Disusun oleh :
Ade Putri Irhaman (19.03.00.001)
Nahda Nabila (19.03.00.005)
Rahmah Kamiliyah (22.03.00.002)
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “High Order Thinking Skill (HOTS)” ini tepat pada waktunya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang berbagai macam imunisasi yang harus didapatkan anak, baik untuk
para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Maftuhah, M.Pd
selaku dosen mata kuliah. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan
kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih
Jakarta, 07 Juni 2023
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan saat ini dihadapi tidak hanya dengan pengetahuan
konsep semata, melainkan dengan adanya penerapan keterampilan
pengetahuan dan keterampilan berpikir. Hal tersebut memunculkan istilah
kecakapan abad 21 atau 21st Century Skill. Beberapa keterampilan yang
mencakup kecakapan abad 21 antara lain; kreativitas, keterampilan
berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan
tersebut dikenal juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Maka
dari itu, dengan adanya tuntutan keterampilan ini membuat perlunya
peningkatan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Peningkatan
kualitas penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditandai dengan
adanya perubahan kurikulum.
Negara Indonesia menerapkan kurikulum 2013 yang merupakan
kurikulum yang berorientasi pada pengembangan berbagai keterampilan
berpikir khususnya pada keterampilan tingkat tinggi. Sehingga,
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking
Skill) termasuk ke dalam tujuan pembelajaran yang utama.
Di Indonesia telah diterapkan soal-soal berpikir tingkat tinggi
/HOTS, namun siswa di Indonesia masih memiliki kemampuan yang
lemah dalam menalar, menganalisis, dan mengevaluasi. Sebenarnya dalam
penyusunan soal HOTS itu tidak jauh berbeda pada soal pada umum.
Prinsip penyusunan soal HOTS antara lain: menggunakan materi
pengantar, menggunakan materi baru, dan mengelola kompleksitas dan
kesulitan kognitif secara terpisah.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pembelajaran berbasis HOTS?
2. Apa prinsip pembelajaran HOTS?
3. Bagaimana cara membuat soal HOTS?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui tentang
pembelajaran berbasis HOTS dan bagaimana implikasi HOTS dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian High Order Thinking Skill (HOTS)
Menurut Saputra High Order Thinking Skills merupakan suatu
proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi
yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan
taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi
bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian.1
Menurut Ernawati, berpikir tingkat tinggi atau High Order
Thinking Skills (HOTS) adalah cara berpikir yang tidak lagi hanya
menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari
yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna
dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis,
mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide
kreatif dan produktif.
Menurut Gunawan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi
informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka
pengertian dan implikasi baru.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir
1
Husna Nur Dinni, HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika, Journal Unnes, Prisma 1, 2018, hal. 171
5
6
2
Ibid
7
1. Berpikir Kritis
Menurut Halpern, berpikir kritis terkait dengan penggunaan
keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan
kemungkinan untuk memperoleh dampak yang diinginkan.
Menurutnya, proses berpikir kritis diperlukan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dan membuat keputusan.
Teori Halpren, tentang pemikiran kritis mencakup tentang :
3
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking
Skills), (Tangerang : Tira Smart, 2019), hal. 3
8
Mengkategori Menjelaskan
makna
Menjelaskan
signifikansi
Menjelaskan makna
2. Berpikir Kreatif
Menurut Downing, Kreativitas dapat didefinisikan sebgai
“proses” untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen yang
ada dengan menyusun kembali elemen tersebut.
Menurut Howard Gardner, ada dua jenis pengetahuan yang
mungkin diperlukan untuk menghasilkan kreativitas, yaitu : 1)
pengalaman mendalam dan fokus pada suatu kajian tertentu yang
membuat seseorang menjadi ahli, 2) kemampuan mengkombinasi
elemen-elemen dengan cara yang baru. Jadi, seseorang yang
kreatif harus memiliki pengetahuan yang luas (beberapa bidang
ilmu) dan menguasai satu atau dua bidang secara mendalam.
11
3. Problem Solving
Kemampuan dasar menyelesaikan masalah sering tumpang
tindih dengan kemampuan dasar berpikir kreatif. Oleh sebab itu,
problem solving sering dipertukarkan dengan berpikir kritis.
Namun untuk dapat menyelesaikan permasalahan komplek,
pemikir harus dapat melakukan analisis dan sintesis yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Bloom.
Menurut Garofalo dan Lester, menyatakan bahwa problem
solving adalah proses yang mencakup visualisasi, sosiasi,
abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan
generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan
dikoordinasikan.4
Menurut Sugrue, model penyelesaian masalah mencakup
tiga komponen utama yang saling berinteraksi, yaitu : struktur
pengetahuan, fungsi kognitif, dan keyakinan diri. Seorang yang
dapat menyelesaikan masalah memiliki struktur pengetahuan
yang terorganisasi dengan baik. penyelesaian masalah harus
dilakukan dengan menerapkan prosedur yang tepat dalam
menyelesaikan masalah. Seorang yang dapat menyelesaikan
masalah dengan baik akan mampu mengenal situasi yang ada dan
mengidentifikasi permasalahan, sehingga dapat mengembangkan
cara menyelesaikan masalah dan selanjutnya melaksanakan
prosedur penyelesaian masalah secara tepat.
Khusus untuk penerapan Problem based learning (PBL),
dibutuhkan permasalahan autentik dengan karakteristik tertentu.
4
Ibid, hal. 27
14
4. Membuat Keputusan
Setiap orang perlu melakukan sejumlah pengambilan
keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
menyebabkan orang menggunakan strategi yang sederhana dalam
16
22
DAFTAR PUSTAKA
Husna Nur Dinni, HOTS High Order Thinking Skills dan Kaitannya
dengan Kemampuan Literasi Matematika, Journal Unnes, Prisma 1,
2018
23