Anda di halaman 1dari 12

Jurnal_ep Vol.12 No.

1, Maret 2022

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN HIGHER ORDER


THINKING SKILLS (HOTS) DAN MOTIVASI BELAJAR PADA
MUATAN IPA KELAS V SEKOLAH DASAR

I.K. Merta1, I.B. Putrayasa2, I.M.C. Wibawa3


123
Program Studi Pendidikan Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: ketutmerta899@gmail.com1 , ib.putrayasa@undiksha.ac.id2,


imadecitra.wibawa@undiksha.ac.id3

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan validitas dan reliabelitas intrumen penilaian higher
order thingking skill (HOTS) pada muatan IPA dan instrumen motivasi belajar siswa kelas V SD.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dan
model pengembangan yang digunakan adalah model Djemari Mardapi terdiri dari Sembilan
langkah yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4)
melakukan uji coba tes, (5) menganalisis butir soal tes, (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8)
melaksanakan tes, dan (9) Menafsirkan hasil tes. Subjek penelitian ini adalah expert yakni dosen
ahli, praktisi (guru kelas V), dan siswa kelas V untuk menilai hasil produk instrumen HOTS dan
instrument motivasi belajar. Penelitian pengembangan ini menghasilkan intrumen pertama yaitu
penilaian HOTS dengan mengembangkan soal sebanyak 30 butir dan instrumen kedua untuk
mengukur motivasi belajar siswa sebanyak 30 butir juga. Berdasarkan hasil dari perhitungan CVR
untuk kedua instrument yaitu penilaian HOTS dan motivasi belajar dinyatakan semua butir soal
valid (0,32-0,85>0,214). Selanjutnya dilakukan uji validitas empirik menggunakan rumus korelasi
product moment untuk instrument HOTS diperoleh nilai koreloasi sebesar 0,32-0,85 sedangkan
pada instrument motivasi belajar diperoleh nilai korelasi sebesar 0,65-0,94>0,214 sehingga semua
instrument dapat dinyatakan valid. Nilai reliabilitas instrument penilaian HOTS sebesar 0.918
sedangkan instrumen motivasi belajar sebesar 0,977 dengan demikian dapat dikatakan reliabilitas
instrumen sangat tinggi yang dapat dijadikan contoh untuk mengukur serta mengembangkan
instrument penilaian HOTS dan motivasi belajar muatan IPA kelas V SD.

Kata kunci: HOTS; Motivasi Belajar; Muatan IPA; Pengembangan Instrumen

Abstract
This study aims to develop the validity and reliability of the higher-order thinking skill (HOTS)
assessment instrument on science content and learning motivation instruments for fifth-grade
elementary school students. The type of research used in this research is development research
and the development model used is the Djemari Mardapi model consisting of nine steps, namely:
(1) compiling test specifications, (2) writing test questions, (3) studying test questions, (4)
conducting test trials, (5) analyze test items, (6) improve tests, (7) assemble tests, (8) carry out
tests, and (9) interpret test results. The subjects of this study were experts, namely expert
lecturers, practitioners (class V teachers), and fifth-grade students to assess the results of the
HOTS instrument product and learning motivation instrument. This development research resulted
in the first instrument, namely the HOTS assessment by developing 30 items and the second
instrument to measure students' learning motivation as many as 30 items as well. Based on the
results of the CVR calculations for the two instruments, namely the HOTS assessment and learning
motivation, it was stated that all items were valid (0.32-0.85> 0.214). Furthermore, the empirical
validity test was carried out using the product-moment correlation formula for the HOTS instrument,
the correlation value was 0.32-0.85 while the learning motivation instrument obtained a correlation
value of 0.65-0.94>0.214 so that all instruments could be declared valid. The reliability value of the
HOTS assessment instrument is 0.918 while the learning motivation instrument is 0.977. Thus, it
can be said that the reliability of the instrument is very high which can be used as an example to

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 25


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

measure and develop the HOTS assessment instrument and learning motivation for science
content for fifth-grade elementary school.

Keywords: HOTS; Learning Motivation; Science Subject; Instrument Development

PENDAHULUAN tunas bangsa memiliki kemampuan


Sistem penilaian yang dilakukan seperti ini, bagaimana nanti meraka
oleh satuan Pendidikan maupun mampu membangun negara di tengah-
dilakukan oleh pemerintah soal-soal tengah perubahan dan persaingan yang
yang diujikan masih pada tataran kognitif semakin pesat. Keadaan dan kebiasaan
tingkat rendah yaitu pada jenjang seperti ini tidak boleh dibiarkan. Para
mengingat (C1), pemahaman (C2), dan pendidik harus mau bergerak dan
sedikit soal aplikasi (C3). Sedangkan berubah. Pendidik harus memiliki
pada tingkat analisis (C4), evaluasi (C5) pengetahuan dan keahlian untuk
dan mencipta (C6) jarang sekali menunjang pekerjaannya, sehingga
disentuh. Mayoritas siswa masih berada dapat mengembangkan keterampilan
pada tataran LOTS (Lower Order berpikir tingkat tinggi peserta didik (Aydin
Thinking Skills). Hal ini mengindikasikan & Yilmaz, 2010).
bahwa literasi sains siswa masih rendah Cara yang dapat digunakan untuk
(Nugroho, 2021). Guru-guru lebih menyelesaikan permasalahan di atas,
nyaman membuat soal pada jenjang perlu dilakukan langkah penguatan
kognitif tingkat rendah karena lebih materi dan menyusun instrument soal
mudah membuatnya, mengambil dari yang mengharuskan siswa menjawab
buku teks tinggal mengubah sedikit dengan Higher Order Thinking Skills
redaksinya dan soal yang diujikan tidak (HOTS). Penggunaan soal-soal berbasis
kontekstual. Guru-guru merasa kesulitan HOTS berperan dalam meningkatkan
untuk menyusun soal-soal yang mutu penilaian dan mempersiapkan
mengukur keterampilan berpikir tingkat kompetensi peserta (Hamidah, 2018).
tinggi (HOTS). Hal ini disebabkan belum Melalui HOTS ini guru harus mampu
pernah mengikuti pelatihan/workshop, mengarahkan peserta didik untuk
sehingga tidak memiliki keterampilan mampu berpikir kritis, analitis, kreatif,
untuk menyusun soal-soal HOTS. dan mampu memberikan kesimpulan
Kenyataan yang terjadi dalam penyelesaian masalah. Orang yang
pendidikan adalah peserta didik tidak mampu berpikir kritis akan mampu
mampu menghubungkan ilmu yang menalar dan membuat interpretasi.
mereka peroleh dalam pendidikan Para pendidik sudah waktunya
dengan pengalaman yang dialami dalam membelajarkan siswa untuk berpikir
kehidupan sehari-hari. Hal ini kritis, berpikir kreatif, dan memberikan
menyebabkan peserta didik tidak mampu pengalaman kemampuan pemecahan
menyelesaikan permasalahan yang ada masalah sesuai dengan konteks
dalam lingkungannya sehari-hari karena kehidupan yang dialami. Menurut
adanya jarak antara pengalaman yang (Halpern, 2014), berpikir kritis terkait
diperoleh dalam pendidikan dengan dengan penggunaan keterampilan
kenyataan yang dialami sehari-hari. kognitif atau strategi yang meningkatkan
Pengelolaan kegiatan kemungkinan untuk memperoleh dampak
pembelajaran dan penilaian yang yang diinginkan. Proses berpikir kritis
dilakukan guru tidak menuntut standar diperlukan dalam penyelesaian suatu
tinggi. Hal ini sudah bisa dipastikan permasalahan (problem solving) dan
bahwa anak-anak Indonesia akan membuat keputusan. Kemampuan untuk
memiliki penalaran dan kreativitas yang menyelesaikan masalah yang kompleks
rendah, serta selalu kalah bersaing dan mengambil keputusan berdasarkan
dengan anak-anak dari negara lain yang situasi yang kompleks juga merupakan
sudah maju pendidikannya. Bila tunas- keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 26


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

Kemampuan berpikir kreatif diperoleh rendah motivasi belajarnya maka hasil


dari pengetahuan dan pengalaman belajar siswa semakin rendah pula
hidup. Pengetahuan yang diperoleh dari (Meece & Blumenfeld, 1987).
lingkungan dikumpulkan dan Menghadapi siswa seperti itu, tidak bisa
diintegrasikan ke dalam bentuk yang guru harus mendorong siswa tersebut
baru dan orisinal. Siswa yang memiliki untuk tetap membaca buku,
kemampuan berpikir kreatif akan mampu mengerjakan tugas dan soal atau
mengembangkan suatu informasi menyuruh siswa aktif bertanya tentang
menjadi berbagai ide atau sudut hal yang belum dimengerti. Hal ini akan
pandang. Individu yang memiliki menjadi pekerjaan yang sia-sia bagi
kemampuan berpikir kreatif akan dapat guru.
menghasilkan konsep, ide, atau produk Biggs dan Tefler (Mudjiono, 2006)
baru yang berbeda dari sebelumnya. mengungkapkan motivasi belajar siswa
Sani, (2019) menyatakan dapat menjadi lemah. Lemahnya
Kemampuan untuk menyelesaikan motivasi atau tiadanya motivasi belajar
masalah termasuk kemampuan akan melemahkan semangat siswa
keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kegiatannya, hal ini menyebabkan
(HOTS) sebab agar dapat mutu prestasi belajar akan rendah pula.
menyelesaikan permasalahan yang Motivasi belajar yang ada dalam diri
kompleks, seorang harus memiliki siswa dapat menimbulkan kegiatan
kemampuan analitis dan sintesis yang belajar, yang menjamin kelangsungan
merupakan kemampuan berpikir tingkat kegiatan pembelajaran sehingga dapat
tinggi. Penyelesaian masalah harus memberikan arah untuk mencapai tujuan
dilakukan dengan menerapkan prosudur yang diinginkan (Sardiman, 2012). Oleh
yang tepat dalam menyelesaikan karena itu, mutu prestasi belajar pada
masalah. Seorang yang dapat siswa perlu diperkuat terus-menerus oleh
menyelesaikan masalah dengan baik guru dengan tujuan agar siswa memiliki
akan mampu mengenal situasi yang ada motivasi belajar yang kuat, sehingga
dan mengidentifikasi permasalahan, prestasi belajar yang diperoleh dapat
serta mengenal konsep dan prinsip yang optimal. Selain diperlukan kemampuan
relevan dengan permasalahan, sehingga keterampilan berpikir tingkat tinggi
dapat mengembangkan cara (HOTS), motivasi belajar sangat penting
menyelesaikan masalah dan selanjutnya kita bangun dalam peserta didik. Peserta
melaksanakan prosudur penyelesaian didik akan mampu menjawab soal-soal
masalah dengan tepat. HOTS bila memiliki motivasi yang tinggi
Dalam melaksanakan kegiatan dalam belajar. Motivasi belajar sangat
pembelajaran, guru senantiasa diperlukan dalam kegiatan pembelajaran
dihadapkan dengan siswa yang memiliki karena motivasi akan mendorong minat
motivasi belajar yang rendah. Terkadang dan mencurahkan segala kemampuan
guru menghadapi siswa yang kehilangan dan energi yang peserta didik miliki untuk
perhatian dan minat belajarnya. Hal ini memperoleh hasil belajar yang sangat
akan berdampak pada proses kegiatan memuaskan. Peserta didik yang memiliki
belajar yang diikuti yaitu siswa kurang motivasi belajar yang tinggi akan terlibat
berpartisipasi dalam kegiatan belajar, aktif dalam pembelajaran untuk berusaha
kurang responsif terhadap tugas yang mencapai tujuan yang mereka inginkan.
diberikan guru, lambat mengumpulkan Siswa yang memiliki motivasi
tugas bahkan tidak mengumpulkan tugas belajar dalam belajarnya akan menyadari
sama sekali. Keadaan seperti ini sudah pentingnya belajar untuk masa
tentu menyebabkan hasil belajarnya depannya. Peserta didik akan
rendah. Tingkat motivasi belajar menyenangi materi yang sedang
cenderung berkorelasi positif dengan dibelajarkan, menyelesaikan tugas tepat
hasil belajar, artinya semakin kuat/tinggi waktu, aktif bertanya dalam kegiatan
tingkat motivasi belajar, semakin baik pembelajaran, aktif mengajukan
hasil belajarnya sebaliknya semakin pendapat dalam diskusi bahkan minta

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 27


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

tambahan belajar dari gurunya. Menurut hubungan angka. Sikap yang dimaksud
(Suciati, 2007) faktor yang dapat dalam dalam pembelajaran IPA adalah
mempengaruhi motivasi belajar siswa sikap ilmiah yang meliputi: Hasrat ingin
adalah kebutuhan untuk berprestasi. tahu, kerendahan hati, sikap
Siswa yang memiliki kebutuhan untuk keterbukaan, jujur, tekun, tidak mudah
berprestasi yang tinggi cenderung putus asa, teliti, disiplin, dan mau bekerja
mempunyai ketahanan (persistence) sama (Pujiyanto, 2015). Melalui
yang tinggi dalam melakukan tugas, tidak penguasaan tiga ranah ini peserta didik
cepat menyerah. Mereka cenderung mampu memahami fenomena alam
mempunyai hasil kerja yang baik melalui kegiatan pemecahan masalah,
meskipun tidak diawasi oleh guru. Dalam metode ilmiah dan meniru cara dan sikap
bersosialisasi dengan teman, ilmuwan bekerja dalam menemukan
pertemanan lebih didasarkan kepada fakta baru.
kemampuan yang dimiliki teman lain Dalam pelaksanaan kegiatan
daripada keramahan dan rasa senang. pembelajaran banyak permasalahan
Untuk mengatasi hal tersebut guru yang dialami guru dalam membelajarkan
perlu memahami motivasi dalam diri IPA kepada peserta didik seperti guru
siswa dan berusaha mengelolanya kurang menguasai konsep materi yang
dengan baik untuk membantu mereka akan diajarkan, Pembelajaran masih
berhasil mencapai tujuan pembelajaran menekankan pada pengusaan konten/isi
di kelas dan pendidikan pada umumnya. daripada mengembangkan kemampuan
Cara yang dapat dilakukan guru adalah berpikir kritis, kreatif, dan pemecahan
dengan membuat instrumen penilaian masalah.
motivasi belajar sebagai langkah awal Pembelajaran bagi peserta didik
untuk mengetahui motivasi peserta didik bukan semata-mata hanya penguasaan
dalam belajar yang selanjutnya untuk konsep semata melainkan untuk
diberikan pembinaan dan mengasah potensi atau kemampuannya.
menumbuhkembangkan minat mereka Sekolah bukan lagi lembaga pemberi
untuk belajar guna mencapai ijazah berisi catatan lama belajar dan
kesuksesan. dominan materi ajar tetapi ranah
Pembelajaran IPA memiliki peran penguasaaan berpikir. Belajar IPA berarti
yang sangat penting dalam pembentukan membelajarkan peserta didik untuk
sikap, pengetahuan dan keterampilan memiliki sikap ilmiah diantaranya adalah
kepada peserta didik melalui kegiatan berpikir kritis. Agar peserta didik memiliki
observasi, melakukan eksperimen, kemampuan berpikir kritis dapat
membuat kesimpulan, dan seterusnya. dilakukan dengan menciptakan kegiatan
Melalui pembelajaran IPA siswa belajar pembelajaran dan memberikan penilaian
tentang diri dan alam sekitar serta dengan soal-soal yang menuntut siswa
pengembangannya untuk diterapkan mengembangkan kemampuan berpikir
dalam kehidupan sehari-hari. Belajar tingkat tinggi (HOTS).
sains (IPA) merupakan cara ideal untuk Berdasarkan pemaparan tersebut
memperoleh kompetensi (keterampilan- yang menjadi dasar penelitian ini untuk
keterampilan, sikap-sikap, dan mengembangkan instrument penilaian
mengembangkan pemahaman konsep- berbasis HOTS dan motivasi belajar
konsep yang berkaitan dengan dengan alasan (1) memberikan bekal
pengalaman sehari-hari (Suastra, 2017). kepada peserta didik agar memiliki
Keterampilan yang dimaksud di sini ketertarikan yang besar untuk
adalah keterampilan proses mencurahkan minat dan energi untuk
pembelajaran IPA yang meliputi gemar dan membiasakan belajar, (2)
keterampilan mengobservasi, memberikan pengalaman bagi guru
mengklasifikasi, mengukur, dalam mengelola kegiatan pembelajaran
mengkomunikasikan, menginferensi, agar siswa mampu menghubungkan
memprediksi, mengenal hubungan ruang materi pembelajaran yang diperoleh
dan waktu, serta mengenal hubungan- dengan konteks dunia nyata, dan (3)

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 28


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

agar peserta didik mempunyai menyusun kisi-kisi tes (c) Memilih bentuk
kemampuan keterampilan berpikir tingkat tes. Spesifikasi tes berfungsi sebagai
tinggi dalam menyelesaikan petunjuk praktis bagi penyusun tes
permasalahan sehari-hari. Oleh karena dalam merencanakan isi materi yang
itu, maka perlu dilakukan penelitian yang akan diujikan, bentuk tes dan panjang
berjudul “Pengembangan Instrumen tes. Bentuk tes yang dikembangkan
Penilaian Higher Order Thinking Skills dalam penelitian ini adalah tes objektif
(HOTS) dan Motivasi Belajar Pada (pilihan ganda) dan kuesioner. Untuk
Muatan IPA Kelas V Sekolah Dasar.” mengetahui kualitas alat tes tersebut,
Produk yang dikembangkan adalah maka sebelumnya dilakukan uji coba alat
istrumen penilaian HOTS berupa soal tes terhadap peserta didik. Alat tes yang
pilihan ganda dan motivasi belajar berkualitas dapat ditinjau dari beberapa
berupa kuesioner untuk mengukur hal diantaranya validitas, reliabilitas,
kemampuan keterampilan berpikir tingkat indeks kesukaran dan daya pembeda.
tinggi dan motivasi belajar siswa pada Menulis soal tes yaitu penyusunan kisi-
muatan IPA. Model pengembangan kisi, langkah selanjutnya adalah menulis
yang digunakan adalah prosedur butir-butir soal tes. Banyaknya butir soal
pengembangan instrumen yang tes untuk setiap indikator minimal satu
dikemukakan oleh Djemari Mardapi butir. Pada instrumen penilaian HOTS
(2008). Model ini terdiri dari sembilan sebanyak 30 butir dan begitu juga
langkah yaitu: (1) Menyusun spesifikasi motivasi belajar 30 butir. Menelaah soal
tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah tes yaitu butir-butir tes yang telah ditulis,
soal tes, (4) melakukan uji coba tes, (5) selanjutnya dianalisis oleh para ahli.
menganalisis butir soal tes, (6) Kegiatan ini bertujuan untuk
memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) mendapatkan validitas ekspert. Kegiatan
melaksanakan tes, dan (9) menafsirkan penelaahan tes disertai kisi-kisi. Pakar
hasil tes. yang terlibat dalam kegiatan ini adalah 2
Dalam penelitian ini kesembilan orang dosen dan 3 guru. Dalam
langkah tersebut disarikan menjadi dua penelaahan ini digunakan pedoman
tahapan yaitu: tahap perancangan dan penelaahan (lembar validasi) yang
tahap uji coba. Tahap perancangan diserahkan kepada validator. Lembar
mencakup langkah pertama sampai validasi tersebut disusun berdasarkan
langkah keempat dan tahap uji coba kaedah penulisan tes tertulis yang
mencakup langkah kelima sampai mencakup materi, konstruksi, dan
langkah ketujuh. Langkah-langkah bahasa. Memperbaiki hasil tes yaitu
pengembangan instrument menurut penelaahan oleh para ahli maka hasil
Mardapi, (2008) yang tidak digunakan penilaian dan masukan tersebut
dalam penelitian ini adalah merakit tes selanjutnya dianalisis. Berdasarkan hasil
dan melaksanakan tes. Merakit tes tidak analisis tersebut dilakukan revisi dan
digunakan karena langkah tersebut perbaikan terhadap instrumen penilaian
digunakan pada saat memperbaiki tes. yang telah disusun. Setelah itu instrumen
Melaksanakan tes tidak digunakan penilaian HOTS 30 butir valid dan
karena sama dengan tahap uji coba. instrumen motivasi belajar 30 butir valid.
Dengan asumsi bahwa hasil telah Melakukan Uji Coba yaitu melakukan
dilakukan para ahli mampu menjamin kegiatan uji coba instrumen. Tujuan dari
kualitas instrumen yang dibuat, maka uji uji coba adalah untuk memperoleh data
coba dilakukan dalam penelitian cukup empirik. Data empirik tersebut berguna
sekali yaitu pada langkah kelima. untuk menguji apakah instrumen yang
Menyusun Spesifikasi Tes, yaitu dibuat telah memenuhi kriteria validitas
spesifikasi tes berisi uraian yang berdasarkan data empirik, reliabilitas,
menunjukan keseluruhan karakteristik dan parameter butir soal. Instrumen yang
yang harus dimiliki suatu tes. dihasilkan dalam tahap ini berupa
Penyusunan spesifikasi tes mencakup instrumen penilaian tes objektif dan
kegiatan: (a) menentukan tujuan tes (b) kuesioner.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 29


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

METODE butir-butir yang tidak gugur (valid).


