Anda di halaman 1dari 6

Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869

Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS) Siswa Materi IPA Di
Sekolah Dasar
Arrofa Acesta
PGSD Universitas Kuningan
arrofa.acesta@uniku.ac.id

APA Citation: Acesta, A. (2020). Analisis Kemampuan Higher Order Thingking Skills (HOTS)
Siswa Materi IPA Di Sekolah Dasar. Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi,
12(2), 170-175. doi: 10.25134/quagga.v12i2.2831.

Received: 26-05-2020 Accepted: 17-06-2020 Published: 01-07-2020

Abstrak: Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar. Metode Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan masalah
secara kualitatif berdasarkan data kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Unggulan
di Kuningan yang berberjumlah 23 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis soal evaluasi harian
IPA dan Kuisioner. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan rumus deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran IPA di SD Kuningan indeks
Persepsi siswa dalam aspek berpikir kritis termasuk katagori sering, aspek berpikir kreatif termasuk katagori
sering dan aspek pemecahan masalah termasuk katagori jarang, berdasarkan data tersebut bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi sudah sering dilaksanakan. hasil analisis soal-soal evaluasi harian IPA menunjukkan soal
yang menstimulasi kemampuan berpikir tingkat tinggi dan kemampuan berpikir tingkat rendah dari data hasil
penelitian dapat menyimpulkan soal-soal IPA untuk mengembangkan HOTS masih rendah.
Kata Kunci: HOTS, Materi IPA

Abstract: This research was conducted to study the ability to think at a higher level in the Natural Sciences (IPA)
lessons in elementary schools. The research method used is descriptive by using qualitative methods to describe
the ability to think critically, creatively, and solve qualitative problems based on quantitative data. The sample in
this study was 23 grade IV elementary students in Kuningan. The data assessment technique uses the daily IPA
and Questionnaire evaluation question analysis. The data that has been collected is then developed using a
qualitative descriptive formula. The results showed critical thinking skills in science lessons in Kuningan
Kuningan index of student appreciation in critical aspects including frequent categories, aspects of creative
thinking including frequent categories and aspects of problem solving including frequent categories, based on
data related to the results of the analysis of daily science evaluation questions showing questions which stimulates
higher-order thinking skills and low-level thinking skills from the data. The results of the study can overcome the
problems of science to develop HOTS is still low.
Keywords: HOTS, Science Materials

PENDAHULUAN efektif, efisien, menyenangkan, dan bermakna,


Implementasi Kurikulum 2013 bertujuan sehingga mampu meningkatkan kualitas
untuk meningkatkan mutu kualitas pendidikan pencapaian hasil belajar dan mengedepankan
agar mampu berdaya saing menghadapi siswa berpikir kritis, tidak hanya menyampaikan
tantangan di era industri 4.0 sehingga konseptual maupun faktual. Hal ini di sesuaikan
menghasilkan generasi emas 2045 yang dengan kebutuhan peserta didik dimasa yang
gemilang dari aspek pengetahuan sikap dan akan datang sehingga harus memiliki kecakapan
keterampilan. Penerapan kurikulum 2013 dalam berpikir untuk mencetak sumberdaya manusia
rangka menyikapi tuntutan zaman yang semakin yang berkualitas diantaranya memiliki
kompetetitif (Apandi, 2018:10). kemampuan memecahkan masalah,
Salah satu elemen perubahan pada berkomunikasi dan berpikir kritis (Acesta,
kurikulum 2013 pada jenjang sekolah dasar 2019:3). Selanjutnya Acesta mengungkapkan
adalah penguatan proses pembelajaran. Melalui Through education also students can interact
proses pembelajaran yang baik diharapkan dapat with the environment to develop the abilities that
meningkatkan kualitas pembelajaran lebih exist in him. This ability can be in the form of

