• menurunkan kebutuhan oksigen dengan
menurunkan tekanan aorta, salah satu komponen
yang berkontribusi terhadap afterload.
• Dihydropyridine nifedipine, tidak memiliki efek
kardiodepresan, tetapi dapat menimbulkan refleks
takikardia dan peningkatan kebutuhan oksigen.
Antagonis • Obat verapamil dan diltiazem adalah
kalsium kardiodepresan. Berkurangnya frekuensi denyut dan
kontraktilitas berkontribusi pada penurunan
permintaan O2; namun, blok AV dan insufisiensi
mekanis dapat membahayakan fungsi jantung.
• Pada spasme koroner. antagonis calsium dapat
menginduksi spasmolisis dan meningkatkan aliran
darah.
• Melindungi jantung dari
terbuangnya oksigen krn efek
stimulasi saraf simpatik yg
memediasi terjadinya kenaikan
denyut jantung dan kecepatan
kontraksi
Beta blocker
• Meningkatkan aliran darah, maka
suplai 02 meningkat, karena
tekanan dinding diastolik (preload)
Nitrat menurun karena aliran balik vena
organic (NTG, ke jantung berkurang
ISDN)
• Serangan angina akut:
• Nitrogliserin sublingual (onset 1-2 menit, durasi efek 30 menit)
obat
toleransi nitrat)
• Antagonist kalsium: gunakan kerja Panjang (amlodipine, nikardipin) atau nifedipine
sustained release untuk mencegah takikardia refleks
antiangina • Beta blocker: menurunkan kontraktilitas jantung krn efek vasodilatasi reseptor beta
dihambat (meningkatkan resiko vasospasme, tdk rekomendasi utk angina variant)
Aspirin dosis rendah
Obat tambahan
angina (utk
meningkatkan
prognosis jangja Statin (menurunkan kolesterol LDL)
Panjang)
Fitoterapi… (Bag 1)
BPOM RI, 2020 Pedoman Penggunaan Herbal dan Suplemen Kesehatan dalam menghadapi COVID-19 di Indonesia
Obat Bahan Alam Indonesia
Antioksidan
Antiinflamasi
Diuretik
Hiper tensi?
https://www.fourwindsgrowers.com
Antioksidan
Seledri
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/ptr.649
2
Seledri… diskusi
Kandungan Senyawa …
Antiinflamasi
Raphanus sativus
Camellia sinensis
Cara Penggunaan:
Direbus dan diminum 3 sendok makan setelah
makan 3 kali sehari atau diminum ¾ gelas
setelah makan 3 kali sehari.
https://www.gleneagles.com.sg
▪ Obat Bahan Alam
Indonesia
Jamu, Obat Herbal
Terstandar (OHT),
Fitofarmaka (FF)
▪ Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI)
Obat Herbal
Terstandar (OHT),
Fitofarmaka (FF)
Daftar produk OMAI (dengan ijin edar yang dikeluarkan sampai April
2020)
A. Produk OHT dan FF untuk menghadapi Covid-19
B. Produk OHT dan FF lainnya
Obat Herbal Terstandar
Fitofarmaka
ACE Inhibitor
Hashmi, M. A., Khan, A., Hanif, M., Farooq, U., & Perveen, S. (2015).
Kandungan Senyawa...
Fitofarmaka
Anemia
Anemia
Non-
diskusi
Nutritiona
Anemia ? l?
Meningkatkan RBC dan Hb
Brassicaoleracea(broccoli)
Gossypium hirsutum
(cotton)
Solanum nigrum
https://https://www.sciencedirect.com/science/ar
ticle/abs/pii/S0924224421006725
Kandungan Senyawa..
https://www.mdpi.com/2223-7747/9/8/946
Kandungan Senyawa…
https://www.mdpi.com/2223-7747/9/8/946
▪ Obat Bahan Alam
Indonesia
Jamu, Obat Herbal
Terstandar (OHT),
Fitofarmaka (FF)
▪ Obat Modern Asli
Indonesia (OMAI)
Obat Herbal
Terstandar (OHT),
Fitofarmaka (FF)
Daftar produk OMAI (dengan ijin edar yang dikeluarkan sampai April
2020)
A. Produk OHT dan FF untuk menghadapi Covid-19
B. Produk OHT dan FF lainnya
Tugas Presentasi
▪ Powerpoint
▪ Video presentasi
▪ Isi powerpoint
▪ Review artikel dari jurnal ilmiah nasional/internasional
▪ Minimal 10 artikel (10 tahun terakhir)
▪ Slide 1 → judul dan tim penysusun (Kelas, Nama, NPM)
▪ Maksimal jumlah → Total 15 slide
▪ Penggunaan tradisional
▪ Aktivitas farmakologi → sesuai dengan tugas
▪ Kandungan senyawa
▪ Mekanisme atau hipotesa terkait mekanisme kerja senyawa
▪ Produk yang beredaran di pasaran (OHT dan atau Fitofarmaka) dan penejelasan
produknya
▪ Pustaka
▪ Video presentasi
▪ Semua anggota tim penyusun melakukan presentasi
▪ Durasi video presentasi maksimal 10 menit
▪ Powerpoint dikumpulkan per orang ke estudy
▪ Video diupload → link menyusul
1. Pendahuluan
Telah diketahui bahwa tekanan darah merupakan target utama dalam menurunkan resiko
penyakit kardiovaskular. Walaupun berbagai upaya meningkatkan kewaspadaan, terapi
dan hal yang dilakukan untuk mengelola tekanan darah tinggi secara agresif telah
dilakukan, namun control secara umum masih suboptimal. Hingga saat ini berbagai
organisasi nasional maupun internasional terus melakukan upaya perbaikan rekomendasi,
berdasarkan data klinik, dalam pengelolaan pasien hipertensi.
Berbagai algoritma (panduan terapi) telah merekomendasikan terapi farmakologi dan non-
farmakologi, dengan harapan bahwa menurunkan tekanan darah tinggi mengurangi
kerusakan organ target sehingga menurunkan resiko stroke, infark jantung, gagal ginjal
terminal, dan gagal jantung. Beberapa algoritma yang dapat menjadi acuan antara lain:
1. American Society of Hypertension (ASH)
2. International Society of Hypertension (ISH)
3. Joint Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the
Community,
4. Evidence-Based Guideline for the Management of High BP in Adults by the former
panel members appointed to the Eighth Joint National Committee (JNC 8) tahun 2014
5. Guidelines from the American Heart Association and American College of Cardiology
6. National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) tahun 2011
Secara umum, setiap algoritma memberikan panduan terapi non-farmakologi dan
farmakologi untuk mengelola hipertensi. Panduan tersebut merekomendasikan target
tekanan darah yang harus dicapai dengan terapi yang dilakukan, dalam menurunkan resiko
kardiovaskular dan kerusakan ginjal. Rekomenasi terapi obat biasanya dimulai dengan 1
atau 2 obat (pada kasus hipertensi stage 2) antihipertensi. Rekomendasi khusus diberikan
pada kondisi gagal jantung, post infark jantung, diabetes, dan gagal ginjal kronik. (Wells
et al., 2014)
Menurut JNC8, bahwa hipertensi adalah peningkatan tekanan darah arterial abnormal yang
berlangsung terus menerus, dengan kategori terpisah antara sistolik (140 mmHg) dan
diastolic (>90 mmHg).
1. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah adanya kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah
diastolic ≥ 90 mmHg, atau keduanya, pada pemeriksaan berulang. Definisi tersebut berlaku
untuk pasien usia ≥ 18 tahun. Sedangkan pada pasien usia ≥ 80 tahun dengan tekanan darah
mencapai 150 mmHg masih dianggap normal.
Tujuan terapi hiptertensi adalah menurunkan tekanan darah sampai level di bawah angka
untuk diagnosisnya. Definisi tersebut ditentukan berdasarkan hasil studi klinik besar yang
menunjukkan manfaat terapi pasien mencapai level tekanan darah tersebut.
Algoritma terapi cenderung menggunakan target tekanan darah < 140/90 mmHg yang
harus dicapai untuk pasien dewasa. Algoritma terbaru merekomendasikan target tekanan
darah 130/80 mmHg bagi pasien dengan penyakit penyerta diabetes mellitus atau gagal
ginjal kronik.
1. Etiologi
Pada sebagian besar kasus (>90%) kenaikan tekanan darah tidak diketahui penyebabnya
atau disebut sebagai hipertensi primer. Pada beberapa kasus hipertensi diketahui
penyebabnya atau disebut sebagai Hipertensi Sekunder. Beberapa penyebab hipertensi
sekunder antara lain:
a. gagal ginjal kronis,
b. Cushing syndrome
c. Penggunaan obat
d. Pheochromocytoma
e. Primary aldosteronism
f. Renovascular hypertension
g. Sleep apnea
h. Thyroid or parathyroid disease
Obat-obat yang dapat memicu kenaikan tekanan darah dan harus dihentikan jika
memungkinkan. Obat tersebut adalah antiinflamasi nonsteroid untuk terapi artritis dan
meredakan nyeri. Antidepresan trisiklik, kontrasepsi oral dosis tinggi, obat migraine, dan
obat flu (mengandung pseudoefedrin). Selain itu, pasien mungkin menggunakan obat
herbal, menyalahgunakan obat (kokain) yang dapat meningkatkan tekanan darah.
1. Patofisiologi
Patofisiologi hipertensi primer sangat komplek melibatkan 2 hal utama sebagai determinan
tekanan darah yaitu kardiak output dan resistensi perifer. Hal-hal yang mempengaruhi
keduanya sangat banyak dan komplek, kemungkinan multifactorial. Perkembangan
hipertensi primer melibatkan interaksi antara factor genetika dan factor lingkungan dengan
multiple system fisiologi termasuk neural, renal, hormonal, dan vascular.
• Factor genetic
Telah diketahui adanya efek polimorfisme genetic terhadap tekanan darah sistolik,
tekanan darah diastolic dan respon terhadap obat antihipertensi, namun perlu
penelitian lebih lanjut pada populasi besar atau luas. Sehingga, informasi yang
tersedia hingga saat ini masih jauh dari memadai, informasi yang diharapkan
sebagai panduan praktis untuk klinisi.
• Factor lingkungan
Berbeda dengan factor genetic, kontribusi factor lingkungan terhadap hipertensi
telah diketahui dengan jelas. Rokok dan kafein dapat meningkatkan tekanan darah
melalui pelepasan norepinefrin. Kafein menghambat reseptor adenosine sebagai
vasodilator. Intake alcohol dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik atau
menurunkan vasodilatasi). Beberapa factor lingkungan lainnya yang dapat
mempengaruhi tekanan darah termasuk obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
lingkungan janin (malnutrisi maternal, janin terpapar glukokortikoid), kenaikan
bobot badan setelah lahir, lahir premature dan bobot lahir rendah kekurangan
kalium dan magnesium, defisiensi vitamin D, dan toksin lingkungan.
1. Tujuan terapi
Tujuan terapi hipertensi adalah untuk menurunkan resiko penyakit kardiovaskular dan
kerusakan organ target seperti infark jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal. Mortalitas
dan morbiditas dapat diturunkan jika terapi yang diberikan mencapai target tekanan darah
spesifik (lihat algoritma).
Tujuan terapi hipertensi adalah mengelola tekanan darah dan mengendalikan factor resiko
lainnya termasuk dyslipidemia, diabetes atau intoleransi glukosa, obesitas, dan merokok.
Target tekanan darah yang harus dicapai < 140/90 mm Hg. Namun untuk pasien hipertensi
yang disertai dengan diabetes, gagal ginjal kronik, dan penyakit arteri coroner target
tekanan darah yang harus dicapat adalah < 130/80 mmHg terutama jika telah terjadi
albuminuria pada pasien gagal ginjal kronik.
Pentingnya memberikan informasi kepada pasien bahwa terapi hipertensi dilakukan
seumur hidup secara teratur, tidak boleh menghentikan terapi obat atau perubahan gaya
hidup tanpa konsultasi dengan tenaga kesehatan.
1. Terapi hipertensi
a. Algoritma terapi JNC 8
JNC 8 merekomendasikan bahwa pasien dengan tekanan darah > 140/90 mmHg usia <
60 tahun, atau tekanan darah > 150/90 mmHg pada usia > 60 tahun, atau tekanan darah
> 140/90 mmH pada pasien resiko tinggi (penyakit penyerta diabetes, gagal ginjal)
mulai mendapatkan terapi non farmakologi dengan cara perbaikan gaya hidup
(menurunkan bobot badan, mengurangi asupan garam dan alcohol, menghentikan
merokok). Jika terapi tunggal non Farmakologi tidak mencapai target tekanan darah
yang diharapkan, maka ditambahkan terapi obat.
• Hipertensi tahap 1 (tekanan darah > 140/90 mmHg): pasien usia < 60 tahun
direkomendasikan obat golongan ARB atau ACE-I jika diperlukan tambahkan
CCB atau thiazide untuk mencapai target tekanan darah < 140/90 mmHg. Pasien
usia > 60 tahun direkomendasikan terapi obat golongan CCB atau thiazide jika
diperlukan tambahkan ACEI atau ARB untuk mencapai target tekanan darah <
150/90 mmHg.
• Hipertensi tahap 2 (tekanan darah > 160/100 mmHg): semua pasien diberikan
kombinasi 2 obat golongan CCB atau thiazide plus ACEI atau ARB.
• Kasus khusus:
1. Hipertensi dengan diabetes: obat pilihan golongan ACEI atau ARB jika
diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi 140/90
mmHg.
2. Hipertensi dengan gagal ginjal kronik: obat pilihan golongan ARB atau ACEI
(ACEI terbukti memiliki efek protektif terhadap ginjal) jika diperlukan
tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi 140/90 mmHg.
3. Hipertensi dengan riwayat stroke: obat pilihan golongan ACEI atau ARB jika
diperlukan tambahkan CCB atau thiazide untuk mencapai target terapi 140/90
mmHg.
4. Hipertensi dengan gagal jantung: obat pilihan golongan ARB atau ACEI plus
beta blocker, diuretic, spironolakton tanpa mempertimbangkan tekanan darah.
Golongan CCB dapat ditambahkan jika diperlukan untuk mengontrol tekanan
darah. (Bell et al., 2015)
a. Golongan obat farmakologi untuk hipertensi
JNC 8 merekomendasikan 4 golongan obat sebagai terapi pilihan pertama yaitu
diuretic, angiontensin converting enzyme inhibitor (ACE-I), angiotensin reseptor
blocker (ARB) dan calcium channel blocker (CCB).
• Diuretic loop
Penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Bekerja di tubulus renalis rektus
untuk menghambat reabsorpsi Na+, sekresi K+ dan sekresi H+
Nama obat : Lasix
Komposisi : Furosemide
Dosis / : Untuk hipertensi : 12.5-50 mg/hari, dapat ditingkatkan samapai 50
posology mg/hari. Untuk gagal jantung kronik klas 2/3 : awal 25-50 mg/hari.
Kasus berat dapat ditingkatkan sampai 100-200 mg/hari. Pemeliharaan :
25-50 mg tiap hari atau 2 hari sekali. Untuk edema : maksimal 50
mg/hari. Untuk anak : awal 0.5-1 mg/kg berat badan/48 jam. Maksimal :
1.7 mg/kg berat badan/48 jam.
Kontraindikasi : Anuria , Hipokalemia, hiperkalsemia, hiperurisemia.
Efek samping ( : hipokalemia, hiperurisemia, peningkatan kadar lemak darah.
khas )
Interaksi obat : AINS dapat memperlemah efek diuretik
Kategori wanita : B
hamil
Bentuk Sediaan : Tablet 20, 40, 80 mg
• Beta blocker
Memperlambat kerja jantung melalui pengurangan kontraksi otot-otot jantung dan
menurunkan tekanan darah.
Nama obat : Beta-One
Komposisi : Bisoprolol Fumarate (Kardioselektif terhadap beta1 pada dosis rendah
< 20 mg)
Dosis / posology : 5-10 mg/hari. Untuk pasien dengan penyakit ginjal, hepar dan paru :
2.5 mg/hari.
Kontraindikasi : Gagal jantung, sinus bradikardia, syok kardiogenik
Efek samping ( : Kram perut, diare
khas )
Interaksi obat : penyekat β lain, reserpin, guanetidin, klonidin, rifampulisin,
penghambat pompa Ca seperti verapamil & diltiasem
Kategori wanita : C
hamil
Bentuk Sediaan : Tablet 2,5mg, 5 mg
1. Daftar pustaka
Bell, K. et al. (2015) ‘Hypertension: The silent killer: updated JNC-8 guideline recommendations’,
Alabama Pharmacy Association, pp. 1–8.
Houston, M. C. (2011) ‘The importance of potassium in managing hypertension’, Current
hypertension reports. Springer, 13(4), pp. 309–317.
Wells, B. G. et al. (2014) Pharmacotherapy Handbook, 9/E. McGraw Hill Professional.
Zhang, X. et al. (2016) ‘Effects of magnesium supplementation on blood pressure: a meta-
analysis of randomized double-blind placebo-controlled trials’, Hypertension. Am Heart Assoc,
p. HYPERTENSIONAHA-116.
DEFINISI
• HIPERLIPIDEMIA/DISLIPIDEMIA
adalah suatu gangguan metabolisme lipoprotein
meliputi overproduksi dan defisiensi lipoprotein.
Dengan manifestasi satu atau lebih hal berikut:
naiknya kolesterol total, LDL, dan trigliserida, atau
menurunnya HDL dalam darah
• DISLIPIDEMIA, salah satu faktor resiko terjadinya
aterosklerosis
• ATEROSKLEROSIS adalah proses pembentukan plak
pada dinding arteri pembuluh darah yang berlangsung
terus menerus, ada faktor-faktor yang bisa
mempercepat dan memperlambat proses tsb.
HOMEOSTASIS KOLESTEROL
Patofisiologi
• 4 langkah penting perubahan VLDL ke
LDL:
– Penyusunan VLDL
– Hidrolisis oleh lipoprotein lipase
– Katabolisme remnant
– Katabolisme LDL
Klasifikasi Lipoprotein
Terdapat 5 kelas utama lipoprotein:
• Chylomicrons – membawa trigliserida (lemak) dari usus ke
hati dan jaringan adiposa.
• Very low density lipoproteins – membawa trigliserida
dari hati ke jaringan adiposa.
• Intermediate density lipoproteins – intermediat antara
VLDL dan LDL. Biasanya tidak dapat terdeteksi dalam darah.
• Low density lipoproteins – membawa kolesterol dari hati
ke sel-sel tubuh. Biasanya disebut sebagai “kolesterol jahat”
• High density lipoproteins – mengumpulkan kolesterol dari
jaringan tubuh dan membawanya kembali ke liver. Biasanya
disebut sebagai “kolesterol baik”
DIABETES
HIPOTIROI
OBESITAS
D
DISLIPIDEMIA
HIPERTEN
GENETIK
SI
ETIOLOGI (PENYEBAB)
DISLIPIDEMIA
1. Dislipidemia primer
– kelainan genetik: reseptor LDL, lipoprotein
lipase
– Kombinasi faktor genetik dan lingkungan
2. Dislipidemia sekunder:
– diet, asupan alkohol berlebihan
– penggunaan obat : steroid, obat KB, diuretik
tiazid, β-bloker
– Penyakit lain: DM, hipotiroidism, gagal ginjal
dll
KOMPLIKASI DISLIPIDEMIA
• Aterosklerosis
• Stroke
• Serangan jantung
biosintesis, metabolisme dan katabolisme
kolesterol dalam tubuh serta target terapi
dislipidemia
TARGET OBAT ANTIDISLIPIDEMIA
http://www.calgaryhealthregion.ca/cdm/forms/learningmodules.html
lanjutan
Mekanisme kerja obat golongan
statin
Sumber: www.heartandmetabolism.org
Profil Farmakokinetik Statin
Mekanisme kerja niacin
farmakoterapi Memahami gejala dan kriteria diagnostik iskemia jantung pada pasien
tertentu
iskemia Mampu membandingkan dan membedakan kriteria diagnosis iskemia
jantung jantung dan sindroma koroner akut
• Seorang laki-laki usia 67 tahun dengan riwayat CAD. Telah menjalani 2 operasi
bypass arteri koroner. Pasien menderita angina. Dosis isosorbide mononitrate
dinaikkan dari 60 mg menjadi 120 mg sekali sehari. Tetapi tidak berefek thd
angina pasien. Pasien masih menggunakan 30 tablet nitrogliserin dalam
seminggu, dan dapat meredakan nyeri dadanya. Nyeri dadanya terjadi ketika
beraktivitas seperti berjalan. Dengan skala nyeri 3-4 dari skala 10. pasien
melaporkan nyeri berkurang dengan mengurangi aktivitasnya. Pasien
mengeluh kepala terasa ringan (pusing) dengan denyut jantung 50 bpm dan
SBP 100 mmHg
• Carvedilol 6.25 mg twice daily
• Lisinopril 5 mg once daily
Obat yang • Furosemide 40 mg once daily
diresepkan • Aspirin 325 mg once daily
• Isosorbide mononitrate 120 mg once daily
• Diltiazem extended-release 240 mg once daily
• Escitalopram 20 mg once daily
• Celecoxib 200 mg once daily
• Atorvastatin 20 mg once daily
• Nitroglycerin 0.4 mg SL PRN
Identifikasi masalah
• Buatlah DRP pada pasien
• Apa tanda dan gejala pasien yang menunjukkan iskemia
jantung
• Dapatkah gejala/masalah pasien disebabkan karena terapi
obatnya?
• Apa tujuan terapi untuk pasien tsb
Informasi penting
• Pada pasien yang menerima drug-eluting stent, kepatuhan
dengan terapi antiplatelet ganda (aspirin plus clopidogrel)
sangat penting untuk mencegah trombosis stent lanjut, yang
dapat menyebabkan serangan jantung atau kematian.
• Pasien tidak boleh menghentikan terapi antiplatelet untuk
alasan apapun, termasuk pembedahan atau prosedur, tanpa
terlebih dahulu berdiskusi dengan ahli jantung mereka.
KONSELING
Condition- Therapy-
related related
factors factors
Patient-
related
factors
TUJUAN KONSELING
Pasien benar-benar mengetahui tentang obatnya
Menunjukkan kepatuhan yang lebih besar
Lebih teliti dalam penggunaan & penyimpanan obat
Mengerti tujuan penggunaan obat
Respon pengobatan lebih baik
1. Nama
2. Usia
3. Pendidikan
4. Alamat
5. Diagnosa
6. Pemeriksaan penunjang jika ada
7. Status pembayaran
KONSELING
Aspek yg terangkum :
1. Nama obat
2. Indikasi
3. Rute,bentuk sediaan,dosis dan jadwal
4. Petunjuk khusus
5. Efek samping
6. Penyimpanan
7. Interaksi
8. Jika salah dosis
CARA PENGGUNAAN OBAT YANG TEPAT
• TABLET
– jika ada etiket baca dahulu dengan benar
– jika tidak dikatakan lain, minumlah dengan air putih
satu gelas penuh
– jika tablet kunyah, kunyah dulu baru ditelan dengan air
– jika tablet hisap, jangan langsung ditelan. Hisaplah
seperti anda menghisap permen.
– jika tablet sub lingual, simpan dibawah lidah sampai
habis
– jika tablet bukal, simpan diantara pipi dan gusi sampai
habis
CARA PENGGUNAAN OBAT YANG TEPAT
• SUPOSITORIA
– baca etiket dahulu dengan benar
– perhatikan bentuk obat, jika lembek simpan
dalam lemari 5 menit agar lebih keras
– buka bungkus luar obat
– dengan posisi berbaring miring dan salah satu kaki
ditekuk lalu masukkan obat dalam dubur, luruskan
kaki tahan 10 menit baru berdiri
CARA PENGGUNAAN OBAT YANG TEPAT
2. KOMUNIKASI
Komunikasikan strategi relevan kepada profesional
kesehatan lain yang terkait, secara verbal atau tertulis
CONTOH KONSELING OBAT
KOMUNIKASI DALAM
KONSELING :
Information
• Motivation
Dasar komunikasi yg efektif
1. Role of comunication
a. Saat menerima resep/obat baru atau perubahan terapi
b. Rencana komunikasi, apa yg akan dikatakan dan
bagaimana mengatakan
2. Empati & perhatian
Empati & perhatian harus ditunjukkan pada waktu
komunikasi
3. Perlu waktu
Dalam komunikasi diperlukan waktu yg cukup untuk
memenuhi kesulitan pasien
PERTANYAAN DALAM KONSELING
• Pertanyaan terbuka
– mengorek pasien agar berbicara, dihasilkan informasi yang
banyak
– Contoh:bagaimana anda menanggulangi sakit kepala
• Jangan pertanyaan tertutup
– Untuk informasi yang spesifik, jawaban ya atau tidak
– Contoh:apakah anda minum paracetamol untuk sakit
kepala anda
• Pertanyaan bersifat usul
– Harus dihindarkan contoh : apakah setelah mengkonsumsi
obat ini bapak merasa mual?
Komunikasi dengan Lansia
Harus diperhatikan :
1. Kurang pendengaran
2. Kurang penglihatan : katarak,
Sulit membedakan warna dll
Sebaiknya :
1. Percakapan dg irama pelan
2. Menghormati
3. Informasi diberikan juga secara
tertulis
4. Kadang diperlukan sentuhan
Komunikasi dengan anak anak
Komunikasi dengan anak harus :
1. Memerlukan perlakuan khusus
2. Mempergunakan kalimat yang
jelas
3. Mempergunakan bahasa
sederhana
4. Jika dimungkinkan dibantu alat
peraga
5. Kadang diperlukan pendamping
untuk komunikasi yg efektif
misalnya orang tua atau
pengasuh
DAFTAR PUSTAKA
1. Cipolle RJ, Strand LM, Morley PC, “Pharmaceutical care
Practice”, Mc Graw-Hill, 1998
2. Charles, JP Siregar, Prof, Dr, MSc., “Farmasi Klinik, Teori Dan
Penerapan”, Cetakan I, EGC, 2004
3. Boh Larry E.,Pharmacy Practice Manual A Guide to Clinical
Experience 2 nd ed.,Lippincot and William, Philadelphia
2001
4. Lacy Charles F, Drug Information Handbook .,15th ed.,
LexiComp.,Ohio.,2007
TERIMA KASIH
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Siti Saidah M
LATAR BELAKANG
Adanya ledakan informasi:
1. Molekul baru
2. Formulasi baru
3. Nama dagang baru: tahun 2010 ada catur
wulan III ada 31 jenis merek dagang baru
(antibiotika, analgetik, obat saluran cerna dll.)
4. Indikasi baru: moxifloxacin (untuk inflamasi
pelvic ringan s.d sedang tanpa adanya abses
pada tuba ovarian atau pada pelvic)
5. Bentuk baru: ranitidin HCl sirup
PERTAMBAHAN JUMLAH NAMA DAGANG
BARU
Kemampuan
Kemampuan APOTEKER bermasyarakat
Manajerial
Pengadaan, Kemampuan
Farmaseutika Penyuluhan,
penyimpanan, penerangan,
penyediaan, keluarga berencana,
penyerahan,kendali pertolongan pertama
kualitas dll
Informasi obat
Tujuan pemberian informasi obat
1. Menunjang pengelolaan dan
terapi obat yg rasional dan
berorientasi pada pasien
2. Menyediakan informasi obat
bagi tenaga kesehatan di
Puskesmas dan pasien beserta
keluarganya
3. Meningkatkan profesionalisme
apoteker
PELAYANAN INFORMASI OBAT
Penggunaan literatur
CONTOH APLIKASI BENTUK PIO
Informasi untuk Dokter
Informasidibutuhkan agar dokter
dapat membuat keputusan yg
rasional
Waktu pemberian informasi
Langsung melalui tilpon/tertulis
Visite bersama
Konferensi staf medik
Pada rapat Panitia Farmasi & Terapi
Informasi untuk Perawat
Fokus :
Pengenceran
Cara pemberian/konsumsi obat
Pemantauan efek
Kriteria informasi
Praktis
Segera
Ringkas
7 Jenis sediaan TPN & kalori Diterangkan satu pe satu dari brosur yg
ada
8 Efek samping Kolchisin Diare & gangguan saluran cerna
Ketersediaan Obat
Kompatibilitas/Stabilitas
Pembuatan/Formulasi
Dosis/Jadwal
Identifikasi
Contoh Formulir Informasi Obat
LEMBAR KERJA
PELAYANAN INFORMASI OBAT ( PIO )
Instalasi Farmasi RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
PENERIMA INFORMASI
Nama : …………………………………………. Alamat/Telepon : ………………………………………
Profesi : dokter perawat penderita apoteker lain lain ….
KLASIFIKASI INFORMASI
Reaksi obat yang merugikan Obat pilihan/terapetik/ Keracunan/toksokologi ( lingkungan,
Ketersediaan farmakologi paparan, mutagenisitas,
Ketersatukan/stabilitas kimia, Identifikasi karsinogenesitas )
farmasetik, kelarutan dll. Metode pemberian Bahan obat asing dan obat bebas
Peracikan/formulasi Farmako ekonomi ( obat yang diteliti, obat asing,
Interaksi obat ( obat-obat, Farmako kenitik zat kimia, vitamin dll )
obat-laboratorium, obat-penyakit, Kehamilan/menyusui/ Lain lain ………………………………
obat - makanan ) teratogenisitas
SUMBER PUSTAKA
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………
Contoh Formulir Informasi Obat
Contoh Formulir Penjadwalan Obat Pasien
JADWAL OBAT PASIEN Bed
Nama Pasien :
Bed : No. Medrek :
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
00
01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
EVALUASI
1. Berdasarkan dokumentasi
2. Membuat analisa untuk masukan
bagi pembuat kebijakan
3. Masukan bagi program selanjutnya
CONTOH EVALUASI
Bentuk Pelayanan Jenis
Pelayanan informasi obat kepada 1. Aturan pakai
pasien 2. Pasien pulang
3. Pemberian obat baru
4. Waktu konsumsi, dosis, harga
5. Cara konsumsi, efek samping