Anda di halaman 1dari 20

KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN IPA di SD

Makalah ini diajukan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah

Analisis dan Desain Pembelajaran IPA di SD

Disusun Oleh :

RICKY AVANDRA
NIM : 22124049
Kelas C, 2022
Dosen Pengampu Mata Kuliah

Dr. Hj. Yanti Fitria, S.Pd., M.Pd


Dr.Ir.Hj. Risda Amini, M.Pd

No Aspek yang dinilai Skor Ket


1 2 3 4 5
1 Tampilan Sistematika
2 Kelengkapan Sistematika
3 Kedalaman dan Ketajaman Topik
4 Praktik Kreatifitas Penerapan
Konsep Kajian dalam bentuk contoh
di kehidupan.
5 Latihan Soal dan Kunci Jawaban
6 Kelengkapan Referensi
7 Kemutakhiran Referensi
8 Memberi Indeks Pada Bagian Akhir

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Karakteristik Pembelajaran IPA di SD.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala
bantuan dari semua pihak mudah – mudahan mendapat amal baik yang diberikan
oleh Allah SWT.

Padang, September 2022

Penulis

I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. I


Daftar Isi .............................................................................................................. II

BAB I : PENDAHULUAN ………………..………………………. .. 1


A. Latar Belakang …………………………...……………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 2
BAB II : SUB-SUB PEMBAHASAN MATERI BERBASIS
MASALAH ……………………………………...…...……... 3
A. Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
B. Praktik Aktivitas Pembuktian konsep ………………... 11
C. Latihan dan Kunci Jawaban ……………………………. 14
BAB III : PENUTUP ……...………………….……………………… 16
A. Kesimpulan ………………………………………....…. 16
B. Saran ……………………………………………..…….. 16

Daftar Pustaka …………………………………………………..……………. 17


Indeks ....................................................................................................... 19

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika mendengar kata sains, yang ada dalam pikiran seseorang


pada umumnya adalah hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan
tentang alam. Padahal apabila ditinjau lebih jauh, sains bukan hanya ilmu
yang membahas tentang gejala-gejala alam, tapi juga meliputi ilmu-ilmu
sosial. Meskipun dalam perkembangannya, sains kemudian mengalami
penyempitan makna dan dewasa ini identik dengan Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA).
Hal mendasar yang harus diketahui oleh seorang pendidik sebelum
mengajar suatu ilmu adalah hakikat dari ilmu itu sendiri. Seorang calon
guru Sekolah Dasar (SD) yang nantinya akan dipersiapkan sebagai guru
kelas dan mengajarkan IPA, terlebih dahulu harus mengetahui tentang
hakikat dari IPA itu sendiri. Setelah mengetahui tentang hakikat sains,
barulah kemudian dituntun untuk mengetahui cara kerja para ilmuwan
dalam mempelajari alam dan pada akhirnya menghasilkan temuantemuan
yang dapat kita nikmati sebagai produk sains di masa sekarang ini.
Temuan-temuan berupa teori, hukum, formula dan sebagainya tidak
muncul begitu saja melainkan melalui proses panjang yang membutuhkan
suatu keterampilan khusus. Keterampilan tersebut dinamakan
Keterampilan Proses Sains (KPS)
Pembelajaran sains (Ilmu pengetahuan alam, IPA) merupakan
salah satu pembelajaran yang wajib diberikan kepada pesrta didik.
Pengalaman-pengalaman dalam sains mampu mengubah cara berpikir dan
membentuk sikap ilmiah peserta didik. Dengan dimulai dari pemaknaan
terhadap fakta-fakta mampu memberikan jalan untuk membuka cakrawala
dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (Esler, 1996). Pertukaran kurikulum
yang terjadi di Indonesia, menekankan agar siswa lebih memaknai
pembelajaran sains lebih dalam lagi. Ini merupakan salah satu upaya

