Oleh :
REGINA SILFIA
2208317
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... .... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... ........ 3
C. Tujuan .................................................................................................. 3
D. Manfaat .................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.Konsep Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ............................... 4
B. Karakteristik Soal HOTS...................................................................10
C. Penyusunan Soal HOTS ...................................................................15
D. Peran Soal HOTS dalam Penilaian .....................................................22
E. Strategi dan Implementasi Penysunan Soal HOTS .............................. 26
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….30
ii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan saat ini dihadapi tidak hanya dengan pengetahuan
konsep semata, melaikan dengan adanya penerapan keterampilan
pengetahuan dan keterampilan berpikir. Hal tersebut memunculkan istilah
kecakapan abad 21 atau 21st Century Skill. Abad 21 ditandai dengan
berkembangnya informasi, komputasi, otomasi, dan komunikasi yang
merambah dalam segala aspek kehidupan manusia di semua belahan
dunia. Hal ini tentunya berdampak pada pendidikan yang diterapkan
termasuk di dalamnya bagaimana model pembelajarannya sehingga dapat
mengadaptasi dan memenuhi semua tuntutan abad 21. Oleh karena itu,
model pembelajaran di abad 21 hendaknya diarahkan untuk mendorong
peserta didik agar mampu: (1) mencari tahu dari berbagai sumber
observasi, bukan diberi tahu, (2) merumuskan masalah (menanya), bukan
hanya menyelesaikan masalah (menjawab), (3) berpikir analitis
(mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin), dan (4)
menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan
masalah (Kemdikbud, 2013).
Terkait hal di atas, maka pola pikir kritis dan kreatif sangat penting
dilatihkan dan dikembangkan pada peserta didik dalam pembelajaran di
abad ke 21 ini, dimana informasi dan teknologi tinggi (high tech)
diimplementasikan di berbagai sektor kehidupan manusia. Mengingat hal
ini, maka seseorang harus dapat merespons berbagai perubahan dengan
cepat dan efektif. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan intelektual
yang fleksibel, kemampuan menganalisis informasi, dan mengintegrasikan
berbagai sumber pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Salah satu bentuk upaya pemerintah dalam peningkatan pendidikan
di Indonesia adalah dengan dengan cara menganalisis dan merevisi
1
standart kurikulum yang digunakan (Apandi dalam Fatimah, 2020).
Kurikulum yang ditetapkan pemerintah saat ini adalah K13 Revisi.
kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum yang berorientasi pada
pengembangan berbagai keterampilan berpikir khususnya pada
keterampilan tingkat tinggi. Sehingga, keterampilan berpikir tingkat tinggi
atau HOTS (Higher Order Thinking Skill) termasuk ke dalam tujuan
pembelajaran yang utama.
Di Indonesia telah diterapkan soal-soal berpikir tingkat tinggi
HOTS, namun siswa di Indonesia masih memiliki kemampuan yang lemah
dalam menalar, menganalisis, dan mengevaluasi. Sebenarnya dalam
penyusunan soal HOTS itu tidak jauh berbeda pada soal pada umum.
Prinsip penyusunan soal HOTS antara lain: menggunakan materi
pengantar, menggunakan materi baru, dan mengelola kompleksitas dan
kesulitan kognitif secara terpisah. Perlu diingat bahwa soal-soal HOTS
bukan berarti soal yang sulit, redaksinya panjang, berbelit-belit, sehingga
banyak membuang waktu saat membacanya, melainkan soal yang disusun
secara proporsional dan sistematis untuk mengukur IPK pada siswa
(Haryani & Prasetya, 2021).
