Anda di halaman 1dari 8

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

“Mengintregasikan Nature dan Nurture untuk


Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi”
Surakarta, 27 Oktober 2018
MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
SEBAGAI PEMBIASAAN HIGHER ORDER THINKING SKILLS
(HOTS) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR

Esti Untari1, Nikmatul Rohmah2, Dian Wahyu Lestari3


PP3. Jl.Ir. Soekarno No. 1 Blitar, Universitas Negeri Malang
e-mail:esti.untari.fip@um.ac.id

Abstrak
Permasalahan yang belum dapat diatasi pada ujian akhir nasional yakni kesulitan siswa
menghadapi soal bertipe Higher Order Thinking Skills (HOTS). HOTS adalah cara
berfikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal, atau menceritakan kembali
sesuatu yang diceritakan orang lain. Keterampilan HOTS ini awalnya berdasarkan
Taksonomi Bloom yang mengkategorikan berbagai tingkat pemikiran mulai dari yang
terendah (pengetahuan, pemahaman, penerapan) hingga tertinggi (analisis, sintesis dan
evaluasi). Pada umumnya variasi soal yang dikerjakan oleh siswa Sekolah Dasar hanya
sebatas tingkat pengetahuan berfikir rendah saja, belum sampai tingkat berfikir tinggi.
Pada Siswa Sekolah Dasar sudah saatnya dikenalkan tentang HOTS dalam model
sederhana, untuk membiasakan tingkat berfikir tinggi pada siswa maka dapat digunakan
model Problem Based Learning (PBL) pada mata pembelajaran IPA. Problem Based
Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah autentik tidak terstruktur dan
bersifat terbuka bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan, menyelesaikan
masalah dan berpikir kritis. Adapun sintaks dari PBM meliputi: 1) Orientation, 2)
Organitation, 3) Individual and Group Guiding, 4) Development dan 5) Analisis and
Evaluation. Model pembelajaran PBL ini sangat sesuai digunakan untuk mengembangkan
HOTS, karena tujuan utama dari PBL untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
Kata Kunci: berfikir tinggi, model PBL, pembelajaran IPA

Pendahuluan sangat penting digunakan karena dapat


merangsang pemikiran siswa untuk
Keberhasilan belajar siswa tidak memecahkan masalah dalam kehidupan
hanya diukur pada tingginya nilai sehari-hari tidak hanya di kelas saja. Model
akademik. Di era global seperti saat ini, PBL dapat dilakukan dengan langkah
SDM dituntut tidak hanya memiliki nilai langkah, yaitu mengorientasikan siswa pada
akademik yang tinggi melainkan harus masalah, mengorganisasi siswa untuk
memiliki kemampuan yang kreatif, inovatif, belajar, membimbing penyelidikan
mampu berkomunikasi dengan baik, individual maupun kelompok,
berfikir kritis, serta mengimplementasikan mengembangkan dan menyajikan hasil
hasil belajarnya dalam sebuah karya. karya, serta menganalisis dan mengevaluasi
Sehingga pemilihan model belajar yang proses pemecahan masalah. Salah satu
tepat pada hakikatnya merupakan usaha upaya agar model PBL dapat berjalan
dalam mengoptimalkan kemampuan secara efektif adalah dengan menerapkan
berfikir, terutama berfikir tingkat tinggi. kebiasaan berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Problem Based Learning (PBL) adalah pada siswa sejak SD.
pembelajaran yang menggunakan masalah HOTS (Higher Order Thinking
autentik tidak terstruktur dan bersifat Skills) adalah cara berfikir pada tingkat
terbuka bagi peserta didik untuk yang lebih tinggi dari pada menghafal, atau
mengembangkan keterampilan, menceritakan kembali sesuatu yang
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis. diceritakan orang lain. Keterampilan HOTS
Dalam pembelajaran IPA, model PBL

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 135


ini awalnya berdasarkan Taksonomi Bloom tingkatan yang lebih tinggi, yaitu peserta
yang mengkategorikan berbagai tingkat didik mampu menggabungkan fakta dan ide
pemikiran mulai dari yang terendah dalam proses menganalisis, mengevaluasi
(pengetahuan, pemahaman, penerapan) sampai pada tahap membuat berupa
hingga tertinggi (analisis, sintesis dan memberikan penilaian terhadap suatu fakta
evaluasi). Berpikir tingkat tinggi yang dipelajari atau bisa mencipta dari
merupakan berpikir yang melatih sesuatu yang telah dipelajari secara kreatif
kemampuan kognitif peserta didik pada (Annuuru, dkk , 2017). Karakteristik
tingkatan yang lebih tinggi, yaitu peserta berpikir tingkat tinggi yaitu evaluasi dengan
didik mampu menggabungkan fakta dan ide kriteria, menunjukkan skeptisme, keputusan
dalam proses menganalisis, mengevaluasi yang menggantung, menggunakan analisis
sampai pada tahap membuat berupa logis, dan sistematis. Keterampilan HOTS
memberikan penilaian terhadap suatu fakta ini awalnya berdasarkan Taksonomi Bloom
yang dipelajari atau bisa mencipta dari yang mengkategorikan berbagai tingkat
sesuatu yang telah dipelajari secara kreatif pemikiran mulai dari yang terendah
(Annuuru, dkk , 2017). Karakteristik (pengetahuan, pemahaman, penerapan)
berpikir tingkat tinggi yaitu evaluasi dengan hingga tertinggi (analisis, sintesis dan
kriteria, menunjukkan skeptisme, keputusan evaluasi).
yang menggantung, menggunakan analisis Berdasarkan Taksonomi Bloom di atas,
logis, dan sistematis. Model pembelajaran keterampilan berpikir tingkat tinggi
PBL ini sangat sesuai digunakan untuk dirumuskan sebagai berikut:
mengembangkan HOTS, karena tujuan 1. Mengingat/Remembering (C1)
utama dari PBL untuk merangsang Kemampuan mengingat kembali
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. informasi, fakta konsep, generalisasi yang
Keterampilan berpikir tingkat didiskusikan, definisi, metode dan
tinggi harus dibiasakan dengan pemberian sebagainya (Sani, 2016). Contoh kata kerja
soal-soal bertipe HOTS sejak SD. Saat ini operasional yang digunakan pada level
pembelajaran IPA di SD masih menerapkan mengetahui yaitu menyebutkan,
pembelajaran LOTS (Lower Older Thinking mendaftarkan, mengulang, menjelaskan,
Skills) dan MOTS (Medium Older Thinking menggambarkan, dan menunjukkan.
Skills) yaitu kemampuan berpikir tingkat 2. Memahami/Understanding (C2)
rendah hingga menengah (C1 – C3). Kemampuan peserta didik menyerap
Kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4 – informasi, menginterpretasikan arti, dan
C6) belum terbiasa dilatihkan di tingkat SD. melakukan eksplorasi atau memberikan
Akibatnya pada saat Ujian Nasional siswa saran (Sani, 2016). Contoh kata kerja
kesulitan menghadapi soal bertipe Higher operasional yang digunakan pada level
Order Thinking Skills (HOTS). Selain itu memahami yaitu memperkirakan,
SDM yang dihasilkan juga belum mampu menjelaskan, mencirikan, mengklasifikasi,
memecahkan masalah secara optimal. Oleh menerima, melaporkan, dan
karena itu penerapan model pembelajaran membandingkan.
Problem Based Learning (PBL) dapat 3. Menerapkan/Applying (C3)
digunakan sebagai pembiasaan kemampuan Kemampuan menggunakan prosedur
berpikir tingkat tinggi (HOTS) pada dalam situasi yang dihadapi (Kuswana,
pembelajaran IPA di SD. 2012). Contoh kata kerja operasional yang
digunakan pada level menerapkan yaitu
Higher Order Thinking Skills (HOTS) menugaskan, mengurutkan, menentukan,
HOTS (Higher Order Thinking mendemonstrasikan, mengilustrasikan,
Skills) adalah cara berfikir pada tingkat mengoperasikan dan menerapkan.
yang lebih tinggi dari pada menghafal, atau 4. Menganalisis/Analyzing (C4)
menceritakan kembali sesuatu yang Kemampuan memecahkan materi
diceritakan orang lain. Berpikir tingkat menjadi bagian-bagian pokok dan
tinggi merupakan berpikir yang melatih menggambarkan bagaimana bagian-bagian
kemampuan kognitif peserta didik pada tersebut, dihubungkan satu sama lain

136 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi
maupun menjadi sebuah struktur cocok atau standar yang ada untuk
keseluruhan atau tujuan (Kuswana, 2012). memastikan nilai efektivitas atau
Contoh kata kerja operasional yang manfaatnya
digunakan pada level menganalisis yaitu 2. Membuat hipotesis, mengkritik dan
menganalisis, mengkritisi, memecahkan, melakukan pengujian
menegaskan, menelaah, dan mengaitkan. 3. Menerima atau menolak suatu
5. Mengevaluasi/Evaluating (C5) pernyataan berdasarkan kriteria
Kemampuan melakukan evaluasi yang telah ditetapkan
atau penilaian yang didasarkan pada kriteria 4. Menerima atau menolak suatu
atau standar (Kuswana, 2012). Contoh kata pernyataan berdasarkan kriteria
kerja operasional yang digunakan pada yang telah ditetapkan
level mengevaluasi yaitu membandingkan, c. Mengkreasi
menyimpulkan, menilai, menyanggah dan 1. Membuat generalisasi suatu ide
mengkritik. atau cara pendang terhadap sesuatu
6. Menciptakan/Creating (C6) 2. Merancang suatu cara untuk
Kemampuan mengorganisasikan menyelesaikan masalah
informasi menjadi suatu karya melalui 3. Mengorganisasikan unsur-unsur
pemikiran kreatif. Contoh kata kerja atau bagian-bagian menjadi struktur
operasional yang digunakan pada level baru yang belum pernah ada
menciptakan yaitu mengatur, sebelumnya
mengumpulkan, mengkategorikan,
memadukan, menyusun, mengkontruksi, Karakter Soal HOTS
mengembangkan, menulis, dan Kemampuan berpikir tingkat tinggi
memformulasikan. harus dilatih melalui pembiasaan pemberian
Dimensi proses kognitif kemampuan soal-soal bertipe HOTS. Dalam Modul
berpikir tingkat tinggi (HOTS) terletak pada Penyusunan Soal HOTS Depdikbud (2017),
C4-C6, kemampuan berpikir tingkat Karakteristik Soal HOTS adalah sebagai
medium (MOTS) terletak pada C3, berikut:
sedangkan kemampuan berpikir tingkat 1. Mengukur kemampuan berfikir tingkat
rendah (LOTS) terletak pada C1 dan C2. tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat termasuk kemampuan untuk
Tinggi memecahkan masalah (problem
Menurut Krathwohl dalam (Aningsih, solving), keterampilan berpikir kritis
2018) menyatakan bahwa indikator untuk (critical thinking), berpikir kreatif
mengukur kemampuan berpikir tingkat (creative thinking), kemampuan
tinggi meliputi: berargumen (reasoning), dan
a. Menganalisis kemampuan mengambil keputusan
1. Menganalisis informasi yang masuk (decision making). Kemampuan berpikir
dan membagi-bagi atau tingkat tinggi merupakan salah satu
menstrukturkan informasi ke dalam kompetensi penting dalam dunia
bagian yang lebih kecil untuk modern, sehingga wajib dimiliki oleh
mengenali pola atau hubungan setiap peserta didik. Kreativitas
2. Mampu mengenali serta menyelesaikan permasalahan dalam
membedakan faktor penyebab dan HOTS, terdiri atas:
akibat dari sebuah skenario yang a. Kemampuan menyelesaikan
rumit permasalahan yang tidak familiar.
3. Mengidentifikasi/merumuskan b. Kemampuan mengevaluasi strategi
pertanyaan yang digunakan untuk menyelesaikan
b. Mengevaluasi masalah dari berbagai sudut pandang
1. Memberikan penilaian terhadap yang berbeda.
solusi, gagasan dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 137


c. Menemukan model-model masalah tersebut dan sekaligus memiliki
penyelesaian baru yang berbeda keterampilan untuk memecahkannya (W
dengan cara-cara sebelumnya. arsono:2015). Masalah yang
diselesaikan pada model ini adalah masalah
2. Berbasis permasalahan kontekstual nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill
Soal-soal HOTS merupakan asesmen structured) dan bersifat terbuka, serta
yang berbasis situasi nyata dalam mampu mengembangkan keterampilan
kehidupan sehari-hari, dimana peserta menyelesaikan masalah dan berpikir kritis,
didik diharapkan dapat menerapkan sekaligus membangun pengetahuan baru.
konsep-konsep pembelajaran di kelas Kondisi atau iklim yang perlu diciptakan
untuk menyelesaikan masalah. Lima dalam model ini adalah suasana kondusif,
karakteristik asesmen kontekstual, yang terbuka, negosiasi, dan demokratis.
disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung Sintaks Problem Based Learning (PBL)
dengan konteks pengalaman Didalam penerapan model
kehidupan nyata. pembelajaran PBL, sintaks yang dilakukan
b. Experiencing, asesmen yang haruslah sistematis. Sistematis artinya
ditekankan kepada penggalian didalam penerapannya harus membentuk
(exploration), penemuan (discovery), suatu sistem yang utuh, menyeluruh dan
dan penciptaan (creation). terpadu. Adapun sintaks dari model
c. Applying, asesmen yang menuntut pembelajaran ini menurut Warsono (2015)
kemampuan peserta didik untuk adalah sebagai berikut: 1) Orientation, pada
menerapkan ilmu pengetahuan yang tahap ini dilakukan pengarahan peserta
diperoleh di dalam kelas untuk didik terhadap suatu masalah. Kegiatan
menyelesaikan masalah-masalah yang dilakukan guru berupa menjelaskan
nyata. tujuan pembelajaran serta aktivitas yang
d. Communicating, asesmen yang harus dilakukan siswa. 2) Organitation,
menuntut kemampuan peserta didik tahap organitation bertujuan untuk
untuk mampu mengomunikasikan mengorganisasikan siswa didalam belajar,
kesimpulan model pada kesimpulan kegiatan yang dilakukan guru pada tahap ini
konteks masalah. adalah membentuk kelompok belajar baik
e. Transfering, asesmen yang menuntut kelompok kecil maupun besar agar siswa
kemampuan peserta didik untuk dapat berkolaborasi didalam memecahkan
mentransformasi konsep-konsep suatu masalah. Prinsip didalam
pengetahuan dalam kelas ke dalam pembentukan kelompok dapat mengacu
situasi atau konteks baru. pada pembelajaran kooperatif yaitu
3. Menggunakan bentuk soal beragam kelompok harus heterogen, adanya interaksi
Soal HOTS dapat diterapkan dalam antar anggota, komunikasi yang efektif, dan
bentuk pilihan ganda, menjodohkan, adanya tutor sebaya. 3) Individual and
isian singkat, uraian, unjuk kerja, Group Guiding, pada tahap pembimbingan
portofolio. individu dan kelompok ini guru harus
mendorong siswa untuk mengumpulkan
Model Pembelajaran Problem Based informasi hingga mampu menemukan
Learning (PBL) hipotesis. Ketika melakukan bimbingan,
Model pembelajaran Problem Based guru diharapkan mengkritisi hipotesis yang
Learning (PBL) dikenal juga sebagai model sudah dirumuskan siswa, hal ini dapat
pembelajaran berbasis masalah. Problem menguji tentang kelayakan hipotesis dan
Based Learning adalah suatu model solusi yang mereka buat, serta tentang
pembelajaran yang melibatkan peserta didik kualitas informasi yang dikumpulkan. 4)
untuk memecahkan suatu masalah melalui Development, pada tahap ini siswa
tahap-tahap metode alamiah sehingga menciptakan dan menyajikan artifak terkait
peserta didik dapat mempelajari pemecahan masalah yang sudah diberikan.
pengetahuan yang berhubungan dengan Artifak adalah hasil karya yang bentuknya

138 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi
beragam dan tidak dibatasi. Wujud artifak pengamatan yang dilakukan oleh manusia
dapat berupa laporan tertulis, suatu video (Samatowa, 2006:2). Sedangkan Darmodjo
tape (menunjukkan situasi masalah dan & Kaligis (1991/1992: 3) menjelaskan
pemecahan yang diusulkan), model bahwa IPA berarti
(perwujudan secara fisik dari situasi “Ilmu” tentang “ Pengetahuan Alam”. Ilmu
masalah dan pemecahannya), program artinya suatu pengetahuan yang benar.
komputer, dan sajian multimedia. Bentuk Pengetahuan yang benar artinya
artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dibenarkan menurut
berfikir siswa. Setelah artifak jadi kegiatan tolok ukur
selanjutnya disempurnakan dengan kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.
menyajikan artifak berupa pameran ataupun Adapun “pengetahuan” itu sendiri adalah
presentasi didepan siswa-siswa lainnya, pengetahuan tentang alam semesta dengan
guru-guru, orang tua, dan lainnya yang segala isinya. Jadi secara singkat IPA
dapat menjadi “penilai” atau memberikan adalah
umpan balik. 5) Analisis and Evaluation, pengetahuan yang rasional dan objektif
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. tentang alam semesta dengan segala isinya.
Fase ini dimaksudkan untuk membantu Kesimpulannya IPA atau sains adalah ilmu
siswa menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan tentang alam atau yang
proses mereka sendiri dan keterampilan mempelajari peristiwa alam.
penyelidikan dan intelektual yang mereka Dari kata pembelajaran dan juga IPA,
gunakan. Selama fase ini guru meminta dapat didefinisikan bahwa pembelajaran
siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan IPA adalah interaksi antara peserta didik
aktivitas yang telah dilakukan selama dan pendidik yang membahas tentang alam
proses kegiatan belajarnya. atau peristiwa alam.

Pembelajaran IPA Hakikat dan Tujuan Pembelajaran


Pembelajaran merupakan aktivitas IPA
utama dalam pendidikan, menurut Isjoni Pembelajaran IPA merupakan
(2007 : 11) Pembelajaran adalah sesuatu pembelajaran yang sangat penting, dan
yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat dekat dengan keseharian siswa. Adanya
untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya pembelajaran IPA akan menumbuhkan
merupakan upaya pendidik untuk kepekaan siswa terhadap lingkungan,
membantu peserta didik melakukan berfikir kritis, memecahkan masalah dan
kegiatan belajar. Pendapat lain datang dari juga mengambil keputusan. Hal ini sejalan
Hamalik (dalam Sitiatava, 2013 : 17) dengan pernyataan dalam UUSPN 2003
pembelajaran ialah suatu kombinasi yang disebutkan bahwa pendidikan IPA
tersusun dari unsur manusiawi, material, dimaksudkan untuk mengembangkan
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang pengetahuan, pemahaman dan kemampuan
saling mempengaruhi untuk mencapai analisis peserta didik terhadap lingkungan
tujuan pembelajaran. Dapat disimpulkan alam dan sekitarnya. Selanjutnya
bahwa pembelajaran merupakan interaksi ditekankan bahwa dalam kurikulum IPA
antara pendidik dan peserta didik untuk Sekolah Dasar, pembelajaran IPA
mencapai tujuan pembelajaran. sebaiknya memuat tiga komponen yaitu
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan sebagai berikut.
terjemahan kata-kata Inggris, yaitu natural a. Pengajaran IPA harus merangsang
science, artinya ilmu pengetahuan alam. pertumbuhan intelektual dan
Jadi IPA atau science itu pengertiannya perkembangan siswa
dapat disebut sebagai ilmu tentang alam b. Pengajaran IPA harus melibatkan siswa
atau ilmu yang mempelajari tentang dalam kegiatan-kegiatan praktikum/
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini. percobaan tentang hakikat IPA
IPA membahas tentang gejala-gejala alam c. IPA pada Sekolah Dasar seharusnya
yang disusun secara sistematis yang mendorong dan merangsang
didasarkan pada hasil percobaan dan

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 139


terbentuknya sikap ilmiah, tahap operasional rentang usia anak 12-15
mengembangkan kemampuan tahun cirinya pada tahap ini kemampuan
penggunaan keterampilan IPA, berpikir secara abstrak, menalar secara
menguasai pola dasar pengetahuan IPA, logis, dan menarik kesimpulan dari
dan merangsang tumbuhnya sikap informasi yang tersedia.
berpikir kritis dan rasional.
Sedangkan para pakar pendidikan Model PBL Sebagai Pembiasaan HOTS
IPA dari UNESCO tahun 1993 telah Pada Pembelajaran IPA
mengadakan Berbasis pada masalah merupakan
konferensi dan menyimpulkan bahwa ciri utama dari model PBL. Model yang
pendidikan IPA bertujuan sebagai berikut: terdiri dari 5 sintaks yang sistematis ini
a. Menolong anak didik untuk dapat sangat cocok digunakan untuk
berpikir logis terhadap kejadian sehari- membiasakan penerapan HOTS di sekolah
hari dasar. HOTS yakni cara berfikir pada
dan memecahkan masalah sederhana tingkat yang lebih tinggi dari pada
yang dihadapinya. menghafal, atau menceritakan kembali
b. Menolong dan meningkatkan kualitas sesuatu yang diceritakan orang lain. Cara
hidup manusia. berfikir dan menalar tingkat tinggi
c. Membekali anak-anak yang akan sebenarnya porsinya muncul disetiap
menjadi penduduk di masa mendatang sintaks model PBL. Porsi yang paling besar
agar dapat hidup di dalamnya. muncul pada sintaks keempat yaitu tahap
d. Menghasilkan perkembangan pola Development. Pada tahap ini siswa
berpikir yang baik. menciptakan dan menyajikan artifak terkait
e. Membantu secara positif pada anak-anak pemecahan masalah yang sudah diberikan.
untuk dapat memahami mata pelajaran Saat siswa diminta untuk membuat
lain terutama bahasa dan matematika. pemecahan masalah disini akan muncul
(Darmodjo & Kaligis, 1991/1992: 6). kemampuan siswa yaitu menganalisis,
mengevaluasi dan mengkreasi. Kemampuan
Siswa Sekolah Dasar menganalisis sebenarnya sudah mulai
Siswa sekolah dasar adalah anak digunakan pada sintaks yang ketiga yaitu
yang paling banyak mengalami perubahan ketika siswa diharuskan membuat hipotesis
drastis baik mental maupun fisik. Usia anak terkait masalah yang akan dipecahkan.
sekolah dasar rentangnya antara enam tahun Akan tetapi kemampuan ini juga diulang
hingga sebelas atau dua belas tahun. Pada kembali pada sintaks yang keempat ketika
usia ini perkembangan anak baik fisik siswa akan membuat suatu artifak. Artifak
ataupun mental sangatlah pesat. adalah suatu karya yang bentuknya
Perkembangan fisik ditandai dengan beragam, dan merupakan produk dari
bertambahnya tinggi dan berat badan anak. pemecahan masalah. Kemampuan evaluasi
Sedangkan pertumbuhan mental anak pada dan kreasi disini terlihat ketika siswa
tahapan praoperasional, operasional konkrit diminta untuk membuat karya, hasil dari
dan operasional formal. Tahap karya siswa nantinya dapat digunakan
praoperasional rentang usia anak 2-7 tahun, sebagai tolok ukur HOTS siswa, semakin
dimana gaya belajar anak pada rentang usia kompleks hasil artifak mereka, maka HOTS
ini menggunakan dan merepresentasikan semakin tinggi.
objek dengan gambaran dan kata‐kata. HOTS sangat mudah diterapkan
Tahap pemikirannya yang lebih simbolis pada pembelajaran IPA, karena tujuan dari
tetapi tidak melibatkan pemikiran HOTS ini sejalan dengan tujuan dari
operasiaonal dan lebih bersifat egosentris pembelajaran IPA. Tujuan dari
dan intuitif ketimbang logis. Tahap pembelajaran IPA menurut UNESCO 1993
operasional konkrit rentang usia anak 7-11 salah satunya adalah menolong anak didik
tahun penggunaan logika yang memadai. untuk dapat berpikir logis terhadap kejadian
Tahap ini telah memahami operasi logis sehari-hari dan memecahkan masalah
dengan bantuan benda konkrit. Sedangkan

140 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi
sederhana yang dihadapinya. HOTS juga alam. Adanya pembiasaan HOTS dalam
memiliki karakter kemampuan berfikir pembelajaran IPA sudah sangatlah tepat,
tinggi yang didalamnya meliputi dan secara implisit sudah terdapat
kemampuan untuk memecahkan masalah didalamnya. Digunakannya model PBL
(problem solving), keterampilan berpikir dalam pembiasaan HOTS pada
kritis (critical thinking), berpikir kreatif pembelajaran IPA tentunya akan semakin
(creative thinking), kemampuan mempermudah dan meningkatkan
berargumen (reasoning), dan kemampuan persentase keberhasilan belajar siswa, dan
mengambil keputusan (decision making). juga HOTS siswa. Hal ini juga dikuatkan
Karakter lain dari HOTS yaitu berbasis dengan beberapa penelitian terkait
permasalahan kontekstual, hal ini sangatlah penggunaan model PBL untuk
linear jika diterapkan pada pembelajaran meningkatkan kemampuan belajar siswa
IPA, karena IPA adalah ilmu yang dalam pembelajaran IPA menunjukkan
mempelajari tentang alam dan peristiwa hasil yang meningkat.

Penelitian Tentang HOTS, PBL dan Pembelajaran IPA


Beberapa hasil penelitian yang terkait menyatakan bahwa model pembelajaran PBL
efektif untuk pembelajaran IPA, PBL juga efektif untuk meningkatkan HOTS, karena dari
karekter model pembelajaran yang berdasarkan masalah hal itu dapat melatih siswa berfikir
menalar tingkat tinggi.

Tabel 1. Analisis Penelitian yang Relevan Terkait HOTS, PBL dan Pembelajaran IPA
Peneliti & Tahun Subjek Kemampuan yang diteliti Hasil Penelitian
Annuuru, Tia Agusti, Siswa SD Efektifitas model pembelajaran Penerapan model pembelajaran
dkk. 2017 Treffinger untuk meningkatkan Treffinger efektif digunakan untuk
kemampuan berpikir tingkat meningkatkan kemampuan berpikir
tinggi materi IPA tingkat tinggi peserta didik pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Sekolah Dasar.

Nurdyansah. N dan Siswa Model pembelajaran berbasis Penerapan pembelajaran berbasis


Amalia, Fitri masalah pada pembelajaran IPA masalah dapat meningkatkan
materi Ekosistem kemampuan berpikir siswa.
Susilo, Wiyanto, Siswa kelas VIIA Model pembelajaran IPA berbasis Perangkat pembelajaran IPA berbasis
Supartono. 2012 dan VIIC SMP masalah untuk meningkatkan masalah yang telah dikembangkan
Negeri 1 motivasi belajar dan berpikir kritis mampu meningkatkan kemampuan
Ngadirejo siswa SMP berpikir kritis dan meningkatkan
Temanggung motivasi belajar siswa.
Fanani, Achmad dan Siswa SD Kelas Pengembangan pembelajaran Pengembangan model prototipe
Dian Kusmahardi, V berbasis HOTS di sekolah dasar mampu menghasilkan ketuntasan
kelas V dengan model prototipe capaian belajar pada pembelajaran 1
subtema 3 Manusia dan Peristiwa
Alam Tema Peristiwa dalam
Kehidupan Kelas V SD.

Simpulan dan Saran Thinking Skills). HOTS ini merupakan


Sekolah Dasar adalah tahapan suatu keterampilan tingkat tinggi, dimana
pendidikan yang paling penting, karena jika dilihat dari rujukannya merupakan
pada jenjang pendidikan ini dijadikan penerjemahan dari aspek pengetahuan
sebagai fondasi pendidikan selanjutnya. taksonomi bloom C4-C6 . Akan tetapi
Pada fase ini anak mengalami pertumbuhan didalam prakteknya jika menerapkan HOTS
yang sangat pesat baik fisik maupun ini secara tidak langsung juga akan melatih
mentalnya. Saat ini dengan berlakunya sikap dan keterampilan siswa. Pembiasaan
kurikulum 2013 didalam pembelajaran HOTS ini sangat mudah diaplikasikan
ditekankan selain penanaman pengetahuan dengan pembelajaran IPA, karena selain
aspek karakter dan keterampilan lebih tujuannya yang liner, pembelajaran IPA
diprioritaskan. Salah satu kemampuan yang dekat dengan siswa, sehingga mudah bagi
ingin digalakkan lagi didalam kurikulum siswa yang berada pada tahapan operasional
2013 ini yaitu HOTS (Higher Order konkrit.

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains (SNPS) 2018 | 141


Agar pembiasaan HOTS lebih mudah,
didalam pembelajaran dapat digunakan
model PBL, hal ini didasarkan karena
model PBL seluruh langkah dalam
sintaksnya memuat karakteristik dari
HOTS.

Daftar Pustaka
Annuuru, Tia Agusti, dkk. 2017.
Peningkatan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model
Pembelajaran Treffinger.
Departemen Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia.
Aningsih, Anugrah (2018) Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Pada
Pendidikan Agama Islam Siswa
Kelas X Smk Muhammadiyah 1
Purwokerto Ditinjau Dari Prestasi
Belajar. Bachelor Thesis, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Darmodjo, H. & Kaligis, J. R.E.
(1991/1992). Pendidikan IPA II.
Jakarta : Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Iskandar, S. M. (1996/1997). Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi
Kognitif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sani, Berlin dan Kurniasih, Imas. 2016.
Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata
Pena.
Warsono, dkk. 2015. Pembelajaran Aktif
Teori dan Asesmen.Yogyakarta : Ar-
Ruz Media.

142 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi

Anda mungkin juga menyukai