Anda di halaman 1dari 13

MODUL 11

PERKULIAHAN

Pancasila (National Ideology) 2 SKS

Materi :

1. Aktualisasi Pancasila sila ketiga persatuan


Indonesia
2. Aktualisasi Pancasila Sila ketiga Persatuan
Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, hukum
dan HAM

Fakultas : Teknik
Program studi : Ilmu Komunikasi
Tatap Muka

11
Kode Matakuliah : 21121E5EA-Elearning
Disusun oleh : Aji Abdillah Kharisma, ST., MT
ABSTRAK

Penyajian perkuliahan Pendidikan Pancasila dimimbar Perguruan tinggi berdasarkan

peraturan perundang-undangan dan landasan hukum yang telah ada serta analisis

obyektif- ilmiah guna menemukan hakekat dan kebenaran pancasila sebagai dasar

negara kesatuan RI, Pandangan hidup bangsa Indonesia, Filsafat bangsa dan sendi

kehidupan bangsa Indonesia.

TUJUAN

1. Mengetahui dan memahami Aktualisasi Pancasila sila ketiga persatuan

Indonesia

2. Mengetahui dan memahami Aktualisasi Pancasila Sila ketiga Persatuan

Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, hukum dan HAM


1. Pendahuluan
2.
Sila Persatuan Indonesia mengandung nilai bahwa Indonesia menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan Negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Persatuan Indonesia terkait dengan paham
kebangsaan untuk mewujudkan tujuan nasional. Persatuan dikembangkan atas dasar
Bhineka Tunggal Ika, dengan memajukan pergaulan demi kesatuan dan persatuan
bangsa. Dalam pandangan Mochtar Kusumaatmadja, nilai kesatuan dan persatuan
mengamanatkan bahwa hukum Indonesia harus merupakan hukum nasional yang
berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sila Persatu Indonesia terkandung nilai, Negara adalah merupakan
persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara ;
Suku, Ras, Kelompok, golonganmaupun agama. Perbedaan diantaranya merupakan
bawaan kodrat manusia dan juga merupakancirri khas masing-masing elemen.
Konsekuensinya Negara adalah beranekaragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam
satu perasatuan yang dilukisan dalam suatu semboyan : “BhinekaTunggal Ika”.
Negara memberikan kebebasan atas individu golongan, suku, ras, maupun agama
untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat
integral.
Sila ketiga dilambangkan dengan POHON BERINGIN. Sila ketiga ini
mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat
Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya.Sehingga
dapat disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetap satu atau disebut dengan
Bhinneka Tunggal Ika.
Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara
ketimbang kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang
dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga
mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk
menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
Sila ini bermaksud memelihara ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Persatuan Indonesia adalah satu untuk Indonesia walaupun keadaan di
masyarakat sangat penuh perbedaan tetapi harus menjadi satu darah Indonesia dan
rela mengorbankan kepentingan golongan demi negara Indonesia.
Makna sila persatuan Indonesia sebagai dasar Negara harus berpedoman
kepada pasal-pasal UUD 1945, yaitu dalam :
1. Pembukaan UUD 1945, Alinea Kedua :
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada
saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”
2. Pembukaan UUD 1945 , alinia keempat: “Kemudian daripada itu untuk
membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia..”
3. Pasal 1
(1) Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-
Undang Dasar.***)
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
4. Dalam mengakualisasikan sila Persatuan Indonesia dapat dipertimbangkan
beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain:
Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam pembangunan
bidang Politik

Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah


sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial.Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama di antara
elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras, kelompok, golongan,
maupun kelompok agama.Oleh karena itu perbedaan adalah merupakan bawaan
kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk
negara.Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri
dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhinneka Tunggal Ika.

Nilai Persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.Hal itu terkandung nilai bahwa bahwa
nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang
bermoral Ketuhanan Ynag Maha Esa.Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk Tuhan.Oleh karena itu nilai-nilai
nasionalisme ini harus tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan negara
termasuk dalam era reformasi dewasa ini.

Proses reformasi tanpa mendasarkan pada moral ketuhanan, kemanusiaan,


dan memegang teguh persatuan dan kesatuan maka bukan tidak mungkin akan
membawa kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti halnya telah terbukti pada
bangsa lain misalnya Yugoslavia, Srilanka dan lain sebagainya.

Dalam mengakualisasikan sila Persatuan Indonesia di bidang politik dapat


dipertimbangkan beberapa prinsip pemikiran implementatif, antara lain:

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan


keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air
Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam pembangunan


bidang ekonomi

Paham nasionalisme dengan kegiatan ekonomi suatu negara sungguh terkait


erat. Perkembangan ekonomi dunia yang semakin pesat telah dimulai semenjak
terjadinya proses pengintegrasian berbagai kawasan di dunia seiring dengan
keberadaan kolonialisme negara Eropa di Amerika, Asia, dan Afrika antara abad 16
sampai 20 Masehi. Kolonialisme itu sendiri merupakan manifestasi dari nasionalisme
chauvinistik negara-negara Eropa berupa imperialisme yang berambisi meningkatkan
kekayaan nasional (gold), mengukuhkan peran sebagai aktor pemberadaban dunia
baru dengan panduan kitab suci, dan mengunggulkan kejayaan dan kebanggaan diri.

Globalisasi sebagai suatu isme yang mulai dianut sebagian besar negara di
dunia ini telah menjadi suatu keniscayaan historis yang tidak terbantahkan meski
tersimpan agenda kepentingan nasional negara maju di dalamnya. Motor paling kuat
di balik globalisasi adalah kepentingan ekonomi murni, yaitu hasrat memaksimalkan
profit. Bagaimana pasar di negara berkembang terbebaskan dari berbagai regulasi
dengan serangkaian konsep free trade, sedangkan produk-produk negara
berkembang dibatasi masuk dalam pasar di negara maju.
4. Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam pembangunan
sosial budaya

Zaman yang terus berkembang memasuki era globalisasi, tidak menutup


kemungkinan adanya budayaluar yang masuk ke dalam negara ini dan melebur dalam
kebudayaan bangsa. Hal itu juga merupakan ancaman tersendiri bagi suatu negara
untuk menghadapi suatu konflik perpecahan di dalam negara. Sekarang banyak
budaya Indonesia yang sudah mulai terlupakan di kalangan muda. Tanpa disadari
mereka lebih banyak menggunakan budaya asing dalam kehidupannya, dan gaya
hidupnya.

Oleh karena itu, sebaiknya bangsa Indonesia tetap menjaga persatuan yang
ada dalam negara ini.Walaupun banyak perbedaan tetapi tetaplah satu kesatuan
dalam negara Indonesia. Perlu untuk memulihkan kesadaran dari makna sila ketiga
“Persatuan Indonesia” dalam pribadi masyarakat Indonesia agar masyarakat
Indonesia menyadari betapa pentingnya persatuan dalam suatu kehidupan berbangsa
dan bernegara demi tetap menjaga persatuan.

Implementasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan social budaya


dapatdilakukan melalui :

Bidang Pendidikan
Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk
kepribadian.Penanaman kepribadian yang baik harus dilakukan sejak
dini.Terutama penanaman rasa cinta tanah air dan rasa persatuan dan
kesatuan sebagai bangsa Indonesia. Kepribadian yang baik para penerus
bangsa akan menentukan nasib dan kemajuan Indonesia di masa mendatang.
Nilai-nilai Pancasila harus ditanamkan kuat pada generasi-generasi penerus
bangsa.Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang
beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
demokratis, dan bertanggung jawab.
Ilmu pengetahuan dan teknologi
Iptek harus memenuhi etika ilmiah, yang paling berbahaya adalah yang
menyangkut hidup mati, orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan
lingkungan hidup. Di samping itu Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
harus sesuai dengan nilai-nilai Pancasila karena Iptek pada dasarnya adalah
untuk kesejahteraan umat manusia. Nilai-nilai Pancasila sila ketiga bilamana
dirinci dalam etika yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi,
adalah sebagai berikut :
 Sumber ilmiah sebagai sumber nasional bagi warga negara
seluruhnya.Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara.
 Alokasi pemerataan sumber dan hasilnya.
 Pentingnya individualitas dan kemanusiaan dalam catur dharma ilmu
pengetahuan, yaitu penelitian, pengajaran, penerapan, dan
pengamalannya.
Persaingan IPTEK tidak untuk saling menjatuhkansatu sama lain.
Namun penemuan – penemuan baru yang membantu kegiatan manusia dan
mempermudah pekerjaan manusia adalah untuk satu tujuan yakni guna
kemajuan negara Indonesia

5. Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam pembangunan


bidang Hankam

Dalam usaha membangunan pertahanan dan keamanan nasional


(Hankamnas) memiliki suatu prinsip yang tegas dengan suatu pernyataan sebagai
berikut :

 Bahwa ancaman terhadap suatu pulau atau daerah pada hakekatnya


merupakan ancaman terhadap seluruh bangsa dan Negara.
 Bahwa tiap-tiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama
dalam rangka menunaikan tanggungjawab masing-masing dalam rangka
pembelaan Negara.
 Realisasi penghayatan dan pengisian wawasan nusantara menjamin kesatuan
wilayah nasional dan melindungi sumber-sumber kekayaan alam beserta
pengelolaannya serta menjaga kedaulatan Negara republik Indonesia

Hankamnas pada hakekatnya merupakan hasil upaya total yang


mengintegrasikan segenap potensi dan kekuatan politik, ekonomi, sosial-budaya dan
militer bagi kepentingan nasional Setiap manusia Indonesia segara perorangan
akhirnya akan merupakan subyek maupun obyek yang utama, sehingga karenanya
harus dibekali dan diperkuat untuk dapat menjalankan peranannya baik sebagai
pelaku maupun sebagai benteng keamanan nasional. Dengan ideologi Pancasila dan
nilai-nilai nasional lainnya sebagai bekal yang tangguh, serta dilengkapi dengan
pengetahuan dan ketrampilan, diharapkan spontanitas dan militansi segenap rakyat
Indonesia dapat dikerahkan dalam menghadapi setiap ancaman dan gangguan yang
dapat membahayakan keamanan dan kelangsungan, hidup bangsa, tanpa mengenal
menyerah.

Pembangunan pertahanan dan keamanan dilakukan melalui program


pengembangan pertahanan negara, program pengembangan dukungan pertahanan,
program pengembangan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, serta
program pengembangan keamanan dalam negeri. Upaya penanggulangan
permasalahan penyalahgunaan dan pengedaran gelap narkoba, pada tahun 2002
telah dibentuk Badan Narkotika Nasional (BNN) dengan kewenangan menyusun
kebijakan, strategi, dan melaksanakan program yang meliputi pencegahan, terapi
rehabilitasi, penegakan hukum. keberhasilan penanggulangan penyalahgunaann dan
pengedaran gelap narkoba bukan hanya ditentukan oleh kebijakan dan programnya,
tetapi juga oleh kesadaran, komitmen, dan partisipasi semua pihak yang saat ini telah
menampakkan kepeduliannya terhadap masalah narkoba.
Dalam usaha memecahkan persoalan bangsa dalam bidang pertahanan dan
keamanan perlu kita memahami butir-butir dalam sila Persatuan Indonesia, antara
lain:

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan


negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4. Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

6. Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam pembangunan


bidang Hukum dan HAM

Negara Kesatuan Republic Indonesia sebagai Negara hukum juga harus


menempatkan hukum sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keberadaan Indonesia sebagai Negara Hukum dapat ditemukan dalam Dalam
penjelasan UUD 1945 sebelum amandemen disebutkan bahwa Indonesia ialah
negara yang berdasar atas hukum (Rechtsstaat), yang berarti Indonesia berdasarkan
hukum dan tidak berdasarkan pada kekuasaan semata (machtsstaat). Hal tersebut,
kembali dipertegas pada amandemen UUD NRI Tahun 1945 dalam Pasal 1 ayat (3)
yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Berdasarkan
ketentuan Konstitusi tersebut, maka negara Indonesia diperintah berdasarkan hukum
yang berlaku, termasuk penguasa pun harus tunduk pada hukum yang berlaku.

Akan tetapi, bekerjanya hukum di Indonesia saat ini menggambarkan bahwa


implementasi konsep negara hukum hanya sebatas formalistas belaka. Dimana, pada
satu sisi, muncul berbagai kecendrungan perilaku anggota masyarakat yang sering
menyimpang dari berbagai aturan yang dihasilkan oleh Negara. Hal tersebut ditandai
dengan meningkatnya kriminalitas, dan yang mencemaskan ialah bahwa
meningkatnya kriminalitas bukan hanya dalam kuantitas atau volume saja, tetapi juga
dalam kualitas atau intensitas. Kejahatan-kejahatan lebih terorganisir, lebih sadis
serta di luar peri kemanusiaan: perampokan-perampokan yang dilakukan secara
kejam terrhadap korban-korbannya tanpa membedakan apakah mereka anak-anak
atau perempuan, pembunuhan-pembunuhan dengan memotong-motong tubuh
korban.

Selain itu, banyaknya kasus korupsi yang kata orang sudah ”membudaya” di
Indonesia, serta praktek suap tidak terbilang banyaknya, sehingga sudah
dikatakan”membudaya” juga, sehingga orang mengikuti saja apa yang dilakukan oleh
orang lain asal tercapai tujuannya.

Sementara itu, pada sisi yang lain praktek penegakan hukum yang terjadi di
negeri ini juga mengalami penyakit yang serius. Hal tersebut ditandai dengan
banyaknya issue-issue yang dialamatkan kepada aparat penegak hukum, baik itu
polisi, jaksa maupun hakim. misalnya, tentang banyaknya para koruptor yang
dibebaskan oleh pengadilan, dan kalaupun dihukum hanya sebanding dengan
hukuman pencuri ayam.

Kenyataan yang berbeda terjadi pada masyarakat biasa, dimana orang miskin
akan sangat kesulitan mencari keadilan diruang pengadilan. Dengan demikian, dapat
dihasilkan kesimpulan bahwa praktek hukum di Indonesia berjalan dengan
diskriminatif dan seakan-akan hanya memihak golongan tertentu saja. Orang berduit
akan begitu mudah mendapatkan keadilan sedangkan sebaliknya masyarakat biasa
begitu jauh dari keadilan. Dengan kata lain bahwa putusan pengadilan dapat diukur
dengan uang, karena yang menjadi parameter untuk keringanan hukuman dalam
peradilan lebih pada pertimbangan berapa jumlah uang untuk itu daripada
pertimbangan hukum yang bersandar pada keadilan dan kebenaran.

Dampaknya kehidupan hukum menjadi tidak terarah dan terpuruk.


Keterpurukan hukum di suatu negara, akan berdampak negatif yang mempengaruhi
sektor kehidupan lain misalnya kehidupan ekonomi, politik dan budaya.
Bagaimanapun upaya para pakar ekonomi maupun politik dalam mengatasi masalah
dan ketimpangan ekonomi dan politik, akan sia-sia belaka jika keterpurukan hukum
masih terjadi. Untuk itu, hendaknya hukum menjadi panglima dalam setiap dimensi
kehidupan bernegara.
Berbagai uraian tersebut menimbulkan berbagai isu didalam masyarakat
adalah adanya perlindungan hukum dan HAM hanya berlaku bagi masyarakat tertentu
saja, yaitu yang dekat dengan kekuasaan dan memiliki banyak uang, selain itu dalam
penyelenggaraan pemerintahan terdapat adagium yang menyatakan bahwa kalau
bisa diperlambat, kenapa harus dipercepat? Berbagai hal tersebut kemudian
menimbulkan Persoalan bagaimana implementasi penegakan hukum dan HAM di
Indonesia, mengingat NKRI adalah Negara hukum yang wajib memberikan
perlindungan terhadap seluruh masyarakatnya secara menyeluruh tanpa adanya
pengecualian

Persoalan hukum dan HAM harus mendapat perhatian bagi segenab warga
negara tanpa kecuali dengan menaat hukum yang berlaku berlandaskan kepada nilai-
nilai Pancasila , khusus sila Persatuan Indonesia dengan mengaktualisasikan nilai-
nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, antaralain:

1. Mengembangkan sikap saling menghargai antarsuku, agama, ras, dan


antargolongan.
2. Mengembangkan sikap saling asah, saling asih, dan saling asuh
3. Tidak membeda-bedakan warna kulit, suku dan etnik.
4. Membina persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kemajuan bangsa dan Negara
DAFTAR PUSTAKA

1. Syahrial, Syarbaini. Pendidikan Pancasila, 2015. Graha Ilmu

Anda mungkin juga menyukai