Anda di halaman 1dari 24

HIGH ORDER THINKING SKILL (HOTS)

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


EVALUASI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu : Maftuhah, M.Pd

Disusun oleh :
Ade Putri Irhaman (19.03.00.001)
Nahda Nabila (19.03.00.005)
Rahmah Kamiliyah (22.03.00.002)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ALHIKMAH
YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-MAHBUBIYAH
JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “High Order Thinking Skill (HOTS)” ini tepat pada waktunya.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang berbagai macam imunisasi yang harus didapatkan anak, baik untuk
para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Maftuhah, M.Pd
selaku dosen mata kuliah. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan
kepada semua pihak yang sudah membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Terimakasih
Jakarta, 07 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3
A. Latar Belakang ........................................................................... 3
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan Makalah ....................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 5
A. Pengertian High Order Thinking Skill (HOTS) ..................... 5
B. Prinsip Pembelajaran HOTS .................................................... 7
C. Menyusun Soal HOTS ............................................................. 18
1. Karakteristik Soal HOTS ............................................................... 18
2. Langkah-langkah membuat soal HOTS ........................................ 19
BAB III PENUTUP ................................................................................ 22
A. Simpulan ................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 23

ii
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tantangan saat ini dihadapi tidak hanya dengan pengetahuan
konsep semata, melainkan dengan adanya penerapan keterampilan
pengetahuan dan keterampilan berpikir. Hal tersebut memunculkan istilah
kecakapan abad 21 atau 21st Century Skill. Beberapa keterampilan yang
mencakup kecakapan abad 21 antara lain; kreativitas, keterampilan
berpikir kritis, dan pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan
tersebut dikenal juga sebagai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Maka
dari itu, dengan adanya tuntutan keterampilan ini membuat perlunya
peningkatan kualitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Peningkatan
kualitas penyelenggaraan pendidikan salah satunya ditandai dengan
adanya perubahan kurikulum.
Negara Indonesia menerapkan kurikulum 2013 yang merupakan
kurikulum yang berorientasi pada pengembangan berbagai keterampilan
berpikir khususnya pada keterampilan tingkat tinggi. Sehingga,
keterampilan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking
Skill) termasuk ke dalam tujuan pembelajaran yang utama.
Di Indonesia telah diterapkan soal-soal berpikir tingkat tinggi
/HOTS, namun siswa di Indonesia masih memiliki kemampuan yang
lemah dalam menalar, menganalisis, dan mengevaluasi. Sebenarnya dalam
penyusunan soal HOTS itu tidak jauh berbeda pada soal pada umum.
Prinsip penyusunan soal HOTS antara lain: menggunakan materi
pengantar, menggunakan materi baru, dan mengelola kompleksitas dan
kesulitan kognitif secara terpisah.
4

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pembelajaran berbasis HOTS?
2. Apa prinsip pembelajaran HOTS?
3. Bagaimana cara membuat soal HOTS?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui tentang
pembelajaran berbasis HOTS dan bagaimana implikasi HOTS dalam
pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian High Order Thinking Skill (HOTS)
Menurut Saputra High Order Thinking Skills merupakan suatu
proses berpikir peserta didik dalam level kognitif yang lebih tinggi
yang dikembangkan dari berbagai konsep dan metode kognitif dan
taksonomi pembelajaran seperti metode problem solving, taksonomi
bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran, dan penilaian.1
Menurut Ernawati, berpikir tingkat tinggi atau High Order
Thinking Skills (HOTS) adalah cara berpikir yang tidak lagi hanya
menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari
yang terkandung diantaranya, untuk mampu memaknai makna
dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis,
mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide
kreatif dan produktif.
Menurut Gunawan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS)
adalah proses berpikir yang mengharuskan murid untuk memanipulasi
informasi dan ide-ide dalam cara tertentu yang memberi mereka
pengertian dan implikasi baru.
Higher Order of Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir

1
Husna Nur Dinni, HOTS (High Order Thinking Skills) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika, Journal Unnes, Prisma 1, 2018, hal. 171
5
6

yang bukan hanya sekedar mengingat, menyatakan kembali,


dan juga merujuk tanpa melakukan pengolahan, akan tetapi
kemampuan berpikir untuk menelaah informasi secara kritis, kreatif,
dan mampu memecahkan masalah.
Tujuan utama dari high order thinking skills adalah bagaimana
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik pada level yang lebih
tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan untuk berpikir
secara kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif
dalam memecahkan suatu masalah menggunakan pengetahuan yang
dimiliki serta membuat keputusan dalam situasi-situasi yang
kompleks.2
Berdasarkan sintesis beberapa penelitian yang dilakukan terkait
keterampilan berpikir, dapat dibedakan beberapa keterampilan yang
termasuk keterampilan berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking
Skills) dan yang termasuk HOTS. Berikut ini dideskripsikan beberapa
keterampilan dasar yang dibedakan dalam kategori LOTS dan HOTS.

2
Ibid
7

B. Prinsip Pembelajaran HOTS


Keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thingking
skills) berbeda dengan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).
Jika mengacu pada taksonomi bloom yang direvisi, berpikir tingkat
tinggi (HOT) terkait dengan kemampuan kognitif dalam menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi. Sedangkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi (HOTS) berkaitan dengan kemampuan menyelesaikan
permasalahan, berpikir kritis, dan berpikir kreatif.3

1. Berpikir Kritis
Menurut Halpern, berpikir kritis terkait dengan penggunaan
keterampilan kognitif atau strategi yang meningkatkan
kemungkinan untuk memperoleh dampak yang diinginkan.
Menurutnya, proses berpikir kritis diperlukan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan dan membuat keputusan.
Teori Halpren, tentang pemikiran kritis mencakup tentang :

3
Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order Thinking
Skills), (Tangerang : Tira Smart, 2019), hal. 3
8

ingatan, pemikiran dan bahasa, menalar secara deduktif, analisis


argumen, menguji hipotesis, kemiripan dan ketidakpastian,
pengambilan keputusan, penyelesaian masalah dan berpikir
kreatif.
Sebagai contoh, untuk keterampilan berpikir kreatif,
diperlukan kemampuan :
a. Mendefinisikan kembali permasalahan dan tujuan
b. Menemukan analogi
c. Mendata istilah yang relevan
d. Melakukan curah pendapat
e. Mengembangkan dan menggunakan daftar solusi yang
bervariasi
f. Mendata atribut
g. Mendata atribut positif dan negatif dari solusi yang
berbeda
h. Meninjau dari pandangan lain

Beberapa kemampuan dasar yang harus dimiliki untuk dapat


berpikir secara kritis antara lain adalah : mengenal dan
mendefinisikan masalah; melakukan observasi secara teliti; ingin
tahu, mengajukan pertanyaan yang relevan, dan menggunakan
berbagai sumber untuk menemukan fakta; memeriksa keyakinan,
asumsi, dan opini; menilai validitas pernyataan dan argumen;
mengetahui perbedaan antara argumen logis dan tidak logis;
menemukan solusi yang valid; dan membuat keputusan yang
bijak.
9

Berikut beberapa contoh model soal yang dapat digunakan


untuk berpikir kritis.

Keterampilan Sub Keterampilan Kemampuan


Dasar

Klarifikasi Merumuskan Mengenal dan


Menginterpretasi masalah mendefiniskan
masalah
Mendefinisakan
istilah
Mengidentifikasi
asumsi

Mengkategori Menjelaskan
makna
Menjelaskan
signifikansi
Menjelaskan makna

Menganalisis Memeriksa ide Menilai validitas


pernyataan dan
Mengidentifikasi argumen
argumen
Mengidentifikasi
alasan dan klaim

Membuat inferensi Mempertanyakan Memeriksa bukti


bukti inferensi
Menduga beberapa Mencari solusi
alternatif alternatif
Menarik Berpikir induktif
kesimpulan secara dan deduktif
deduktif atau
induktif
10

Mengevaluasi Menyatakan hasil Menjustifikasi


prosedur
Justifikasi prosedur
Memberikan
Memberikan alasan alasan

Mengatur diri Memonitor diri Mengkoreksi diri


Mengkoreksi diri

2. Berpikir Kreatif
Menurut Downing, Kreativitas dapat didefinisikan sebgai
“proses” untuk menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen yang
ada dengan menyusun kembali elemen tersebut.
Menurut Howard Gardner, ada dua jenis pengetahuan yang
mungkin diperlukan untuk menghasilkan kreativitas, yaitu : 1)
pengalaman mendalam dan fokus pada suatu kajian tertentu yang
membuat seseorang menjadi ahli, 2) kemampuan mengkombinasi
elemen-elemen dengan cara yang baru. Jadi, seseorang yang
kreatif harus memiliki pengetahuan yang luas (beberapa bidang
ilmu) dan menguasai satu atau dua bidang secara mendalam.
11

Kreativitas terkait dengan kemampuan merangkat atau


membuat sesuatu dengan cara yang baru secara konseptual atau
menghasilkan produk yang menarik dengan imajinasi yang tinggi.
Tes kreativitas yang banyak digunakan adalah Torrance Test of
Creative Thinking (TTCT). Tes tersebut didasarkan atas teori
Guilford tentang pengukuran kemampuan berpikir divergen. Ada
dua jenis tes TTCT, yaitu TTCT Verbal dan TTCT figural.
Kreativitas membuat gambar (figural) memiliki ciri tambahan
yaitu ciri elaborasi.

Perlu dicermati cara memberikan skor untuk ciri kelancaran


dan ciri fleksibilitas. Misalkan siswa diminta untuk
mengungkapkan enam ide tentang penggunaan batu bata. Siswa A
memberikan empat ide untuk waktu yang telah ditentukan, dan
siswa B memberikan lima ide. Misal, ide yang diberikan oleh
siswa A adalah : 1) untuk mengganjal pintu, 2) untuk menahan
tumpukan kertas agar tidak terbawa angin, 3) untuk melempat
anjing yang mengejar, dan 4) untuk tempat berpijak guna merain
sesuatu di tempat yang lebih tinggi. Sedangkan jawaban siswa B
adalah 1) untuk mengganjal pintu dapur, 2) untuk menahan
12

tumpukan kertas, 3) untuk melempat hewan yang merusak


tanaman, 4) untuk melempar tikus yang menggigit selang, 5)
untuk mengganjal pintu pagar ketika memasukkan sepeda.
Ditinjau dari kelancaran, maka skor siswa B lebih tinggi.
Setelah ditelaah, ternyata jawaban siswa B terdiri dari tiga
kategori (yaitu : mengganjal pintu, melempat hewan yang
mengganggu, dan menahan tumpukan kertas), sedangkan siswa A
terdiri dari empat kategori, maka nilai fleksibilitas siswa A lebih
tinggi daripada siswa B.
Pada perkembangan selanjutnya, Torrence menghilangkan
ciri fleksibilitas karena sangat berkaitan dengan kelancaran.
Namun keempat ciri tersebut masih digunakan oleh para peneliti
sampai saat ini. Berikut ini diberikan contoh soal berpikit kreatif
yang dapat mengungkapkan empat ciri (elemen) kreativitas
menurut Torrence.
13

3. Problem Solving
Kemampuan dasar menyelesaikan masalah sering tumpang
tindih dengan kemampuan dasar berpikir kreatif. Oleh sebab itu,
problem solving sering dipertukarkan dengan berpikir kritis.
Namun untuk dapat menyelesaikan permasalahan komplek,
pemikir harus dapat melakukan analisis dan sintesis yang
merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi menurut Bloom.
Menurut Garofalo dan Lester, menyatakan bahwa problem
solving adalah proses yang mencakup visualisasi, sosiasi,
abstraksi, pemahaman, manipulasi, bernalar, analisis, sintesis, dan
generalisasi, yang masing-masing harus diatur dan
dikoordinasikan.4
Menurut Sugrue, model penyelesaian masalah mencakup
tiga komponen utama yang saling berinteraksi, yaitu : struktur
pengetahuan, fungsi kognitif, dan keyakinan diri. Seorang yang
dapat menyelesaikan masalah memiliki struktur pengetahuan
yang terorganisasi dengan baik. penyelesaian masalah harus
dilakukan dengan menerapkan prosedur yang tepat dalam
menyelesaikan masalah. Seorang yang dapat menyelesaikan
masalah dengan baik akan mampu mengenal situasi yang ada dan
mengidentifikasi permasalahan, sehingga dapat mengembangkan
cara menyelesaikan masalah dan selanjutnya melaksanakan
prosedur penyelesaian masalah secara tepat.
Khusus untuk penerapan Problem based learning (PBL),
dibutuhkan permasalahan autentik dengan karakteristik tertentu.

4
Ibid, hal. 27
14

Karakteristik permasalahan yang dibahas dalam PBL menurut


Oon-seng Tan adalah sebagai berikut :
a. Permasalahan dunia nyata yang tidak terstruktur atau kurang
terstruktur. Jika digunakan permasalahan simulasi, maka
perlu dibuat senyata mungkin.
b. Permasalahan mencakup beberapa sudut pandang (beberapa
mata pelajaran atau topik)
c. Permasalahan menantang siswa untuk menguasai
pengetahuan baru
Sedangkan Porath dan Jordan menambahkan karakteristik
permasalahan yang sesuai untuk PBL, yakni : 1) tidak terstruktur,
2) hanya tersedia sebagian informasi, 3) pertanyaan merupakan
milik siswa, 4) permasalahan nyata dengan banyak solusi yang
mungkin, dan 5) membutuhkan kerjasama.
Berikut ini contoh soal PBL yang terkait dengan beberapa
disiplin ilmu atau mata pelajaran.
Contoh Soal PBL beberapa disiplin ilmu :
Terjadi perkembang biakan nyamuk yang tidak terkendali di
daerah pinggiran Kampala, Uganda. Koran setempat melaporkan
terjadi penyebaran penyakit yang melanda perkampungan dan
kota di sekitar tempat tersebut. Menurut berita, beberapa
penduduk telah dirawat di rumah sakit terdekat. Pemerintah
setempat telah berusaha melakukan kontrol terhadap nyamuk,
namun metode yang biasanya digunakan tidak efektif. Ada
organisasi kemanusiaan yang memiliki dana dan dukungan
lainnya yang bermaksud mengatasi masalah tersebut.
15

Jika kamu dilibatkan oleh organisasi kemanusiaan untuk


mengatasi permasalahan tersebut, apa saran yang dapat kamu
ajukan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

4. Membuat Keputusan
Setiap orang perlu melakukan sejumlah pengambilan
keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut
menyebabkan orang menggunakan strategi yang sederhana dalam
16

mengambil keputusan, karena dianggap tidak praktis jika harus


menggunakan analisis yang mendalam. Strategi pengambilan
keputusan dengan menggunakan aturan-aturan yang sederhana
tersebut merupakan strategi heuristik. Contoh strategi heuristik
adalah menekan rem ketika ada kendaraan yang memotong
kendaraan kita secara tiba-tiba. Pada kondisi tersebut, kita tidak
sempat menganalisis semua informasi yang ada, membuat
beberapa alternatif, dan memilih alternatif terbaik. Namun pada
kondisi lain, dibutuhkan pertimbangan yang matang dengan
melakukan proses logika secara bertahap. Misalnya ketika seorang
kepala sekolah hendak menentukan tindakan apa yang harus
dilakukan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
Pada kondisi tersebut, kepala sekolah perlu melakukan evaluasi
diri sekolah untuk menentukan permasalahan dan akar masalah
yang dihadapi. Kemudian menentukan beberapa solusi alternatif,
dan memilih solusi yang paling efisien dan efektif dengan metode
tertentu. Strategi pengambilan keputusan seperti itu dinamakan
strategi analitik.
17

Proses pengambilan keputusan pada umumnya dimulai dari


penetapan tujuan. Kemudian dilakukan pengumpulan informasi
dan diikuti dengan pembangkitan solusi alternatif atau pilihan
yang layak. Pengambilan keputusan dilakukan dengan
membandingkan alternatif yang telah dikembangkan.

Tahapan pengambilan keputusan secara analitik atau secara


klasik tersebut dapat dipelajari dan dilatih pada siswa. Langkah
pertama yang dilakukan adalah menetapkan tujuan secara jelas,
misalnya membantu siswa menetapkan apa yang ingin dicapainya
ketika mengikuti suatu kegiatan atau apa yang menjadi cita-
citanya. Orang yang tidak memiliki tujuan yang pasti dan jelas
tidak akan dapat menentukan arah yang akan ditempuhnya secara
jelas.
18

C. Menyusun Soal HOTS


1. Karakteristik Soal HOTS
Sebuah Soal dikategorikan sebagai soal HOTS harus
memiliki 3 karakteristik berikut ini:
a. Dapat mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.
b. memiliki basis permasalahan kontekstual.
c. Menggunakan bentuk soal beragam.

Indikator dalam soal HOTS meliputi tiga indikator yaitu


menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi(C6).

a. Level Menganalisis (C4)


Pada level menganalisis, siswa akan lebih
ditekankan pada bagaimana berpikir kritis secara
19

operasional. menganalisis terdiri dari kemampuan atau


keterampilan membedakan (differentiating),
mengorganisasikan (organizing), dan
menghubungkan(attributing). Kata Kerja Operasional
yang biasa digunakan adalah
membandingkan,mengkritisi mengurutkan,
membedakan, dan menentukan.
b. Level Mengevaluasi (C5)
Mengevaluasi berarti membuat keputusan
berdasarkan kriteria yang standar, seperti mengecek dan
mengkritik. Kata Kerja Operasional yang digunakan
adalah mengevaluasi, memilih/menyeleksi,
menilai,menyanggah, dan memberikan pendapat.
c. Level Mengkreasi (C6)
Soal pada level C6 menuntut kemampuan siswa
untuk merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, memperbaharui,
menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah. Kata Kerja Operasional yang digunakan
adalah memperjelas, menafsirkan, memprediksi.
2. Langkah-langkah membuat soal HOTS
Penyusunan soal HOTS tidak boleh sembarangan. Cara
membuat soal HOTS harus mengikuti langkah-langkah berikut
ini:
a. Menganalisis kompetensi dasar yang tepat
Guru harus memilih KD yang dapat dibuatkan soal-
soal HOTS. Terkadang tidak semua KD dapat dibuatkan
20

soal yang bersifat HOTS. Oleh karena itu, kejelian dan


ketelitian sangat diperlukan.
b. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal-soal HOTS memiliki tujuan untuk
membantu Guru dalam menulis butir soal. Kisi-kisi soal
HOTS penting untuk membantu dan mengarahkan guru
dalam memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS,
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan
diuji, merumuskan indikator soal, dan menentukan level
kognitif.
c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan dalam penyusunan soal
HOTS harus menarik dan kontekstual. Stimulus yang
menarik akan membuat siswa mau membaca stimulus
dengan seksama. Sedangkan kontekstual berarti sesuai
dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Penulisan butir-butir pertanyaan harus sesuai dengan
kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan
butir soal HOTS sedikit berbeda dengan kaidah penulisan
butir soal pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak
pada aspek materi saja. Sedangkan pada aspek konstruksi
dan bahasanya relatif sama.
e. Membuat rubrik
Dalam setiap butir pertanyaan HOTS yang ditulis
harus dilengkapi dengan rubrik atau pedoman penskoran.
Rubrik dibuat untuk soal HOTS dalam bentuk uraian.
21

Sedangkan soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda,


pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian
singkat, Guru harus menuliskan kunci jawaban.
Berikut beberapa contoh soal HOTS :
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
High Order Thinking terjadi ketika peserta didik terlibat
dengan apa yang mereka ketahui sedemikian rupa untuk
mengubahnya, artinya siswa mampu mengubah atau mengkreasi
pengetahuan yang mereka ketahui dan menghasilkan sesuatu yang
baru. Melalui high order thinking peserta didik akan dapat
membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik,
mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan,
mampu berhipotesis dan memahami hal-hal kompleks menjadi lebih
jelas, dimana kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana peserta
didik bernalar. Sama halnya dengan literasi, kemampuan literasi
matematika dan high order thinking skills tidak hanya terbatas pada
kemampuan berhitung saja, namun juga bagaimana menerapkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari guna menyelesaikan suatu
permasalahan, bagaimana mengkomunikasikannya, dengan demikian
maka dapat dilihat bagaimana proses berpikir matematisasi peserta
didik. PISA merupakan studi internasional yang mengkaji kemampuan
berpikir siswa serta untuk mengetahui apakah siswa mampu
mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam kehidupan sehari. Soal-
soal PISA yang menuntut kemampuan penalaran dan pemecahan
masalah dapat digunakan sebagai alat untuk melihat sejauh mana
kempuan literasi matematika dan kemudian dapat diketahui apakah
peserta didik tegolong dalam high order thinking atau low order
thinking

22
DAFTAR PUSTAKA

Husna Nur Dinni, HOTS High Order Thinking Skills dan Kaitannya
dengan Kemampuan Literasi Matematika, Journal Unnes, Prisma 1,
2018

Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Berbasis HOTS (Higher Order


Thinking Skills), Tangerang : Tira Smart, 2019

23

Anda mungkin juga menyukai