Disusun Oleh :
RICKY AVANDRA
NIM : 22124049
Kelas C, 2022
Dosen Pengampu Mata Kuliah
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
Karakteristik Pembelajaran IPA di SD.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Demikianlah sebagai pengantar kata, dengan iringan serta harapan semoga
tulisan sederhana ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca. Atas semua ini
penulis mengucapkan ribuan terima kasih yang tidak terhingga, semoga segala
bantuan dari semua pihak mudah – mudahan mendapat amal baik yang diberikan
oleh Allah SWT.
Penulis
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pemerintah agar anak-anak di negara Indonesia dapat menerapkan
pembelajaran sains dalam kehidupannya.
Mata pelajaran IPA adalah program untuk menambah dan
mengembangkan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai ilmiah pada
siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa (Depdiknas, 2006). Dapat dimaknai bahwa pembelajaran IPA tidak
hanya sekeder mengandalkan teori semata, tetapi ada kegiatan ataupun
praktik yang harus dilakukan oleh siswa. Praktik atau kegiatan yang
dimaksud adalah siswa belajar melalui fakta dan pengalaman mereka
sendiri yang berada dilingkungan sekitar mereka, sehingga mereka dapat
menemukan pengetahuan, gagasan dan konsep dalam alam sekitar.
Jerome Bruner mengemukakan bahwa untuk meningkatkan proses
pembelajaran IPA perlu adanya lingkungan, hal ini dinamakan dengan
discoveri learning enviroment (Slameto, 2010). Maksudnya adalah
lingkungan dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa, membantu siswa
dalam menemukan pembelajaran sekitar lingkungan melalui penemuan-
penemuan yang belum dikenal ataupun yang sudah diketahui. Hal ini akan
melatih siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi kondusif, aktif dan akan menjadi pembelajaran yang
bermakna bagi siswa, terutama siswa sekolah dasar. Kenyataan yang ada,
Indonesia lemah dalam mengaplikasikan ilmu sains yang mereka dapat
dalam proses pembelajaran dalam bidang tekhnolgi.
2
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
4
seharusnya berlangsung secara alami, tidak artificial. Pembelajaran di sekolah
tidak seperti keadaan dalam dunia nyata sehingga tidak memberikan makna
kepada kebanyakan siswa.
Powler (Usman Samatowa, 2006: 2), mendefenisikan IPA sebagai ilmu
yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
observasi dan eksperimen. Dengan demikian, IPA mempunyai objek dan
permasalahan tentang benda-benda alam dan mengungkapkan misteri (gejala-
gejala) alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil
percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.(1)
B. Karakteristik Pembelajaran IPA di SD
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam
masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting.Anak perlu dilatih dan
diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat
berpikir serta bertindak secara ilmiah. Kegiatan pembelajaran IPA untuk anak
Sekolah Dasar dalam Usman Samatowa (2006: 12) didefinisikan oleh Paolo
dan Marten antara lain: mengamati yang terjadi, mencoba yang diamati,
mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi,
menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.(1)
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus
melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru
dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada
anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari,
menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.
Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa, 2006: 146), pembelajaran
IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-
ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang lingkungannya, membangun
keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menumbuhkan kesadaran siswa
pentingna mempelajari IPA .
5
Bagaimana Mengajarkan Sains (IPA) di SD?
6
C. Praktik Kreativitas Pembuktian Konsep
Karakteristik pembelajaran IPA dikembangkan sesuai dengan
tujuan utama dari pendidikan IPA (Azimi, 2017). Pembelajaran IPA
merupakan sesuatu yang harus dilakukan oleh siswa bukan sesuatu yang
dilakukan terhadap siswa. Pembelajaran IPA yang didasarkan pada standar
isi akan membentuk siswa yang memiliki bekal ilmu pengetahuan
(Rohmawati, 2018). Pembelajaran IPA dapat membentuk siswa yang
memiliki keterampilan ilmiah, keterampilan berpikir dan strategi berpikir,
standar inkuiri ilmiah akan membentuk siswa yang mampu berpikir kritis
dan kreatif.
7
objek dari pembelajaran untuk memahami materi yang sendang dipelajari.
Berikut tahap –tahap metode simulasi yang telah dipraktikkan :
8
Siswa mensimulasikan rotasi bumi
9
Siswa mensimulasikan revolusi bumi dan bulan terhadap matahari
10
LATIHAN DAN KUNCI JAWABAN
Soal
1. Jelaskanlah terdapat 3 unsur utama dalam pembelajaran IPA Menurut
Wahidin?
2. Jelaskanlah tahap-tahap dari metode Ilmiah?
3. Tuliskanlah hasil dari produk IPA?
4. Bagaimanakah pembelajaran IPA yang baik Menurut De Vito, et al.
(Usman Samatowa, 2006: 146)?
5. Bagaimanakah pembelajaran IPA di S?
Kunci
1. Menurut Wahidin ada tiga unsur utama dalam IPA yaitu sikap, proses atau
metodologi, dan hasil yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan.
2. Tahapan Metode ilmiah yaitu
a. penyusunan hipotesis,
b. perancangan eksperimen atau percobaan,
c. evaluasi, pengukuran, dan
d. penarikan kesimpulan;
3. Produk dalam IPA menghasilkan berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum;
dan aplikasi dimana penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Pembelajaran IPA yang baik Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa,
2006: 146) yaitu harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang
lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan
menumbuhkan kesadaran siswa pentingna mempelajari IPA .
5. Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak
seusia siswa SD maka penyajian konsep dan keterampilan dalam
pembelajaran IPA harus dimulai dari nyata (konkrit) ke abstrak; dari
11
mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan
kata lain, mulailah dari apa yang ada pada/di sekitar siswa dan yang
dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD
berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan
mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi
media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan / Ringkasan
13
DAFTAR RUJUKAN
Adi, Yogi Kuncoro, Dan Ari Widodo. 2018. “Pemahaman Hakikat Sains Pada
Guru Dan Siswa Sekolah Dasar.” Edukasi: Jurnal Penelitian Dan Artikel
Pendidikan 10 (1): 55–72.
Narut,Yosef Firman, Kanisius Supardi. 2019. Literasi Sains Peserta Didik Dalam
14
INDEKS
Evaluasi………………………………………………………………….. 4,5.6
F
Fakta …………………………………………………………………………… 4,5,6
Hukum ………………………………………………………………………….., 4
Metode …………………………………………………………………………..4,5,6
15