Abstrak
Permasalahan yang belum dapat diatasi pada ujian akhir nasional yakni kesulitan siswa
menghadapi soal bertipe Higher Order Thinking Skills (HOTS). HOTS adalah cara
berfikir pada tingkat yang lebih tinggi daripada menghafal, atau menceritakan kembali
sesuatu yang diceritakan orang lain. Keterampilan HOTS ini awalnya berdasarkan
Taksonomi Bloom yang mengkategorikan berbagai tingkat pemikiran mulai dari yang
terendah (pengetahuan, pemahaman, penerapan) hingga tertinggi (analisis, sintesis dan
evaluasi). Pada umumnya variasi soal yang dikerjakan oleh siswa Sekolah Dasar hanya
sebatas tingkat pengetahuan berfikir rendah saja, belum sampai tingkat berfikir tinggi.
Pada Siswa Sekolah Dasar sudah saatnya dikenalkan tentang HOTS dalam model
sederhana, untuk membiasakan tingkat berfikir tinggi pada siswa maka dapat digunakan
model Problem Based Learning (PBL) pada mata pembelajaran IPA. Problem Based
Learning adalah pembelajaran yang menggunakan masalah autentik tidak terstruktur dan
bersifat terbuka bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan, menyelesaikan
masalah dan berpikir kritis. Adapun sintaks dari PBM meliputi: 1) Orientation, 2)
Organitation, 3) Individual and Group Guiding, 4) Development dan 5) Analisis and
Evaluation. Model pembelajaran PBL ini sangat sesuai digunakan untuk mengembangkan
HOTS, karena tujuan utama dari PBL untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
Kata Kunci: berfikir tinggi, model PBL, pembelajaran IPA
136 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi
maupun menjadi sebuah struktur cocok atau standar yang ada untuk
keseluruhan atau tujuan (Kuswana, 2012). memastikan nilai efektivitas atau
Contoh kata kerja operasional yang manfaatnya
digunakan pada level menganalisis yaitu 2. Membuat hipotesis, mengkritik dan
menganalisis, mengkritisi, memecahkan, melakukan pengujian
menegaskan, menelaah, dan mengaitkan. 3. Menerima atau menolak suatu
5. Mengevaluasi/Evaluating (C5) pernyataan berdasarkan kriteria
Kemampuan melakukan evaluasi yang telah ditetapkan
atau penilaian yang didasarkan pada kriteria 4. Menerima atau menolak suatu
atau standar (Kuswana, 2012). Contoh kata pernyataan berdasarkan kriteria
kerja operasional yang digunakan pada yang telah ditetapkan
level mengevaluasi yaitu membandingkan, c. Mengkreasi
menyimpulkan, menilai, menyanggah dan 1. Membuat generalisasi suatu ide
mengkritik. atau cara pendang terhadap sesuatu
6. Menciptakan/Creating (C6) 2. Merancang suatu cara untuk
Kemampuan mengorganisasikan menyelesaikan masalah
informasi menjadi suatu karya melalui 3. Mengorganisasikan unsur-unsur
pemikiran kreatif. Contoh kata kerja atau bagian-bagian menjadi struktur
operasional yang digunakan pada level baru yang belum pernah ada
menciptakan yaitu mengatur, sebelumnya
mengumpulkan, mengkategorikan,
memadukan, menyusun, mengkontruksi, Karakter Soal HOTS
mengembangkan, menulis, dan Kemampuan berpikir tingkat tinggi
memformulasikan. harus dilatih melalui pembiasaan pemberian
Dimensi proses kognitif kemampuan soal-soal bertipe HOTS. Dalam Modul
berpikir tingkat tinggi (HOTS) terletak pada Penyusunan Soal HOTS Depdikbud (2017),
C4-C6, kemampuan berpikir tingkat Karakteristik Soal HOTS adalah sebagai
medium (MOTS) terletak pada C3, berikut:
sedangkan kemampuan berpikir tingkat 1. Mengukur kemampuan berfikir tingkat
rendah (LOTS) terletak pada C1 dan C2. tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi
Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat termasuk kemampuan untuk
Tinggi memecahkan masalah (problem
Menurut Krathwohl dalam (Aningsih, solving), keterampilan berpikir kritis
2018) menyatakan bahwa indikator untuk (critical thinking), berpikir kreatif
mengukur kemampuan berpikir tingkat (creative thinking), kemampuan
tinggi meliputi: berargumen (reasoning), dan
a. Menganalisis kemampuan mengambil keputusan
1. Menganalisis informasi yang masuk (decision making). Kemampuan berpikir
dan membagi-bagi atau tingkat tinggi merupakan salah satu
menstrukturkan informasi ke dalam kompetensi penting dalam dunia
bagian yang lebih kecil untuk modern, sehingga wajib dimiliki oleh
mengenali pola atau hubungan setiap peserta didik. Kreativitas
2. Mampu mengenali serta menyelesaikan permasalahan dalam
membedakan faktor penyebab dan HOTS, terdiri atas:
akibat dari sebuah skenario yang a. Kemampuan menyelesaikan
rumit permasalahan yang tidak familiar.
3. Mengidentifikasi/merumuskan b. Kemampuan mengevaluasi strategi
pertanyaan yang digunakan untuk menyelesaikan
b. Mengevaluasi masalah dari berbagai sudut pandang
1. Memberikan penilaian terhadap yang berbeda.
solusi, gagasan dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang
138 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi
beragam dan tidak dibatasi. Wujud artifak pengamatan yang dilakukan oleh manusia
dapat berupa laporan tertulis, suatu video (Samatowa, 2006:2). Sedangkan Darmodjo
tape (menunjukkan situasi masalah dan & Kaligis (1991/1992: 3) menjelaskan
pemecahan yang diusulkan), model bahwa IPA berarti
(perwujudan secara fisik dari situasi “Ilmu” tentang “ Pengetahuan Alam”. Ilmu
masalah dan pemecahannya), program artinya suatu pengetahuan yang benar.
komputer, dan sajian multimedia. Bentuk Pengetahuan yang benar artinya
artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang dibenarkan menurut
berfikir siswa. Setelah artifak jadi kegiatan tolok ukur
selanjutnya disempurnakan dengan kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif.
menyajikan artifak berupa pameran ataupun Adapun “pengetahuan” itu sendiri adalah
presentasi didepan siswa-siswa lainnya, pengetahuan tentang alam semesta dengan
guru-guru, orang tua, dan lainnya yang segala isinya. Jadi secara singkat IPA
dapat menjadi “penilai” atau memberikan adalah
umpan balik. 5) Analisis and Evaluation, pengetahuan yang rasional dan objektif
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. tentang alam semesta dengan segala isinya.
Fase ini dimaksudkan untuk membantu Kesimpulannya IPA atau sains adalah ilmu
siswa menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan tentang alam atau yang
proses mereka sendiri dan keterampilan mempelajari peristiwa alam.
penyelidikan dan intelektual yang mereka Dari kata pembelajaran dan juga IPA,
gunakan. Selama fase ini guru meminta dapat didefinisikan bahwa pembelajaran
siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan IPA adalah interaksi antara peserta didik
aktivitas yang telah dilakukan selama dan pendidik yang membahas tentang alam
proses kegiatan belajarnya. atau peristiwa alam.
140 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi
sederhana yang dihadapinya. HOTS juga alam. Adanya pembiasaan HOTS dalam
memiliki karakter kemampuan berfikir pembelajaran IPA sudah sangatlah tepat,
tinggi yang didalamnya meliputi dan secara implisit sudah terdapat
kemampuan untuk memecahkan masalah didalamnya. Digunakannya model PBL
(problem solving), keterampilan berpikir dalam pembiasaan HOTS pada
kritis (critical thinking), berpikir kreatif pembelajaran IPA tentunya akan semakin
(creative thinking), kemampuan mempermudah dan meningkatkan
berargumen (reasoning), dan kemampuan persentase keberhasilan belajar siswa, dan
mengambil keputusan (decision making). juga HOTS siswa. Hal ini juga dikuatkan
Karakter lain dari HOTS yaitu berbasis dengan beberapa penelitian terkait
permasalahan kontekstual, hal ini sangatlah penggunaan model PBL untuk
linear jika diterapkan pada pembelajaran meningkatkan kemampuan belajar siswa
IPA, karena IPA adalah ilmu yang dalam pembelajaran IPA menunjukkan
mempelajari tentang alam dan peristiwa hasil yang meningkat.
Tabel 1. Analisis Penelitian yang Relevan Terkait HOTS, PBL dan Pembelajaran IPA
Peneliti & Tahun Subjek Kemampuan yang diteliti Hasil Penelitian
Annuuru, Tia Agusti, Siswa SD Efektifitas model pembelajaran Penerapan model pembelajaran
dkk. 2017 Treffinger untuk meningkatkan Treffinger efektif digunakan untuk
kemampuan berpikir tingkat meningkatkan kemampuan berpikir
tinggi materi IPA tingkat tinggi peserta didik pada mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA) Sekolah Dasar.
Daftar Pustaka
Annuuru, Tia Agusti, dkk. 2017.
Peningkatan Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi Dalam Pelajaran
Ilmu Pengetahuan Alam Peserta
Didik Sekolah Dasar Melalui Model
Pembelajaran Treffinger.
Departemen Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia.
Aningsih, Anugrah (2018) Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi Pada
Pendidikan Agama Islam Siswa
Kelas X Smk Muhammadiyah 1
Purwokerto Ditinjau Dari Prestasi
Belajar. Bachelor Thesis, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Darmodjo, H. & Kaligis, J. R.E.
(1991/1992). Pendidikan IPA II.
Jakarta : Proyek Pembinaan Tenaga
Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Iskandar, S. M. (1996/1997). Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Alam. Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Kuswana, Wowo Sunaryo. 2012. Taksonomi
Kognitif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sani, Berlin dan Kurniasih, Imas. 2016.
Ragam Pengembangan Model
Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata
Pena.
Warsono, dkk. 2015. Pembelajaran Aktif
Teori dan Asesmen.Yogyakarta : Ar-
Ruz Media.
142 | Mengintegrasikan Nature dan Nurture untuk Memberdayakan HOTS di Era Disrupsi