DAN
TATA CARA SHALAT
SESUAI DENGAN TUNTUNAN
RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM
NAMA : ……………………………………………..
KELAS : ……………………………………………..
TPQ
AZ-ZAHRA
KELURAHAN SAMAPUIN
SUMBAWA BESAR
WUDHU
Humran pembantu Utsman menceritakan bahwa Utsman bin Affan radhiallahu 'anhu pernah meminta air
untuk wudhu kemudian dia ingin berwudhu. Beliau membasuh kedua telapak tangannya 3 kali, kemudian
berkumur-kumur diiringi memasukkan air ke hidung, kemudian membasuh mukanya 3 kali, kemudian
membasuh tangan kanan sampai ke siku tiga kali, kemudian mencuci tangan yang kiri seperti itu juga,
kemudian mengusap kepala, kemudian membasuh kaki kanan sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki
yang kiri seperti itu juga. Kemudian Utsman berkata, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam pernah berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, "Barangsiapa berwudhu seperti
wudhuku ini kemudian dia shalat dua rakaat dengan khusyuk (tidak memikirkan urusan dunia dan yang
tidak punya kaitan dengan shalat, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu". Ibnu
Syihab berkata, "Ulama kita mengatakan bahwa wudhu seperti ini adalah contoh wudhu yang paling
sempurna yang dilakukan seorang hamba untuk shalat".[HR Al Bukhari dan Muslim]
Dari hadits ini dan hadits lainnya, kita dapat meringkas tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagai berikut.
َاْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه ِااَّل ُهللا َو ْح َد ُه اَل َش ِرْيَك َلٗه َو َاْش َهُد َاَّن ُمَح َّم ًداَع ْبُد ٗه َو َر ُسْو ُلٗه
Assyhadu anlaa ilaha illallhu wahdahu laa syarikalahu, wa assyhadu anna muhammadan 'abduhu
warasuuluhu
‘Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.’ (HR. Muslim 1/209)
َو اْج َع ْلِنْي ِم َن اْلُم َتَطِّهِر ْيَن، َالّٰل ُهَّم اْج َع ْلِنْي ِم َن الَّتَّو اِبْيَن
Allahummaj'alnii minattawwabiina waj'alnii minal mutathahiriin
‘Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang
yang bersuci’ (HR. At-Tirmidzi 1/78)
ُسْبَح اَنَك الّٰل ُهَّم َو ِبَح ْمِد َك اْش َهُد َاْن اَل ِاٰل َه ِاَاَّلْنَت َاْسَتْغ ِفُرَك َو َاُتْو ُب ِاَلْيَك
Subhanakallahumma wabihamdika assyhadu anlaa ilaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika
‘Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji kepadaMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku
minta ampun dan bertobat kepadaMu’ (HR. An-Nasa’i)
9. Gambar Tata Cara Berwudhu Sesuai Sunnah Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
SHALAT
Dalam kita melaksanakan shalat kita tidak boleh membuat gaduh di masjid atau mengganggu orang-
orang yang sedang melakukan shalat. Seperti berlari-lari di masjid, berteriak-teriak, dan sebagainya.
Imam Mâlik rahimahullah meriwayatkan di dalam Muwaththa’ 1/80: “Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam keluar kepada orang banyak, ketika mereka sedang shalat dengan mengeraskan suara bacaan
mereka, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ِإَّن اْلُم َص ِّلَي ُيَن اِج ي َر َّبُه َفْلَي ْن ُظ ْر ِبَم ا ُيَن اِج ْي ِه ِبِه َو َال َي ْج َه ْر َب ْع ُض ُك ْم َع َلي َب ْع ٍض ِباْلُقْر آِن
Sesungguhnya orang yang shalat itu berbisik kepada Penguasanya, maka hendaklah dia memperhatikan
dengan apa yang bisikkan kepada-Nya. Dan janganlah sebagian kamu mengeraskan (bacaan) al-Qur’ân
atas yang lain (HR Imam Malik).
Bersuara keras ketika membaca al-Qur’ân sehingga mengganggu orang shalat saja dilarang, maka
bagaimana jika mengganggunya dengan teriakan, kegaduhan, canda, dan sebagainya, tentu lebih
terlarang. . Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar sebagian sahabat shalat dan
mengeraskan bacaannya, lantas beliau pun bersabda,
ال تجهرن بعضكم على بعض في القراءة
“Janganlah di antara kalian mengeraskan suara satu sama lain dalam bacaan Ada yang mengatakan,
“Dalam hal bacaan ketika shalat.” (HR. Abu Daud no. 1332 dan Ahmad 3: 94,)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Janganlah kalian saling menyakiti satu sama lain.”
Intinya, segala perbuatan yang menyakiti orang yang sedang shalat tidaklah dibenarkan.
Sebagaimana dimaklumi bersama, shalat merupakan amal ibadah yang sangat agung dan mulia. Betapa
tidak, Alloh dan RasulNya selalu menyebutnya, memuji orang-orang yang menegakkannya dan
mengancam keras orang-orang yang melalaikannya, lebih-lebih meninggalkannya.Setiap muslim pasti
mendambakan agar shalatnya diterima oleh Alloh subhanahu wa ta’ala. Namun bagaimanakah caranya
agar amal ibadah ini diterima olehNya, berpahala, dan tak sia-sia belaka?!
Sebagaimana lazimnya seluruh ibadah shalat seorang hamba sia-sia kecuali memenuhi dua syarat:
Pertama: Ikhlas. Seorang harus benar-benar memurnikan niatnya hanya untuk Alloh Ta’ala, bukan
karena pamrih kepada manusia, bangga terhadap dirinya, atau penyakit hati lainnya. Syarat ini, sekalipun
memang berat—bahkan lebih sulit dari syarat kedua—tetapi barangsiapa yang berusaha dan
bersungguh-sungguh, niscaya akan dimudahkan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala.
Kedua: Al-Ittiba’. Seorang harus berupaya untuk mencontoh tata cara shalat yang telah dituntunkan oleh
Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam. Hal ini sebagaimana tertera dalam hadits:
َص ُّلوا َك َم ا َر َأْي ُتُمْو ِني ُأَص ِّلْي
Artinya; Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad)
Konsekuensi syarat kedua ini adalah ilmu. Sebab bagaimana mungkin kita akan dapat shalat sesuai
tuntunan Nabi padahal kita tidak mengilmuinya?! Di antara petunjuk Nabi dalam shalat adalah “sutrah”.
Mengingat begitu pentingnya masalah ini dan terabaikannya sunnah ini di lapisan mayoritas masyarakat
kita sekarang, maka lewat kesempatan ini terdorong untuk mencoba membahasnya, sekalipun secara
ringkas.
MENGHADAP SUTRAH
Sutrah dalam sholat menjadi keharusan (wajib) bagi imam dan orang yang sholat sendirian,
sekalipun di masjid besar, demikian pendapat Ibnu Hani’ dalam Kitab Masa’il, dari Imam
Ahmad. Adapun yang dapat dijadikan sutrah bisa terdiri dari berbagai benda, antara lain: tiang
masjid, tombak yang ditancapkan ke tanah, hewan tunggangan, pelana, tiang setinggi pelana,
pohon, tempat tidur, dinding dan lain-lain yang semisalnya (misalnya orang yang sedang sholat
atau sedang duduk di depan kita, tumpukan buku, kotak, tas, red), sebagaimana telah
dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dan hendaklah sutrah itu diletakkan tidak terlalu jauh dari tempat kita berdiri sholat sebagaimana
yang telah dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. “Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam berdiri shalat dekat sutrah (pembatas) yang jarak antara beliau dengan pembatas di
depannya 3 hasta.” (HR. Bukhari dan Ahmad).
Beliau mengatakan, “Pada suatu hari saya sholat tanpa memasang sutrah di depan saya, padahal
saya melakukan sholat di dalam masjid kami, Imam Ahmad melihat kejadian ini, lalu berkata
kepada saya, ‘Pasanglah sesuatu sebagai sutrahmu!’ Kemudian aku memasang orang untuk
menjadi sutrah.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah
dan janganlah engkau membiarkan seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa engkau cegah). Jika
dia terus memaksa lewat di depanmu, perangilah dia karena dia ditemani oleh setan.” (HR. Ibnu
Khuzaimah dengan sanad yang jayyid baik)
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah bersabda, “Janganlah engkau shalat kecuali menghadap
sutrah dan janganlah engkau biarkan seorangpun lewat di depanmu. Apabila dia enggan, maka
perangilah[3] karena sesungguhnya bersamanya ada qarin (setan).”(HR Imam Muslim 260)
TATA CARA SHALAT
MENGHADAP KA’BAH
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bila berdiri untuk sholat fardhu atau sholat sunnah, beliau
menghadap Ka’bah. Beliau memerintahkan berbuat demikian sebagaimana sabdanya kepada orang yang
sholatnya salah:
“Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu’mu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu
bertakbirlah.” (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj)
NIAT
Niat berarti men-sengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta’ala semata, serta
menguatkannya dalam hati.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap
orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan niatnya.” (HR. Bukhari, Muslim dan lain-lain.
Baca Al Irwa’, hadits no. 22)…Jadi dalam hal ini niat tak perlu di lafadzkan dan sudah
tercukupkan dalam hati.
1. Berdiri tegak menghadap kiblat, pandangan ke arah tempat sujud, kemudian lakukan
takbiratul ihram.
2. Angkat kedua tangan sejajar pundak atau telinga, hadapkan telapak tangan ke arah kiblat,
dan ucapkan Allahu akbar.
3. Bersedekap, dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung telapak tangan kiri,
atau di atas pergelangan atau lengan tangan kiri.
4. Letakkan tangan di depan dada. Tetap tundukkan pandangan ke arah tempat sujud dan di
larang pandangan wajah menengadah ke langit maupun menengok kanan kiri.
5. bacalah doa iftitah dengan pelan:
الَّلُهَّم َن ِّقِني،الَّلُهَّم َباِع ْد َب ْي ِنْي َو َب ْي َن َخ َط اَي اَي َك َم ا َب اَع ْد َت َب ْي َن الَم ْش ِر ِق َو الَم ْغ ِر ِب
الَّلُهَّم اْغ ِس ْلني ِم ْن َخ َط اَي اَي، ِم ْن َخ َط اَي اَي َك َم ا ُيَن َّقى الَّث ْو ُب اَألْب َي ُض من الَّد َن ِس
ِبالَّث ْلِج َو الَم اِء َو الَبَر ِد
“Allohuumma Baa’id Bainii Wa Baina Khothooyaaya Kamaa Baa’adta Bainal Masyriqi Wal
Maghribi, Alloohumma Naqqinii Min Khothooyaaya Kamaa Yunaqqats Tsaubul Ab’yadhu Minad
Danas. Alloohummaghsilnii Min Khotooyaaya Bil Maa’i Wats Tsalji Wal Barod’”
artinya:
“Ya, Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara
timur dan barat. Ya, Allah, bersihkanlah kau dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana baju putih
dibersihkan dari kotoran. Ya, Allah cucilah aku dari kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.”
(HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Abi Syaibah).
6. Bacalah ta’awudz dengan pelan:
24. Bangkit dari sujud sambil membaca takbir: Allahu akbar, kemudian duduk iftirasy.
25. Punggung tegak, letakkan telapak tangan di atas paha atau lutut, posisi jari agak renggang
26. Baca doa:
36. Setelah di rakaat terakhir, duduknya tanyahud akhir dengan posisi tawarruk. Posisi tangan di atas
paha, acungkan telunjuk tangan kanan.
الَّس اَل ُم َع َلْيَك َأُّيَها الَّنِبُّي َو َر ْح َم ُة ِهللا، الَّص َلَو اُت الَّطِّيَباُت ِهَّلِل، الَّتِح َّياُت اْلُمَباَر َك اُت
َو َأْش َهُد َأَّن، َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا، الَّس اَل ُم َع َلْيَنا َو َع َلى ِع َباِد ِهللا الَّصاِلِح يَن،َو َبَر َك اُتُه
َك َم ا َص َّلْي َت َع َلى، َو َع َلى آِل ُم َح َّمٍد،ُمَح َّم ًدا َر ُسوُل ِهللا * الَّلُهَّم َص ِّل َع َلى ُم َح َّمٍد
َو َع َلى آِل، الَّلُهَّم َب اِر ْك َع َلى ُم َح َّمٍد، إَّن َك َح ِميٌد َم ِج يٌد، َو َع َلى آِل إْب َر اِهيَم، إْب َر اِهيَم
إَّن َك َح ِميٌد َم ِج يٌد، َو َع َلى آِل إْب َر اِهيَم، َك َم ا َب اَر ْك َت َع َلى إْب َر اِهيَم،ُم َح َّمٍد
38. Berdoalah memohon perlindungan dari 4 hal (doa sebelum salam):
َو ِم ْن ِفْت َن ِة الَم ْح َي ا، َو ِم ْن َع َذ اِب الَقْب ِر، الَّلُهَّم إِّن ي َأُعوُذ ِبَك ِم ْن َع َذ اِب َج َه َّن َم
َو ِم ْن َش ِّر ِفْت َن ِة الَمِس يِح الَّد َّج ال،َو الَمَم اِت
“ALLAAHUMMA INNII A’UUDZUBIKA MIN ‘ADZAABI JAHANNAMA WA MIN ‘ADZAABIL QABRI WA MIN
FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WA MIN FITNATIL MASIIHID DAJJAAL.”
