Anda di halaman 1dari 8

Current Research in Education: Conference Series Journal

Vol. 1 No. 1 Tahun 2019


Paper 005

Pengembangan instrumen penilaian Higher Order Thinking


Skill (HOTS) di sekolah dasar
*
Nurdinah Hanifah
*
nurdinah.hanifah@upi.edu

Prodi PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia, Kampus Sumedang

Abstrak: Keberhasilan penguasaan suatu konsep hanya akan diperoleh jika peserta didik
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, karena konsep yang telah dipahami akan
melekat dalam ingatan peserta didik dalam waktu yang lama, sehingga penting sekali
bagi peserta didik untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS
(High Order Thinking skill). Salah satu cara untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu dengan cara melakukan
penilaian. Penilaian yang berupa tes dapat digunakan untuk mengasah kemampuan
berpikir peserta didik, dan berpengaruh dalam menentukan keterampilan berpikir
peserta didik. Banyak penelitian memperlihatkan bahwa peserta didik di Indonesia
memiliki memampuan HOTS yang rendah dibandingkan dengan negara lainnya, salah
satu faktor yang penyebabnya adalah peserta didik kurang terus dilatih untuk
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, agar peserta didik dalam memahami
materi yang dipelajari dengan baik. oleh karena itu perlu sekiranya guru lebih
mengotimalkan teknik penilaian yang berupa tes yang dapat digunakan untuk
mengasah kemampuan berpikir peserta didik, dalam hal ini HOTS. Artikel ini
berupaya untuk memberikan gambaran mengenai pengembangan teknik penyusunan
penilaian hasil belajar peserta didik yang bermuatan HOTS.

1. Pendahuluan
Revisi terkini dalam Kurikulum 2013 yang diberlakukan difokuskan pada penyempurnaan dua
bagian besar kurikulum, yaitu standar isi dan standar penilaian. Pada standar isi dirancang agar
peserta didik mampu berpikir kritis dan dan analitis sesuai dengan standar internasional yang
dilakukan dengan mengurangi materi yang tidak relevan dan pendalaman serta perluasan materi
yang relevan bagi peserta didik, sedangkan pada standar penilaian dilakukan dengan
mengadaptasi model-model penilaian standar internasional secara bertahap. Penilaian hasil
belajar lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking
Skills/HOTS) (Kemendikbud, 2017).

Penyempurnaan kurikulum untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta


didik dilakukan berdasarkan hasil studi internasional Programme for Internasional Student
Assessment (PISA) yang memperlihatkan data bahwa prestasi literasi membaca (reading
literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy)
peserta didik Indonesia sangat rendah. Maka dari itu diperlukan adanya perubahan sistem dalam
pembelajaran. (Kemendikbud, 2016).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang dilakukan harus memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan
konsep pengetahuan berbasis aktivitas dan bermakna. Oleh karena itu dalam revisi K 2013
menekankan harus mengintegrasikan (Higher Order Thinking Skills/HOTS) dalam
pembelajaran. Hal ini menunjukkan pembelajaran harus memberikan pelatihan bukan hanya

1
Seminar Nasional:
Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT

untuk pembelajaran mendasar siswa pemahaman secara konseptual, tetapi juga kemampuan
tingkat tinggi siswa. Selanjutnya untuk mempermudah pemahaman dalam artikel ini Higher
Order Thinking Skills akan ditulis HOTS. Namun dalam faktanya, penerapan pembelajaran
HOTS bukan hal yang mudah dilaksanakan oleh guru. Guru harus benar-benar menguasai
materi dan strategi pembelajaran dan guru juga dihadapkan pada tantangan dengan lingkungan
siswa. Pembelajaran akan bermakna jika siswa diajak berpikir tingkat tinggi. Keberhasilan
penguasaan suatu konsep akan didapatkan ketika siswa sudah mampu berpikir tingkat tinggi,
dimana siswa tidak hanya dapat mengingat dan memahami suatu konsep, namun siswa dapat
menganalisis serta mensintesis, mengevaluasi, dan mengkreasikan suatu konsep dengan baik,
konsep yang telah dipahami tersebut dapat melekat dalam ingatan siswa dalam waktu yang
lama, sehingga penting sekali bagi siswa untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau HOTS (Laily, 2013).

