Anda di halaman 1dari 3

Menerjemahkan “Bab Niat”, “Bab Takbiratul Ihram”, dan “Bab Apa yang

dibaca setelah Takbiratul Ihram” atau “Bab Doa Iftitah” dari Kitab Kuning (
‫)منشوارت دينية‬

Nama : Moch Didan Denadi


Program Studi : PAI
Kelas/Semester : 1A
NPM : 2103003909
Mata Kuliah : Kitab Kuning (‫)منشوارت دينية‬

Bab Niat
Niat menurut bahasa adalah bermaksud, dan niat menurut syara’ adalah bermaksud
(didalam hati) untuk melakukan ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dengan
bermaksud (manusia itu) dengan amalnya kepada Allah SWT semata bukan kepada sesuatu
yang lain, dan ini merupakan ikhlas. Dan ibadah itu memurnikan
perbuatan-perbuatan/amalan-amalan secara total kepada Allah SWT semata, Allah SWT:
“Dan padahal mereka hanya diperintah menyembah kepada Allah dengan ikhlas menaati-Nya
semata-mata karena (menjalankan) agama”. (Q.S.Al-Bayyinah Ayat 5).
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung pada niatnya”.
(HR.Al-Aimatu Assittah (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, At-Tirmidzi, Ibnu
Majah)). Telah berkata Al-Mawardi RA: “Dan ikhlas didalam perkataan ulama adalah niat”.
(Al-Fiqh Islami Juz 1/ Halaman 611 Mukhtasoro).
Dan telah berkata Al-Hafidh yang dirahmati Allah SWT (Ibnu Hajar Al-Asqalani)
kesimpulannya: Sesungguhnya niat kembali kepada ikhlas, dan ikhlas itu satu untuk Dzat
Yang Maha Esa yang tidak ada sekutu-Nya. Dan bahwasannya niat menurut syara’, seperti
yang dikatakan oleh Al-Baidhawi RA: Kehendak/ Maksud yang terarah ke arah perbuatan
untuk mencari keridhaan Allah dan tunduk kepada hukum-Nya. (Fathul Bari Juz 1 Halaman
20). Maka manusia wajib memahami makna niat dengan baik, dan sesungguhnya orang yang
bermaksud dengan shalatnya (yaitu) suatu tujuan dari tujuan-tujuan dunia, maka
sesungguhnya shalatnya menjadi batal. (Kitab Fiqh atas Madzahibul Arba’ah Juz 1 Halaman
209).
Dan telah berkata Imam Ibnu Qayyim RA: “Niat adalah bermaksud dan melakukan atas
perbuatan sesuatu, dan tempat niat itu pada hati, tidak ada kaitannya niat dengan lisan sama
sekali, dan karena itu tidak ada penjelasan/ periwayatan dari Nabi SAW dan tidak ada dari
sahabat-sahabat Nabi mengenai niat yang diucapkan sama sekali”. (Ighanatul Lafhan Juz 1
Halaman 132). Telah berkata Abu Hurairah RA, dari Rasulullah SAW: “Apabila beliau akan
melaksanakan shalat, beliau takbir ketika akan berdiri”. (Mutafaqun Alaih). Dan telah berkata
Rasulullah SAW kepada orang yang salah dalam melaksanakan sholatnya,”Apabila kamu
akan melaksanakan shalat, maka takbirlah”. (Mutafaqun Alaih).
Dan telah berkata Al-Imam As-Siroji RA (pengarang muhadzab) Imam ini bermadzhab
syafi’i: “Dan diantara ashab kita Syafi’iyah ada yang berkata: “Meniatkan dengan hati dan
mengucapkan dengan lisan”. Ini bukan apa-apa, karena sesungguhnya niat adalah bermaksud
dengan hati”. (Muhadzab Juz 1 Halaman 70). Telah berkata Imam An-Nawawi RA: Telah
berkata yang mempunyai kitab Al-Hawi (Al-Mawardi): Dari perkataan Abu Abdillah Az-
Zubairi: “Sesungguhnya tidak cukup bagi seseorang dalam sholatnya sehingga sampai dapat
mengumpulkan antara niat dalam hati dengan pengucapan dalam lisan”, karena Imam Asy-
Syafi’i RA telah berkata dalam bab haji: “Apabila seseorang akan berniat haji/umroh boleh
meskipun (niat) diucapkan, dan (haji&umrah) tidak seperti shalat “Tidak sah kecuali dengan
pengucapan”. Telah berkata ashab (syafi’i): “Salah perkataan yang tadi itu, bukan bermaksud
Asy-Syafi’i dengan pengucapan-pengucapan dalam shalat (pengucapan niat), bahkan maksud
Asy-Syafi’i itu adalah takbir”. (Syarah Muhadzab Juz 3 Halaman 232). Bagaimana mungkin
Asy-Syafi’i menganjurkan/mensunnahkan 1 perkara yang tidak dikerjakan oleh Nabi SAW
dalam sekali shalat, dan tidak pernah dilakukan oleh seorangpun dari khalifah-khalifah dan
sahabat-sahabat nabi. (Zadul Ma’ad Juz 1 Halaman 201 (Ibnu Qayyim)). Dan ashab-ashab
Syafi’i berbeda-beda pendapat tentang niat, apakah niat itu fardhu/syarat? Maka berkata
kebanyakan ashab Syafi’i, niat itu merupakan 1 fardhu dari fardhu-fardhu shalat dan
merupakan 1 rukun dari rukun-rukun shalat, seperti takbiratul ihram, membaca al-fatihah, dan
rukuk. Dan telah berkata Imam Al-Ghazali RA: “Niat itu lebih menyerupai syarat dan jalan
pikirannya dianggap terus adanya niat secara hukum sampai akhir shalat, maka niat itu
menyerupai wudhu dan menghadap kiblat”. Dan ini merupakan pendapat yang paling kuat.
(Kifayatul Akhyar Halaman 84).

Bab Takbiratul Ihram


Tidak sah shalat kecuali dengan takbiratul ihram, tegasnya dengan mengucapkan
takbiratul ihram, baik dalam shalatv wajib atau shalat sunnah. Dan takbiratul ihram menurut
Imam Asy-Syafi’i dan kebanyakan ulama merupakan bagian dari shalat dan merupakan salah
satu rukun shalat, dan menurut Abu Hanifah: “Takbiratul ihram merupakan syarat bukan dari
jajaran materi sholat itu sendiri. Dan ucapan takbir itu, seseorang mengucapkan “Allahu
Akbar”. (Al-Adzkarunnawawi Halaman 34 Mukhtasoro). Dan hadits-hadits tentang takbiratul
ihram yaitu pada hadits Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud, dan yang lainnya. Dan
telah berkata Asy-Syafi’i dalam Al-Um: “Seorang imam harus mengeraskan suaranya dalam
takbiratul ihram dengan jelas, tidak dipanjangkan, dan tidak dirubah. (Syarhul Muhadzab Juz
3 Halaman 247). Dan hadits mengenai ucapan Imam Syafi’i yang diriwayatkan oleh Ahmad
dan Al-Hakim membenarkan dan disetujui oleh Adzahabi. Telah berkata Imam An-Nawawi:
“(Ucapan imam Asy-Syafi’i) adalah madzhab yang benar yang menjadi pilihan madzhab
syafi’i. Dan Rasulullah SAW terkadang mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan
mengucapkan takbir. (HR. Bukhari dan An-Nasai). Dan terkadang mengangkat kedua
tangannya setelah mengucapkan takbir. (HR. Bukhari dan An-Nasai). Dan terkadang
mengangkat kedua tangannya sebelum takbir. (HR. Bukhari dan Abu Dawud). Dan nabi
mengangkat kedua tangannya sampai ke kedua bahunya. (HR. Bukhari, Abu Daud, An-Nasai,
dan yang lainnya). Dan mengangkat kedua tangan sampai bahu adalah madzhab Imam Malik,
Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad dalam periwayatan Imam Ahmad yang termasyhur. (Al-
Mizanul Kubro).
Dan Rasulullah SAW menyimpan tangan kanannya di punggung tangan kiri,
dipergelangan, dan dilengannya. (HR. Abu Dawud, An-Nasai, dan yang lainnya dengan
sanad yang shahih). Dan Rasulullah terkadang mengepalkan tangan kanan pada tangan
kirinya. (HR. An-Nasai, dan yang lainnya dengan sanad yang shahih). Dan menyimpan kedua
tangannya pada dada (HR. Abu Dawud, Ibnu Khuzaimah, Ahmad, dan Hasanah At-
Tirmidzi). Dan dilarang mengarahkan pandangan ke atas ketika waktu shalat. (HR. Ahmad,
Muslim, dan An-Nasai). (Sifatu Shalatun Nabi Halaman 87).
Adapun mengenai hadits tentang menyimpan tangan dibawah pusar, maka telah berkata
Imam Ahmad: “Haditsnya lemah”. Dan telah berkata Imam Al-Bukhari: “Didalam hadits itu
ada pertimbangan”. Dan telah berkata Imam An-Nawawi: “Hadits itu lemah berdasarkan
kesepakatan”. Dan telah berkata Imam Asy-Syaukani: “Dan tidak ada yang lebih shahih dari
hadits Wail bin Hujrin tentang menyimpan tangan pada dada. (Nailul Authar Juz 2 Halaman
210-211 Mukhtasoro).

Bab Apa yang diucapkan setelah Takbiratul Ihram atau Bab Doa Iftitah
1. Ya Allah jauhkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan
barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana bersihnya pakaian putih
dari kotoran. Ya Allah cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, salju dan embun. (HR.
Mutafaqun Alaih).
2. Dan aku hadapkan wajahku kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
keadaan tunduk (dan menyerahkan diri), dan aku bukanlah dari golongan orang-orang
musyrik. Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya. Dan dengan yang demikian itu lah aku
diperintahkan. Dan aku termasuk orang yang berserah diri. (HR. Muslim, Ahmad, dan Abu
Daud).
3. Maha Suci Engkau, ya Allah. Ku sucikan Engkau dengan memuji-Mu, Nama-Mu penuh
berkah, Maha Tinggi Keagungan-Mu. Dan tidak ada sesembahan yang berhak disembah
selain-Mu. (HR. Muslim).
4. Allah Maha Besar dengan sebesar-besarnya, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang. (HR. Muslim dan Abu Daud).
5. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, baik dan penuh berkah. (HR. Muslim
dan Abu Daud).

Anda mungkin juga menyukai