HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILL) SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL
BELAJAR TINGKAT TINGGI
A. Pengertian HOTS (Higher Order Thinking Skill)
1. Menurut (Gunawan, 2012:171), kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah proses berpikir yang mengharuskan peserta didik untuk memanipulasi informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka pengertian dan implikasi baru 2. Menurut (Kuswana, 2012: 200), berpikir tingkat tinggi melibatkan berpikir kritis dan kreatif yang dipandu oleh ide-ide kebenaran yang masing-masing mempunyai makna. Berpikir kritis dan kreatif saling ketergantungan, seperti juga kriteria dan nilai-nilai, nalar dan emosi. 3. Menurut Ernawati (2017:196-197), berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan cara berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Berdasarkan beberapa pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi/ Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali, dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, akan tetapi kemampuan berpikir untuk menelaah. B. Karakteristik HOTS Berdasarkan buku penilaian HOTS yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karakteristik HOTS yaitu: 1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu proses menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan menciptakan. 2. Bersifat divergen, memungkinkan peserta didik memberikan jawaban berbeda- beda sesuai proses berpikir dan sudut pandang yang digunakan karena mengukur proses berpikir analitis, kritis, dan kreatif yang cenderung bersifat unik atau berbeda-beda responsnya bagi setiap individu. 3. Menggunakan multirepresentasi, yaitu secara umum tidak menyajikan semua informasi secara tersurat, tetapi memaksa peserta didik menggali sendiri informasi yang tersirat. 4. Berbasis permasalahan kontekstual, yaitu merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, di mana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. 5. Menggunakan bentuk soal beragam, yaitu soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS) sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. C. Hots berdasarkan taksonomi bloom Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi, dirumuskan 6 level proses berpikir, yaitu mengingat (remembering), memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mengkreasi (creating). Pusat Penilaian Pendidikan mengkategorikan proses berpikir menjadi 3 level kognitif, yakni: a) Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman), mengukur kemampuan untuk mengingat dan memahami pengetahuan yang telah dipelajari. b) Level 2 (Aplikasi), mengukur kemampuan menerapkan pengetahuan dalam konteks atau situasi yang familier atau rutin. c) Level 3 (Penalaran), mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang tidak hanya sekedar mengingat dan memahami. Proses berpikir yang termasuk dalam level ini seperti menganalisis, mengevaluasi, mengkreasi, berpikir logis, berpikir kritis, berpikir kreatif, menyelesaikan masalah pada konteks baru atau non rutin. D. Pengembangan soal HOTS (Higher Order Thinking Skill) Pengembangan soal HOTS Ennis (Nugraha, 2019) mengungkapkan terdapat 12 indikator keterampilan berpikir kritis yang dikelompokkan dalam lima kelompok keterampilan berpikir, yaitu: 1. Memberikan penjelasan sederhana yang meliputi: a) Memfokuskan pertanyaan b) Menganalisis argumen 2. Membangun keterampilan dasar yang meliputi: a) Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber b) Bertanya dan menjawab pertanyaan tentang sesuatu penjelasan atau tantangan. c) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. 3. Menyimpulkan yang meliputi: a) Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi b) Membuat induksi dan mempertimbangkan hasil induksi c) Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya 4. Memberikan penjelasan lebih lanut, meliputi: a) Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi b) Mengidentifikasi asumsi. 5. Mengatur strategi dan taktik, yang meliputi: a) Memutuskan suatu tindakan b) Berinteraksi dengan orang lain Indikator Soal Hots berdasarkan taksonomi bloom 1. Level Menganalisis (C4) Pada level menganalisis, siswa akan ditekankan pada berpikirkritis secara operasional, menganalisis terdiri dari kemampuan atau keterampilan membedakan (differentiating), mengorganisasikan (organizing), dan menghubungkan (attributing). Kata kerja operasional yang biasa digunakan adalah membandingkan,mengkritisi mengurutkan, membedakan, dan menentukan. 2. Level Mengevaluasi (C5) Mengevaluasi berarti membuat keputusan berdasarkan kriteria yang standar, seperti mengecek dan mengkritik. Kata kerja operasional yang digunakan adalah mengevaluasi, memilih/menyeleksi, menilai,menyanggah, dan memberikan pendapat. 3. Level Mengkreasi (C6) Soal pada level C6 menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Kata kerja operasional yang digunakan adalah memperjelas, menafsirkan, memprediksi E. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS dipaparkan langkah penyusunan soal HOTS (Widana, 2017), yaitu: 1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS Karena tidak semua KD dapat dibuatkan sebagai model-model soal hOTS, maka guru dapat memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Jadi guru secara mandiri atau forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. 2. Menyusun kisi-kisi soal Penulisan kisi-kisi soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam memilih KD yang dapat dibuat soal-soalHOTS, memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang diuji, merumuskan indikator soal, dan menentukan level kognitif. 3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual Guru hendaknya memilih stimulu yang menarik yang artinya dapat mendorong peserta didik untuk membaca. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dan mendorong peserta didik untuk membaca. Dalam konteks ujian sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat. 4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umum-nya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. 5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban Butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal 10 uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (ya/tidak), (benar/salah), dan isian singkat.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional