Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

EVALUASI PEMBELAJARAN IPA SD BERBASIS HOTS


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah tugas Mata Kuliah Analisis dan Desain
Pembelajaran IPA

Disusun Oleh:
FERI NOVRIADI (22124021)

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr. Hj. Yanti Fitria, S.Pd., M.Pd


Dr.Hj. Risda Amini, M.P

No Aspek yang Dinilai Skor KET


1 2 3 4 5
1 Tampilan Sistematika
2 Kelengkapan Sistematika
3 Kedalaman dan Ketajaman Topik
4 Praktik Kreatifitas Penerapan
Konsep Kajian dalam bentuk
contoh di kehidupan.
5 Latihan Soal dan Kunci Jawaban
6 Kelengkapan Referensi
7 Kemutakhiran Referensi
8 Memberi Indeks Pada Bagian Akhir

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

4
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayahnya untuk penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Evaluasi pembelajaran IPA SD berbasis HOTS”.
Makalah ini dibuat penulis dengan tujuan sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Analisis dan Desain Pembelajaran IPA di Pendidikan Dasar S2 UNP.
Terimakasih penulis ucapkan untuk semua yang terkait, terutama dosen
pembimbing yang telah memberikan penjelasan tentang penulisan tugas ini. Ucapan
terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah membantu dalam menyelesaikan
masalah yang terdapat dalam penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, penulis menunggu kritik dan saran yang bersifat membangun makalah ini
menjadi sempurna. Selain itu penulis berharap agar makalah ini dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Padang, September 2022

PENULIS

5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3

A. Penilaian Berbasis HOTS Dalam Pembelajaran Temati ……………. 3


B. Jenis-Jenis Penilaian Dalam Kurikulum 2013 ..................................... 5
C. Implementasi HOTS dalam Kurikulum 2013 ..................................... 15

SOAL ........................................................................................................ 18

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 21

6
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan perkembangan peradaban saat ini di mana titik fokus kehidupan telah
mengarah kepada teknologi, informasi, komputasi, dan komunikasi akan selalu
bersinggungan dengan segala segi dalam kehidupan manusia. Satu sisi mengharuskan
pendidikan ikut berkembang sesuai pola kehidupan manusia yang selalu berbasis pada
teknologi. Dalam hal ini kegiatan pembelajaran semampu mungkin didesain sesuai
dengan kebutuhan era 21.

Seiring dengan itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013
telah mengemukakan model pembelajaran yang diterapkan harus mengupayakan
peserta didik untuk mencari tahu, menjawab sekaligus ikut andil dalam perumusan
masalah, berpikir analitis atau mampu mengambil keputusan bukan hanya berpikir
mekanistis, dan mampu bersikap kooperatif dan kolaboratif untuk memutuskan suatu
peleraian. Dengan menilik generalisasi tersebut, kebutuhan pada abad sekarang ialah
suatu kemampuan yang dapat menjawab seluruh permasalahan yang timbul dalam
berbagai elemen kehidupan manusia. Kapabilitas untuk menjawab seluruh permasalan
dalam kehidupan manusia memerlukan keterampilan dalam menganalisis dan
menyatupadukan berbagai sumber pengetahuan sebagai dasar memecahkan masalah.
Ini dapat dikatakan bahwa masyarakat atau generasi selanjutnya harus memiliki
kemampuan berpikir holistik dan bijak terkait suatu problematik yang semakin
kompleks ini.

Masyarakat dengan kecakapan sesuai dengan kebutuhan zaman dapat memberi


ruang dan melebarkan jalan untuk berbagai sektor kehidupan. Melalui pembekalan
berpikir kritis tingkat tinggi (high order thinking skills) dapat mencapai kapabilitas atau
kemampuan sesuai dengan harapan perkembangan zaman. Sejalan dengan itu,
Widihastuti (2015, hlm. 78) menyatakan bahwa melalui kemampuan berpikir tingkat
tinggi atau HOTS peserta didik akan mampu berpolapikir kritis kreatif, teliti, mampu
dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta mempunyai karakter yang
baik.

1
Permendikbud no 21 tahun 2016 tentang standar isi pendidikan dasar dan
menyengah menyatakan secara eksplisif bahawa capaian pembelajaran rana
pengetahuan meliputi taksonomi bloom yang telah direvisi oleh lorin anderson dan
david terdiri atas kemampuan: mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi. Sesuai dengan taksonomi tersebut dimensi proses
kognitif HOTS yakni menganilisis, mengevaluasi, dan mengkreasi. Soal-soal HOTS
pada umumnya mengukur kemampuan pada rana menganalisis, mengevaluasi, dan
mengkreasi. Berdasarkan hal di atas adapun tujuan dalam tulisan ini adalah mengetahui
tentang evaluasi pembelajaran IPA SD berbasis HOTS..

B. Rumusan Masalah
Adapun masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran tematik di SD?
2. Apa saja penilaian dalam pembelajaran tematik di SD?
3. Bagaimana Implementasi HOTS dalam Kurikulum 2013?

C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini yaitu
1. Untuk mengetahui pengertian dari penilaian berbasis HOTS dalam pembelajaran
tematik di SD/MI.
2. Untuk mengetahui macam-macam penilaian dalam pembelajaran tematik di SD/MI.
3. Untuk mengetahui implementasi HOTS dalam kurikulum 2013.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Berbasis HOTS Dalam Pembelajaran Tematik


Secara historis menurut Sofyan (2019, hlm. 3) menyatakan bahwa high order
thinking skills untuk pertama kalinya ditemukan oleh Brookhart atau Susan M
Brookhart sekaligus Assosiate Professor dari Dusquance Univeristy. Brookhart
(dalam Sofyan 2019, hlm. 3) mendefinisikan HOTS sebagai model sekaligus metode
transfer pengetahuan, berpikir kritis, dan sarana untuk memecahkan masalah.
HOTS atau high order thinking skills ialah suatu kemampuan berpikir paling
tinggi dibandingkan dengan sekedar menghafal atau menceritakan ulang. Dalam
pandangan Annuuru (2017) menyatakan bahwa kemampuan ini pada awalnya
didasarkan pada taksonomi bloom yang mengklasifikasikan berbagai macam
kemampuan berpikir dari ranah terendah (pengetahuan, pemahaman, dan penerapan)
sampai dengan tertinggi (analisis, sintesis, dan evaluasi). Ditambahkan pula bahwa
berpikir tingkat tinggi mengarah kepada suatu pelatihan kemampuan berpikir kognisi
bagi peserta didik dengan mengintegrasikan fakta dan ide pada saat proses
menganalisis, mengevaluasi, sampai kepada tahap memberikan penilaian terhadap
ide atau fakta yang ditemukan bahkan dengan harapan mampu menciptakan sesuatu
dari suatu karya yang telah diobservasi.
Di sisi lain menurut Dini (2018, hlm. 175) menyatakan bahwa HOTS dapat
dimunculkan dalam situasi pembelajaran, peserta didik mampu mengubah dan
mengkreasi pengetahuan yang mereka ketahui sehingga menghasilkan atau mencipta
sesuatu hal yang baru. Karena dalam hal ini, peserta didik telah mengetahui
perbedaan gagasan secara konkret, tata cara berargumen dengan baik, mampu
memecahkan masalah, membangun kontruksi pemaparan dengan baik, mampu
berhipotesis dan mengerti secara mendalam problematik yang kompleks, dan
menunjukkan kemampuannya dalam bernalar. Widihastuti (2015, hlm. 82)
menyatakan bahwa HOTS berupa kemampuan berpikir yang berada klasifikasi
paling tinggi, itu artinya membutuhkan pemikiran lebih sulit dari biasanya. HOTS
meliputi menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta dengan adanya
supporting system berupa kemampuan berpikir secara kritis, alasan logis, sistematis,

3
dan analitis, kemampuan dalam mengambil keputusan secara cepat, dan kemampuan
dalam menciptakan produk terbarukan sesuai dengan apa yang telah diketahuinya.
Seorang siswa mesti bisa menghadapi tantangan zaman yang semakin
kompleks. Anak-anak harus didorong dan dikembangkan kemampuan berfikir
tingkat tingginya, harus mempunyai kemampuan berfikir yang tinggi untuk
menyelesaikan suatu masalah yang kompleks, tdak sekedar menghapal pelajaran tapi
mampu menganalisis dan mencipta.
HOTS bukan mata pelajaran, bukan juga soal ujian . HOTS adalah tujuan
akhir yang dicapai melalui pendekatan, proses dan metode pembelajaran. Kekeliruan
memahami konsep HOTS akan berdampak pada kesalahan model pembelajaran
yang makin tidak efektif dan tidak produktif. Bila proses pembelajaran dirancang
untuk mencapai tingkatan berpikir tingkat tinggi, maka tujuan belajarnya bisa
mengadopsi kata-kata kerja yang direkomendasikan dalam konsep Taksonomi
Bloom.
Instrumen penilaian atau soal-soal HOTS adalah soal-soal yang menuntut
keterampilan berpikir tingkat tinggi .Dalam membentuk kualitas siswa yang lebih
baik, soal-soal semacam ini memang harus dikembangkan oleh pendidik dengan baik
dan diterapkan dikelas yang diampunya.Saat ini kajian tentang HOTS semakin
banyak dilakukan sesuai dengan bidang keahlian atau mata pelajaran tertentu. HOTS
bisa dikatkan berhasil apabila peserta didik terlibat dengan apa yang mereka ketahui
dalam proses pembelajaran tersebut kemudian peserta didik mampu untuk
membedakan ide atau gagasan secara jelas, berargumen dengan baik, mampu
memecahkan masalah, dan memahami hal-hal kompleks menjadilebih jelas. Dimana
kemampuan ini jelas memperlihatkan bagaimana peserta didik bernalar .
Pada kurikukulum 2013 HOTS dapat diimplementasikan, diharapkan adanya
perubahan paradigma pada pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran yang pada
awalnya berpusat pada guru berubah menjadi berpusat kepada siswa. Guru
diharapkan lebih kreatif dan inofatif dalam menyajikan pelajaran. Dari sekian
banyak unsur sumber daya penidikan, kurikulm 2013 ditambah dengan pendekatan
penerapan HOTS dalam proses pembelajaran memberikan konstribusi yang
signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik

4
Dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high order
thinking skills (HOTS) merupakan suatu kemampuan berpikir dalam ranah kognitif
yang paling tinggi. Tidak hanya diperuntukkan bagi proses pemahaman, tetapi juga
sampai kepada mencipta dapat berdasarkan objek kajian yang telah dipelajari.
Selaras dengan itu, Mulyadi (dalam Jumiati, 2016, hlm. 19) mengemukakan bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi ini diharapkan mampu mewujudkan peran serta
peserta didik dalam menciptakan, mengevaluasi, dan menganalisis.
Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa kurikulum 2013 dengan HOTS yang
dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai
instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi lebih baik, mampu bersaing
didunia internasional serta menjadi manusia berkualitas yang mampu menjawab
tantangan yang selalu berubah.

B. Jenis-Jenis Penilaian Dalam Kurikulum 2013

Pada kurikulum 2013 terdapat penilaian yang harus dilaksanakan pada proses
pembelajaran yaitu disebut penilaian. Penilaian tersebut mencakup aspek sikap
spiritual, aspek sikap sosial, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan.

1. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan penilaian terhadap perilaku peserta didik dalam
proses pembelajaran yang meliputi sikap spiritual dan sosial. Penilaian sikap
lebih ditujukan untuk membentuk karakter peserta didik. Teknik penilaian sikap
pada kurikulum 2013 meliputi observasi dan wawancara. Hasil observasi
terhadap peserta didik yang menonjol (positif/negatif) saat pembelajaran dicatat
dalam jurnal harian.
a. Sikap Spiritual
Kompetensi sikap spiritual (KI-1) yang akan diamati ialah menerima,
menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
b. Sikap Sosial
Kompetensi sikap sosial (KI-2) yang akan diamati mencakup periaku, seperti
Memperhatikan keseimbangan antara penilaian kompetensi
sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Hal inisesuai dengan orientasi
Kurikulum 2013 sebagaimana pendapat Hidayat (2013, hal 113), yakni

5
terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap
(attitude),pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill).Untuk tingkat
SD menanamkan kompetensi sikap harus di kelas rendah SD menanamkan
kompetesi sikap harus benar-benar menjadi penekanan dan perhatian,
sehingga ketika peserta didik akan melanjutkan pendidikan ke tingkat kelas
tinggi sudah memiliki pondasi sikap yang kuat.
Pengamatan sikap dilakukan oleh guru pada saat proses
pembelajaran yang berorientsi pada berpikir tingkat tinggi. Untuk itu
penilaian salah satu alat penting dala melihat kemampuan peserta
didik.Seorang pendidik menyiapkan format penilai sikap yang digunakan
untut mencatat hasil pengamatan. Penilaian sikap dibuat agar proses penilaian
sikap dapat dilakukan secara mudah.
Seorang pendidik menyiapkan format penilai sikap yang digunakan
untuk mencatat hasil pengamatan. Penilaian sikap dibuat agar proses
penilaian sikap dapat dilakukan secara mudah. Berikut format penilaian sikap
pada tabel di bawah ini.

Sekolah :SD ……..


Kelas/ Semester :IV/ 1
Tema :1. Indahnya Kebersamaan
Subtema :1. Kebersamaan Budaya Bangsaku
Penilai :Ali
Petunjuk :
a) Teliti terlebih dahulu peserta didik yang akan diberikan penilaian.
b) Istilah kolom penilaian aspek afektif peserta didik dengan
mengisikan angka 4,3,2, dan 1 dengan penjabaran sebagai berikut:
4; Membudaya 3; Mulai Berkembang
2; Mulia Terlihat 1; Belum Terlihat
NO. Nama Skor Sikap Siswa Nilai KET.
Percaya Rasa Tole Teliti Kerja Kerja
Siswa
Diri Ingin ransi Keras Sama
Tahu

6
Nilai Akhir=

KET:
No. Nilai Kategori
1. 91-100 Sangat baik
2. 81-90 Baik
3. 71-80 Cukup
4. 61-70 Kurang
5. <60 Sangat kurang

Rubrik Penilaian Sikap (Penilaian Diri)

Penilaian diri merupakan bentuk penilaian yang meminta peserta didik


untuk mengemukakan sikap dan perilaku yang positif dan negatif dari dirinya.
Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Berikut contoh lembar
penilaian diri dibawah ini.

Nama Peserta Didik : Ali


Kelas/Semester :IV/1
Petunjuk :

Berilah tanda centang pada salah satu kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya

NO. Pernyataan Ya Tidak


1. Saya berani menyanyikan lagu
tradisiona di depan kelas.
2. Saya bertanya mengenai
pelajaran yang tidak dimengerti.
3. Saya memeriksa kembali tugas
yang telah selesai.

4. Saya belajar dengan bersungguh-


sungguh
5. Saya mementingkan diri sendiri

7
Rubrik penilaian sikap (Penilaian Teman Sejawat)

Penilaian teman sejawat merupakan bentuk penilaan yang meminta peserta


didik untuk untuk saling menilai sikap dan perilaku keseharian teman sejawatnya.
Penilaian ini dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan kerja kelompok.
Berikut instrumen penilaian pada tabel di bawah ini.

Nama teman yang dinilai : Umar

Nama penilai : Usman

Kelas/Semester : IV/I

Petunjuk :

Berilah tanda centang pada salah satu kolom “Ya” atau “Tidak” sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.

NO. Pernyataan Ya Tidak


1 Teman berani menyanyikan lagu tradisional di depan kelas.
2 Teman bertanya mengenai pelajaran yang tidak dimengerti
3 Teman mengolok-ngolok adat budaya teman lainnya.
4 Teman memeriksa kembali tugas yang telah selesai.
5 Teman mementingkan diri sendiri.

Penilaian diri dan teman sejawar berfungsi sebagai alat konfirmasi terhadap
penilaian yang dilakukan oleh guru. Penilaian teman sejawat paling baik dilakukan
pada saat peserta didik melakukan kegiatan berkelompok. Instrumen penilaian
teman sejawat dapat berupa lembar penilaian yang berisi butir-butir pernyataan
sikap positif yang diharapkan dengan kolom “Ya” atau “Tidak” seperti tabel diatas
atau dengan menggunakan skala likert. Kemudian ada juga jurnal penilaian.

Tindak lanjut berfungsi untuk mendeteksi peserta didik yang perlu


pembinaan sikap catatan sikap yang terdapat negatif. Pembinaan dilakukan untuk
memperbaiki sikap yang tercatat kurang, sampai peserta didik berperilaku baik.

8
2. Penilaian Pengetahuan
Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang melihat kemampuan
peserta didik dari kognitifnya. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan acara
mengukur penguasaan yang dimiliki peserta didik meliputi dimensi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses
berfikir. Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan,
pengembanganinstrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan dan
pelapoan serta pemanfaatan hasil penilaian. Teknik penilaian pengetahuan
menggunakan tes tulis, lisan dan penugasaan.
Penilaian hasil dan prestasi belajar mampu membantu peserta didik dalam
meningkatkan kengmampuan berikir tingkat tinggi HOTS, Sebab berfikir tinggi
dapat mendorong peserta didik untuk berfikir secara luas dan mendalam tentang
materi pelajaran.
Soal-soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berfikir natau
merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS dalam konteks
asesmen mengukur kemampuan seperti:
1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya, Memproses dan menerapkan
informasi.
2) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda.
3) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.

Adapun karakteristik soal-soal yang termasuk HOTS sebagai berikut:


a) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi.
b) Berbasis permasalahan konteksual. Ciri-ciri asesmen konteksual yaitu:
1) Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar memilih
jawaban yang tersedia.
2) Menjadikan tugas-tugas sebagai tantangan yang dihadapkan dalam dunia
nyata.
3) Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satu jawaban yang
benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban
benar agar berfikir tingginya dapat timbul.

9
c) Menggunakan bentuk soal beragam seperti pilihan berganda dan esai/uraian
1) Pilihan berganda merupakan tes yang digunakan guru didalamnya terdiri
dari pilihan dengan memberikan tanda silang (x) pada jawaban yang
benar.
2) Esai merupakan tes yang menghendaki peserta didik untuk
mengorganisasikan, merumuskan, dan mengemukakan secara logika
ilmiah. Artinya, peserta didik tidak memilih jawaban, akan tetapi
memberikan jawaban dengan kata-kata sendiri. Adapun keunggulan,
yaitu:
a. Dapat mengungkapkan aspek-aspek pengetahuan atau perilaku yang
kompleks secara leluasa.
b. Menuntut peserta didik untuk mengintegrasikan pengetahuan dalam
menjawab persoalan.
c. Menuntut kreativitas peserta didik untuk mengorganisasikan sendiri
jawabannya.
d. Dapat melihat jalan pikiran peserta didik dalam menjawab persoalan.
e. Tidak memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menebak
jawaban.

Sedangkan kelemahannya,yaitu:
a. Ruang lingkup yang diungkap sangat terbatas
b. Dalam pemeriksaan tes memerlukan waktu yang lebih banyak.
c. Memungkinkan timbulnya keragaman dalam memberikan jawaban
sehingga tidak ada rumusan benar pasti.
d. Lebih memberikan peluang untuk bersifat subjektif.
e. Proses penyekoran sering terganggu oleh faktor-faktor lain di luar
maksud pengukuran,misalnya keindahan dan kerapian tulisan.

d) Level Kognitif
HOTS memiliki ciri khas, level kemampuan ini mencakup pengetahuan yang
diterampilkan peserta didik dalam menganalisis (analyze), mengevaluasi
(evaluate). Indikator keterampilan menganalisis, mengevaluasi dan mencipta

10
didasarkan pada teori yang dipaparkan dalam teori taksonomi Bloom edisi
revisi.
e) Langkah-langkah penyusunan soal HOTS.
1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS.
2) Menyusun kisi-kisi soal.
3) Memilih stimulus yang menarik dan konteksual
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal.
5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Prinsip dari soal-soal atau penugasan untuk mengatur level HOTS adalah
esensinya, bukan pada kata kerja bantu. Selama ini masih banyak guru yang
memperdebatkan cocok tidaknya kata kerja bantu yang digunakan daripada
berdebat tentang konten soal atau penugasan.Salah satu cara untuk mengetahui
apakah jenis tes sesuai dengan tujuannya untuk mengukur HOTS atau tidak ialah
lamanya siswa merumuskan jawabannya. Biasanya siswa membutuhkan waktu
lebih lama dalam menjawab soal HOTS daripada LOTS (Lower Order Thinking
Skills) karena ada level-level kognitif yang harus dilalui.

Level tertinggi HOTS,yaitu level menciptakan/berkreasi tidak harus sulit


dijawab. Begitu pula sebaliknya,level terendah dalam domain kognisi yaitu
mengingat kembali tidak pasti dapat dijawab dengan mudah.HOTS bukan
membicarakan mudah atau sulitnya soal, melainkan tingkatan mengingat tau
mencipta/berkreasi.

Dalam pemberian soal evaluasi didasarkan pada prinsip skeptisme,


keputusan menggantung, analisis logis, sistematis, dan berkriteria. Sejalan
dengan itu menurut Widana (2017, hlm. 3) memaparkan bahwa pada umumnya
soal HOTS mengadaptasi soal-soal yang mampu menjadi parameter bagi
dimensi metakognitif, meliputi interpretasi, problem solving, pemilihan strategi
pemecahan masalah, menemukan metode baru, berargumen, dan mengambil
keputusan dengan bijak dan tepat. Widana (2017, hlm. 5-8) mengemukakan
karakteristik soal-soal yang dapat digunakan untuk memberdayakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, sebagai berikut; a) mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi, kemampuan ini meliputi kemampuan memecahkan

11
masalah, berpikir kritis, berpikir kreatif, kemampuan berargumen, dan
kemampuan mengambil keputusan. Adapun kreativitas yang diperlukan dalam
menyelesaikan permasalahan, antara lain kemampuan menyelesaikan
permasalahan asing, kemampuan mengevaluasi strategi yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dengan menggunakan point of view berbeda, dan
menemukan diferensiasi model-model penyelesaian baru dengan cara-cara yang
pernah dilakukan, b) berbasis permasalahan kontekstual, permasalahan
kontekstual seperti halnya lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang
angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai
aspek kehidupan. Termasuk kapabilitas peserta didik untuk merelasikan,
menginterpretasikan, mengaplikasikan, dan mengintegrasikan ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran di kelas dengan konteks nyata, c)
menggunakan bentuk soal beragam, keberagaman soal bertujuan untuk dapat
membagikan validitas fakta-fakta yang lebih rinci dan holistik perihal
kemampuan tes dari peserta didik. Dengan adanya keberagaman ini pun dapat
menjamin prinsip objektivitas penilaian, itu artinya hasil penilaian dapat
mendeskripsikan kemampuan peserta didik sesuai dengan kemampuannya atau
keadaannya. Adapun bentuk-bentuk soal yang dapat digunakan untuk menulis
soal HOTS, yakni pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar atau salah, ya
atau tidak), isian singkat atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan
uraian.

Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Teaching Knowledge Test


Cambridge English, The University of Cambridge (dalam Nugroho, 2018, hlm.
17) memaparkan bahwa HOTS merupakan suatu kemampuan dalam ranah
kognitif dalam hal menganalisis dan mengevaluasi perihal muatan pengajaran
guru terhadap peserta didiknya. Sejalan dengan itu dalam pandangan Krathwohl
(dalam Aningsih, 2018) menyatakan bahwa adapun beberapa indikator dalam
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi antara lain; a) menganalisis, b)
mengevaluasi dan c) mencipta/mengkreasi

12
Penyusunan soal-soal HOTS merupakan salah satu sarana evaluasi yang
krusial sehingga dapat mengetahui sejauh mana kemampuan peserta didik.
Sejalan dengan itu, Basuki (2015, hlm. 9) menyatakan bahwa evaluasi
memegang pernana penting karena dengan itu program yang telah dirancang
sudah tercapai atau belum dan efisien atau tidak, termasuk penilaian untuk
menganalisis kemampuan kompetensi berpikir tingkat tinggi dalam diri peserta
didik.

Dalam penyusunan soal high order thinking skills memerlukan


penguasaan materi ajar, keterampilan menulis sol, dan kemampuan guru dalam
mengkreasikan soal sesuai dengan situasi dan kondisi di satuan pendidikan.
Widana (2017, hlm. 21) memaparkan bahwa dalam langkah-langkah
penyusunan soal-soal HOTS antara lain; a) menganalisis KD yang dapat dibuat
soal-soal HOTS, b) mendesain kisi-kisi soal, c) memilih stimulus yang menarik
dan kontekstual, d) menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, d)
Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Adapun menurut Maslichah (2006, hlm. 23) tujuan pembelajaran IPA di


SD ialah bersangkut-paut pada tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan
aspek psikomotor. Secara rinci tujuan pembelajaran IPA di SD, sebagai berikut:

1) Menumbuhkan perilaku positif dan rasa keingintahuan yang baik terhadap


perkembangan IPTEK dan kebudayaan masyarakat;
2) Memberdayakan kemampuan tiap-tiap peserta didik untuk mampu
menyelidiki keadaan, menyelesaikan permasalahan, dan memutuskan
kebijakan;
3) Menciptakan IPA sebagai bahan ajar kontekstual dan memiliki nilai
kebermanfaatan.

Sejalan dengan itu menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP)


menyatakan bahwa, pembelajaran IPA di SD bertujuan supaya peserta didik
memenuhi kapabilitas sebagai berikut:

1) Memperkuat keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa bertolak pada


eksistensi, keindahan, dan sistematisnya keadaan alam;

13
2) Memahami dan menerapkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari;
3) Menyadari adanya hubungan timbal balik antara IPA, lingkungan, teknologi,
dan masyarakat;
4) Memberdayakan kemampuan untuk melakukan penyelidikan terhadap alam
sekitar, memecahkan permasalahan, dan memutuskan perkara;
5) Menumbuhkan rasa cinta terhadap alam sekitar dengan menjaga dan
melestarikan alam sekitar;
6) Menumbuhkan semangat untuk menghargai alam dan segala isinya; dan
7) Menjadikan bekal yang baik untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya.

Dengan dukungan dari Hutabarat (2019, hlm. 160) menyatakan bahwa


HOTS merupakan termasuk ke dalam salah satu agenda atau komponen isu di
abad ke- 21. Dipertegas oleh Sudiarta (dalam Hutabarat, 2019, hlm.160) adanya
kemampuan dalam menyelesaikan problematik baru (non rutin dan tidak
terduga), melaksanakan aktivitas analisis, sintesis, evaluasi secara sistematis,
dan kemampuan melaksanakan beragam prediksi terhadap fenomena atau suatu
kejadian.

3. Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan dilakuakan dengan mengevaluasi praktik,
produk,,proyek/ unjuk kerja. Pada proses penilaian keterampilan, ada aspek
HOTS di dalamnya, misalnya pada saat guru meminta peserta didik untuk
membuat suatu proyek, maka ketika proses tersebut ada hasil karya yang
diperoleh. Jadi proses penilaian keterampilan bisa mencakup aspek tansfer
knowledge, critical thinking dan creativity serta problem solving. Berikut
penjelasan penilaian keterampilan dalam pembelajaran tematik SD/MI
Kurikulum 2013
a) Praktik
Penilaian keterampilan praktik menggunakan teknik peraga dengan cara
melakukan sesuatu dengan gerakan tubuh.
b) Produk
Produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
karya berupa benda tertentu. Penilaian keterampilan produk meliputi

14
kemampuan peserta didik berupaproduk bisa berasal dari suatu
pengembangan.
c) Proyek/Unjuk Kerja
Penilaian keterampilan proyek/unjuk kerja meliputi kemampuan peserta
didik dalam mengolah tugas menjadi suatu keterampilan yang kreatif.

C. Implementasi HOTS dalam Kurikulum 2013

Diimplementasikannya kurikulum 2013 (K-13) membawa konsekuensi guru


yang harus semakin berkualitas dalam melaksanaan kegiatan pembelajaran. K-13
mengamanatkan penerapan pendekatan saintifik (5M) yang meliputi mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasikan, dan
mengomunikasikan. Lalu optimalisasi peran guru dalam melaksanakan
pembelajaran abad 21 dan HOTS (Higher Order Thinking Skills). Selanjutnya ada
integrasi literasi dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dalam proses belajar
mengajar (PBM). Pembelajaran pun perlu dilaksanakan secara kontekstual dengan
menggunakan model, strategi, metode, dan teknik sesuai dengan karakteristik
Kompetensi Dasar (KD) agar tujuan pembelajaran tercapai.

Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Krathwoll dan


Anderson, kemampuan yang perlu dicapai siswa bukan hanya LOTS (Lower Order
Thinking Skills) yaitu C1 (mengetahui) dan C-2 (memahami), MOTS (Middle Order
Thinking Skills) yaitu C3 (mengaplikasikan) dan C-4 (mengalisis), tetapi juga harus
ada peningkatan sampai HOTS (Higher Order Thinking Skills), yaitu C-5
(mengevaluasi), dan C-6 (mengkreasi).

Indikator Sub Indikator Objek Pengetahuan


Membedakan
Menganalisis Mengorganisasikan
Mengatribusikan Konseptual
Mengevaluasi Memeriksa Prosedural
Mengkritik Metakognitif
Merumuskan/Membuat Hipotesis
Mengkreasi Merencanakan
Memproduksi

15
Penerapan pendekatan saintifik, HOTS, dan integrasi literasi dan PPK dalam
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka
menjawab tantangan, baik tantangan internal dalam rangka mencapai 8 (delapan)
SNP dan tantangan eksternal, yaitu globalisasi. Untuk mewujudkan pembelajaran
abad 21 dan HOTS, guru harus memiliki keterampilan proses yang baik dalam
pembelajaran. Keterampian proses dapat diartikan sebagai keterampilan guru dalam
menyajikan pembelajaran yang mampu memberikan pengalaman belajar yang
bermakna dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran berpusat kepada siswa
(student center), dan merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah. Peran guru
dalam PBM bukan hanya sebagai sumber belajar, tapi juga sebagai fasilitator.

Menurut Azhar, keterampilan proses merupakan kemampuan siswa untuk


mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati,
menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian,
mengkomunikasikan hasil perolehan tersebut.

Dalam implementasi pembelajaran khususnya bagi guru disekolah dasar


mempunyai implikasi antara lan:

1. Implikasi bagi guru


Implikasi HOTS pada kurikulum 2013 memerlukan seseorang pendidik yang
kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi anak., juga
dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar
pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan.
2. Implikasi bagi siswa
Siswa harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaanya
dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil
ataupun klasikal. Sswa juga mampu mengikuti pelajaran yang secara aktif
misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan
pemecahan masalah.
3. Implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar, dan media Pembelajaran
tematik pada hakikatnya menekankan pada siswa, baik secara individual maupun
kelompok untuk aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip

16
prinsip secar holistic dan otentik. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya
memerlukan sarana dan prasarana belajar. Pembelajaran ini perlu memanfaatkan
sumber belajar baik yang sifatnya didesain secara khusus untuk keperluan
pelaksanaan pembelajaran.
Pembelajaran ini juga perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran
yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep konsep
yang abstrak. Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar masih dapat
menggunakan bahan ajar yang sudah ada saat ini untuk masing masing mata
pelajaran dan dimungkinkan pula untuk menggunakan buku suplemen khusus
yang membuat bahan ajar yang terintegrasi.
4. Implikasi terhadap pengaturan ruangan
Dalam pelaksaan kegiatan pembelajarn tematik perlu melakukan pengaturan
ruangan agar suasana belajar menyenangkan. Pengaturan ruangan tersebut
meliputi:
a. Ruang perlu ditata sesuai dengan topic yang sedang dilaksanakan.
b. Susunan bangku peserta didik dapat berubah ubah sesuai dengan keperluan
pembelajaran yang sedang berlangsung.
c. Peserta didik tidak selalu duduk di kursi tetapi dapat duduk di tikar/karpet.
b. Kegiatan hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam
maupun luar kelas.
c. Dinding kelas domanfaatkan untuk memajang hasil karya peserta didik dan
dimamfaatkan sebagai sumber belajar.
d. Alat, saran dan sumber belajar dikelola sehingga memudahkan peserta didik
untuk menggunakan dan menyimpannya kembali.
5. Implikasi terhadap pemilihan metode
Sesuai dengan karakteristik pembelajarn terintegrasi, maka dalam pembelajaran
yang dilakukan perlu disiapkan berbagai variasi kegiatan dengan menggunakan
multi metode. Misalnya percobaan, berman peran, Tanya jawab, demonstarsi,
dan bercakap cakap.

