Anda di halaman 1dari 1

Penegakan hukum serta pengusutan secara tuntas dan adil terhadap tindak korupsi memang harus

dilaksanakan dan ditegakkan tanpa pandang bulu. Akan tetapi, pemahaman yang mendalam dan lebih
fundamental juga diperlukan, agar menumbuhkan sikap arif untuk bersama-sama tak mengulang dan
membudayakan korupsi dalam berbagai aspek kehidupan kita, sehingga tidak terjadi apa yang dikatakan
"patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu" seperti sel kanker ganas karena akarnya yang
telah meluas, maka semakin dibabat semakin cepat penyebarannya.

Kepercayaan terhadap pentingnya kerja keras, kejujuran, dan kepandaian semakin memudar karena
kenyataan dalam kehidupan masyarakat menunjukkan yang sebaliknya, banyak mereka yang kerja
keras, jujur dan pandai, tetapi ternyata bernasib buruk hanya karena mereka datang dari kelompok yang
tak beruntung, seperti para petani, kaum buruh, dan guru. Sementara itu, banyak yang dengan
mudahnya mendapatkan kekayaan hanya karena mereka datang dari kelompok elite atau berhubungan
dekat dengan para pejabat, penguasa, dan para tokoh masyarakat.

Akibatnya, kepercayaan rakyat terhadap rasionalitas intelektual menurun karena hanya dipakai para
elite untuk membodohi masyarakat saja. Sebaliknya, masyarakat menjadi lebih percaya adanya
peruntungan yang digerakkan oleh nasib sehingga perdukunan dan perjudian dalam berbagai bentuknya
semakin marak di mana-mana. Mereka memuja dan selalu mencari jalan pintas untuk mendapatkan
segala sesuatu dengan mudah dan cepat, baik kekuasaan maupun kekayaan. Korupsi lalu menjadi
budaya jalan pintas dan masyarakat pun menganggap wajar memperoleh kekayaan dengan mudah dan
cepat.

Jika sudah sampai pada tahap ini, maka perilaku korupsi dapat dikategorikan sebagai perilaku patologis.
Dan patologis yang bersifat sosial karena korupsi dapat menimbulkan efek domino (mudahnya perilaku
ini menular) dan menyebabkan terjadinya perilaku-perilaku negatif yang lain.

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah Faktor Apakah yang menyebabkan individu melakukan
korupsi?Bagaimana perilaku korupsi menular dan menjangkiti individu di setiap elemen masyarakat?
Yang kemudian menjadi penyakit patologis sosial.Faktor-faktor patologis apa yang berkaitan dengan
perilaku korupsi?Bagaimana dampak serta penanggulangan terhadap perilaku korupsi di Indonesia?

Dalam konteks psiko-sosial, hobi korupsi disebabkan oleh banyak hal antara lain; reposisi kemiskinan yg
berakibat pada ketamakan luar biasa, pandangan martabat diri artifisial (tidak hakiki) yang didasari oleh
pola pikir materialistik, dan lain-lain. Yang pada gilirannya mengarah pada ketidakpedulian atas akibat
perbuatan terkutuknya pada nasib negara, bangsa dan individu rakyat secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai