Anda di halaman 1dari 16

SOAL HIGHER ORDER THINHKING SKILLS (HOTS)

Mata Kuliah Evaluasi Pengajaran Matematika

Dosen Pengampu : Dra. Suryawati, M.Pd

Disusun oleh :

Cindy Wulandari (2206103020062)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, berkat rahmat dan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Soal Hots” pada waktu yang tepat.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Evaluasi Pengajaran
Matematika. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang proses
pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Suryawati, M.Pd selaku dosen Mata
Kuliah Evaluasi Pengajaran Matematika yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah wawasan dan pengetahuan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dan bersedia membagi sebagian pengetahuannya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat diperlukan demi kesempurnaan makalah ini.

Banda Aceh, 7 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I...........................................................................................................................................................iv
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................iv
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................iv
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................v
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................v
BAB II..........................................................................................................................................................vi
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................vi
2.1 Pengertian Konsep Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).....................................................vi
2.2 Karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)..............................................................vii
2.3 Penyusunan Soal HOTS...............................................................................................................xi
2.4 Soal HOTS Dalam Pembelajaran Matematika............................................................................xiii
BAB III.........................................................................................................................................................xv
PENUTUP....................................................................................................................................................xv
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................xv
3.2 Saran..........................................................................................................................................xv
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................xvi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)
menjadi keterampilan yang sangat penting untuk diperkembangkan dalam proses
pembelajaran saat ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam
berpikir tingkat tinggi dapat membantu mereka menjadi lebih introspektif terhadap
pemikiran mereka sendiri, sekaligus merangsang pembelajaran yang sesuai dengan
kinerja dan pertumbuhan kognitif mereka.
Kemampuan kognitif utama, khususnya berpikir tingkat tinggi, memiliki peran
yang sangat penting dalam dunia pendidikan, baik dalam mencapai kesuksesan akademis
maupun sebagai bekal untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Menurut Wardana,
berpikir tingkat tinggi adalah suatu proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental
dalam upaya mengeksplorasi pengalaman yang kompleks dan kreatif secara sadar untuk
mencapai tujuan, yaitu memperoleh pengetahuan melalui tingkat berpikir analitis,
sintesis, dan evaluatif.
Pola pikir kritis dan kreatif akan menghasilkan kreativitas yang akan sangat
membantu seseorang dalam mengembangkan karirnya di berbagai bidang pekerjaan
apapun termasuk misalnya dalam pengembangan ekonomi kreatif menuju MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) maupun dalam lingkup yang lebih luas. Pola pikir kritis
dan kreatif ini akan dapat dicapai manakala seseorang memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills). Terkait hal ini, maka peserta didik di semua level
(jenjang) pendidikan perlu dibekali dengan HOTS agar mampu mempersiapkan diri
menghadapi segala tantangan di abad 21. Sebab dengan memiliki HOTS, maka peserta
didik akan mampu berpikir kritis, kreatif, meneliti, memecahkan masalah, membuat
keputusan, dan memiliki karakter yang baik (Widihastuti,2015:78).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 tentang
standar isi pendidikan dasar dan menengah secara tegas menyatakan bahwa pencapaian
pembelajaran mencakup taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Lorin Anderson dan
David, terdiri atas kemampuan: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Sesuai dengan taksonomi tersebut, dimensi proses kognitif
HOTS mencakup menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal-soal HOTS pada
umumnya dirancang untuk mengukur kemampuan analisis, evaluasi, dan kreativitas pada
ranah tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ?


2. Bagaimana karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ?
3. Bagaimana penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ?
4. Bagaimana strategi dan implementasi penyusunan soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS) ?
5. Bagaimana soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam Matematika?

1.3 Tujuan

1. Memahami konsep soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)


2. Memahami karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
3. Memahami penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
4. Memahami strategi dan implementasi penyusunan soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS?
5. Memahami soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam Matematika
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Higher Order Thinking Skills ( HOTS) merupakan kemampuan berpikir yang tidak
sekadar mengingat ( recall ), menyatakan kembali ( restate ), atau merujuk tanpa
melakukan pengolahan ( recite ).
Pertanyaan Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah alat evaluasi yang
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yang melibatkan
kemampuan berpikir di luar sekadar mengingat (recall), menyajikan kembali (restate),
atau merujuk tanpa pemrosesan (recite). Dalam konteks asesmen, pertanyaan HOTS
mengukur kemampuan seperti: 1) mentransfer satu konsep ke konsep lain, 2) memproses
dan menerapkan informasi, 3) menemukan hubungan antara berbagai informasi yang
berbeda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menilai ide
dan informasi secara kritis. Walaupun demikian, pertanyaan berbasis HOTS tidak selalu
lebih sulit dibandingkan pertanyaan recall (Kemdikbud, 2016).
Dini (2018:175) juga menyatakan bahwa Higher Order Thinking terjadi ketika peserta
didik terlibat secara mendalam dengan pengetahuan yang mereka miliki, sehingga
mereka dapat mengubah atau menciptakan sesuatu yang baru. Melalui higher order
thinking, peserta didik dapat membedakan ide atau gagasan secara jelas, menyusun
argumen dengan baik, menyelesaikan masalah, mengkonstruksi penjelasan, merumuskan
hipotesis, dan memahami hal-hal kompleks dengan lebih jelas, menunjukkan kemampuan
berpikir logis dari peserta didik.
Dari segi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, bukan
hanya terbatas pada dimensi faktual, konseptual, atau prosedural. Dimensi metakognitif
mencakup kemampuan menghubungkan berbagai konsep, menginterpretasikan,
menyelesaikan masalah, memilih strategi pemecahan masalah, menemukan metode baru,
berargumen, dan mengambil keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom, seperti yang telah diperbaharui
oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri dari kemampuan: mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Soal-soal HOTS umumnya
mengukur kemampuan dalam ranah menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Dalam merumuskan indikator soal HOTS melalui kata kerja operasional (KKO),
perlu dihindari pengelompokkan KKO yang kaku. Sebagai contoh, kata kerja
"menentukan" dalam Taksonomi Bloom muncul pada ranah C2 dan C3. Namun, dalam
konteks soal HOTS, kata kerja ini bisa juga masuk dalam ranah C5 (mengevaluasi) jika
keputusan harus didasarkan pada analisis informasi, atau bahkan dalam ranah C6
(mencipta) jika pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah
baru. Oleh karena itu, ranah KKO sangat dipengaruhi oleh jenis proses berpikir yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan.
Pada umumnya, soal HOTS menggunakan stimulus sebagai dasar pembuatan
pertanyaan. Stimulus dalam konteks HOTS sebaiknya bersifat kontekstual dan menarik.
Sumber stimulus bisa berasal dari isu-isu global seperti teknologi informasi, sains,
ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Stimulus juga bisa diambil dari
permasalahan di lingkungan sekitar satuan pendidikan, termasuk budaya, adat, kasus-
kasus di daerah, atau keunggulan tertentu yang dimiliki oleh suatu daerah. Kreativitas
seorang guru sangat memengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan dalam
penulisan soal HOTS.

2.2 Karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Penggunaan soal-soal HOTS sangat dianjurkan dalam berbagai bentuk penilaian di


kelas. Untuk memberikan inspirasi kepada guru dalam menyusun soal-soal HOTS di
tingkat satuan pendidikan, berikut ini dijelaskan karakteristik dari soal-soal HOTS :
1. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Menurut Australian Council for Educational Research (ACER), kemampuan
berpikir tingkat tinggi melibatkan proses seperti analisis, refleksi, memberikan
argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan
menciptakan. Berpikir tingkat tinggi bukanlah sebatas kemampuan mengingat,
mengetahui, atau mengulang. Oleh karena itu, jawaban untuk soal-soal HOTS tidak
diungkapkan secara eksplisit dalam stimulus.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi mencakup aspek-aspek seperti memecahkan
masalah, keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan berargumen, dan
kemampuan mengambil keputusan. Keahlian berpikir tingkat tinggi menjadi kunci
penting dalam konteks dunia modern dan dianggap sebagai kompetensi esensial yang
harus dimiliki oleh setiap peserta didik.

Kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan dalam konteks HOTS dapat


dilihat dari:
a. Kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak umum;
b. Kemampuan mengevaluasi strategi penyelesaian masalah dari berbagai perspektif
yang berbeda;
c. Kemampuan menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda dari
pendekatan sebelumnya.

Perlu diingat bahwa tingkat kesulitan dalam suatu soal tidak sama dengan
kemampuan berpikir tingkat tinggi. Sebagai contoh, mengetahui makna kata yang
tidak umum mungkin memiliki tingkat kesulitan tinggi, tetapi kemampuan ini belum
tentu mencakup Higher Order Thinking Skills (HOTS). Oleh karena itu, soal-soal
HOTS tidak selalu memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dikembangkan melalui proses


pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penting untuk memberikan ruang kepada
peserta didik dalam proses pembelajaran agar mereka dapat menemukan konsep
pengetahuan melalui aktivitas. Aktivitas pembelajaran dapat mendorong peserta didik
untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.

2. Berbasis permasalahan kontekstual


Soal-soal HOTS merupakan asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan
sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep
pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah.Permasalahan kontekstual yang
dihadapi oleh masyarakat dunia saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan,
kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam berbagai aspek kehidupan.Dalam pengertian tersebut termasuk pula
bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply)dan
mengintegrasikan(integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata. Berikut ini diuraikan lima
karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration),
penemuan (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan
ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-
masalah nyata.
d. Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.

Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai
berikut.
a. Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban
yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban tertentu yang
benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.

3. Menggunakan bentuk soal beragam


Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS)
sebagaimana yang digunakan dalam PISA, bertujuan agar dapat memberikan
informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta tes. Hal ini
penting diperhatikan oleh guru agar penilaian yang dilakukan dapat menjamin prinsip
objektif.Artinya hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat menggambarkan
kemampuan peserta didik sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.Penilaian yang
dilakukan secara objektif, dapat menjamin akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis
butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA), sebagai berikut.
a. Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan
jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh
(distractor).
b. Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman peserta
didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara pernyataan
satu dengan yang lainnya.Sebagaimana soal pilihan ganda biasa, soal-soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber
pada situasi kontekstual.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk
mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase, angka, atau simbol.
Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi adalah sebagai berikut : a) bagian
kalimat yang harus dilengkapi sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal,
dan paling banyak dua bagian supaya tidak membingungkan siswa dan b) jawaban
yang dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase, angka,
simbol, tempat, atau waktu. Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban
yang salah diberikan skor 0.
d. Jawaban singkat atau pendek
Soal dengan bentuk jawaban singkat atau pendek adalah soal yang jawabannya
berupa kata, kalimat pendek, atau frase terhadap suatu pertanyaan. Karakteristik
soal jawaban singkat adalah sebagai berikut: 1) Menggunakan kalimat pertanyaan
langsung atau kalimat perintah; 2) Pertanyaan atau perintah harus jelas, agar
mendapat jawaban yang singkat; 3) Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab
oleh siswa pada semua soal diusahakan relatif sama; 4) Hindari penggunaan kata,
kalimat, atau frase yang diambil langsung dari buku teks, sebab akan mendorong
siswa untuk sekadar mengingat atau menghafal apa yang tertulis di buku. Setiap
langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah
diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian mengharuskan siswa menyusun gagasan atau materi yang telah
dipelajarinya dalam bentuk tulisan. Dalam konteks penilaian seperti Ujian
Sekolah (US), disarankan hanya menggunakan dua bentuk soal HOTS, yaitu
pilihan ganda dan uraian. Hal ini disebabkan oleh jumlah peserta yang banyak dan
perlunya penskoran yang cepat. Untuk penilaian harian, guru dapat menyesuaikan
bentuk soal dengan karakteristik Kompetensi Dasar (KD) dan kreativitasnya.
Pemilihan bentuk soal harus sesuai dengan tujuan penilaian, seperti penilaian
pembelajaran, penilaian untuk pembelajaran, dan penilaian sebagai pembelajaran.
Guru diharapkan kreatif dalam mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan
KD yang relevan dalam mata pelajaran yang diampunya. Kesadaran guru terhadap
isu-isu global, kemampuan memilih stimulus soal, dan pemilihan kompetensi
yang diuji menjadi aspek kunci dalam menghasilkan soal yang berkualitas.

2.3 Penyusunan Soal HOTS

Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan
perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar
pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan.
Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak
selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soalHOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal),
dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan
soal-soalHOTS(Widana, 2017:21) :

1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS


Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soalHOTS.Tidak
semua KD dapat dibuatkan model-model soalHOTS. Guru-guru secara mandiri atau
melalui forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal


Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu
guru dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi
pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan
(d) menentukan level kognitif.

3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual


Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong peserta didik untuk
membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh
peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan
kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk
membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari
lingkungan sekolah atau daerah setempat.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal


Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS.
Kaidah penulisan butir soalHOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal
pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada aspek
konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai
format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

2.4 Soal HOTS Dalam Pembelajaran Matematika

Masalah pemahaman dalam pembelajaran matematika sering dialami siswa, yang


cenderung hanya menghafal dan mengulang tanpa pemahaman konsep matematika.
Meskipun visi matematika sekolah menekankan pemahaman, masih umum terjadi belajar
matematika tanpa pemahaman yang memadai (NCTM, 2000). Soal-soal matematika rutin
mungkin bisa diselesaikan dengan pemahaman rendah, namun siswa kesulitan mengatasi
masalah non-rutin. Taksonomi Bloom yang direvisi membagi proses kognitif menjadi
kemampuan berpikir tingkat rendah (LOTS) dan tinggi (HOTS). Soal HOTS, dengan
fokus pada kemampuan analisis, evaluasi, dan penciptaan, dapat mengukur kemampuan
metakognitif siswa secara menyeluruh (Anderson dan Krathwohl, 2001).

