Mirriam Budiardjo memiliki pendapat bahwa Isi Konstitusi itu sendiri memuat tentang:
a. Organisasi Negara
b. HAM
c. Prosedur penyelesaian masalah pelanggaran hokum
d. Cara perubahan konstitusi dan larangan mengubah konstitusi
1. Nilai Normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu
kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain,
konstitusi itu dilaksanakn secara murni dan konsekuen.
2. Nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku, tetapi
kenyataannya kurang sempurna, sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut dalam
kenyataannya tidak berlaku.
3. Nilai Semantik
4. Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum tetap
berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari
temapat yang telah ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi,
konstitusi hanyalah sekedar istilah saja sedangkan pelaksanaannya hanya dimaksudkan
untuk kepentingan pihak penguasa.
Salah satu contoh penerapan nilai normatif dalam undang-undang dasar 1945 terdapat dalam pasal
7B. Pasal 7B mengatur mengenai pemberhatian presiden dan/atau wakil presiden yang dapat
diajukan oleh dewan perwakilan rakyat kepada majelis permusyawaratan rakyat hanya dengan
terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada mahkamah konstitusi untuk memeriksa, mengadili
dan memutus pendapat dewan perwakilan rakyat bahwa presiden dan/atau wakil presiden telah
melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi, penyuapan, tindak
pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa presiden dan/atau wakil
presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil presiden.
Menurut K.C. Wheare ada empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha mempertahankan
konstitusi dengan jalan mempersulit perubahannya. Adapun empat sasaran itu tersebut ialah :
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan petimbangan yang masak, tidak secara
sembarangan dan dengan sadar (dikehendaki).
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan.
3. Agar dan ini berlaku dalam negara serikat, kekuasaan negara serikat dam kekuasaan negara-
negara bagian tidak diubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-masing pihak
secara tersendiri.
4. Agar hak-hak perorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas bahasa atau kelompok
minoritas agama atau kebudayaannya mendapat jaminan.
Menurut Savornin Lohman ada tiga unsur yang terdapat menyelinap dalam tubuh konstitusi-
konstitusi sekarang, yaitu :
a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial) sehingga
menurut pengertian ini, konstitusi-konstitusi yang ada adalah hasil atau konklusi dari
persepakatan masyarakat yang akan mengatur mereka.
b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia berarti perlindungan dan
jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang sekaligus penentuan batas-batas hak
dan kewajiban baik warganya maupun alat-alat pemerintahannya.
c. Sebagai forma regimenis, berarti sebagai kerangka banguanan pemerintahan, dengan kata
lain sebagai gambaran struktur pemerintahan negara.
Nilai Praksis :
1. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
2. Percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan
agama dan kepercayaannya masing-masing.
3. Tidak melakukan penistaan dari suatu agama
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama
5. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa kepada orang lain.
Sila 2 Nilai Ideal : Kemanusiaan
Kemanusiaan yang
adil dan beradab Nilai Instrumental :
Pasal 14
1. Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan
pertimbangan Mahkamah Agung.
2. Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat
Pasal 28A ( Berhak hidup dan mempertahankan hidupnya)
Pasal 28B
1. (Membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah)
2. (Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.)
Pasal 28G
(Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
Setiap orang berhak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat menusia dan berhak memperoleh suaka
politik dari negara lain.)
Pasal 28I
1. ( hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun)
2. (Bebas dari diskriminatif dan berhak mendapatkan perlindungan atas
perlakuan diskriminatif )
3. (Identitas budaya dan hak masyarakat dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban.)
4. (Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah)
5. (menegakkan dan melindungi HAM, maka HAM dijamin, diatur, dan
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan)
Pasal 28J
1. Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai Praksis :
1. Mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia tanpa membedakan.
2. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
Sila 3 Nilai Ideal : Persatuan
Persatuan Indonesia
Nilai Instrumental :
Pasal 25A (Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara
kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-
haknya ditetapkan dengan undang-undang)
Pasal 35 (Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih)
Pasal 36(Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia)
Pasal 36A (Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhinneka Tunggal Ika)
Pasal 36B (Lagu Kebangsaan ialah Indonesia Raya)
Nilai Praksis :
1. Mengembangkan sikap saling menghargai.
2. Membina hubungan baik dengan semua unsur bangsa
3. Memajukan pergaulan demi peraturan bangsa.
4. Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan Indonesia.
5. Mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi arau
golongan.
Sila 4 Nilai Ideal : Kerakyatan
Kerakyatan yang
dipimpin oleh Nilai Instrumental :
hikmat Pasal 2
kebijaksanaan dalam 1.(MPR terdiri atas DPR + utusan daerah dan golongan menurut aturan UU)
permusyawaratan 2. (MPR bersidang minimal sekali dalam lima tahun di ibu-kota Negara)
perwakilan 3. (Putusan MPR ditetapkan dengan suara yang terbanyak)
Pasal 3 (MPR menetapkan UUD dan garis-garis besar daripada haluan
Negara)
Pasal 6 ayat 2 (Presiden dan Wapres dipilih oleh MPR dengan suara yang
terbanyak)
Pasal 19 (DPR)
1. Anggota DPR dipilih melalui pemilu.
2. Susunan DPR diatur dengan uu.
3. DPR bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.
Nilai Praksis :
1. Menghargai hasil musyawarah.
2. Ikut serta dalam pemilihan umum, pilpres, dan pilkada.
3. Tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain.
4. Melaksanakan hasil putusan musyawarah
5. Mengutamakan musyawarah mufakat
Nilai Praksis :
1. Melakukan perbuatan untuk mewujudkan kemajuan dan keadilan
sosial.
2. Mengembangkan sikap dan suasana kekluargaan dan
kegotongroyongan.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. Memberi pertolongan kepada orang lain.
5. Tidak bersifat boros, dan suka bekerja keras
a. Teks Proklamasi secara tegas menyatakan bahwa yang merdeka adalah bangsa Indonesia, bukan
negara (karenatidak memenuhi syarat adanya negara dalam hal ini tidak adanya pemerintahan).
b. Mengingat kondisi seperti ini, maka dengan segera dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk membuat undang-undang. Maka, pada 18 Agustus 1945 telah
terbentuk UUD 1945 sehingga secara resmi berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Jadi, UUD 1945 merupakan landasan konstitusi NKRI.
- Agar bangsa dan negara ini tetap berdiri dengan kokoh,diperlukan kekuatan pertahanan dan
keamanan melalui pola politik strategi pertahanan dan kemanan.
a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia.
b. Kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus mendapatkan ridho Allah SWT karena merupakan
motivasi spiritual yang harus diraih jika negara dan bangsa ini ingin berdiri dengan kokoh.
d. Cita-cita harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk Indonesia, falsafah dan ideologi menjadi pokok pikiran ketahanan nasional diperoleh dari
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa "sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa dan
oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan" mempunyai makna : "merdeka adalah hak semua bangsa",
"penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia".
b. Alinea Kedua, menyebutkan "dan perjuangan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat adil dan makmur" mempunyai
makna : "adanya masa depan yang harus diraih (cita-cita).
c. Alinea Ketiga, menyebutkan "atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia
menyatakan dengan ini kemerdekaannya" mempunyai makna :"bila negara ingin mencapai cita-cita
maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat ridho Allah yang merupakan dorongan
spiritual"
d. Alinea Keempat, menyebutkan "kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan,serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia". Alinea itu mempunyai makna yaitu mempertegas cita-cita yang harus
dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Pengertian sistem
Sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang mengikat satu sama
lain.
Unsur-unsurnya yaitu :
- Seperangkat komponen, elemen, bagian.
- Saling berkaitan dan tergantung.
- Kesatuan yang terintegrasi.
- Memiliki peranan dan tujuan tertentu.
- Interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih besar.
C. Penggolongan hukum
1. Berdasarkan Wujudnya :
- Hukum tertulis, yaitu hukum dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai
peraturan negara.
- Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam dalam
keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Alat praktik ketatanegaraan hukum
tidak tertulis disebut konvensi (contoh: pidato kenegaraan presiden setiap tanggal
16 Agustus).
2. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya :
- Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu (hukum adat
Manggarai-Flores, hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa, Minangkabau, dll).
- Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia,
Malaysia, Mesir, dll).
- Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara atau
lebih (hukum perang, hukum perdata Internasional, dll).
3. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya :
- Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif.
- Hukum yang berlaku pada masa yang akaan datang (ius constituendum).
- Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut
hukum yang berlaku saat ini dan hukum yang berlaku pada masa lalu.
4. Berdasarkan Isi Masalah yang Diaturnya :
- Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan
negara yang menyangkut kepentingan umum. Dalam arti formal, hukum publik
mencakup Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana dan
Hukum Acara.
- Hukum Privat (Hukum Perdata), yaitu hukum yang mengatur kepentingan
perorangan. Perdata, berarti warga negara pribadi, atau sipil. Sumber pokok hukum
perdata adalah Buergelijk Wetboek (BW). Hukum Perdata dapat dibagi sebagai
berikut :
a. Hukum Perorangan
b. Hukum Keluarga
c. Hukum Kekayaan
d. Hukum Waris
e. Hukum Dagang (bersumber dari Wetboek Van Koopehandel)
f. Hukum Adat
D. Sumber Hukum
Adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan memaksa.
a. Sumber Hukum Materil :
- Keyakinan
- Individu
- Umum
b. Sumber Hukum Formal
- UU
- Yurisprodensi
- Doktrin Hukum
E. Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan
1. Klasifikasi Lembaga Peradilan dalam UU No. 4 tahun 2004, diuraikan bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam 4 lingkungan peradilan yaitu :
a. Peradilan Umum, berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana.
b. Peradilan Agama, berwenang menyelesaikan perkara perdata dibidang tertentu atas
permohonan orang yang beragama Islam.
c. Peradilan Militer, berwenang menyelesaikan perkara pidana militer/tentara.
d. Peradilan Tata Usaha Negara, berwenang menyelesaikan tata usaha
negara/administrasi negara.
1. Mahkamah militer
2. Mahkamah militer tinggi
3. Mahkamah militer utama
2. Perangkat Lembaga Peradilan :
a. Pengadilan Umum :
1. Pengadilan Negeri
2. Pengadilan Tinggi
3. Mahkamah Agung
b. Peradilan Agama :
1. Pengadilan Agama
2. Pengadilan Tinggi Agama
c. Peradilan Tata Usaha Negara :
1. Pengadilan Tata Usaha Negara
2. Pengadilan Tinggi tata Usaha Negara
d. Pengadilan Militer
Pengadilan Militer hanya mengadili tindak pidana, yang khususnya bagi :
1. Anggota TNI dan POLRI.
2. Seseorang yang menurut UU dapat dipersamakan dengan anggota TNI dan
POLRI.
3. Anggota jawatan atau Golongan yang dapat dipersamakan dengan TNI dan
POLRI menurut UU.
4. Tidak termasuk 1,2,3 tetapi menurut keputusan Menhankam yang ditetapkan
dengan persetujuan Menteri Hukum dan HAM harus diadili oleh Pengadilan
Militer.
Berikut ini beberapa pengertian HAM yang dikemukakan oleh para ahli:
1) John Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada
manusia dan tidak dapat diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
2) Koentjoro Poerbapranoto
Hak asasi adalah hak yang sifatnya asasi yaitu dimiliki manusia menurut kodratnya dan
sifatnya suci.
5. Macam-macam HAM
1. hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama dan
beribadah menurut agama masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi dan
sebagainya
2. hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu, membeli
dan menjual sesuatu mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain sebagainya.
3. hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan sebagai
warga negara yang sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan dipilih,
mendirikan partai politik atau organisasi, mengajukan kritik dan sebagainya.
4. hak asasi sosial dan kebudayaan (social dan cultural right), misalnya hak kebebasan
memilih dan mendapatkan pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain sebagainya.
5. hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan (right of legal
equality).
6. hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan hukum
(procedural right), misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam
peradilan, pembelaan hukum, penerapan asas pradga tak bersalah, dan sebagainya.
v The declaration of America Independence (4 Juli 1776) atas jasa presiden Thomas
Jefferson.
Berisi tentang revolusi Amerika untuk melepaskan diri dari Inggris dengan menyatakan
merdeka. Dalam pernyataan itu dinyatakan semua orang diciptakan sama dan dikarunia hak
hidup, hak kebebasan dan hak mengejar kebahagiaan (life, liberty, and pursuit of happines)
v Tahun 1948 disusun rencana piagam Hak Asasi Manusia oleh Organisasi Kerja Sama Sosial
Ekonomi PBB di bawah pimpinan ny. Elanor Roosevelt.
ü Alinea 3, ”atas berkar rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas………,” ini merupakan
pengakuan kemerdekaan sebagai anugrah Tuhan.
1. HAM dalam batang tubuh UUD 1945 diatur secara khusus dalam pasal 28A-28J.
2. Secara umum HAM di Indonesia diatiur dalam pasal 27-34 UUD 1945
3. Hak asasi manusia dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998: memuat piagam HAM serta
pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM.
4. HAM dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. Dimuat dalam arah
penyelenggaraan Negara, yaitu: mewujudkan kehidupan yang demokratis,
berkeadilan sosial, melindungi HAM.
5. Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(KOMNASHAM), yang bertugas untuk melaksanakan penyuluhan, pengkajian,
pemantauan, penelitian dan mediasi tentang HAM.
6. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari XI Bab dan 106
pasal.
7. PP no. 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi
dalam pelanggaran HAM yang berat
8. PP No. 3 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi dan rehabilitasi terhadap korban
pelanggaran HAM berat.
– Kompensasi: ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku yang tidak terbukti
beersalah.
– Restitusi: ganti kerugian yang diberikan kepada korban ataukeluarganya oleh pelaku
ataupihak ketiga yang dapat berupa pengembalian barang milik, pembayaran ganti rugi
untuk kehilangan, dan penggantian biaya untuk tindakan tertentu.
1. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang komisi nasional anti kekerasan terhadap
perempuan.
2. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, sebagai peradilan khusus
dilingkungan peradilan umum
Faktor Internal :
No Faktor Penjelasan
1 Keadaan psikologis para Pelaku dalam keadaan kurang waras atau tertekan saat
pelaku melakukan pelanggaran
3 Tidak toleran pada orang lain Pelaku tidak memberikan toleransi kepadada orang lain dalam
menghadapi masalah besar maupun masalah kecil
4 Tingkat kesadaran HAM Pelaku tidaktau dan tidak mengerti tentang pelanggaran HAM
pelaku sangat rendah
5 Adanya pandangan HAM Pelaku merasa bebas karena dia tahu dia punya hak sebagai
bersifat individualistic manusia, sehingga mementingkan dirisendiri tanpa
memikirkan kepentingan orang lain
6 Tidak memiliki rasa empati Pelaku seenaknya melakukan pelanggaran HAM, tanpa
dan rasa kemanusiaan memikirkan rasa kemanusiaan
9 Adanya deskriminasi dari Pelaku sering mendapat perlakuan deskriminasi dari orang
orang yang ada dalam terdekatnya
kesehariannya
Faktor Eksternal
No Faktor Penjelasan
1 Ketidaktegasan aparat Perangkat hukum seperti polisi yang tidak tegas sehingga
penegak hokum sering terjadi pelanggaran HAM
2 Struktur sosial dan politik Kesenjangan sosial memberikan dampak negatif, terlebih
yang memungkinkan memberikan dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM
terjadinya pelanggaran
hukum dan HAM
3 Teknologi yang digunakan Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang positif,
secara tidak tepat tetapi dapat dapat juga memberikan pengaruh negatif bahkan
dapat memicu timbulnya kejahatan
1. Penangkapan dan penahaan seseorang demi menjaga stabilitas, tanpa berdasarkan hukum
2. Penerapan budaya kekerasan untuk menindak warga masyarakat yang dianggap ekstrim
yang dinilai oleh pemerintah menggangu stabilitas keamanan yang akan membahayakan
kelangsungan pembangunan
3. Pembungkaman kekebasan pers
4. Pembatasan hak berserikat dan berkumpul serta menyatakan pendapat
5. Menimbulkan rasa ketakutan masyarakat luas terhadap pemerintah
Contoh pengingkaran kewajiban warga negara
1. Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan Negara menurut demokrasi sebagai terdapat dalam UUD 1945 sebagai
berikut:
A. Kekuasaan di Tangan Rakyat
a) Pembukaan UUD Alinea IV
b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
c) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1)
d) “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”.
e) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (2)
f) “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam negara Republik Indonesia
pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi adalah ditangan rakyat dan realisasinya
diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara. Sebelum dilakukan amandemen kekuasaan
tertinggi dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
B. Pembagian Kekuasaan
Sebagai dijelaskan bahwa kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat, dan dilakukan munurut
Undang-Undang Dasar, oleh karena itu pembagian kekuasaan menurut demokrasi sebagaimana
tercantum dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a) Kekuasaan Ekskutif, didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945).
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar”.
b) Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (Pasal 5 ayat 2, pasal
19 dan pasal 22 C UUD 1945).
“Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya”. (pasal 5 ayat(2)).
“Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )” (pasal
22 C ayat 4)
c) Kekuasaan yudikatif, didelegasikan kepada Makhamah Agung (pasal 24 ayat 1 UUD 1945).
“Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.”
d) Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini termuat dalam UUD 1945 pasal 20 ayat 1.
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.*)
Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif, yang dalam UUD lama.
Didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA), (pasal 16 UUD 1945) Mekanisme
pendelegasian kekuasaan yang demikian ini dalam khasanah ilmu hukum tatanegara dan ilmu
politik dikenal dengan istilah ‘Distribution Of Power’ yang merupakan unsur mutlak dari negara
demokrasi.
C. Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui proses atau
mekanisme 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut
a) Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, kedaulatan politik rakyat dilaksanakan lewat pemilu untuk
membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali. Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki
kekuasaan melakukan perubahan terhadap UUD, melantik Presiden dan wakil Presiden, serta
melakukan impeachment terhadap presiden jika kalau melanggar konstitusi
b) Pasal 20 A ayat 1
c) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.** )
d) Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah membentuk MPR dan DPR
3. Konsep Pengawasan
Konsep pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:
a) Pasal 1 ayat 2, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan
berdasarkan UUD. Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan amandemen, MPR yang
memiliki kekuasaan tertinggi sebagai penjelmaan kekuasaan rakyat. Maka menurut UUD hasil
amandemen MPR kekuasannya menjadi terbatas, yaitu meliputi presiden dan wakil presiden dan
memberhentikan presiden sesuai dengan masa jabatannya atau jikalau melanggar UUD.
b) Pasal 2 ayat 1, MPR terdiri atas DPR dan Anggota DPD. Berdasarkan ketentuan tersebut
maka menurut UUD 1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui Pemilu.
c) Penjelasan UUD 1945 tentag DPR
Berdasarkan ketentuan tesebut maka konsep pengawasan menurut demokrasi Indonesia
sebagai tercantum UUD 1945 pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a) Dilakukan oleh seluruh warga negara. Karena kekuasaan didalam system ketatanegaraan
Indonesia adalah di tangan rakyat
b) Secara formal keatanegara pengawasan berada pada DPR.
4. Konsep Partisipasi
Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah:
a) Pasal 27 ayat 1.
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
b) Pasal 28.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
c) Pasal 30 ayat 1.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )
Dalam penerapannya, konsep demokrasi di Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat dipandang
sebagai sebuah mekanisme dan cita-cita untuk mewujudkan suatu kehidupan berkelompok yang
sesuai dengan apa yang terdapat dalam UUD 1945 yang disebut kerakyatan.
Dapat disimpulkan juga bahwa konsep demokrasi atau pemerintahan rakyat yang diterapkan
dinegara Indonesia itu berdasarkan pada tiga hal, yaitu :
1. Nilai-nilai filsafah pancasila atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat berdasarkan sila-
sila pancasila.
Masuknya kebudayaan dari luar terjadi melalui proses akulturasi (percampuran kebudayaan).
Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan lain
yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan yang datang dari luar diseleksi oleh bangsa
Indonesia. Kemudian, sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut
kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan mufakat. Hal itulah
yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, persatuan dan kesatuan bangsa
dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah, dan lain-lain.
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan awal dibentuknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Negara Indonesia yang diproklamasikan oleh para pendiri negara adalah negara kesatuan.
Pasal 1 ayat (1) UUD. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan, “Negara Indonesia adalah
negara kesatuan yang berbentuk republik”. Sila ketiga Pancasila menegaskan kembali bagaimana
tekad bangsa Indonesia mewujudkan persatuan.
4. menghindari penonjolan SARA. Lebih dari 84 tahun yang lalu para pemuda Indonesia telah
mengikrarkan bentuk perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan. Ikrar kesepakatan
para pemuda tersebut diwujudkan dalam sumpah yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober
1928.
Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia seperti dinyatakan dalam Sumpah Pemuda
merupakan bentuk perilaku mengamalkan tetap tegaknya persatuan dan kesatuan. Salah satu
contoh perilaku mendukung persatuan dan kesatuan lainnya, yaitu kita memiliki rasa bangga sebagai
bangsa dan negara.
Bentuk dari rasa bangga terhadap bangsa dan negara diwujudkan dengan sikap mencintai dan
menggunakan produk dalam negeri. Apabila produk dalam negeri digunakan, dengan sendirinya
para pengusaha yang menciptakan berbagai produk dan pegawainya akan tetap memiliki
penghasilan dan dapat menciptakan kesejahteraan rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang
sejahtera akan lebih kuat memiliki bangsa dan negara Indonesia jika dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak sejahtera.
Alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan, “… merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan, seluruh tindakan pemerintah, rakyat, dan bangsa Indonesia
harus mengarah kepada terciptanya keadilan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa Indonesia.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman masyarakat Indonesia
saat ini. Pada awalnya Bhinneka Tunggal Ika dahulu hanya untuk menyatukan kehidupan di tengah
keberagaman beragama dan keyakinan, ternyata semboyan ini masih sangat sesuai dengan keadaan
Indonesia saat ini. Masyarakat Indonesia semakin hari semakin memiliki keberagaman yang sangat
banyak. Kita tidak hanya beranekaraga dalam agama, suku bangsa, ras, budaya, dan gender. Namun
juga semakin beragam dalam cara berpikir, berpendapat, berorganisasi, partai politik, aliran musik,
cara berpakaian, dan sebagainya.
Berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air sekarang, dapat Anda saksikan di media massa.
Bagaimana tingkah laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa, dan juga kelompok masyarakat yang
menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka masih kurang memiliki kesadaran berbangsa dan
bernegara. Krisis-krisis yang terjadi di Indonesia sangat lambat perubahannya, sangat berbeda
dengan negara-negara lain yang begitu cepat dalam mengatasi krisis. Hal ini merupakan perhatian
bagi semua warga negara bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara sangatlah diperlukan.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada semua, merupakan hal yang
sangat penting karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang tidak dapat dipisahkan
dari perjalanan panjang bangsa ini. Kesadaran berbangsa dan bernegara jangan diperkirakan hanya
berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas memandangnya, sehingga dalam
penerapannya pemuda lebih kreatif dalam menerapkan arti sadar berbangsa dan bernegara ini
dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakikat kesadaran berbangsa dan bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap seseorang yang harus sesuai dengan
kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa. Mewujudkannya
dapat dilakukan dengan mencegah perkelahian antarperorangan atau antarkelompok dan menjadi
anak bangsa yang berprestasi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Secara prinsip, Indonesia adalah negara kesatuan yang berlandaskan Pancasila. Sedangkan
keanekaragaman ras, suku, agama, dan bahasa daerah merupakan khasanah budaya yang dapat
menjadi unsur pemersatu bangsa. Dengan demikian, apa yang sudah dirintis oleh nenek moyang
bangsa Indonesia dari masa kejayaan kerajaan Majapahit perlu dipertahankan dan dilestarikan oleh
seluruh rakyat Indonesia dalam kerangka NKRI dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Kesadaran dalam berbangsa dan bernegara, yaitu membina kerukunan serta menjaga rasa
persatuan dan kesatuan antarwarga negara. Kesadaran berbangsa dan bernegara dapat dimulai dari
lingkungan terkecil atau keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, lingkungan kerja,
dan lain-lain. Dalam perwujudannya, dapat dilakukan dengan cara mencintai budaya bangsa,
mencintai produksi dalam negeri, mengakui, menghargai, dan menghormati bendera merah putih,
lambang negara, lagu kebangsaan Indonesia Raya, menjalankan hak dan kewajiban sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan
pribadi, keluarga, dan golongan.
c. Upaya untuk memperkuat kesadaran berbangsa dan bernegara dalam penerapan wawasan
Nusantara
Pemahaman tentang wawasan Nusantara akan menyadarkan warga negara untuk memiliki cara
pandang dan konsepsi wawasan Nusantara untuk dapat mengerti, memahami, dan menghayati
tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Pandangan wawasan Nusantara dapat menjawab
tantangan dunia tentang globalisasi dan era baru kapitalisme. Wawasan Nusantara sangat penting
untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada warga masyarakat merupakan hal
penting yang tidak dapat dilakukan oleh bangsa ini karena warga masyarakat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi bangsa. Akan tetapi, kesadaran berbangsa dan bernegara ini tidak hanya berlaku
pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas memandangnya, sehingga dalam penerapannya warga
masyarakat lebih kreatif menerapkan kesadaran berbangsa dan bernegaranya.
Orang tua harus mempunyai kesadaran dan memberikan contoh bersikap dan berperilaku
yang menjunjung tinggi pluralitas.
Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia, tegasnya hukum di Indonesia, dan pemerataan
kesejahteraan setiap daerah. Pemerintah harus mampu memberikan pemahaman kepada rakyat
bahwa hanya ideologi Pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama bagi
seluruh warga negara Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan fraksi-fraksi
antarkelompok dalam konteks sosiologis, politis, serta demokrasi dianggap hal yang wajar.
Perbedaan tersebut dapat menghasilkan masyarakat yang dinamis, kreatif, dan sinergis untuk saling
menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang harus dihindari adalah perbuatan atau
tindakan yang melanggar norma-norma.
Pertanyaanya adalah isi jiwa apakah dari Bangsa Indonesia yang hendak dipresentasikan
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika ? Melihat coraknya Pancasila,maka Bhinneka Tunggal Ika
merupakan sumbernya, maka kiranya tidak jauh dari kebenaran kalau diambil kesimpulan, bahwa isi
jiwa tentang tempatnya manusia, individu dalam pergaulan hidup manusia dari bangsa Indonesia
adalah prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai implementasi berpancasila.
Proposisi ilahiah adalah selaras dengan makna hermenuetika hukum dari prinsip Bhinneka
Tunggal Ika, artinya walaupun bangsa Indonesia itu berbeda-beda secara multi agama, multi suku,
multi budaya dst tetapi sesungguhnya berasal dari satu diri, yaitu bangsa Indonesia, dan
basis terkecil dari suatu bangsa adalah keluarga, yaitu kesatuan, kelompok, pergaulan hidup
manusia yang terdiri dari manusia yang berbeda-beda; ayah , ibu, anak-anak, ayah dan ibu berbeda
dari anak dalam umurnya, ayah dan ibu berbeda satu sama lain dalam kelamin; pria dan wanita:pun
anak-anak terdiri dari pria dan wanita; dan last but not least, diantara sekian banyak manusia yang
hidup bersatu merupakan keluarga itu, bahkan andaikata terdapat diantaranya anak kembar, tidak
ada yang sama kepribadianya. Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing" Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Secara hermenuetika hukum hal itu dapat dikemukakan, bahwa makna Bhinneka
Tunggal Ika dalam hubungannya manusia Indonesia, yaitu persatuan dalam Perbedaan/keragaman;
Perbedaan/keragaman dalam persatuan yang disimpulkan dalam pengertian "kekeluargaan", Jadi
jika benar bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah sumber dari Pancasila, maka menurut pandangan
bangsa Indonesia atau menurut pandangan bangsa Barat yang dilukiskan dengan "Men are created
free and equal" , -Manusia dilahirkan bebas dan merdeka, yang satu terpisah dari lainnya sumber ini
ditemukan kembali dalam seluruh lembaga kehidupan ketatanegaraan, hukum , dan sebagainya,
maka kebenaran Bhinneka Tunggal Ika itu harus diketemukan kembali dalam pembacaan Pancasila
secara hermenuetika hukum dalam Lambang Negara.
"Sila Pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bangsa Indonesia percaya
adanya Tuhan Yang Maha Esa, mengandung arti juga, seluruh alam ciptaan-Nya ini adalah berbeda-
beda, beraneka ragam ciptaannya melainkan merupakan satu kesatuan yang terbedakan tetapi tak
dapat terpisahkan satu sama lain, tetapi terdapat hubungan satu sama lainnya. Jadi persatuan dalam
perbedaan. keanekaragaman; Perbedaan/keanekaragaman dalam persatuan dan sila kesatu ini
menyinari keempat sila lainnya dari Pancasila.
Sila Kedua dari Pancasila Kemanusian yang adil dan beradab, maknanya adalah bahwa
kemanusian yang beraraskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjunjung nilai-nilai
kemanusian yang sesungguhnya adalah manusia-manusia Indonesia yang mewujudkan sifat-
sifat Tuhan atau dalam tataran Islam mewujudkan As Ma'ul Husna dan salah satunya adalah Yang
Maha Adil. Jadi Perbedaan dalam persatuan/keaneragaman dan persatuan dalam
perbedaan/keaneka ragaman, artinya walaupun manusia berbeda agamanya, kebudayaannya dan
adat istiadatnya, maka sifat-sifat Tuhan yang hendak diwujudkan adalah bersifat
universal (Logosentrime) yaitu: Sifat Tuhan Yang Maha Esa,misalnya kejujuran, kebenaran dan
menjadi tugas manusialah mewujudkan sifat-sifat Tuhan itu dalam kehidupan antar manusia
Indonesia, ketika manusia menegakan keadilan sesungguhnya mereka sedang mewujudkan sifat-
sifat Tuhan dalam asma ul husna, yaitu Yang Maha Adil.
Sila Ketiga Persatuan Indonesia, adalah negara yang bangsanya terdiri dari Bhinneka Tunggal
Ika yang sesungguhnya adalah satu, yaitu Bangsa dan Negara Indonesia yang berdasarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa- negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa (pasal 29 ayat 1 UUD
1945) dan kemerdekaan negara Indonesia adalah atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan
didorong keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas (alinea 3 Pembukaan UUD
1945), itulah Negara Indonesia yang anak-anak bangsanya bersatu berdasarkan jiwa dan
semangat Ketuhanan Yang Maha Esa atau nilai-nilai universal yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa atau asma ul husna.
Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maknanya apa yang
dimusyawarahkan atau yang diputuskan dalam kesepakatan oleh perwakilan rakyat Indonesia
semuanya itu adalah dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan
untuk golongan atau segelintir individu di bangsa ini.
Dengan demikian Sila Kesatu menyinari keempat sila lainnya arti Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi nur bagi manusia-manusia Indonesia yang relegius, kemudian manusia –manusia Indonesia
bersatu membentuk persatuan Indonesia dengan prinsip keneka ragaman dalam persatuan dan
persatuan dalam keaneka ragaman (Bhinneka Tunggal Ika) dalam bentuk
Negara kebangsaan Indonesia, itulah NKRI dengan menjalankan Kerakyatan atau demokrasi versi
Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan yang
mewakili rakyat Indonesia, dan hasil musyawarah tersebut diwakili oleh elemen rakyat Indonesia itu
semua ditujukan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, artinya secara
hermenuetika hukum dapat dipaparkan sebagai berikut manusia-manusia Indonesia membentuk
persatuan Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia yang berdemokrasi Indonesia untuk
menyepakati kesepakatan-kesepakatan hukum dalam berbagai bidang kehidupan dalam rangka
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang disinari dan dibentengi serta
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang secara semiotika hukum Pancasila dibaca secara
berthawaf mulai dari Sila Kesatu ke sila Kedua, ke sila Ketiga, ke sila Keempat, ke sila Kelima,
sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 24 Tahun 2009.
Pasal 46 UU Nomor 24 Tahun 2009 menyatakan, bahwa Lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Pasal 47 UU Nomor 24 Tahun 2009 (1) Garuda
dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang
mewujudkan lambang tenaga pembangunan. (2) Garuda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pankal ekor berbulu 19, dan leher
berbulu 45.
Pasal 48 UU Nomor 24 Tahun 2009 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa. Ayat (2) Pada perisai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar
Pancasila sebagai berikut: a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan cahaya di bagian
tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima; b. dasar Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai; c. dasar
Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai; d. dasar
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas perisai; dan e. dasar Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai.(cetak
tebal dan miring dari penulis)
Teks normatif hukum peraturan perundang-undangan tersebut di atas khususnya pasal 48 ayat (2),
jika dibaca secara semiotika hukum dinamakan model Pancasila berthawaf yang seharusnya menjadi
dasar reaktualisasi semiotika hukum Pancasila, yaitu dalam kedudukan Pancasila sebagai cita
hukum dan sebagai sumber hukum negara serta dijadikan model ketika memetakan asas-asas
dan seluruh jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam kedudukan seperti ini
Pancasila sebagai cita hukum memiliki legitimasi filosofis, yuridis, dan sosiologis atau didalam
kapasitas ini Pancasila telah diderivikasikan kedalam norma-norma dalam kehidupan kenegaraan
dan kebangsaan sehingga tidak menutup pembacaan semiotika hukum Pancasila
hanya dianalisis saat kelahirannya (sejarah perancangan Pancasila) sebagai produk sejarah atau
secara historis yuridis dan eksplanasi teori sistem norma hukum dengan menggunakan model
hirarkis piramida sebagai satu-satunya penafsiran semiotika hukum Pancasila sebagai cita hukum
bagi bangsa Indonesia yang sedikit banyak terpengaruh dengan paham positivisme hukum Hans
Kelsen yang kemudian dikembangkan oleh para penstudi hukum Indonesia seperti Notonagoro dan
para pengikutnya tetapi menutup pembacaan Pancasila berdasarkan perisai Pancasila pada Lambang
Negara rancangan Sultan Hamid II anak bangsa Indonesia sendiri dari luar Jawa, tetapi bangsa ini
melupakannya dan sejarah selalu ditafsirkan berdasarkan selera “Jawa sentris” benarkah gambar
lambang negara kita burung Garuda, bukankah Elang Rajawali Pancasila dengan semboyan bhinneka
Tunggal Ika sebagaimana pidato Bung Karno 22 Juli 1958 “Terbang-terbanglah Elang Rajawali”,
karena garuda adalah burung mitologi yang berbentuk setengah burung setengah manusia,
sedangkan PP Nomor 66 Tahun 1951 dalam penjelasannya menyatakan: “Burung Garuda yang
menurut perasaan bangsa Indonesia berdekatan dengan burung elang rajawali” demikian juga dalam
UU Nomor 24 Tahun 2009 sebagai pengganti PP Nomor 66 Tahun 1951 juga menyatakan hal yang
sama dalam penjelasan pasal 46 : Yang dimaksud dengan “Garuda Pancasila” adalah lambang berupa
burung garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno yaitu burung yang menyerupaiburung elang
rajawali.
Kesadaran artinya menyadari bahwa bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa lain, khususnya
dalam konteks sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Seluruh elemen masyarakat harus ikut
bertanggung jawab menanamkan kesadaran ini.Untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan
bernegara dimasyarakat adalah dengan mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan kepekaan
sosial.Upaya Bangsa dan Negara agar dapat Bersaing dalam Era Globalisasi.
A. Rumusan dasar Negara yang diajukan B. Rumusan dasar Negara yang D. Rumusan dasar Negara yang
oleh Muhammad Yamin yang diajukan diajukan oleh Mr. Soepomo tanggal diajukan oleh Ir. Soekarno, Tgl. 1
secara lisan pada tanggal 29 Mei 1945. 31 Mei 1945. Juni 1945!
Pada akhir sidang pertama BPUPKI dibentuklah panitia kecil yang terdiri atas delapan orang
dengan tugas memeriksa usulan tentang dasar negara yang masuk untuk ditampung dan kemudian
dilaporkan kepada sidang BPUPKI berikutnya. Panitia kecil ini terdiri atas Ir. Soekarno, Drs..
Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Ki Bagus Hadikusumo, M. Sutardjo Kartohadikusumo, R. Oto
Iskandardinata, Mr. Muh Yamin, dan K. H. Wahid Hasjim.
Pada 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan BPUPKI dan panitia sembilan.
Rapat tersebut menghasilkan hal-hal sebagai berikut.
1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancang diberi Preambule (pembukaan).
3. Supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk Panitia Kecil perumus dasar negara.
Kemudian, Panitia kecil dibentuk dengan jumlah sembilan orang terdiri atas Ir Soekarno
(ketua), Drs. Mohammad Hatta, Mr. AA. Maramis, Abikoesno Tjokrosoeyoso, Abdulkahar Muzakir, H.
Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Muhammad Yamin, dan KH Wahid Hasjim. Pada tanggal 22
Juni 1945 berhasil merumuskan dengan sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Dalam
piagam tersebut tercantum rumusan Pancasila, yaitu
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
2. Kemanusiaann yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sidang BPUPKI kedua (10 Juli - 17 Juli 1945) hanya menyiapkan rancangan Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia Merdeka yang diketuai oleh Ir Soekarno, rancangan ekonomi dan
keuangan diketuai Moh Hatta, dan rancangan pembelaan tanah air diketuai oleh Abikoesno
Tjokrosoeyoso. Dengan demikian, tanggal 17 Juli 1945, BPUPKI telah mendapatkan tiga rancangan
dan dianggap selesai tugasnya.
Setelah BPUPKI bubar, dibentuklah pada 7 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang anggota-anggotanya terdiri atas orangorang yang berpengaruh di masyarakat
ketika itu dan dianggap mewakili berbagai macam daerah dan golongan dari seluruh Indonesia.
Ketuanya Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh Hatta. Jumlah anggota PPKI berjumlah 21 orang.
Ketika Jepang di bom atom oleh sekutu di Hirosima dan Nagasaki, terjadilah kekosongan kekuasaan.
Tentara Jepang menyerah kepada sekutu. Pada saat inilah kesempatan digunakan untuk
memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi, PPKI
mengadakan sidang dan merumuskan beberapa hal berikut.
1. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945 yang bahan-bahannya hampir
seluruhnya diambil dari Piagam Jakarta. Namun, ada perubahan, yaitu:
a. Kata Hukum Dasar diganti menjadi Undang-Undang Dasar.
b. “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pe
meluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
c. Permusyawaratan perwakilan diganti menjadi permusyawaratan/ perwakilan.
2. Mengesahkan dan menetapkan UUD.
3. Menetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil presiden
Republik Indonesia.
Setelah dilakukan perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
DPR mempunyai kedudukan yang lebih kuat dalam pengelolaan kekuasaan negara. DPR
secara tegas dinyatakan sebagai pemegang kekuasaan untuk membentuk undang-undang.
Hal tersebut diatur dalam Pasal 20 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Dewan Perwakilan
Rakyat memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang. Perubahan ketentuan ini
menyebabkan DPR mempunyai kekuasaan yang besar dalam proses pembentukan suatu
undang-undang, bahkan apabila sebuah rancangan undang-undang yang telah ditetapkan
oleh DPR menjadi undang-undang tidak disahkan oleh Presiden setelah 30 hari, undang-
undang tersebut dengan sendirinya berlaku dan wajib diundangkan.
Selain pembentukan undang-undang, pada saat ini DPR begitu besar kekuasaannya dalam
mengontrol setiap kebijakan pemerintah. Kekuasaan tersebut terlihat dari hak-hak yang
dimiliki oleh DPR seperti hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat. Dengan
ketiga hak tersebut, DPR menjadi lembaga penyeimbang sehingga kebijakan-kebijakan yang
diambil oleh pemerintah dapat dikendalikan dan dipastikan kebijakan tersebut untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
c. Kekuasaan kehakiman
Kekuasaan kehakiman disebut juga kekuasaan yudikatif. Sebelum dilakukannya perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan kehakiman
dijalankan oleh Mahkamah Agung beserta lembaga peradilan yang ada di bawahnya. Hal ini
ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang. Setelah
perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan
kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Pasal 24 Ayat (2)
menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan
oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyebabkan perubahan
fundamental dalam pengelolaan kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung tidak lagi menjadi
satu-satunya pemegang kekuasaan tersebut. Terdapat Mahkamah Konstitusi sebagai mitra
dalam menyelegarakan kekuasaan kehakiman. Hal tersebut memberikan peluang yang lebih
besar bagi setiap warga negara untuk mencari keadilan dan kepastian hukum.
2. Peran Pemerintah Pusat dalam Mewujudkan Tujuan Negara
Pasal 33
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
Undang-Undang RI a. Badan Perwakilan Rakyat Daerah yang merupakan penjelmaan dari Komite
Nomor 1 Tahun 1945 Nasional Daerah.
b. Badan eksekutif daerah yang dipilih oleh Komite Nasional Indonesia bersama
dengan dan dipimpin oleh kepala daerah dalam menjalankan pemerintahan
sehari-hari.
c. Kepala daerah merupakan ketua lembaga legislatif di daerah.
b. 2.DPRD-GR
1) Terdiri dari wakil golongangolongan politik dan golongan-golongan karya.
2) Anggota DPRD-GR diajukan oleh kepala daerah kepada instansi atasan
mereka masingmasing (golongan politik dan golongan karya).
3) Kepala daerah secara ex-officio adalah Ketua DPRD-GR (bukan anggota).
Undang-Undang RI 1. Kepala daerah provinsi (gubernur), kepala daerah kabupaten (bupati), kepal
Nomor 22 Tahun 1999 daerah kota (walikota) camat, lurah/kepala desa.
2. Di daerah dibentuk DPRD (sebagai badan legislatif daerah) dan pemerintah
daerah (sebagai badan eksekutif daerah).
3. Pemerintah daerah terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah lainnya.
4. DPRD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah.
5. Dalam menjalankan tugasnya, gubernur bertanggung jawab kepada DPRD
provinsi, bupati dan walikota bertanggung jawab kepada DPRD
kabupaten/kota.
Untuk mendukung program Pemerintah Pusat dalam mencapai tujuan nasional, berdasarkan
ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah selaku pengelola kekuasaan negara di daerah otonom
mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi kependudukan;
m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya;
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kemudian, selain mempunyai kewajiban, pemerintahan daerah juga mempunyai hak selaku
pengelola daerah otonom, di antaranya adalah:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang
berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan mendapatkan hak lainnya yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Urusan wajib dan urusan pilihan untuk pemerintahan daerah provinsi tentu saja berbeda dengan
pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan ruang lingkup urusan pemerintahan
daerah provinsi lebih luas dibandingkan dengan pemerintahan daerah kabupaten/kota seperti yang
terlihat dalam tabel di bawah ini.
Perbedaan struktur pemerintahan Indonesia sebelum amandemen UUD 1945 dan setelah
amandemen UUD1945.
Lembaga lainnya adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat(MPR), Komisi Yudisial(KY) dan Mahkamah
Konstitusi(MK). Setelah amandemen tidak ada lagi Dewan Pertimbangan Agung dan diganti sebuah
dewan pertimbangan yang bertugas memberi nasihat dan pertimbangan kepada Presiden
Hak dan Kewajiban anggota MPR dalam menjalankan tugas dan wewenang
hak anggota DPR
1. mengusulkan perubahan pasal-pasal UUD.
2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan
3. memilih dan dipilih
4. membela diri
5. imunitas
6. protokoler
7. keuangan dan administratif
1. mengamalkan Pancasila
2. menjalankan UUD 1945 dan peratura perundang-undangan
3. menjaga keutuhan NKRI dan kerukunan nasional
4. mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan
5. melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah
Wewenang DPR
1. Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)
2. Menetapkan APBN(fungsi anggaran)
3. Mengawasi pemerintah dalam menjalankan undang-undang(fungsi pengawasan)
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden merupakan panglima angkatan
tertinggi yang memiliki wewenang sebagai berikut:
1. menyatakan perang, perdamaian, perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR
2. membuat perjanjian internasional dengan persetujuan DPR
3. menyatakan keadaan bahaya
5. Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung adalah peradilan
tertinggi di Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak kekuasaan kehakiman dan kedaulatan hukum
ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri dan harus bebas dari
pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.Dalam hubungannya dengan Mahkamah Konstitusi,
MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan sebagai hakim di Mahkamah
Konstitusi.
Wewenang MA antara lain:
1. Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
2. memiliki weweang menagili di tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-udangan
dibawah UU terhadap UU
3. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi
4. memberikan pertimbangan (presiden mengajukan grasi)
6. Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan (2)
1. untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap UUD,
2. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan UUD,
3. memutus pembubaran partai politik, dan
4. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Disamping itu, MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.Dengan kewenangan tersebut,
jelas bahwa MK memiliki hubungan tata kerja dengan semua lembaga negara yaitu apabila terdapat
sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses judicial review yang diajukan oleh
lembaga negara pada MK
Negara kesatuan mempunyai dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Dalam negara
kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat, sedangkan
daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat.
Akan tetapi, dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan untuk
mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi rakyat di
daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap memegang
kekuasaan tertinggi.
