Mirriam Budiardjo memiliki pendapat bahwa Isi Konstitusi itu sendiri memuat tentang:
a. Organisasi Negara
b. HAM
1. Nilai Normatif
Suatu konstitusi yang telah resmi diterima oleh suatu bangsa dan bagi mereka konstitusi
tersebut bukan hanya berlaku dalam arti hukum, akan tetapi juga merupakan suatu
kenyataan yang hidup dalam arti sepenuhnya diperlukan dan efektif. Dengan kata lain,
konstitusi itu dilaksanakn secara murni dan konsekuen.
2. Nilai Nominal
Konstitusi yang mempunyai nilai nominal berarti secara hukum konstitusi itu berlaku,
tetapi kenyataannya kurang sempurna, sebab pasal-pasal tertentu dari konstitusi tersebut
dalam kenyataannya tidak berlaku.
3. Nilai Semantik
4. Suatu konstitusi mempunyai nilai semantik jika konstitusi tersebut secara hukum tetap
berlaku, namun dalam kenyataannya adalah sekedar untuk memberikan bentuk dari
temapat yang telah ada, dan dipergunakan untuk melaksanakan kekuasaan politik. Jadi,
konstitusi hanyalah sekedar istilah saja sedangkan pelaksanaannya hanya dimaksudkan
untuk kepentingan pihak penguasa.
Salah satu contoh penerapan nilai normatif dalam undang-undang dasar 1945 terdapat dalam
pasal 7B. Pasal 7B mengatur mengenai pemberhatian presiden dan/atau wakil presiden yang
dapat diajukan oleh dewan perwakilan rakyat kepada majelis permusyawaratan rakyat hanya
dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada mahkamah konstitusi untuk memeriksa,
mengadili dan memutus pendapat dewan perwakilan rakyat bahwa presiden dan/atau wakil
presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap Negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa
presiden dan/atau wakil presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan/atau wakil
presiden.
Menurut K.C. Wheare ada empat sasaran yang hendak dituju dalam usaha mempertahankan
konstitusi dengan jalan mempersulit perubahannya. Adapun empat sasaran itu tersebut ialah :
1. Agar perubahan konstitusi dilakukan dengan petimbangan yang masak, tidak secara
sembarangan dan dengan sadar (dikehendaki).
2. Agar rakyat mendapat kesempatan untuk menyampaikan pandangannya sebelum
perubahan dilakukan.
3. Agar dan ini berlaku dalam negara serikat, kekuasaan negara serikat dam kekuasaan
negara-negara bagian tidak diubah semata-mata oleh perbuatan-perbuatan masing-
masing pihak secara tersendiri.
4. Agar hak-hak perorangan atau kelompok seperti kelompok minoritas bahasa atau
kelompok minoritas agama atau kebudayaannya mendapat jaminan.
Menurut Savornin Lohman ada tiga unsur yang terdapat menyelinap dalam tubuh konstitusi-
konstitusi sekarang, yaitu :
a. Konstitusi dipandang sebagai perwujudan perjanjian masyarakat (kontrak sosial) sehingga
menurut pengertian ini, konstitusi-konstitusi yang ada adalah hasil atau konklusi dari
persepakatan masyarakat yang akan mengatur mereka.
b. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia berarti perlindungan
dan jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang sekaligus penentuan batas-
batas hak dan kewajiban baik warganya maupun alat-alat pemerintahannya.
c. Sebagai forma regimenis, berarti sebagai kerangka banguanan pemerintahan, dengan
kata lain sebagai gambaran struktur pemerintahan negara.
B. Nilai Instrumental : Penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar atau nilai ideal secara lebih
kreatif dan dinamis dalam bentuk :
a. UUD 1945
b. Ketetapan MPR
c. Undang-undang
d. Pertaturan pemerintah
e. Peraturan perundangan lainnya
Bersifat khusus dan merupakan pedoman pelaksanaan kelima sila Pancasila.
C. Nilai Praksisi : Nilai yang sesungguhnya dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari
baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai praksis merupakan
penerapan dari nilai instrumental dan nilai ideal pada kehidupan sehari hari.
a. Teks Proklamasi secara tegas menyatakan bahwa yang merdeka adalah bangsa Indonesia,
bukan negara (karenatidak memenuhi syarat adanya negara dalam hal ini tidak adanya
pemerintahan).
b. Mengingat kondisi seperti ini, maka dengan segera dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang bertugas untuk membuat undang-undang. Maka, pada 18 Agustus 1945
telah terbentuk UUD 1945 sehingga secara resmi berdirilah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Jadi, UUD 1945 merupakan landasan konstitusi NKRI.
Ekonomi : peningkatan taraf hidup melalui penguasaan bumi dan air oleh negara untuk
kemakmuran bangsa.
- Kualitas bangsa : mencerdaskan bangsa agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain.
- Agar bangsa dan negara ini tetap berdiri dengan kokoh,diperlukan kekuatan pertahanan dan
keamanan melalui pola politik strategi pertahanan dan kemanan.
a. Kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan bertentangan dengan hak asasi
manusia.
b. Kehidupan berbangsa dan bernegara ini harus mendapatkan ridho Allah SWT karena
merupakan motivasi spiritual yang harus diraih jika negara dan bangsa ini ingin berdiri dengan
kokoh.
d. Cita-cita harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Untuk Indonesia, falsafah dan ideologi menjadi pokok pikiran ketahanan nasional diperoleh dari
Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi sebagai berikut:
a. Alinea Pertama, menyebutkan bahwa "sesungguhnya kemerdekaan itu hak segala bangsa
dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikeadilan" mempunyai makna : "merdeka adalah hak semua bangsa",
"penjajahan bertentangan dengan hak asasi manusia".
c. Alinea Ketiga, menyebutkan "atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan
didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat
Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya" mempunyai makna :"bila negara ingin
mencapai cita-cita maka kehidupan berbangsa dan bernegara harus mendapat ridho Allah yang
merupakan dorongan spiritual"
d. Alinea Keempat, menyebutkan "kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan/perwakilan,serta dengan mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Alinea itu mempunyai makna yaitu mempertegas
cita-cita yang harus dicapai oleh bangsa Indonesia melalui wadah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
2. Pengertian sistem
Sistem adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian yang mengikat satu sama
lain.
Unsur-unsurnya yaitu :
- Seperangkat komponen, elemen, bagian.
- Saling berkaitan dan tergantung.
- Kesatuan yang terintegrasi.
- Memiliki peranan dan tujuan tertentu.
- Interaksi antar sistem membentuk sistem lain yang lebih besar.
C. Penggolongan hukum
1. Berdasarkan Wujudnya :
- Hukum tertulis, yaitu hukum dalam bentuk tulisan dan dicantumkan dalam berbagai
peraturan negara.
- Hukum tidak tertulis, yaitu hukum yang masih hidup dan tumbuh dalam dalam
keyakinan masyarakat tertentu (hukum adat). Alat praktik ketatanegaraan hukum
tidak tertulis disebut konvensi (contoh: pidato kenegaraan presiden setiap tanggal
16 Agustus).
2. Berdasarkan Ruang atau Wilayah Berlakunya :
- Hukum lokal, yaitu hukum yang hanya berlaku di daerah tertentu (hukum adat
Manggarai-Flores, hukum adat Ende Lio-Flores, Batak, Jawa, Minangkabau, dll).
- Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku di negara tertentu (hukum Indonesia,
Malaysia, Mesir, dll).
- Hukum Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara dua negara
atau lebih (hukum perang, hukum perdata Internasional, dll).
3. Berdasarkan Waktu yang Diaturnya :
- Hukum yang berlaku saat ini (ius constitutum); disebut juga hukum positif.
- Hukum yang berlaku pada masa yang akaan datang (ius constituendum).
- Hukum antarwaktu, yaitu hukum yang mengatur suatu peristiwa yang menyangkut
hukum yang berlaku saat ini dan hukum yang berlaku pada masa lalu.
4. Berdasarkan Isi Masalah yang Diaturnya :
- Hukum Publik, yaitu hukum yang mengatur hubungan antara warga negara dan
negara yang menyangkut kepentingan umum. Dalam arti formal, hukum publik
mencakup Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana dan
Hukum Acara.
- Hukum Privat (Hukum Perdata), yaitu hukum yang mengatur kepentingan
perorangan. Perdata, berarti warga negara pribadi, atau sipil. Sumber pokok hukum
perdata adalah Buergelijk Wetboek (BW). Hukum Perdata dapat dibagi sebagai
berikut :
a. Hukum Perorangan
b. Hukum Keluarga
c. Hukum Kekayaan
d. Hukum Waris
e. Hukum Dagang (bersumber dari Wetboek Van Koopehandel)
f. Hukum Adat
D. Sumber Hukum
Adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan
memaksa.
a. Sumber Hukum Materil :
-Keyakinan
-Individu
-Umum
b. Sumber Hukum Formal
-UU
-Yurisprodensi
-Doktrin Hukum
E. Peranan Lembaga-Lembaga Peradilan
1. Klasifikasi Lembaga Peradilan dalam UU No. 4 tahun 2004, diuraikan bahwa kekuasaan
kehakiman dilakukan oleh pengadilan dalam 4 lingkungan peradilan yaitu :
a. Peradilan Umum, berwenang menyelesaikan perkara perdata dan perkara pidana.
b. Peradilan Agama, berwenang menyelesaikan perkara perdata dibidang tertentu atas
permohonan orang yang beragama Islam.
c. Peradilan Militer, berwenang menyelesaikan perkara pidana militer/tentara.
d. Peradilan Tata Usaha Negara, berwenang menyelesaikan tata usaha
negara/administrasi negara.
1. Mahkamah militer
2. Mahkamah militer tinggi
3. Mahkamah militer utama
Berikut ini beberapa pengertian HAM yang dikemukakan oleh para ahli:
1) John Locke
Hak asasi manusia adalah hak yang dibawa sejak lahir yang secara kodrati melekat pada
manusia dan tidak dapat diganggu gugat atau sifatnya mutlak.
2) Koentjoro Poerbapranoto
Hak asasi adalah hak yang sifatnya asasi yaitu dimiliki manusia menurut kodratnya dan
sifatnya suci.
5. Macam-macam HAM
1. hak asasi pribadi (personal right), misalnya hak kemerdekaan memeluk agama
dan beribadah menurut agama masinng-masing, menyatakan pendapat, berorganisasi
dan sebagainya
2. hak asasi ekonomi (property right), misalnya hak kebebasan memiliki sesuatu,
membeli dan menjual sesuatu mengadakan kontrak atau perjanjian, dan lain
sebagainya.
3. hak asasi politik (political right), misalnya hak untuk diakui dalam kedudukan
sebagai warga negara yang sederajat, ikut serta dalam pemeerintah, hak memilih dan
dipilih, mendirikan partai politik atau organisasi, mengajukan kritik dan sebagainya.
4. hak asasi sosial dan kebudayaan (social dan cultural right), misalnya hak
kebebasan memilih dan mendapatkan pendidikan, mengembangan kebudayaan dan lain
sebagainya.
5. hak memperoleh perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan
(right of legal equality).
6. hak asasi untuk memperoleh perlakuan tata peradilan dan perlindungan
hukum (procedural right), misalnya hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil
dalam peradilan, pembelaan hukum, penerapan asas pradga tak bersalah, dan
sebagainya.
v Tahun 1948 disusun rencana piagam Hak Asasi Manusia oleh Organisasi Kerja Sama
Sosial Ekonomi PBB di bawah pimpinan ny. Elanor Roosevelt.
Alinea 3, atas berkar rahmat Allah yang maha kuasa dan dengan didorongkan oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, ini merupakan
pengakuan kemerdekaan sebagai anugrah Tuhan.
1. HAM dalam batang tubuh UUD 1945 diatur secara khusus dalam pasal 28A-28J.
2. Secara umum HAM di Indonesia diatiur dalam pasal 27-34 UUD 1945
3. Hak asasi manusia dalam TAP MPR No. XVII/MPR/1998: memuat piagam HAM serta
pandangan dan sikap bangsa Indonesia terhadap HAM.
4. HAM dalam TAP MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN. Dimuat dalam arah
penyelenggaraan Negara, yaitu: mewujudkan kehidupan yang demokratis,
berkeadilan sosial, melindungi HAM.
5. Keppres No. 50 Tahun 1993 tentang Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(KOMNASHAM), yang bertugas untuk melaksanakan penyuluhan, pengkajian,
pemantauan, penelitian dan mediasi tentang HAM.
6. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang HAM yang terdiri dari XI Bab dan 106
pasal.
7. PP no. 2 Tahun 2002 tentang tata cara perlindungan terhadap korban dan saksi
dalam pelanggaran HAM yang berat
8. PP No. 3 Tahun 2002 tentang kompensasi, restitusi dan rehabilitasi terhadap
korban pelanggaran HAM berat.
Kompensasi: ganti kerugian yang diberikan oleh negara karena pelaku yang tidak
terbukti beersalah.
Restitusi: ganti kerugian yang diberikan kepada korban ataukeluarganya oleh pelaku
ataupihak ketiga yang dapat berupa pengembalian barang milik, pembayaran ganti rugi
untuk kehilangan, dan penggantian biaya untuk tindakan tertentu.
1. Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang komisi nasional anti kekerasan terhadap
perempuan.
2. UU No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan HAM, sebagai peradilan khusus
dilingkungan peradilan umum
Peran serta Indonesia dalam Gerakan Non Blok adalah sebagai berikut :
b. Presiden Soekarno sebagai duta untuk penyampaian KTT Non Blok I kepada Presiden
Amerika serikat John F. Kennedi.
c. Indonesia menjadi penyelenggara sekaligus ketua Gerakan Non Blok dalam KTT GNB
di Jakarta pada Bulan September 1992.
d. Presiden Soeharto merintis dibukanya kembali Dialog Untara Selatan yang telah
lama mengalami pemutusan, yakni dalam KTT G-7 di Tokyo Jepang tahun 1993.
Konferensi Asia Afrika diadakan di kota Bandung pada tanggal 19 april 1955 dan
dihadiri oleh 29 negara kawasan Asia dan Afrika. Konferensi ini menghasilkan 10 butir hasil
kesepakatan bersama yang bernama Dasasila Bandung atau Bandung Declaration.
Dengan adanya Dasa Sila Bandung mampu menghasilkan resolusi dalam persidangan PBB
ke 15 tahun 1960 yaitu resolusi Deklarasi Pembenaran Kemerdekaan kepada negara-
negara dan bangsa yang terjajah yang lebih dikenal sebagai Deklarasi Dekolonisasi.
1. Menghormati hak-hak dasar manusia seperti yang tercantum pada Piagam PBB.
2. Menghormati kedaulatan dan integritas semua bangsa.
3. Menghormati dan menghargai perbedaan ras serta mengakui persamaan semua ras
dan bangsa di dunia.
5. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri baik sendiri maupun
kolektif sesuai dengan piagam pbb.
b. Diberi kepercayaan sebagai penyelenggara KTT Asean I. KTT ini dilaksanakan di Bali
pada tanggal 23-24 Februari 1976. Salah satu kesepakatan yang dihasilkan KTT
Asean I adalah pembentukan Sekretariat Asean di Jakarta.
c. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asean pertama adalah H.R. Dharsono, seorang putra
Indonesia.
N Pasal Kewajiban
o
1 27 ayat 1 Menaati hukum dan pemerintahan
2 27 ayat 3 Membela negara
3 30 ayat 1 Menjaga pertahanan dan keamanan negara
4 33 ayat 2 dan Mempercayai negara dalam menguasai bumi, air, dan
3 kekayaan alam untuk kepentingan rakyat
N Pasal Hak
o
1 27 ayat 1 Mendapatkan persamaan kedudukan warga negara di
hadapan hukum dan pemerintahan
2 27 ayat 2 Mendapatkan kehidupan dan pekerjaan yang layak
3 28 Mendapatkan kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapatbaik lisan maupun tulisan
4 28 A Mendapatkan hidup serta hak mempertahankan hidup
5 28 C ayat 1 Mengembangkan diri dan pendidikan
6 28 D ayat 1 Mendapatkan sistem hkum yang adil
7 28 I ayat 4 Has asasi warga negara
8 29 ayat 2 Mendapatkan kemerdekaan untuk memeluk agamadan
menjalankan masing-masing
9 31 ayat 2 Mendapatkan biaya pendidikan dasar
1 34 Mendapatkan pemberian jaminan sosial
0
Faktor Internal :
N Faktor Penjelasan
o
1 Keadaan psikologis para Pelaku dalam keadaan kurang waras atau tertekan saat
pelaku melakukan pelanggaran
2 Sikap egois Pelaku hanya memikirkan diri sendiri, tanpa memikirkan
perasaan orang lain terutama orang yang ia langgarhak
asasinya
3 Tidak toleran pada orang Pelaku tidak memberikan toleransi kepadada orang lain
lain dalam menghadapi masalah besar maupun masalah kecil
4 Tingkat kesadaran HAM Pelaku tidaktau dan tidak mengerti tentang pelanggaran
pelaku sangat rendah HAM
5 Adanya pandangan HAM Pelaku merasa bebas karena dia tahu dia punya hak
bersifat individualistic sebagai manusia, sehingga mementingkan dirisendiri
tanpa memikirkan kepentingan orang lain
6 Tidak memiliki rasa empati Pelaku seenaknya melakukan pelanggaran HAM, tanpa
dan rasa kemanusiaan memikirkan rasa kemanusiaan
7 Sifat individualistik Pelaku tidak ingin bersoaialisasi dengan masyarakat
8 Adanya dendam Pelaku memiliki dendam terhadap orang lain yang
menyebabkan si pelaku melakuakn pelanggaran HAM
9 Adanya deskriminasi dari Pelaku sering mendapat perlakuan deskriminasi dari orang
orang yang ada dalam terdekatnya
kesehariannya
Faktor Eksternal
N Faktor Penjelasan
o
1 Ketidaktegasan aparat Perangkat hukum seperti polisi yang tidak tegas sehingga
penegak hokum sering terjadi pelanggaran HAM
2 Struktur sosial dan politik Kesenjangan sosial memberikan dampak negatif, terlebih
yang memungkinkan memberikan dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM
terjadinya pelanggaran
hukum dan HAM
3 Teknologi yang digunakan Kemajuan teknologi dapat memberikan pengaruh yang
secara tidak tepat positif, tetapi dapat dapat juga memberikan pengaruh
negatif bahkan dapat memicu timbulnya kejahatan
4
1. Konsep Kekuasaan
Konsep kekuasaan Negara menurut demokrasi sebagai terdapat dalam UUD 1945 sebagai
berikut:
A. Kekuasaan di Tangan Rakyat
a) Pembukaan UUD Alinea IV
b) Pokok pikiran dalam Pembukaan UUD 1945
c) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 ayat (1)
d) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik.
e) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 1 Ayat (2)
f) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
Berdasarkan ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam negara Republik Indonesia
pemegang kekuasaan tertinggi atau kedaulatan tertinggi adalah ditangan rakyat dan
realisasinya diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara. Sebelum dilakukan amandemen
kekuasaan tertinggi dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat
B. Pembagian Kekuasaan
Sebagai dijelaskan bahwa kekuasaan tertinggi adalah ditangan rakyat, dan dilakukan munurut
Undang-Undang Dasar, oleh karena itu pembagian kekuasaan menurut demokrasi
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah sebagai berikut:
a) Kekuasaan Ekskutif, didelegasikan kepada Presiden (Pasal 4 ayat 1 UUD 1945).
Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.
b) Kekuasaan Legislatif, didelegasikan kepada Presiden dan DPR dan DPD (Pasal 5 ayat 2,
pasal 19 dan pasal 22 C UUD 1945).
Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya. (pasal 5 ayat(2)).
Susunan dan kedudukan Dewan Perwakilan Daerah diatur dengan undang-undang.*** )
(pasal 22 C ayat 4)
c) Kekuasaan yudikatif, didelegasikan kepada Makhamah Agung (pasal 24 ayat 1 UUD
1945).
Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
d) Kekuasaan Inspektif, atau pengawasan didelegasikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hal ini termuat dalam UUD 1945 pasal 20 ayat 1.
Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.*)
Dalam UUD 1945 hasil amandemen tidak ada kekuasaan Konsultatif, yang dalam UUD lama.
Didelegasikan kepada Dewan Pertimbangan Agung (DPA), (pasal 16 UUD 1945) Mekanisme
pendelegasian kekuasaan yang demikian ini dalam khasanah ilmu hukum tatanegara dan
ilmu politik dikenal dengan istilah Distribution Of Power yang merupakan unsur mutlak dari
negara demokrasi.
C. Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurut konsep UUD 1945, dapat dilihat melalui proses atau
mekanisme 5 tahunan kekuasaan dalam UUD 1945 sebagai berikut
a) Pasal 1 ayat 2 UUD 1945, kedaulatan politik rakyat dilaksanakan lewat pemilu untuk
membentuk MPR dan DPR setiap 5 tahun sekali. Majelis Permusyawaratan Rakyat memiliki
kekuasaan melakukan perubahan terhadap UUD, melantik Presiden dan wakil Presiden, serta
melakukan impeachment terhadap presiden jika kalau melanggar konstitusi
b) Pasal 20 A ayat 1
c) Dewan Perwakilan Rakyat memiliki fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi
pengawasan.** )
d) Rakyat kembali mengadakan pemilu setelah membentuk MPR dan DPR
3. Konsep Pengawasan
Konsep pengawasan menurut UUD 1945 ditentukan sebagai berikut:
a) Pasal 1 ayat 2, rakyat memiliki kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan
didistribusikan berdasarkan UUD. Berbeda dengan UUD lama sebelum dilakukan amandemen,
MPR yang memiliki kekuasaan tertinggi sebagai penjelmaan kekuasaan rakyat. Maka menurut
UUD hasil amandemen MPR kekuasannya menjadi terbatas, yaitu meliputi presiden dan wakil
presiden dan memberhentikan presiden sesuai dengan masa jabatannya atau jikalau
melanggar UUD.
b) Pasal 2 ayat 1, MPR terdiri atas DPR dan Anggota DPD. Berdasarkan ketentuan tersebut
maka menurut UUD 1945 hasil amandemen MPR hanya dipilih melalui Pemilu.
c) Penjelasan UUD 1945 tentag DPR
Berdasarkan ketentuan tesebut maka konsep pengawasan menurut demokrasi Indonesia
sebagai tercantum UUD 1945 pada dasarnya adalah sebagai berikut:
a) Dilakukan oleh seluruh warga negara. Karena kekuasaan didalam system ketatanegaraan
Indonesia adalah di tangan rakyat
b) Secara formal keatanegara pengawasan berada pada DPR.
4. Konsep Partisipasi
Konsep partisipasi menurut UUD 1945 adalah:
a) Pasal 27 ayat 1.
Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
b) Pasal 28.
Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang
c) Pasal 30 ayat 1.
Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
negara.** )
Dapat disimpulkan juga bahwa konsep demokrasi atau pemerintahan rakyat yang diterapkan
dinegara Indonesia itu berdasarkan pada tiga hal, yaitu :
1. Nilai-nilai filsafah pancasila atau pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat berdasarkan
sila-sila pancasila.
3. Merupakan konsekuensi dan komitmen terhadap nilai-nilai pancasila dan UUD 1945.
Masuknya kebudayaan dari luar terjadi melalui proses akulturasi (percampuran kebudayaan).
Kebudayaan dari luar itu adalah kebudayaan Hindu, Islam, Kristen, dan unsur-unsur kebudayaan
lain yang beraneka ragam. Semua unsur-unsur kebudayaan yang datang dari luar diseleksi oleh
bangsa Indonesia. Kemudian, sifat-sifat lain terlihat dalam setiap pengambilan keputusan yang
menyangkut kehidupan bersama yang senantiasa dilakukan dengan jalan musyawarah dan
mufakat. Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan bangsa Indonesia. Jadi, persatuan
dan kesatuan bangsa dapat mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah,
dan lain-lain.
Apabila semua aspek kehidupan manusia ingin terbentuk secara harmonis, sebaiknya didasari
oleh nilai persatuan dan kesatuan. Dalam kehidupan bernegara, pengamalan sikap persatuan
dan kesatuan diwujudkan dalam bentuk perilaku, antara lain:
4. menghindari penonjolan SARA. Lebih dari 84 tahun yang lalu para pemuda Indonesia telah
mengikrarkan bentuk perilaku yang mendukung persatuan dan kesatuan. Ikrar
kesepakatan para pemuda tersebut diwujudkan dalam sumpah yang dicetuskan pada
tanggal 28 Oktober 1928.
Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia seperti dinyatakan dalam Sumpah Pemuda
merupakan bentuk perilaku mengamalkan tetap tegaknya persatuan dan kesatuan. Salah satu
contoh perilaku mendukung persatuan dan kesatuan lainnya, yaitu kita memiliki rasa bangga
sebagai bangsa dan negara.
Bentuk dari rasa bangga terhadap bangsa dan negara diwujudkan dengan sikap mencintai dan
menggunakan produk dalam negeri. Apabila produk dalam negeri digunakan, dengan sendirinya
para pengusaha yang menciptakan berbagai produk dan pegawainya akan tetap memiliki
penghasilan dan dapat menciptakan kesejahteraan rakyat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang
sejahtera akan lebih kuat memiliki bangsa dan negara Indonesia jika dibandingkan dengan
masyarakat yang tidak sejahtera.
Alinea kedua Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan, seluruh tindakan pemerintah, rakyat, dan bangsa
Indonesia harus mengarah kepada terciptanya keadilan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa
Indonesia.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman masyarakat
Indonesia saat ini. Pada awalnya Bhinneka Tunggal Ika dahulu hanya untuk menyatukan
kehidupan di tengah keberagaman beragama dan keyakinan, ternyata semboyan ini masih
sangat sesuai dengan keadaan Indonesia saat ini. Masyarakat Indonesia semakin hari semakin
memiliki keberagaman yang sangat banyak. Kita tidak hanya beranekaraga dalam agama, suku
bangsa, ras, budaya, dan gender. Namun juga semakin beragam dalam cara berpikir,
berpendapat, berorganisasi, partai politik, aliran musik, cara berpakaian, dan sebagainya.
Mengenai definisi wawasan Nusantara, berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998
tentang GBHN, wawasan Nusantara yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada
Pancasila dan berdasarkan UUD 1945, adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia
mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
Berbagai peristiwa yang terjadi di tanah air sekarang, dapat Anda saksikan di media
massa. Bagaimana tingkah laku para wakil rakyat, pelajar, mahasiswa, dan juga kelompok
masyarakat yang menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka masih kurang memiliki kesadaran
berbangsa dan bernegara. Krisis-krisis yang terjadi di Indonesia sangat lambat perubahannya,
sangat berbeda dengan negara-negara lain yang begitu cepat dalam mengatasi krisis. Hal ini
merupakan perhatian bagi semua warga negara bahwa kesadaran berbangsa dan bernegara
sangatlah diperlukan.
Membangun kesadaran berbangsa dan bernegara kepada semua, merupakan hal yang
sangat penting karena pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang tidak dapat
dipisahkan dari perjalanan panjang bangsa ini. Kesadaran berbangsa dan bernegara jangan
diperkirakan hanya berlaku pada pemerintah saja, tetapi harus lebih luas memandangnya,
sehingga dalam penerapannya pemuda lebih kreatif dalam menerapkan arti sadar berbangsa
dan bernegara ini dalam kehidupannya tanpa menghilangkan hakikat kesadaran berbangsa dan
bernegara itu sendiri.
Kesadaran berbangsa dan bernegara merupakan sikap seseorang yang harus sesuai
dengan kepribadian bangsa yang selalu dikaitkan dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa.
Mewujudkannya dapat dilakukan dengan mencegah perkelahian antarperorangan atau
antarkelompok dan menjadi anak bangsa yang berprestasi, baik di tingkat nasional maupun
internasional.
Kesadaran dalam berbangsa dan bernegara, yaitu membina kerukunan serta menjaga
rasa persatuan dan kesatuan antarwarga negara. Kesadaran berbangsa dan bernegara dapat
dimulai dari lingkungan terkecil atau keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan,
lingkungan kerja, dan lain-lain. Dalam perwujudannya, dapat dilakukan dengan cara mencintai
budaya bangsa, mencintai produksi dalam negeri, mengakui, menghargai, dan menghormati
bendera merah putih, lambang negara, lagu kebangsaan Indonesia Raya, menjalankan hak dan
kewajiban sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan mengutamakan kepentingan
bangsa di atas kepentingan pribadi, keluarga, dan golongan.
Pemahaman tentang wawasan Nusantara akan menyadarkan warga negara untuk memiliki
cara pandang dan konsepsi wawasan Nusantara untuk dapat mengerti, memahami, dan
menghayati tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Pandangan wawasan Nusantara
dapat menjawab tantangan dunia tentang globalisasi dan era baru kapitalisme. Wawasan
Nusantara sangat penting untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Orang tua harus mempunyai kesadaran dan memberikan contoh bersikap dan berperilaku
yang menjunjung tinggi pluralitas.
Rasa memiliki dan bangga berbangsa Indonesia, tegasnya hukum di Indonesia, dan pemerataan
kesejahteraan setiap daerah. Pemerintah harus mampu memberikan pemahaman kepada rakyat
bahwa hanya ideologi Pancasila yang dapat dijadikan pedoman dalam mengarungi kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi yang sama
bagi seluruh warga negara Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan fraksi-fraksi
antarkelompok dalam konteks sosiologis, politis, serta demokrasi dianggap hal yang wajar.
Perbedaan tersebut dapat menghasilkan masyarakat yang dinamis, kreatif, dan sinergis untuk
saling menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang harus dihindari adalah perbuatan
atau tindakan yang melanggar norma-norma.
Pertanyaanya adalah isi jiwa apakah dari Bangsa Indonesia yang hendak dipresentasikan
dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika ? Melihat coraknya Pancasila,maka Bhinneka Tunggal Ika
merupakan sumbernya, maka kiranya tidak jauh dari kebenaran kalau diambil kesimpulan,
bahwa isi jiwa tentang tempatnya manusia, individu dalam pergaulan hidup manusia dari bangsa
Indonesia adalah prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai implementasi berpancasila.
Proposisi ilahiah adalah selaras dengan makna hermenuetika hukum dari prinsip
Bhinneka Tunggal Ika, artinya walaupun bangsa Indonesia itu berbeda-beda secara multi agama,
multi suku, multi budaya dst tetapi sesungguhnya berasal dari satu diri, yaitu bangsa Indonesia,
dan basis terkecil dari suatu bangsa adalah keluarga, yaitu kesatuan, kelompok, pergaulan
hidup manusia yang terdiri dari manusia yang berbeda-beda; ayah , ibu, anak-anak, ayah dan
ibu berbeda dari anak dalam umurnya, ayah dan ibu berbeda satu sama lain dalam kelamin; pria
dan wanita:pun anak-anak terdiri dari pria dan wanita; dan last but not least, diantara sekian
banyak manusia yang hidup bersatu merupakan keluarga itu, bahkan andaikata terdapat
diantaranya anak kembar, tidak ada yang sama kepribadianya. Katakanlah: "Tiap-tiap orang
berbuat menurut keadaannya masing-masing" Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih
benar jalannya.
Secara hermenuetika hukum hal itu dapat dikemukakan, bahwa makna Bhinneka
Tunggal Ika dalam hubungannya manusia Indonesia, yaitu persatuan dalam
Perbedaan/keragaman; Perbedaan/keragaman dalam persatuan yang disimpulkan dalam
pengertian "kekeluargaan", Jadi jika benar bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah sumber dari
Pancasila, maka menurut pandangan bangsa Indonesia atau menurut pandangan bangsa Barat
yang dilukiskan dengan "Men are created free and equal" , -Manusia dilahirkan bebas dan
merdeka, yang satu terpisah dari lainnya sumber ini ditemukan kembali dalam seluruh lembaga
kehidupan ketatanegaraan, hukum , dan sebagainya, maka kebenaran Bhinneka Tunggal Ika itu
harus diketemukan kembali dalam pembacaan Pancasila secara hermenuetika hukum dalam
Lambang Negara.
"Sila Pertama dari Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti bangsa Indonesia
percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa, mengandung arti juga, seluruh alam ciptaan-Nya ini
adalah berbeda-beda, beraneka ragam ciptaannya melainkan merupakan satu kesatuan yang
terbedakan tetapi tak dapat terpisahkan satu sama lain, tetapi terdapat hubungan satu sama
lainnya. Jadi persatuan dalam perbedaan. keanekaragaman;
Perbedaan/keanekaragaman dalam persatuan dan sila kesatu ini menyinari keempat sila lainnya
dari Pancasila.
Sila Kedua dari Pancasila Kemanusian yang adil dan beradab, maknanya adalah bahwa
kemanusian yang beraraskan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, yang menjunjung nilai-nilai
kemanusian yang sesungguhnya adalah manusia-manusia Indonesia yang mewujudkan sifat-
sifat Tuhan atau dalam tataran Islam mewujudkan As Ma'ul Husna dan salah satunya adalah
Yang Maha Adil. Jadi Perbedaan dalam persatuan/keaneragaman dan persatuan dalam
perbedaan/keaneka ragaman, artinya walaupun manusia berbeda agamanya, kebudayaannya
dan adat istiadatnya, maka sifat-sifat Tuhan yang hendak diwujudkan adalah bersifat universal
(Logosentrime) yaitu: Sifat Tuhan Yang Maha Esa,misalnya kejujuran, kebenaran dan menjadi
tugas manusialah mewujudkan sifat-sifat Tuhan itu dalam kehidupan antar manusia Indonesia,
ketika manusia menegakan keadilan sesungguhnya mereka sedang mewujudkan sifat-sifat Tuhan
dalam asma ul husna, yaitu Yang Maha Adil.
Sila Ketiga Persatuan Indonesia, adalah negara yang bangsanya terdiri dari Bhinneka
Tunggal Ika yang sesungguhnya adalah satu, yaitu Bangsa dan Negara Indonesia yang
berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa- negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa (pasal 29 ayat 1 UUD 1945) dan kemerdekaan negara Indonesia adalah atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan didorong keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas (alinea 3 Pembukaan UUD 1945), itulah Negara Indonesia yang anak-anak bangsanya
bersatu berdasarkan jiwa dan semangat Ketuhanan Yang Maha Esa atau nilai-nilai universal yang
diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa atau asma ul husna.
Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/Perwakilan, maknanya, bahwa musyawarah itu memerlukan sekurang-kurang
dua orang, ialah dua orang yang berlainan pendapat, Kalau tidak berlainan pendapat maka tidak
mungkin terdapat musyawarah. Walaupun ada perbedaan tetapi muaranya mencari kebulatan,
kesatuan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam perwakilan; Jadi persatuan dalam
perbedaan; Perbedaan dalam persatuan. Prinsip inipun dicahayai oleh sifat-sifat Tuhan Yang
Maha Esa dalam mewujudkan sistem kerakyatan itulah Demokrasi Indonesia yang berbasiskan
Ketuhanan Yang Maha Esa (Demokrasi berbasiskan Teokrasi).
Sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maknanya apa yang
dimusyawarahkan atau yang diputuskan dalam kesepakatan oleh perwakilan rakyat Indonesia
semuanya itu adalah dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
bukan untuk golongan atau segelintir individu di bangsa ini.
Dengan demikian Sila Kesatu menyinari keempat sila lainnya arti Ketuhanan Yang Maha
Esa menjadi nur bagi manusia-manusia Indonesia yang relegius, kemudian manusia manusia
Indonesia bersatu membentuk persatuan Indonesia dengan prinsip keneka ragaman dalam
persatuan dan persatuan dalam keaneka ragaman (Bhinneka Tunggal Ika) dalam bentuk
Negara kebangsaan Indonesia, itulah NKRI dengan menjalankan Kerakyatan atau demokrasi
versi Indonesia yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
yang mewakili rakyat Indonesia, dan hasil musyawarah tersebut diwakili oleh elemen rakyat
Indonesia itu semua ditujukan untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
artinya secara hermenuetika hukum dapat dipaparkan sebagai berikut manusia-manusia
Indonesia membentuk persatuan Indonesia dalam bentuk Negara Republik Indonesia yang
berdemokrasi Indonesia untuk menyepakati kesepakatan-kesepakatan hukum dalam berbagai
bidang kehidupan dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang
disinari dan dibentengi serta berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa yang secara semiotika
hukum Pancasila dibaca secara berthawaf mulai dari Sila Kesatu ke sila Kedua, ke sila Ketiga, ke
sila Keempat, ke sila Kelima, sebagaimana dimaksud dalam UU Nomor 24 Tahun 2009.
Pasal 46 UU Nomor 24 Tahun 2009 menyatakan, bahwa Lambang Negara Kesatuan Republik
Indonesia berbentuk Garuda Pancasila yang kepalanya menoleh lurus ke sebelah kanan, perisai
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka
Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Pasal 47 UU Nomor 24 Tahun
2009 (1) Garuda dengan perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 memiliki paruh, sayap,
ekor, dan cakar yang mewujudkan lambang tenaga pembangunan. (2) Garuda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memiliki sayap yang masing-masing berbulu 17, ekor berbulu 8, pankal
ekor berbulu 19, dan leher berbulu 45.
Pasal 48 UU Nomor 24 Tahun 2009 ayat (1) Di tengah-tengah perisai sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 46 terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan katulistiwa. Ayat (2) Pada
perisai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 terdapat lima buah ruang yang mewujudkan
dasar Pancasila sebagai berikut: a. dasar Ketuhanan Yang Maha Esa dilambangkan dengan
cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima; b. dasar Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian
kiri bawah perisai; c. dasar Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian
kiri atas perisai; d. dasar Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan atas
perisai; dan e. dasar Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas
dan padi di bagian kanan bawah perisai.(cetak tebal dan miring dari penulis)
Teks normatif hukum peraturan perundang-undangan tersebut di atas khususnya pasal 48 ayat
(2), jika dibaca secara semiotika hukum dinamakan model Pancasila berthawaf yang seharusnya
menjadi dasar reaktualisasi semiotika hukum Pancasila, yaitu dalam kedudukan Pancasila
sebagai cita hukum dan sebagai sumber hukum negara serta dijadikan model ketika memetakan
asas-asas dan seluruh jenis peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam kedudukan
seperti ini Pancasila sebagai cita hukum memiliki legitimasi filosofis, yuridis, dan sosiologis atau
didalam kapasitas ini Pancasila telah diderivikasikan kedalam norma-norma dalam kehidupan
kenegaraan dan kebangsaan sehingga tidak menutup pembacaan semiotika hukum Pancasila
hanya dianalisis saat kelahirannya (sejarah perancangan Pancasila) sebagai produk sejarah atau
secara historis yuridis dan eksplanasi teori sistem norma hukum dengan menggunakan model
hirarkis piramida sebagai satu-satunya penafsiran semiotika hukum Pancasila sebagai cita
hukum bagi bangsa Indonesia yang sedikit banyak terpengaruh dengan paham positivisme
hukum Hans Kelsen yang kemudian dikembangkan oleh para penstudi hukum Indonesia seperti
Notonagoro dan para pengikutnya tetapi menutup pembacaan Pancasila berdasarkan perisai
Pancasila pada Lambang Negara rancangan Sultan Hamid II anak bangsa Indonesia sendiri dari
luar Jawa, tetapi bangsa ini melupakannya dan sejarah selalu ditafsirkan berdasarkan selera
Jawa sentris benarkah gambar lambang negara kita burung Garuda, bukankah Elang Rajawali
Pancasila dengan semboyan bhinneka Tunggal Ika sebagaimana pidato Bung Karno 22 Juli 1958
Terbang-terbanglah Elang Rajawali, karena garuda adalah burung mitologi yang berbentuk
setengah burung setengah manusia, sedangkan PP Nomor 66 Tahun 1951 dalam penjelasannya
menyatakan: Burung Garuda yang menurut perasaan bangsa Indonesia berdekatan
dengan burung elang rajawali demikian juga dalam UU Nomor 24 Tahun 2009 sebagai
pengganti PP Nomor 66 Tahun 1951 juga menyatakan hal yang sama dalam penjelasan pasal
46 : Yang dimaksud dengan Garuda Pancasila adalah lambang berupa burung garuda yang
sudah dikenal melalui mitologi kuno yaitu burung yang menyerupaiburung elang rajawali.
Kesadaran artinya menyadari bahwa bangsa Indonesia berbeda dengan bangsa lain, khususnya
dalam konteks sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Seluruh elemen masyarakat harus ikut
bertanggung jawab menanamkan kesadaran ini.Untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa dan
bernegara dimasyarakat adalah dengan mengembangkan nilai-nilai Pancasila dan kepekaan
sosial.Upaya Bangsa dan Negara agar dapat Bersaing dalam Era Globalisasi.
Sidang BPUPKI pertama (29 Mei-1 Juni 1945) membicarakan Dasar Negara Indonesia
Merdeka. Tokoh-tokoh yang menyampaikan pendapatnya adalah Mr. Muh. Yamin, Prof.
Dr.Soepomo, dan Ir. Soekarno. Berikut adalah usulan dasar negara masing-masing tokoh.
A. Rumusan dasar Negara yang B. Rumusan dasar Negara D. Rumusan dasar Negara
diajukan oleh Muhammad Yamin yang diajukan oleh Mr. yang diajukan oleh Ir.
yang diajukan secara lisan pada Soepomo tanggal 31 Mei Soekarno, Tgl. 1 Juni 1945!
tanggal 29 Mei 1945. 1945.
1. Kebangsaan
1. Peri kebangsaan 1. Persatuan Indonesia Indonesia
5. Kemakmuran
Indonesia dalam
ikatan Asia Timur Raya
Pada akhir sidang pertama BPUPKI dibentuklah panitia kecil yang terdiri atas delapan
orang dengan tugas memeriksa usulan tentang dasar negara yang masuk untuk ditampung dan
kemudian dilaporkan kepada sidang BPUPKI berikutnya. Panitia kecil ini terdiri atas Ir. Soekarno,
Drs.. Mohammad Hatta, Mr. A. A. Maramis, Ki Bagus Hadikusumo, M. Sutardjo Kartohadikusumo,
R. Oto Iskandardinata, Mr. Muh Yamin, dan K. H. Wahid Hasjim.
Pada 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan BPUPKI dan panitia sembilan.
Rapat tersebut menghasilkan hal-hal sebagai berikut.
1. Supaya selekas-lekasnya Indonesia merdeka.
2. Supaya hukum dasar yang akan dirancang diberi Preambule (pembukaan).
3. Supaya BPUPKI terus bekerja sampai terwujudnya suatu hukum dasar.
4. Membentuk Panitia Kecil perumus dasar negara.
Kemudian, Panitia kecil dibentuk dengan jumlah sembilan orang terdiri atas Ir Soekarno
(ketua), Drs. Mohammad Hatta, Mr. AA. Maramis, Abikoesno Tjokrosoeyoso, Abdulkahar Muzakir,
H. Agus Salim, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Muhammad Yamin, dan KH Wahid Hasjim. Pada tanggal
22 Juni 1945 berhasil merumuskan dengan sebutan Piagam Jakarta atau Jakarta Charter. Dalam
piagam tersebut tercantum rumusan Pancasila, yaitu
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.
2. Kemanusiaann yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaran perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pada sidang BPUPKI kedua (10 Juli - 17 Juli 1945) hanya menyiapkan rancangan Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia Merdeka yang diketuai oleh Ir Soekarno, rancangan ekonomi
dan keuangan diketuai Moh Hatta, dan rancangan pembelaan tanah air diketuai oleh Abikoesno
Tjokrosoeyoso. Dengan demikian, tanggal 17 Juli 1945, BPUPKI telah mendapatkan tiga
rancangan dan dianggap selesai tugasnya.
Setelah BPUPKI bubar, dibentuklah pada 7 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang anggota-anggotanya terdiri atas orangorang yang berpengaruh di
masyarakat ketika itu dan dianggap mewakili berbagai macam daerah dan golongan dari seluruh
Indonesia. Ketuanya Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moh Hatta. Jumlah anggota PPKI berjumlah
21 orang. Ketika Jepang di bom atom oleh sekutu di Hirosima dan Nagasaki, terjadilah
kekosongan kekuasaan. Tentara Jepang menyerah kepada sekutu. Pada saat inilah kesempatan
digunakan untuk memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah
proklamasi, PPKI mengadakan sidang dan merumuskan beberapa hal berikut.
1. Mengesahkan dan menetapkan Pembukaan UUD 1945 yang bahan-bahannya hampir
seluruhnya diambil dari Piagam Jakarta. Namun, ada perubahan, yaitu:
a. Kata Hukum Dasar diganti menjadi Undang-Undang Dasar.
b. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pe
meluknya diganti menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.
c. Permusyawaratan perwakilan diganti menjadi permusyawaratan/ perwakilan.
2. Mengesahkan dan menetapkan UUD.
3. Menetapkan Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil
presiden Republik Indonesia.
Selain pembentukan undang-undang, pada saat ini DPR begitu besar kekuasaannya dalam
mengontrol setiap kebijakan pemerintah. Kekuasaan tersebut terlihat dari hak-hak yang
dimiliki oleh DPR seperti hak interpelasi, hak angket, dan hak menyatakan pendapat.
Dengan ketiga hak tersebut, DPR menjadi lembaga penyeimbang sehingga kebijakan-
kebijakan yang diambil oleh pemerintah dapat dikendalikan dan dipastikan kebijakan
tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
c. Kekuasaan kehakiman
Kekuasaan kehakiman disebut juga kekuasaan yudikatif. Sebelum dilakukannya perubahan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, kekuasaan kehakiman
dijalankan oleh Mahkamah Agung beserta lembaga peradilan yang ada di bawahnya. Hal
ini ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (1) yang menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan
oleh sebuah Mahkamah Agung dan lain-lain badan kehakiman menurut undang-undang.
Setelah perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
kekuasaan kehakiman dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Pasal
24 Ayat (2) menyatakan Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung
dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyebabkan
perubahan fundamental dalam pengelolaan kekuasaan kehakiman. Mahkamah Agung
tidak lagi menjadi satu-satunya pemegang kekuasaan tersebut. Terdapat Mahkamah
Konstitusi sebagai mitra dalam menyelegarakan kekuasaan kehakiman. Hal tersebut
memberikan peluang yang lebih besar bagi setiap warga negara untuk mencari keadilan
dan kepastian hukum.
Pasal 33
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara.
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
pergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 34
Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak.
b. 2.DPRD-GR
1) Terdiri dari wakil golongangolongan politik dan golongan-
golongan karya.
2) Anggota DPRD-GR diajukan oleh kepala daerah kepada
instansi atasan mereka masingmasing (golongan politik dan
golongan karya).
3) Kepala daerah secara ex-officio adalah Ketua DPRD-GR
(bukan anggota).
Undang-Undang RI
Nomor 22 Tahun 1. Kepala daerah provinsi (gubernur), kepala daerah kabupaten
1999 (bupati), kepala daerah kota (walikota) camat, lurah/kepala
desa.
Pemerintahan daerah merupakan alat kelengkapan negara untuk mencapai cita-cita dan tujuan
negara sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 alinea ke-2 dan ke-4. Untuk mencapai hal tersebut, tentu saja
pemerintahan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian cita-cita dan
tujuan negara.
Untuk mendukung program Pemerintah Pusat dalam mencapai tujuan nasional, berdasarkan
ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah selaku pengelola kekuasaan negara di daerah
otonom mempunyai kewajiban sebagai berikut:
a. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat;
c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;
d. Mewujudkan keadilan dan pemerataan;
e. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan;
f. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;
g. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak;
h. Mengembangkan sistem jaminan sosial;
i. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah;
j. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah;
k. Melestarikan lingkungan hidup;
l. Mengelola administrasi kependudukan;
m. Melestarikan nilai sosial budaya;
n. Membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan
kewenangannya;
o. Kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Kemudian, selain mempunyai kewajiban, pemerintahan daerah juga mempunyai hak selaku
pengelola daerah otonom, di antaranya adalah:
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya;
b. memilih pimpinan daerah;
c. mengelola aparatur daerah;
d. mengelola kekayaan daerah;
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah;
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah; dan mendapatkan hak lainnya
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Urusan wajib dan urusan pilihan untuk pemerintahan daerah provinsi tentu saja berbeda dengan
pemerintahan daerah kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan ruang lingkup urusan pemerintahan
daerah provinsi lebih luas dibandingkan dengan pemerintahan daerah kabupaten/kota seperti
yang terlihat dalam tabel di bawah ini.
Perbedaan struktur pemerintahan Indonesia sebelum amandemen UUD 1945 dan setelah
amandemen UUD1945.
3. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya sesuai UUD
Hak dan Kewajiban anggota MPR dalam menjalankan tugas dan wewenang
hak anggota DPR
1. mengusulkan perubahan pasal-pasal UUD.
4. membela diri
5. imunitas
6. protokoler
7. keuangan dan administratif
1. mengamalkan Pancasila
Wewenang DPR
1. Membuat Undang-undang(fungsi legislasi)
2. Hak Angket
4. Mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang berkait dengan kepentingan
daerah.
4. memegang teguh UUD dan menjalankan seluruh undang-undang dan peraturann dengan
selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa
Selain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, Presiden merupakan panglima angkatan
tertinggi yang memiliki wewenang sebagai berikut:
1. menyatakan perang, perdamaian, perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR
5. Mahkamah Agung
Mahkamah agung merupakan pemegang kekuasaan kehakiman. Mahkamah agung adalah
peradilan tertinggi di Indonesia. Pasal 24 ayat (2) menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman
dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya serta oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi. Ketentuan tersebut menyatakan puncak kekuasaan kehakiman dan
kedaulatan hukum ada pada MA dan MK. Mahkamah Agung merupakan lembaga yang mandiri
dan harus bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan yang lain.Dalam hubungannya
dengan Mahkamah Konstitusi, MA mengajukan 3 (tiga) orang hakim konstitusi untuk ditetapkan
sebagai hakim di Mahkamah Konstitusi.
Wewenang MA antara lain:
1. Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan yang
menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)].
6. Mahkama Konstitusi
Kewenangan Mahkamah Konstitusi sesuai dengan ketentuan Pasal 24C ayat (1) dan (2)
1. untuk mengadili pada tingkat pertama dan terakhir untuk menguji UU terhadap UUD,
Disamping itu, MK juga wajib memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan
pelanggaran oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD.Dengan kewenangan tersebut,
jelas bahwa MK memiliki hubungan tata kerja dengan semua lembaga negara yaitu apabila
terdapat sengketa antar lembaga negara atau apabila terjadi proses judicial review yang
diajukan oleh lembaga negara pada MK
2. Berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN) dan daerah
(APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti
oleh aparat penegak hukum.
7. Komisi Yudisial
Pasal 24A ayat (3) dan Pasal 24B ayat (1) menegaskan bahwa calon hakim agung
diusulkan Komisi Yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan. Keberadaan Komisi
Yudisial tidak bisa dipisahkan dari kekuasaan kehakiman. Dari ketentuan ini bahwa jabatan
hakim merupakan jabatan kehormatan yang harus dihormati, dijaga, dan ditegakkan
kehormatannya oleh suatu lembaga yang juga bersifat mandiri. Dalam hubungannya
dengan MA, tugas KY hanya dikaitkan dengan fungsi pengusulan pengangkatan Hakim
Agung, sedangkan pengusulan pengangkatan hakim lainnya, seperti hakim MK tidak
dikaitkan dengan KY.Demikian beberapa catatan mengenai tugas, fungsi serta hubungan
antar lembaga.
Negara kesatuan mempunyai dua sistem, yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Dalam
negara kesatuan bersistem sentralisasi, semua hal diatur dan diurus oleh pemerintah pusat,
sedangkan daerah hanya menjalankan perintah-perintah dan peraturan-peraturan dari
pemerintah pusat.
Akan tetapi, dalam negara kesatuan bersistem desentralisasi, daerah diberi kekuasaan
untuk mengatur rumah tangganya sendiri (otonomi, swatantra). Untuk menampung aspirasi
rakyat di daerah, terdapat parlemen daerah. Meskipun demikian, pemerintah pusat tetap
memegang kekuasaan tertinggi.
Soepomo dalam Sidang BPUPKI, menghendaki bentuk negara kesatuan sejalan dengan paham
negara integralistik yang melihat bangsa sebagai suatu organisme. Hal ini antara lain seperti
yang dikemukakan oleh Muhammad Yamin, bahwa kita hanya membutuhkan negara yang
bersifat unitarisme dan wujud negara kita tidak lain dan tidak bukan adalah bentuk Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Bentuk negara kesatuan tersebut didasarkan pada 5 (lima)
alasan berikut:
c Tenaga-tenaga terpelajar kebanyakan berada di Pulau Jawa sehingga tidak ada tenaga di
daerah untuk membentuk negara federal
e Dari sudut geopolitik, dunia internasional akan melihat Indonesia kuat apabila sebagai negara
kesatuan.Pembentukan negara kesatuan bertujuan untuk menyatukan seluruh wilayah nusantara
agar menjadi negara yang besar dan kokoh dengan kekuasaan negara yang bersifat sentralistik
Karakteristik :
1. Pada alinea ke-2 pembukaan UUD 1945 Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan
Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentausa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia
yang merdeka, bersatu, berdaulat adil dan makmur
2. Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa Negara Indonesia ialah negara
kesatuan, yang berbentuk Republik
3. Alinea keempat Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam upaya
membentuk suatu Pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
4. Pasal 25A UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batasbatas dan hakhaknya ditetapkan dengan undangundang
Pada periode ini bentuk negara Republik Indonesia adalah kesatuan, dengan bentuk
pemerintahan adalah republik dan presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan
sekaligus sebagai kepala negara Adapun, sistem pemerintahan yang dipakai adalah sistem
pemerintahan presidensial. Dalam periode ini yang dipakai sebagai landasan adalah Undang-
Undang Dasar 1945. Pada masa ini belum terbentuk lembaga tinggi seperti DPR, MPR, MA DPA
dan BPK. Kekuasaan tertinggi murni berada pada presiden dengan bantuan sebuah komite
nasional.Pasal IV Aturan Peralihan menyatakan bahwa Sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan pertimbangan Agung dibentuk menurut UndangUndang
Dasar ini, segala kekuasaanya dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah komite nasional.
Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 dijadikan dalih oleh Belanda untuk menuduh Indonesia
sebagai negara diktator, karena kekuasaan negara terpusat kepada presiden. Untuk melawan
propaganda Belanda pada dunia internasional, pemerintah RI mengeluarkan tiga buah maklumat
1) Maklumat Wakil Presiden Nomor X (baca eks) tanggal 16 Oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar biasa dari Presiden sebelum masa waktunya berakhir (seharusnya berlaku
selama enam bulan) Kemudian maklumat tersebut memberikan kekuasaan MPR dan DPR yang
semula dipegang oleh Presiden kepada Komite Nasional Indonesia Pusat Pada dasarnya
maklumat ini adalah penyimpangan terhadap ketentuan UUD 1945
2) Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang pembentukan partai politik yang
sebanyak-banyaknya oleh rakyat Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat itu bahwa
salah satu ciri demokrasi adalah multipartai Maklumat tersebut juga sebagai upaya agar dunia
barat menilai bahwa Indonesia adalah negara yang menganut asas demokrasi
Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 telah membawa perubahan total dalam sistem
pemerintahan negara kita.Pada tanggal tersebut, Indonesia memulai kehidupan baru sebagai
penganut sistem pemerintahan parlementer. Kabinet dalam hal ini para menteri tidak
bertanggung jawab kepada presiden akan tetapi kepada DPR yang kekuasaannya dipegang oleh
BP KNIP. Kabinet-kabinet parlementer yang dibentuk gampang sekali dijatuhkan dengan mosi
tidak percaya dari DPR
Periode Negara Kesatuan Republik Indonesia berakhir seiring dengan hasil kesepakatan
Konferensi Meja Bundar yang mengubah bentuk negara kita menjadi negara serikat pada tanggal
27 Desember 1949.
Pada saat mulai berlakunya UUDS RI 1950, dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Sementara
yang merupakan gabungan anggota DPR RIS ditambah ketua dan anggota Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia Pusat dan anggota yang ditunjuk oleh presiden.
Dektrit Presiden tanggal 5 Juli tahun 1959, yang berisi di antaranya sebagai berikut
1) Pembubaran konstituante
2) Memberlakukan kembali UUD 1945 dan tidak berlakunya lagi UUDS 1950
c Periode 5 Juli 1959 sampai dengan 11 Maret 1966 (Masa Orde Lama)
1) Membubarkan DPR hasil pemilu dan menggantikannya dengan membentuk DPR Gotong
Royong (DPRGR) yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
2) Membentuk MPR sementara yang anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden
4) Membentuk Front Nasional melalui Penetapan Presiden No 13 Tahun 1959 yang anggotanya
berasal dari berbagai organisasi kemasyarakatan dan organisasi sosial politik yang ada di
Indonesia
d Periode 11 Maret 1966 sampai dengan 21 Mei 1998 (masa Orde Baru)
Kepemimpinan Presiden Soekarno dengan demokrasi terpimpinnya, akhirnya jatuh pada tahun
1966. Prioritas utama yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru bertumpu pada
pembangunan ekonomi dan stabilitas nasional yang mantap.
1) Perkembangan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia yang pada tahun 1968 hanya
70 dollar Amerika Serikat dan pada 1996 telah mencapai lebih dari 1000 dollar Amerika
Serikat
Memasuki masa Reformasi, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan
yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi. Pemerintah konstitusional bercirikan adanya pembatasan
kekuasaan pemerintahan atau eksekutif dan jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga
negara.Dalam era reformasi terjadi 4 kali amanden tahun 1999,2000,2001,2002
2. MPR merupakan lembaga bikameral, yaitu terdiri dari DPR dan DPD (Pasal 2)
3. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat (Pasal 6A)
4 Presiden memegang jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali
masa jabatan (Pasal 7)
9. Pembentukan Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial (Pasal 24B dan 24C)
Negara federasi adalah negara bersusunan jamak, terdiri atas beberapa negara
bagian yang masing-masing tidak berdaulat. Kendati negara-negara bagian boleh memiliki
konstitusi sendiri, kepala negara sendiri, parlemen sendiri, dan kabinet sendiri, namun yang
berdaulat dalam negara federal adalah gabungan negara-negara bagian yang disebut negara
federal. Setiap negara bagian bebas melakukan tindakan ke dalam, asal tak bertentangan
dengan konstitusi federal. Tindakan ke luar (hubungan dengan negara lain) hanya dapat
dilakukan oleh pemerintah federal.
Pada umumnya kekuasaan yang dilimpahkan negara-negara bagian kepada pemerintah federal
meliputi:
c) hal-hal tentang konstitusi dan organisasi pemerintah federal serta azas-azas pokok hukum
maupun organisasi peradilan selama dipandang perlu oleh pemerintah pusat, misalnya
mengenai masalah uji material konstitusi negara bagian;
1.Dalam negara kesatuan organisasi bagian-bagian negara dalam garis-garis besarnya telah
ditetapkan oleh pembentuk undang-undang pusat Adapun, dalam negara serikat, negara
bagian memiliki wewenang membentuk konstitusi sendiri dan berwenang mengatur
organisasi sendiri dalam rangka konstitusi federal
Karakteristik :
5) Parlemen tidak mempunyai hubungan erat dengan pemerintah sehingga DPR tidak punya
pengaruh besar terhadap pemerintah.DPR tidak dapat menggunakan mosi tidak percaya
kepada kabinet
6) Presiden RIS mempunyai kedudukan rangkap yaitu sebagai kepala negara dan kepala
pemerintahan