Penerapan soal HOTS dalam pembelajaran matematika dapat melatih siswa


berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Direktorat
Pembinaan SMA (2017) merekomendasikan karakteristik soal HOTS, termasuk
mengukur berpikir tingkat tinggi, berbasis permasalahan kontekstual, dan menggunakan
berbagai bentuk soal. Dalam praktiknya, guru perlu menyusun soal HOTS yang progresif,
dari mudah ke sulit, tanpa membatasi kesulitan hanya pada materi yang kompleks
(Sumaryanta, 2018). Soal rutin dapat dikembangkan menjadi HOTS dengan
menambahkan stimulus kontekstual yang menarik dan bersifat kekinian. Kemampuan
guru dalam merancang pembelajaran matematika dengan soal HOTS dapat merangsang
berpikir tingkat tinggi dan meningkatkan literasi numerasi siswa.
Berikut contoh soal HOTS dalam pembelajaran matematika :
 Seorang petani memiliki lahan berbentuk trapesium dengan panjang alas 30 m, panjang
sisi sejajar 20 m, dan tinggi 15 m. Hitunglah luas lahan yang dapat digunakan untuk
bercocok tanam jika petani memutuskan untuk meninggikan lahan tersebut menjadi
bentuk prisma segitiga dengan tinggi tambahan 10 m!
 Jawaban:
- Rumus Luas Trapesium: Luas=(a+b)×h2Luas=2(a+b)×h
- Rumus Volume Prisma Segitiga: Volume=Luas×tinggiVolume=Luas×tinggi

 Alasan:
Soal ini memerlukan pemahaman konsep luas trapesium dan volume prisma segitiga
dalam konteks nyata pertanian. Kemudian Rumus yang digunakan mencakup dua konsep
matematika yang berbeda untuk menyelesaikan masalah.

 Jawaban Akhir:
Volume=(30+20)×152×(15+10)Volume=2(30+20)×15×(15+10)

Contoh soal di atas menuntut pemahaman konsep matematika yang lebih mendalam,
melibatkan aplikasi rumus yang kompleks, dan mendorong pemikiran tingkat tinggi
untuk menyelesaikannya. Itulah yang membuatnya termasuk dalam kategori soal HOTS.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

HOTS adalah kemampuan berpikir di luar sekadar mengingat, menyatakan kembali,


atau merujuk tanpa pemrosesan. Pertanyaan HOTS mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi seperti mentransfer konsep, memproses informasi, menemukan hubungan,
menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan menilai ide secara kritis.
Dimensi metakognitif, proses berpikir Bloom, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi
seperti analisis, evaluasi, dan penciptaan merupakan fokus utama soal HOTS. Soal HOTS
memiliki Karakteristik diantaranya adalah Soal HOTS mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi seperti analisis, refleksi, penerapan konsep, penyusunan, dan penciptaan.
Berbasis permasalahan kontekstual dengan stimulus menarik dan relevan dari isu-isu
global atau lingkungan sekitar. Menggunakan bentuk soal beragam, termasuk pilihan
ganda, pilihan ganda kompleks, isian singkat, jawaban singkat, dan uraian. Kreativitas
guru dalam menyusun soal dan pemilihan stimulus merupakan faktor kunci.

3.2 Saran

Keterampilan Berpikir tingkat tinggi mencangkup aspek yang sangat luas, tidak
hanya berpikir kritis dan berpikir kreatif. Penulis menyarankan pembaca untuk mencari
berbagai informasi terkait keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam berbagai aspek
sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Kemdikbud. (2015). Panduan Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud

Kemdikbud. (2016). Panduan Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Menengah Kemdikbud

Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Jakarta:
Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud

Heong, Y.M., Othman, W.D., Md Yunos, J., Kiong, T.T., Hassan, R., & Mohamad, M.M. 2011.
The Level Of Marzano Higher Order Thinking Skills Among Technical Education
Student. International Journal Of Social And Humanity, Vol. 1(2)

Anda mungkin juga menyukai