Penelitian ini menggunakan model Dengan kata lain, butir-butir yang tidak
penelitian dan pengembangan valid tidak diikutsertakan dalam
pendidikan (educational research and pengujian atau perhitungan reliabilitas
development) yang bertujuan untuk ( K o y a n , 2 0 1 1 ) . Dalam penelitian
mengembangkan intrumen penilaian ini, untuk menentukan reliabilitas HOTS
HOTS dan motivasi belajar pada muatan dan motivasi digunakan Alpha Cronbach
IPA. Sebagaimana dijelaskan oleh Borg dengan rumus sebagai berikut.
& D, (1989) kegiatan research and
development adalah suatu proses
penelitian yang bertujuan (3)
mengembangkan dan memvalidasi
produk-produk pendidikan. Desain Uji reliabilitas yang dapat
digunakan untuk menguji butir soal hasil
penelitian ini menggunakan model
belajar adalah formula atau rumus Alpha
(Mardapi, 2008). Subyek penelitian ini
Cronbach.
adalah dua orang dosen pendas dan
tiga guru kelas V SD yang memvalidasi
HASIL DAN PEMBAHSAN
serta mampu memberikan saran,
Hasil Uji Validitas Instrumen Penilaian
masukan, dan komentar untuk dijadikan
Higher Order Thinking Skills (HOTS)
bahan revisi terhadap instrumen yang
dan motivasi belajar
dikembangkan.
Validitas instrumen penilaian
Dalam penelitian ini validitas yang
higher order thinking skills meliputi
diuji yaitu instrumen HOTS dan motivasi
validitas isi yang didasari dari hasil
belajar IPA terintegrasi diuji terlebih
validasi oleh pendapat ahli (expert
validasi oleh 3 pratisi dari guru SD dan 2
judgment) dan praktisi pendidikan dasar.
dosen Pendas. Instrumen disebut valid
Tahapan validasi awal untuk penilaian
apabila benar-benar mampu mengukur
higher order thinking skills adalah
apa yang semestinya diukur dengan
validasi ahli oleh 2 orang dosen dari
instrumen tersebut (Candiasa, 2010:21).
jurusan pendidikan dasar dan divalidasi
Validasi dari validator dianalisis
juga oleh 3 orang praktisi di bidang
menggunakan analisis Isi Validity Ratio
pendidikan yang berprofesi sebagai guru
(CVR) dengan rumus berikut:
sekolah dasar. Hasil dari expert
judgment selanjutnya dilakukan analisis
CVR = (2ne/n) – 1 (1)
untuk mendapatkan indeks ratio
(Azwar, 2013 : 114)
validitasnya dengan melakukan
perhitungan Content Validity Ratio
Setelah mengidentifikasi setiap sub
(CVR). Rubrik penskoran untuk judges
pertanyaan instrument dengan
menggunakan skala 3, yaitu relevan (3),
menggunakan CVR, maka selanjutnya
kurang relevan (2), dan tidak relevan (1).
yaitu menghitung CVI (Isi Validity Index).
Hasil uji validitas instrumen penilaian
CVI digunakan untuk menghitung rata-
higher order thinking skills yang telah
rata dari keseluruhan nilai CVR untuk
dikembangkan pada uji validitas isi
komponen instrumen kemampuan
dengan CVR diperoleh sebanyak 30 butir
berpikir kritis dan hasil belajar IPA.
Adapun rumus CVI, yaitu sebagai berikut: soal adalah CVR = 1 dan ini
menandakan bahwa 30 butir soal pada
instrumen penilaian higher order thinking
CVI = (∑CVR) / k (2)
skills relevan atau valid. Dari semua
(Azwar, 2013:115)
instrument yang valid terdapat beberapa
Setelah dilakukan uji validitas, uji instrument yang mendapat catatan dari
expert yang sudah diperbaiki sehingga
selanjutnya ialah melakukan pengujian
dapat dikatakan valid.
terhadap reliabilitas instrument.
Reliabilitas yang dihitung hanya untuk

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 30


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

Tabel 1 Hasil Uji Ahli dan Praktisi Pada Instrument penilaian higher order thinking skills
(HOTS)
Panelis CVR
No Min Value
ne N/2 ne-N/2 ((ne- Keterangan
Butir 1 2 3 4 5 CVR
N/2):(N/2))
1 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
2 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
3 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
4 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
5 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
6 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
7 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
8 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
9 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
10 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
11 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
12 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
13 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
14 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
15 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
16 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
17 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
18 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
19 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
20 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
21 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
22 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
23 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
24 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
25 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
26 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
27 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
28 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
29 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
30 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
∑CVR 30

Tabel 2. Hasil Uji Validitas Instrument Motivasi Belajar


Panelis CVR
No Min Value
ne N/2 ne-N/2 ((ne- Keterangan
Butir 1 2 3 4 5 CVR
N/2):(N/2))
1 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
2 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
3 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
4 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
5 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
6 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
7 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
8 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
9 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
10 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
11 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
12 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
13 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
14 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 31


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

Panelis CVR
No Min Value
ne N/2 ne-N/2 ((ne- Keterangan
Butir 1 2 3 4 5 CVR
N/2):(N/2))
15 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
16 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
17 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
18 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
19 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
20 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
21 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
22 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
23 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
24 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
25 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
26 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
27 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
28 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
29 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
30 3 3 3 3 3 15 2,5 2,5 1 0,9 Valid
∑CVR 30
tabel sebesar 0,214. Adapun butir soal
Hasil uji validitas instrument uji coba instrument instrumen penilaian
motivasi belajar yang telah higher order thingking skill seluruhnya
dikembangkan sebanyak 30 instrumen valid.
yang valid yang artinya instrumen Uji validitas empirik pada penilaian
mampu mengukur motivasi belajar pada instrument motivasi belajar dengan
siswa. Dalam menyusun instrumen sampel sebanyak 60 siswa kelas V
motivasi belajar yang mempunyai menggunakan rumus korelasi product
validitas isi, maka pengujiannya dapat moment menggunakan aplikasi SPSS.
dilakukan dengan membandingkan Kuesioner ini dinyatakan valid apabila
antara isi instrumen dengan kisi-kisi hasil analisis r hitung > r tabel (0,214),
instrumen yang telah dibuat jika nilai r hitungnya < r tabel berarti
sebelumnya. Sehingga pengujian tidak valid. Untuk penilaian instrument
validitas dapat dilakukan dengan mudah motivasi belajar dengan taraf signifikan
dan sistematis (Sugiyono, 2009). 5% dan N sebesar 60, diperoleh nilai r
Instrumen dikatakan valid apabila dapat tabel sebesar 0,214.
tepat mengukur apa yang hendak Penelitian Rifâ et al., (2018) yang
diukur. berjudul The Development of High Order
Thinking Skills (HOTS) Assessment
Hasil Uji Validitas Empirik Instrumen Instrument for Temperature and Heat
Penilaian Higher Order Thinking Skill Learning, menyatakan persentase
(HOTS) dan Motivasi Belajar masing-masing kriteria instrumen
Uji validitas empirik pada penilaian penilaian HOTS materi suhu dan kalor
instrument penilaian higher order sudah valid dan memerlukan revisi
thinking skill dengan sampel sebanyak minor. Nilai presentase rata-rata validasi
60 siswa kelas V SD menggunakan ahli adalah 81,5%, dengan demikian
rumus korelasi product moment dengan materi cukup valid untuk dipergunakan.
menggunakan aplikasi SPSS. Kriteria Dengan demikian dapat
yang digunakan dalam uji validitas ini disimpulkan bahwa secara keseluruhan
adalah kuesioner dikatakan valid jika pengembangan instrumen penilaian
nilai rxy > 0,214. Nilai rxy kemudian HOTS materi suhu dan kalor cukup
dikonsultasikan dengan nilai r tabel valid. Namun untuk penyempurnaan
product moment dengan taraf signifikan perlu dilakukan revisi pada konstruksi
5% dan N sebesar 60, diperoleh nilai r butir instrumen. Untuk
menyempurnakan pengembangan
intrumen penilaian HOTS perbaikan

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 32


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

dilakukan berdasarkan saran dan melakukan uji coba tes (5) menganalisis
komentar validator. butir soal tes (6) memperbaiki tes (7)
merakit tes (8) melaksanakan tes (9)
Hasil Uji Reliabilitas Menafsirkan hasil tes. Pada tahap ini
Reliabilitas menunjukkan bahwa kegiatan yang dilakukan adalah
instrumen yang digunakan dapat menyusun spesifikasi tes, menulis soal
dipercaya sebagai alat pengumpul data tes, menelaah soal tes dan
dan mampu menampilkan informasi memperbaiki tes.
yang sesuai (Sugiharto, 2006). Menyusun Spesifikasi Tes,
Pengukuran yang memiliki reliabilitas spesifikasi tes berisi uraian yang
tinggi ditunjukkan oleh pengukuran yang menunjukan keseluruhan karakteristik
dapat menghasilkan data yang reliabel. yang harus dimiliki suatu tes.
Penyusunan spesifikasi tes mencakup
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen kegiatan: (a) menentukan tujuan tes (b)
Penilaian Higher Order Thinking Skill menyusun kisi-kisi tes (c) Memilih bentuk
(HOTS) tes. Spesifikasi tes berfungsi sebagai
Hasil perhitungan reliabilitas petunjuk praktis bagi penyusun tes
instrumen higher order thinking skill dalam merencanakan isi materi yang
(HOTS) yang telah diperoleh akan akan diujikan, bentuk tes dan panjang
dibandingkan dengan tabel kriteria tes.
reliabilitas. Setelah itu diuji dengan Menulis soal tes, setelah
rumus Alpha Cronbach berbantuan penyusunan kisi-kisi, langkah
aplikasi SPSS. Berdasarkan hasil uji selanjutnya adalah menulis butir-butir
reliabilitas maka dapat disimpulkan soal tes. Banyaknya butir soal tes untuk
bahwa instrument higher order thinking setiap indikator minimal satu butir soal.
skill (HOTS) memperoleh nilai sebesar Setiap butir soal disertai dengan rubrik
0,918. Data ini menunjukkan 0,8 penskoran. Rubrik penskoran yang
1 reliabilitas tes sangat tinggi digunakan dalam penelitian ini adalah
(sangat baik). rubrik penskoran analitik. Penggunaan
pedoman penskoran analitik
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen dimaksudkan untuk menjamin
Motivasi Belajar keakuratan penskoran terhadap tes yang
Reliabilitas tes diukur berdasarkan dilakukan, karena pedoman penskoran
koefisien reliabilitas dan digunakan analitik lebih detail bila dibandingkan
untuk mengetahui tingkat keterandalan dengan rubrik penskoran holistik.
suatu tes. Untuk menghitung reliabilitas Menelaah Soal Tes, butir-butir tes
instrument motivasi belajar yang telah ditulis, selanjutnya dianalisis
menggunakan metode Alpha Cronbach oleh para ahli. Penelaahan butir soal
berbantuan aplikasi SPSS. menggunakan teknik panel. Teknik
Berdasarkan hasil uji reliabilitas panel merupakan suatu teknik menelaah
maka dapat disimpulkan bahwa soal berdasarkan kaidah penulisan soal
instrument motivasi belajar memperoleh (Kusaeri, 2014). Kegiatan ini bertujuan
nilai sebesar 0,977. Data ini untuk mendapatkan validitas isi.
menunjukan 0,8 1 reliabilitas Kegiatan peneleaahan tes disertai kisi-
tes sangat tinggi (sangat baik). kisi, kunci jawaban dan rubrik
Instrument penilaian higher order penskoran. Pakar yang terlibat dalam
thinking skill (HOTS) dan motivasi kegiatan ini adalah 2 orang dosen dan 3
belajar dikembangkan mengacu pada guru. Dalam penelaahan ini digunakan
prosedur pengembangan instrumen pedoman penelaahan (lembar validasi)
yang dikemukakan oleh Djemari yang diserahkan kepada validator.
Mardapi (2008). Teknik tersebut terdiri Lembar validasi tersebut disusun
dari Sembilan langkah yaitu: (1) berdasarkan kaedah penulisan tes
menyusun spesifikasi tes (2) menulis tertulis yang mencakup materi,
soal tes (3) menelaah soal tes (4) konstruksi, dan bahasa.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 33


