Anda di halaman 1dari 4

Nama : Faisal Bagus Ardani

NIM : 1401422175

Presensi : 23

Rombel : D

Evaluasi Pembelajaran

Resume Kelompok 4

HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILL) SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL


BELAJAR TINGKAT TINGGI

A. Pengertian HOTS (Higher Order Thinking Skill)


1. Menurut (Gunawan, 2012:171), kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher
Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan
peserta didik untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu
yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru
2. Menurut (Kuswana, 2012: 200), berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir
kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing
mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti
juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi.
3. Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order
Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya
menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang
terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara
berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga
menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif.
Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah
kemampuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan
juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, akan tetapi kemampuan berpikir untuk
menelaah.
B. Karakteristik HOTS
Berdasarkan buku penilaian HOTS yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan karakteristik HOTS yaitu:
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu proses menganalisis,
merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi
berbeda, menyusun, dan menciptakan.
2. Bersifat divergen, memungkinkan peserta didik memberikan jawaban berbeda-
beda sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang digunakan karena
mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang cenderung bersifat
unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu.
3. Menggunakan multirepresentasi, yaitu secara umum tidak menyajikan semua
informasi secara tersurat, tetapi memaksa peserta didik menggali sendiri
informasi yang tersirat.
4. Berbasis permasalahan kontekstual, yaitu merupakan asesmen yang berbasis
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan
dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan
masalah. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan
peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete),
menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
5. Menggunakan bentuk soal beragam, yaitu soal yang beragam dalam sebuah
perangkat tes (soal-soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA,
bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh
tentang kemampuan peserta tes.
C. Hots berdasarkan taksonomi bloom
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi, dirumuskan 6 level proses berpikir, yaitu
mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying),
menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating).
Pusat Penilaian Pendidikan mengkategorikan proses berpikir menjadi 3 level kognitif,
yakni:
a) Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman), mengukur kemampuan untuk
mengingat dan memahami pengetahuan yang telah dipelajari.
b) Level 2 (Aplikasi), mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan dalam
konteks atau situasi yang familier atau rutin.
c) Level 3 (Penalaran), mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang tidak
hanya sekedar mengingat dan memahami. Proses berpikir yang termasuk dalam
level ini seperti menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi, berpikir logis,
berpikir kritis, berpikir kreatif, menyelesaikan masalah pada konteks baru atau
non rutin.
D. Pengembangan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill)
Pengembangan soal HOTS
Ennis (Nugraha, 2019) mengungkapkan terdapat 12 indikator keterampilan berpikir
kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir, yaitu:
1. Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi:
a) Memfokuskan pertanyaan
b) Menganalisis argumen
2. Membangun keterampilan dasar yang meliputi:
a) Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber
b) Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang sesuatu penjelasan atau
tantangan.
c) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
3. Menyimpulkan yang meliputi:
a) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi
b) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi
c) Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya
4. Memberikan penjelasan lebih lanut, meliputi:
a) Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi
b) Mengidentifikasi asumsi.
5. Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi:
a) Memutuskan suatu tindakan
b) Berinteraksi dengan orang lain
Indikator Soal Hots berdasarkan taksonomi bloom
1. Level Menganalisis (C4)
Pada level menganalisis, siswa akan ditekankan pada berpikirkritis secara
operasional, menganalisis terdiri dari kemampuan atau keterampilan
membedakan (differentiating), mengorganisasikan (organizing), dan
menghubungkan (attributing). Kata kerja operasional yang biasa digunakan
adalah membandingkan,mengkritisi mengurutkan, membedakan, dan
menentukan.
2. Level Mengevaluasi (C5)
Mengevaluasi berarti membuat keputusan berdasarkan kriteria yang standar,
seperti mengecek dan mengkritik. Kata kerja operasional yang digunakan
adalah mengevaluasi, memilih/menyeleksi, menilai,menyanggah, dan
memberikan pendapat.
3. Level Mengkreasi (C6)
Soal pada level C6 menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun,
merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah, menggubah. Kata kerja operasional yang
digunakan adalah memperjelas, menafsirkan, memprediksi
E. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
dipaparkan langkah penyusunan soal HOTS (Widana, 2017), yaitu:
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Karena tidak semua KD dapat dibuatkan sebagai model-model soal hOTS, maka
guru dapat memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Jadi guru secara
mandiri atau forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat
dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Penulisan kisi-kisi soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu guru dalam memilih KD yang dapat dibuat soal-soalHOTS, memilih
materi pokok yang terkait dengan KD yang diuji, merumuskan indikator soal,
dan menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Guru hendaknya memilih stimulu yang menarik yang artinya dapat mendorong
peserta didik untuk membaca. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus
yang sesuai dengan kenyataan dan mendorong peserta didik untuk membaca.
Dalam konteks ujian sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan
sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir
soal pada umum-nya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada
aspek konstruksi dan bahasa relatif sama.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran
atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal 10 uraian.
Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda
kompleks (ya/tidak), (benar/salah), dan isian singkat.

Anda mungkin juga menyukai