170
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

cognitive abilities that hone knowledge, yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak
affective abilities to hone the sensitivity of dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan
feelings, and psychomotor abilities, namely the kepadanya”. Sehingga pembelajaran difokuskan
ability to do something. Through these three pada pembentukan keterampilan berpikir
abilities a stuadent is expected to be able to tingkat tinggi yaitu menganalisis, mengevaluasi,
become an individual who is ready to enter the dan mencipta atau kreativitas melalui
world outside of school (Acesta, 2020:1-2). pendekatan saintifik yang dikemas dalam
Melalui penguatan proses pembelajaran pembelajaran tematik integratif.) keterampilan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas berpikir tingkat tinggi yakni berpikir kritis
pembelajaran lebih efektif, efisien, merupakan salah satu keterampilan terpenting
menyenangkan, dan bermakna, sehingga bagi siswa di era globalisasi dan tranformasi
mampu meningkatkan kualitas pencapaian hasil yang mengarahkan siswa untuk dapat memilah
belajar dan mengedepankan siswa berpikir kritis informasi yang diperoleh secara luas, Fajriyah
(tidak sekedar menyampaikan faktual). Pada (2018:2).
kenyataannya masih banyak guru yang kurang Proses menganalisis, mengevaluasi, dan
faham tentang HOTS. Hal ini tampak pada mengkreasi merupakan indikator dalam hots
rumusan indikator, tujuan, maupun kegiatan Higher Order Thinking Skills) Proses
pembelajaran dan penilaiannya dalam keterampilan berpikir tingkat tinggi diperoleh
rancangan pembelajaran yang dibuat dan dari pengalaman siswa dalam mengikuti
pelaksanaan proses pembelajarannya. Guru pembelajaran , siswa agar dapat mengkontruksi
harus mampu mengembangkan dan dan membangun suatu pengetahuan dalam
mengkonversikan dari pembelajaran yang masih dirinya sehingga memiliki kesadaran dalam
bersifat Lower Order Thinking Skill (LOTS) proses pembelajaran. belajar yang seperti ini
menjadi Higher Order Thinking Skill (HOTS), membuat siswa dapat berkembang dan memiliki
dan ini harus sudah diawali sejak merancang kemampuan bernalar. Hal ini menunjukkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). bahwa proses pembelajaran lebih pada
Fanani, (2018:2). kemampuan menggunakan konsep dan
Pentingnya optimalisasi kemampuan kemampuan mengembangkan keterampilan
berfikir tingkat tinggi dalam pembelajaran tingkat tinggi indikator untuk mengukur
didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOT)
siswa belum mampu untuk menghubungkan diantaranya adalah (1) menganalisis, meliputi
antara pengetahuan yang sudah dipelajari di menganalisis informasi yang masuk dan
sekolah dengan bagaimana cara menstrukturisasi informasi menjadi bagian yang
mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. lebih kecil dalam menemukan pola dan
Pembelajaran di sekolah dasar cenderung hubungan, mampu mengenali serta
menekankan pada aspek hafalan, tanpa membedakan faktor penyebab dan akibat ,
mengembangkan pemahaman yang mendalam mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan;
untuk diaktualisasikan. Sehingga terkesan tidak (2) mengevaluasi, meliputi: memberikan
konstektual, pembelajaran yang telah siswa penilaian terhadap solusi, gagasan, dan
lakukan seolah-olah tidak sama atau terpisah metodologi dengan menggunakan kriteria
dari kehidupan nyata sehingga menjadikan standar yang ada untuk memastikan nilai
pembelajaran tersebut tidak bermakna karena efektivitas atau manfaatnya, membuat hipotesis,
mereka tidak dapat menerapkan apa yang telah mengkritik dan melakukan pengujian, menerima
mereka pelajari apabila dihadapkan pada situasi atau menolak suatu pernyataan berdasarkan
berbeda yang mereka temui di luar kelas. kriteria yang telah ditetapkan; (3) mengkreasi
Usmaedi (2017:83). /mencipta, meliputi: membuat generalisasi suatu
Pada hakekatnya keterampilan berpikir ide atau cara pandang terhadap sesuatu,
tingkat tinggi di sekolah dasar, merupakan merancang suatu cara untuk menyelesaikan
kecakapan utama yang harus dimiliki seorang masalah, mengorganisasikan unsur-unsur atau
lulusan yang berkompeten sebagaimana bagian-bagian menjadi struktur baru yang belum
tercantum dalam Permendikbud no. 54 tahun pernah ada sebelumnya. (Anugrahana: 144).
2013 tentang standar kompetensi lulusan SD/MI Berdasarkan pemaparan tersebut peneliti
“Memiliki kemampuan berpikir dan tindakan tertarik untuk fokus melaksanakan penelitian

171
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

terkait dengan analisis kemampuan hots siswa. Tabel 2. Indeks Persepsi Siswa Pembelajaran
Adapun tujuan dari penelitian yang pertama Berpikir Tingkat Tinggi
untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir No Aspek Item jumlah
kreatif siswa pada materi IPA di sekolah Dasar, pernyataan
Kedua untuk mendeskripsikan keterampilan 1 Berpikir Kritis 4 4
berpikir kritis siswa, ketiga untuk 2 Berpikir kreatif 4 4
mendeskripsikan keterampilan pemecahan 3 Pemecahan 3 3
masalah siswa. masalah

METODOLOGI PENELITIAN Selanjutnya menentukan interval nilai untuk


Metode Penelitian yang digunakan adalah memasukan kategori persepsi siswa dengan
deskriptif kualitatif. Secara metodologis, menggunakan rumus:
penelitian ini termasuk ke dalam jenispenelitian 𝑚−𝑛
Interval Skala = 𝑏
deskriptif kualitatif, yaitu laporan berdasarkan
m = Angka tertinggi dalam skor jawaban
pendekatan kualitatif mencakup masalah
n = Angka terendah dalam nilai jawaban
deskripsi murni tentang program dan/atau
b = Banyaknya kategori jawaban
pengalaman orang di lingkungan penelitian.
Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu
berdasarkan rumus tersebut maka didapatkan
pembaca mengetahui apa yang terjadi di
interval skala sebagai berikut:
lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa
pandangan partisipan yang berada di latar
Tabel 3. Interval Skala Nilai
penelitian, dan seperti apa peristiwa atau
Nilai Persepsi Indeks Kategori
aktivitas yang terjadi di latar penelitian.
interval
Deskripsi ini ditulis dalam bentuk narasi untuk
melengkapi gambaran menyeluruh tentang apa 1 1.00 – 1.75 Tidak Pernah
yang terjadi dalam aktivitas atau peristiwa yang 2 1.76 – 2.51 Jarang
dilaporkan (Emzir 2012:174). 3 2.52 – 3.27 Sering
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan 4 3.28- 4.00 Sangat
keterampilan berpikir tingkat tinggi pada siswa Sering
kelas IV sekolah dasar Di Kuningan. Teknik Dimodifikasi dari Meilianawati (2019:44)
pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini analisis soal tes. Evaluasi harian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
untuk melihat keterampilan berpikir tingkat 1. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
tinggi siswa. digunakan untuk menganalisis data (HOTS) di Sekolah Dasar
dengan cara mendeskripsikan atau Hasil analisis kemampuan keterampilan
menggambarkan data.berdasarkan level kognitif berpikir tingkat tingggi (HOTS) dalam
dari Bloom (Ariyana 2018:6). pembelajaran di sampaikan oleh guru di
kelas berdasarkan pendapat siswa yang
Tabel 1. Level Kognitif Bloom berjumlah 23 siswa. Kemampuan hots
Proses Kognitif dilihat dari aktivitas guru dalam
C1 Mengingat pembelajaran untuk menstimulasi
LOTS kemunculan berpikir kritis, berpikir kreatif,
C2 Memahami
dan pemecahan masalah. hasil penghitungan
C3 Menerapkan
berdasarkan interval skala likert tidak
C4 Menganalisis
pernah, jarang, sering dan sering sekali.
C5 Mengevaliasi HOTS
C6 Mencipta Tabel 4. Hasil Analisis Indeks Persepsi
Siswa
Kuisioner Persepsi siswa tentang No Aspek Rata- Kategori
penerapan higher order thinking skills di dalam rata
pembelajaran. Isian kuisioner dikonversi Skor
menjadi data kuantitatif sebagai berikut; sangat 1 Berpikir 2.55 Sering
sering skor 4, Sering skor 3, jarang skor 2 dan Kritis
tidak pernah skor 1.

172
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

2 Berpikir 2.58 Sering guru di dalam kelas. Untuk aspek Creativity


Kreatif memiliki skor 2,52 bahwa aspek kreatifitas
3 Pemecahan 2.00 Jarang sering diterapkan oleh guru di dalam kelas,
Masalah selanjutnya hasil penelitian Wijayanti
(2019:65) memaparkan bahwa indikator
Berdasarkan tabel 1 tersebut, peneliti berpikir kritis ( critical thingking) dan
dapat menetapkan tingkat pencapaian problem solving skor rata-rata 3,22 termasuk
kemampuan berpikir tingkat tinggi kedalam kategori sering, sedangkan
berdasarkan hasil penilaian pendapat siswa indikator creativity skor rata-rata 2,83
berdasarkan indeks pendapat siswa. Untuk termasuk kategori sering. artinya bahwa
lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk aspek berpikir kritis, pemecahan masalah dan
grafik batang berikut ini. kreativitas sering diterapkan dalam
pembelajaran di kelas, Selanjutnya hasil
5 penelitian Ismawati (2019:71) analisis
persepsi siswa terhadap pembelaharan HOTS
4 adalah; aspek berpikir kritis dan pemecahan
masalah 2.09, termasuk kategori jarang,
3 aspek kreativitas 2,35 termasuk kategori
jaranghal ini berarti bahwa pembelajarn
2 yang di terapkan dikelas belum menstimulasi
munculnya HOTS.
1
Berpikir Kritis 2. Hasil Analisis Soal Evaluasi Harian
0
Rata-rata Kreativitas Peneliti melakukan analisis terhadap
skor siswa Pemecahan masalah soal-soal ulangan harian yang sudah dibuat
Gambar 1. Hasil Analisis Indeks Pesersepsi oleh guru dan peneliti hanya menganalisis
soal-soal yang berkaitan dengan muatan Ilmu
Siswa
Pengetahuan Alam, yang terdiri dari tema 6,
Berdasarkan gambar 1, hasil analisis 23 7 8 sub tema 1,2 dan 3 berdasarkan hasil
analisis soal evaluasi harian yang berkaitan
siswa kelas IV bersama guru kelas dan
dengan muatan IPA dari 20 soal yang
peneliti membimbing siswa agar dapat
termasuk katagori keterampilan berpikir
menilai guru berdasarkan pendapat siswa
dengan tidak merasa ada tekanan dari tinggi higher order thinking skills(hots)
siapapun. Selanjutnya peneliti menghitung indikator soal taksonomi Bloom kategori
C4, C5, C6 yaitu 5 soal atau 25 % dan 15
rata-rata setiap indikator keterampilan
berpikir tingkat tinggi atau (HOTS) soal atau 75% termasuk katagori
keterampilan berpikir tingkat rendah / low
berdasarkan tiga indikator yaitu berpikir
order thinking skills (lots) indikator soal
kritis, kreativitas dan pemecahan masalah.
Berdasarkan tabel di atas bahwa persepsi taksonomi Bloom kategori C1, C2 C3. Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat dalam bentuk
siswa terhadap keterampilan Berpikir
Tingkat Tinggi (HOTS) adalah untuk diagram batang berikut;
kriteria berpikir kritis (Critical Thinking)
dengan skor rata rata adalah 2.55 termasuk 15
kedalam katagori sering, sedangkan untuk
kriteria kreativitas memiliki skor rata-rata 10
adalah 2.58 termasuk katagori sering dan
5
untuk pemecahan masalah (problem solving
rata-rata skor adalah 2.00 termasuk kedalam 0
katagori jarang. Selaras dengan hasil Kategori
penelitian Meilianawati (2018:50) critical Soal HOTS LOTS
thinking memiliki skor rata-rata 2,75
berdasarkan persepsi siswa artinyanya bahwa Gambar 2. Hasil Analisis Soal IPA
kemampuan tersebut sering diterapkan oleh

173
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

Berdasarkan gambar 2, dapat Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis


disimpulkan bahwa masih rendahnya soal Jurnal Dinamika IPA Sekolah Dasar.
soal evaluasi yang menggunakan Universitas Negeri Jakarta.
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Acesta, Arrofa. 2020. Development of Natural
higher order tinking skills (hots) yaitu hanya Science Learning Models Based on
5 soal saja dari 20 soal yang dianalisis. Multiple Inteligences to Improve Higher
Selebihnya soal-soal yang termasuk kategori Order Thinking Skills in Elementary
keterampilan berpikir rendah. Schools. Journal of Physics: Conference
Hasil analisi soal IPA Wijayanti, Series 1477 (2020) 042036 IOP
(2019:58) menunjukkan bahwa soal –soal Publishing doi:10.1088/1742-
ujian masih didomonasi kriteria soal LOTS 6596/1477/4/042036.
(Lower Order Thinking Skills) 73 % dan soal Ariyana, Yoki, Dkk. 2018. Buku Pegangan
ujian yang termasuk kriteria HOTS (Higher Pembelajaran Berorientasi pada
Order Thinking Skills) 27 % dari 40 soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.
yang dianalisis, sedangkan Ismawati Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
(2019:92) hasil analisis soal IPA Kependidikan Kementerian Pendidikan
menunjukkan 95% soal termasuk kriteria dan Kebudayaan, Jakarta.
LOT dan 5 % soal termasuk kategori HOTS Anugrahana, Andri. 2018. Tinjauan Deskriptif
dari 22 soal yang dianalisis, sehingga dapat Penerapan Higher Order Thinking dan
disimpulkan berdasarkan berbagai hasil Problem-Based Learning Pada Mata
penelitian tersebut rendahnya soal-soal Kuliah Geometri Berdasarkan
ujian yang berkategori HOTS sehinga sangat Kemampuan Matematika Mahasiswa,
perlu adanya pelatihan bagi guru dalam Scholaria: Jurnal Pendidikan dan
menyusun soal ujian. Sehingga diharapkan Kebudayaan, Vol. 8 No. 2, Mei 2018:
dapat meningkatkan kualitas soal ujian. 142-156 Universitas Sanata Dharma.
Apandi, Idris. 2018. Strategi Pembelajaran Aktif
SIMPULAN Abad 21 dan Hots. Samudra Biru,
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat Yogyakarta.
disimpulkan sebagai berikut: Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan
1. ketiga aspek indikator higher order Rajawali Press. Jakarta.
thinking skills, telah muncul dalam Fanani, Ahmad, Kusmaharti Dian. 2018.
pembelajaran berdasarkan pendapat siswa Pengembangan Pembelajaran Berbasis
bahwa aspek berpikir kritis, aspek berpikir Hots (Higher Order Thinking Skill) Di
kreatif sudah tercermin dan terlaksana Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal
dalam pembelajaran dan masuk kedalam Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-
kataagori sering, sedangkan aspek ISSN 2549-5801 Universitas PGRI Adi
pemecahan masalah masuk kedalam Buana. Surabaya.
katagori jarang Fajriyah Khusnul, Agustini Ferina. 2018.
2. Hasil analisis soal evaluasi harian materi Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat
Ilmu Pengetahuan Alammenunjukkan Tinggi Siswa SD Pilot Project Kurikulum
bahwa hanya 5 soal atau 25% yang 2013 Kota Semarang. Jurnal Elementary
menunjukkan soal termasuk higher order School e-ISSN 2502-4264 Volume 5
thinking skills dan 15 soal atau 75% nomor 1 Januari 2018 Pendidikan Guru
3. Berdasarkan hasil analisis soal evaluasi, Sekolah Dasar Universitas PGRI
masih rendahnya soal-soal yang termasuk Semarang.
kategori HOTS, sehingga diperlukan Ismawati Bernadeta Putri, 2019 Analisis
perbaikan dan peningkatan mutu/kualitas Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
dalam menyusun soal-soal evaluasi agar Dalam Pembelajaran Tematik Siswa
kriteria soal HOTS lebih dominan. Kelas IVTahun Ajaran 2018.2019,
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
REFEERENSI Yogyakarta.
Acesta, Arrofa. 2019. Pengaruh Model Meilianawati Bernadeta Ika. 2019. Analisis
Pembelajaran Guided Discovery Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi

174
Quagga: Jurnal Pendidikan dan Biologi p-ISSN 1907-3089, e-ISSN2651-5869
Volume 12, Nomor 2, Juli 2020, pp.170-175 https://journal.uniku.ac.id/index.php/quagga

Pada Pembelajaran Tematik Kelas III.


Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
Usmaedi. 2017. Menggagas Pembelajaran Hots
Pada Anak Usia Sekolah Dasar. JPSD
Vol. 3 No. 1, Maret 2017 ISSN 2540-
909382, STKIP Setia Budhi Rangkas
Bitung.
Wijayanti, Putri Nugraheni, 2019, Analisis
Keterampilan Berpikitr Tingkat Tinggi
Pada Pembelajaran Tematik Kelas V,
Skripsi Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.

175

Anda mungkin juga menyukai