Anda di halaman 1dari 2

LAPORAN BACA

NAMA : MUHAMAD IRSYAD

NIM : 1173050070

BUKU : Dede kania hal asasi manusia dalam realitas global mingggu makmur tanjung lestarik :kab
bandung 2018

Teori Hak Asasi Manusia

Beberapa ratus tahun terakhir, perlindungan HAM dipandang sebagai sebuah kebutuhan bagi
keberadaan manusia. Walaupun terdapat beberapa perbedaan pendekatan, semua pihak sepakat untuk
memajukan HAM. Selama ini, terdapat beberapa konsep yang kontras mengenai HAM, misalnya
HAM Barat HAM Timur atau HAM Agama HAM Liberal.

Berbeda dari beberapa pemikir HAM yang mendasari konsep HAM dari natural rights-nya Santo
Thomas Aquinas, penulis mendasari konsep HAM kodrati dari ajaran agama Islam sebagai salah satu
agama samawi. Karena sesungguhnya paham HAM justru berakar dalam pengertian agama-agama
samawi tentang manusia. Agama memahami manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang
bermartabat dan mempunyai persamaan kedudukan dengan manusia lainnya di hadapan Tuhan.
Prinsip-prinsip HAM dalam agama dengan jelas tergambar dalam masing-masing kitab suci.
Perbedaan mencolok antara HAM Islam dan Barat adalah konsep indivialisme yang begitu kental
pada konsep Barat Dalam gambaran Barat manusia adalah individu yang bebas, setara dan bebas
menentukan diri sendiri. Sedangkan HAM dalam Islam dan ajaran agama lainnya menggambarkan
manusia sebagai bagian dari umat, sehingga hak-hak yang dimilikinya tidak lain dari perwujudan
kewajiban umat

1. Teori HAM dalam Islam

Ide HAM dalam Islam terdapat pada ajaran tentang tauhid. Tauhid dalam Islam, menurut Harun
Nasution, mengandung arti bahwa yang ada hanya satu Pencipta bagi alam semesta. Ajaran dasar
pertama dalam Islam adalah Laa ilaha illa Allah (Tiada tuhan selain Allah SWT.). Seluruh alam dan
semua yang ada di atas, di permukaan, dan di dalam bumi adalah ciptaan Allah SWT. Semua
makhluk, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan bahkan benda tak bernyawa sekalipun berasal dari
Allah SWT. Dengan demikian, dalam tauhid, terkandung ide persamaan dan persaudaraan seluruh
manusia. Bahkan lebih dari itu, tauhid juga mencakup ide persamaan dan persatuan semua makhluk,
benda tak bernyawa, tumbuhtumbuhan, hewan, dan manusia. Tegasnya dalam tauhid bukan hanya
terdapat ide perikemanusiaan, tetapi juga terdapat ide perikemakhlukan.

Ide perikemahhlukan ini dapat dilihat dari adanya larangan bagi manusia untuk tidak bersikap
sewenang-wenang, tetapi harus bersikap baik terhadap makhluk lain. Islam melarang manusia untuk
menyakiti binatang dan tumbuhan serta alam secara keseluruhan. Misalnya dengan suruhan untuk
menggunakan pisau yang tajam ketika menyembelih binatang, larangan untuk berbuat kerusakan di
muka bumi, dan lain-lain. Karena itu, Islam menyuruh manusia untuk berbuat baik dan menebarkan
kasih saying kepada sesama makhluk Allah SWT. di muka bumi ini.

2. HAM dalam Teori Hukum Alam

Hukum alam adalah, “.…Iaw as emanation of the Divine Providence, rooted in the nature and
reason of the man. It is both anterior and superior to positive law.
Hukum alam atau hukum kodrat adalah hukum yang digambarkan abadi, yang normanya berasal
Tuhan. Sebagai hukum yang kekal dan abadi, ia tidak terikat oleh waktu dan keadilan dalam tingkatan
yang paling mutlak bagi segenap umat manusia. hukum alam adalah hukum yang berakar pada batin
manusia atau masyarakat, dan hukum terlepas dari konvensi, perundang-undangan atau lainlain alat
kelembagaan. Sebagian isi filsafat hukum kodrati yang terdahulu adalah ide bahwa masing-masing
orang dalam kehidupan ditentukan oleh Tuhan, tetapi semua orang tunduk pada otoritas Tuhan
dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa bukan hanya kekuasaan raja yang dibatasi oleh aturan-
aturan ilahiah tetapi juga bahwa semua manusia dianugerahi identitas individu yang unik, yang
terpisah dari negara.

3. HAM dalam Teori Positivisme Hukum

Teori positivis bersama teori utilitarian merupakan penentang hak kodrati. Menurut kaum
positivis, eksiste nsi dan isi hak hanya dapat diturunkan dari hukum negara Satu-satunya hukum yang
sahih adalah perintah dari yang berdaulat. Selain itu, pendekatan yang dipergunakan hukum kodrati
dan positivisme juga berbeda Hukum kodrati pada hakikatnya non-empiris, sebaliknya positivime
menggu nakan metode-metode empiris yang mencerminkan suasana ilmiah zaman pencerahan Eropa
pada abad ke-18.

4. HAM dalam Aliran Liberalisme

Liberalisme adalah ideologi yang bertumpu kepada falsafah indivualisme, satu pandangan yang
mengedepankan kebebasan orang per orang. Dengan demikian, individu dengan segala kemampuan
atas kebebasan diberi kesempatan yang seluasluasnya untuk mengaktualisasikan dirinya dengan
maksimal. Doktrin individualisme mencakup aspek politik, ekonomi dan sosial.

5. HAM dalam Pandangan Marxisme

Ajaran sosialis, dalam ajaran dasarnya menjelaskan antara lain tentang peran negara dalam
beragam aktivitas masyarakat sehingga kesejahteraan masyarakat tercapai. Dengan demikian berarti
dalam semua gerakan sosial terutama dalam bidang ekonomi, negara selalu ikut campur.“

Adapun ajarankomunisme yang dibangun Karl Marx, ajarannya bersifat revolusioner, langkah-
langkah keras dijalankan semata-mata demi tercapainya tujuan negara Untuk mencapai tujuan
tersebut, hak-hak perseorangan dihapus dan ditiadakan secara paksa tanpa memberi kesempatan
warga untuk berbeda pendapat

Marx menyatakan bahwa apa yang disebut hukum kodrati adalah idealistik dan ahistoris, dan
dengan demikian, klaim kaum revolusioner borjuis abad ke-17 dan abad ke-18 bahwa hak kodrati
tidak dicabut atau dihilangkan, tidak dapat diterima dan dipertahankan. Menurut Marx Hak
merupakan produk dari masyarakat kaf pitaiis-boriuis, yang dirancang untuk mempertahankan dan
memperkuat posisi kelas be rkuasa yang lebih unggul.“

6. HAM dalam Konstitusi Indonesia

Dalam pelaksanaan teori HAM, Indonesia banyak dipengaruhi oleh teo ri hukum alam Hal itu
dapat dilihat dalam materi konstitusi negara, yaitu UUD 1945 yang lebih banyak berisi perihal hak
hak dasar yang melekat pada diri manusia itu sendiri sebagai suatu pemberian dari Tuhan Yang Maha
Esa. Adanya pengakuan terhadap hak-hak alamiah manusia sebagai pemberian Tuhan Yang Maha Esa
dalam hal ini harus dijaga dan dilindungi oleh semua pihak baik individu, masyarakat maupun
negara. '

Anda mungkin juga menyukai