Pengertian Nasionalisme
Untuk memahami tentang hal, langkah pertama yang harus kita lakukan adalah mengetahui
terlebih dahulu pengertian dari hal yang akan kita pelajari. Adapun dalam hal ini, hal yang akan
kita pelajari berkaitan dengan Nasionalisme. Apa yang dimaksud dengan Nasionalisme?
Secara etimologi asal kata Nasionalisme berasal dari kata latin natio yang berarti kelahiran, dan
suku. dalam perkembanganya kemudian dikembangkan menjadi nation (bahasa Inggris, Jerman,
dan Belanda) yang artinya adalah bangsa.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Nasionalisme diartikan sebagai paham (ajaran)
untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua kalimat
yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Nasionalisme, yaitu :
Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, Bangsa adalah suatu persekutuan hidup yang
berdiri sendiri dan masing-masing anggota persekutuan hidup merasa satu kesatuan ras, bahasa,
agama, sejarah dan adat-istiadat. Sedangkan dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam
suatu daerah yang sama, dan mereka tunduk pada kedaulatan negaranya sebagai suatu
kekuasaan tertinggi keluar dan kedalam.
Nasionalisme di Indonesia
Setelah kita mengetahui bahwa Nasionalisme merupakan sebuah paham, maka paham tersebut
harus dianalisis apakah cocok diterapkan di Indonesia atau tidak ? Bila dilihat dari isinya, maka
Nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok untuk diterapkan di Indonesia. Alasannya,
paham Nasionalisme ini sangat mendukung sila ke 3 Pancasila yaitu, Persatuan Indonesia dan
butir-butir pengamalannya yang terdiri dari :
1. mampu menempatkan persatuan dan kesatuan serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan;
2. sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan;
5. memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan
sosial;
Berdasarkan uraian tersebut, maka kita bisa membuat pengertian Nasionalisme lebih terperinci
menjadi sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mampu menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan, sanggup rela berkorban, memiliki
rasa cinta tanah air dan kebanggaan menjadi suatu bangsa tertentu dengan tetap memelihara
ketertiban dunia demi mengembangkan dan memajukan persatuan dan kesatuan bangsa.
Nasionalisme adalah sebuah paham yang cocok diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu, perlu
adanya upaya untuk menanamkan Nasionalisme dalam hati dan pikiran semua bangsa Indonesia
yang dapat dilakukan melalui :
Dengan menanamkan Nasionalisme dalam hati dan pikiran semua bangsa Indonesia, maka
diharapkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang memiliki persatuan dan kesatuan bangsa
yang kuat, memiliki pemikiran-pemikiran cerdas dan unggul untuk memajukan Indonesia.
Nasionalisme Ekstrem
Nasionalisme adalah sebuah paham yang bersifat positif dan sesuai dengan Pancasila. Namun,
apabila dalam pelaksanaannya tidak memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban
maka akan lahir Nasionalisme Ekstrem, yaitu :
1. Chauvinisme
Chauvinisme adalah sebuah paham yang mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan
negaranya sendiri dengan cara mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, Chauvinisme memiliki persamaan dengan Nasionalisme yaitu
sama-sama mengajarkan seseorang untuk mencintai bangsa dan negaranya sendiri.
Namun, terdapat perbedaan yang besar antara Chauvinisme dan Nasionalisme yaitu dalam
tindakan, ucapan atau sikap yang ditunjukkan dalam mencintai bangsa dan negaranya tersebut.
Orang yang menganut paham Chauvinisme akan berusaha mencintai dan memajukan bangsa
dan negaranya walaupun dengan cara menindas bangsa dan negara lain serta terlalu berlebihan
merasa bangga dengan bangsa dan negaranya sehingga menganggap bangsa dan negara lain
lebih rendah martabatnya.
2. Fasisme
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Fasisme adalah paham golongan nasionalis
esktrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Berdasarkan pengertian tersebut, artinya
fasisme memiliki keterkaitan dengan Nasionalisme. Keterkaitan antara Fasisme dan Nasionalisme
yaitu sama-sama sebagai paham yang dilandasi rasa cinta terhadap bangsa dan negaranya
sendiri.
Namun, terdapat perbedaan besar antara Fasisme dan Nasionalisme yaitu dalam
mengungkapkan rasa cintanya, orang yang menganut Fasisme menggunakan paksaan agar
masyarakat mencintai bangsa dan negaranya sedangkan Nasionalisme menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk mencintai bangsa dan negaranya.
Paksaan yang dilakukan oleh orang yang menganut Fasisme diwujudkan melalui kepemimpinan
seseorang yang bersifat otoriter dan absolut. Kekuasaan harus dipegang oleh satu orang
(pemusatan kekuasaan) serta segala perintah yang dikeluarkan harus dipatuhi oleh semua
masyarakat tanpa terkecuali.
Apabila ada masyarakat yang tidak mematuhi peraturan, maka ia akan dianggap sebagai musuh
sehingga dalam Fasisme identitas harus seragam (harus sama mengikuti perintah) dan musuh
negara itu tidak hanya berasal dari luar akan tetapi dari dalam (masyarakat itu sendiri bisa
dianggap sebagai musuh).
TWK - Patriotisme Dan Nasionalisme
Bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki sejarah yang panjang. Mulai dari zaman kerajaan,
penjajahan sampai ke zaman kemerdekaan. Tentunya tak mudah untuk mencapai kemerdekaan, Perjuangan
yang kuatlah yang dapat membawa bangsa indonesia mewujudkan cita citanya. Peran serta seluruh rakyat
Indonesia tak lepas dalam perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan. Karena Sifat Nasionalisme dan
Patriotisme Rakyat merupakan kunci penting untuk memperoleh kemerdekaan dan mempersatukan seluruh
elemen bangsa Indonesia.
Pengertian Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata "Patriot" dan "isme" dalam bahasa Indonesia yang berarti jiwa kepahlawanan
atau sifat kepahlawanan. serta kata "Patriotism" dalam bahasa Inggris yang berarti sikap pantang menyerah,
gagah berani, dan rela berkorban demi bangsanya. Patriotisme merupakan sikap yang bersumber dari
perasaan cinta tanah air, sehingga menimbulkan rasa rela berkorban untuk bangsanya.
Constructive Patriotisme (Patriotisme Konstruktif) keterikatan kepada bangsa atau negara dengan tetap
menjunjung tinggi toleran terhadap kritikan, sehingga bisa membawa perubahan positif bagi kesejahteraan
bersama.
Blind Patriotism (Patriotisme Buta) keterikatan kepada bangsa atau negara tanpa memperdulikan toleran
terhadap kritik, seperti dalam ungkapan: "benar atau salah, apapun yang dilakukan bangsa harus didukung
sepenuhnya". sehingga hal tersebut bisa membawa peperangan dan kehancuran dunia.
Masa Damai (Pasca kemerdekaan) Sikap patriotisme pada masa damai dapat diwujudkan salah satunya
dengan cara: memajukan pendidikan, menegakkan hukum dan kebenaran, memberantas kemiskinan dan
kebodohan, memelihara persaudaraan maupun persatuan,
Masa Perang (Darurat) Sikap patriotism pada masa perang (darurat) dapat diwujudkan dengan cara: ikut
berperang secara fisik melawan penjajah, petugas logistik, menjadi petugas dapur umum, menolong tentara
(TNI) yang terluka, dsb.
Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme bersumber dari kata "nasional" dan "isme" yaitu paham kebangsaan yang memiliki arti:
semangat dan kesadaran cinta tanah air, memelihara kehormatan bangsa, mempunyai kebanggaan sebagai
penduduk bangsa, mempunyai rasa solidaritas kepada musibah dan kekurang terhadap saudara sebangsa dan
senegaranya.
Menurut Encyclopedia Britania
Nasionalisme merupakan keadaan jiwa setiap ndividu yang merasa bahwa setiap orang memiliki kesetiaan
dalam keduniaan (sekuler) tertinggi kepada negara kebangsaan
Nasionalisme adalah suatu ikatan politik yang mengikat kesatuan masyarakat modern dan memberi
keabsahan terhadap klaim (tuntutan) kekuasaan.
Sedangkan Menurut Ensiklopedi Bahasa Indonesia: Nasionalisme merupakan sikap sosial dan politik dari
sekelompok bangsa yang memiliki kesamaan bahasa, wilayah, kebudayaan serta kesamaan tujuan dan cita-
cita dengan meletakkan kesetiaan yang tinggi terhadap kelompok negaranya.
Bentuk-Bentuk Nasionalisme
adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
“kehendak rakyat”; “perwakilan politik ”.
Nasionalisme etnis
adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis
sebuah masyarakat.
Nasionalisme romantik
(juga disebut nasionalisme organik ,nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana
negara memperoleh kebenaran politik secara semulajadi (“organik”) hasil dari bangsa atau ras; menurut
semangat romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya etnis yang
menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep nasionalisme romantik.
Nasionalisme Budaya
adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan
bukannya “sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
Nasionalisme Kewarganegaraan
selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih
keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik
dengan prinsip masyarakat demokrasi.
Nasionalisme agama
ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun
begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
Paham kebangsaan yang meletakkan kesetiaan tertinggi individu terhadap bangsa dan tanah airn nya dengan
memandang bangsanya itu merupakan bagian dari bangsa lain di dunia. Nasionalisme arti luas mengandung
prinsip-prinsip: kebersamaan, persatuan, kesatuan, dan demokrasi.
Merupakan Paham kebangsaan yang sangat berlebihan (over) dengan menganggap bangsanya sendiri lebih
hebat dari bangsa lain. Paham ini biasa disebut dengan istilah "Chauvinisme". Istilah tersebut pernah dianut
di Jerman (pada masa Adolf Hitler), Jepang (pada masa Tenno Haika), Italia (pada masa Bennito Mussolini).
Nasionalisme agama adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi politik dari
persamaan agama. Misalnya, di India Nasionalisme bersumber seperti yang diamalkan oleh pengikut partai
BJP bersumber dari agama Hindu. sedang di Irlandia semangat nasionalisme bersumber dari persamaan
agama mereka yaitu Katolik.
Nasionalisme etnis merupakan sejenis nasionalisme dmana negara mendapat kebenaran politik dari etnis
atau budaya asal sebuah masyarakat.
Nasionalisme kenegaraan adalah variasi nasionalisme kewarganegaraan, yang selalu digabungkan dengan
nasionalisme etnis.
Nasionalisme Budaya merupakan sejenis nasionalisme dimana negara mendapat kebenaran politik dari
budaya bersama dan tdak bersifat turun tmurun seperti ras, bahasa atau warna kulit.
Nasionalisme romantik (biasah disebut nasionalisme identitas atau nasionalisme organik) merupakan
nasionalisme dimana negara memperoleh kebenaran politik sebagai suatu yang alamiah yang merupakan
ekspresi dari sebuah ras atau bangsa.
Nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme dapat diterapkan dalam berbagai lingkungan kehidupan yang
cakupannya meliputi negara dan bangsa. Bentuk paling menonjol dari penerapan nilai-nilai tersebut adalah
berani berkorban untuk memajukan masyarakat, bangsa maupun negara.
Agar dapat menerapkan nilai patriotisme dan nasionalisme, seseorang harus mengutamakan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadi. Melihat begitu pentingnya patriotisme dan nasionalisme dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak mengherankan jika kedua hal tersebut perlu ditanamkan pada
seluruh komponen bangsa.
Berikut beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme kepada
semua elemen Bangsa (Indonesia):
Selain ketiga cara diatas, penerapan prinsip patriotisme dan nasionalisme dapat dilakukan dengan cara
Pewarisan dan Keteladanan.
Cara Pewarisan
Cara pewarisan dilakukan dengan mengadakan serangkaian kegiatan yang dapat menumbuh kembangkan
jiwa patriotisme dan nasionalisme pada generasi muda. Kegiatan tersebut seperti mengenal perjuangan
tokoh-tokoh pahlawan, mengunjungi tempat-tempat bersejarah seperti museum, dan tapak tilas perjuangan
bangsa.
Sikap nasionalisme dan patriotisme hanya didapat pada orang yang meletakkan nasionalisme dan patriotisme
sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Sikap tersebut perlu ditanamkan sejak dini. dan dapat diwujudkan
di berbagai lingkungan, baik di sekolahan, lingkungan keluarga, masyarakat maupun berbangsa dan
bernegara.
menghormati guru;
mengikuti upacara bendera dengan baik;
menjaga keamanan lingkungan kelas.
melaksanakan tata tertib sekolah;
Wujud sikap Patriotisme dan Nasionalisme di lingkungan masyarakat, berbangsa, dan bernegara:
Cara Keteladanan
Dalam hal ini generasi sebelumnya memberikan keteladanan (contoh) sikap hidup yang mencerminkan
patriotisme dan nasionalisme. Keteladanan dapat diberikan di berbagai aspek lingkungan, seperti
masyarakat, sekolah dan keluarga.
Keteladanan di lingkungan keluarga biasanya diberikan oleh ibu, ayah, atau anak yang lebih tua. Contoh
keteladanan di lingkungan keluarga:
seorang kakak yang memberi teladan / contoh yang baik dalam hal kegiatan keagamaan.
Keteladanan di lingkungan sekolah biasanya diberikan oleh Senior kelas (Kakak Kelas), guru maupun
kepala sekolah. Contoh keteladanan di lingkungan.
Keteladanan di lingkungan masyarakat biasanya diberikan oleh tokoh masyarakat. Contoh keteladanan di
lingkungan masyarakat.
Indonesia merupakan negara kesatuan yang disebut dengan eenheidstaat, yaitu negara merdeka
dan berdaulat yang pemerintahannya diatur oleh pemerintah pusat. Dalam konstitusi Republik
Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam pasal 4
ayat (1) dikatakan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan
menurut Undang-Undang Dasar. sehingga dalam pasal ini apabila kita tafsirkan bahwa pemegang
kekuasaan tertinggi di negara indonesia adalah presiden.
Namun, karena luasnya daerah-daerah di negara kita yang terbagi-bagi atas beberapa provinsi,
kabupaten serta kota maka daerah-daerah tersebut memiliki pemerintahan daerah dengan
maksud guna mempermudah kinerja pemerintah pusat terhadap daerahnya sehingga
digunakanlah suatu asas yang dinamakan asas otonomi sesuai dengan yang diatur dalam pasal
18 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Maka dari itu
pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya , kecuali urusan pemerintahan yang
oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan pemerintah pusat, sehingga dalam hal ini
menimbulkan suatu hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah di daerah.
Pemerintahan Daerah
Hak adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan, tidak dilakukan, dan diterima oleh Pemerintah
Daerah. Kewajiban adalah segala sesuatu yang harus dilakukan Pemerintah daerah sebagai
penyelenggara pemerintah. Menurut UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal
19, Pemerintah Daerah mempunyai delapan hak dalam menyelenggarakan otonomi daerah
Indonesia yaitu:
1.
Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya. Dengan demikian, Pemerintah
Pusat tidak dapat ikut campur dalam mengatur urusan dan fungsi pemerintah daerah.
2. Memilih pemimpin daerah. Pemilihan Kepala Daerah dilakukan secara langsung dalam
Pemilu oleh rakyat daerah itu sendiri. Hal ini diatur dalam pasal 24 ayat 5 UU Nomor 32
tahun 2004.
3. Mengelola aparatur daerah. Yang termasuk aparatur daerah adalah penyelenggara
pemerintah di luar kepala daerah, seperti kepala dinas, kepala badan, dan unit-unit kerja lain
yang diperlukan sesuai kebutuhan daerah masing-masing.
4. Mengelola kekayaan daerah. Setiap daerah mempunyai sumber daya alam dan sumber
daya manusia yang berbeda. Maka, Pemerintah Daerah berhak mengoptimalkan
pengelolaan kekayaan daerahnya masing-masing guna mensejahterakan masyarakatnya.
5. Memungut pajak dan retribusi daerah. Setiap daerah mempunyai beberapa peraturan pajak
yang bisa dipungut sendiri. Contoh peraturan ini adalah pajak kendaraan bermotor.
6. Mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan semua sumber daya daerahnya yang dilakukan
oleh Pemerintah Pusat maupun investasi asing.
7. Mendapatkan sumber-sumber penghasilan yang sah dan disesuaikan dengan kondisi alam
dan masyarakatnya masing-masing.
8. Mendapatkan hak-hak lain yang belum terdapat dalam UU Nomor 32 tahun 2004 dan akan
diatur kemudian.
Kewajiban Pemerintah Daerah
UU Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah juga mengatur lima belas kewajiban
Pemerintah Daerah. Kewajiban Pemerintah Daerah tersebut diuraikan sebagai berikut:
Hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersifat struktural dan fungsional
Hubungan Struktural
Hubungan struktural adalah hubungan yang didasarkan pada tingkat dan jenjang dalam
pemerintahan. Pemerintah pusat merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat
nasional. pemerintah daerah merupakan penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing
masing bersama DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, dalam sistem dan prinsip
NKRI. Secara struktural presiden merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
penyelenggara urusan pemerintahan di tingkat nasional. kepala daerah merupakan
penyelenggara urusan pemerintahan di daerah masing masing sesuai dengan prinsip otonomi
seluas luasnya.
Secara struktural hubungan pemerintah pusat dan daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 84 Tahun 2000. Berdasarkan ketentuan tersebut daerah diberi kesempatan untuk
membentuk lembaga-lembaga yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah.
Dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia terdapat dua cara yang dapat
menghubungkan antara pemerintah pusat dan pemeritah daerah yaitu sentralisasi dan
desentralisasi.
Fungsi yang sifatnya berskala nasional dan berkaitan dengan eksistensi negara sebagai
kesatuan politik diserahkan kepada pemerintah pusat.
Fungsi yang menyangkut pelayanan masyarakat yang perlu disediakan secara beragam
untuk seluruh daerah dikelola oleh pemerintah pusat.
Fungsi pelayanan yang bersifat lokal, melibatkan masyarakat luas dan tidak memerlukan
tingkat pelayanan yang standar, dikelola oleh pemerintah daerah yang disesuaikan dengan
kebutuhan serta kemampuan daerah masing-masing.
Hubungan Fungsional
Hubungan fugsional menyangkut atas pembagian tugas dan kewenangan yang harus dijalankan
oleh pemerintahan pusat dan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik
(goog governance). Nah pembagian tugas dan wewenang baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah tercantum dalam UU Nomor 32 Tahun 2004.
Ketika kita membahas urusan pemerintahan daerah dan pemerintahan pusat, peraturan yang
dapat menjadi pegangan bagi kita ialah Undang-Undang No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. Undang-undang yang disahkan pada akhir masa Pemerintahan Pesiden SBY
Menurut UU no. 23 tahun 2014 Urusan pemerintahan terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Ketiga urusan diatas dibagi menjadi urusan yang menjadi domain Pemerintah pusat dan daerah.
Asas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan terdiri atas asas dekonsentrasi,
desentraslisasi, serta asas tugas pembantuan, berikut penjelasannya :
Pembagian urusan konkuren kemudian diperjelas dalam tatananan territorial atau wilayah, seperti
contohnya dalam lokasi, pusat berwenang pada lokasi lintasi Negara ataupun lintas daerah
provinsi, sedang provinsi berada pada lintas kabupaten/kota, sedang untuk tingkat kabupaten/kota
berada pada area dalam kabupaten atau kota.
Dalam UU no. 23 tahun 2014 pada lampiran matriks pembagian urusan pemerintahan konkuren,
jika kita masuk kedalam bidang dan sub bidang, maka pusat, daerah provinsi dan kabupaten/kota
memiliki porsi kewenangannya sendiri-sendiri. Misal dalam bidang pendidikan, lalu jika dipilih sub
bidang, manajemen pendidikan contohnya, kewenangan pusat saat penetapan standar
pendidikan, untuk provinsi berkewenanggan mengelola pedidikan menengah dan untuk
kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar.
Jika kita lihat dalam bidang lain, misal perumahan, kesehatan dan lain sebagainya, memiliki pola
yang sama, ada porsi pusat dan daerah. Meski ada beberapa bagian, misal dalam pengawasan
kehutanan, pusat berwenang penuh dalam urusan itu, tidak melibatkan daerah.
Meski sepenuhnya berada ditangan pusat, urusan pemerintahan absolut bisa dilimpahkan kepada
instansi vertical yang ada di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi . Instansi vertical sendiri
merupakan perangkat kementerian dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian yang
mengurus Urusan Pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah otonom dalam wilayah
tertentu dalam rangka Dekonsentrasi, contoh instansi vertical di daerah ialah satuan kerja
perangkat daerah atau SKPD, seperti dinas dan badan daerah.
Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Presiden sebagai kepala Pemerintah. Urusan tersebut meliputi kerukunan antar umatberagama,
pengembangan kehidupan demokrasi, pembinaan ketahanan nasional, koordinasi pelaksanaan
tugas antarinstansi pemerintahan yang ada diwilayah daerah provinsi dan kabupaten/kota,
penanganan konflik social, persatuan dan kesatuan bangsa, pembinaan kerukunan antar suku
ataupun intrasuku serta pelaksananan semua urusan pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan pemerintahan daerah.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan (motto) yang dimiliki bangsa Indonesia. Frasa ini berasal dari
bahasa Jawa Kuno dan seringkali diartikan dengan kalimat "Berbeda-beda tetapi tetap satu".
Jika Diterjemahkan per kata, kata bhinneka memiliki arti "beraneka ragam" atau "berbeda-beda". Kata neka
dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" yang merupakan pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia.
Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Jadi Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan
"Beraneka Satu Itu",
Dimana kata Bhinneka Tunggal Ika "Beraneka Satu Itu" bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada
hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sering digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, suku, ras, bahasa daerah, kepercayaan maupun agama.
Kalimat Bhinneka Tunggal Ika sendiri merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuno yaitu Kitab
Sutasoma, karangan Mpu Tantular sekitar abad ke-14 semasa kerajaan Majapahit. Kitab ini merupakan kitab
yang mengajarkan toleransi umat beragama yaitu mengajarkan toleransi antara umat Buddha dengan umat
Hindu Siwa.
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa (Pupuh 139 : 5).
Terjemahan:
Konon dikatakan bahwa Wujud Buddha dan Siwa itu berbeda. Mereka memang
berbeda. Namun, bagaimana kita bisa mengenali perbedaannya dalam selintas pandang? Karena
kebenaran yang diajarkan Buddha dan Siwa itu sesungguhnya satu jua.
Mereka memang berbeda-beda, namun hakikatnya sama. Karena tidak ada kebenaran yang
mendua. (Bhinneka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrwa).
Bangsa Indonesia beruntung telah memiliki falsafah bhinneka tunggal ika sejak dahulu ketika negara barat
masih mulai memerhatikan tentang konsep keberagaman. Indonesia merupakan negara yang sangat kaya
akan keberagaman. Jika dilihat dari kondisi alam saja Indonesia sangat kaya akan ragam flora dan fauna,
yang tersebar dari ujung barat samapai ujung timur serta dari ujung selatan ke utara di terdapat sekitar 17508
pulau. Bangsa ini juga didiami lebih dari 1000 suku yang menguasai sekitar 77 bahasa daerah dan menganut
berbagai agama dan kepercayaan. Keberagaman ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Atas dasar ini,
para pendiri / proklamator bangsa sepakat untuk mengusung bhinneka tunggal ika sebagai semboyan Bangsa
Indonesia.
Pertama kali semboyan Bhinneka Tunggal Ika dicetuskan oleh Muh. Yamin pada saat Sidang BPUPKI dan
kata selanjutnya dilanjutkan dengan semboyan "Tan Hana Dharma Mangrwa" dipakai sebagai motto
lambang Lembaga Pertahanan Nasional yang berarti “tidak ada kebenaran yang bermuka dua”
. Bhinneka Tunggal Ika diresmikan sebagai semboyan negara pada 17 Agustus 1950 pada UUD 1945 Pasal
36A dan PP No 66/1951 yang ditetapkan pada 10 Juli 1951.
Berikut Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika, antara lain:
1. Common Denomitor, mencari unsur-unsur persamaan pada perbedaan agama, suku, ras, dll tanpa
merusak eksistensi pada setiap suku, agama, ras.
2. Tidak bersifat Formalitas, tidak bersifat semu dan kaku.
3. Tidak Bersifat Eksklusif (bersifat inklusif), semua kelompok masyrakat harus memiliki rasa
persaudaraan, berdampingan, mengakui harkat martabat kelompok lain dan tidak memaksakan
kehendak yang merusak rasa persatuan.
4. Bersifat Konvergen, apabila terjadi permasalahan akibat dari keanekaragaman maka harus dicari titik
temunya yang dapat membuat segala macam bentuk kepentingan menjadi satu.
Karena Bagi setiap masyarakat Indonesia, semboyan Bhinneka Tunggal Ika dapat dijadikan sebagai dasar
guna melaksanakan perwujudan terhadap kerukuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selayaknya, kita
mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari, contohnya dengan cara menjalani kehidupan dengan saling
menghargai dan menghormati setiap individu / warga negara, terlepas dari setiap perbedaan yang ada, tidak
saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini bisa menimbulkan konflik dan menjadi sumber atau awal
pemecah kesatuan bangsa.
Dengan Bhinneka Tunggal Ika Rakyat Indonesia dilarang saling mendiskriminasi dengan memandang
perbedaan suku, bentuk wajah, warna kulit, agama, dan lain sebagainya. Karena Semua rakyat indonesia
perlu memiliki kesadaran bahwa Bangsa Indonesia terdiri dari banyak keragaman. Oleh karenanya semua
rakyat indonesia harus menanamkan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dalam hati, serta menyingkirkan dan
membuang sikap egois yang selalu mengutamakan diri sendiri atau menomorsatukan asal daerahnya dan
menganggap daerah lain tidak lebih penting daripada daerahnya.
Namun, sebagai semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, konsep Bhineka Tunggal Ika bukan hanya
perbedaan agama dan kepercayaan menjadi fokus, tetapi pengertiannya lebih luas. Bhineka Tunggal Ika
sebagai semboyan Negara memiliki cakupan lebih luas, seperti perbedaan suku, bangsa, budaya (adat-
istiadat), beda pulau, dan tentunya agama dan kepercayaan yang menuju persatuan dan kesatuan Negara.
1. Perilaku Inklusif
Seseorang haruslah menganggap bahwa dirinya sedang berada di dalam suatu populasi yang luas, sehingga
dia tidak melihat dirinya melebihi dari yang lain. Begitu juga dengan kelompok. Kepentingan bersama lebih
diutamakan daripada sebuah keuntungan pribadi atau kelompoknya. Kepentingan bersama bisa membuat
segala komponen merasa puas dan senang. Masing-masing kelompok mempunyai peranan masing-masing di
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ditinjau dari keanekaragaman yang ada di dalam negeri ini, maka sepantasnyalah bila Indonesia
adalah bangsa dengan tinglat prulalistik terbesar di dunia. Hal inilah yang membuat bangsa kita disegani
oleh bangsa lain. Tapi, bila hal ini tidak bisa dipergunakan dengan baik, maka sangat mungkin akan terjadi
disintegrasi di dalam bangsa.
Agama, ras, suku bangsa, bahasa, adat dan budaya yang ada di Indonesia mempunyai jumlah yang tidak
sedikit. Sikap saling toleran, saling menghormati, saling mencintai, dan saling menyayangi menjadi hal
mutlak yang dibutuhkan oleh segenap rakyat Indonesia, supaya terciptanya masyarakat yang tenteram dan
damai.
Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah terjadi pada zaman sekarang. Apalagi ditambah dengan
diberlakukannya sistem demokrasi yang menuntut segenap rakyat bebas untuk mengungkapkan pendapatnya
masing-masing. Oleh sebab itu, untuk mencapai prinsip ke-Bhinneka-an, maka seseorang haruslah saling
menghormati antar satu pendapat dengan pendapat yang lain. Perbedaan ini tidak untuk dibesar-besarkan,
tetapi untuk dicari suatu titik temu dengan mementingkan suatu kepentingan bersama. Sifatnya konvergen
haruslah benar-benar dinyatakan di dalam hidup berbangsa dan bernegara, jauhkan sifat divergen.
Perbedaan pendapat antar kelompok dan pribadi haruslah dicari solusi bersama dengan diberlakukannya
musyawarah. Segala macam perbedaan direntangkan untuk mencapai satu kepentingan. Prinsip common
denominator atau mencari inti kesamaan haruslah diterapkan di dalam musyawarah. Dalam musyawarah,
segala macam gagasan yang timbul akan diakomodasikan dalam kesepakatan. Sehingga kesepakatan itu
yang mencapai mufakat antar pribadi atau kelompok.
Sesuai dengan pedoman sebaik-baik manusia yaitu yang bermanfaat bagi manusia lainnya, rasa rela
berkorban haruslah diterapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Rasa rela berkorban ini akan terbentuk
dengan dilandasi oleh rasa salin kasih mangasihi, dan sayang menyayangi. Jauhilah rasa benci karena hanya
akan menimbulkan konflik di dalam kehidupan.
TWK - Pengertian, Fungsi, Dan Tujuan NKRI
Sebagai seorang warga negara yang cintai terhadap tanah air, semestinya kita wajib mengetahui mengenai
NKRI walaupun hanya secara sederhana (ringkas) saja. Artikel dibawah ini akan menambah pengetahuan
serta wawasan sobat mengenai Pengertian, Fungsi, dan Tujuan NKRI (Negara Kesatuan Republik
Indonesia). di dunia ini ada banyak bentuk kenegaraan antara lain: negara dominion, negara serikat, negara
uni, negara protektorat, serta trust dan mandat. Sedangkan bentuk negara yang dipakai oleh Indonesia ialah
negara kesatuan dengan bentuk republik. bentuk tersebut tercantum dalam UUD 1945 Pasal 1 Ayat 1.
Pengertian NKRI
Berdasarkan latar belakang terbentuknya Indonesia, bisa disimpulkan bahwa NKRI merupakan suatu
bentuk negara yang terdiri atas wilayah yang luas dan tersebar dengan bermacam adat, suku, keyakinan serta
budaya yang memiliki tujuan dasar menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Sedang Istilah Negara Kesatuan Republik Indonesia menutut UUD 1945 Pasal 1 (1) berbunyi sebagai
berikut: Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik. Ketentuan ini dijelaskan dalam
pasal 18 UUD 1945 ayat (1) yang menyatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kota dan kabupaten, yang tiap-tiap kota,
kabupaten dan provinsi itu mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang.
Fungsi negara
Tujuan negara:
Tujuan Negara Yaitu mewujudkan kesusilaan manusia sebagai makhluk sosial dan individu.
Tujuan negara ialah menciptakan persamaan dan kebebasan bagi warga negaranya.
Tujuan Negara Yaitu memungkinkan rakyatnya berkembang dan mengembangkan daya ciptanya
sebebas mungkin.
Negara Bertujuan untuk memperluas kekuasaan sehingga rakyat wajib mau berkorban untuk kejayaan
negara.
Negara memiliki tujuan untuk menciptakan keadaan yang baik agar rakyatnya bisa mencapai
keinginan secara maksimal.
