Anda di halaman 1dari 11

A.

Konstitusi Republik Indonesia Serikat 1949 (RIS)

Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949 s/d 17
Agustus 1950. Konstitusi RIS ini merupakan konstitusi yang berlaku setelah UUD 1945.

a. Latar Belakang dan Proses Terjadinya Konstitusi RIS

Pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan negara Republik


Indonesia Serikat (RIS). Sejak saat itulah berdiri negara RIS dengan menggunakan Konstitusi
RIS 1949. Wilayah RIS meliputi seluruh wilayah bekas jajahan Belanda Sedangkan UUD
1945 hanya berlaku di dalam wilayah Republik Indonesia (bagian dari RIS) yang beribukota
di Yogyakarta.
Sistematika dan Isi Pokok Konstitusi RIS. Sistematika Konstitusi RIS :
1. Mukadimah yang terdiri dari 4 alinea, yang di dalamnya tercantum dasar negara
Pancasila
2. Batang tubuh yang terdiri dari 6 bab dan 197 pasal Konstitusi RIS bersifat sementara.
Hal ini ditunjukkan dalam Pasal 186 yang menyatakan bahwa, “... dengan pemerintah
selekas-lekasnya menetapkan Konstitusi RIS yang akan menggantikan konstitusi
sementara ini.”
Implikasi Konstitusi RIS terhadap Bentuk Negara dan Sistem Ketatanegaraan. Berlakunya
Konstitusi RIS 1949 membuat bentuk negara Indonesia menjadi negara federasi atau serikat,
yakni suatu negara yang terdiri dari beberapa negara bagian yang merdeka dan berdaulat
kemudian negara-negara tersebut menggabungkan diri untuk membentuk suatu ikatan kerja
sepeti yang dinyatakan di dalam Konstitusi RIS Pasal 1 Ayat (1)
d. Perbedaan Pokok antara UUD 1945 d
b. Perbedaan Pokok antara UUD 1945 dengan Konstitusi RIS

NO UUD 1945 Konstitusi RIS 1949


1 Bentuk negara Kesatuan Bentuk negara : Serikat
atau federasi

2 Sistem pemerintahan Presidensil Sistem pemerintahan Parlementer

3 Kedaulatan Di tangan rakyat Kedaulatan Dilakukan oleh pemerintah


dan dilakukan sepenuhnya bersamasama dengan DPR
oleh MPR

4 Demokrasi Pancasila Demokrasi Liberal

5 Tidak dikenal Senat melainkan Dikenal Senat sebagai wakil daerah-


utusan-utusaN dari daerah-daerah daerah bagian wakil daerah-daerah
dan golongangolongan bagian

6 Perangkat negara MPR, DPR, Perangkat negara Presiden, Menteri,


Presiden, BPK (Badan Pemeriksa Senat, DPR, Mahkamah Agung
Keuangan), MA dan DPA Indonesia dan Dewan
Pengawas Keuangan
c. Isi Konstitusi
Konstitusi Republik Indonesia Serikat merupakan mukadimah, isi serta piagam persetujuan.
Isi Konstitusi Republik Indonesia Serikat terdiri dari enam bab dan seratus sembilan puluh
tujuh pasal.

Mukadimah
Isi secara ringkas Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat dalam pembukaan UUD
1945, yang menekankan aspek ketuhanan, kesatuan, keadaulatan dan filisofi negara
(pancasila).