Indikator HOTS meliputi berpikir kritis dan berpikir kreatif
(Helmawati, 2019). Pola pikir kritis dan kreatif akan menghasilkan
kreativitas yang akan sangat membantu seseorang dalam mengembangkan
karirnya di berbagai bidang pekerjaan apapun termasuk misalnya dalam
pengembangan ekonomi kreatif menuju MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) maupun dalam lingkup yang lebih luas. Pola pikir kritis dan
kreatif ini akan dapat dicapai manakala seseorang memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills). Terkait hal ini, maka
peserta didik di semua level (jenjang) pendidikan perlu dibekali dengan
HOTS agar mampu mempersiapkan diri menghadapi segala tantangan di
abad 21. Sebab dengan memiliki HOTS, maka peserta didik akan mampu
berpikir kritis, kreatif, meneliti, memecahkan masalah, membuat
keputusan, dan memiliki karakter yang baik (Widihastuti,2015).
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, dapat
dirumuskanpermasalahan dalam makalah ini yaitu:
a. Bagaimana konsep soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) ?
b. Bagaimana karakteristik soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS) ?
c. Bagaimana penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
?
d. Bagaimana peran soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam
penilaian ?
e. Bagaimana strategi dan implementasi penyusunan soal Higher
Order Thinking Skills (HOTS) ?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Memahami konsep soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
b. Memahami karakteristik soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
c. Memahami penyusunan soal Higher Order Thinking Skills (HOTS)
d. Memahami peran soal Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam
penilaian
e. Memahami strategi dan implementasi penyusunan soal Higher Order
Thinking Skills (HOTS)
D. Manfaat
Manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu:
a. Manfaat bagi penulis dan mahasiswa lainnya yaitu dapat
memberikan wawasan tentang HOTS dan pengembangan soal model
HOTS.
b. Dapat menambah ilmu pengetahuan dengan menjadikan soal HOTS
sebagai contoh untuk mengembangkan soal-soal pada pokok bahasan
lain.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pembelajaran berbasis masalah bertujuan agar peserta didik dapat
mengidentifikasi dan mencari solusi terhadap masalahnya baik secara
akademik maupun dalam kehidupan sehari-hari (Brookhart, 2010).
Stiggins (1994) menyatakan dimensi proses berpikir dalam Taksonomi
Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl
(2001) HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah
menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi
(creating-C6). Proses berpikir tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
5
Tabel 2. 1 Kata Kerja Operasioanal Taksonomi Bloom Ranah Kognitif
Pemilihan kata kerja operasional (KKO) yang disajikan Tabel 2.1 untuk
merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada
pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi
Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata
kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk
menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi
yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan
yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi)
bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah
baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses
berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan
(Widana, 2017).
7
Tabel 2. 2 Higher Order Thinking Skill Konsep Marzano
8
dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan
usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) membuat, menggunakan,
memperbaiki standar evaluasi yang dibuatnya sendiri, (d) menghasilkan cara baru
melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya.
9
maka harus sudah memiliki pengetahuan (knowledge) dan mampu mengingatnya
(remembering), serta pemahaman (comprehension) dan mampu memahaminya
(understanding).
10
dimilikioleh setiap peserta didik.
Kreativitas menyelesaikan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas
:
a. kemampuan menyelesaikan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang
yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian baru yang berbeda
dengancara-carasebelumnya.
‘Difficulty’ is not same as higher order thinking. Tingkat
kesukaran dalam butir soal tidak sama dengan kemampuan berpikir
tingkat tinggi kecuali melibatkan proses bernalar (Kemdikbud, 2016).
Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum
(uncommon word) mungkin memiliki tingkat kesukaran yang sangat
tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak
termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal
HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang
tinggi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat dilatih dalam proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu agar peserta didik memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya
juga memberikan ruang kepada peserta didik untuk menemukan
konsep pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran
dapat mendorong peserta didik untuk membangun kreativitas dan
berpikir kritis.
11
saat ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang
angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula
bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate),
menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan
mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di
kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata
(Kemdikbud, 2015).
12
ganda kompleks juga memuat stimulus yang bersumber pada situasi
kontekstual.
c. Isian singkat atau melengkapi
Soal isian singkat atau melengkapi adalah soal yang menuntut peserta
tes untuk mengisi jawaban singkat dengan cara mengisi kata, frase,
angka, atau simbol. Karakteristik soal isian singkat atau melengkapi
adalah sebagai berikut : a) bagian kalimat yang harus dilengkapi
sebaiknya hanya satu bagian dalam ratio butir soal, dan paling banyak
dua bagian supaya tidak membingungkan siswa dan b) jawaban yang
dituntut oleh soal harus singkat dan pasti yaitu berupa kata, frase,
angka, simbol, tempat, atau waktu. Jawaban yang benar diberikan skor
1, dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
e. Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa
untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya
13
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut
menggunakan kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis. Untuk
penilaian yang dilakukan oleh sekolah seperti Ujian Sekolah (US)
bentuk soal HOTS yang disarankan cukup 2 saja, yaitu bentuk pilihan
ganda dan uraian.Pemilihan bentuk soal itu disebabkan jumlah peserta
US umumnya cukup banyak, sedangkan penskoran harus secepatnya
dilakukan dan diumumkan hasilnya.Sehingga bentuk soal yang paling
memungkinkan adalah soal bentuk pilihan ganda dan
uraian.Sedangkan untuk penilaian harian, dapat disesuaikan dengan
karakteristik KD dan kreativitas guru mata pelajaran.
Pemilihan bentuk soal hendaknya dilakukan sesuai dengan tujuan
penilaian yaitu assessment of learning, assessment for learning, dan
assessment as learning. Masing-masing guru mata pelajaran hendaknya
kreatif mengembangkan soal-soal HOTS sesuai dengan KI-KD yang
memungkinkan dalam mata pelajaran yang diampunya.Wawasan guru
terhadap isu-isu global, keterampilan memilih stimulus soal, serta
kemampuan memilih kompetensi yang diuji, merupakan aspek-aspek
penting yang harus diperhatikan oleh guru, agar dapat menghasilkan
butir-butir soal yang bermutu.
Karakteristik assessment for learning berbasis HOTS menurut
Widihastuti (2015:) antara lain sebagai berikut :
1. Proses penilaiannya terintegrasi dengan proses pembelajaran
dan bersifat on going
2. Proses penilaiannya melibatkan empat elemen yaitu sharing
learning goal and success criteria, using effective questioning,
self-assessment & self-reflection, dan feedback
3. Proses penilaiannya bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan HOTS, sikap dan perilaku positif peserta
didik, serta untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran
14
4. Proses penilaiannya menitikberatkan pada pengembangan
kemampuan menerapkan (applying), menganalisis (analyzing),
mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) sehingga
peserta didik mampu untuk: berpikir kritis (critical thinking),
memberikan alasan secara logis, analitis, dan sistematis
(practical reasoning), memecahkan masalah secara cepat dan
tepat (problem solving), membuat keputusan secara cepat dan
tepat (decision making), dan menciptakan suatu produk yang
baru (creating), dan bukan sekedar menghafal atau mengingat
5. Pendidik dapat memberikan permasalahan kepada peserta didik
sebagai bahan diskusi dan pemecahan masalah sehingga dapat
merangsang aktivitas berpikir
6. Kegiatan penilaiannya dapat dilakukan melalui kegiatan
diskusi, kegiatan lapangan, praktikum, menyusun laporan
praktikum, dan peserta didik diminta mengevaluasi sendiri
keterampilan itu
7. Penilaian ini dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik
8. Kegiatan penilaiannya juga melibatkan peserta didik untuk
melakukan penilaian diri dan refleksi disi (self-assessment dan
self-reflection) atas kondisi kemampuan mereka dalam
menguasai materi yang telah dipelajari
9. Dapat memberikan umpan balik yang mampu mengoreksi
kesalahan atau mengklarifikasi kesalahan (corrective feedback)
kepada peserta didik.
15
akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia
di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal
(kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.
Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal- soal HOTS
(Widana, 2017) :
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-
soal HOTS.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal
HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat
melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal
HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para
guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut
diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang dapat
dibuat soal-soal HOTS, (b) memilih materi pokok yang terkait dengan
KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d)
menentukan level kognitif.
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya mendorong
peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik
umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik. Sedangkan
stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk
membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus
dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir
soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan
16
kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak
pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa
relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format
terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan
pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat
untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk
bentuk soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah,
ya/tidak), dan isian singkat.
Salah satu proses pembentukan urin, terjadi proses penambahan zat-zat sisa
yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, misalnya urea. Proses itu berlangsung di
dalam organ....
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
Jawaban : D
Pembahasan : Proses pembentukan urin yang terjadi di nefron ginjal melalui
tahap-tahap filtrasi, rearbsorpsi dan augmentasi. Filtrasi atau penyaringan
17
terjadi di bagian glomerulus (1) dan kapsul Bowman (2) dan menghasilkan
urin primer. Rearbsoprsi atau penyerapan kembali terjadi di tubulus proksimal,
lengkung Henle (3), tubulus distal (4) dan sebagian tubulus pengumpul (5),
dan menghasilkan urin sekunder. Augmentasi atau proses penambahan zat-zat
sisa yang tidak dibutuhkan tubuh terjadi di tubulus distal, sehingga
menghasilkan urin sesungguhnya. Urin sesungguhnya akan disalurkan menuju
tubulus pengumpul, medula, pelvis, dan kemudian ureter.
18
memacu pembelahan dan pemanjangan sel. Akibatnya, tumbuhan tumbuh
sangat cepat, tetapi berdaun pucat karena tidak dapat membentuk klorofil.
19
3. Sumber energi berupa ATP dan NADPH.
4. Terjadi reaksi fotolisis.
5. Salah satu akseptor elektron berupa NADP+.
Pernyataan yang terkait dengan proses reaksi gelap fotosintesis adalah....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 3 dan 4
E. 2 dan 5
Jawaban : C
Pembahasan : Reaksi gelap dalam fotosintesis dapat berlangsung baik
ada cahaya maupun tanpa cahaya. Reaksi ini terjadi di bagian dalam
stroma. Pada reaksi gelap, ATP dan NADPH yang dihasilkan pada
reaksi terang digunakan sebagai sumber energi untuk mereduksi
karbon dioksida menjadi glukosa. Pembentukan glukosa dari karbon
dioksida akan melalui siklus Calvin.
5. Topik : Bioteknologi
Tahap-tahap kloning gen insulin dari manusia adalah sebagai berikut:
1. Isolasi gen insulin dari manusia.
2. Penyisipan DNA donor ke dalan vektor plasmid.
3. Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease.
4. Transformasi DNA ke dalam sel bakteri.
5. Deteksi gen insulin apakah mampu di ekspresikan oleh bakteri.
Urutan pekerjaan yang harus dilakukan adalah....
A. 1) – 2) – 3) – 4) – 5)
B. 1) – 3) – 2) – 4) – 5)
C. 1) – 5) – 3) – 4) – 2)
D. 5) – 4) – 3) – 2) – 1)
E. 4) – 5) – 1) – 2) – 3)
20
Jawaban : B
Pembahasan : Kloning gen atau teknik DNA rekombinan merupakan
teknik rekayasa genetik yang digunakan untuk menyisipkan gen dari suatu
organisme ke dalam gen organisme lain, sehingga organisme tersebut
membawa sifat-sifat tertentu dari gen yang disisipkan. Contoh penggunaan
teknik ini adalah produksi insulin manusia dengan menggunakan sel
bakteri. Tahap-tahap kloning gen insulin tersebut meliputi:
1. Donor DNA insulin (manusia) dipotong oleh enzim restriksi
endonuklease.
2. Plasmid dari sel bakteri diekstraksi dan dipotong oleh enzim
restriksi endonuklease.
3. DNA insulin dari manusia dengan DNA plasmid digabungkan.
4. DNA yang telah bergabung dengan plasmid dikembalikkan ke
dalam sel bakteri (transformasi).
5. Mendeteksi gen insulin yang telah dikloning, apakah mampu
diekspresikan oleh bakteri atau tidak; tahap selanjutnya adalah
peningkatan ekspresi gen terkloning dan produksi insulin dalam
jumlah yang banyak.
6. Topik : Evolusi
Serangan hama wereng di daerah pertanian disebabkan habitat wereng
berubah menjadi pemukiman atau pertanian. Tanaman yang homogen di
daerah pertanian mempercepat pertumbuhan populasi wereng karena
tersedia makanan yang melimpah. Penyemprotan pestisida biasanya
dilakukan untuk mengirangi populasi wereng, namun setelah lima tahun
kembali terjadi serangan hama wereng, padahal penyemprotan rutin
pestisida selalu dilakukan. Bagaimana teori seleksi alam Darwin
dihubungkan dengan peristiwa tersebut?
A. Sebagian kecil populasi wereng dapat bertahan hidup karena
resistensi tinggi
B. Migrasi wereng terus menerus terjadi sepanjang masa
21
C. Sebagian populasi wereng terisolasi saat penyemprotan pestisida
D. Populasi wereng meningkat drastis selang lima tahun
E. Sebagian wereng bertelur sebelum penyemprotan pestisida
berlangsung
Jawaban : A
Pembahasan : Sebagian kecil populasi wereng dapat bertahan hidup
karena resistensi tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa Seleksi Alam
menurut Darwin adalah makhluk hidup yang dapat menyesuaikan
dengan lingkungan akan bertahan hidup dan akan menurunkan sifat-
sifat yang dimilikinya kepada generasi selanjutnya. Dalam kasus di atas
pada`saat penyemprotan pestisida dengan tujuan mematikan wereng.
Tetapi tidak semua wereng mati, karena memiliki daya tahan (adaptasi)
yang tinggi terhadap lingkungan, sehingga wereng tersebut bertahan
hidup (resisten) dan akan berkembang biak kembali di saat kondisi telah
kembali normal. Oleh karena itu serangan wereng akan terulang
kembali.
22
melalui observasi/pengamatan dan teknik penilaian lain yangrelevan,
dan pelaporannya menjadi tanggungjawab wali kelas atau guru kelas.
Penilaian aspekpengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan,
dan penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian
keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan atau tehbnik lain sesjuai dengan kompetensi yang dinilai. Penilaian
hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan,
pengamatan, penugasan,dan/atau bentuk lain yang diperlukan.
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk
penilaian akhir dan ujian sekolah.
23
sesuai dengan tuntutan kompetensi abad ke-21 di atas. Melalui
penilaian berbasis pada soal-soal HOTS, keterampilan berpikir
kritis (creative thinking and doing), kreativitas (creativity) dan rasa
percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui
kegiatan latihan menyelesaikan berbagai permasalahan nyata
dalam kehidupan sehari- hari (problem-solving).
2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan daerah
Dalam Penilaian guru diharapkan dapat mengembangkan
soal- soal HOTS secara kreatif sesuai dengan situasi dan kondisi di
daerahnya masing- masing.Kreativitas guru dalam hal pemilihan
stimulus yang berbasis permasalahan daerah di lingkungan satuan
pendidikan sangat penting.Berbagai permasalahan yang terjadi di
daerah tersebut dapat diangkat sebagai stimulus kontekstual.Dengan
demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal- soal HOTS
menjadi sangat menarik karena dapat dilihat dan dirasakan secara
langsung oleh peserta didik. Di samping itu, penyajian soal-soal
HOTS dalam ujian sekolah dapat meningkatkan rasa memiliki dan
cinta terhadap potensi- potensi yang ada di daerahnya.Sehingga
peserta didik merasa terpanggil untuk ikut ambil bagian untuk
memecahkan berbagai permasalahan yang timbul di daerahnya.
24
HOTS, yang diharapkan dapat menambah motivasi belajar peserta
didik.