1
pemerintah agar anak-anak di negara Indonesia dapat menerapkan
pembelajaran sains dalam kehidupannya.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menambah dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai ilmiah pada
siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa (Depdiknas, 2006). Dapat dimaknai bahwa pembelajaran IPA tidak
hanya sekeder mengandalkan teori semata, tetapi ada kegiatan ataupun
praktik yang harus dilakukan oleh siswa. Praktik atau kegiatan yang
dimaksud adalah siswa belajar melalui fakta dan pengalaman mereka
sendiri yang berada dilingkungan sekitar mereka, sehingga mereka dapat
menemukan pengetahuan, gagasan dan konsep dalam alam sekitar.
Jerome Bruner mengemukakan bahwa untuk meningkatkan proses
pembelajaran IPA perlu adanya lingkungan, hal ini dinamakan dengan
discoveri learning enviroment (Slameto, 2010). Maksudnya adalah
lingkungan dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa, membantu siswa
dalam menemukan pembelajaran sekitar lingkungan melalui penemuan-
penemuan yang belum dikenal ataupun yang sudah diketahui. Hal ini akan
melatih siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi kondusif, aktif dan akan menjadi pembelajaran yang
bermakna bagi siswa, terutama siswa sekolah dasar. Kenyataan yang ada,
Indonesia lemah dalam mengaplikasikan ilmu sains yang mereka dapat
dalam proses pembelajaran dalam bidang tekhnolgi.

Lebih lanjut penulis juga akan menelik praktik kreativitas konsep


dalam kehidupan sehari-hari yang penulis beri judul Implementasi
Karakteristik Pembelajaran IPA di SD melalui metode simulasi
tentang rotasi dan revolusi Bumi di Kelas VI.

2
B. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan pembaca memahami isi makalah, penulis mencoba


mempersempit uraian-uraian dalam makalah ini menjadi beberapa garis besar
yang pada intinya membahas:

1. Bagaimanakah Karakteristik pembelajaran IPA di Sekolah Dasar?


C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Agar para pembaca mengerti dan memahami Karakteristik pembelajaran


IPA di Sekolah Dasar dan penerapannya

3
BAB II

PEMBAHASAN MATERI BERBASIS MASALAH

A. Karakteristik Pembelajaran IPA


Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung untuk
mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam
sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam. Wahidin
(2006: 22) mengatakan bahwa di dalam sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu
sikap, proses atau metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat
dipisahkan.
Carin dan Sund (1993) dalam dalam Sulistyowati (2014: 24)
mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, berlaku umum, dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen. IPA memiliki empat unsur utama, yaitu sikap, dimana IPA
memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA dapat dipecahkan dengan
menggunakan prosedur yang bersifat open ended; proses, dimana proses
pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur yang runtut
dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi penyusunan
hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan; produk, dimana IPA menghasilkan produk berupa
fakta, prinsip, teori, dan hukum; dan aplikasi dimana penerapan metode ilmiah
dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian-penelitian pendidikan sains mengungkapkan bahwa belajar
sains merupakan suatu proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif
siswa (Inhelder & Piaget, 1958, Piaget, 1964, dalam Wilis Dahar, 2011: 152).
Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran
progresivisme, konstruktivisme, Developmentally Appropriate Practice
(DAP), landasan normatif, dan landasan praktis (Depdikbud, 1996:5 dalam
Trianto 2011: 69). Aliran progresivisme menyatakan bahwa pembelajaran

4
seharusnya berlangsung secara alami, tidak artificial. Pembelajaran di sekolah
tidak seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga tidak memberikan makna
kepada kebanyakan siswa.
Powler (Usman Samatowa, 2006: 2), mendefenisikan IPA sebagai ilmu
yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen. Dengan demikian, IPA mempunyai objek dan
permasalahan tentang benda-benda alam dan mengungkapkan misteri (gejala-
gejala) alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.(1)
B. Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.Anak perlu dilatih dan
diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat
berpikir serta bertindak secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA untuk anak
Sekolah Dasar dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo
dan Marten antara lain: mengamati yang terjadi, mencoba yang diamati,
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi,
menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.(1)
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus
melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru
dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada
anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari,
menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.
Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa, 2006: 146), pembelajaran
IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-
ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang lingkungannya, membangun
keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menumbuhkan kesadaran siswa
pentingna mempelajari IPA .

5
Bagaimana Mengajarkan Sains (IPA) di SD?

Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa SD


seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologis anak; memberikan
kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi mereka dalam membongkar
misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya;
mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya; memperbaiki
konsepsi mereka yang masih keliru tentang fenomena alam; sambil membekali
keterampilan dan membangun konsep-konsep baru yang harus dikuasainya. Selain
itu penilaian dalam pengajaran IPA harus dilakukan dengan menggunakan sistem
penilaian (asesmen) yang adil, proporsional, transparan, dan komprehensif bagi
setiap aspek proses dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak


seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam pembelajaran
IPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari mudah ke sukar; dari
sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan kata lain, mulailah dari apa
yang ada pada/di sekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta diperlukan siswa.
Secara psikologis, anak usia SD berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah
menciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga
menjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Pembelajaran
IPA akan berlangsung efektif jika kegiatan belajar mengajarnya mampu
mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari
segala bentuk ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi siswa untuk
secara lugas mengemukakan dan mencobakan ide-idenya.
Berdasarkan hal tersebut maka pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat
melatih siswa mengembangkan keterampilan-keterampilan proses dan melatih
siswa untuk dapat berpikir serta bertindak rasional dan kritis terhadap persoalan
yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan yang diberikan
kepada siswa disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik
siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya
sehari-hari.

6
C. Praktik Kreativitas Pembuktian Konsep
Karakteristik pembelajaran IPA dikembangkan sesuai dengan
tujuan utama dari pendidikan IPA (Azimi, 2017). Pembelajaran IPA
merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar
isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan
(Rohmawati, 2018). Pembelajaran IPA dapat membentuk siswa yang
memiliki keterampilan ilmiah, keterampilan berpikir dan strategi berpikir,
standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis
dan kreatif.

Berdasarkan pemaparan tersebutlah maka penulis tertarik untuk


memberikan sebuah inovasi sebagai bentuk praktik kreatifitas penerapan
konsep literasi media dalam pembelajaran di sekolah dasar khusunya,
yaitu “Implementasi Karakteristik Pembelajaran IPA di SD melalui
metode simulasi tentang rotasi dan revolusi Bumi di Kelas VI.”.

pembelajaran IPA diterapkan untuk memenuhi dan


mmengembangkan keterampilan IPA dalam pembelajaran . Oleh karena
itu dengan menerapkan dimensi pembelajaran ini akan menarik minat dan
melatih keterampilan siswa dalam proses pembelajaran dan bersikap
ilmiah sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA itu sendiri. Siswa akan
lebih aktif dan mudah dalam memahami konsep. Selain itu dalam
penerapannya akan menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa sekolah
dasar dalam bentuk kerjasama, gotong royong, saling menghormat dan
menghargai, cermat, dan teliti. Agar nantinya muncul insan-insan yang
berkarakter untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila dan Merdeka
Belajar.
Penerapan Konsep ini saya lakukan dalam pembelajaran IPA pada
materi Rotasi dan Revolusi ini, untuk lebih mengenalkan dimensi konten
dan proses dalam IPA dengan mendemonstrasikan secara langsung dimana
siswa mendapat pengalaman langsung untuk terlibat sebagai subjek dan

7
objek dari pembelajaran untuk memahami materi yang sendang dipelajari.
Berikut tahap –tahap metode simulasi yang telah dipraktikkan :

a. Orientasi, Guru dan peserta didik mendiskusikan arti penting simulasi,


menjelaskan tujuan yang ingin dicapai dari simulasi

b. Persiapan peserta, Guru dan siswa mempersiapkan skenario dan


persolan yang akan dilakukan simulasi

c. Perjalanan simulasi Peserta didik diberikan kebebasan dalam


melaksanakan simulasi dan guru berperan memfasilitasi agar simulasi
berjalan lancar

d. Diskusi, Pada akhir proses pembelajaran guru dan peserta didik


bersama – sama mendiskusikan tentang simulasi yang telah
dilaksanakan

8
Siswa mensimulasikan rotasi bumi

Siswa mensimulasikan bumi dan bulan berotasi

9
Siswa mensimulasikan revolusi bumi dan bulan terhadap matahari

10
LATIHAN DAN KUNCI JAWABAN

Soal
1. Jelaskanlah terdapat 3 unsur utama dalam pembelajaran IPA Menurut
Wahidin?
2. Jelaskanlah tahap-tahap dari metode Ilmiah?
3. Tuliskanlah hasil dari produk IPA?
4. Bagaimanakah pembelajaran IPA yang baik Menurut De Vito, et al.
(Usman Samatowa, 2006: 146)?
5. Bagaimanakah pembelajaran IPA di S?

Kunci
1. Menurut Wahidin ada tiga unsur utama dalam IPA yaitu sikap, proses atau
metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
2. Tahapan Metode ilmiah yaitu
a. penyusunan hipotesis,
b. perancangan eksperimen atau percobaan,
c. evaluasi, pengukuran, dan
d. penarikan kesimpulan;
3. Produk dalam IPA menghasilkan berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
dan aplikasi dimana penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pembelajaran IPA yang baik Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa,
2006: 146) yaitu harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang
lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan
menumbuhkan kesadaran siswa pentingna mempelajari IPA .
5. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak
seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam
pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari

11
mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan
kata lain, mulailah dari apa yang ada pada/di sekitar siswa dan yang
dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD
berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan
mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi
media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan / Ringkasan

Pembelajaran IPA menekankan pada pengalaman langsung


untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu
memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”,
hal ini akan membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam. Wahidin (2006: 22) mengatakan bahwa di dalam
sains, terdapat tiga unsur utama, yaitu sikap, proses atau metodologi,
dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan
Kegiatan pembelajaran IPA untuk anak Sekolah Dasar dalam
Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo dan Marten antara
lain: mengamati yang terjadi, mencoba yang diamati, mempergunakan
pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji
bahwa ramalan-ramalan itu benar.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus
melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru
dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan
pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari,
menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.

Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual


anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam
pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari
mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan
kata lain, mulailah dari apa yang ada pada/di sekitar siswa dan yang
dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD
berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan
mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi
media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA

13
DAFTAR RUJUKAN

Adi, Yogi Kuncoro, Dan Ari Widodo. 2018. “Pemahaman Hakikat Sains Pada
Guru Dan Siswa Sekolah Dasar.” Edukasi: Jurnal Penelitian Dan Artikel
Pendidikan 10 (1): 55–72.

Mulyasa. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian


Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara; 2010

Narut,Yosef Firman, Kanisius Supardi. 2019. Literasi Sains Peserta Didik Dalam

Pembelajaran Ipa Di Indonesia . Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar, Volume 3.

Samatowa Usman. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar.


Jakarta: DEPDIKNAS; 2006.
Sulistyiorini S. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: Tiara
Wacana; 2007.
“9+ Ciri-Ciri Sains Beserta Karakteristik & Hakikat Sains [Lengkap].” t.t. Diakses
15 September 2022. https://www.seluncur.id/ciri-ciri-sains/.

14
INDEKS

Evaluasi………………………………………………………………….. 4,5.6
F
Fakta …………………………………………………………………………… 4,5,6

Hipotesis ……………………………………………………………………….., 4,5,6

Hukum ………………………………………………………………………….., 4

Metode …………………………………………………………………………..4,5,6

Prinsip …………………………………………………………………………… 4,5

Teori ……………………………………………………………………...……, 4,5,6

15

Anda mungkin juga menyukai