Negara Indonesia Serikat


Konstitusi Republik Indonesia Serikat tersebut memiliki enam bagian. Empat bagian pertama
ialah Bentuk Negara dan Kedaulatan, Daerah Negara, Lambang serta Bahasa Negara dan
Kewarganegaraan serta Penduduk Negara. Bab 1 dalam Konstitusi Indonesia Serikat
memiliki empat bagian utama yang menyatakan bahwa:

1. Negara Indonesia Serikat adalah negara hukum yang memiliki landasan demokrasi
dan bentuk federasi (pasal 1a), yang memiliki kedaulatan dan dilaksanakan oleh
pemerintah bersamaan dengan Dewan Perwakilan Rakyat dan
2. Senat (pasal 1b).
Negara Indonesia Serikat meliputi Negara Republik Indonesia dengan beradasarkan
Perjanjian Renville, Distrik Federal Jakarta, Negara Indonesia Timur, Negara
Sumatera Timur dan Negara Madura dan Daerah-Daerah Otonom (Jawa Tengah,
Riau, Belitung, Bangka, Kalimantan Barat (Daerah istimewa), Daerah Bandjar, Dajak
Besar; Kalimantan Tenggara, dan Kalimantan Timur) (pasal 2).
Bendera kebangsaan Republik Indonesia Serikat merupakan bendera Sang Merah
Putih (pasal 3 ayat 1), Lagu kebangsaan ialah lagu “Indonesia Raya” (pasal 3, ayat 2)
serta Bahasa Resmi Negara Republik Indonesia Serikat ialah Bahasa Indonesia (pasal
4).
3. Pemerintah menetapkan matrai dan lambang negara (pasal 3 ayat 3).
4. Kewarganegaraan dan pewarganegaraan (naturalisasi) dan Penduduk demokrasi serta
bentuk federal (pasal 5, ayat 1 dan 2 dan pasal 6).

Dan sedangkan, pada bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur
tentang Hak dan Kebebasan Dasar Manusia (dengan kata lain Hak asasi Manusia). Hal-hal
yang telah diatur dalam bagian ini yaitu:

1) Pengakuan sebagai pribadi terhadap undang-undang (7(1)).


2) Perlakuan dan perlindungan yang sama atas hukum (equality before the law) (7(2),
7(3) dan 13).
3) Memperoleh perlakuan yang layak (11)
4) Perlindungan atas harta benda (8)
5) Hak membela diri (7(4))
6) Mendapat bantuan hukum (7(4))
7) Mobilitas (9)
8) Praduga tak bersalah (14(a))
9) Larangan perbudakan dan aktivitas terkait (10)
10) Penahanan dan hukuman, harus dilakukan sesuai aturan-aturan yang berlaku (12 dan
14(b))

Dan sedangkan, pada bagian lima dari bab 1 Konstitusi Republik Indonesia Serikat mengatur
tentang Hak dan Kebebasan Dasar Manusia (dengan kata lain Hak asasi Manusia). Hal-hal
yang telah diatur dalam bagian ini yaitu:

1) Pengakuan sebagai pribadi terhadap undang-undang (7(1)).


2) Perlakuan dan perlindungan yang sama atas hukum (equality before the law) (7(2),
7(3) dan 13).
3) Memperoleh perlakuan yang layak (11)
4) Perlindungan atas harta benda (8)
5) Hak membela diri (7(4))
6) Mendapat bantuan hukum (7(4))
7) Mobilitas (9)
8) Praduga tak bersalah (14(a))
9) Larangan perbudakan dan aktivitas terkait (10)
10) Penahanan dan hukuman, harus dilakukan sesuai aturan-aturan yang berlaku (12 dan
14(b))
C. UUD 1945 Hasil Amandemen

1. UUD 1945 hasil amandemen merupakan konstitusi yang berlaku setelah UUD 1945
hasil Dekrit Presiden 5 Juli 1959
2. Proses amandemen UUD 1945 ini dilakukan oleh MPR dan berlangsung dari tahun
1999 s/d tahun 2002

a. Latar Belakang dan Proses

Terjadinya Pada dasarnya, UD 1945 merupakan UUD yang bersifat sementara, hal ini
tercantum dalam Aturan Tambahan Ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi : “Dalam enam bulan
sesudah berakhirnya peperangan Asia Timur Raya, Presiden Indonesia mengatur dan
menyelenggarakan
segala hal yang ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar ini.” Hal ini berarti bahwa 6 bulan
harus sudah terbentuk MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA. Lalu, pada Aturan Tambahan Ayat
(2) UUD 1945 dinyatakan : “Dalam enam bulan sesudah Majelis Permusyawaratan terbentuk,
Majelis itu bersidang untuk menetapkan Undang-Undang Dasar.” Setelah reformasi
bergulir dan jatuhnya Orde baru, sebagian besar partai politik dan golongan masyarakat
mendukung adanya reformasi konstitusi yang
dilakukan dengan cara mengamandemen UUD 1945. Hal ini sesuai dengan Pasal 37 UUD
1945
Hal-hal penting yang perlu diamandemen yaitu pasal-pasal yang menyangkut pelaksanaan
kedaulatan, kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan kehakiman, pemilihan
presiden dan wakil presiden, masa jabatan presiden dan wakil presiden, dan perlindungan
Hak Asasi Manusia (HAM)

b. Sistematika dan Isi Pokok UUD 1945 Hasil Amandemen

1. Sistematika UUD 1945 hasil amandemen :


a. Pembukaan
b. Batang Tubuh
2. Isi pokok bagian Pembukaan tetap sama dengan UD 1945 (UUD Proklamasi). Perubahan
hanya dilakukan pada bagian Batang Tubuh yakni terdapat penambahan dan pengurangan
pasal-pasal
3. Adapun isi pokok UUD 1945 hasil amandemen meliputi bentuk dan kedaulatan, MPR,
kekuasaan pemerintahan negara, kementerian negara, pemerintahan negara, DPR, DPRD,
pemilu, hal keuangan,
(BPK), kekuasaan kehakiman, wilayah negara, warga negara dan penduduk, HAM, agama,
pertahanan dan keamanan negara, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian dan
kesejahteraan
sosial, bendera, bahasa, lambang negara, lagu kebagsaan, dan perubahan undang-undang
dasar
4. UUD 1945 hasil amandemen juga terdapat tiga pasal Aturan Peralihan dan dua pasal
Aturan Tambahan
5. Adapun tentang Dewan Pertimbangan Agung (DPA), dilakukan penghapusan
6. Bagian Penjelasan juga dihapus sehingga UUD 1945 hasil amandemen hanya terdiri dari
Pembukaan dan pasal-pasal (Pasal II Aturan Tambahan)
c. Implikasinya terhadap Bentuk Negara dan Sistem Ketatanegaraan

1. MPR tidak melakukan perubahan terhadap bentuk negara, meskipun UUD 1945 telah
diamandemen empat kali
2. Jadi, negara Indonesia tetap negara kesatuan yang berbentuk republik. Ini sesuai
dengan Pasal 1 Ayat (1) UUD1945

d. Perbedaan Pokok antara UUD 1945 dengan UUD 1945 Hasil Amandemen

NO UUD 1945 UUD 1945 HASIL AMANDEMEN


1 Kedaulatan di tangan rakyat dan Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dilakukan sepenuhnya oleh MPR dilakukan menurut Undang-Undang Dasar

2 MPR terdiri atas anggota DPR MPR terdiri atas anggota Dewan
ditambah dengan utusan dari daerah- Perwakilan Rakyat dan anggota
daerah dan golongan-golongan Dewan Perwakilan Daerah yang
menurut aturan yang dipilih melalui pemilihan umum
ditetapkan dengan undang-undang dan diatur lebih lanjut dengan
(Pasal 2ayat 1) undang-undang (Pasal 2 Ayat 1)

3 Presiden dan wakil Presiden dan wakil presiden dipilih


presiden dipilih oleh MPR dalam satu pasangan secara
dengan suara terbanyak langsung oleh rakyat (Pasal 6A)
(Pasal 6 Ayat 2)

4 Presiden dan wakil presiden Presiden wakil presiden


memegang jabatannya memegang jabatan selama
selama masa lima tahun dan masa 5 tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih sesudahnya dapat dipilih
kembali (Pasal 7) kembali dalam jabatan yang
sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan (Pasal 7)

5 Susunan Dewan Pasal 16 tentang Dewan


Pertimbangan Agung Pertimbangan Agung (DPA)
ditetapkan dengan undangundang dihapus
(Pasal 16 Ayat 1)

Tiap-tiap undang-undang DPR memegang kekuasaan


6 menghendaki persetujuan membentuk undang-undang
DPR (Pasal 20 Ayat 1) (Pasal 20 Ayat 1)

7 Dalam 6 bulan sesudah MPR UUD Negara Republik


dibentuk,, Majelis itu Indonesia Tahun 1945 terdiri
bersidang untuk menetapkan UUD atas pembukaan dan pasalpasal
4 PERUBAHAN AMANDEMEN

Amandemen UUD 1945 terjadi pertamakali pada sidang Sidang Umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat pada 14-21 Oktober 199. Ketua MPR kala itu adalah Amien Rais.
Ada 9 dari 37 pasal di dalam UUD yang berubah. Salah satu yang paling krusial adalah
perubahan pada Pasal 7 UUD 1945.
Dalam beleid lama, Presiden dan Wakil Presiden memegang masa jabatan lima tahun dan
dapat dipilih kembali. Aturan ini berubah menjadi  Presiden dan Wakil Presiden memegang
jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan. Amandemen ini membatasi masa kekuasaan presiden
menjadi hanya 10 tahun. 
Perubahan kedua terjadi pada sidang umum MPR 7-18 Agustus 2000 yang juga masih
diketuai Amien Rais. Di masa sidang ini perubahan yang paling kentara adalah soal
desentralisasi pemerintahan. Pasal 18 UUD 1945 dalam amandemen kedua ini lebih
mengakomodir bagaimana provinsi, kota, dan kabupaten bisa mengatur pemerintahan
mereka sendiri. Mereka memiliki otonomi yang luas.
Selain itu, dalam Pasal 18 amandemen kedua juga menyebutkan Pemerintahan daerah
provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang
anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Beleid ini juga mengatur tentang
pemilihan Gubernur, Wali Kota, dan Bupati secara demokratis. Kemudian, Pasal 19 dalam
perubahan UUD 1945 kedua juga mengatur soal pemilihan umum untuk DPR. 
Kemudian, UUD 1945 mengalami perubahan ketiga dalam sidang umum MPR pada 1-9
November 2001. Amien Rais juga masih menjadi Ketua MPR di periode ini.
Banyak perubahan penting dalam amandemen ketiga. Seperti, menghilangkan Garis-garis
Besar Haluan Negara. Kemudian, perubahan ketiga ini mulai membuka pintu bagi
Pemilihan Presiden atau Pilpres secara demokratis. Selama ini, Presiden dipilih oleh MPR.
Dalam perubahan ketiga ini, konstitusi mulai mengakui Pemilihan Umum yang terbuka.
Dalam amandemen ini bahkan dijelaskan garis besar bagaimana pemilihan presiden.
Misalnya, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh
rakyat. Kemudian, Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan
pemilihan umum. Nah, perubahan ini lah yang mengamanatkan dibuatnya Undang-undang
tentang Pemilu.
Terakhir, amandemen UUD 1945 keempat yang terjadi pada masa sidang 1-11 Agustus
2002. Perubahan terakhir ini hanya menyempurnakan beberapa pasal saja. Misalnya,
anggota MPR terdiri dari DPR dan DPD.
4 Alasan Perubahan Konstitusi RIS ke UUDS di Indonesia
1. Keinginan Rakyat Untuk Kembali pada Negara Kesatuan

Konstitusi Republik Indonesia Serikat memang hanya bertahan selama kurang dari satu tahun
dalam penerapannya di Indonesia. Dalam waktu yang singkat tersebut rakyat sudah merasa
bahwa konstitusi tersebut tidak sesuai dengan jati diri bangsa sehingga mereka menuntut
negara kembali pada bentuk kesatuan. Melalui UUDS 1950, Indonesia disahkan kembali
sebagai negara kesatuan.

2. Kesenjangan Pembangunan di antara Negara Bagian

Ketika menjadi negara serikat, setiap wilayah di Indonesia terbagi ke dalam beberapa negara
bagian. Akibatnya, terjadi perbedaan kemajuan pembangunan di berbagai negara bagian
tersebut, sehingga dirasa bahwa bentuk negara serikat tidak dapat mendukung
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Perbedaan pembangunan ini hanya akan
menyebabkan kecemburuan sosial di tengah masyarakat.

3. Konflik Sosial yang Terjadi di Tengah Masyarakat

Kesenjangan pembangunan di antara tiap negara bagian yang telah disebutkan tadi ternyata
menjadi salah satu penyebab konflik sosial. Konflik sosial yang meletus di tengah masyarakat
menyebabkan masyarakat memberontak pada pemerintah dan menuntut negara ini
dikembalikan pada bentuk negara kesatuan republik yang sebelumnya telah disahkan menurut
UUD 1945. Adanya tuntutan ini mendorong para pemimpin bangsa untuk menyusun UUDS
sebagai pengganti dari Konstitusi Republik Indonesia Serikat.

4. Indonesia Telah Terlepas dari Pengaruh Belanda

Seperti yang telah kita ketahui bersama, Konstitusi Republik Indonesia Serikat ada karena
terjadinya kesepakatan di antara negara Indonesia dengan negara Belanda setelah terjadinya
agresi militer Belanda yang kedua. Bentuk negara ini merupakan salah satu bentuk upaya
Belanda untuk mendirikan negara boneka di beberapa wilayah.

Salah satu alasan perubahan konstitusi RIS ke UUDS ialah pada waktu sebelum peralihan
tersebut Indonesia telah terlepas dari pengaruh Belanda dan dapat secara penuh menentukan
arah gerak dari negara ini, termasuk dengan setiap wilayah yang ada di dalamnya. Pada saat
itu, Indonesia bebas untuk melakukan apapun demi kesejahteraan rakyat yang menjadi bagian
dari negara ini.
SEBAB UUDS BERUBAH KEMBALI MENJADI UUD 1945

A. Pergantian UUDS 1950 ke UUD 1945:

Pemilihan Umum 1955 berhasil memilih Konstituante sebagai lembaga penyusun konstitusi
baru. Namun Konstituante gagal membentuk konstitusi baru hingga berlarut-larut, karena
pertentangan antara partai di Konstituante.

Terlebih lagi, pada masa Demokrasi Liberal ini, terjadi ketidakstabilan politik dengan
seringnya pergantian perdana menteri dan kabinet. Karena tidak ada partai yang dominan di
parlemen, dan karena adanya pertentangan antar partai di parlemen, kabinet tidak bisa
bertahan lama dan sangat sering terjadi pergantian kabinet.
 
Untuk mengatasi kegagalan Konstituante dan mengatasi ketidakstabilan politik, pada tanggal
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekret Presiden 5 Juli 1959, yang memutuskan
kembali berlakunya UUD 1945.
TUGAS PERTAMA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
UUD RIS ( UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA
SERIKAT ), UUDS ( UNDANG – UNDANG SEMENTARA)
DAN UUD YANG SUDAH DIAMANDEMEN

DISUSUN OLEH

1. NOVITA ANIS HIDAYATI NIM (3190076)

PRODI AKUNTANSI

JL. Pacuan Kuda Raya No.1, RT.1/RW.5, Kayu Putih, Kec. Pulo Gadung,
Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 13210
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
”UUD RIS ( UNDANG – UNDANG REPUBLIK INDONESIA SERIKAT ), UUDS ( UNDANG – UNDANG
SEMENTARA) DAN UUD YANG SUDAH DIAMANDEMEN”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan. Dalam makalah ini mengulas tentang sejarah terbentuknya UUD RIS,
UUDS, dan UUD yang sudah diamandemen.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Jakarta, 25 Oktober 2019

Novita Anis Hidayati

Anda mungkin juga menyukai