25
E. Strategi dan Implementasi Penyusunan Soal HOTS
2. Dinas Pendidikan
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya di daerah, menindaklanjuti kebijakan pendidikan di
tingkat pusat dengan melakukan kegiatan- kegiatan sebagai berikut:
a. Mensosialisasikan kebijakan penyusunan soal-soal HOTS dan
implementasinya dalam Penilaian;
b. Memfasilitasi kegiatan penyusunan soal-soal HOTS dalam
rangka persiapan penyusunan soal-soal;
c. Melaksanakan pengawasan dan pembinaan ke sekolah-sekolah
26
3. Satuan Pendidikan
Satuan pendidikan sebagai pelaksana teknis penyusunan soal-soal
HOTS, sebagai salah satu bentuk pelayanan mutu pendidikan. Dalam
konteks pelaksanaan Penilaian, satuan pendidikan menyiapkan bahan-
bahan Penilaian dalam bentuk soal- soal yang memuat soal-soal
HOTS.
a. Meningkatkan pemahaman guru tentang penulisan butir soal
yang mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/HOTS).
b. Meningkatkan keterampilan guru untuk menyusun instrumen
penilaian (Higher Order Thinking Skills/HOTS)
27
4. Kepala sekolah menugaskan guru/MGMP sekolah melaksanakan
kegiatan sesuai rencana kegiatan;
5. Guru/MGMP sekolah melaksanakan kegiatan sesuai penugasan dari
kepala sekolah;
6. Kepala sekolah dan wakasek kurikulum melakukan evaluasi terhadap
hasil penugasan kepada guru/MGMP sekolah;
7. Kepala sekolah mengadministrasikan hasil kerja penugasan
guru/MGMP sekolah, sebagai bukti fisik kegiatan penyusunan soal-
soal HOTS.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa :
HOTS menurut konsep Anderson dan Krathwol, Marzano, serta Brookhart
merupakan keterampilan berpikir pada tingkat tinggi yang memerlukan proses
pemikiran lebih kompleks mencakup menerapkan (applying), menganalisis
(analyzing), mengevaluasi (evaluating), dan mencipta (creating) yang
didukung oleh kemampuan memahami (understanding), sehingga: (1) mampu
berpikir secara kritis (critical thinking); (2) mampu memberikan alasan secara
logis, sistematis, dan analitis (practical reasoning); (3) mampu memecahkan
masalah secara cepat dan tepat (problem solving); (4) mampu mengambil
keputusan secara cepat dan tepat (decision making); dan (5) mampu
menciptakan suatu produk yang baru berdasarkan apa yang telah dipelajari
(creating).
Karakteristik HOTS meliputi keterampilan berpikir tingkat tinggi, berbasis
permasalahan kontekstual, dan menggunakan bentuk soal beragam. Adapun
langkah- langkah penyusunan soal HOTS sebagai berikut : menganalisis KD,
menyusun kisi-kisi soal, memilih stimulus yang kontekstual, menuis butir-butir
pertanyaan, dan membuat rubrik. Contoh-contoh soal HOTS telah diterapkan
pada Ujian Nasional Biologi SMA. Soal -soal HOTS berperan dalam penilaian
salah satunya mempersiapkan kompetensi pendidik menuju abad 21. Strategi
dan implementasi soal-soal HOTS dimulai dari pusat, dinas pendidikan, serta
satuan pendidikan.
B. Saran
Sebaiknya dilakukan pelatihan secara berkala pada setiap daerah kepada
para pendidik dalam penyusunan soal HOTS dalam pembelajaran supaya
peserta didik terlatih mengerjakan soal HOTS baik Ujian Sekolah maupun
Ujian Nasional dan mampu bersaing dalam studi Internasional.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dini, H.N.(2018). Higher Order Thinking Skills (HOTS) dan Kaitannya dengan
Kemampuan Literasi Matematika. Prosiding Seminar Nasional
Matematika pp. 170-176, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
Heong, Y.M., Othman, W.B., Yunos, J.BM., Kiong, T.T.,Razali, B.H and
Mohamad, M.M.B. (2011). The Level of Marzano Higher Order Thinking
Skills among Technical Education Students. International Journal of Social
Science and Humanity, Vol. 1(2) pp. 121-125.
30
Nitko, A.J., Brookhart, S.M. (2007). Education Assessment of Students. New
Jearsey : Merrill Prentice Hall
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills
(HOTS). Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kemdikbud
31
32