Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS RUU KUHP BERMASALAH

KELOMPOK 4
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Hak Asasi Manusia
Yang di ampu oleh:
Dr. Hj. Dede Kania, S.H.I., M.H.

Di susun oleh
Kelompok 4:
Joni Abdul Maliki 1173050055
Lilis Aulia Sari 1173050058
Muhamad Irsyad 1173050070
Muhibin 1173050080

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
1. RUU KUHP Pasal 218 Penghinaan kepada Presiden/ Wakil Presiden
Dalam RUU KUHP PASAL 218 ini menyatakan bahwa setiap orang yang memberikan
penghinaan terhadap presiden akan kenai sanksi pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6
(enam) bulan atau pidana denda paling banyak kategori IV.
Dan RUU KUHP PASAL 218 ini tumpang tindih dengan pasal 28 E ayat 3 UUD 1945
dimana pasal ini menjelaskan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat.
Sehingga apabila dikaitkan dengan HAM RUU KUHP PASAL 218 ini membatasi
seseorang untuk mengeluarkan pendapat nya. Sehingga ketika kita mau mengkritik
pemerintahan/presiden maka akan diancam dengan pasal ini sehingga apabila diterapkan
Pasal ini akan menjadikan pemerintah anti-kritik.

2. RUU KUHP Pasal 252 Menyatakan diri dapat melakukan tindak pidana karena
memiliki kekuatan gaib (santet)
Dalam KUHP PASAL 252 ini menjelaskan bahwa Orang yang menyatakan dirinya
mempunyai kekuatan gaib, memberitahukan, memberikan harapan, menawarkan, atau
memberikan bantuan jasa kepada orang lain bahwa karena perbuatannya dapat menimbulkan
penyakit, kematian, atau penderitaan mental atau fisik seseorang dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak kategori IV.
Pasal ini bertentangan dengan pasal 28 D ayat 2 UUD 1945 dan 28 E Ayat 1 yang mana
menyebutkan setiap orang diberikan kebebasan untuk bekerja dan memilih pekerjaannya.
Jika dikatkan dengan HAM berarti RUU KUHP ini membatasi seseorang dalam hal
bekerja dan memilih pekerjaanya.

3. RUU KUHP Pasal 431Tentang gelandangan


Dalam RUU KUHP Pasal 431 ini menyatakan bahwa “Setiap Orang yang
bergelandangan di jalan atau di tempat umum yang mengganggu ketertiban umum dipidana
dengan pidana denda paling banyak kategori I”.
Pasal ini jelas-jelas melanggar kaidah HAM yang mana seseorang berhak dalam
mendapatkan kehidupan yang layak, tetapi dalam pasal ini justru gelandangan malah
dikenakan denda sedangkan untuk memenuhi kehidupannya sendiri masih bergantung pada
orang lain. Jika RUU KUHP ini diterapkan bagaimana cara gelandangan tersebut untuk
membayar dendanya, sehingga bisa dikatakan bahwa pasal ini tidak relevan.

4. RUU KUHP Pasal 479 Marital rape (perkosaan dalam perkawinan)


Dalam RUU KUHP Pasal 479 ini menyatakan bahwa Setiap Orang yang dengan
Kekerasan atau Ancaman Kekerasan memaksa seseorang bersetubuh dengannya dipidana
karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
Pada Pasal ini yang kami cermati bahwa pada kata setiap orang termasuk yang
mempunyai ikatan perkawinan bisa di pidana padahal KUHP Pasal 285 yang dulu
menjelaskan Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun
berarti, pada RUU KUHP Pasal 479 baik seseorang yang sudah dalam ikatan
perkawinan aataupun tidak tetap dipidana apabila memaksa seseorang untuk melakukan
persetubuhan. Padahal apabila dikaitkan dengan UU perkawinan seorang suami isteri
memiliki hak dan kewajibannya masing-masing . jadi pasal ini menjadi sangat multi tafsir

5. RUU KUHP Pasal 278 tentang Merusak kebun yang ditaburi benih
Pasal ini menyatakan bahwa “Setiap Orang yang membiarkan unggas yang diternaknya
berjalan di kebun atau tanah yang telah ditaburi benih atau tanaman milik orang lain dipidana
dengan pidana denda paling banyak kategori II”
Pasal ini tentu bisa membuat pemilik ternak itu harus extra menjaga ternak agar tidak
keluar dan berjalan di kebun oranag lain. Karena kalau sampai terjadi akan didenda yang man
jumlah denanya itu sangat tidak seimbang dengan yang dilakukan unggas tersebut, apalagi
hewan ternak merupakan makhluk yang tidak mempunyai akal.

6. RUU KUHP Pasal 417 Perzinahan


Pasal ini menyatakan bahwa Setiap Orang yang melakukan persetubuhan dengan orang
yang bukan suami atau istrinya dipidana karena perzinaan dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun atau denda kategori II.
RUU KUHP tidak lagi membatasi status perkawinan, berkarakteristik genderneutral, dan
tidak mensyaratkan gugatan cerai. Pihak yang dapat ajukan pengaduan adalah pihak-pihak
yang berpotensi terkena dampak perbuatan tsb.
Dalam Pasal ini sudah jelas dibatasi status perkawinannya, karena pada kata “setiap
orang yang bukan suami atau istrinya” menjelaskan bahwa tidak lagi memandang sudah
amenikah atau tidaknya salahnya satu pihak sehingga menimbulkan multi tafsir.

7. RUU KUHP Pasal 469 Aborsi


Pasal ini menyatakan bahwa
(1) Setiap perempuan yang menggugurkan atau mematikan kandungannya atau meminta
orang lain menggugurkan atau mematikan kandungan tersebut dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun.
(2) Setiap Orang yang menggugurkan atau mematikan kandungan seorang perempuan tanpa
persetujuannya dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun.
(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan matinya perempuan
tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun.
Pasal ini dinilai berpotensi mengkriminaliasi korban perkosaan yang hamil dan memutuskan
untuk mengugurkan kandungannya. Yang harus diperhatikan menurut kelompok kami adalah
kondisi mental si korban tersebut.

8. RUU KUHP Pasal 418 Kohabitasi/ hidup bersama


Pasal ini menyatakan bahwa (1) Setiap Orang yang melakukan hidup bersama sebagai suami
istri di luar perkawinan dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau
pidana denda paling banyak kategori II.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dilakukan penuntutan kecuali
atas pengaduan suami, istri, Orang Tua atau anaknya.
(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat juga diajukan oleh kepala desa
atau dengan sebutan lainnya sepanjang tidak terdapat keberatan dari suami, istri, Orang Tua,
atau anaknya.
Pasal ini menurut kami dinilai mengancap privasi warga dan juga bisa memicu
kesewenang-wenangan dari masyarakat dan praktik kriminalisasi berlebihan .

9. RUU KUHP 415 Mempertu njukkan alat/cara menggugur kan kandungan


Pasal ini menyatakan bahwa Setiap Orang yang tanpa hak secara terang-terangan
mempertunjukkan suatu alat untuk menggugurkan kandungan, menawarkan, menyiarkan
tulisan, atau menunjukkan untuk dapat memperoleh alat untuk menggugurkan kandungan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak
kategori II.
Menurut kami pasal ini dapat menghambat penyebaran info soal alat kontrasepsi dan
kesehatan reproduksi pasal ini pun mbertentangan dengan program KB.

Anda mungkin juga menyukai