Tujuan Negara ialah menyelenggarakan ketertiban hukum yang berlaku di negara tersebut.
Tujuan Negara yaitu mencapai hidup yang tenteram dan aman dengan taat kepada Tuhan YME.
Tujuan Negara ialah mencapai kehidupan dan penghidupan yang aman dan tentram dengan taat
dan dibawah pimpinan Tuhan YME.
Tujuan Negara Menurut ajaran Negara Kesejahteraan
Tujuan NKRI
Tujuan nasional Negara Indonesia sesuai dengan yang tertulis di pembukaan UUD 1945, yaitu:
Fungsi NKRI
Berdasarkan tujuan nasional Negara Indonesia, maka fungsi NKRI dapat disimpulkan sebagai berikut:
Presiden
Presiden adalah pemimpin sekaligus kepala Negara yang berhak membentuk suatu dewan pertimbangan
yang bertugas memberikan nasihat dan pertimbangan.
Sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI mengadakan
sidang 1 yaitu untuk mengesahkan dan menetapkan UUD RI yaitu UUD 1945, memilih presiden dan wakil
presiden dan memebentuk KNIP untuk membantu Presiden. Menurut pasal 4 Aturan Peralihan, sebelum
MPR, DPR, dan DPA dibentuk maka segala kekuasaan dijalan oleh presiden dan di bantu oleh Komite
Nasional. Disini presiden berkedudukan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Tugas Presiden :
Mengangkat duta dan konsul untuk negara lain dengan pertimbangan DPR.
Menerima duta dari negara lain dengan pertimbangan DPR.
Memberikan Amnesti dan Abolisi Rehabilitasi dengan pertimbangan dari DPR.
Memberikan Grasi dan Rehabilitasi dengan pertimbangan dari MA (Mahkamah Agung).
Menetapkan dan mengajukan anggota dari hakim konstintusi.
Menetapkan calon Hakim Agung yang diusulkan oleh KY / Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
Memegang kekuasaan tertinggi atas AU / Angkatan Udara, AD / Angkatan Darat dan AL / Angkatan
Laut.
Menyatakan keadaan bahaya yang syarat-syaratnya ditetapkan oleh Undang-Undang
Membuat perjanjian yang menyangkut hajat hidup orang banyak atau mempengaruhi beban keuangan
negara.
Menyatakan perang dengan negara lain, damai dengan negara lain dan perjanjian dengan negara lain
dengan persetujuan DPR.
Memberi gelar, tanda jasa, tanda kehormatan dan sebagainya yang diatur oleh UU.
Tanggungjawab Presiden :
Membangun sebuah suksesi dengan terus menjaga kontinuitas kekuasaan, dengan memperhatikan
konstitusi maupun landasan ideology pancasila.
Didorong untuk memperkuat konstitusi yang menjadi kontrak sosial seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. presiden dan kabinetnya bekerja keras untuk memberi kepastian kepada masyarakat, bahwa
pemerintahannya tunduk dibawah konstitusi UUD 1945 ( Hasil Amandemen ).
Keputusan Presiden
Keputusan-keputusan presiden berbentuk, antara lain:
1. Undang-Undang
2. Peraturan Pemerintah.
3. Peraturan Presiden
Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut.
Menyatakan kondisi bahaya, Ketentuan dan akibat kondisi bahaya ditetapkan dengan UU.
Dalam membuat perjanjian lainnya yang menimbulkan akibat luas dan mendasar bagi kehidupan
rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan / atau mengharuskan perubahan atau
pembentukan UU harus dengan persetujuan DPR.
Mengangkat Duta dan Konsul, Dalam mengangkat Duta, memperhatikan pertimbangan DPR.
Memberi rehabilitasi dan grasi dengan memperhatikan pertimbangan MA.
Memberi abolisi dan amnesti dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Memberi gelar, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan Hukum.
Dalam hal lkhwal kegentingan memaksa, Presiden berhak menetapkan Peraturan Pemerintah sebagai
pengganti UU.
Membahas Rancangan Undang-Undang untuk mendapatkan persetujuan bersama DPR.
Mengkonfirmasi Rancangan Undang-Undang yang telah disetujui bersama DPR untuk menjadi UU.
Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.
Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR.
Membentuk dewan pertimbangan yang bertugas member nasehat dan pertimbangan kepada Presiden,
yang selanjutnya diatur dengan Undang-Undang.
Mengajukan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD.
Menetapkan dan mengajukan anggota hakim konstitusi.
Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang telah dipilih oleh DPR atas dasar
pertimbangan DPD.
Menetapkan Calon Hakim Agung yang diusulkan Komisi Yudisial dan telah mendapat persetujuan
DPR untuk menjadi Hakim Agung.
Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.
A. Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa yang diawali oleh adanya perbedaan pandangan antara
kelompok muda dengan kelompok tua tentang waktu dan cara pelaksanaan proklamasi.
Rengasdengklok adalah nama daerah yang berada di sebelah Utara Karawang, Jawa Barat.
Alasan memilih Rengasdengklok karena Rengasdengklok menjadi satu-satunya daerah yang bebas
dari kekuasaan Jepang serta letaknya yang jauh dari Jakarta.
Arti pertemuan Rengasdengklok, bukti adanya keinginan semua pihak untuk hidup merdeka.
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi ditulis di ruang
makan laksamana Tadashi Maeda Jalan Imam Bonjol No 1.
Tokoh yang terkait dalam peristiwa Rengasdengklok:
1. Golongan tua:
Ir. Soekarno,
Drs. Moh. Hatta, dan
Ahmad Soebardjo.
2. Golongan muda :
Sudanco Singgih,
Yusuf Kunto,
Sukarni,
Sudanco Subeno, dan
Iwa Kusumasumantri.
Proklamasi merupakan puncak kesadaran berbangsa dan cita-cita kemerdekaan sejak lahirnya Boedi Utomo
1908. Proklamasi bukan akhir perjuangan dalam bentuk pemerintahan yang berdaulat, tetapi awal
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan.
Pada kesempatan kali ini kita akan berbagi artikel tengtang Sejarah Pembentukan atau Lahirnya UUD
1945, untuk lebih jelasnya langsung saja kita simak artikel berikut ini - Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, atau sering kita disebut dengan UUD 1945 atau UUD '45, merupakan
hukum basic law (dasar tertulis), konstitusi pemerintahan Bangsa Indonesia.
UUD 1945 diresmikan menjadi undang-undang dasar negara oleh PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) pada 18-Agustus-1945. Namun Sejak 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS,
dan sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Kemudian pada Dekrit Presiden 5 Juli
1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR pada tanggal 22
Juli 1959.
Pada periode 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali amendemen (perubahan), yang mengubah susunan
lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia. berikut Sejarah Lahirnya UUD 1945
Negara Republik Indonesia secara lengkap berdasarkan pembagian / periodesasi waktu terjadinya:
BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dibentuk pada tanggal 29 April 1945
badan ini merupakan badan yang merancang konstitusi 1945. Selama sesi pertama yang berlangsung pada 28
Mei - 1 Juni 1945, Pada saat itu Bung Karno menyampaikan gagasan "Dasar Negara", yang ia beri nama
Pancasila.
Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang
untuk merancang Piagam Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihapusnya
kata "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" kemudian naskah Piagam
Jakarta dijadikan naskah Pembukaan UUD 1945 yang kemudian diresmikan pada 18-Agustus-1945 oleh
PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Pengesahan UUD 1945 ditetapkan oleh KNIP (Komite
Nasional Indonesia Pusat) pada sidangnya tanggal 29 Agustus 1945.
Kemudian Naskah rancangan UUD 1945 dibuat pada saat Sidang Ke-2 BPUPKI tanggal 10-17 Juli 1945.
dan Tanggal 18-Agustus-1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia.
Dalam Periode 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena Indonesia saat itu
disibukkan oleh perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kemudian pada Maklumat Wakil Presiden
Nomor X tanggal 16-Oktober-1945 mengatakan bahwa kekuasaan legislatif diserahkan kepada KNIP,
karena saat itu DPR dan MPR belum terbentuk. Selanjutnya Pada 14-November-1945 dibentuk Kabinet
Semi Presidensial (Semi Parlementer) yang pertama, dimana peristiwa tersebut adalah perubahan pertama
dari sistem pemerintahan Indonesia terhadap UUD 1945.
Kabinet pada Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949 sering terjadi perubahan. Kabinet RI
yang pertama terdiri dari 4 menteri negara dan 12 menteri memimpin departemen. Namun kabinet ini
dipimpin oleh Bung Karno.
Kemudian Dalam kehidupan negara demokratis terbentuk banyak partai politik di Indonesia. Sehingga
dikeluarkan maklumat Pemerintah. kemudian kabinet berubah menjadi kabinet parlementer. Perubahan
kabinet ini dimaksud agar bangsa Indonesia mendapat dukungan dari negara barat yang menganut paham
demokrassi dan kabinet parlementer (Sultan Syahrir menjadi Perdana Mentri I di Indonesia).
Pada saat itu pemerintah Indonesia menganut sistem parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negara
yaitu federasi negara yang terdiri dari negara-negara yang masing-masing negara mempunyai kedaulatan
sendiri untuk mengelola urusan internal. Ini merupakan perubahan dari tahun 1945 yang mengamanatkan
bahwa Indonesia merupakan negara kesatuan.
Pada periode UUDS 1950 diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer yang lebih dikenal Demokrasi
Liberal. Pada periode ini kabinet sering dilakukan pergantian, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar,
hal tersebut lantaran tiap partai lebih mengutamakan kepentingan golongan atau partanyai. Setelah
memberlakukan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal selama hampir 9 tahun, kemudian rakyat
Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sistem Demokrasi Liberal tidak sesuai, hal tersebut karena tidak
cocok dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945 yang sesungguhnya.
Karena situasi politik di Majelis Konstituante pada tahun 1959 yang panas dan banyak kepentingan partai
saling tarik ulur politik sehingga gagal menghasilkan sebuah konstitusi baru, kemudian pada 5-Juli-1959,
Bung Karno mengeluarkan Keputusan Presiden yang satu itu memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai
konstitusi, menggantikan Sementara UUDS 1950 yang berlaku pada saat itu.
Presiden menunjuk Ketua dan Wakil Ketua DPR/MPR dan Mahkamah Agung serta Wakil Ketua DPA
sebagai Menteri Negara
MPRS menetapkan Bung Karno menjadi presiden seumur hidup.
Selama Orde Baru (1966-1998), Pemerintah berjanji akan melaksanakan UUD 1945 dan Pancasila secara
konsekuen dan murni. Akibatnya Selama Orde Baru, UUD 1945 menjadi sangat “sakral”, di antara melalui
sejumlah aturan:
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang referendum, yang merupakan implementasi Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1983.
Keputusan No. IV / MPR / 1983 mengenai Referendum yang antara lain menyatakan bahwa
seandainya MPR berkeinginan mengubah UUD 1945, terlebih dahulu harus meminta masukan dari
rakyat dengan mengadakan referendum.
Keputusan No. I / MPR / 1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan untuk mempertahankan
UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan amandemen terhadapnya
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh B.J.Habibie sampai
dengan lepasnya Provinsi Timor Timur (Sekarang Timor Leste) dari NKRI.
Salah satu permintaan Reformasi pada tahun 98 adalah adanya amendemen atau perubahan terhadap UUD
1945. Latar belakang tuntutan amandemen UUD 1945 antara lain karena pada zaman Orde Baru, kekuasaan
tertinggi di tangan MPR (namun pada nyataannya tidak di tangan rakyat), tetapi kekuasaan yang sangat
besar malah ada pada Presiden, hal tersebut karena adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat
menimbulkan multitafsir), dan kenyataan rumusan UUD 1945 mengenai semangat penyelenggara negara
yang belum didukung cukup ketentuan konstitusi.
Tujuan amandemen UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti kedaulatan rakyat,
tatanan negara, pembagian kekuasaan, HAM, eksistensi negara demokrasi dan negara hukum, dll yang
sesuai dengan perkembangan kebutuhan dan aspirasi bangsa. Amandemen UUD 1945 mempunyai
kesepakatan yaitu tidak merubah Pembukaan UUD 1945, dan tetap mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), juga memperjelas sistem pemerintahan presidensial.
Dalam periode 1999-2002, terjadi 4 kali amendemen UUD 1945 yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan
Sidang Tahunan MPR yaitu:
Pada Sidang Umum MPR 1999, 14-21 Oktober 1999, Amandemen Pertama.
Pada Sidang Tahunan MPR 2000, 7-18 Agustus 2000, Amandemen Kedua.
Pada Sidang Tahunan MPR 2001, 1-9 November 2001, Amandemen Ketiga.
Pada Sidang Tahunan MPR 2002, 1-11 Agustus 2002, Amandemen Keempat.
Amandemen Pertama
Perubahan ini meliputi 9 pasal, 16 ayat yang Ditetapkan pada tanggal 19-Oktober-1999, yaitu:
Amandemen Kedua
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 18-Agustus-2000, yaitu:
Amandemen Ketiga
Perubahan ini tersebar dalam 7 Bab yang Ditetapkan tanggal 9-November-2001, yaitu:
Amandemen Keempat
Perubahan ini meliputi 19 pasal yang terdiri dari 31 butir ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. yang
Ditetapkan pada tanggal 10-Agustus-2002. Pada Amandemen keempat ini ditetapkan bahwa:
UUD 1945 sebagaimana telah diubah merupakan UUD 1945 yang ditetapkan pada 18-Agustus-1945 dan
diberlakukan kembali melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Perubahan tersebut diputuskan pada rapat Paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18-Agustus-2000 pada Sidang
Tahunan MPR RI dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. pengubahan substansi pasal 16 serta
penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan Pemerintahan Negara". dan Bab IV tentang "Dewan
Pertimbangan Agung" dihapus.
Sebelum amandemen, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16 bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat
berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat
atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan, dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali amandemen, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan
Peralihan, serta 2 pasal Aturan Tambahan.
TWK - Sistem Pemerintahan Indonesia
Sistem Tata Negara / Sistem Pemerintahan memiliki tujuan untuk menjaga kestabilan suatu negara. Di dunia
ini terdapat beberapa macam sistem pemerintahan yang masing-masing mempunyai kelebihan, kekurangan,
karakteristik, serta perbedaan masing-masing. Sehingga diterapkan sesuai dengan kondisi masing-masing
negara, sistem ini dapat dibedakan menjadi :
Parlementer
Presidensial
Semipresidensial
Komunis
Liberal
Demokrasi liberal
Sistem pemerintahan merupakan cara pemerintah dalam mengatur segala yang berhubungan dengan
pemerintahan. Secara luas sistem pemerintahan bisa diartikan sebagai sistem yang menjaga kestabilan
masyarakat, menjaga tingkah laku kaum minoritas dan mayoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga
kekuatan politik, ekonomi, pertahanan, keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan
demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan
tersebut.
Secara sempit, Sistem pemerintahan dapat diartikan sebagai sarana kelompok untuk menjalankan roda
pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan mencegah adanya perilaku
reaksioner maupun radikal dari masyarakat.
Sehingga Sistem Pemerintahan bisa diartikan sebagai sebuah tatanan utuh yang terdiri dari bermacam
macam komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan serta memengaruhi dalam mencapaian
fungsi dan tujuan pemerintahan. Sistem ini bermanfaat untuk menjaga kestabilan pemerintahan, pertahanan,
ekonomi, politik, dan lain sebagainya.
Sebelum diamandemen, UUD 1945 mengatur kedudukan lembaga tertinggi dan lembaga tinggi negara, serta
hubungan antar lembaga-lembaga tersebut. Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi, kemudian
kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan
kekuasaannya (distribution of power) kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu Presiden,
Mahkamah Agung (MA), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Sistem Konstitusional.
Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat).
Kekuasaan tertinggi negara ada di tangan MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat).
Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Presiden merupakan penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah MPR (Majelis
Permusyawaratan Rakyat)
Menteri negara adalah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR
(Dewan Perwakilan Rakyat).
Dari tujuh kunci pokok sistem pemerintahan diatas, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945
menganut sistem pemerintahan Presidensial. Sistem pemerintahan Presidensial ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru.
Ciri dari sistem pemerintahan Presidensial kala itu ialah adanya kekuasaan yang sangat besar pada lembaga
kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan
tanpa melibatkan persetujuan maupun pertimbangan DPR sebagai wakil rakyat. Karena tidak adanya
pengawasan dan persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung mudah
disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak
positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang solid dan kompak serta Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh
atau berganti. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia pada masa itu ternyata
kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan
yang didapatkan.
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang lebih
baik (demokratis). Untuk itu, harus disusun pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi (Pemerintah
konstitusional). Pemerintah konstitusional memiliki ciri bahwa konstitusi negara itu berisi :
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 ialah dilakukannya amandemen pada UUD 1945. Latar belakang
tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR
(namun kenyataannya bukan di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-
pasal yang terlalu "luwes" (yang dapat menimbulkan mulitafsir), serta kenyataan rumusan UUD 1945
tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu ialah menyempurnakan aturan dasar seperti tatanan negara, HAM,
kedaulatan rakyat, pembagian kekuasaan, eksistensi negara hukum dan negara demokrasi, serta hal-hal lain
yang sesuai dengan perkembangan aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan
kesepakatan diantaranya tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan
kenegaraan (staat structur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensil.
Sistem ketatanegaraan Indonesia sesudah Amandemen UUD 1945, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Undang-Undang Dasar merupakan hukum tertinggi dimana kedaulatan berada di tangan rakyat dan
dijalankan sepenuhnya berdasarkan UUD. UUD memberikan pembagian kekuasaan (separation of power)
kepada 6 lembaga negara dengan kedudukan yang sama dan sejajar, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Presiden, Mahkamah Agung (MA), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Mahkamah Konstitusi (MK),
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Pada masa sekarang ini, bisa disebut sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa transisi. Sebelum
diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD 1945 hasil amandemen ke 4 tahun 2002,
sistem pemerintahan Indonesia masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring
dengan adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan yang baru ini
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu pada tahun 2004.
Sistem pemerintahan ini juga mengambil elemen-elemen dari sistem pemerintahan parlementer dan
melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahan yang ada pada sistem presidensial. Beberapa
variasi sistem pemerintahan presidensial di Indonesia ialah sebagai berikut :
Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau persetujuan dari DPR.
Parlemen mendapat kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undang-undang dan hak
anggaran (budget)
Presiden sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR. Jadi, DPR tetap memiliki
kekuasaan mengawasi presiden meskipun tidak secara langsung.
Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu persetujuan dan pertimbangan DPR.
Berdasarkan Pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi, "bahwa kemerdekaan kebangsaan Indonesia
itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat".
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, yang berbunyi, "Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik".
Dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, sedangkan bentuk
pemerintahannya ialah Republik. Selain bentuk pemerintahan republik dan bentuk negara kesatuan, Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Hal itu
didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, "Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang Undang Dasar". Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia
menganut Sistem Pemerintahan Presidensial.
Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial. Namun dalam
praktiknya banyak elemen elemen dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem
pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa sistem pemerintahan yang
berjalan di Indonesia ialah sistem pemerintahan yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem
pemerintahan presidensial (mayoritas) dengan sistem pemerintahan parlementer (minoritas). Apalagi bila
dirunut dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan Periodisasi Sistem
Pemerintahan, diantaranya :
Terdapat perubahan baru dalam sistem pemerintahan Indonesia. Hal tersebut diperuntukan dalam
memperbaiki sistem presidensial yang lama. Perubahan baru ini antara lain adanya pemilihan secara
langsung, mekanisme check and balance, sistem bikameral dan pemberian kekuasaan yang lebih besar pada
parlemen untuk melakukan pengawasan serta fungsi anggaran.
TWK - Pilar Negara ( Undang-Undang Dasar 1945 )
A. Hakikat Konstitusi
Pengertian Konstitusi
Konstitusi adalah hukum dasar yang memuat aturan pokok atau aturan•aturan dasar negara.
Konstitusi adalah keseluruhan sistem aturan yang menetapkan dan mengatur kehidupan kenegaraan
melalui sistem pemerintahan negara dan tata hubungan secara timbal balik antarlembaga negara dan
antara negara dengan warga negara.
B. Macam-Macam Konstitusi
C. Sifat Konstitusi
Fleksibel (luwes)
Artinya, pasal-pasal dalam konstitusi jumlahnya sedikit sehingga mudah diubah dan disesuaikan
dengan perkembangan zaman.
Rigid (kaku)
UUD 1945 atau UUD Proklamasi, berlaku pada 18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949.
UUD 1945 ditetapkan dan disahkan oleh PPKI pada 18 Agustus 1945.
Pada saat ditetapkan, sistematika UUD 1945 terdiri dari:
Pembukaan
Ada empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
ada 16 bab,
37 pasal,
4 ayat aturan peralihan, dan
2 ayat aturan tambahan.
Penjelasan, terdiri dari:
penjelasan umum, dan
penjelasan khusus (pasal demi pasal).
Bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945.
Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UUD 1945.
Sistem pemerintahan adalah kabinet presidensial. Presiden sebagai kepala negara sekaligus
sebagai kepala pemerintahan. Dalam menjalankan tugasnya, presiden dibantu oleh wakil
presiden dan para menteri.
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Serikat 1949 (UUD RIS 1949) berlaku pada 27 Desember
1949 - 17 Agustus 1950.
Sistematika UUD RIS 1949 terdiri dari sebagai berikut.
Mukadimah
Terdiri dari empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
6 bab, dan
197 pasal.
Bentuk negara Indonesia adalah serikat atau federasi.
Bentuk pemerintah Indonesia adalah republik, berdasarkan Pasal 1 Ayat (2) Konstitusi RIS.
Sistem pemerintahan adalah kabinet parlementer. Presiden sebagai kepala negara dan perdana menteri
sebagai kepala pemerintahan.
UUD 1945 hasil Dekret Presiden disebut juga UUD 1945 periode kedua, berlaku pada 5 Juli
1959-2000.
Gagalnya Badan Konstituante dalam menetapkan rancangan Undang-Undang Dasar berdampak
pada keadaan politik yang tidak stabil sehingga pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Soekarno
mengeluarkan Dekret Presiden. Salah satu isi dekret tersebut memberlakukan kembali UUD
1945.
Ketentuan mengenai bentuk negara, bentuk pemerintahan, pembagian kekuasaan, dan sistem
pemerintahan sama seperti yang tercantum dalam UUD 1945.
5. UUD 1945 hasil amandemen
UUD 1945 hasil amandemen berlaku dari tahun 2000 sampai sekarang.
Sistematika UUD 1945
Amandemen terdiri dari:
Pembukaan, ada empat alinea.
Batang tubuh, terdiri dari:
37 pasal, dan
16 bab.
Beberapa perubahan mendasar dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, antara lain:
Kedudukan yang sejajar dan proporsional antara Presiden dan DPR.
Masa jabatan presiden diatur dengan tegas, yaitu maksimal dapat dipilih untuk dua kali
masa jabatan.
Dilaksanakannya otonomi daerah.
Penyelenggaraan pemilu oleh lembaga nonpemerintahan yang netral dan mandiri.
E. Hakikat Konstitusi
Berikut adalah berbagai penyimpangan terhadap konstitusi yang pernah terjadi di Indonesia.
Penyimpangan bentuk negara Bentuk negara serikat bertentangan dengan konsep Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Pergantian UUD 1945 menjadi UUD RIS.
Pemerintahan parlementer tidak sesuai dengan semangat UUD 1945.
Presiden membubarkan DPR Presiden membubarkan DPR karena tidak menyetujui RAPBN yang
disusulkan pemerintah.
Penetapan pidato presiden yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi Kita/Manifesto Politik
Republik Indonesia (Manipol) menjadi GBHN yang bersifat tetap oleh MPRS.
Pengangkatan presiden seumur hidup
Pengangkatan presiden seumur hidup melalui Tap MPR No.Ill/ MPRS/1963.
Rangkap jabatan
Pimpinan lembaga tinggi dan tertinggi negara diangkat sebagai menteri negara.
Kekuasaan presiden tidak terbatas
Kekuasaan presiden melebihi wewenang yang ditetapkan dalam UUD 1945.
Tidak berjalannya hak bujet DPR karena pemerintah tidak mengajukan rancangan undang•undang
APBN untuk mendapatkan persetujuan DPR.
Amandemen adalah penambahan atau perubahan pada sebuah konstitusi yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari naskah aslinya.
2. Tahap kedua
3. Tahap ketiga
4. Tahap keempat
7. Peristiwa G 30 S/PKI
Pada awal tahun 1960, kondisi ekonomi begitu memprihatinkan dan kondisi sosial politik penuh gejolak.
Memanfaatkan situasi tersebut PKI berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan.
Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari 30 September 1965, yaitu terjadinya
penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat di bawah pimpinan Letnan Kolonel
Untung. Para perwira TNI AD yang diculik dan dibunuh oleh sekelompok G 30 S/PKI dikenal dengan nama
pahlawan revolusi. Berikut daftar nama pahlawan revolusi.Peristiwa pembunuhan oleh G 30 S/PKI juga
terjadi di Yogyakarta, yang mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI AD yaitu Kolonel Katamso dan
Letnan Kolonel Sugiyono.
Dalam peristiwa tersebut, Jenderal Abdul Haris Nasution berhasil meloloskan diri dari pembunuhan. Akan
tetapi puteri beliau yang bernama Ade Irma Nasution tewas akibat tembakan para penculik.
Sebagai reaksi dari pemberontakan ini Presiden Soekarno memberi tugas kepada Mayor Jenderal Soeharto
yang pada saat itu menjabat sebagai Panglima Kostrad, untuk memimpin operasi penumpasan terhadap
Gerakan 30 September. Tindakan-tindakan yang dilakukannya adalah:
Pada awal disahkannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 MPR memiliki posisi sebagai lembaga
negara tertinggi. Sebagai lembaga negara tertinggi saat itu MPR ditetapkan dalam UUD 1945 sebagai
pemegang kedaulatan rakyat. Sebagai pemegang kedaulatan rakyat MPR mempunyai wewenang memilih
dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan. Oleh karena mempunyai
wewenang memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, maka MPR mempunyai wewenang pula
memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sebelum masa jabatannya berakhir apabila Presiden dan
Wakil Presiden dianggap melanggar haluan negara.
Berfungsi untuk mengubah atau mengganti Presiden yang tidak adil dalam menjalankan tugasnya.
Berfungsi untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang baik, jujur, dan adil.
melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan menaati peraturan
perundang-undangan
memegang teguh dan mengamalkan Pancasila
mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
melaksanakan peranan sebagai wakil rakyat dan wakil daerah.
mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia
TWK - Pilar Negara ( 45 Butir Pengalaman Pancasila )
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing - masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda - beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuh an Yang
Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan
pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing - masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
(1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
(2) Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda -
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
(3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
(4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
(5) Mengembangkan sikap tidak semena - mena terhadap orang lain.
(6) Menjunjung tinggi nilai - nilai kemanusiaan.
(7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
(8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
(9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
(10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
3. PERSATUAN INDONESIA
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai - nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil - wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.
(1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
(2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
(3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
(4) Menghormati hak orang lain.
(5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
(6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha - usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
(7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal - hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
(8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
(9) Suka bekerja keras.
(10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
(11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
TWK - Pilar Negara ( Pancasila )
ldeologi berasal dari kata idea dan logos. Idea artinya pemikiran, konsep atau gagasan. Logos artinya
pengetahuan.
2. Pengertian Ideologi
Secara sederhana ldeologi berarti pengetahuan tentang ide, keyakinan, atau gagasan. Secara luas
ldeologi adalah seperangkat prinsip-prinsip yang dijadikan dasar untuk memberikan arah dan tujuan
yang ingin dicapai dalam melangsungkan dan mengembangkan kehidupan nasional suatu bangsa dan
negara.
Pancasila sebagai dasar negara tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4.
Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia dapat diartikan sebagai suatu konsep tentang sistem nilai
yang secara individu maupun kebersamaan dipandang sebagai prinsip hidup ideal yang dicita-citakan
dan diinginkan untuk diwujudkan dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia dipergunakan sebagai petunjuk atau pedoman
kehidupan berbangsa dan bernegara yang meliputi berbagai bidang kehidupan. Selain itu, Pancasila
juga memiliki nilai-nilai dan memberikan arah serta tujuan menuju masyarakat yang adil dan makmur.
Nilai-nilai Pancasila
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara memiliki nilai-nilai sebagai berikut.
Indonesia merupakan negara yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Negara melindungi warga negaranya untuk beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Setiap warga negara mengakui persamaan derajat, hak, dan kewajiban antara sesama manusia
sebagai asas kebersamaan bangsa Indonesia.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
Setiap warga negara mengutamakan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
Perbandingan Ideologi
Berikut adalah sikap positif terhadap Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan.
Menghormati dan menghargai sesama manusia tanpa melihat asal usul, agama, ras, dan latar
belakang kehidupannya.
Bersikap adil dan tidak mengambil hak orang lain.
TWK - 10 Fungsi Dan Kedudukan Pancasila
Pancasila merupakan ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa
Sanskerta: "pañca" berarti lima dan "??la" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kedudukan dan fungsi Pancasila sangat penting karena segala tingkah laku dan tindakan warga negara
Indonesia di atur oleh Pancasila sebagai pemersatu bangsa.
Setiap kedudukan dan fungsi Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi masing-masing yang
konsekuensinya, aktualisasinya pun juga memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun hakikat dan
sumbernya sama.
Pancasila sebagai pandangan hidup memiliki pengertian yang berbeda dengan fungsi Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia, demikian pula dengan kedudukan dan fungsi Pancasila lainnya.
Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebenarnya dapat dikembalikan pada dua macam
kedudukan dan fungsi Pancasila yang pokok yaitu sebagai dasar negara Republik Indonesia dan sebagai
Pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Pancasila memiliki banyak Kedudukan dan Fungsi bagi
bangsa Indonesia, Berikut Ini adalah beberapa kedudukan dan fungsi Pancasila Bagi Bangsa Indonesia:
Dasar negara merupakan fundamen atau Alas yang dijadikan pijakan serta dapat memberi kekuatan kepada
berdirinya suatu negara. Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu alas atau landasan yaitu Pancasila.
Pancasila pada fungsinya sebagai dasar negara, adalah sumber kaidah hukum yang mengatur Bangsa
Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni rakyat, pemerintah dan wilayah. Pancasila
pada posisi seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara serta seluruh kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan kristalisasi pengalaman hidup dalam sejarah bangsa indonesia yang telah membentuk
watak, sikap, prilaku, etika dan tata nilai norma yang telah melahirkan pandangan hidup. Pandangan hidup
sendiri adalah suatu wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian dari nilai-
nilai luhur. Pandangan hidup berguna sebagai pedoman / tuntunan untuk mengatur hubungan sesama
manusia, hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan lingkungan.
3. Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia
Ideoligi berasal dari kata “Idea” yang berarti konsep, gagasan, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang
berarti ilmu jadi Ideologi dapat diartikan adalah Ilmu pengertian-pengertian dasar. Dengan demikian
Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dimana pada hakikatnya adalah suatu hasil perenungan atau pemikiran
Bangsa Indonesia. Pancasila di angkat atau di ambil dari nilai-nilai adat istiadat yang terdapat dalam
pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata lain pancasila merupakan bahan yang di angkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia.
Pancasila sebagai nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat indonesia, hal tersebut melalui penjabaran
instrumental sebagai acuan hidup yang merupakan cita-cita yang ingin digapai serta sesuai dengan jiwa
Indonesia serta karena pancasila lahir bersamaan dengan lahirnya Indonesia. Menurut Von Savigny bahwa
setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa.
Pancasila sebagai jiwa Bangsa lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia yaitu pada jaman dahulu
kala pada masa kejayaan nasional.
Poin ini dapat diartikan bahwa segala peraturan perundang-undangan / hukum yang berlaku dan dijalankan
di Indonesia harus bersumber dari Pancasila atau tidak bertentangan (kontra) dengan Pancasila. Karena
segala kehidupan negara indonesia berdasarkan pancasila.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia dan
merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat
membedakan dengan bangsa lain. dan Pancasila Merupakan wujud peran dalam mencerminkan adanya
kepribadian Negara Indonesia yang bisa mem bedakan dengan bangsa lain, yaitu amal perbuatan, tingkah
laku dan sikap mental bangsa Indonesia.
7. Pancasila sebagai Cita-cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia
Dalan Pancasila mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia yang menjadikan pancasila sebagai
patokan atau landasan pemersatu bangsa. dimana tujuan akhirnya yaitu untuk mencapai masyarakat adil,
makmur yang merata baik materiil maupun spiritual yang berdasarkan Pancasila.
Pancasila merupakan sarana yang ampuh untuk mempersatukan Bangsa Indonesia. Karena Pancasila
merupakan palsafah hidup dan kepribadian Bangsa Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma
yang oleh Bangsa Indonesia diyakini paling benar, bijaksana, adil dan tepat bagi Bangsa Indonesia guna
mempersatukan Rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional memiliki konsekuensi bahwa di dalam segala aspek
pembangunan nasional wajib berlandasakan pada hakikat nilai nilai dari sila sila yang ada pada pancasila.
TWK - 45 Butir-Butir Pengamalan Pancasila Dengan Contoh Dan Penjelasan
Pancasila merupakan Dasar negara Republik Indosesia. Konsep dasar Pancasila ini terdapat pada Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Kata Pancasila diambil dari
bahasa Sansekerta, "Panca" memiliki arti lima dan "sila" berarti dasar, jadi Pancasila memiliki arti lima
dasar. Dalam hal ini yang dimaksud adalah lima dasar negara.
Sila-Sila dalam pancasila terdiri dari kalimat pernyataan. Bunyi kelima sila tersebut ialah sebagai berikut.
Agar pancasila lebih mudah dipahami dan diamalkan oleh masyarakat, maka pada tahun 1978 pemerintah
menyusun 36 butir-butir Pancasila berdasarkan Tap MPR No. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa
atau Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila (P4).
Butir – butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir pancasila. Dan sekarang
ini masyarakat banyak yang belum tahu mengenai hal ini. Karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan
pemerintah dalam mengumumkan butir–butir pancasila. Pada jaman dahulu tahun 1980 an untuk murid di
Sekolah Dasar diwajibkan menghafal 36 butir pancasila dan dulu terdapat banyak film yang merupakan
pengamalan dari butir pancasila. Dalam masa reformasi menurut Tap MPR no. I/MPR/2003 ada perubahan
isi butir – butir Pancasila dengan masa sebelumnya, sehinggga menjadi 45 butir.
Untuk lebih jelasnya berikut isi 45 butir butir Pancasila yang baru sesuai dengan Tap MPR no. I/MPR/2003.
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Mempunyai dan meyakini satu agama dengan menjalankan perintah dan
menjauhi larangan sesuai dengan norma agama yang dianut.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Contoh pengamalan : Menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai dengan norma agama yang
dianut serta tidak menganggu penganut agama yang lain.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut
kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Menghormati dan mau bekerja sama meskipun dengan pemeluk agama lain.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
Contoh pengamalan : Kita wajib hidup rukun meskipun beda agama karena kita satu bangsa Indonesia.
???????
5. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing.
Contoh pengamalan : Saling menghormati ketika terdapat pemeluk agama lain yang sedang
melaksanakan ibadah.
???????
6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Setiap manusia bebas menganut agama yang sudah disahkan pemerintah.
???????
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.
Contoh pengamalan : Tidak memaksakan sebuah agama kepada orang lain karena itu urusan dia
dengan Tuhannya.
8. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan manusia secara sewenang - wenang / kurang
bermartabat karena semua manusia memiliki hak asasi yang sama
???????
9. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturrunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial, jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya.
Contoh pengamalan : Menghargai perbedaan yang ada, Karena kita harus menyadari bahwa kita hidup
memang berbeda-beda baik dari suku, ras, maupun agama, jadi perbedaan itu memang ada.
???????
Contoh pengamalan : Tidak boleh memperlakukan orang lain secara semena-mena terutama dalam hal
yang buruk dan merugikan orang lain
???????
Contoh pengamalan : Mau mengikuti kerja bakti dan berbaur dengan masyarakat yang lain
???????
Contoh pengamalan : Tidak boleh semena-mena terhadap sesama manusia agar bisa hidup
berdampingan dan rukun.
???????
Contoh pengamalan : Sebagai manusia kita wajib menjunjung suatu kebenaran, jangan yang salah
malah dibenarkan. Kita perlu hidup adil terhadap sesama manusia
???????
Contoh pengamalan : Memberi bantuan kepada orang lain yang butuh pertolongan kita.
???????
???????
16. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain
Contoh pengamalan : Manusia adalah mahkluk sosial. Sehingga manusia tidak dapat hidup sendiri,
perlu adanya saling membantu satu sama lain.
???????
17. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
Contoh pengamalan : Sebagai bangsa Indonesia ketika saudara kita tertimpa musibah kita perlu
membantunya karena mereka masih satu bangsa dengan kita
??????????????
18. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Contoh pengamalan : Bila di negara kita ada suatu masalah kita harus fokus menyelesaikan masalah
tersebut untuk kepentingan bersama / untuk kepentingan negara bukan memanfaatkannya untuk
kepentingan kelompok / golongan / pribadi.
19. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
Contoh pengamalan : Turut berjuang dan membela indonesia apabila negara Indonesia terancam
keamanannya.
Contoh pengamalan : Tidak membeda bedakan antara suku, ras dan agama satu dengan lainnya,
karena kita semua sama-sama warga indonesia.
Contoh pengamalan : Menjaga sumber daya dan kelestarian bumi yang ada di Indonesia
Contoh pengamalan : Lebih memilih dan menggunakan produk dalam negeri dibanding produk buatan
dari luar.
Contoh pengamalan : Menjunjung tinggi nilai persatuan bangsa tanpa memandang suku, ras dan
agama.
24. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Contoh pengamalan : Turut mengampanyekan perdamaian dunia atau jika belum bisa, kita bisa mulai
dari yang terkecil seperti mematuhi peraturan yang sudah ada di lingkungan kita.
Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran /
perwakilan
25. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan
kewajiban yang sama.
Contoh pengamalan : Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban sama memperoleh pendidikan.
Contoh pengamalan : Tidak boleh kita memaksakan kehendak sendiri terhadap orang lain apalagi
melakukan ancaman.
Contoh pengamalan : Ketika ada perbedaan kita wajib mengutamakan aspek bermusyawarah.
Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah perlu tercapainya hasil yang telah disepakati bersama
dengan mendukung aspek kekeluargaan.
29. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Contoh pengamalan : Dalam bermusyawarah kita tidak boleh emosi karena kita wajib dalam keadaan
kepala dingin.
30. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai dalam melaksanakan pemusyawaratan.
Contoh pengamalan : Menyerahkan dan mempercayai secara penuh aspirasi kita terhadap wakil -
wakil terpilih untuk menjalankan tugasnya.
31. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
Contoh pengamalan : Kita perlu patuh, menerima dan hormat terhadap suatu keputusan yang sudah
disepakati dan mufakat.
32. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan.
33. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Contoh pengamalan : Dalam menerima sebuah keputusan kita perlu ikhlas dalam menjalaninya.
34. Keputusan yang diambil harus bisa dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan
dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Contoh pengamalan : Dalam pengesahan keputusan seharusnya keputusan tersebut sesuai dengan
norma pada Tuhan Yang Maha Esa serta tetap mempertahankan martabat
35. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
Contoh pengamalan : Wajib hukumnya saling menghormati terhadap sesama manusia untuk
tercapainya sikap kekeluargaan.
Contoh pengamalan : Adil terhadap teman yang butuh bantuan dan tidak membeda-bedakannya.
Contoh pengamalan : Saling menghormati, baik, dan rukun terhadap sesama manusia.
Contoh pengamalan : Dalam hidup memang antara hak dan kewajiban dibutuhkan akan tetapi haruslah
seimbang. Contohnya kita berhak memperoleh kenyamanan berkendara tapi wajib hukumnya menaati
aturan lalu lintas yang berlaku.
Contoh pengamalan : Hidup jangan banyak mengeluh, kita perlu kerja keras dan cerdas untuk
memenuhi kebutuhan keluarga apalagi kalau bisa memberi kepada orang yang membutuhkan
40. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
Contoh pengamalan : Memberi bantuan modal usaha tanpa bunga kepada tetangga sekitar yang
membutuhkan.
41. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.
Contoh pengamalan : Jangan sampai dalam hidup kita membuat susah tetangga sekitar, misal
membangun pabrik industri tapi limbah dibuang sembarangan yang menjadikan rugi tetangga sekitar
kita.
42. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.
Contoh pengamalan : Bersikaplah hemat, lebih baik sisihkan uang anda untuk orang yang lebih
membutuhkan.
43. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.
Contoh pengamalan : Bersifat sewajarnya terhadap sesama, misal jangan sampai anda memberatkan
orang lain apalagi sampai jatuhnya pemerasan
44. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Contoh pengamalan : Melakukan kegiatan kegiatan membangun seperti gotong royong, kerja baiti,
bela negara dan lain sebagainya.
45. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Contoh pengamalan : Dalam hidup jangan mengklaim hak yang memang itu sudah dipantenkan
pemiliknya. Apabila memang mau digunakan untuk kepentingan kita ada baiknya ijin terlebih dahulu.
TWK - Arti Dan Makna Lambang Dan Simbol Negara
Garuda Pancasila merupakan Lambang negara Indonesia, yang juga memiliki semboyan Bhinneka Tunggal
Ika (Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jika). Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda
dengan kepala menghadap ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), dan mempunyai perisai berbentuk
seperti jantung yang digantung menggunakan rantai pada leher Garuda, dan terdapat semboyan Bhinneka
Tunggal Ika yang bermakna "Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa" tertulis di atas pita yang
dicengkeram oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang Lambang ini, namun kemudian
disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama
kali pada tanggal 11-Februari-1950 dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.
Burung garuda pada lambang negara indonesia memiliki arti dan filosofi tersendiri, berikut ini merupakan
pembahasan tentang filosofi dan deskripsi lambang negara .
Garuda
Garuda merupakan mitos yang ada dalam mitologi Hindu dan Budha. Dalam mitosnya, Garuda digambarkan
sebagai makhluk separuh burung (sayap, paruh dan cakar) dan separuh manusia (tangan dan kaki). Garuda
tersebut merupakan tunggangan dewa Wishnu yang berwujud seperti burung elang. Garuda tersebut
dijadikan sebagai lambang negara dengan maksud menggambarkan sebuah kekuatan dan kekuasaan serta
warna emas yang melambangkan kejayaan.
Bulu garuda
Jumlah bulu pada burung garuda sebagai lambang negara melambangkan hari proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, yaitu 17 Agustus 45. Berikut penjelasannya
Perisai
Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban NUsantara sebagai senjata
yang melambangkan sebuah perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk mencapai tujuan. Pada
tengah perisai terdapat daris hitam tebal yang memiliki arti sebagai garis khatulistiwa, yang mencerminkan
letak negara Indonesia sebagai negara tropis yang dilintasi garis khatulistiwa. Sedangkan dalam perisai
tersebut terdapat lima buah ruang yang merupakan dasar negara Indonesia dengan warna dasar merupakan
warna bendera Indonesia, yaitu Merah Putih. Berikut adalah penjelasan nya.
Lambang negara Indonesia, Garuda Pancasila penggunaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah No.
43/1958.
Garuda
Garuda Pancasila merupakan burung yang sudah dikenal melalui mitologi kuno di sejarah Nusantara
(Indonesia), yaitu tunggangan Dewa Wishnu yang berwujud seperti burung elang rajawali. Garuda
dipakai sebagai Simbol Negara untuk menggambarkan Negara Indonesia merupakan bangsa yang kuat
dan besar.
Warna keemasan di burung Garuda mengambarkan kejayaan dan keagungan.
Garuda memiliki sayap, paruh, cakar dan ekor yang melambangkan tenaga
dan kekuatan pembangunan.
Jumlah bulu Garuda Pancasila mengambarkan hari / Tanggal proklamasi kemerdekaan Bangsa
Indonesia, yaitu tanggal 17-Agustus-1945, antara lain: Jumlah bulu pada masing-masing sayap
berjumlah 17, Jumlah bulu pada ekor berjumlah 8, Jumlah bulu di bawah perisai/pangkal ekor
berjumlah 19, Jumlah bulu di leher berjumlah 45.
Perisai
Perisai merupakan tameng yang telah lama dikenal dalam budaya dan peradaban Nusantara sebagai
senjata yang melambangkan perlindungan, pertahanan dan perjuangan diri untuk mencapai tujuan.
Di tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang menggambarkan garis khatulistiwa hal
tersebut mencerminkan lokasi / Letak Indonesia, yaitu indonesia sebagai negara tropis yang dilintasi
garis khatulistiwa.
Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila.
Warna dasar pada ruang perisai merupakan warna bendera Indonesia (merah-putih). dan pada bagian
tengahnya memiliki warna dasar hitam.
Makna Sila 1, Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan Perisai hitam dengan sebuah bintang emas
berkepala lima (bersudut lima), bintang emas sendiri dapat diartikan sebagai sebuah cahaya seperti layaknya
Tuhan yang menjadi cahaya kerohanian bagi setiap manusia.
Makna Sila 2, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dilambangkan Rantai yang disusun atas gelang-gelang
kecil ini menandakan hubungan manusia satu sama lain yang saling membantu, gelang yang persegi
menggambarkan pria sedangkan gelang yang lingkaran menggambarkan wanita.
Makna Sila 3, Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin (Ficus benjamina) di bagian kiri
atas perisai berlatar putih, Pohon beringin merupakan sebuah pohon Indonesia yang berakar tunjang - sebuah
akar tunggal panjang yang menunjang pohon yang besar ini dengan tumbuh sangat dalam ke dalam tanah.
Hal ini mencerminkan kesatuan dan persatuan Indonesia. Pohon Beringin juga mempunyai banyak akar yang
menggelantung dari ranting-rantingnya. ini mencerminkan Indonesia sebagai negara kesatuan namun
memiliki berbagai latar belakang budaya yang berbeda-beda (bermacam-macam).
Makna Sila 4, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan /
Perwakilan. yang disimbolkan dengan kepala banteng pada bagian kanan atas perisai berlatar merah. Lembu
liar atau Banteng merupakan binatang sosial yang suka berkumpul, sama halnya dengan manusia dimana
dalam pengambilan keputusan harus dilakukan secara musyawarah salah satunya dengan cara berkumpul
untuk mendiskusikan sesuatu.