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

Memperbaiki Hasil Tes, setelah ganda dengan 30 soal tergolong valid.


ditelaah oleh para ahli maka hasil Nilai reliabilitas yang dihasilkan yaitu
penilaian dan masukan tersebut sebesar 0,977 yang berada pada
selanjutnya dianalisis. Berdasarkan hasil rentang 0,80 < r11 ≤ 1,00 atau berada
analisis tersebut dilakukan revisi dan pada kategori derajat reliabilitas sangat
perbaikan terhadap instrumen penilaian tinggi (sangat baik). Setiap butir soal
yang telah disusun. Setelah itu yang baik harus memenuhi kriteria, baik
instrument higher order thinking skill 30 ditinjau dari validitas, reliabilitas.
butir valid, sedangkan instrument Penelitian Andriani & Rasto (2019)
motivasi belajar sebanyak 30 butir valid. yang berjudul Motivasi Belajar sebagai
Melakukan Uji Coba, setelah Determinan Hasil Belajar Siswa,
dianalisis oleh para ahli maka tahap menyimpulkan motivasi belajar yang
selanjutnya adalah melakukan kegiatan tercermin dari indikator durasi kegiatan,
uji coba instrumen. Tujuan dari uji frekuensi kegiatan, presistensi, devosi
coba adalah untuk memperoleh data dan pengorbanan, ketabahan, keuletan
empirik. Data empirik tersebut berguna dan kemampuan, tingkat inspirasi,
untuk menguji apakah instrumen yang tingkatan kualifikasi hasil, serta arah
dibuat telah memenuhi kriteria validitas sikap terhadap sasaran kegiatan
berdasarkan data empirik, reliabilitas, memiliki peran penting terhadap hasil
dan parameter butir soal. Instrumen belajar siswa. Artinya peningkatan
yang dihasilkan dalam tahap ini berupa motivasi belajar siswa dapat diikuti oleh
instrumen penilaian tes tertulis peningkatan hasil belajar siswa. Guru
kuesioner dan pilihan ganda. memiliki peran strategis dalam
Hasil perhitungan validitas dari memotivasi siswa. Oleh karena itu
instrument penilaian higher order kemampuan guru dalam memotivasi
thinking skill (HOTS) dengan jumlah siswa turut menentukan hasil belajar
butir soal sebanyak 30 yaitu sebanyak siswa.
30 soal tergolong valid. Dan nilai
reliabilitasnya sebesar 0,918. Data ini Tingkat Kesukaran Tes Higher Order
menunjukaan 0,8 1 reliabilitas Thinking Skill (HOTS)
tes sangat tinggi (sangat baik). Selain
instrument motivasi belajar, dilakukan Analisis tingkat kesukaran soal
juga perhitungan hasil validasi dari pilihan ganda berbantuan Microsoft
instrumen motivasi belajar yaitu Excel diperoleh hasil sebagai berikut.
sebanyak 30 soal berbentuk pilihan
Tabel 3. Distribusi Butir Soal Berdasarkan Tingkat Kesukaran
Klarifikasi Nomor Soal Jumlah Persentase
Sangat sukar - 0 0
Sukar 24,25,26 3 10

Sedang 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18, 21 70
19,20,21,22,23,
Mudah 1,21,27,28,29,30 6 20
Sangat mudah - 0 0

Berdasarkan analisis yang sukar


dilakukan terhadap 30 butir soal
tersebut, dapat diketahui bahwa Daya Pembeda Tes Tes Higher Order
sebanyak 6 butir soal termasuk kategori Thinking Skill (HOTS)
mudah, sebanyak 21 butir soal kategori
sedang, dan sebanyak 3 butir kategori

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 34


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

Tabel 4. Distribusi Butir Soal Berdasarkan Daya Pembeda


Klarifikasi Nomor Soal Jumlah Persentase
Baik 1,2,3,10,14,15,17,19,20,23,26,28, 13 43,3
Sedang 4,5,6,7,9,11,13,18,21,22,24,25,29 13 43,3
Cukup baik 8,12,16,27 4 13,4
Buruk - - -

Berdasarkan hasil analisis yang tes sangat tinggi (sangat baik). Uji
digunakan terhadap 30 butir soal reliabilitas motivasi belajar
tersebut, dapat diketahui sebanyak 13 menggunakan rumus Alpha Cronbach
butir soal termasuk kategori baik, 4 butir memperoleh nilai 0,977. Data ini
kategori cukup baik, 13 butir kategori menunjukan 0,8 1 reliabilitas
sedang. tes sangat tinggi (sangat baik).
Saran yang diharapkan dari penelitian
PENUTUP yang telah dilakukan,
Berdasarkan hasil penelitian dan merekomendasikan hal-hal sebagai
pembahasan, maka dapat diambil berikut. Kepada peserta didik,
kesimpulan yaitu pengembangan diharapkan dapat meningkatkan
instrumen penilaian HOTS sesuai kemampuan berpikir kritis, berpikir
dengan kerangka konseptual kreatif, memecahkan masalah,
pengembangan. Hasil pehitungan membuat keputusan, menganalisis,
didapatkan 30 butir soal pada penilaian mengevaluasi, dan mencipta serta
higher order thinking skill (HOTS) memiliki motivasi belajar yang tinggi
relevan atau valid. Dari semua untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
instrument yang valid terdapat Kepada Guru, dapat menjadi pedoman
beberapa instrument yang mendapat bagi guru untuk merancang
catatan dari expert yang sudah pengembangan instrumen HOTS dan
diperbaiki sehingga dapat dikatakan motivasi belajar muatan IPA untuk
valid. Instrument motivasi belajar semua tingkat kelas.
dilakukan analisis uji validitas empirik
menggunakan rumus rumus korelasi DAFTAR RUJUKAN
product moment. Kriteria yang Andriani, R., & Rasto, R. (2019).
digunakan dalam uji validitas ini adalah Motivasi belajar sebagai
kuesioner dikatakan valid jika nilai rxy > determinan hasil belajar siswa.
0,214. Nilai rxy kemudian Jurnal Pendidikan Manajemen
dikonsultasikan dengan nilai r tabel Perkantoran (JPManper, 4(1), 80–
product moment dengan taraf signifikan 86.
5% dan N sebesar 60, diperoleh nilai r
Aydin, N., & Yilmaz, A. (2010). The
tabel sebesar 0,214. adapun butir soal
effect of constructivist approach in
uji coba instrument motivasi belajar yaitu
chemistry education on students’
seluruhnya valid. Instrumen motivasi
higher order cognitive skills.
belajar dilakukan analisis uji validitas
Journal of Education, 39, 57–68.
empirik menggunakan rumus product
moment kuesioner ini dinyatakan valid Borg, R. W., & D, G. M. (1989). No Title.
apabila hasil analisis r hitung > r tabel, Educational Research An
jika nilai r hitungnya < r tabel berarti Introdution. Fifth Edition.
tidak valid. Untuk penilaian instrument Longman.
motivasi belajar dengan taraf signifikan Halpern, D. F. (2014). Thought and
5% dan N sebesar 60, diperoleh nilai r Knowledge: an introductions to
tabel sebesar 0,214. Uji reliabilitas critical thinking. Taylor & Francis.
instrument motivasi belajar
menggunakan rumus Alpha Cronbach Hamidah, L. (2018). Higher Order
memperoleh nilai 0,977. Data ini Thinking Skills. Hijaz Pustaka
menunjukaan 0,8 1 reliabilitas Mandiri.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 35


Jurnal_ep Vol.12 No.1, Maret 2022

Koyan, I. W. (2011). Asesmen dalam Sugiyono. (2009). Metode Penelitian


Pembelajaran. Universitas Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Pendidikan Ganesha. Alfabeta.
Kusaeri. (2014). Acuan dan teknik
penilaian proses dan hasil belajar
dalam kurikulum 2013. Ar Ruzz
Media.
Mardapi, D. (2008). Teknik Penyusunan
Instrumen Tes dan Nontes.
Yogyakarta. Mitra Cendikia Press.
Meece, J. I., & Blumenfeld, P. C. (1987).
Elementary school children’s
motivational orientations and
patterns of engagement in
classroom activities. Annual AERA
Conference.
Mudjiono, D. (2006). Belajar dan
Pembelajran. PT Rajagrafindo
Persada.
Nugroho, R. A. (2021). HOTS
Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi (Edisi revisi. Grasindo.
Pujiyanto, S. (2015). Menjelajah Dunia
Biologi. Tiga Serangkai.
Rifâ, A., Serevina, V., & Delina, M.
(2018). The development of High
Order Thinking Skills (HOTS)
assessment instrument for
temperature and heat learning.
Jurnal Penelitian &
Pengembangan Pendidikan
Fisika, 4(1), 19–26.
Sani, R. A. (2019). Pembelajaran
berbasis hots edisi revisi: higher
order thinking skills. Tira Smart.
Sardiman, A. M. (2012). Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar.
Rajagrafindo Persada.
Suastra, I. W. (2017). Pembelajaran
Sains Terkini Mendekatkan Siswa
dengan Lingkungan Alamiah dan
sosial Budayanya. Universitas
Pendidikan Ganesha.
Suciati, dkk. (2007). Belajar dan
Pembelajaran 2. Universitas
Terbuka.
Sugiharto, S. J. R. T. (2006). LISREL.
Graha Ilmu.

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Indonesia | 36

Anda mungkin juga menyukai