Soepomo dalam Sidang BPUPKI, menghendaki bentuk negara kesatuan sejalan dengan paham
negara integralistik yang melihat bangsa sebagai suatu organisme. Hal ini antara lain seperti yang
dikemukakan oleh Muhammad Yamin, bahwa kita hanya membutuhkan negara yang bersifat
unitarisme dan wujud negara kita tidak lain dan tidak bukan adalah bentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).Bentuk negara kesatuan tersebut didasarkan pada 5 (lima) alasan berikut:
c Tenaga-tenaga terpelajar kebanyakan berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada tenaga di daerah
untuk membentuk negara federal
e Dari sudut geopolitik, dunia internasional akan melihat Indonesia kuat apabila sebagai negara
kesatuan.Pembentukan negara kesatuan bertujuan untuk menyatukan seluruh wilayah nusantara
agar menjadi negara yang besar dan kokoh dengan kekuasaan negara yang bersifat sentralistik
Karakteristik :
1. Pada alinea ke-2 pembukaan UUD 1945 “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur”
2. Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah negara
kesatuan, yang berbentuk Republik”
3. Alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, “… dalam upaya
membentuk suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”
4. Pasal 25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa “Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batasbatas dan hakhaknya ditetapkan dengan undangundang”
Pada periode ini bentuk negara Republik Indonesia adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan
adalah republik dan presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai kepala
negara Adapun, sistem pemerintahan yang dipakai adalah sistem pemerintahan presidensial. Dalam
periode ini yang dipakai sebagai landasan adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pada masa ini belum
terbentuk lembaga tinggi seperti DPR, MPR, MA DPA dan BPK. Kekuasaan tertinggi murni berada
pada presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.Pasal IV Aturan Peralihan menyatakan
bahwa Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan
pertimbangan Agung dibentuk menurut UndangUndang Dasar ini, segala kekuasaanya dijalankan
oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dijadikan dalih oleh Belanda untuk menuduh Indonesia sebagai
negara diktator, karena kekuasaan negara terpusat kepada presiden. Untuk melawan propaganda
Belanda pada dunia internasional, pemerintah RI mengeluarkan tiga buah maklumat
1) Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca eks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya berakhir (seharusnya berlaku selama
enam bulan) Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang semula
dipegang oleh Presiden kepada Komite Nasional Indonesia Pusat Pada dasarnya maklumat ini
adalah penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945
2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik yang
sebanyak-banyaknya oleh rakyat Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa salah
satu ciri demokrasi adalah multipartai Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia barat
menilai bahwa Indonesia adalah negara yang menganut asas demokrasi
Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 telah membawa perubahan total dalam sistem
pemerintahan negara kita.Pada tanggal tersebut, Indonesia memulai kehidupan baru sebagai
penganut sistem pemerintahan parlementer. Kabinet dalam hal ini para menteri tidak bertanggung
jawab kepada presiden akan tetapi kepada DPR yang kekuasaannya dipegang oleh BP KNIP. Kabinet-
kabinet parlementer yang dibentuk gampang sekali dijatuhkan dengan mosi tidak percaya dari DPR
Periode Negara Kesatuan Republik Indonesia berakhir seiring dengan hasil kesepakatan
Konferensi Meja Bundar yang mengubah bentuk negara kita menjadi negara serikat pada tanggal 27
Desember 1949.
Pada periode ini, Indonesia menggunakan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia
Tahun 1950 (UUDS 1950) yang berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1950. UUDS RI 1950 merupakan
perubahan dari Konstitusi RIS yang diselenggarakan sesuai dengan Piagam Persetujuan antara
Pemerintah RIS dan Pemerintah RI pada tanggal 19 Mei 1950. Bentuk negara Indonesia pada periode
ini adalah kesatuan yang kekuasannya dipegang oleh pemerintah pusat. Bentuk pemerintahan yang
diterapkan adalah republik, dengan kepala negara adalah seorang presiden yang dibantu oleh
seorang wakil presiden Ir Soekarno dan Drs Moh Hatta kembali mengisi dua jabatan tersebut. Sistem
pemerintahan yang dianut pada periode ini adalah sistem pemerintahan parlementer dengan
menggunakan kabinet parlementer yang dipimpin oleh seorang perdana menteri.
Pada saat mulai berlakunya UUDS RI 1950, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang
merupakan gabungan anggota DPR RIS ditambah ketua dan anggota Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat dan anggota yang ditunjuk oleh presiden.
Dektrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959, yang berisi di antaranya sebagai berikut
1) Pembubaran konstituante
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
c Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966 (Masa Orde Lama)
1) Membubarkan DPR hasil pemilu dan menggantikannya dengan membentuk DPR Gotong
Royong (DPRGR) yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
2) Membentuk MPR sementara yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
3) Penetapan Ir Soekarno sebagai presiden seumur hidup oleh MPRS
4) Membentuk Front Nasional melalui Penetapan Presiden No 13 Tahun 1959 yang anggotanya
berasal dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial politik yang ada di
Indonesia
5) Terjadinya pemerasan terhadap Pancasila. Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa diperas menjadi tiga unsur yang disebut Trisila, kemudian Trisila ini
diperas lagi menjadi satu unsur yang disebut Ekasila. Ekasila inilah yang dimaksud dengan
Nasakom (nasionalis, agama dan komunisme)
d Periode 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998 (masa Orde Baru)
Kepemimpinan Presiden Soekarno dengan demokrasi terpimpinnya, akhirnya jatuh pada tahun
1966. Prioritas utama yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru bertumpu pada pembangunan
ekonomi dan stabilitas nasional yang mantap.
1) Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968 hanya 70
dollar Amerika Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1000 dollar Amerika Serikat
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan
yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan adanya pembatasan
kekuasaan pemerintahan atau eksekutif dan jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga
negara.Dalam era reformasi terjadi 4 kali amanden tahun 1999,2000,2001,2002
2. MPR merupakan lembaga bikameral, yaitu terdiri dari DPR dan DPD (Pasal 2)
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A)
4 Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa
jabatan (Pasal 7)
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (Pasal 24B dan 24C)
Negara federasi adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara bagian
yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki konstitusi sendiri,
kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, namun yang berdaulat dalam negara
federal adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara federal. Setiap negara bagian
bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan dengan konstitusi federal. Tindakan ke
luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat dilakukan oleh pemerintah federal.
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah federal
meliputi:
a) hal-hal yang menyangkut kedudukan negara sebagai subyek hukum internasional, misalnya
masalah daerah, kewarganegaraan dan perwakilan diplomatik;
b) hal-hal yang mutlak mengenai keselamatan negara, pertahanan dan keamanan nasional,
perang dan damai;
c) hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok hukum
maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat, misalnya
mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
d) hal-hal tentang uang dan keuangan, beaya penyelenggaraan pemerintahan federal, misalnya
hal pajak, bea cukai, monopoli, mata uang (moneter);
1.Dalam negara kesatuan organisasi bagian-bagian negara dalam garis-garis besarnya telah
ditetapkan oleh pembentuk undang-undang pusat Adapun, dalam negara serikat, negara bagian
memiliki wewenang membentuk konstitusi sendiri dan berwenang mengatur organisasi sendiri
dalam rangka konstitusi federal
2.Dalam negara kesatuan, wewenang pembentuk undang-undang pusat ditetapkan dalam suatu
rumusan yang umum dan wewenang pembentuk undang-undang yang lebih rendah (lokal)
tergantung pada badan pembentuk undang-undang pusat. Adapun, pada negara serikat
wewenang pembentuk undang-undang adalah pusat untuk mengatur hal-hal tertentu, telah
diperinci satu persatu dalam konstitusi federal
Karakteristik :
1) Pengangkatan perdana menteri dilakukan oleh Presiden, bukan oleh parlemen sebagaimana
lazimnya
4) Pertanggungjawaban kabinet adalah kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), namun harus
melalui keputusan pemerintah
5) Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah sehingga DPR tidak punya
pengaruh besar terhadap pemerintah.DPR tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya kepada
kabinet
6) Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap yaitu sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan