Anda di halaman 1dari 3

c.

Nasionalisme Indonesia
Nasionalisme Indonesia adalah ideologi yang muncul pada masa colonial Belanda di
Hindia. Saat itu Belanda menyerukan kemerdekaan dan penyatuannya sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat bangsa. Masa tersebut sering disebut kebangkitan nasional Indonesia.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tahun 1945 dan diakui merdeka dari
Belanda setelah tahun 1949 setelah Revolusi Nasional Indonesia, nasionalisme Indonesia
bertahan sebagai seperangkat ideologi yang mendukung melanjutkan kemerdekaan dan
pembangunan negara yang baru merdeka.
Hakikat kebangsaan Indonesia adalah satu kodrat manusiawi sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial, berbeda dengan paham liberal yang individualistis dan juga paham
sosialisme komunis yang semata-mata menekankan kepada prinsip kolektivisme. Menurut Ernest
Renan, wawasan kebangsaan terbangun dari keinginan satu kelompok manusia untuk bersatu,
sedangkan Otto Bauer menambahkan, mereka bersatu karena persamaan karakter (Budiono,
2021).
Nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang tak bisa dilepaskan dari kemanusiaan
universal dalam pergaulan antar bangsa (Latief, 2015). Nasionalisme Indonesia sebagai ideologi,
dapat memainkan tiga fungsi, yaitu mengikat semua kelas, menyatukan mentalitas mereka, dan
membangun atau memperkokoh pengaruh terhadap kebijakan yang ada di dalam kursi utama
ideologi nasional. Nasionalisme diartikan sebagai gerakan ideologis untuk meraih dan
memelihara otonomi, kohesi dan individualitas bagi satu kelompok sosial tertentu yang diakui
oleh beberapa anggotanya untuk membentuk atau menentukan satu bangsa yang sesungguhnya
atau yang berupa potensi saja. Berkembangnya nasionalisme Indonseia sangat bergantung pada
kohesivitas dalam bentuk ketahanan budaya yang bertumpu pada ikatan budaya tersebut.

8. Unsur-Unsur Nasionalisme
Dalam Nasionalisme, terdapat unsur-unsur penting yakni:
1. Persatuan: merupakan manifestasi dari Cinta tanah air yang berimplikasi pada setiap orang
berkewajiban menjaga dan memelihara semua yang ada di atas tanah airnya. Sehingga
muncul kesadaran akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Persatuan inilah yang
menurut Bung Hatta sebagai prinsip Nasionalisme yang pertama.
2. Pembebasan: nasionalisme merupakan pengakuan kemerdekaan perseorangan dari
kekuasaan atau pembebasan manusia dari penindasan perbudakan. Nasionalisme dalam
konteks inilah yang akan membangun segenap keadaan realitas manusia tertindas menuju
manusia yang utuh. Kemajemukan (pluralis) pada dasarnya bukan menjadi penghalang
bagi bangsa Indonesia untuk hidup bersama dalam sebuah tatanan negara, apalagi berbagai
suku yang ada di Indonesia mempunyai kesamaan emosional sebagai bekas jajahan
kolonial Belanda. Karena dengan kemajemukan yang mempunyai latar belakang sama
tersebut unsur kebersamaan dalam rangka menghadapi imperialisme dan kolonialisme
dapat dibangun dalam bingkai Nasionalisme.
3. Patriotisme ialah semangat cinta tanah air; sikap seseorang yang bersedia mengorbankan
segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya. Sehingga Nasionalisme
meliputi patriotisme (Andri, 2019).
Selain 3 unsur utama tersebaut, terdapat lima unsur yang membuat pertumbuhan
nasionalisme Indonesia.
1. Tingginya homogenitas keagamaan di Indonesia. Dengan komposisi hampir 90 persen
penduduk Indonesia beragama Islam, akan mudah membangun solidaritas. Selain untuk
menangkal kristenisasi, Islam yang berdiri tipis diatas kebudayaan Hindu-Budha dan
mistisme Jawa, semakin mempermudah penerimaannya di tataran rakyat, khususnya rakyat
Jawa
2. Sikap superioritas orangorang Belanda yang tidak mau disamakan dengan orang pribumi
dalam berbahasa menjadi faktor integrasi penting lainnya. Perkembangan bahasa persatuan
(lingua franca) yang digunakan adalah bahasa Melayu mampu menghancurkan
solidaritassolidaritas sempit dalam nasionalisme Indonesia.
3. Dengan dibentuknya majelis perwakilan tertinggi bagi orang Indonesia yang disebut
Volksraad, mampu mengorganisir gerakan-gerakan kebangkitan nasional meskipun banyak
yang berpendapat posisi Volksraad tidak begitu berpengaruh di mata pemerintah kolonial
Belanda
4. Perkembangan radio dan surat kabar menjadi saluran untuk penyebaran gagasan
nasionalisme. Beberapa study club yang berdiri, misal: Perhimpunan Indonesia membuat
surat kabar yang diberi nama Oetosan Hindia untuk menyebarkan nasionalisme dan
sebagai alat propaganda politik.
5. Adanya rangsangan oleh mobilitas geografis gagasan maupun penduduk. Dengan
pertumbuhan penduduk yang meningkat sebagai akibat dari pola organisasi ekonomi
maupun fasilitas transportasi abad ke-20 di Indonesia, mobilitas ini begitu berpengaruh
sebagai faktor penyebab integrasi (Alfaqi, 2016)

Sumber
Alfaqi, Mifdal Zusron. (2016). Melihat Sejarah Nasional Indonesia Untuk Memupuk Sikap
Kebangsaan Generasi Muda. Jurnal Civics. Universitas Brawijaya Malang. XIII(2), 213-
214.

Latief, Yudi, dkk. (2015). Nasionalisme. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.

Andri, Utama. (2019). Nasionalisme: Bahan Ajar Latsar Gol. III Angkatan ke-37. DKI Jakarta:
Pusat Pelatihan dan Pelatihan BPS.

Budiono. (2021). Urgensi Penidikan Multikultural dalam Pengembangan Nasionalisme


Indonesia. Jurnal Civic Hukum. Universitas Muhammadiyah Malang. VI(6), 83-85

Anda mungkin juga menyukai