Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBELAJARAN IPA DI SD
MODUL 4
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pembelajaran IPA di SD (PDGK 4202)
Tutor Pembimbing : Ulfah Aziizah, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok II (Kelas C) :
Yuyun Fitriani
Rini Pundari
Rima Malida

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH BANDUNG


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa penulis dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “Keterampilan Proses IPA di SD”
dengan lancar. Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Guru Pembimbing Ibu Ulfah Aziizah, M.Pd yang telah memberikan kesempatan kepada
kelompok kami sehingga makalah ini dapat dibuat. Kemudian kepada anggota kelompok, yang
telah memberikan ide-ide nya untuk membuat makalah ini hingga selesai dengan lancar. Dan
juga kepada Orangtua kami di rumah yang telah memberikan bantuan materiel maupun doanya,
sehingga pembuatan makalah ini dapat terselesaikan. Lalu kepada semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang membantu pembuatan makalah ini hingga selesai dengan
lancar.
Akhir kata, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
ke arah kesempurnaan.

Ciamis, 27 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...........................................................................................................1
D. Manfaat Pembahasan.........................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
BAB III.........................................................................................................................................13
PENUTUP....................................................................................................................................13
A. Kesimpulan........................................................................................................................13
B. Saran..................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan yang secara umum digunakan dalam mengembangkan pembelajaran juga
dapat digunakan dalam pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Pemahaman tentang setiap
pendekatan merupakan salah satu bekal penting untuk pembelajaran IPA di Sekolah Dasar.
Pendidikan IPA bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses,
penemuan, serta sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari diri dan
alam sekitarnya. Dengan pemberian pengalaman langsung melalui kegiatan observasi atau
eksperimen yang dibuktikan secara empiris. Pemahaman dan penguasaan terhadap
pendekatan pembelajaran sangatlah penting bagi seorang guru, karena dengan kemampuan
tersebut dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran. Pendekatan yang dapat digunakan
dalam pembelajaran IPA, diantaranya adalah pendekatan lingkungan sains, lingkungan
teknologi masyarakat, konseptual, faktual, nilai, pemecahan masalah, penemuan (discovery),
inkuiri, keterampilan proses, komputer, sejarah, dan deduktif atau induktif.
B. Rumusan Masalah
Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Sebagai
batasan dalam pembahasan modul ini. Terdapat beberapa masalah tersebut, yaitu:
1. Bagaimana membahas tentang keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terintegrasi dalam pembelajaran IPA?.
2. Bagaimana membahas tentang menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran
IPA?.
3. Bagaimana membahas tentang mengembangkan keterampilan proses dalam
pembelajaran IPA?.
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini sebagai
berikut:
1. Dapat menyebutkan beberapa keterampilan proses IPA.
2. Dapat mendemonstrasikan keterampilan mengobservasi dalam pembelajaran IPA di
SD.
3. Dapat mendemonstrasikan keterampilan mengklasifikasi, mengukur, dan mengenal
hubungan-hubungan angka dalam pembelajaran IPA di SD.

1
D. Manfaat Pembahasan
Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat membahas tentang keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terintegrasi dalam pembelajaran IPA.
2. Dapat membahas tentang menerapkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA.
3. Dapat membahas tentang mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran
IPA.

2
BAB II
PEMBAHASAN

KEGIATAN BELAJAR 1
A. Pengertian Keterampilan Proses IPA serta Keterampilan Mengobservasi,
Mengklasifikasi, dan Mengukur
Khusus untuk keterampilan proses dasar, proses-prosesnya meliputi keterampilan
mengobservasi, mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan, menginferensi,
mempredikasi, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta mengenal hubungan-
hubungan angka. Untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan ini kepada siswa maka
diperlukan agar siswa pun melakukan dengan sungguh-sungguh dalam bentuk kegiatan-
kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan-keterampilan tersebut.
1. Pengertian Keterampilan Proses IPA
Keterampilan Proses IPA adalah suatu pendekatan yang menekankan kepada fakta
dan pendekatan konsep yang digunakan dalam pembelajaran IPA yang didasarkan pada
langkah-langkah kegiatan dalam menguji sesuatu hal yang biasa dilakukan oleh para
ilmuwan pada waktu membangun atau dalam membuktikan suatu teori. Funk (1979)
menyampaikan bahwa ada beberapa macam pendekatan yang biasa digunakan dalam
pembelajaran IPA, yaitu pendekatan yang mendekatkan pada fakta, menekankan pada
konsep dan mendekatkan pada proses. Keterampilan proses dianggap sangat penting
untuk pembelajaran IPA. Wynnie Harlen (1992) mengemukakan beberapa alasan untuk
itu, yaitu: pengubahan ide-ide ke arah yang lebih ilmiah (dengan fenomena yang lebih
cocok) tergantung pada cara dan pengujian yang digunakan. Pengujian yang digunakan
ini berhubungan erat dengan penggunaan keterampilan proses. Peranan keterampilan
proses sangat besar dalam pengembangan konsep-konsep ilmiah.
Carin (1992) menyampaikan pula beberapa alasan tentang pentingnya keterampilan
proses, yaitu: dalam praktiknya apa yang dikenal dalam IPA merupakan hal yang tak
terpisahkan dari media penyelidikan. Mengetahui IPA tidak hanya sekadar mengetahui
materi ke-IPA-an saja, tetapi terkait pula dengan bagaimana cara mengumpulkan fakta,
dan menghubungkan fakta untuk membuat suatu penafsiran atau kesimpulan. Ilmuwan
menggunakan berbagai proses empiris dan analisis dalam usahanya untuk menjelaskan
misteri alam semesta. Prosedur ini disebut proses IPA.
2. Keterampilan Mengobservasi

3
Keterampilan mengobservasi menurut Esler dan Esler (1984) adalah keterampilan
yang dikembangkan dengan menggunakan semua indera yang kita miliki untuk
mengidentifikasi dan memberikan nama sifat- sifat dari objek-objek atau kejadian-
kejadian. Definisi serupa disampaikan oleh Abruscato (1988) yang menyatakan bahwa
mengobservasi artinya mengunakan segenap panca indera untuk memperoleh informasi
atau data mengenai benda atau kejadian. Sejalan dengan Esler dan Esler serta Abruscato,
Carin (1992) mengemukakan bahwa mengobservasi adalah menjadi dasar akan suatu
objek atau kejadian dengan menggunakan segenap panca indera atau alat bantu dari panca
indera untuk mengidentifikasi sifat dan karakteristik.
Kegiatan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan kegiatan mengobservasi,
misalnya menjelaskan sifat-sifat yang dimiliki oleh benda-benda, sistem-sistem, dan
organisme hidup. Sifat yang dimiliki ini dapat berupa tekstur, warna, bau, bentuk ukuran,
dan lain-lain. Contoh yang lebih konkret, ketika seorang guru sering membuka pelajaran
dengan menggunakan kalimat tanya seperti apa yang engkau lihat? atau bagaimana rasa,
bau, bentuk, atau tekstur? atau mungkin guru menyuruh siswa untuk menjelaskan suatu
kejadian secara menyeluruh sebagai pendahuluan dari suatu diskusi.
3. Keterampilan Mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi menurut Esler dan Esler merupakan keterampilan yang
dikembangkan melalui latihan-latihan mengkategorikan benda-benda berdasarkan pada
(set yang ditetapkan sebelumnya) dari sifat-sifat benda tersebut. Menurut Abruscato
mengklasifikasi merupakan proses yang digunakan para ilmuan untuk menentukan
golongan benda-benda atau kegiatan-kegiatan. Sedangkan Carin (1992) menyatakan
bahwa mengklasifikasi adalah mengatur atau membagi objek, kejadian, atau informasi
tentang objek ke dalam kelas menurut metode atau sistem tertentu.
Bentuk-bentuk yang dapat dilakukan untuk melatih keterampilan ini, misalnya
memilih bentuk-bentuk kertas yang berbentuk kubus, gambar-gambar hewan, daun-daun,
atau kancing-kancing berdasarkan sifat-sifat benda tersebut. Sistem-sistem klasifikasi
berbagai tingkatan dapat dibentuk dari gambar-gambar hewan dan tumbuhan (yang
digunting dari majalah) dan menempelkannya pada papan buletin sekolah atau papan
panjang di kelas.
Contoh kegiatan yang lain adalah dengan menugaskan siswa untuk membangun
skema klasifikasi sederhana dan menggunakannya untuk klasifikasi organisme-
organisme dari cara yang diperlihatkan oleh guru, atau yang ada di dalam kelas, atau

4
gambar tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan yang dibawa murid sebagai sumber
klasifikasi.
4. Keterampilan Mengukur
Keterampilan mengukur menurut Esler dan Esler dapat dikembangkan melalui
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan satuan-satuan yang cocok dari
ukuran panjang, luas, isi, waktu, berat, dan sebagainya. Abruscato menyatakan bahwa
mengukur adalah suatu cara yang kita lakukan untuk mengukur observasi. Sedangkan
menurut Carin (1992) mengukur adalah membuat observasi kuantitatif dengan
membandingkannya terhadap standar yang kovensional atau standar non konvensional.
Keterampilan dalam mengukur memerlukan kemampuan untuk menggunakan alat
ukur secara benar dan kemampuan untuk menerapkan cara perhitungan dengan
menggunakan alat-alat ukur. Langkah pertama proses mengukur lebih menekankan pada
pertimbangan dan pemilihan instrumen (alat) ukur yang tepat untuk digunakan dan
menentukan perkiraan suatu objek tertentu sebelum melakukan pengukuran dengan suatu
alat ukur untuk mendapatkan ukuran yang tepat. Misalkan, siswa diajarkan untuk
mengetahui bahwa mengukur berat menggunakan timbangan dan mengukur panjang
menggunakan mistar atau pita ukur. Siswa diajarkan pula untuk memperkirakan ukuran
suatu objek sebelum melakukan pengukuran dengan alat ukur tertentu.
Untuk melakukan latihan pengukuran, bisa menggunakan alat ukur yang dibuat
sendiri atau dikembangkan dari benda-benda yang ada di sekitar. Sedangkan pada tahap
selanjutnya, menggunakan alat ukur yang telah baku digunakan sebagai alat ukur.
Sebagai contoh, dalam pengukuran jarak, bisa menggunakan potongan kayu, benang,
ukuran tangan, atau kaki sebagai satuan ukurnya. Sedangkan dalam pengukuran isi, bisa
menggunakan biji-bijian atau kancing yang akan dimasukkan untuk mengisi benda yang
akan diukur. Contoh kegiatan mengukur dengan alat ukur standar/baku adalah siswa
memperkirakan dimensi linear dari benda-benda (misalnya yang ada di dalam kelas)
dengan menggunakan satuan centimeter (cm), dekameter (dm), atau meter (m). Kemudian
siswa dapat menggunakan meteran (alat ukur, mistar atau penggaris) untuk pengukuran
benda sebenarnya.

KEGIATAN BELAJAR 2

B. Keterampilan Mengomunikasikan, Menginferensi, Memprediksi, Mengenal Hubungan


Ruang dan Waktu, Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan
1. Keterampilan Mengkomunikasikan

5
Menurut Abruscato mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan
yang berhasil dikumpulkan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Menurut Esler dan
Esler dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi dari grafik atau gambar yang
menjelaskan benda-benda serta kejadian-kejadian secara rinci.
Mengapa keterampilan mengomunikasikan perlu dikembangkan? Telah kita ketahui
bersama bahwa komunikasi merupakan hal yang penting untuk semua usaha manusia.
Komunikasi yang jelas dan tepat merupakan dasar untuk semua kegiatan ilmiah. Ilmuwan
mengomunikasikan sesuatu secara lisan atau secara tertulis, dapat dengan menggunakan
diagram, peta, grafik, persamaan matematika, dan berbagai peragaan visual. Kemampuan
untuk memilih penjelasan yang tepat tentang benda, organisme, dan kejadian merupakan
dasar untuk komunikasi lisan dan tertulis secara efektif.
Kegiatan untuk keterampilan ini dapat berupa kegiatan menginterpretasi informasi
dari grafik, peta, gambar, dan lain-lain. Misalnya siswa mengembangkan keterampilan
mengkomunikasikan deskripsi benda-benda dan kejadian tertentu secara rinci. Siswa
diminta untuk mengamati dan mendeskripsikan beberapa jenis hewan-hewan kecil
(seperti ukuran, bentuk, warna, tekstur, dan cara geraknya). Kemudian siswa tersebut
menjelaskan deskripsi tentang objek yang diamati di depan kelas.
2. Keterampilan Menginferensi
Keterampilan menginferensi menurut Esler dan Esler dapat dikatakan juga sebagai
keterampilan membuat kesimpulan sementara. Menurut Abruscato (1998)
menginferensi/menduga/menyimpulkan secara sementara adalah adalah menggunakan
logika untuk memebuat kesimpulan dari apa yang kita observasi. Carin (1992)
mengemukakan bahwa menginferensi adalah membuat kesimpulan didasarkan pada
alasan yang dijelaskan oleh observasi.
Inferensi adalah membuat kesimpulan sementara yang terkait dengan adanya dugaan-
dugaan. Membuat dugaan-dugaan valid berdasarkan observasi yang didapat merupakan
keterampilan penting untuk belajar secara inkuiri. Latihan inkuiri memerlukan siswa
untuk memperhatikan sesuatu dibalik informasi yang tampak untuk menginferensi
hubungan-hubungan baru.
Contoh kegiatan untuk mengembangkan keterampilan ini adalah dengan
menggunakan suatu benda yang dibungkus sehingga siswa pada mulanya tidak tahu apa
benda tersebut. Siswa kemudian mengguncang-guncang bungkusan yang berisi benda itu,
kemudian menciumnya dan menduganya apa yang ada di dalam bungkusan ini. Dari
kegiatan ini, siswa akan belajar bahwa akan muncul lebih dari satu jenis inferensi yang
6
dibuat untuk menjelaskan suatu hasil observasi. Di samping itu, belajar bahwa inferensi
dapat diperbaiki begitu hasil observasi dibuat.
3. Keterampilan Memprediksi
Memprediksi adalah meramal secara khusus tentang apa yang akan terjadi pada
observasi yang akan datang atau membuat perkiraan kejadian atau keadaan yang akan
datang yang diharapkan akan terjadi (Carin, 1992). Keterampilan memprediksi menurut
Esler dan Esler adalah keterampilan memperkirakan kejadian yang akan datang
berdasarkan dari kejadian-kejadian yang terjadi sekarang, keterampilan menggunakan
grafik untuk menyisipkan dan meramalkan dugaan-dugaan.
Jadi, dapat dikatakan bahwa memprediksi sebagai menyatakan dugaan beberapa
kejadian mendatang atas dasar suatu kejadian yang telah diketahui. Perlu diperhatikan
bahwa prediksi didasarkan pada observasi, pengukuran, dan informasi tentang hubungan-
hubungan antara variabel yang diobservasi. Prediksi yang tidak didasarkan pada observasi
hanya merupakan suatu dugaan, dan ini bukanlah yang diharapkan dalam kegiatan
mempredikasi pada keterampilan proses. Contoh kegiatan untuk melatih kegiatan ini
adalah memprediksi berapa lama lilin yang menyala akan tetap menyala jika kemudian
ditutup dengan toples (dalam berbagai ukuran) yang ditelungkupkan.
4. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu
Keterampilan mengenal hubungan ruang dan waktu menurut Esler dan Esler (1948)
meliputi keterampilan menjelaskan posisi suatu benda terhadap lainnya atau terhadap
waktu atau keterampilan mengubah bentuk dan posisi suatu benda setelah beberapa
waktu. Sedangkan menurut Abruscato menggunakan hubungan ruang dan waktu
merupakan keterampilan proses yang berkaitan dengan penjelasan-penjelasan hubungan-
hubungan tentang ruang dan waktu beserta perubahan waktu. Keterampilan ini penting
karena semua benda menempati tempat dalam suatu ruang pada waktu tertentu.
Proses ini dapat dipecah ke dalam bermacam-macam kategori temasuk bentuk, arah,
dan susunan yang berkaitan dengan ruang-waktu, gerak dan kecepatan, kesimetrisan, dan
kecepatan perubahan. Kegiatan untuk melatih keterampilan ini termasuk kegiatan
menamakan dan mengidentifikasi gambar-gambar geometris dua dan tiga dimensi,
mengenal bentuk-bentuk benda tiga dimensi dan bayangannya, membuat pernyataan
tentang simetri dari benda-benda. Selanjutnya untuk membantu mengembangkan
pengertian siswa terhadap hubungan waktu dan ruang. Seorang guru dapat memberikan
pelajaran tentang pengenalan dan persamaan bentuk-bentuk dua dimensi (semisal
segiempat, segitiga, dan lingkaran) dan bentuk-bentuk tiga dimensi (seperti kubus,
7
prisma, dan elips). Seorang guru dapat menyuruh siswa menjelaskan posisinya terhadap
sesuatu, misalnya seorang siswa dapat menyatakan bahwa ia berada ia di barisan ketiga
bangku kedua dari kiri dari gurunya.
5. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan
Keterampilan mengenal hubungan bilangan-bilangan menurut Esler dan Esler (1984)
meliputi kegiatan menemukan hubungan kuantitatif di antara data dan menggunakan garis
biangan untuk membuat operasi aritmetika (matematika). Carin (1992) mengemukakan
bahwa menggunakan angka adalah mengaplikasikan aturan-aturan atau rumus-rumus
matematika untuk menghitung jumlah atau menentukan hubungan dari pengukuran dasar.
Menurut Abruscato (1988) menggunakan bilangan merupakan salah satu kemampuan
dasar pada keterampilan proses. Manusia memerlukan bilangan untuk menyatakan suatu
ukuran, mengurutkan, dan mengklasifikasi benda-benda. Lamanya waktu pada kegiatan
untuk menggunakan bilangan tergantung pada program matematika di sekolah.
Perkembangan keterampilan siswa bertambah jika mereka bekerja pada proses ini yang
mencakup pengidentifikasian pasangan (set) dan bilangannya, pengurutan, penghitungan
rata-rata, penggunaan desimal, dan penggunaan puluhan. Garis bilangan dapat digunakan
sebagai suatu cara grafik untuk mengajarkan bilangan positif dan negatif.
Kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan ini adalah menentukan
nilai π (baca: phi) dengan mengukur suatu rangkaian silinder, menggunakan garis
bilangan untuk operasi penambahan dan perkalian. Latihan-latihan yang mengharuskan
siswa untuk mengurutkan dan membandingkan benda-benda atau data berdasarkan faktor
numerik membantu untuk mengembangkan keterampilan ini. Contoh pertanyaan yang
membantu siswa agar mengerti tentang hubungan bilangan antara lain adalah: “Apakah
lebih jauh benda A jika dibandingkan dengan benda B?” dan “Berapa derajat suhu
tersebut turun dari 100 celsius ke 200 celsius?”.

KEGIATAN BELAJAR 3

C. Keterampilan Proses Memformulasi Hipotesis, Mengontrol Variabel, Membuat Definisi


Operasional, Menginterpretasi Data
Keterampilan proses IPA yang terintegrasi meliputi memformulasi hipotesis, mengontrol
variabel, membuat definisi operasional dan menginterpretasi data. Keterampilan Proses IPA
ini merupakan kombinasi dari keteramplan IPA dasar seperti mengobservasi, melakukan
pengukuran, dan sebagainya. Keterampilan proses IPA yang terintegrasi biasanya

8
diperkenalkan kepada siswa yang telah memiliki keterampilan dasar IPA yang mendasar.
Keterampilan proses IPA ini bisa juga dikembangkan dari kegiatan belajar belajar IPA yang
terdapat dalam buku paket SD atau yang setara untuk mata pelajaran anak Sekolah Dasar.
Untuk lebih jelasnya keterampilan proses IPA yang terintegrasi tersebut, baiklah akan kita
coba mendalami satu per satu, agar pemahaman kita pada masing-masing keterampilan
tersebut menjadi lebih baik.
1. Memformulasi Hipotesis
Memformulasi hipotesis adalah memformulasi dugaan yang masuk akal yang dapat
diuji tentang bagaimana atau mengapa sesuatu terjadi. Hipotesis sering dinyatakan
sebagai pernyataan jika dan maka. Contohnya: “Dengan waktu pemanasan 1 menit,
apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu air PDAM akan semakin kecil”.
Dari formulasi ini dapat dikatakan bahwa hipotesis adalah dugaan tentang pengaruh apa
yang akan diberikan variabel manipulasi terhadap variabel respon. Oleh karena itu, di
dalam formulasi hipotesis lazim terdapat variabel manipulasi dan variabel respon.
Hipotesis diformulasikan dalam bentuk pernyataan, bukan pertanyaan.
Hipotesis dapat diformulasikan dengan penalaran induktif berdasarkan data hasil
pengamatan atau diformulasikan dengan penalaran deduktif berdasarkan teori. Penalaran
induktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan data atau kasus menuju ke suatu
pernyataan kesimpulan umum yang dapat berbentuk hipotesis atau teori sementara.
Penalaran deduktif adalah penalaran yang dilakukan berdasarkan teori menuju pernyataan
kesimpulan sementara yang bersifat spesifik. Beberapa perilaku siswa yang dikerjakan
siswa saat merumuskan hipotesis adalah: (a) memformulasi hipotesis berdasarkan
pengamatan dan inferensi; (b) merancang cara-cara untuk menguji hipotesis; (c) merevisi
hipotesis apabila data tidak mendukung hipotesis tersebut.
2. Mengontrol Variabel
Variabel adalah suatu besaran yang dapar bervariasi atau berubah pada suatu situasi
tertentu. Dalam penelitian ilmiah terdapat 3 (tiga) macam variabel yang penting, yaitu
variabel manipulasi, variabel respon, dan variabel kontrol. Variabel yang secara sengaja
diubah disebut variabel manipulasi. Variabel yang berubah sebagai akibat pemanipulasian
variabel manipulasi disebut variabel respon. Andaikan dilakukan percobaan yang
menghasilkan kesimpulan bahwa “Apabila banyak lampu yang dihubungkan jika serinya
ditambah, maka nyala lampu menjadi semakin redup”. Variabel-variabel yang di teliti
dalam percobaan itu adalah banyak lampu dan nyala lampu. Pada percobaan ini secara
sengaja telah diubah banyaknya lampu, yakni mula-mula hanya ada satu lampu kemudian
9
ditambahkan satu lampu lagi secara seri dengan lampu pertama. Oleh karena itu, banyak
lampu merupakan variabel manipulasi. Variabel lain, yaitu nyala lampu merupakan
variabel respon, karena nyala lampu berubah akibat pemanipulasian variabel manipulasi.
Di samping variabel manipulasi, terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
hasil suatu percobaan atau eksperimen. Dalam suatu eksperimen, dapat dikatakan bahwa
variabel manipulasi adalah satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap variabel
respon. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa faktor lain yang dapat memberikan suatu
pengaruh dikontrol untuk tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian variabel ini
disebut variabel kontrol. Eksperimen yang dilakukan dengan pengontrolan variabel
seperti itu dapat disebut prosedur eksperimen yang benar. Jadi, mengontrol variabel
berarti memastikan bahwa segala sesuatu dalam suatu percobaan adalah tetap sama
kecuali satu faktor. Misalkan, pada saat dilakukan eksperimen untuk menguji hipotesis
“Apabila banyak lampu yang dihubungkan jika serinya ditambah, maka nyala lampu
menjadi semakin redup”. Kita mula-mula membuat rangkaian sederhana satu baterai yang
dibebani satu lampu, ternyata menyala terang. Kemudian kita menambah satu lampu lagi
secara seri dengan pertama, ternyata lampu menjadi redup. Pada saat kita menambah satu
lampu tersebut, kita tidak mengubah empat variabel, yaitu jenis baterai, jenis kabel-kabel
penghubung, jenis soket baterai, dan jenis soket lampu. Dalam percobaan ini kita telah
menjaga empat variabel itu agar tidak mempengaruhi hasil percobaan tersebut. Empat
variabel itu disebut variabel kontrol. Dengan demikian kita dapat mengatakan bahwa
satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap redupnya nyala lampu itu (variabel
respon) karena ada tambahan satu lampu secara seri (variabel manipulasi).
Beberapa perilaku siswa dalam mengontrol variabel adalah : (a) pengidentifikasian
variabel yang mempengaruhi hasil; (b) pengidentifikasian variabel yang diubah dalam
percobaan; (c) pengidentifikasian variabel yang dikontrol dalam suatu percobaan.
3. Membuat Definisi Operasional
Membuat definisi operasional adalah perumusan suatu defenisi yang berdasarkan
pada apa yang dilakukan atau apa yang diamati. Suatu defenisi operasional mengatakan
bagaimana sesuatu tindakan atau kejadian berlangsung, bukan apakah tindakan atau
kejadian itu.
Mendefinisikan secara operasional suatu variabel berarti menetapkan tindakan apa
yang dilakukan dan pengamatan apa yang akan dicatat. Contohnya, dari hipotesis
“Dengan waktu pemanasan 1 menit, apabila volume air PDAM semakin besar, maka suhu
air PDAM akan semakin kecil”. Untuk variabel manipulasi, tindakan yang dilakukan
10
adalah menuangkan air ke dalam gelas kimia sampai 20 ml, 40 ml, 60 ml; sedangkan
pengamatan yang dicatat adalah volume air PDAM, yaitu 20 ml, 40 ml, dan 60 ml. untuk
variabel respon, tindakan yang dilakukan adalah menyalakan lilin, sedangkan pengamatan
yang dicatat adalah suhu air PDAM. Penting dicatat bahwa tiap peneliti dapat membuat
definisi operasional variabel sendiri-sendiri, artinya variabel yang sama definisi
operasionalnya dapat berbeda-beda bergantung pada yang ditetapkan masing-masing
peneliti.
Oleh karena itu, sebagian besar rancangan eksperimen sebagai persiapan
pengumpulan data telah terselesaikan. Yang tersisa tinggal menetapkan variabel kontrol.
Beberapa perilaku siswa saat mendefinisikan variabel secara operasional adalah; (a)
memaparkan pengalaman-pengalaman dengan menggunakan obyek-obyek konkrit, (b)
mengatakan apa yang diperbuat obyek-obyek tersebut, (c) memaparkan perubahan-
perubahan atau pengukuran-pengukuran selama suatu kejadian.
4. Menginterpretasi Data
Sebelum melakukan penyelidikan, sebaiknya terlebih dahulu belajar bagaimana
caranya menginterpretasi data atau menafsirkan hasil observasi kuantitatif. Interpretasi
data biasanya melibatkan organisasi data ke dalam tabel atau gambar/bagan. Interpretasi
data juga dapat dilakukan dengan jalan membuat gambar atau grafik dari hasil
pengamatan, biasanya melibatkan usaha-usaha penulisan, hasil observasi, membuat
kesimpulan, inferensi/penafsiran dan merekomendasi. Kesimpulan biasanya berkenaan
dengan ringkasan dari hasil pengamatan. Sedangkan inferensi adalah pernyataan umum
yang berfungsi untuk menjelaskan atau membuat kesimpulan menjadi bermakna.
Rekomendasi adalah saran untuk tindakan di masa yang akan datang berdasarkan
kesimpulan dan inferensi yang telah dibuat.
Membuat hasil pengamatan atau observasi menjadi bermakna disebut interpretasi
data. Interpretasi data sangat penting karena makna dan pengertian yang diperoleh dapat
diasumsikan dengan baik. Bila kita melihat keterampilan proses dalam IPA, perlu diingat
bahwa IPA dimulai dari suatu pernyataan. Sering terjadi, hipotesis yang dibuat berfungsi
untuk memprediksi/meramalkan jawaban untuk pertanyaan yang telah dibuat. Kemudian
penyelidikan dirancang dan dilaksanakan.
Dari hasil penyelidikan biasanya diperoleh data hasil percobaan. Data yang dihasilkan
kemudian diinterpretasi, misalnya angka-angka ditransfer ke dalam kata-kata atau kalimat
untuk menjelaskan hasil. Terakhir si peneliti harus memutuskan apa arti dari kata-kata
tersebut. Pertanyaan-pertanyaan yang bisa diajukan antara lain. Apakah ramalan yang
11
telah dibuat cukup akurat? Apakah satu variabel mempengaruhi variabel yang lain?
Pertanyaan lain yang mungkin muncul adalah Apakah yang harus dikerjakan berikutnya?
Apakah yang harus diberitahukan kepada orang lain tentang penyelidikan yang
dilakukan?. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini adalah bagian dari data interpretasi.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam pembelajaran modul 4 ini ada beberapa macam pendekatan yang biasa
digunakan dalam pembelajaran IPA, yaitu pendekatan yang menekankan pada fakta,
menekankan pada konsep dan menekankan proses. Adapun beberapa macam kemampuan dan
keterampilan yang harus dikuasai siswa, yaitu:
1. Keterampilan Proses IPA.
2. Keterampilan Mengobservasi.
3. Keterampilan Mengklasifikasi.
4. Keterampilan Mengukur.
5. Keterampilan Mengkomunikasikan.
6. Keterampilan Menginferensi.
7. Keterampilan Memprediksi.
8. Keterampilan Mengenal Hubungan Ruang dan Waktu.
9. Keterampilan Mengenal Hubungan Bilangan-bilangan.
Adapun yang dimaksud dengan keterampilan IPA Terintegrasi adalah keterampilan
kombinasi dan beberapa keterampilan proses dasar IPA. Keterampilan proses IPA yang
terintegrasi, yaitu meliputi: memformula hipotesis, menamai variable, membuat definisi
operasional, melakukan eksperimen, menginterprestasikan data, dan melakukan penyelidikan.
B. Saran
Kami segenap penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah yang telah disusun di atas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mustakim, Z. (2010). Strategi & Metode Pembelajaran. Pekalongan: STAIN PRESS.

Sapriati, Amalia. dkk. 2022. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sudjana, N. 2013. Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Sulistyaowati, A. W. (2014). Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwadarminta, W.J.S. 1999. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Wisudawati dan Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
http://eprints.ums.ac.id/29970/2/BAB_I.pdf (diakses pada tanggal 27 Oktober 2022 pukul
17:57).

14

Anda mungkin juga menyukai