Menurut Heong, et al (2011) higher order thinking is using the thinking widely to find new
challenge. Higher order thinking demands someone to apply new information or knowledge that
he has got and manipulates the information to reach possibility of answer in new situation.
Dalam HOTS siswa menggunakan pemikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru.
Pemikiran tingkat tinggi menuntut seseorang untuk menerapkan informasi atau pengetahuan
baru yang dia dapatkan dan memanipulasi informasi untuk mencapai kemungkinan jawaban
dalam situasi baru. Beberapa penelitian menuliskan definisi HOTS bahwa HOTS merupakan
suatu proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang yang ditandai oleh beberapa
karakteristik sebagai berikut: (1) Melibatkan lebih dari satu jawaban benar; (2) Berbicara
tentang tingkat pemahaman; (3) Ditandai dengan tugas yang kompleks; dan (4) Bebas konten
dan sekaligus content-related, Astutik, (tth, p. 343); Zaini (2015). Di dalam HOTS selain
mengandung kemampuan berpikir tingkat tinggi juga di dalamnya memuat berpikir kreatif.
Pentingnya kemampuan berpikir tingkat tinggi diungkapkan oleh Fensham (2012) agar dapat
bersaing dalam dunia kerja dan kehidupan pribadi, siswa harus memiliki kemampuanberpikir
kritis, kreatif dan kemampuan untuk memecahkan masalah. HOTS berdasarkan Taksonomi
Bloom masuk pada lima level tertinggi yaitu analisis (C4), evaluasi (C5), sintesis (C6),
imajinasi (C7), dan mencipta (C8).

Secara umum alur aktivitas guru di kelas, mulai dari menyampaikan informasi (metode
sekolah) yang kemudian diakhiri dengan guru memberikan penilaian. Penilaian dalam
pembelajaran merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi, untuk menentukan
pencapaian hasil belajar siswa. Guru memerlukan instrumen penilaian dalam bentuk soal-soal
untuk melaksanakan penilaian dan untuk menguji pemahaman siswa. Seperti yang diuraikan
oleh(Doganay & Bal,2010), yaitu Developing students’ skills requires creating assessment
techniques that have abilities to help teachers in their job and reveal students’ skills. Moreover,
teachers are supposed to implement varieties of assessment methods such as performance-
based assessment and stay away from the tests that require recalling knowledge such as
observations, short answer questions and multiple-choice question which are most frequently
used by class teachers.

Pentingnya penilaian dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang perlu
mendapatkan perhatian serius, mengingat penilaian merupakan bagian integral yang tidak
terpisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan
guru dan siswa dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Guru sebagai pengelola
pembelajaran dituttut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan prosedur yang
benar agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai.

2
Current Research in Education: Conference Series Journal
Vol. 1 No. 1 Tahun 2019
Paper 005

Taksonomi Bloom yang telah direvisi dibedakan proses berpikir menjadi dua, yaitu
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau sering disebut dengan Higher Order Thinking Skill
(HOTS), dan keterampilan berpikir tingkat rendah Lower Order Thinking Skill (LOTS).
Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan kemampuan mengingat (C1), memahami (C2)
dan menerapkan (C3) sementara dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi melibatkan analisis
dan sintesis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta atau kreativitas (C6) (Krathworl dan
Anderson, 2001).

HOTS sangat penting untuk diterapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran. Jika siswa
memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka dalam pembelajaran pun akan mampu
menggunakan cara pemecahan masalah dengan baik, tepat dan dengan percaya diri. Ketika
kegiatan pembelajaran memfokuskan pada target pengembangan HOTS maka sangat
berpengaruh terhadap kegiatan belajar yang lebih efektif, kemampuan intelektual guru dan
siswa menjadi lebih terlatih, dalam evaluasinya guru harus selalu menyiapkan pertanyaan yang
tidak dapat dijawab secara sederhana oleh siswa yang tentunya akan berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas pendidikan.

Hanya saja beberapa hasil penelitian memperlihatkan ternyata kualitas pendidikan masih lemah
dengan ditandai oleh salah satu cirinya yaitu proses pendidikan yang memberikan sebanyak
mungkin bahan pelajaran untuk mencapai target kurikulum, sedangkan kapasitas berpikir tidak
ditingkatkan kepada tarap yang optimal (higher order thinking skills), Al Muhtar (2007); Abdul
Karim (2011). Data temuan lainnya menunjukan bahwa para guru memahami ada revisi dalam
K 2013 diantaranya harus mengembangkan HOTS dalam kegiatan pembelajaran termasuk
dalam pengembangan instrumen penilainnya, tapi mereka mengalami kesulitan dalam
merumuskan Indikator yang ada dalam HOTS menjadi instrumen penilaian (Hanifah, 2017).
Artikel ini berupaya memberikan suatu gambaran kepada para praktisi pendidikan mengenai
pengembangan instrumen penilaian yang bermuatan HOTS.

2. Studi Literatur
2.1. Menyinggung soal HOTS
Menurut Iskandar (dalam Winarso, 2014), HOTS atau kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk
mengolah informasi yang diperoleh dengan melibatkan proses berpikir kreatif dan kritis dalam
ranah kognitif (analisis, evaluasi, dan cipta), serta dalam menghadapi suatu situasi atau masalah
tertentu yang membutuhkan suatu penyelesaian. Kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
diharapkan dalam proses pembelajaran yaitu kemampuan untuk menganalisis dan memecahkan
masalah melalui diskusi. Pendapat lain dikemukakan oleh Yousef (2016) bahwa “Educators
consider higher-order thinking skills as high order thinking that occurs when the student
obtains new knowledge and stores it in his memory, then this knowledge is correlates,
organized, or evaluated to achieve a specific purpose. These skills have to include sub-skills
such as analysis, synthesis and evaluation, which are the highest levels in Bloom’s cognitive
taxonomy”.

Melacak sisi sejarah perkembangan definisi dari HOTS dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Perkembangan Mankan High Order Thinking Skill
Source Year Definition
King et al. 1998 “ (It) includes critical, logical, reflective, meta-cognition, and
creative thinking. (it is) activated when individuals encounter
unfamiliar problems, uncertainties, questions or dilemmas.
NCTM 2000 “Solving a routine problem”

3
Seminar Nasional:
Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT

Anderson and 2001 The processes- analyze, evaluate and create.


Krathwohl
Lopez and 2001 “(It) occurs when a person takes a new information and
Whittington information stored in memory and interrelates and or rearranges
and extends this information to achieve a purpose or find possible
answers in perplexing situation
Weiss E. 2003 “…..the strategy- the setting of meta objectives; where as critical,
systematic and creative thinking are the tactics- the activities
needed to achieve the proclaimed objectives.
Miri et al. 2007 “…the strategy the setting of meta-objectives; where as critical,
systematic and creative thinking are the tactics- the activities
needed to achieve the proclaimed objectives.
Rajendran N. 2008 The expanded use of the mind to meet new challenges.
Thompson, T. 2008 “Non-algorithmic thinking”
Thomas , A. and 2010 “……(it) takes thinking to higher levels than just restating the
Thone, G. facts. (It) requires that we do something with the facts. We must
understand them, connect them to each other, categorize them,
manipulate them, put them together in new or novel ways, and
apply them as we seek new solutions to new problems.”
Kruger, K. 2013 It involves “ concept formation, critical thinking, creativity/
brainstorming, problem solving, mental representation, rule use,
reasoning and logical thinking.
Sumber : Goethals, Poul L. (2013)

Masing-masing guru hendaknya kreatif mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD
yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.Wawasan guru terhadap isu-isu global,
keterampilan memilih stimulus soal, serta kemampuan memilih kompetensi yang diuji,
merupakan aspek-aspek penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan
butir-butir soal yang bermutu. Di bawah ini merupakan kerucut taksonomi Bloom yang
terklasifikasikan berdasarkan HOT sampai dengan LOTS.

Gambar 1. Taksonomi Bloom HOTS - LOTS


Sumber : Anderson, L.W., and Krathwohl, D.R. (2001), yang dimodifikasi

4
Current Research in Education: Conference Series Journal
Vol. 1 No. 1 Tahun 2019
Paper 005

2.2. Karakteristik soal HOTS

Gambar 2. Karakteristik Soal HOTS


Diadaptasi dari: Modul Pengembangan Soal HOTS
Direktorat Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan

2.3. Langkah-langkah penyusunan soal HOTS


Dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis
soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi
dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut bagan langkah-langkah penyusunan
soal-soal HOTS.

Menganalisis KD yang
dapat dibuat soal-soal
HOTS

Menyusun kisi-kisi soal

Memilih stimulus yang


menarik dan kontekstual

Menulis butir pertanyaan


sesuai dengan kisi-kisi soal

Membuat pedoman
penskoran (rubrik) atau
kunci jawaban

Gambar 3. Bagan Alur Pengembangan Soal HOTS

3. Pembahasan
Penilaian Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah terdiri atas penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar

5
Seminar Nasional:
Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT

oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.Penilaian hasil belajar oleh
pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses,kemajuan belajar, dan perbaikan
hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur


kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat
(recall), menyatakan kembali (restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite).
Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke
konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3) mencari kaitan dari berbagai
informasi yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5)
menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS
tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.

Dalam menuliskan soal HOTS hendaknya menggunakan instrument tes beragam seperti yang
disarankan Sugrue (1994, 1995) “formats for measuring higher order thinking skills: (1)
selection (multiple-choice, matching), (2) generation (short answer, essay, performance), and
(3) explanation (giving reasons for selection or generation of a response”).

Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan stimulus.Stimulus merupakan dasar


untuk membuat pertanyaan.Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat
kontekstual dan menarik.Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah teknologi
informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Stimulus juga dapat
diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan
seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah
tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal HOTS. Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar
dan Menengah, (2017, p. 3).

Oleh karena itu dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan soal-soal HOTS secara
kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di daerahnya masing-masing.Kreativitas guru dalam
hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan pendidikan
sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dapat diangkat sebagai
stimulus kontekstual.Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS
menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara langsung oleh peserta
didik.Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dapat meningkatkan rasa memiliki dan cinta
terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya, ehingga peserta didik merasa terpanggil untuk
ikut ambil bagian untuk memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.

Teknik penulisan soal HOTS secara umum hampir sama dengan teknik penulisan soal-soal
biasa tetapi karena siswa diuji pada proses analisis (C4), evaluasi (C5), sintesis (C6), imajinasi
(C7), dan mencipta (C8), maka pada soal harus ada komponen yang dapat dianalisis, dievaluasi,
disintesis, diimajinasi, dan diciptakan. Komponen ini di dalam soal dikenal dengan istilah
stimulus (Devi, 2012).

6
Current Research in Education: Conference Series Journal
Vol. 1 No. 1 Tahun 2019
Paper 005

Karakterisasi Instrumen untuk mengukur HoTs

Taksonomi Bloom

Gambar 2. Karakteristik Instrumen untuk Mengukur HOTS


Penyajian soal-soal HOTS dalam Penilaian dapat melatih peserta didik untuk mengasah
kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas.
Melalui penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (creative thinking
and doing), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun
melalui kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-
hari (problem-solving). Penilaian yang berkualitas akan dapat meningkatkan mutu pendidikan.
Dengan membiasakan melatih siswa untuk menjawab soal-soal HOTS, maka diharapkan siswa
dapat berpikir secara kritis dan kreatif.

4. Simpulan
Dalam mengembangkan instrumen untuk penulisan soal HOTS sebenarnya hampir sama dengan
soal yang biasa digunakan oleh guru pada umumnyam Hal penting dalam penulisan soal HOTS,
guru harus sangat menguasai materi ajar, memiliki keterampilan dalam menulis soal (kontruksi
soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
di sekitar satuan pendidikan. Bentuk soal hendaknya beragam. Format instrumen yang
disarankan 1) bentuk soal memilih misalnya pilihan ganda; menjodohkan 2) essay; 3) soal yang
bersifat penjelasan.

5. Referensi
Abdulkarim, A. (2011). Pendidikan Kewarganegaraan, Membangun Karakter. Bangsa.
Bandung: Grafindo Media Pratama.

Abosalem, Yousef (2016) Assessment Techniques and Students’ Higher-Order Thinking Skills
International Journal of Secondary Education. 2016; 4(1): 1-11 Published online March 6,
2016 (http://www.sciencepublishinggroup.com/j/ijsedu) doi:
10.11648/j.ijsedu.20160401.11 ISSN:2376-7464 (Print); ISSN: 2376-7472 (Online)

Al Muchtar, S. (2007). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (dalam Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan). Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.

Anderson, L.W., and Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy of Learning, Teaching, and
Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York
Longman. P.

7
Seminar Nasional:
Membangun Generasi Emas 2045 yang Berkarakter dan Melek IT

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and
Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonom y of Educational Objectives. New York:
Addison Wesley Longman, In.

Astutik (tth) Integrasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Dan Higer Order Thinking Skills
(Hots) Dalam Pembelajaran Tematik SD, disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan –
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang Sinergitas Keluarga, Sekolah, dan
Masyarakat dalam Penguatan Pendidikan Karakter. Makalah.

Devi, P. K.(2012).Pengembangan Soal Higher Order Thinking Skill Dalam Pembelajran IPA
SMP/MTs. Jurnal Pendidikan IPA.2(2):32-40

Direktorat Pembinaan SMA Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (2017) Modul Penyusunan
Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan: Jakarta

Doganay, A. and Bal, A. P. (2010). The Measurement of Students’ Achievement in Teaching


Primary School Fifth Year Mathematics Classes. Educational Science: Theory & Practice,
10(1), pp. 199-215.

Fensham, P. r J. & Alberto B. (2017) Higher Order Thinking in Chemistry Curriculum and its
Assessment
https://eprints.qut.edu.au/60747/1/Higher_order_thinking_in_chemistry_FINAL.pdf

Goethals, Poul L. (2013). The pursuits of higher order thinking in mathematics classrooms: A
review, A dissertation submitted for the partial fulfillments of master teacher program- 2
years faculty professional development program conducted for the faculty excellence.
United States Military Academy, West Points NY (2003) retrieved from
www.usma.edu/cfc/literature / Goethals_13pdf.

Hanifah, N. (2017). Persepsi Guru sekolah Dasar dalam mengembangkan Intrumen penilaian
berbasis HOTS. Laporan Hasilan Penelitian UPI Kampus Sumedang. Tidak diterbitkan.

Heong, Y. M.,Othman, dkk. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking Skills
Among Technical Education Students . International Journal of Social and humanity, Vol.
1,No. 2, July 2011, 121- 125

Kemendikbud, 2017. Modul Penyusunan Higher Order Thinking Skill (HOTS). Jakarta:
Direktort Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departeman Pendidikan dan
Kebudayaan.

Sugrue, B. (1994). Specifications for the Design of Problem Solving Assessments in Science
(CSE Technical Report 387). Los Angeles: CRESST/University of California.

Sugrue, B. (1995). A theory-based framework for assessing domain-specific problemsolving


ability. Educational Measurement: Issues and Practices, 14(3), 29−36.

Zaini, M. (2015). Hasil Belajar Dan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa SMA Pada
Pembelajaran Biologi Menggunakan Model pembelajaran Berdasarkan Masalah. Jurnal
Pendidikan Biologi. Vol 20 No 207. (online). Tersedia di http://eprints.unlam.ac.id.
Diakses pada 08 November 2016.

Anda mungkin juga menyukai