17
LATIHAN SOAL

1. Edo sedang memancing dipinggir kolam, tiba-tiba ada seekor bebek dikejar ayam
sampai keduanya masuk kedalam kolam. Andi melihat bebek bias keluar dari
kolam, sedangkan ayam masih didalam kolam. Menurut kamu mengapa bebek
dapat keluar kolam dengan cepat, sedangkan ayam kesulitan keluar dari kolam?
2. Tumbuhan memiliki cara perkembangbiakan yang berbeda, ada yang vegetative
ada yang generative. Coba jelaskan perkembangbiakan secara vegetative dan
sebutkan contohnya.
3. Pubertas laki-laki lebih lambat dari perempuan. Ciri pubertas pada laki-laki terjadi
pertumbuhan kelamin primer dan sekunder. Sebutkan ciri-ciri pubertas yang terjadi
pada pertumbuhan kelamin sekunder?
4. Coba Kalian Jelaskan cara adaptasi unta dengan lingkungan hidupnya
5. Tuliskan perbedaan rangkaian seri dan parallel.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berpikir tingkat tinggi atau high order thinking skills (HOTS) merupakan
suatu kemampuan berpikir dalam ranah kognitif yang paling tinggi. Tidak hanya
diperuntukkan bagi proses pemahaman, tetapi juga sampai kepada mencipta dapat
berdasarkan objek kajian yang telah dipelajari. Karakteristik soal-soal HOTS antara
lain mampu mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, berbasis permasalahan
kontekstual, menggunakan bentuk soal beragam. Beberapa indikator dalam
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi antara lain menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan soal-
soal HOTS, antara lain pertama menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS,
kedua mendesain kisi-kisi soal, ketiga memilih stimulus yang menarik dan
kontekstual, keempat Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, dan
kelima membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Sedangkan Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS mengarah kepada


suatu pelatihan ide pada saat proses menganalisis, mengevaluasi, sampai kepada
tahap memberikan penilaian terhadap ide atau fakta yang ditemukan bahkan dengan
harapan mampu menciptakan sesuatu dari suatu karya yang telah diobservasi.

Instrumen penilaian atau soal-soal HOTS adalah soal-soal yang menuntut


keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam membentuk kualitas siswa yang lebih
baik, soal-soal semacam ini memang harus dikembangkan oleh pendidik dengan baik
dan diterapkan dikelas yang diampunya.Saat ini kajian tentang HOTS semakin
banyak dilakukan sesuai dengan bidang keahlian atau mata pelajaran tertentu. HOTS
bisa dikatkan berhasil apabila peserta didik. Penggunaan HOTS kurikulum 2013 ini
juga memberikan implikasi baik itu kepada guru maupun siswa tersebut.

19
B. Saran

Setelah dipaparkan secara tersirat banyak kepentingan dan manfaat dari


HOTS ini diharapkan pendidik dapat mempertimbangkannya kembali sebagai
langkah-langkah dalam proses belajar. Adapun diperlukan adanya waktu dan ruang
khusus bagi guru untuk berdiskusi, sehingga akan berdampak pada peserta didik
supaya terlatih dalam mengerjakan soal-soal HOTS. Kami berharap atas adanya
makalah ini dapat memberikan sedikit pemahaman kepada kita tentang penilaian
berbasis HOTS dalam pembelajaran tematik SD/MI. Walau demikian kami sangat
mengharakan adanya kritik dan saran dari pembaca sekalian agar kiranya nanti dapat
kami perbaiki atas kekurangan yang ada dalam makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Aningsih, A. (2018). Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Pendidikan Agama


Islam Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah I Purwokerto Ditinjau Dari Prestasi
Belajar. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah
Purwokerto, Purwokerto.
Annuuru, dkk. (2017). Peningkatan Kemampuan Berfikir Tingkat Tinggi dalam
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta didik Sekolah Dasar melalui Model
Pembelajaran Treffinger. Departemen Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan penyusunan KTSP Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Basuki, I. dkk. (2015). Assesment Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hutabarat, R. (2019). Peningkatan High Order Thinking Skills (HOTS) pada
Pembelajaran Sifat dan Perubahan Wujud Benda Melaui Pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) Kelas IV SD Negeri 167959 Kota Tebing Tinggi
Tahun Pelajaran 2017/2018. Elementary School Journal, 9 (2), hlm. 159-168.
ISSN: 2355-1747.
Maslichah, A. (2006). Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Maysrakat dalam
Pembelajaran Bidang Sains di SD. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma.
Nugroho, R A. (2018). HOTS (Kemampuan Berpikir Kritis Tingkat Tinggi: Konsep
Pembelajaran, Penilaian, dan Soal-soal). Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Sofyan, F A. (2019). Implementasi HOTS pada Kurikulum 2013. Jurnal Inventa, 3 (1),
hlm. 1-17. ISSN: 2598-6244.
Widana, I.W. (2017). Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA Dirjen Pendidikan Dasar dan Menegah
Kemdikbud.
Widihastuti. (2015). “Model Penilaian untuk Pembelajaran Abad 21 (Sebuah Kajian
untuk Mempersiapkan SDM Kritis dan Kreatif)”. Dalam Siti Hamidah, Sri
Wening, dan Yuswati (Penyunting), Prosiding Seminar Nasional
Pengembangan SDM Kreatif dan Inovatif untuk Mewujudkan Generasi Emas
Indonesia Berdaya Saing Global (hlm.77-86). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai