Anda di halaman 1dari 28

BAB III SHALAT A. PENDAHULUAN 1.

Pengertian Shalat Pengertian shalat dalam pengertian bahasa Arab, aialah doa memohon kebajikan dan pujian. Sebelum Islam, orang Arab memakai kata shalat dengan arti demikian. Dan arti itu terdapat pula pada beberapa tempat di dalam Al-Quran, misalnya: Firman Allah: dan bershalatlah atas mereka (berdoalah untuk mereka) karena sesungguhnya shalatmu (doamu) menenangkan dan menentramkan mereka (Q.S. At-Taubah (9): 103). Bahwasannya Allah dan para malaikatNya bersalawat atas Nabi (memuja akan Nabi) (Qs. al-Ahzab (33): 56). Adapun pengertian shalat secara syari, sebagaimana banyak dirumuskan para fuqaha (ahli fiqh), ialah: beberapa ucapan dan beberapa perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dalam rangka beribadah kepada Allah, menurut syaratsyarat yang telah ditentukan. Sedang ahli hawiwah memberikan pengertian shalat dengan pengertianyang hakiki yaitu: berharap hati (jiwa) kepada Allah, yang mendatangkan rasa takut kepada Allah, serta menumbuhkan didalamnya jiwa rasa keagungan kebesaran-Nya dan kesemprnaan kekuasan-Nya. Sementara itu ahlul marifat mendefinisikan shalat dengan pengertian yang bersentuhan dengan ruh shalat yaitu: berharap kepada Allah Swt. Dengan sepenuh jiwa dan khusyu di hadapan-Nya serta hadir hati dalam berzikir, berdoa dan memuji. 2. Dasar Hukum Shalat Firman Allah:

Dan dirikanlah olehmu akan shalat dan berikanlah zakat dan rukulah kamu beserta orang-orang yang ruku (QS. al-Baqarah (2): 43).

Dan dirikanlah olehmu akan shlat, karena sesungguhnya shalat itu menghalngi kita dari kejahatan dan dari kemungkaran (pekerjaan yang buruk dan keji) (QS. alAnkabut (29): 45).

Peliharalah baik-baik olehmu akan shalat dan shalat wusta (shalat yang baik) kekal dalam khusyu (QS. al-Baqarah (2): 238). Maka apabila kamu telah jauh dari kesulitan atau telah tenang, tentram, maka dirikanlah shalat, karena sesungguhnya shlat itu fardu yang telah ditentukan waktuwaktunya bagi tiap orang yang beriman (Q.S. Al-Nisa (4): 102). 3. Faedah Shlat a. Shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar Firman Allah: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar (QS. alAnkabut (28): 45). b. Shalat Dapat Menghilangkan Tabiat Keluh Kesah dan Kikir Firman Allah: Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah dan kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia ditimpa (mendapat) kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat. Yaitu mereka itu tetap mengerjakan shalanya (QS. al-Maarij (70): 19-23). c. Shalat Dapat Dijadikan Sarana Dzikrullah Firman Allah: Dan dirikanlah shalat untuk menyebut dan mengingat-Ku (QS. Thoha (20): 14). d. shalat dan Sabar dapat Menjadi Penolong untuk Menghasilkan Maksud yang Baik Firman Allah: Ambillah pertolongan (dalam menegakkan segala rupa taat dan menjauhkan segala jenis maksiat) dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya shalat itu sangat berat dilakukan kecuali orang-orang yang tunduk jiwa dan anggotanya (khusyuk) kepada Allah (QS. al-Baqarah (2): 45).

B. CARA MENGERJAKAN SHALAT, BACAAN DAN ARTINYA 1.a. Takbiratul Ihran dan Niat Firman Allah : Dan tidaklah mereka diperintahkan melainkan supaya menyembah kepada Allah dengan ikhlas kepada-Nya dalam menjalankan agama (QS. al-Bayyinah (98): 5). Sabda Rasulullah:

....
sesungguhnya (sahnya) perbuatan itu tergantung kepada niatnya (Bukhari-Muslim) Pada saat hendak mengerjakan shalat harus didahului dengan tegak berdiri menghadap kiblat kemudian bertakbiratul ihram disertai mengikhlaskan niat karena Allah semata.

Cara takbiratul ihram Mengangkat kedua belah tangannya, sehingga kedua tangannya itu selempang dengan bahu serta ibu jari dengan telinganya dengan mengucap Allahu Akbar. Berdasarkan hadits-hadits:

: : .. ,
Hadits dari Ibnu Humaid Saidi bahwa Rasulullah SAW, Jika shalat, beliau menghadap ke kiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dengan membaca Allahu Akbar. Dan menurut hadits lain: bila kamu menjalankan shlat takbirlah. (Riwayat Bukhari dan Muslim). Dari Ibnu Umar r.a. bahwa: Nabi Saw. Mengangkat kedua tangannya ketika beliau memulai shalat, apabila takbir untuk ruku, dan apabila mengangkat kepala dari ruku seraya mengucapkan samiallahu liman hamidah rabbana walakal hamd, dan tiada berbuat demikian dalam sujud (HR. Bkhari Muslim).


Dalam riwayat lain diterangkan dengan kalimat, sehingga kedua tangannya itu selempang dengan bahunya serta ibu jarinya sejajar dengan telinganya (HR. Abu Dawud) 1.b. Bersedekap Setelah takbiratul ihram dilamjutkan dengan bersedekap. Adapaun cara bersedekap ialah meletakkan tangan kanan pada punggung telapak tangan kiri diatas dada. Berdasarkan Hadits:

: ..
Dari Wail yang berkata saya shalat bersama Rasulullah Saw. Dan beliau meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya diatas dadanya (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dishahihkannya). Wail juga meriwayatkan hadits sejenis dalam kitab sunan Abu Dawud dan NasaI, katanya, lalu beliau meletakkan tangan kanannaya pada punggung telapak tangan kirinya serta pergelangannya dan lengannya. Hadits ini disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan lainnya. 2. Memembaca Doa Iftitah

, . .
Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah daku dari kesalahanku sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari korotan. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan air hujan beku (Diriwayatkan oleh BukhariMuslim dari Abu Hurairah). Atau:

. . ) (. , , , . .
Aku hadapkan wajahku, kehadapan yang Maha Menjadikan semua langit dan bumi, dengan tulus hati dan menyerah diri dan aku bukanlah golongan orang-orang musyrik. Sungguh shalatku, ibadahku, hidup dan matiku ada kepunyaan Tuhan yang menguasai semua alam, yang tidak bersarikat dan bandingan-Nya, maka dengan demikian aku diperintah dan aku menjadi orang yang mula-mula berserah diri (dari pada orangorang yang berserah diri). Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku inilah hambaMu, aku telah berbuat aniaya pada diriku dan mengakui dosaku. Maka ampunilah dosa-dosaku semua, yang mana tidak ada yang mengampuni dosa, selain Engkau. Dan berilah petunjuk kepadaku untuk berbudi pekerti yang bagus, yang mana tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada bagusnya budi pekerti selain Engkau. Dan jauhkan dari padaku kelakuan yang jahat, yang mana tidak ada dapat menjauhkanya kecuali Engkau. Aku junjung dan aku turutkan perintah Engkau, sedang semua kebaikan itu ada pada tangan Engkau, dan kejahatan itu tidak kepada Engkau. Aku dan Engkau dan kembali kepada Engkau .Engkaulah yang Maha Memperbaiki dan Maha Mulia, aku mohon ampun dan ber tobat pada Engkau. (Berdasar riwayat Muslim dari Ali bin Abi Thalib). 3. Membaca al-Taawudz, al-Basmalah dan al-Fatihah Sesudah membaca iftitah bacalah al-taawudz:


Audzu billahi minasy syaitanir rajim. Kemudian bacalah Basmalah: Dan al-Fatihah: Firman Allah : Apabila kamu akan membawa Quran hendaklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari syetan yang terkutuk (QS An-nahl (16): 98). Hadits-hadits: Dari Nu;aim bin Mujmir, katanya: aku bershalat bersama dibelakang Abu Hurairah r.a. maka ia membaca al-basmalah kemudian membaca al-Fatihah hingga waladhdhalin (HR. Nasai, Ibnu Khuzaimah, Siraj dan Ibn Hibban). Ibnu Munzir Ubadah bin Samit bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: Tidak sah shalatnya orang yang tidak membaca permulaan kitab (Fatihah) (Diriwayatkan oleh Bukhari dan muslim). 4. Membaca Salah Satu Surat al-Quran Berdasar hadits:

..
Dari Abu Qatadah bahwa Nabi Saw. Dalam shalat zhuhur pada kedua rekaat permulaan (1dan 2) membaca induk kitab (Fatihah) dan dua surat, serta pada dua rekaat lainnya (3 dan 4) membaca Fatihah saja, dan beliau memperdengarkan kepada kami akan bacaan ayat itu. Dan pada rekaat ke 1 diperpanjang, tidak sepertia pada rekaat ke 2. demikian juga dalam shalat Ashar dan Shubuh. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). 5. Ruku

Cara ruku ialahmengangkat kedua belah tangan dalam takbir awal,kemudian membungkuk badan seraya bertakbir kemudian melapangkan (meratakan) punggung dengan leher dan memegang kedua lutut dengan dua belah tangan. Kemudian membaca doa dalam ruku:


Subhanaka Allahumma Rabbana wa bihamdika allahummaghfirli Atau:


Subhana Rabbiyal Azhim 3X Atau:


Subbuhun Quddusun Malaikati War Ruh

: .. .
Karena hadits dari Abu Hamaid Saadi r.a. yang berkata: saya lebih sermat (hafal) diantara kamu tentang shalat SAW SAW. Kulihat apbila beliau bertakbir, mengangkat kedua tangannya sejurus kedua bahunya dan apabila ruku meletakkan kedua tangannya pada lututnya, lalu membungkukkan punggungnya, lalu apbila mengangkat kepalanya ia berdiri tegak seperti semula (HR. Bukhari).

: .. : ...
Dari Sayyidah Aisyah r.a. ia menceritakan, bahwa Rasulullah Saw. Dalam ruku dan sujudnya mengucapkan, subhanaka Allahumma Rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli seterusnya (Riwayat Bukhari dan Muslim).

: ..
Dari Huzaifah katanya: aku bershalat bersama Nabi Saw., maka dalam rukunya beliau membaca: Subhana Rabbiyal azim dan dalam sujudnya beliau membaca Subhana Rabbiyal ala.seterusnya hadits (Diriwayatkan oleh lima Ahli Hadits dan disahihkan oleh Tirmizi). Dan ada lagi hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Nasai dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah Saw. Dalam ruku dan sujudnya membaca: Subbuhun quddusun rabbul Malaikati warruh. 6. Itidal (berdiri dari Ruku)

Cara beritidal mengangkat kedua kepala dengan mengangkat kedua belah tangan seperti takbir awal seraya mengucapkan doa: Samiallahuliman hamudah, dan bila badan sudah berdiri tegak / lurus membaca doa: Robbana wa lakal hamdu Berdasarkan hadits:

: .. : , . .
Karena hadits Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Rasulullah Saw. Kalau shalat ia bertakbir ketika berdiri, lalu bertakbir ketika ruku, lalu membaca samiallahu liman hamidah ketika mengangkat punggungnya (bangun) dari ruku, lalu membaca selagi beliau berdiri: Rabbana walakal hamd, lalau bertakbir tatkala hendak mengangkat sujud, lalu takbir ketika hendak mengangkat kepala (duduk antara dua sujud), lalau bertakbir tatkala hendak berdiri; kemudian melakukan itu dalam semua shalatnya serta bertakbir tatkala berdiri rakaat yang kedua sesudah duduk. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim). 7. Sujud Setelah berdiri dari ruku, lalu sujud dengan takbir, dan letakkannlah terlebih dahulu kedua lutut dan jari kaki diatas tanah, kemudian kedua tangan, kemudian dahi dan hidung, dengan menghadapkan ujung jari-jari kaki kearah kiblat dan merenggangkan sikunya. Dalam sujud ini membaca doa: Subhanaka Allahuma Rabbana wa bihamdika Allahummaghfirli, atau salah satu doa dari Nabi: Sabda Nabi: . : .. Hadits dari Wail bin Hadjur, katanya: aku melihat Rasulullah SAW. Bila bersujud meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya dan lalu berdiri mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya (Diriwayatkan oleh Lima Imam kecuali Ahmad).

: ..
Hadits dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakanbahwa Rasulullah SAW. Bersabda: kalau salah seorang dari padamu bersujud, maka janganlah berdekam sebagai onta berdekam, ialah meletakkan tangannya sebelum lututnya.

: ..
Dan hadits dari Bara bin Azib dalam Sahih Muslim juga, bahwa Rasulullah Saw. Bersabda: bila kamu bersujud letakkanlah kedua belah telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu. Doa sujud, sebagaimana dikemukakan dalam dalil-dalil dalam bacaan ruku, adalah:


Subhanaka Allahumma Rabbana wa bihamdika Allahumaghfirli

Atau:


Subhana Rabbiyal Ala 3X Atau:


Subbuhu Quddusu Rabbul Malaikati war Ruh 8. Duduk antara Dua Sujud

..
Dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Nabi Saw. Membaca doa diantara kedua sujud denganucapan: Allahumaghfirli warhamni wajburni wahdini warzuqni (HR. Tirmizi). Karena sangat jelas maka tidak perlu diterangkan cara-caranya 9. Tasyahud Awal Cara bertasyahud awal: duduklah diantara kaki kiri dan tumpukkan kaki kanan serta letakkan kedua tangan di atas kedua lutut julurkan jari-jari tangan kiri, sedang tangan kanan mengenggam jari kelingking. Lalu membaca doa tasyahud dan shalawat Berdasarkan hadits:

..
Muslim dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah Saw. Jika duduk dalam tasyahud, meletakkan tangan kirinya di atas lutut kirinya dan tangan kanan di atas lutut kanannya serta mengenggamnya seperti membuat isyarat lima puluh tiga dengan mengacungkan jari telunjuknya (HR. Muslim).

..
Dari Zubair r.a. dalam Rasulullah Saw. Kalau duduk berdoa, meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya dan tangan kirinya di atas paha kiri, serta mengacungkan telunjuknya, dan telapak tangan kirinya menggenggam lututnya (HR. Muslim). Doa dalam tasyahud Awal ialah:

. , . . .

Attahiyatu lillah was salawatu wath tahayyibat, assalmualaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wabarakatuh, assalamualaina waala ibadillahish shalihin. Asyhadu allailaha wa asyhadu anna Muhammad abduhu wa rasulluh. Allahumma shalli ala Muhammad waala ali Muhammad kama sallaita ala Ibrahima wa ali Ibrahim wa barikala Muhammad wa ala ali Muhammad kama barakta alaIbrahim innaka hamidum masjid. Artinya: segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Muhammad. Semoga keselamatan bagi engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Muhammad. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Muhammad yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba Muhammad dan utusanNya. Ya,Muhammad, limpahkanlah kemurahanMu Kepada Muhamkmad dan Kepada Keluarganya. Berkailah Muhammad dan keluarganya sebagaimana kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia. Berdasarkan hadits:

.. : . . .
Dari Ibnu Masud ia mengatakan, Nabi Muhammad Saw. Bersabda: bila kalian duduk dalam tipa-tiap rekaat, bacalah Attahiyyatullillah.dst,. lalu pilihlah doa yang kamu suka dan berdoalah dengan itu kepada Allah (HR. Ahmad dan Nasai)

:
Pada said bin Mansur dan Abu Bakar Syaiban dengan sanad (rangkaian sahih sampai kepada Abu Ahwas berkata: Berkata Abdullah supaya orang itu dalam shalatnya membaca tasyahud, lalu membaca shalaeat kepada Nabi SAW. Kemudian berdoa untuk dirinya sendiri.

.. . .
Dari Kaab bin Ujrah, bahwa Nabi Saw. Membaca shalawat: Allahumma shalli alla uhammad.dst. (HR. Imam Syafii dalam Al Um juz I p. 102) 10. Tasyahud Akhir Cara tasyahud akhir ialah seperti pada tasyahud awal, tetapi kaki kiri dimasukkan dan kaki kanan ditumpuk, seperti posisi duduk bertumpu pada pantatnya. Kemudian berdoa seperti dalam tasyahud awal, tetapi ditambah dengan doa:

Ya Allah! Aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan dari siksa kubur, begiut juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah Dajjal (Pengembara yang dusta) Berdasar hadits:

:
Dari Abu Humaid Saidi r.a. yang berkata:.kemudian apbila duduk pada rekaat yang terakhir ia majukan kaki kirinya dan menumpukkan kaki kanannya serta duduk bertumpu pada pantatnya (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Sahihnya).


Dari Abu Hurairah, bersabda Rasulullah saw.: kalau salah seorang dari kamu selesai bertasyahud akhir, hendaklah meminta perlindugan dari empat perkara dengan doa: Allahumma inna audzubika.seterusnya hadits. (HR. Muslim) 11. Salam Setelah membaca doa meminta perlindungan dari empat perkara maka shalat diakhiri dengan membaca dua kali salam. Salam pertama disertakan menoleh kekanan hingga tertlihat pipi kanan dari belakang dan yang kedua menoleh ke kiri dengan cara yang sama. Berdasar hadits:

..
Dan hadits dari Saadalah: saya melihat Rasulullah Saw. Bersalam kea rah kanan dank e arah kirinya, sampai kulihat putih pipinya. (Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya).

: ..
Menurut hadits Abu Dawud dengan sanad sahih dari Wail bin Hujar, katanya: Aku shalat bersama-sama Rasulullah Saw. Maka beliau bersalam kekanannya dengan membaca: Assalamu alaikum warahmatullahi wa barakatuh. C. MACAM-MACAM SHALAT 1. Shalat Wajib a. Pengertian Shalat Wajib yang dimaksud shalat wajib disini adalah shalat lima waktu yang menjadi kewajiban agama (disyariatkan) di masa sebelum hijrah, yaitu pada tahun 11` dari kenabian Muhammad Saw. Atau tahun 621 Masehi, ketika beliau dimirajkan. b. Kedudukan shalat wajib shalat adalah salah satu dari rukun Islam, rukun yang kedua. Akan tetapi dari deretan semua kewajiban dan ibadah-ibadah pokok, shalat adalah yang pertama dari pada ibadah-ibadah launnya. Shalat adalah fardu ain (kewajiban perorangan ) atas tiap-tiap

orang Islam yang telah baligh (dewasa), baik laki-laki maupun perempuan. Tidak ada kewajiban-kewajiban agama yang paling dipentingkan disebut dalam al-Quran lebih dari pada shalat itu. Al-Quran telah menerangkannya dalam berbagai bentuk dan gaya bahasa, kadang-kadang dengan perintah yang tegas, kadang-kadang pula dengan pernyataan pujian bagi orang-orang yang melakukannya dan celaan bagi orang yang meninggalkanya. Firman Allah: Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Al Kitab dan dirikanlah shalat; sesungguhnya shalat itu mencegah manusia dari perbuatan yang keji dan munkar dan sesunguhnya ingat kepada Allah adalah lebih besar (manfaatnya) dan Allah mengetahui apa yang kamu perbuat (QS. al-Ankabut (29) : 45). Nabi Muhammad saw. Bersabda:

, ,
Shalat adalah sendi (tiang) agama, barang siapa mengerjakannya, berarti ia telah menegakkan agama, dan barang siapa yang meninggalkannya, berarti ia telah merobohkan agama. c. Macam dan Waktu Shalat Wajib Dalam al-Quran Allah menegaskan bahwa shalat yang difardukan itu mempunyai waktu tertentu. Firman Allah Swt: Bahwasannya shalat itu, adalah fardu yang ditentukan waktunya atas segala orang yang beriman (QS. al-Nisa (4): 103). Dirikanlah olehmu shalat pada dua tepi siang dan pada sebagian dari malam hari. Bahwasannya kebajikan-kebajikan itu menghilangkan keahatan-kejahatan. Itulah peringatan bagi segala orang yang ingat. (QS. Hud (11): 115).

Dirikanlah olehmu shalat sesudah tergelincir matahari hingga gelap malam dan dirikanlah shalat subuh; bahwasannya subuh itu adalah shalat yang disaksikan malaikat (QS. al-isra (17): 78). Macam-macam ketentuan waktu shalat wajib adalah sebagai berikut: 1) shalat Zhuhur Permulaan waktu shalat zhuhur adalah dari tergelincirnya matahari dari pertengahan langit, sedangkan akhirnya waktunya adalah ketika bayangan sesuatu benda itu sama panjangnya dengan benda aslinya. 2) Shalat Ashar Permulaan waktu shalat ashar adalah ketika bayangan sesuatu telah bendanya, yakni mulai dari berakhirnya waktu Zhuhur, sedangkan akhir waktunya hingga waktu matahari masih dan belum menguning. 3) Shalat Maghrib Permulaan waktu maghrib adalah setelah sempurnanya matahari terbenam. Sedangkan akhir waktunya telah hilangnya syafaq merah (mega merah dikaki langit sebelah Barat). 4) shalat Isya Permulaan waktu shalat Isya adalah dari hilangnya syafaq merah, sedangkan akhir waktunya adalah sampai separuh malam yang akhir (menjelang fajar). 5) shalat Shubuh Permulaan waktu shalat subuh adalah dari terbit fajar siddiq (garis putih yang melintang dari selatan ke utara dari kaki langit sebelah Timur), sedang akhir waktunya hingga sempurnannya terbit matahari. Ketentuan-ketentuan waktu shalat fardu di atas, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari hadits Nabi saw.:

.. , , , .
Dari Abdullah bin Umar r.a. bahwasannya Rasulullah saw. Bersabda: waktu zhuhur itu adalah tatkala matahari telah condong (ke sebelah barat sampai bayang-bayang orang sama dengan tingginya sebelum datang waktu ashar, dan waktu ashar selama matahari belum menguning, dan waktu maghrib sebelum awan merah hilang (setelah terbenam matahari); dan waktu shalat isya hingga tengah malam dan waktu shalat Subuh dari terbit fajar hingga sebelum terbenam matahari (HR. Muslim). Jadi, ketentuan waktu shalat yang difardukan oleh Allah dan Rasulnya saw. Adalah Zhuhur, Ashar, Maghrib, isya dan Shubuh, tidak sah shalat yang dilakukan sebelum waktunya. d. Keutamaan Shalat Tepat pada Waktunya

.. :

Dari Ibnu Masud r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Amal yang lebih utama adalah shalat pada permulaan waktunya (H.R. Tirmizi dan Hakim, asalnya dari sahih Bukhari-Muslim). 2. Shalat tathawwu (Sunnah) a. Pengertian shalat Tathawwu Ibadah shalat dalam garis besarnya, dibagi dua bagian. Pertama shalat yang difardukan, dinamakan shalat maktubah. Kedua, shalat yang tidak difardukan tetapi dianjurkan, dinamakan shalat nafilah. Shalat Nafilah / Tathawwu / sunnah ialah shalat yang tidak keras tuntunannya mengerjakannya dan Rasulullah saw. Pun tidak kekal mengerjakannya. Menurut Syaikhul Islam Zakariya Al Ansari, kata-kata Nafilah, Sunnah, Tathawwu, Mandub, Mustahab, dan margub fith adalah kata yang searti. b. Dasar Hukum Shalat Tathawwu Hadits Rasulullah Saw:

. . .
Dalam Hadits Tamim Addari dari Nabi SAW. Bersabda: perbuatan orang yang pertama kali dihisab (diteliti) kelak pada hari Qiyamat ialah tentang shalatnya. Maka jika ia telah kerjakan dengan sempurna, dicatat baginya sempurna. Tetapi jika ia tidak kerjakan dengan sempurna, maka SAW akan berkata kepada para Malaikat: periksalah! Apakah kamu dapati perbuatan Tathawwu bagi hambaku untuk kamu lengkapkan dengan shalat fardunya?. Demikian tentang zakat, lalu diperhitungkan segala perbuatan semacam itu. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Hakim). D. Macam-macan Shalat Tathawwu Shalat-shalat Tathawwu yang berdasarkan tuntunan dari Nabi yang berdalil hadits yang sahih, ialah: 1) Shalat-shalat Wudhu (Thuhur) Apabila selesai dari berwudhu (mengambil air sembahyang) disunatkan sembahyang 2 rekaat. Bersabda Rasulullah SAW:

.
Tak ada seorang pun yang wudhu, lalu membaguskan wudhunya dan melakukan shalat 2 rekaat, melainkan wajiblah untuknya surga (H.R. Bukhari dan Muslim) 2) Shalat antara Azan dan Iqamat Bersabda rasulullah saw.


Antara tiap-tiap antara dua azan (azan dan iqamat) ada shalat (2 rekaat). Tiga kali Nabi mengatakannya. Pada kali yang ketiga Nabi mengatakan: Bagi siapa yang mau (HR. Bukhari)

berdasarkanmatan hadits ini sebagian ulama berpendapat bahwa shalat ini termasuk shalat gairu mukkadah. 3) Shalat Tahiyat Masjid

..
Dari Qatadah r.a. berkata,bersabda Rasulullah saw. Apabila seseorang masuk masjid, jangan ia duduk sebelum ia shalat dua rekaat (HR. Bukhari-Muslim).

.. : , : .
Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa pernah ada seorang masuk masjid pada hari jumat ketika Nabi sedang berkutbah, lalu ditegurnya: sudahkah engkau shalat? Dia menjawab belum, maka bersabda Nabi saw.: Maka berdirilah dan shalatlah 2 rekaat (HR. Bukhari-Muslim). Dari kedua hadits tersebut di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa: (a) disyariatkan (masyrui) shalat 2 rekaat bagi orang yang masuk masjid. (b) Dilarang duduk didalam masjid kecuali setelah melaksanakan shalat 2 rekaat. 4) Shalat Rawatib yang dimaksud shalat rawatib yaitu: a) Shalat Sunat Fajar Sangat disuhahkan (sunnah muakkadah) kita mengerjakan shalat sunnat fajar 2 rekaat dengan ringan. Pada rekaat pertama kita membaca Qulya Ayyuhal Kafirun dan Qul Huwallahu Ahad pada rekaat ke dua. .. Dari Aisyah r.a. bersabda Rasulullah saw.: Dua rekaat fajar itu lebih baik dari dunia seisinya (HR. Muslim dan Tirmizi). .. Dari Aisyah r.a., bahwa tidaklah Nabi saw. Mengerjakan shalat sunnat setelah beliau mengerjakan 2 rekaat sebelum shubuh. (HR. Bukhari Muslim). b) Shalat Sunnah Sebelum dan Sesudah Zhuhur Shalat sunnah seelum Zhuhur 2 rekaat atau 4 rakaat, begitu juga sesudah shalat zhuhur. Adapun pada jumat kita mengerjakan tathawwu sebanyak yang kita sukai sampai imam datang. Dan sesudah shalat jumat, shalat tathawwu 2 rakaat atau 4 rakaat.

..

Dari Abdullah bin Umar yang berkata: yang aku ingat dari Rasulullah saw. Ialah 2 rakaat sebelum zhuhur dan 2 rakaat sesudah zhuhur, dua rakaat sesudah maghrib dan dua rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum shubuh (HR. BukhariMuslim).

: . ..
Dari Nafi yang berkata: Adakalanya Ibnu Umar lama bershalat sebelum jumat, lalu shalat sesudahnya 2 rakaat di rumahnya, dan ia mengatakanbahwa Rasulullah mengerjakan yang serupa itu (HR. Abu Dawud).

: ..
Dari Abu Hurairah ia berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda: Apabila orang mengerjakan shalat Jumat, hendaklah ia mengrjakan shalat 4 rakaat sesudahnya (HR. Muslim). c) Shalat 2 rakaat Sebelum Shalat Ashar


Karena hadits Ummu Habibah yang telah disebutkan di depan yang menyebutkan 2 rakaat sebelum Ashar, pengganti 2 rakaat sesudah Isya. d) Shalat 2 rakaat Sebelum Shalat Maghrib dan 2 Rakaat Sesudahnya

.. : ..
Dari Anas bin Malik yang berkata: pada masa hidup Nabi saw. Kami mengerjakan shalat 2 rakaat sesudah matahari terbenam sebelum shalat maghrib, aku tegur dia, adakah Rasulullah saw. Sendiri mengerjakan itu ? jawabnya: Beliau saw. Melihat kami mengerjakan 2 rakaat itu, tetapi beliau tidak menyuruh ataupun melarang kami (HR. Muslim). Untuk shalat dua rakaat sesudah maghrib dasarnya adalah hadits Ibnu Umar yang telah kami sebutkan di depan. e) Shalat 2 Rakaat atau 4 Rakaat Sesudah Isya

: ..
Karena hadits Ashim dari Ali r.a. yang berkata bahwa Rasulullah setipa selesai shalat fardu selalu mengerjakan shalat 2 rakaat, selain Shubuh dan Ashar (HR. Abu Dawud).

Karena hadits Zurra bin Aufa bahwa Aisyah r.a. pernah ditanya tentang shalat Rasulullah saw. Di tengah malam dan ia menjawab; Adalah Beliau shalat Isya berjamaah kemudian pulang kepada keluarganya, lalu shalat 4 rakaat kemudian masuk ke tempat tidur dan tidur (HR. Abu Dawud). 5) Shalat Lail / Tarawih a) Landasan dan Hukumnya. Firman Allah: Dan di sebagian malam, bertahajjudlah kamu sebagai tambahan keutamaan bagimu. Niscaya Allah akan mengangkatmu ke tempat yang terpuji (Al-Isra:79). Hai orang-oang yang berselimut, bangunlah untuk shalat lail pada malam hari, kecuali sedikit saja atau seperduanya, atau kurangi dari seperdua, atau lebihkandari seperdua. Dan bacalah al-Quran dengan seksama (Al Muzamil: 1-4)


Barang siapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadan di dasari dengan iman dan penghargaan akan rida Allah, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah dilakukannya (HR. Bukhari-Muslim). Adapaun hukum qiyamu Ramadan/shalat tarawih (secara fiqhiyah) adalah sunnah muakkad. Seperti yang ditegaskan dalam ayat al-Quran terdahulu dan hadits berikut ini:


seutama-utama shalat sesudah shalat fardu, alah shalat lail (HR. Muslim).


Barang siapa bangun (shalat) pada malam Ramadan dengan di dasari iman dan mengharap keridaan Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari-Muslim). b) Macam-Macan Nama Shalat Lail dan Pengertiannya: (1) Shalat Lail, dinamakan shalat lail karena di lakukan pada waktu malam hari. (2) Shalat Tahajjud, tahajjud artinya jaga dari tidur. Dinamakan shalat tahjjud karena pelaksanaannya diperlukan meluangkan waktu untuk jaga dari tidur.

(3) Shalat Tarawih, berasal dari kata Raha Yaruhu artinya istirahat. Tarwih artinya berkali-kali istirahat. Kita melaksanakan shalat tarwih diselangi istirahat setiap 2 atau 4 Rakaat. (4) Shalat Witir, Karena jumlahnya ganjil yakni 11 rakaat. (5) Qiyamu Ramadan, apabila shalat lail dilakukan pada bulam Ramadan. (6) Shalat witir, mempunyai makna, yaitu Witir dalam arti luas dan Witir arti sempit. Shalat witir dalam arti luas, yakni seluruh shalat lail yang berjumlah 1 rakaat (karena ganjil). Seperti hadits Nabi:

: ..
Dari Jbir katanya, bersabda Rasulullah: barang siapa khawatir tidak akan bangun pada akhir malam, maka boleh ia berwitir pada awalnya dan barangsiapa yang yakin bahwa ia bisa bangun malam, maka hendaklah ia berwitir pada akhir malam itu disaksikan (oleh para malaikat penjaga siang dan malam) dan yang demikian itu lebih utama (HR. Muslim). Berwitir pada hadits diatas adalah shalat lail. Witir dalam artian sempit yakni witir akhir atau witir penutup bagi shalat lail, yang sebanyak tiga atau satu rakaat, seperti hadits Nabi:

..
Dari Ubai bin Kaab: Adalah Rasulullah saw. Berwitir dengan (membaca) Sabbihisma Rabbikal Ala dan Qulya Ayyuhal Kafirun dan Qul Huwallahu Ahad. (Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Dawud dan Nasai) dan ia menambahkan: dan ia tidak memberi salam kecuali pada akhirnya. Dengan penjelasan tersebut di atas maka tidak akan terjadi 2 witir dalam semalam. Sebagaimana ditegaskan dalam hadits Nabi:


Tidak ada 2 witir dalam satu malam (HR. Ahmad dan tiga Ahli Hadits, disahihkan oleh Ibnu Hibban). c) Tata Cara Shalat Tarawih Shalat tarawih ini dapat dilaksanakan secara berjamaah atau sendirian. Adapun urutan pelaksanaannya adalah sebagai berikut: (1) Shalat Istiftah/Iftitah atau Shalat Khafifatain: 2 rakaat Sebelum shalat Tarawih disunnahkan terlebih dahulu shalat Iftitah sebanyak 2 rakaat ringan-ringan, yakni tanpa membaca surat-surat al-Quran selain Al Fatihah. Cara melakukannya sama seperti shalat biasanya, hanya saja rakaat pertama sesudah takbiratul ihram, sebelum membaca doa disunnahkan membaca doa.

Maha Suci Tuhan Yang memiliki Kekuasaan, Keperkasaan, Kebesaran, dan Keagungan. Doa ini menempati posisi dia Iftitah: Allahumma Baid Bini dst. (2) Shalat tarawih / Lail: 11 rekaat Shalat Tarawih/Lail/Witir yang berjumlah 11 rakaat itu dapat dilakukan dengan beberapa cara. Adapun cara yang paling masyur adalh sebagai berikut: (a) Dikerjakan dengan dua rakaat, dua rakaat dan diakhiri dengan witir (penutup) tiga rakaat. Jadi rumusnya: 2+2+2+2+3. Berdasar hadits Mabi saw.:

: ..
Dari Ibnu Umar katanya: Brsabda Rasulullah saw.: shalat lail itu dua rakaat, dua rakaat. Maka boleh (menutup dengan) shalat satu rakaat (witir) untuk mengganjilkan shalat yang telah ia lakukan (Muttafaq Alaih). (b) Dikerjakan dengan 4 rakaat, 4 rakaat dan diakhiri dengan witir (penutup) 3 rakaat. Rumusnya: 4+4+3. Berdasarkan hadits:

: .. :
Aisyah berkata: Rasulullah tidak pernah menembah (shalat lail) baik pada bulan Ramadan maupun pada waktu yang lain lebih dari 11 rakaat. Maka beliau shalat 4 rakaat dan jangan kamu tanyakan tentang bagus dan panjangnya; kemudian beliau shalat tiga rakaat. Berkata Aisyah: Ya Rasulullah apakah paduka tuan hendak tidur sebelum witir? Rasulullah bersabda: wahai Aisyah, sesungguhnya kwdua mataku tidur, tetapi hatiku tidak (Muttafaq Alaih). Catatan: Sebenarnya masih ada rumus lainya, namun kesahihannya masih dibawah kedua rumus di atas. (lihat Putusan Tarjih Muhammadiyah p. 342) Sehingga kami memcukupkan dua rumus di atas. Dari dua rumus yang dikeukakan di atas, keduanya sama-sama berdasarkan hadits shahih, sehingga dua rumus tersebut merupakan alternative pelaksnaan yang kita boleh memilih mana yang kita sukai. Tetapi dalam kenyataannya rumus 4-4-3 diperselisihkan pada pelaksanaan tarawih empat rakaat ada yang memakai tahiyyat awal, ada yang tidak. Sedangkan rumus 2-2-2-2-2-3 tidak ada perselisihan. Maka berdasarkan qidah al-Khurjumin al-khilafi mustahabbun, maka rumus 2-2-2-2-3 lebih rajah (kuat). (c) Doa Bada shalat Tarwih / Witir

Sesudah kita membaca salam dari shalat witir, amat disukai (disunahkan) membaca doa:


Maha suci Tuhan, Raja yang Qudus.(3X)


Tuhan segenap Malikat dan Ruh kemudian dilanjutkan dengan doa-doa yang lain menurut kepentingan kita masing-masing. 6) Shalat Duha Yaitu shalat 2 rakaat atau lebih, maksimal 8 rakaat, waktunya mulai terbitnya matahari (waktu duha) sampai dengan menjelang zuhur.

..
Dari Abu Hurairah yang berkata: Telah berpesan kepadaku temanku (Rasulullah) 3 macam pesan; puasa 3 hari tiap-tiap bulan, sembahyang duha 2 rakaat dan sembahyang witir sebelum tidur (HR. Bukhari-muslim).

..
Dari Ummi hanik putrid Abu Talib yang menceritakan bahwa Rasulullah saw. Pada hari penaklukan kota Mekah datang pada waktu matahari tinggi dan dibawakan sehelai kain untuk dibuat tabir baginya, lalu beliau mandi, kemudian beliau shalat 3 rakaat (HR. Muslim). 7) Shalat Safar Yaitu shalat 2 rakaat ketika akan bepergian dan 2 rakaat datang dari bepergian sebelum duduk. .. .. Dari Ibnu Masud yang mengatakan: pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah, berkata: Ya Rasulullah saya hendak pergi ke Bahrain untuk urusan dagang, lalu Rasulullah menyuruh orang itu: pergilah shalat 2 rakaat. (HR. Tbrani salam alKabir) : .. : Dari Jabir Abdullah yang mengatakan: pernah aku bersama-sama Rasulullah dalam perjalanan. Lalu setiba kami ( kembali) di Madinah beliau berkata: Masuklah ke dalam masjid dan shalatlah dua rakaat. (HR. Bukhari-Muslim) 8) Shalat Istikharah Jika kita kan mengambil ketegasan sesuatu yang penting, maka hendaklah kita mengerjakan shalat dua rakaat di luar shalat wajib dan bacalah doa:

) ( ) (
Ya Allah, arahkanlah diriku kepada yang baik dengan ilmuMu, dan berilah aku kemampuan dengan kekauasanMu yang melimpah, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa, danaku tidak kuasa sedikitpun, dan Engkau Yang Maha Mengetahui segala yang Gaib. Ya Allah, jika hal ini baik bagiku, bagi agama, dunia, penghidupan dan kesudahan urusanku, maka mohon Engkau tetapkan kebaikan dan kemudahan bagiku serta limpahkan berkah kepadaku, Tetapi jika hal ini jelek bagiku, bagi agamku, dunia, penghidupanku dankesudahan urusanku, mohon Engkau jauhkan ia dari padaku keutamaan juga adanya, kemudian jadikanlah aku orang rela dengan pemberian itu. Kemudian engkau sebut kepentingan (dapat dinyatakan di dalam atau di luar tersebut). doa

9) Shalat Idain (Id al-Fitri dan id al-Adha) a) Takbir Id Disunnahkan memperbanyak takbir pada malam hari Id al-Fitri semenjak terbenamnya matahari hingga dimulainya shalat Id di pagi esok harinya. Berdasarkan firman Allah: Dan sempurnakanlah hitungan puasamau, dan bertakbirlah sebagaimana diuntunkan kepadamu agar kalian bersyukur (QS. al-Baqarah (2): 185) Sedangkan Takbir Idal-Adha dimulai pada waktu setelah shalat shubuh hari arafah (9 Dzulhijjah) sampai dengan Ashar hari tasyriq ke -3 (13 Dzulhijjah). Berdasarkan hadits: .. Bahwasannya Umar, Ali,Ibnu Abbas dan Ibn Masud meriwayatkan bahwasannya Nabi saw. Membaca takbir sesudah shalat Shubuh hari Arafah sampai Ashar hari Tasyriq terakhir (Baihaqi, Daruqutni, Hakim dan ia menshahihkannya) Lafadz Takbir, berdasarkan hadits riwayat ibnu Masud dan Umar, ialah:


Allahu Akbar, Allahu Akbar La-ilaha ilallahu wallahu Akbar, Allahu Akbar wa Lilallhil hamd b) Shalat Id

Shalat Id al-Fitri dan Id al-Adha dilaksanakan pada saat terbitnya matahari hingga masuk waktu zhuhur (sama dengan waktu shalat Dhuha). Adapun tata cara sahalat Id adalah: (1) Shalat Id dilaksanakan ditempat terbuka (lapangan), kecuali jika berhalangan (hujan) Didasarkan pada hadits:


Dari Abu Hurairah, mengatakan: bahwa mereka pernah kehujanan pada suatu hari raya, lalu Nabi saw. Memimpin shalat Id di masjid (Abu Dawud dan Ibn Majah) (2) Shalat Id dilaksanakan dengan berjamaah tanpa adzan dan iqamah, tiada shalat sunnah sebelum dan sesudahnya.


Dari Ibn Abbas dan Jabir, yang mengatakan: pada hari Id Fitri maupun Idul Adha tidak pernah orang menyerukan adzan (Bukhari Muslim) Dalam hadits lain diriwayatkan Muslim dari Atha dinyatakan bahwa dalam shalat Id tidak adzan ataupun iqamah ataupun seruan yang lain.

..
Dari Ibnu Abbas, mengatakan, bahwa Rasulullah Saw. Keluar pada Idul Fitri atau Idul Adha, lalu shalat Id dua rekaat, tanpa shalat sebelum maupun sesudahnya (HR. al-Sabah, Lafaz dari Muslim) (3) Shalat Id dilaksanakan dua rakaat dengan tambahan takbir zawaid, yaitu takbir dengan mengangkat tangan sebanyak tujuh kali setelah takbiratul ihram di rekaat I dan lima kali di rekaat II. Tidak ada bacaan di tengah-tengah antara takbir-takbir tersebut. Pada rekaat I dusunnahkan membaca al Ghasyiyah atau Iqtarabatis Saah Berdasarkan hadits:

..
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya, dari neneknya, bahwa Nabi saw. Membaca takbir pada (shalat) Id dua belas kali: tujuh kali pada rekaat I dan lima kali pada rekaat II (Ahmad dan Ibnu Majah) Abu Dawud dan Daruqutni juga meriwayatkan hadits semakna dengan lafadz dan sanad yang berbeda.

.,
Dari Samurah, bahwasannya Nabi saw. Pada kedua shalat Id, membaca Sabbihisma Rabbika al-ala dan hal ataka haditsul Qhasyiyah (HR. Ahmad) Dalam hadits jamah kecuali Bukhari, dari Abu Waqid al-Litsi, diterangkan bahwa Rasulullah pada shalat Id membaca Quf wal Quranil Majid dan Iqtarabatis Saah. (4) Khutbah satu kali setelah shalat, dimulai dengan hamdalah, tasyahud, shalawat, wasiat taqwa dan peringatan kepada hadirin dan perintah kearah kebajikan. (beberapa hadits riwayat Bukhari Muslim, Nasai, dan Muslim sendiri).

..
Apabila Nabi Islam. Pergi shalat hari raya, maka ketika pulang beliau menempuh jalan yang berlainan dengan diwaktu paginya (HR. Ahmad, Muslim dan Turmuzi dari Hurairah) c) Hal-hal yang dianjurkan berkenaan dengan Shalat Idul Fitri dan Idul Adha (1) Mandi terlebih dahulu. (2) Memakai pakain yang terbaik dari yang dimiliki. (3) Memakai wewangian (poin 1,2,3, berdasarkan hadits riwayat al-Hakim dan Ibn Hibban) (4) Makan terlebih dahulu untuk shalat Idul Fitri. (Berdasarkan hadits alHakim, Ibn Hibban, Ahmad, dan Bukhari dan sebagainya) (1) Tidak makan terlebih dahulu sampai selesai shalat, untuk Idul Adha (Hadits riwayat Ibnu Maja, Ahmad, Tirmizi, Ibnu Hibban dan sebagainya) (2) Senantiasa mengumamdangkan takbir diperpanjang menuju tempat shalat. (Hadits riwayat Baihaqi, Imam Syafii, dan al-Baghawi) (3) Melewati jalan yang berbeda antara berangkat dan pulangnya (Hadits riwayat Muslim, Ahmad, Tirmizi) (4) Menggerakkan seluruh umat Islam, tua-muda, besar-kecil, pria-wanita, termasuk wanita yang sedang haidh, dan gadis-gadis pingitan. (Hadits riwayat aljamaah) 10) Shalat kusufain (Gerhana) Shalat kufain dikerjakan sehubungan dengan terjadinya gerhana baik gerhanamatahari maupun gerhana bulan. Shalat gerhana matahari disebut shalat kusuf dan shalat gerhana bulan di sebut shalat Khusuf. a) Landasan Syari:


sesungguhnya matahai dan bulan keduannya menjadi tanda (dalil) dari tandatanda adanya Tuhan dan kekuasaanNya. Kedua gerhana bukankarena matinya seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseoran, maka apabila kamu melihat

keduanya gerhana, hendaklah kamu berdoa, kepada Allah, dan shalatlah sampai habis gerhana itu (HR. Bukhari dan Muslim). b) Cara Melakukannya: Shalat gerhana dilakukan dengan berjamaah tanpa azan dan iqamah, sedangkan untuk memanggil jamaah digunakan lafaz Al Ahalata Jamiah. Hal ini sesuai dengan hadits Muslim dari Aisyah. Kemudian shalat dengan urutan sebagai berikut: (1) takbiratul Ihram. (2) Fatihah dan surat (dengan waktu yang panjang). (3) Ruku (dengan ruku yang panjang). (4) Bangun dari ruku dengan membaca: (5) Membaca Fatihah dan surat (dengan waktu yang panjang) (6) Ruku dengan ruku yang panjang (7) Itidal (8) Sujud seperti biasa. (9) Berdiri, dan selanjutnya melakukan seperti apa yang dilakukan ditutup dengan salam (seperti shalat pada umumnya). (10) Khutbah singkat Berdasarkanhadits-hadits:

..
Dari Aisyah, katanya, bahwa telah terjadi gerhana matahari pada masa Rasulullah, maka beliau menyuruh orang agar memanggil manusia dengan panggilan AlShalata Jamiah, lalu beliau maju mengerjakan shalat empat ruku dalam dua rekaat dan empat kali sujud. (HR. Bukhari dan Ahmad. Lafadz dari Bukhari). .. Dari Aisyah r.a. bahwasannay Nabi SAW. Mengeraskan bacaannya di dalam shalat kusuf, Beliau Shalat dengan empat ruku di dalam dua rakaat dan dengan empat sujud (Mutafaq Alaih) Hadits lain yang artinya: Dari Aisyah, katanya, telah terjadi gerhana matahari di masa Rasulullah Allah., maka ia keluar ke masjid mengerjakan shalat maka berdirilah ia dan bertakbir dan orang-oarng berbaris di belakangnya. Kemudian Rasululah membaca (surat) dengan bacaan yang panjang, lalu takbir menuju ruku dengan ruku yang panjang pula, kemudian mengangkat kepalanya dambil membaca samiallahu liman hamidah rabbana wa lakal hamd, dan berdiri membaca (lagi) dengan bacaan yang panjang tetapikurang dari bacan pertama, kemudian takbir dan ruku lama sekali tetapi kurang dari ruku yang pertama, kemudian bangkit dan membaca samiallahu liman hamidah rabbana walakal hamd, lalu sujud setelah itu ia kerjakan rekaat kedua seperti itu,hingga sempurna empat ruku dan empat sujud. Dan matahari nampak terang sebelum selesai, lalu berdiri khutbah di hadapan manusia dengan menyampaikan puji-pujian ke pada Allah sebagimana mestinya, lali bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda (kekuasaan) Allah Azza wa

Jalla, tidak akan terjadi gerhana karena matinya seseorang atau hidup (lahirnya) seseorang. Apabila menyaksikannya bersegeralah mandirikanshalat (HR. Bukhari, Muslim san Ahmad). 11) Shalat Istisqa Apabila terjadi kemarau, menurut tuntunan Rasulullah kita dianjurkan shalat Istisqa yang dilakukan dengan berjamaah di suatu tempat yang telah ditentukan (tanah lapang). Hal ini dilkukan setelah terbit matahari (awal siang). a) landasan Syari:

..
Dari Abdullah bin Zain bin Ashim Al Mazini r.a. ia berkata : Bahwasannya Rasulullah shalat Istisqa, beliau membalikkan surbannya (HR. Mutafaq Alaih)

..
Bahwasannya Nabi saw. Keluar ke tempat shalat (musalla) kemudian shalat istisqa (berdoa minta hujan), kemudian menghadap qiblat dan dan membalikkan surbannya dan shalat dua rakaat (Mutafaq Alaih). b) Cara Melakukan Secara kronologis shalat Istisqa, sebagaimana tuntunan Rasulullah Saw., dilakukan sebagai berikut: (1) Imam bersama orang banyak bekumpul di tanah lapang setelah terbit matahari (HR. Abu Dawud dari Aisyah) (2) Disunnahkan berpakaian sederhana dengan penuh kerendahan hati dankhusyu. (HR. Ahmad, Nasai dan Ibn Majah dai Ibn Abas) (3) Imam memimpin shalat dua rekaat tanpa adzan dan iqamah atau bentuk panggilan lainnya. Pada rekaat pertama sesudah Al Fatihah membaca: Sabbihisma Rabbikal Ala dan di rakaat kedua (sesudah Al Fatihan) Hal ataka haditsul ghasyiyah. (HR. Ahmad dan Ibn Majah) (4) Bacaan shalat dengan suara nyaring /keras (jahr). (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud dan Nasai) (5) Selesai shalat Imam menyampaikan khutbah di atas mimbar, dengan memperbanyak istighfar dan doa, lalu membaca doa istisqa: . . . . . . . Segala puji-pujian hanya milik Allah yang mandidik dan memimpin segala alam. Tuhan Yang Maha Penyayang; Tuhan yang Merajai Hari Qiyamat. Tiada Tuhan melainkan Allah; diamengerjakan apa yang dia kehendaki. Wahai Tuhanku, Engkau mengerjakan apa saja yang Engkau sukai. Wahai Tuhanku, Engkau Allah yang tidak ada Tuhan melainkan Engkau; Engkau yang Maha kaya dan kami ini miskin papa. Turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah hujan yang Engkau turunkan itu menghasilkan bagi kami makan dan sayur-sayuran bagi kami hingga kepada suatu ketika (HR. Abu Dawud dari Aisyah dan Abu Dawud dari Amir dan Syuaib).

(6) Ketika membaca doa istisqa Imam mengangkat tangan dan terus menerus mengangkat tangan dengan tadharu dan khusu , sehingga kelihatan ketiaknya. Kemudian menghadap qiblat, membelakangimakmum serta membalik bsju luarnya, sehingga menjadilah bagian sebelah kanan ke kiri dan bagian sebelah kiri ke sebelah kanan. Makmum mengikuti perbuatan Imam dalam mengangkat tangan dan membalik pakaian. (7) Setelah itu beliaukembali menghadap ke makmum, lalu turun dari mimbar. Atau dapat juga khutbah dilaksanakan sebelum shaalt dua rakaat. Jadi pada cara yang kedua ini, apbila jamaah sudah berkumpul, Imam lngsung berdiri khutbah dan memimpin doa dan perbuatan sebagaimana diterangkan diatas. Setelah Imam turun dari mimbar barulah dilaksanakan shalat dua rekaat secara berjamaah tanpa azan dan iqamah atau panggilan lainnya. D. BATALNYA SHALAT 1. Pengertian Batalnya Shalat Yang dimaksud dengan batalnya shalat ialah rusak atau tidak sahnya shalat karena sesuatu sebab syari. 2. Hal-hal yang Membatalkan Shalat a. Bila salah satu syarat rukunnya tidak dikerjakan, atau sengaja ditinggalkan b. Terkena najis yang tidak dimaafkan c. Berhadas d. terbuka auratnya e. Berkata-kata dengan sengaja, walau hanya satu huruf, tapi yang memberi pengertian . f. Mengubah niat, misalnya ingin memutuskan shalat. g. makan atau minum walau hanya sedikit. h. Tertawa terbahak-bahak i. Membelakangi kiblat dengan sengaja. j. Murtad. k. Bergerak berturut-turut tiga kali seperti melangkah atau berjalan dengan sengaja. 3. Menuju Sempurnanya Shalat a. Sempurnanya Shalat Secara Hukum (Syariah) Shalat seseorang itu dikatakan sempurna apabila dalam shalat tersebut telah memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun shalat, serta dipandang sah menurut syara. Sedangkan syarat-syarat sahnya shalat adalah sebagai berikut: 1) Badan suci dari hadats (besar dan kecil) Firman Allah: Dan jika kamu junub, maka hendaklah bersuci (QS. al-Maidah: 6). Hadits Rasulullah Saw.:

..

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. Bersabda: Tidak sah (diterima oleh Allah) shalat seseorang di antara kamu apabila ia berhadats, sehingga ia berwudhu (HR. Bukhari Muslim). 2) Badan, pakaian dan tempat suci dari najis Firman Allah: Dan bersihkanlah pakaianmu (QS. al Mudatstsir: 4).

: ..
Dari Asma binti Abu Bakar r.a. berkata: Telah datang kepada Rasulullah saw. Seorang wanita berkata: seorang dari pada kami pakaiannya terkene darah haid, bagaimana seharusnya dilakukan? Maka Nabi saw. Bersabda: supaya ia menghilangkan dan mencuci pakaian itu dengan air, kemudian disiramkannya lalu dipakai shalat (HR. Imam Empat). 3) Menutup Aurat Firman Allah: Hai anak Adam, ambillah (pakailah) perhiasanmu ketika hendak shalat di masjid (QS. Al Araf: 31). Hadits Nabi Saw.:


Dari Salamah ibn Al Akwa r.a.: Saya berkata: Ya Rasulllah saw. Apakah boleh saya shalat dengan baju kurung? Nabi menjawab: Ya kancinglah ia walau dengan duri (HR. Bukhari).

.,.
Rasulullah saw. Bersabda: Aurat laki-laki antara pusar dan dua lutut. (HR. Daruqutni-Baihaqi).

.. :
Dai Umi Salamah, bahwasannya ia telah bertanya kepada Nabi saw.: Bolehkah perempuan shalat hanya memakai baju kurung dan kerudung (telekung) saja, tidak memakai kain ?. Boleh, kalau baju kurung itu panjang sampai menutup kedua tumitnya (HR. Abu Dawud). Apabila hendak mengerjakan shalat, maka tutuplah auratnya. Aurat laki-laki sari pusar sampai kedua lututnya, sedangkan aurat perempuan adalah seluruh badannya kecuali muka dan kedua telapak tangan

4) Menghadap Qiblat Firman Allah: Maka hebdaklah engkau hadapkan wajahmu kearah Masjidil Haram, di mana saja kamu berada hendaklah kamu hadapkan wajahmu ke sana (QS. al-baqarah (2): 144) Sabda Rasulullah:

.. :
Rasulullah saw. Berkata kepada Khallad bin Rafa: Apabila kamu hendak shalat maka sempurnakan wudhumu, kemudian menghadaplah ke Qiblat (HR. Muslim)

: ..
Mengingat hadits dari Al Bara berkata: kami telah shalat bersama Nabi saw. 16 atau 17 bulan lamanya menghadap ke baitul Maqdis, kemudian kami diperintahkan menghadap kearah kabah (HR. Muslim) Apabila seseorang hendak mengerjakan shalat, hendaklah ia menghadap ke Qiblat yaitu Baitullah (Kabah) 5) Mengetahui / Masuk Waktu Firman Allah : Sesungguhnya shalat itu bagi orang-orang mukmin adalah merupakan kewajiban yang telah ditetapkan waktunya (QS. la-Nisa (4): 103). Dan beberapa hadits Nabi tentang ketetapan waktu shalat. b. Sempurna Shalat Secara Fungsional (Hikmah) Shalat yang sempurna harus membawa dampak positif dalam arti dapat menjadikan pelakunya tercegah dari perbuatan yang keji dan munkar. Firman Allah: Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan perbuatan munkar (QS. alAnkabut (29): 45) Kedua persyaratan itulah yang dapat menjadikan shalat itu sempurna. Keduanya tidak dapat berdiri dan sendiri-sendiri, sebab shalat seseorang tidak dapat dikatakan sempurna kalau hanya terpenuhi syarat-syarat dan rukun shalat saja, tanpa menjadikan pelakunya terhindar dari perbuatan keji dan munkar.

Anda mungkin juga menyukai