Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ASESMEN HASIL BELAJAR

Taksonomi Bloom: HOTS dan LOT

KELAS A

KELOMPOK 2

Lula Muchlisya Ramadhani 200701500068


Nurmala Zainuddin 200701500056
I Gede Dharma Adnyana 200701502093

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023 / 2024
A. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang standar isi pendidikan bahwa Bloom
Taxonomy yang diperkenalkan sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Beniamin
Bloom pada tahun 1956 dan dikembangkan oleh Anderson and Krathwol pada tahun
2001 yaitu taksonomi Bloom revisi digunakan sebagai rujukan pada Standar
Kompetensi Lulusan. Bloom seorang psikolog membagi pencapaian hasil belajar
menjadi 3 dimensi yaitu dimensi Kognitif, afektif, dan psikomotor. Selain itu Bloom
mengklasifikasikan berpikir kedalam 2 bagian yaitu LOTS (Lower Order Thinking
Skill) dan HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau kemampuan berpikir tingkat
rendah dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Yuliandini, Hamdu & Respati, 2019).
High Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir peserta
didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep
dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving,
taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Dinni,
2018). High order thinking skills didalamnya meliputi adanya kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan
kemampuan mengambil keputusan. Menurut King (Dinni, 2018), high order thinking
skills termasuk di dalamnya seperti berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan
kreatif, sedangkan menurut Newman dan Wehlage (Dinni, 2018) dengan high order
thinking peserta didik akan dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas,
berargumen dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi
penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih jelas.
Menurut Vui (Dinni, 2018) high order thinking skills akan terjadi ketika
seseorang mengaitkan informasi baru dengan informasi yang sudah tersimpan di
dalam ingatannya dan mengaitkannya dan/atau menata ulang serta mengembangkan
informasi tersebut untuk mencapai suatu tujuan atau menemukan suatu penyelesaian
dari suatu keadaan yang sulit dipecahkan. Tujuan utama dari high order thinking skills
adalah bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kepada peserta didik pada level
yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir secara
kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan
suatu masalah menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta membuat keputusan
dalam situasi-situasi yang kompleks.
Menurut (Sofyan, 2019) HOTS (Higher order thinking) pertama kali
dikemukakan oleh seorang penulis sekaligus Associate Professor dari Dusquance
University bernama Susan M Brookhart dalam bukunya, 'How to Assess Higher-order
Thinking Skills in Your Classroom'. Susan M Brookhart menjelaskan model HOTS
ini sebagai metode untuk transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan memecahkan
masalah. HOTS bukan hanya sekedar model soal, tetapi juga mencangkup model
pengajaran. Model pengajaran yang harus mencangkup kemampuan berpikir,
contohnya pengaplikasian pemikiran dan diadaptasikan dengan kebutuhan peserta
didik yang berbeda-beda.
Ada pula model penilaian dari HOTS yang mengharuskan peserta didik tidak
familiar dengan pertanyaan atau tugas yang diberikan. Ini dimaksudkan agar peserta
didik memiliki cukup pengetahuan awal untuk menggunakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Ada 3 format item dalam pengujian HOTS. Format itu adalah (a)
seleksi, termasuk pilihan ganda, mencocokkan, dan pemeringkatan; (b) umum,
termasuk esai, jawaban singkat, dan tugas-tugas; (c) penjelasan, yang menuliskan
alasan mengapa jawaban itu dipilih. Namun, ketika terjadi kekeliruan dalam
memahami konsep HOTS tentunya akan berdampak pada kesalahan model
pembelajaran yang makin tidak efektif dan tidak produktif.
Adapun karakteristik dari soal HOTS menurut kemendikbud (2017) yaitu
sebagai berikut:
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi, termasuk kemampuan untuk
memecahkan masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis
(critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan
berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision
making). Dalam taksonomi Bloom membutuhkan kemampuan untuk
menganalisis, mengevaluasi dan membuat. Kemampuan berpikir tingkat
tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, memberikan argumen
(alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun dan
menciptakan. Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS,
terdiri atas: (a) kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak
familiar; (b) kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang yang berbeda; dan
(c) menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dengan
cara-cara sebelumnya. Kemampuan berpikir tingkat tinggi bukanlah
kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang. Tingkat
kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang
tidak umum (uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang
sangat tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut
tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal
HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.
2. Berbasis permasalahan kontekstual
Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia
saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang
angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
berbagai aspek kehidupan.
3. Tidak rutin (tidak akrab)
Penilaian HOTS bukan penilaian regular yang diberikan di kelas.
Penilaian HOTS tidak digunakan berkali-kali pada peserta tes yang sama
seperti penilaian memori (recall), karena penilaian HOTS belum pernah
dilakukan sebelumnya. HOTS adalah penilaian yang asing yang menuntut
pembelajar benar-benar berpikir kreatif, karena masalah yang ditemui
belum pernah dijumpai atau dilakukan sebelumnya.
4. Menggunakan bentuk soal beragam
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk
menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA),
yaitu: soal pilihan ganda, jawaban singkat atau pendek dan uraian.

B. Low Order Thinking Skill (LOT)


Low Order Thinking Skill (LOTS) adalah sebuah kemampuan berfikir siswa
secara fungsional. Biasanya siswa yang menerapkan metode LOTS akan mendapatkan
informasi atau materi belajar dengan cara menyalin, meniru, menghafal, mengingat,
dan mengikuti arahan dari orang lain (Nurjanah, Fauzia & Fatonah, 2021). Soal tipe
LOTS ini biasanya hanya menguji 3 kemampuan terendah, seperti kemampuan
mengingat, memahami, dan menciptakan. Makanya, soal tipe ini bisa dijawab dengan
mudah hanya dengan hafalan teori.
Sudjana (2010) dalam Prasetya yang meliputi beberapa aspek, yaitu
pengetahuan atau daya ingat, pemahaman, penerapan, analisis sintesis, dan evaluasi.
dua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah, yaitu pengetahuan dan
pemahaman. Selain itu, Anderson dan Krathwohl (2016) menjelaskan bahwa LOTS
adalah berpikir tingkat rendah yang meliputi dimensi proses berpikir mengetahui dan
memahami yang mengukur faktual, konseptual dan prosedural.
Karakteristik soal LOTS hanya sekedar menuntut untuk mengingat memori
pengetahuan yang telah diajarkan, biasanya pertanyaan yang muncul lebih mengarah
pada definisi teori atau konsep saja. Bentuk soal yang disampaikan biasanya mudah
untuk dijawab.

C. Perbedaan HOTS & LOTS


Anderson & Krathwohl (Nurjanah, Fauzia & Fatonah, 2021) mengklasifikasikan
dimensi proses berpikir sebagai berikut.

Dimensi Proses Berpikir

Mengkreasi Mengkreasi ide/gagasan sendiri. Seperti


HOTS mengkonstruksi, mengembangkan dan menulis.

Mengevaluasi Mengambil keputusan sendiri. Seperti menilai,


menyanggah, memutuskan dan memilih.

Menganalisis Menspesifikasi aspek-aspek/elemen. Seperti


membandingkan, memeriksa dan mengkritisi.

Mengaplikasikan Menggunakan informasi pada domain berbeda. Seperti


LOTS mendemonstrasikan, mengilustrasikan dan
mengoperasikan.

Memahami Menjelaskan ide/konsep. Seperti mengklasifikasikan,


menerima dan melaporkan.

Mengetahui Mengingat kembali. Seperti mengulang dan menirukan.


PENUTUP
A. KESIMPULAN
High Order Thinking Skills (HOTS) merupakan suatu proses berpikir peserta
didik dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai konsep
dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving,
taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian (Dinni,
2018). High order thinking skills didalamnya meliputi adanya kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan berpikir kreatif, berpikir kritis, kemampuan berargumen, dan
kemampuan mengambil keputusan. Sedangkan Low Order Thinking Skill (LOTS)
adalah sebuah kemampuan berpikir siswa secara fungsional. Biasanya siswa yang
menerapkan metode LOTS akan mendapatkan informasi atau materi belajar dengan
cara menyalin, meniru, menghafal, mengingat, dan mengikuti arahan dari orang lain.
B. SARAN
Untuk pembuatan makalah mengenai materi HOTS dan LOT ini kedepannya
diharapkan lebih membahas lagi secara mendalam mengenai apa saja yang berkaitan
dengan materi ini, tidak hanya sebatas pengertian dan perbedaannya saja dan mungkin
bisa seperti implikasinya terhadap pendidikan.
REFERENSI

Dinni, H. N. (2018). HOTS (High Order Thinking Skills) dan kaitannya dengan kemampuan
literasi matematika. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika, 1, 170–176.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19597

Hartini, P., Setiadi, H., & Ernawati, E. (2021). Cognitive domain analysis (LOTS and HOTS)
assessment instruments made by primary school teachers. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, 25(1), 16-24.

Nurjanah, M., Fauzia, F. & Fatonah S. (2021). Implementasi Lots Dan Hots Pada Soal Tema 3
Kelas 1 MI/SD. Jurnal Evaluasi Dan Pembelajaran, 3(2), 70-79.
https://doi.org/10.52647/jep.v3i2.36

Sofyan, F. A. (2019). Implementasi Hots Pada Kurikulum 2013. Inventa, 3(1), 1–9.
https://doi.org/10.36456/inventa.3.1.a1803

Yuliandini, N., Hamdu, G., & Respati, R. (2019). Pengembangan soal tes berbasis higher order
thinking skill (HOTS) taksonomi bloom revisi di sekolah dasar. PEDADIDAKTIKA:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 6(1), 37-46.

Anda mungkin juga menyukai