Makna Sila 5, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan padi dan kapas di
bagian kanan bawah perisai yang berlatar putih. kapas dan padi (mencerminkan pangan dan sandang)
merupakan kebutuhan pokok semua masyarakat Indonesia tanpa melihat status maupun kedudukannya. ini
mencerminkan persamaan sosial dimana tidak adanya kesenjangan sosial anatara satu dan yang lainnya, tapi
hal ini (persamaan sosial) bukan berarti bahwa Indonesia memakai ideologi komunisme.
Sehelai pita putih dengan tulisan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam dicengkeram oleh Kedua
cakar Garuda Pancasila.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika merupakan kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular.
Kata "bhinneka" memiliki arti beraneka ragam atau berbeda-beda, sedang kata "tunggal" berarti satu,
dan kata "ika" bermakna itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diartikan "Beraneka Satu Itu", yang
bermakna meskipun berbeda beda tapi pada hakikatnya tetap satu kesatuan. Semboyan ini digunakan
untuk melambangkan kesatuan dan persatuan Bangsa Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam
ras, budaya, bahasa daerah, agama, suku bangsa dan kepercayaan.
Warna yang digunakan dalam lambang Garuda Pancasila tidak boleh diletakkan asal asalan karena
warna warna itu telah ditentukan untuk diletakkan pada bagian-bagian yang ada pada lambang Garuda
Pancasila.
Warna hitam menjadi warna kepala banteng yang terdapat di lambang Garuda Pancasila. Warna hitam
digunakan juga untuk warna perisai tengah latar belakang bintang, juga untuk mewarnai garis datar
tengah perisai. dan Warna hitam juga dipakai sebagai warna tulisan untuk semboyan "Bhinneka
Tunggal Ika".
Warna merah digunakan untuk warna perisai kiri atas dan kanan bawah yang terdapat pada lambang
Garuda Pancasila.
Warna hijau digunakan sebagai warna pohon beringin.
Warna putih dipakai untuk warna perisai kiri bawah dan kanan atas. warna putih juga diberi pada Pita
yang dicengkeram oleh Burung Garuda Pancasila.
Sedangkan Warna kuning diletakkan sebagai warna Garuda Pancasila, untuk warna bintang, rantai,
kapas, dan padi.
Ada beberapa warna yang terdapat pada Lambang Garuda Pancasila. Warna-warna yang dipakai menjadi
warna pada lambang Garuda Pancasila ini memiliki makna dan arti kurang lebih sebagai berikut.
Badan Pemeriksa Keuangan atau disingkat dengan BPK adalah lembaga tinggi negara dalam
sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. PBK masuk dalam kategori lembaga yang mandiri dan bebas,
pernyataan ini tercantum dalam UUD 1945. Anggota BPK dipilih oleh DPR dengan tetap
mempertimbangkan DPD dan kemudian diresmikan oleh Presiden. Dalam pembentukannya,
lembaga ini memiliki sejarah tersendiri dan juga dimaksudkan untuk memiliki tugas dan wewenang
Badan Pemeriksa Keuangan yang seperti pada uraian di bawah ini.
Dalam pasal 23 Ayat (5) Tahun 1945 telah ditetapkan bahwa untuk pemeriksaan tanggung jawab
yang berhubungan dengan Keuangan Negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan
dimana peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Kemudian hasil pemeriksaan keuangan
tersebut disampaikan kepada DPR.
Berdasarkan amanat yang tercantum dalam UUD tahun 1945 tersebut, kemudian dikeluarkan
Surat Penetapan Pemerintah No.11/OEM tanggal 28 Desember 1946 yang berisi tentang
pembentukan Badan Pemeriksaan Keuangan. Pada awalnya BPK mulai bekerja pada tanggal 1
Januari 1947 dan memiliki kedudukan sementara di Magelang. Pada saat pembentukan ini, BPK
memiliki 9 orang pegawai yang diketuai oleh R. Soerasno.
Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang dan atau unit
organisasi yang mengelola keuangan negara.
Meminta keterangan yang wajib diberikan oleh setiap orang, badan pemerintah atau badan
swasta sepanjang tidak bertentangan terhadap undang – undang.
Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara dan kode etik pemeriksaan
Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian Negara
Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyajikan laporan pemeriksaan.
TWK - Bela Negara
BELA NEGARA
Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu negara
tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara dalam kepentingan
mempertahankan eksistensi negara tersebut.
Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut
merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan
padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan.
Secara fisik, hal ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari
pihak yang mengancam keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai
upaya untuk serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral,
sosial maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
Dalam pelaksanaan pembelaan negara, seorang warga bisa melakukannya baik secara fisik maupun non
fisik. Pembelaan negara secara fisik diantaranya dengan cara perjuangan mengangkat senjata apabila ada
serangan dari negara asing terhadap kedaulatan bangsa.
Sementara, pembelaan negara secara non fisik diartikan sebagai semua usaha untuk menjaga bangsa serta
kedaulatan negara melalui proses peningkatan nasionalisme. Nasionalisme adalah rangkaian kecintaan dan
kesadaran dalam proses berkehidupan dalam negara dan bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta
pada tanah air. Selain itu, pembelaan bisa dilakukan dengan cara menumbuhkan keaktifan dalam berperan
aktif untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan negara.
Landasan konsep bela negara adalah adanya wajib militer. Subyek dari konsep ini adalah tentara atau
perangkat pertahanan negara lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau sebagai akibat dari rancangan
tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran) dan Singapura memberlakukan wajib
militer bagi warga yang memenuhi syarat (kecuali dengan dispensasi untuk alasan tertentu seperti gangguan
fisik, mental atau keyakinan keagamaan). Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak
memerlukan layanan dari wajib militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekrutan selama masa
perang.
Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela negara dilaksanakan
pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan. Mereka dapat melakukannya sebagai individu
atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara Teritorial Britania Raya. Dalam beberapa kasus milisi bisa
merupakan bagian dari pasukan cadangan militer, seperti Amerika Serikat National Guard.
Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa tahun
setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional. Sebuah pasukan cadangan militer berbeda dari
pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan kelompok atau
unit personel militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka sehingga mereka
tersedia untuk menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang
pembelaan diatur dengan undang-undang. Kesadaran bela negara itu hakikatnya kesediaan berbakti pada
negara dan kesediaan berkorban membela negara. Spektrum bela negara itu sangat luas, dari yang paling
halus, hingga yang paling keras. Mulai dari hubungan baik sesama warga negara sampai bersama-sama
menangkal ancaman nyata musuh bersenjata. Tercakup di dalamnya adalah bersikap dan berbuat yang
terbaik bagi bangsa dan Negara.
Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-undang. Diantaranya
sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 30. Didalam pasal
tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Dengan melaksanakan kewajiban bela bangsa tersebut, merupakan bukti dan proses bagi seluruh warga
negara untuk menunjukkan kesediaan mereka dalam berbakti pada nusa dan bangsa, serta kesadaran untuk
mengorbankan diri guna membela negara. Pemahaman bela negara itu sendiri demikian luas, mulai dari
pemahaman yang halus hingga keras.
Diantaranya dimulai dengan terbinanya hubungan baik antar sesama warga negara hingga proses kerjasama
untuk menghadapi ancaman dari pihak asing secara nyata. Hal ini merupakan sebuah bukti adanya rasa
nasionalisme yang diejawantahkan ke dalam sebuah sikap dan perilaku warga negara dalam posisinya
sebagai warga negara. Didalam konsep pembelaan negara, terdapat falsafah mengenai cara bersikap dan
bertindak yang terbaik untuk negara dan bangsa.
Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya adalah :
Cinta Tanah Air Kesadaran Berbangsa & bernegara Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara Rela
berkorban untuk bangsa & Negara Memiliki kemampuan awal bela Negara
Melestarikan budaya
Belajar dengan rajin bagi para pelajar
taat akan hukum dan aturan-aturan Negara
Dan lain-lain.
Dari unsur yang ada tersebut, bisa disebutkan mengenai beberapa hal yang menjadi contoh proses pembelaan
negara.
Beberapa contoh tersebut diantaranya adalah : Kesadaran untuk melestarikan kekayaan budaya, terutama
kebudayaan daerah yang beraneka ragam. Sehingga hal ini bisa mencegah adanya pengakuan dari negara
lain yang menyebutkan kekayaan daerah Indonesia sebagai hasil kebudayaan asli mereka. Untuk para
pelajar, bisa diwujudkan dengan sikap rajin belajar. Sehingga pada nantinya akan memunculkan sumber
daya manusia yang cerdas serta mampu menyaring berbagai macam informasi yang berasal dari pihak asing.
Dengan demikian, masyarakat tidak akan terpengaruh dengan adanya informasi yang menyesatkan dari
budaya asing. Adanya kepatuhan dan ketaatan pada hukum yang berlaku. Hal ini sebagai perwujudan rasa
cinta tanah air dan bela bangsa. Karena dengan taat pada hukum yang berlaku akan menciptakan keamanan
dan ketentraman bagi lingkungan serta mewujudkan rasa keadilan di tengah masyarakat. Meninggalkan
korupsi. Korupsi merupakan penyakit bangsa karena merampas hak warga negara lain untuk mendapatkan
kesejahteraan. Dengan meninggalkan korupsi, kita akan membantu masyarakat dan bangsa dalam
meningkatkan kualitas kehidupan.
Dasar Hukum
Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional. Undang-Undang
No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang
Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988. Tap MPR No.VI
Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan
POLRI. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3. Undang-Undang No.3 tahun 2002
tentang Pertahanan Negara.Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep pembelaan negara di tengah masyarakat, salah
satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini digubah oleh salah seorang musisi
Indonesia yang memiliki nasionalisme, yaitu Dharma Oratmangun.
Selain itu, dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk memperingatinya.
Hari yang sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19 Desember. Penetapan ini dimulai
tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 28 Tahun 2006.
Mempertahankan Negara dari berbagai ancaman; Menjaga keutuhan wilayah negara; Merupakan
kewajiban setiap warga negara. Merupakan panggilan sejarah;
Manfaat Bela Negara
Berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan dari bela negara:
Contoh bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai lingkungan:
Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga)
Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga)
Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan sekolah)Kesadaran untuk menaati tata tertib
sekolah (lingkungan sekolah)
Menciptakan suasana rukun, damai, dan aman dalam masyarakat (lingkungan masyarakat)
Menjaga keamanan kampung secara bersama-sama (lingkungan masyarakat)
Mematuhi peraturan hukum yang berlaku (lingkungan negara)
Membayar pajak tepat pada waktunya (lingkungan negara)
Itulah penjelasan bela negara dengan fungsi dan tujuan mengapa bela negara dilakukan, semoga dengan
melakukan hal itu manfaat nya bisa dirasakan dan bisa menjadi salah satu bagian dalam menjaga keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini.
sumber: www.wantannas.go.id
TWK - Bela Negara 2
Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib untuk membela Negara kita tercinta ini dari setiap ancaman baik
dari dalam maupun luar negara. Meskipun bangsa indonesia sekarang telah merdeka, namun kita tetap
memiliki tugas untuk menjaga dan membelanya, salah satunya adalah dengan mengisi kemerdekaan
tersebut. Salah satu Warisan terbesar dari pendiri bangsa ini yang dapat kita jadikan sebagai pedoman dalam
mengisi kemerdekaan adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar.
Bela Negara adalah tekad, perilaku dan sikap warga negara yang dilakukan secara menyeluruh, teratur dan
terpadu serta dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI , kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia serta
mempunyai keyakinan atas kesaktian Pancasila berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin
kelangsungan (eksistensi) hidup Bangsa dan Negara.
Bela Negara juga dapat diartikan sebagai suatu konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan
petinggi sebuah negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu
negara dalam kepentingan menjaga dan mempertahankan keberlangsungan negara tersebut. Secara fisik, hal
ini dapat diartikan sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang
mengancam eksistensi negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diterjemahkan sebagai upaya
untuk turut serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik lewat moral, sosial, pendidikan,
maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.
sedangkan Upaya Bela Negara adalah kegiatan yang dilakukan oleh setiap warna negara sebagai penuaian
hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaraan keselamatan negara.
Di Indonesia proses pembelaan negara sudah diatur secara formal ke dalam Undang-undang. Diantaranya
sudah tersebutkan ke dalam Pancasila serta Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 30. Didalam pasal
tersebut, dijelaskan bahwa membela bangsa merupakan kewajiban seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Untuk penjabaran lebih lengkap mengenai dasar hukum undang-undang tentang upaya bela negara adalah
sebagai berikut:
1. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. pada pasal ini usaha pertahanan dan keamanan negara
dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta (sishankamrata).
2. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa semua warga Negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara.
Didalam proses pembelaan bangsa, ada beberapa hal yang menjadi unsur penting, diantaranya adalah:
Berikut ini berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari bela negara:
1. Membentuk perilaku jujur, adil, tegas, tepat, dan kepedulian antar sesama.
2. Menghilangkan sikap negatif seperti tidak disiplin, egois, malas, boros dan apatis.
3. Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan kegiatan.
4. Berbakti pada agama, orang tua dan bangsa.
5. Membentuk Iman dan Taqwa pada Agama yang dianut oleh individu.
6. Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok.
7. Menanamkan rasa kecintaan pada Bangsa dan Patriotisme sesuai dengan kemampuan diri.
8. Membentuk mental dan fisik yang tangguh.
9. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan.
10. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas dan pengaturan kegiatan lain.
Contoh Bela Negara dalam Kehidupan Sehari-hari
Contoh beberapa bentuk bela negara dalam kehidupan sehari-hari di zaman sekarang di berbagai
lingkungan adalah sebagai berikut:
Beberapa dasar hukum dan peraturan tentang Wajib Bela Negara adalah sebagai berikut:
1. Tap MPR No.VI Tahun 1973 tentang konsep Wawasan Nusantara dan Keamanan Nasional.
2. Undang-Undang No.20 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Hankam Negara RI. Diubah oleh
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1988.
3. Undang-Undang No.29 tahun 1954 tentang Pokok-Pokok Perlawanan Rakyat.
4. Tap MPR No.VI Tahun 2000 tentang Pemisahan TNI dengan POLRI.
5. Tap MPR No.VII Tahun 2000 tentang Peranan TNI dan POLRI.
6. Undang-Undang No.56 tahun 1999 tentang Rakyat Terlatih
7. Undang-Undang No.3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara.
8. Amandemen UUD ’45 Pasal 30 ayat 1-5 dan pasal 27 ayat 3.
Dalam upaya menjaga kesadaran bela negara, dibuatlah sebuah momen untuk memperingatinya. Hari yang
sudah ditetapkan sebagai hari Bela Negara dipilih tanggal 19 Desember. Penetapan ini dimulai tahun 2006
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang dituangkan melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia No. 28 Tahun 2006.
Selain itu, Untuk mewujudkan kesadaran dan menyatukan konsep bela negara di tengah masyarakat, salah
satunya dilakukan melalui penciptaan lagu Mars Bela Negara. Mars ini digubah oleh salah seorang musisi
Indonesia yang mempunyai nasionalisme, yaitu Dharma Oratmangun.
TWK - Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
1. Fungsi Legislasi
Pada Pasal 22D ayat 1 ddan 2 UUD 1945, DPD dapat mengajukan Rancangan Undang-undang
yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan pemekaran,
dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya
serta perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di samping itu DPD juga ikut membahas RUU
tersebut bersama DPR.
2. Fungsi Pertimbangan
Pada Pasal 22D ayat 2 UUD 1945, DPD memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan
Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan
Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3. Fungsi Pengawasan
Pada Pasal 23E ayat 2 UUD 1945, DPD menerima hasil pemeriksaan keuangan yang dilakukan
oleh Badan Pemeriksa Keuangan.
Pada Pasal 22D ayat 3 UUD 1945, DPD dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-
undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya,
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama.
Menurut UUD 1945 pasal 22 dan Undang-undang No.27 tahun 2009 yang mengatur tentang MPR,
DPR, DPD dan DPRD. Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Daerah disebutkan sebagai
berikut:
1. Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber
daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan
daerah.
2. Ikut membahas RUU bersama dengan DPR dan Presiden yang terkait dengan otonomi
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan
pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU yang terkait dengan pajak,
pendidikan dan agama.
4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah, hubungan pusat
dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat
dan daerah serta menyampaikan hasil pengawasan kepada DPR.
5. Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.
6. Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.
7. Ikut serta dalam penyusunan program legislasi nasional, pengajuan usul kepada DPR, dan
ikut dalam pembahasan dengan DPR dan Presiden mengenai rancangan undang-undang
yang berkaitanotonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran
serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 233 UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, DPD dan DPRD bahwa anggota DPD mempunyai hak sebagai berikut:
1. Hak Bertanya, sebagaimana dimaksud dilakukan dalam sidang dan/atau rapat sesuai
dengan tugas dan wewenang DPD.
2. Hak Menyampaikan usul dan pendapat, berhak menyampaikan usul dan pendapat
mengenai suatu hal, baik yang sedang dibicarakan maupun yang tidak dibicarakan dalam
rapat dan mengenai tata caranya diatur dalam tata tertib DPD RI.
3. Hak Memilih dan dipilih, Anggota DPD mempunyai hak yang sama dalam memilih dan
dipilih untuk menduduki jabatan tertentu pada alat kelengkapan DPD, tata cara pelaksanaan
hak memilih dan dipilih tersebut diatur dengan peraturan DPD tentang tata tertib.
4. Hak Membela diri, dapat digunakan apabila Anggota DPD yang diduga melakukan
pelanggaran sumpah/janji, kode etik, dan/atau tidak melaksanakan kewajiban sebagai
anggota diberi kesempatan untuk membela diri dan/atau memberikan keterangan kepada
Badan Kehormatan.
5. Hak Imunitas, Anggota DPD RI tidak dapat dituntut di depan pengadilan dan diganti
antarwaktu atas pernyataan, pertanyaan, dan/atau pendapat yang dikemukakannya yang
berkaitan dengan fungsi serta tugas dan wewenang DPD RI. Namun demikian, ketentuan
sebagaimana dimaksud tidak berlaku dalam hal anggota yang bersangkutan mengumumkan
materi yang telah disepakati dalam rapat tertutup untuk dirahasiakan atau hal lain yang
dimaksud dalam ketentuan mengenai rahasia negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Hak Protokoler, Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan hak protokoler sebagaimana
dimaksud diatur dalam peraturan perundang-undangan. Yang dimaksud dengan “hak
protokoler” adalah hak anggota DPD untuk memperoleh penghormatan berkenaan dengan
jabatannya baik dalam acara kenegaraan atau dalam acara resmi maupun dalam
melaksanakan tugasnya.
7. Keuangan dan administratif, Pimpinan dan anggota DPD mempunyai hak keuangan dan
administratif, yang diatur dalam tatatertib DPD RI.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 233 UU Nomor 27 Tahun 2009 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, DPD dan DPRD bahwa anggota DPD mempunyai kewajiban sebagai berikut:
Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan Pernerintah
Pengganti Undang-Undang
Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama
Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap pelaksanaan
undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah,
hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak, pendidikan, dan agama
Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang.
Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR
maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada awal pembicaraan tingkat I
Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD yang berkaitan
dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah dan mengikut sertakan dalam
pembahasannya dalam awal pembicaraan tingkat I
Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undà ng yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan
agama dalam awal pembicaraan tingkat I
Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD
Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat
Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara yang
disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
Melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan
Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah
Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dengan lembaga yang terkait.
Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat
Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan negara kesatuan Republik
Indonesia
Menyerap, menghimpun, menampung, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan
Memberikan pertanggungjawaban secara moral dan politis kepada pemilih dan daerah pemilihannya
Mentaati kode etik dan Peraturan Tata tertib DPR
Legislasi
Fungsi legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPR selaku pemegang kekuasaan untuk
membentuk undang-undang.
Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan undang-undang serta APBN.
Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan persetujuan atau tidak memberikan
persetujuan terhadap rancangan undang-undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
TWK - Eksekutif, Legislatif, Yudikatif
Pada struktur pemerintahan Indonesia kita mengenal yang namanya Eksekutif, Legislatif dan
Yudikatif. Semuanya merupakan unsur-unsur struktural terpenting dalam pemerintahan Indonesia.
Berikut Pengertian dan Fungsi Eksekutif, Pengertian dan Fungsi Yudikatif serta Pengertian
dan Fungsi Legislatif.
Pada sistem pemerintahan presidensial, kekuasaan eksekutif dipegang oleh presiden dan dibantu
oleh menteri-menteri atau biasa disebut dengan istilah kabinet. Secara sederhana, tugas badan
eksekutif meliputi pelaksanaan undang-undang yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif.
Konsep sistem presidensial yang mengedepankan fungsi presiden sebagai badan eksekutif dalam
pelaksanaan kebijakan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Kekuasaan Eksekutif
Undang-Undang Dasar 1945 kedudukan presiden mencakup sebagai kepala Negara sekaligus
menjadi kepala pemerintahan. Kekuasaan presiden sebagai kepala pemerintahan atau eksekutif
terbagi sebagai berikut:
Dalam UUD 1945 pasal 4 ayat 1 dengan jelas menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia
sebagai kepala pemerintahan, sehingga jelas bahwa presiden memiliki kedudukan sah sebagai
lembaga eksekutif.
Pada pasal 15 disebutkan bahwa presiden member gelar dan tanda-tanda jasa kehormatan
secara administratif.
Dalam UUD 1945 pasal 10 jelas menyatakan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi
atas angkatan darat, laut, dan udara. Pasal 11 ayat 1 berbunyi Presiden dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan
negara lain. Pasal 12 berisi Presiden menyatakan keadaan bahaya. Syarat-syarat dan akibatnya
keadaan bahaya ditetapkan dengan undang-undang.
Pasal 11 ayat 1 selain menyatakan perang, presiden memiliki wewenang untuk melakukan
perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain. Dan pada pasal 11 ayat 2 disebutkan Presiden
dalam membuat perjanjian internasional lainnya yang menimbulkan akibat yang luas dan
mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara, dan/atau
mengharuskan perubahan atau pembentukan undang-undang harus denganpersetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Dalam pasal 13 ayat 1 Presiden mengangkat duta dan konsul. Pada ayat 2
dinyatakan bahwa dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat. Selanjutnya pada ayat 3 disebutkan bahwa Presiden menerima penempatan
duta negara lain dengan menperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat. Presiden
memberikan pemberitahuan sebelumnya kepada DPR dalam penerimaan duta besar Negara lain
sehingga DPR dapat memberikan pertimbangan.
Pengertian Legislatif
Terdapat perubahan dalam lembaga legislatif setelah amandemen UUD 1945, yaitu pembentukan
lembaga legislatif baru bernama Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPD memiliki kedudukan
setara dengan DPR dan di pilih secara langsung oleh rakyat. Lembaga ini dibentuk sebagai
pengganti Utusan Daerah dan Utusan Golongan yang sebelumnya di pilih oleh DPR dan MPR.
Dengan demikian, badan perwakilan tingkat pusat bertambah sehingga menjadi tiga badan
(trikameral) perwakilan dibandingkan dengan sebelumnya perubahan yang hanya terdiri dari dua
badan perwakilan (MPR dan DPR).
Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan membuat undang-undang atau disebut dengan rule
making function.
Pengertian Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan peradilan untuk menjaga undangundang, peraturan-
peraturan dan ketentuan hukum lainnya supaya benar-benar ditaati, yaitu dengan konsekuensi
menjatuhkan sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum/undang-undang serta memberikan
keputusan dengan adil terhadap sengeketa-sengketa sipil yang diajukan ke pengadilan untuk
diputuskan.
Dalam UUD 1945 pasal 24 ayat 2 menyebutkan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan
tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
Kekuasaan Yudikatif
Dari uraian diatas, tentunya sudah dapat dipahami bahwa Fungsi eksekutif sebagai eksekutor
atau pelaksana, Fungsi legislatif adalah untuk membuat undang-undang sedangkan Fungsi dari
yudikatif adalah sebagai lembaga pengawal serta pemantau jalannya roda pemerintahan dengan
menjadikan hukum sebagai acuan.
TWK - Integritas Nasional 1
Pengertian Integritas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integritas diartikan sebagai keadaan yang menunjukkan
kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan. Berdasarkan
pengertian tersebut, ada dua kalimat yang dapat dijadikan kunci untuk memahami tentang Integritas, yaitu:
Bila kita cermati kalimat ini, maka kita akan mengetahui bahwa integritas tercipta dari dua unsur atau lebih
yang membentuk suatu kesatuan yang utuh. Unsur-unsur tersebut bisa berupa apa saja tergantung dari kata
integritas dilekatkan.
Bila kata integritas dilekatkan dengan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, maka unsur-unsur
tersebut bisa berupa masyarakat dari dua suku atau lebih yang berbeda yang membentuk suatu kesatuan utuh
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Integritas di Indonesia
Setelah kita mengetahui pengertian tentang Integritas, maka kita akan hubungkan integritas tersebut dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia, Integritas dapat menyatukan keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa
yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia.
Suku-suku yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: suku Sunda, suku Batak, suku Madura,
suku Bugis, suku Betawi, suku Baduy, suku asmat, Suku dani, Suku Ambon, suku Minangkabau, dan lain-
lain.
Agama yang tersebar di Indonesia, yaitu: Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, Budha dan Kong
Hu Chu. Ras yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: ras Melayu Mongoloid, ras Weddoid, ras
Negroid, ras Papua Melanezoid
Budaya yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: tari daerah, lagu daerah dan bahasa daerah.
Bahasa yang tersebar di wilayah Indonesia, diantaranya yaitu: bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Betawi,
bahasa Madura, bahasa Batak, bahasa Melayu, dan lain-lain.
Keanekaragaman unsur-unsur yang terdapat di wilayah Indonesia harus disatukan dalam suatu bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia dan semboyan Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tapi satu tujuan)
sehingga tercipta Integritas (kesatuan yang utuh) yang dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa
sesuai dengan Pancasila.
TWK - Integritas Nasional 2
INTEGRITAS
Integritas yaitu konsistensi atau keteguhan yang tidak bisa tergoyahkan dalam menjunjung nilai-nilai
keyakinan dan prinsip.
Pengertian lain dari integritas adalah konsep yang menunjukkan konsistensi atau keteguhan perbuatan
dengan nilai-nilai dan prinsip.
Pada etika integritas bisa diartikan sebagai kebenaran dan kejujuran perbuatan yang dilakukan seseorang.
Fungsi dari integritas antara lain yaitu:
Manfaat Integritas
Lahirnya Komisi Yudisial terjadi pada amandemen ketiga UUD 1945 dengan alasan untuk menjadi
lembaga pengawas eksternal yang menjalankan fungsi checks and balances terhadap lembaga
kehakiman di Indonesia.
Kesepakatan untuk membentuk Komisi Yudisial tertuang dalam Pasal 24B ayat 1 UUD 1945
yang menyebutkan bahwa Komisi Yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan
pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan
menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
Mengusulkan pengangkatan hakim agung dan hakim ad hoc di Mahkamah Agung kepada
DPR untuk mendapatkan persetujuan DPR.
Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim.
Menetapkan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim (KEPPH) bersama-sama dengan
Mahkamah Agung.
Menjaga dan menegakkan pelaksanaan Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
(KEPPH).
Melakukan pendaftaran calon hakim agung.
Melakukan seleksi dan menetapkan calon hakim agung.
Mengajukan calon hakim agung ke Dewan Perwakilan Rakyat.
Di dalam UUD 1945 pasal 24B ayat 1 disebutkan bahwa Komisi Yudisial mempunyai wewenang
lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku
hakim. Beberapa langkah yang dijalankan oleh Komisi Yudisial dalam menjalankan fungsi tersebut
adalah:
Terdapat dua macam Lembaga pemerintahan negara di bawah pimpinan Presiden, yaitu lembaga
Kementerian yang dipimpin oleh seorang Menteri dan Non Kementerian yang dipimpin oleh ketua
atau kepala.
Kementrian merupakan lembaga Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan tertentu dalam
pemerintahan. Kementerian berkedudukan di Jakarta (ibukota negara) dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden serta berada dibawah presiden.
Landasan hukum Kementerian di indonesia adalah Bab V Pasal 17 UUD 1945 yang
menyebutkan bahwa:
Selain itu Lembaga Pemerintahan kementerian juga diatur oleh Peraturan Presiden Nomor 7
Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara serta Undang-Undang Nomor 39 Tahun
2008 tentang Kementerian Negara.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang
menyelenggarakan fungsi:
Kementerian Badan Usaha Milik Negara mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang
pembinaan badan usaha milik negara dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Badan
Usaha Milik Negara menyelenggarakan fungsi:
perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pembinaan badan usaha milik negara;
koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan badan usaha milik
negara;
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Badan Usaha Milik Negara; dan
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Badan Usaha Milik Negara.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di
bidang energi, dan sumber daya mineral dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral menjalankan fungsi:
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang energi, dan sumber daya
mineral;
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Energi, dan Sumber Daya Mineral;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Energi, dan Sumber Daya
Mineral;
pelaksanaan bimbingan teknis, dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Energi,
dan Sumber Daya Mineral di daerah
pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 24 tahun 2010, Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia mempunyai tugas menyelenggarakan urusan di bidang hukum dan hak asasi manusia
dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
menyelenggarakan fungsi:
perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang hukum dan hak asasi manusia;
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia;
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia di daerah;
pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan
pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2015, Kementerian Keuangan mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan negara untuk membantu Presiden
dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas, Kementerian
Keuangan menyelenggarakan fungsi:
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan mempunyai tugas membantu
Presiden dalam menyinkronkan dan mengkoordinasikan perencanaan, penyusunan, dan
pelaksanaan kebijakan di bidang politik, hukum, dan keamanan. Dalam melaksanakan tugas,
Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menyelenggarakan fungsi:
Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang koperasi dan usaha mikro, kecil dan
menengah;
Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang koperasi dan usaha mikro,
kecil dan menengah;
Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah;
Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah; dan
Penyelenggaraan fungsi teknis pelaksanaan pemberdayaan koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah sesuai dengan undang-undang di bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan
menengah.
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan hubungan luar
negeri;
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Luar
Negeri;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Luar Negeri; dan
pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan sumber daya air,
penyelenggaraan jalan, penyediaan perumahan dan pengembangan kawasan permukiman,
pembiayaan perumahan, penataan bangunan gedung, sistem penyediaan air minum, sistem
pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan, dan pembinaan jasa
konstruksi;
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat;
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat;
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di daerah;
pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis dan strategi keterpaduan pengembangan
infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat;
pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat; dan
pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan;
pelaksanaan fasilitasi penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta pengelolaan kebudayaan;
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan mutu dan kesejahteraan guru dan pendidik
lainnya, serta tenaga kependidikan;
koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan;
pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan;
pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di daerah;
pelaksanaan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa dan sastra;
pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat, serta kebudayaan; dan
pelaksanaan dukungan substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia
Kementerian Riset, Teknologi, dan Badan Riset Inovasi Nasional Republik Indonesia mempunyai
tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset, teknologi, dan pendidikan tinggi
untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan
tugas, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyelenggarakan fungsi:
dukungan teknis dan administrasi kerumahtanggaan, keprotokolan, pers, dan media kepada
Presiden;
dukungan teknis dan administrasi kerumahtanggaan dan keprotokolan, serta analisis
kebijakan kepada Wakil Presiden dalam membantu Presiden menyelenggarakan
pemerintahan negara;
dukungan teknis dan administrasi kepada Presiden dalam menyelenggarakan kekuasaan
tertinggi Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara, dalam hal pengangkatan dan
pemberhentian perwira Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, penganugerahan gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan, serta koordinasi
pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarga termasuk Tamu Negara
setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan negara asing;
dukungan teknis, adminstrasi, dan analisis dalam penyiapan izin prakarsa dan penyelesaian
rancangan peraturan perundang-undangan, penyiapan pendapat hukum, penyelesaian
Rancangan Keputusan Presiden mengenai grasi, amnesti, abolisi,rehabilitasi, ekstradisi,
remisi perubahan dari pidana penjara seumur hidup menjadi pidana sementara, dan
naturalisasi, serta permintaan persetujuan kepada Sekretaris Kabinet atas permohonan izin
prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan atas substansi
rancangan rancangan peraturan perundang-undangan;
dukungan teknis, administrasi, dan analisis dalam penyelenggaraan hubungan dengan
lembaga negara, lembaga nonstruktural
Kementerian Sosial Republik Indonesia
Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum pada Kabinet Kerja
(2014) digabung menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Kementerian Perdagangan serta Kementerian Perindustrian saat ini, sempat digabungkan
menjadi "Departemen Perindustrian dan Perdagangan" pada pertengahan perjalanan
Kabinet Pembangunan VI, yang kemudian dipisahkan kembali pada Kabinet Indonesia
Bersatu hingga sekarang.
LPNK sendiri merupakan lembaga negara di Indonesia yang dibentuk untuk melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang tertentu yang tidak dilaksanakan oleh kementerian / instansi, bersifat
strategis, nasional, lintas instansi / kementerian, lintas sektor dan lintas wilayah. Selain itu, LPNK
juga menunjang tugas yang dilakukan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Tugas :
Fungsi :
Tugas : LAPAN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian dan
pengembangan kedirgantaraan dan pemanfaatannya serta penyelenggaraan keantariksaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Fungsi :
Dalam mengemban tugas pokok di atas LAPAN menyelenggarakan fungsi-fungsi :
1. Penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian dan pengembangan sains antariksa dan
atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta
pemanfaatannya;
2. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sains antariksa dan atmosfer, teknologi
penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh serta pemanfaatannya;
3. Penyelenggaraan keantariksaan;
4. Pengoordinasian kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAPAN;
5. Pelaksanaan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan LAPAN;
6. Pelaksanaan kajian kebijakan strategis penerbangan dan antariksa;
7. Pelaksanaan penjalaran teknologi penerbangan dan antariksa;
8. Pelaksanaan pengelolaan standardisasi dan sistem informasi penerbangan dan antariksa;
9. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LAPAN; dan
10. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang penelitian dan pengembangan
sains antariksa dan atmosfer, teknologi penerbangan dan antariksa, dan penginderaan jauh
serta pemanfaatannya.
Tugas : Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
Fungsi :
Tugas:
Fungsi:
Fungsi :
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2Perpres Nomor 94 Tahun 2011,
BIG menyelenggarakan fungsi :
Badan Keamanan Laut (Bakamla) bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan.
Tugas:
1. Melakukan patroli keamanan dan keselamatan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah
yurisdiksi Indonesia
Fungsi:
1.
Menyusun kebijakan nasional di bidang keamanan dan keselamatan di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
2. Menyelenggarakan sistem peringatan dini keamanan dan keselamatan di wilayah perairan
Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
3. Melaksanakan penjagaan, pengawasan, pencegahan dan penindakan pelanggaran hukum
di wilayah perairan Indonesia dan wilayah yurisdiksi Indonesia;
4. Menyinergikan dan memonitor pelaksanaaan patroli perairan oleh instansi terkait;
5. Memberikan dukungan teknis dan operasional kepada instansi terkait;
6. Memberikan bantuan pencarian dan pertolongan di wilayah perairan Indonesia dan wilayah
yurisdiksi Indonesia;
7. Melaksanakan tugas lain dalam sistem pertahanan nasional.
Fungsi :
Fungsi :
Fungsi :
Fungsi:
1. Perumusan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
2. Perumusan kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
3. Koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
4. Pelaksanaan, pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
5. Pelayanan data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
6. Penyampaian informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan
dengan perubahan iklim;
7. Penyampaian informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
8. Pelaksanaan kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
9. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
10. Pelaksanaan, pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan
komunikasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
11. Koordinasi dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
12. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
13. Pelaksanaan pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
14. Pelaksanaan manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
15. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG;
16. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG;
17. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
18. Penyampaian laporan, saran, dan pertimbangan di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika.
Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah lembaga yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden melalui koordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Fungsi:
Tugas:
Tugas:
1. Sesuai Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2016 tentang Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan memiliki tugas membantu
Presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pencarian dan
pertolongan.
Fungsi:
1. Perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur, kriteria, serta persyaratan dan
prosedur perizinan dan/atau rekomendasi penyelenggaraan operasi pencarian dan
pertolongan
2. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan operasi
pencarian dan pertolongan, pembinaan tenaga dan potensi, sarana dan prasarana dan
sistem komunikasi
3. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan standarisasi siaga, latihan, dan pelaksanaan
operasi pencarian dan pertolongan
4. Perumusan dan penetapan kebutuhan siaga, latihan, dan pelaksanaan operasi pencarian
dan pertolongan
5. Koordinasi pelaksanaan penyelenggaraan operasi pencarian dan pertolongan, pembinaan
tenaga dan potensi, sarana dan prasarana dan sistem komunikasi
6. Pengembangan dan pelaksanaan sistem informasi dan komunikasi pencarian dan
pertolongan
7. Pelayanan informasi penyelenggaraan pencarian dan pertolongan
8. Pemantauan, analisis,evaluasi, dan pelaporan di bidang pencarian dan pertolongan
9. Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan bidang pencarian dan pertolongan
10. Pengelolaan barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Badan
Nasional Pencarian dan Pertolongan
11. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
12. Pengawasan intern atas pelaksanaan tugas di bidangnya
13. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di
lingkungan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
1. Melakukan penempatan tenaga kerja atas dasar perjanjian secara tertulis antara pemerintah
dan pemerintah negara pengguna tenaga kerja Indonesia (TKI) atau pengguna berbadan
hukum di negara tujuan penepatan
2. Memberikan pelayanan dalam koordinasi dan pengawasan mengenai dokumen,
pembekalan akhir pemberangkatan, penyelesaian masalah, sumber-sumber pembiayaan,
pemberangkatan sampai pemulangan
3. Bertanggung jawab dalam perlindungan dan pemberdayaan TKI dan kompetensi TKI
Sesuai dengan Pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014
Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (bpom) dibentuk untuk mendeteksi, mencegah dan
mengawasi produk-produk, melindungi keamanan, keselamatan dan kesehatan konsumennya,
baik di dalam maupun di luar negeri yang memiliki kredibiitas professional yang tinggi.
Tugas BPOM:
Berdasarkan pasal 2 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas
Obat dan Makanan:
Fungsi BPOM:
Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas
Obat dan Makanan, BPOM mempunyai fungsi:
Dalam melaksanakan tugas pengawasan Obat dan Makanan, BPOM menyelenggarakan fungsi:
3. penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan
Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar;
5. koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi pemerintah pusat dan
daerah;
6. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan Makanan;
11. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
BPOM.
1. Pengawasan Sebelum Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan
Obat dan Makanan sebelum beredar sebagai tindakan pencegahan untuk menjamin Obat
dan Makanan yang beredar memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/manfaat,
dan mutu produk yang ditetapkan.
2. Pengawasan Selama Beredar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pengawasan
Obat dan Makanan selama beredar untuk memastikan Obat dan Makanan yang beredar
memenuhi standar dan persyaratan keamanan, khasiat/ manfaat, dan mutu produk yang
ditetapkan serta tindakan penegakan hukum.
Tugas: Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi:
1. Pengkajian & penyusunan kebijakan nasional di bidang pengkajian dan penerapan teknologi;
2. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT;
3. Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta
dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, dan
pengembangan kapasitas, serta membina alih teknologi;
4. Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
persandian, perlengkapan & rumah tangga.
Tugas : Tugas, fungsi dan kewenangan BPS telah ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden
Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik dan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik
Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik. Melaksanakan
tugas pemerintahan dibidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
Fungsi
Tugas: BSSN mempunyai tugas melaksanakan keamanan siber secara efektif dan efisien dengan
memanfaatkan, mengembangkan, dan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan
keamanan siber.
Fungsi:
Badan Standarisasi Nasional merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen dengan tugas
pokok mengembangkan dan membina kegiatan standarisasi di Indonesia. Dalam melaksanakan
tugasnya, BSN berpedoman pada Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang
Standarisasi Naisonal.
Tugas : Tugas pokok BATAN sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013 adalah
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu
pengetahuan dan teknologi nuklir sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Penelitian, pengembangan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir di
Indonesia hanya diarahkan untuk tujuan damai dan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Fungsi : Kemudian sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2013, dalam
melaksanakan tugasnya tersebut BATAN menyelenggarakan fungsi:
Tugas : Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia
agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia
pada umumnya. Mencari kebenaran ilmiah dimana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta
kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945.
Tugas:
Fungsi:
1. Penyusunan dan perumusan strategi serta penentuan kebijakan dan standar prosedur di
bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah termasuk pengadaan badan usaha dalam
rangka kerjasama pemerintah dengan badan usaha;
2. Penyusunan dan perumusan strategi serta penentuan kebijakan pembinaan sumber daya
manusia di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah;
3. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaannya;
4. Pembinaan dan pengembangan sistem informasi serta pengawasan penyelenggaraan
pengadaan barang/jasa Pemerintah secara elektronik;
5. Pemberian bimbingan teknis, advokasi dan pendapat hukum;
6. Pembinaan dan penyelenggaraan dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di
LKPP; dan
7. Pengawasan atas pelaksanaan tugas LKPP.
Tugas:
Fungsi:
1. Mendidik, menyiapkan kader dan memantapkan pimpinan tingkat nasional melalui segala
usaha kegiatan dan pekerjaan meliputi program pendidikan, penyiapan materi pendidikan,
operasional pendidikan dan pembinaan peserta dan alumni serta evaluasi.
2. Mengkaji berbagai permasalahan strategik nasional, regional dan internasional baik di
bidang geografi, demografi, sumber kekayaan alam, ideologi, politik, hukum dan keamanan,
ekonomi, sosial budaya dan ilmu pengetahuan serta permasalahan internasional.
3. Memantapkan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung di dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi
bangsa, semangat bela negara, transformasi nilai-nilai universal, sistem nasional serta
pembudayaan nilai-nilai kebangsaan.
4. Kerja sama pendidikan pasca sarjana di bidang strategi ketahanan nasional dengan
lembaga pendidikan nasional dan/atau internasional.
5. Kerja sama pengkajian strategik dan kerja sama pemantapan nilai-nilai kebangsaan dengan
institusi di dalam dan di luar negeri.
KEDUDUKAN
Tugas: Lembaga Adminstrasi Negara berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 57 tahun 2013
mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Fungsi :
Mahkamah Agung adalah Pengadilan Negara Tertinggi dalam arti sebagai Badan Pengadilan Kasasi
(terakhir) bagi putusan-putusan yang berasal dari pengadilan di bawahnya, yaitu pengadilan Tingkat Pertama
dan Pengadilan Banding yang meliputi empat lingkungan peradilan, yaitu peradilan umum, agama, militer,
dan tata usaha Negara.
Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, MA ialah pengadilan kasasi yang bertugas membina
keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi & peninjauan kembali guna menjaga
agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah Indonesia diterapkan secara tepat, adil dan
benar.
Berkaitan dengan fungsi peradilan adalah hak uji materiil, yaitu wewenang menguji dan menilai
secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal apakah suatu peraturan
perlu ditinjau dari isinya (materinya) dan bertentangan dengan peraturan dari tingkat yang lebih tinggi
(Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).
Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa dan
memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir.
Fungsi Mengatur
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-undang
tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau kekosongan hukum
yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27 Undang-undang No.14 Tahun
1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985)
Mahkamah Agung dapat membuat peraturan acara sendiri bilamana dianggap perlu untuk mencukupi
hukum acara yang sudah diatur Undang-undang
Fungsi Pengawasan
Badan-badan Peradilan (Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata
Usaha Negara) sebagaimana dimaksud Pasal 10 Ayat (1) Undang-undang No.14 Tahun 1970 secara
organisatoris, administrative dan finansial sampai saat ini masih berada dibawah Departemen yang
bersangkutan, walaupun menurut Pasal 11 (1) Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 sudah dialihkan
dibawah kekuasaan Mahkamah Agung.
Mahkamah Agung berwenang mengatur tugas serta tanggung jawab, susunan organisasi dan tata kerja
Kepaniteraan Pengadilan (Undang-undang No. 35 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-
undang No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman).
Fungsi Nasehat
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan dari dan memberi petunjuk kepada pengadilan
disemua lingkunga peradilan dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 25 Undang-undang No.14
Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. (Pasal 38 Undang-undang
No.14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung).
Mahkamah Agung memberikan nasihat kepada Presiden selaku Kepala Negara dalam rangka
pemberian atau penolakan grasi (Pasal 35 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Mahkamah Agung memberikan nasihat dan pertimbangan dalam bidang hukum kepada Lembaga
Tinggi Negara lain (Pasal 37 Undang-undang Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985).
Selanjutnya Perubahan Pertama Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945 Pasal 14 Ayat (1),
Mahkamah Agung diberi kewenangan untuk memberikan pertimbangan kepada Presiden selaku
Kepala Negara.
Fungsi Lain-lain
Selain tugas pokok untuk memeriksa, menerima dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara
yang diajukan kepadanya, berdasar Pasal 2 ayat (2) Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 serta Pasal
38 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, Mahkamah Agung juga diserahi tugas serta kewenangan
lain berdasarkan Undang-undang.
Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-
undang terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-
undang;
memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.
mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi
TWK - Mahkamah Konstitusi (MK)
Pasca amandemen UUD 1945, pada pasal 24C ayat 1 sampai 6 menyebutkan pengangkatan
serta penetapan tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi. Pembentukan MK ini sebagai ganti
MPR yang sebelumnya diberi kewenangan untuk menguji undang-undang terhadap undang-
undang dasar melalui Ketetapan MPR Nomor III/MPR/2000. Namun demikian, hal tersebut bukan
merupakan judicial review mengingat bahwa MPR tidak termasuk dalam cabang kekuasaan
yudisial melainkan lembaga kekuasaan di bidang legislatif.
Mengenai tugas dan wewenang Mahkamah Konstitusi pada Pasal 24C UUD 1945, selanjutnya di
pertegas dengan Pasal 10 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 yang menyatakan sebagai
berikut:
1. Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk:
2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden diduga telah melakukan pelanggaran hukum berupapengkhianatan terhadap
Negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak
lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Untuk kepentingan pelaksanaan wewenang sebagaimana dimaksud pada Pasal 10, Mahkamah
Konstitusi berwenang memanggil pejabat Negara, pejabat pemerintah, atau warga masyarakat
untuk memberikan keterangan.
Selain kewenangan di atas, Mahkamah Konstitusi memiliki tanggung jawab dan kewajiban yaitu: