Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949 s/d 17
Agustus 1950. Konstitusi RIS ini merupakan konstitusi yang berlaku setelah UUD 1945.
Mukadimah
Isi secara ringkas Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat dalam pembukaan UUD
1945, yang menekankan aspek ketuhanan, kesatuan, keadaulatan dan filisofi negara
(pancasila).
1. Negara Indonesia Serikat adalah negara hukum yang memiliki landasan demokrasi
dan bentuk federasi (pasal 1a), yang memiliki kedaulatan dan dilaksanakan oleh
pemerintah bersamaan dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan
2. Senat (pasal 1b).
Negara Indonesia Serikat meliputi Negara Republik Indonesia dengan beradasarkan
Perjanjian Renville, Distrik Federal Jakarta, Negara Indonesia Timur, Negara
Sumatera Timur dan Negara Madura dan Daerah-Daerah Otonom (Jawa Tengah,
Riau, Belitung, Bangka, Kalimantan Barat (Daerah istimewa), Daerah Bandjar, Dajak
Besar; Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur) (pasal 2).
Bendera kebangsaan Republik Indonesia Serikat merupakan bendera Sang Merah
Putih (pasal 3 ayat 1), Lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia Raya” (pasal 3, ayat 2)
serta Bahasa Resmi Negara Republik Indonesia Serikat ialah Bahasa Indonesia (pasal
4).
3. Pemerintah menetapkan matrai dan lambang negara (pasal 3 ayat 3).
4. Kewarganegaraan dan pewarganegaraan (naturalisasi) dan Penduduk demokrasi serta
bentuk federal (pasal 5, ayat 1 dan 2 dan pasal 6).
Dan sedangkan, pada bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur
tentang Hak dan Kebebasan Dasar Manusia (dengan kata lain Hak asasi Manusia). Hal-hal
yang telah diatur dalam bagian ini yaitu:
Dan sedangkan, pada bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur
tentang Hak dan Kebebasan Dasar Manusia (dengan kata lain Hak asasi Manusia). Hal-hal
yang telah diatur dalam bagian ini yaitu:
1. UUD 1945 hasil amandemen merupakan konstitusi yang berlaku setelah UUD 1945
hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959
2. Proses amandemen UUD 1945 ini dilakukan oleh MPR dan berlangsung dari tahun
1999 s/d tahun 2002
Terjadinya Pada dasarnya, UD 1945 merupakan UUD yang bersifat sementara, hal ini
tercantum dalam Aturan Tambahan Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Dalam enam bulan
sesudah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan
menyelenggarakan
segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.” Hal ini berarti bahwa 6 bulan
harus sudah terbentuk MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA. Lalu, pada Aturan Tambahan Ayat
(2) UUD 1945 dinyatakan : “Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan terbentuk,
Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.” Setelah reformasi
bergulir dan jatuhnya Orde baru, sebagian besar partai politik dan golongan masyarakat
mendukung adanya reformasi konstitusi yang
dilakukan dengan cara mengamandemen UUD 1945. Hal ini sesuai dengan Pasal 37 UUD
1945
Hal-hal penting yang perlu diamandemen yaitu pasal-pasal yang menyangkut pelaksanaan
kedaulatan, kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan kehakiman, pemilihan
presiden dan wakil presiden, masa jabatan presiden dan wakil presiden, dan perlindungan
Hak Asasi Manusia (HAM)
1. MPR tidak melakukan perubahan terhadap bentuk negara, meskipun UUD 1945 telah
diamandemen empat kali
2. Jadi, negara Indonesia tetap negara kesatuan yang berbentuk republik. Ini sesuai
dengan Pasal 1 Ayat (1) UUD1945
d. Perbedaan Pokok antara UUD 1945 dengan UUD 1945 Hasil Amandemen
2 MPR terdiri atas anggota DPR MPR terdiri atas anggota Dewan
ditambah dengan utusan dari daerah- Perwakilan Rakyat dan anggota
daerah dan golongan-golongan Dewan Perwakilan Daerah yang
menurut aturan yang dipilih melalui pemilihan umum
ditetapkan dengan undang-undang dan diatur lebih lanjut dengan
(Pasal 2ayat 1) undang-undang (Pasal 2 Ayat 1)
Amandemen UUD 1945 terjadi pertamakali pada sidang Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat pada 14-21 Oktober 199. Ketua MPR kala itu adalah Amien Rais.
Ada 9 dari 37 pasal di dalam UUD yang berubah. Salah satu yang paling krusial adalah
perubahan pada Pasal 7 UUD 1945.
Dalam beleid lama, Presiden dan Wakil Presiden memegang masa jabatan lima tahun dan
dapat dipilih kembali. Aturan ini berubah menjadi Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan. Amandemen ini membatasi masa kekuasaan presiden
menjadi hanya 10 tahun.
Perubahan kedua terjadi pada sidang umum MPR 7-18 Agustus 2000 yang juga masih
diketuai Amien Rais. Di masa sidang ini perubahan yang paling kentara adalah soal
desentralisasi pemerintahan. Pasal 18 UUD 1945 dalam amandemen kedua ini lebih
mengakomodir bagaimana provinsi, kota, dan kabupaten bisa mengatur pemerintahan
mereka sendiri. Mereka memiliki otonomi yang luas.
Selain itu, dalam Pasal 18 amandemen kedua juga menyebutkan Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Beleid ini juga mengatur tentang
pemilihan Gubernur, Wali Kota, dan Bupati secara demokratis. Kemudian, Pasal 19 dalam
perubahan UUD 1945 kedua juga mengatur soal pemilihan umum untuk DPR.
Kemudian, UUD 1945 mengalami perubahan ketiga dalam sidang umum MPR pada 1-9
November 2001. Amien Rais juga masih menjadi Ketua MPR di periode ini.
Banyak perubahan penting dalam amandemen ketiga. Seperti, menghilangkan Garis-garis
Besar Haluan Negara. Kemudian, perubahan ketiga ini mulai membuka pintu bagi
Pemilihan Presiden atau Pilpres secara demokratis. Selama ini, Presiden dipilih oleh MPR.
Dalam perubahan ketiga ini, konstitusi mulai mengakui Pemilihan Umum yang terbuka.
Dalam amandemen ini bahkan dijelaskan garis besar bagaimana pemilihan presiden.
Misalnya, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat. Kemudian, Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum. Nah, perubahan ini lah yang mengamanatkan dibuatnya Undang-undang
tentang Pemilu.
Terakhir, amandemen UUD 1945 keempat yang terjadi pada masa sidang 1-11 Agustus
2002. Perubahan terakhir ini hanya menyempurnakan beberapa pasal saja. Misalnya,
anggota MPR terdiri dari DPR dan DPD.
4 Alasan Perubahan Konstitusi RIS ke UUDS di Indonesia
1. Keinginan Rakyat Untuk Kembali pada Negara Kesatuan
Konstitusi Republik Indonesia Serikat memang hanya bertahan selama kurang dari satu tahun
dalam penerapannya di Indonesia. Dalam waktu yang singkat tersebut rakyat sudah merasa
bahwa konstitusi tersebut tidak sesuai dengan jati diri bangsa sehingga mereka menuntut
negara kembali pada bentuk kesatuan. Melalui UUDS 1950, Indonesia disahkan kembali
sebagai negara kesatuan.
Ketika menjadi negara serikat, setiap wilayah di Indonesia terbagi ke dalam beberapa negara
bagian. Akibatnya, terjadi perbedaan kemajuan pembangunan di berbagai negara bagian
tersebut, sehingga dirasa bahwa bentuk negara serikat tidak dapat mendukung
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Perbedaan pembangunan ini hanya akan
menyebabkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat.
Kesenjangan pembangunan di antara tiap negara bagian yang telah disebutkan tadi ternyata
menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Konflik sosial yang meletus di tengah masyarakat
menyebabkan masyarakat memberontak pada pemerintah dan menuntut negara ini
dikembalikan pada bentuk negara kesatuan republik yang sebelumnya telah disahkan menurut
UUD 1945. Adanya tuntutan ini mendorong para pemimpin bangsa untuk menyusun UUDS
sebagai pengganti dari Konstitusi Republik Indonesia Serikat.
Seperti yang telah kita ketahui bersama, Konstitusi Republik Indonesia Serikat ada karena
terjadinya kesepakatan di antara negara Indonesia dengan negara Belanda setelah terjadinya
agresi militer Belanda yang kedua. Bentuk negara ini merupakan salah satu bentuk upaya
Belanda untuk mendirikan negara boneka di beberapa wilayah.
Salah satu alasan perubahan konstitusi RIS ke UUDS ialah pada waktu sebelum peralihan
tersebut Indonesia telah terlepas dari pengaruh Belanda dan dapat secara penuh menentukan
arah gerak dari negara ini, termasuk dengan setiap wilayah yang ada di dalamnya. Pada saat
itu, Indonesia bebas untuk melakukan apapun demi kesejahteraan rakyat yang menjadi bagian
dari negara ini.
SEBAB UUDS BERUBAH KEMBALI MENJADI UUD 1945
Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante sebagai lembaga penyusun konstitusi
baru. Namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut, karena
pertentangan antara partai di Konstituante.
Terlebih lagi, pada masa Demokrasi Liberal ini, terjadi ketidakstabilan politik dengan
seringnya pergantian perdana menteri dan kabinet. Karena tidak ada partai yang dominan di
parlemen, dan karena adanya pertentangan antar partai di parlemen, kabinet tidak bisa
bertahan lama dan sangat sering terjadi pergantian kabinet.
Untuk mengatasi kegagalan Konstituante dan mengatasi ketidakstabilan politik, pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959, yang memutuskan
kembali berlakunya UUD 1945.
TUGAS PERTAMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
UUD RIS ( UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
SERIKAT ), UUDS ( UNDANG – UNDANG SEMENTARA)
DAN UUD YANG SUDAH DIAMANDEMEN
DISUSUN OLEH
PRODI AKUNTANSI
JL. Pacuan Kuda Raya No.1, RT.1/RW.5, Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 13210
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
”UUD RIS ( UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ), UUDS ( UNDANG – UNDANG
SEMENTARA) DAN UUD YANG SUDAH DIAMANDEMEN”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini mengulas tentang sejarah terbentuknya UUD RIS,
UUDS, dan UUD yang sudah diamandemen.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.