artinya: “Ya Allah! Aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, siksa kubur, fitnahnya hidup dan mati serta
fitnahnya Al-Masiihid Dajjaal.”
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Bukhari dan Muslim dengan lafadhz Muslim)
39. Anda boleh berdoa yang lainnya:
atau
As Salamu’alaikum Wa Rohmatullohi Wa Barokatuh— As Salamu’alaikum Wa Rohmatulloh
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
atau
As Salamu’alaikum Wa Rohmatullohi— As Salamu’alaikum Wa Rohmatulloh
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Muslim)
atau
As Salamu’alaikum Wa Rohmatullohi— As Salamu’alaikum
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad dan An-Nasa-i)
atau
As Salamu’alaikum – dengan sedikit menoleh ke kanan tanpa menoleh ke kiri
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani)
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud akhir setelah
membaca do’a minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do’a lainnya.
“Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu sholat)
adalah mengucapkan salam. (Hadits dikeluarkan dan disahkan oleh Al Imam Al-
Hakim dan Adz-Dzahabi)
Dzikir Setelah Sholat
Firman Allah Ta’ala,
َو اْذ ُك ْر َر َّب َك ِفي َن ْف ِس َك َت َض ُّر ًعا َو ِخيَف ًة َو ُد وَن اْلَج ْه ِر ِمَن اْل َقْو ِل ِباْلُغ ُد ِّو َو اآلَص اِل َو ال َت ُك ْن ِمَن اْلَغ اِفِلين
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan
tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang
lalai.” (Al-A’raaf:205)
Diantara dzikir-dzikir yang sifatnya muqayyad adalah dzikir setelah salam dari shalat wajib. Setelah
selesai mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, kita disunnahkan membaca dzikir, yaitu sebagai
berikut:
1. Membaca:
َذ ْل َأ َأ َأ َأ
ْس َتْغ ِفُر َهللا ْس َتْغ ِفُر َهللا ْس َتْغ ِفُر َهللا الَّلُهَّم ْن َت الَّس َالُم َو ِم ْن َك الَّس َالُم َت َب اَر ْك َت َي ا ا ا َج َالِل َو اِإلْك َر اِم
“Aku meminta ampunan kepada Allah (tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari
kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu as-salaam
(keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha Baik.” (HR. Muslim
1/414)
2. Membaca:
الَّلُهَّم, َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه اْلَح ْم ُد َو ُه َو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِدْيٌر,َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْي َك َلُه
َال َم اِنَع ِلَم ا َأْع َط ْي َت َو َال ُمْع ِط َي ِلَم ا َم َن ْع َت َو َال َي ْن َفُع َذ ا اْلَج ِّد ِم ْن َك اْلَج ُّد
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan
pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak terhadap
apa yang Engkau beri dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tolak dan orang
yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari siksa-Mu.” (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim
414)
3. Membaca:
َال، َلُه اْل ُم ْلُك َو َلُه اْلَح ْم ُد َو ُه َو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِدْيٌر،َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْي َك َلُه
َلُه الِّن ْع َم ُة َو َلُه اْلَفْض ُل َو َلُه الَّث َن اُء، َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو َال َن ْع ُبُد ِإَّال ِإَّياُه،َح ْو َل َو َال ُقَّو َة ِإَّال ِباِهلل
َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا ُم ْخ ِلِص ْي َن َلُه الِّد ْي َن َو َلْو َك ِر َه اْل َك اِفُرْو َن، اْلَح َس ُن
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan
pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan kecuali
dengan pertolongan Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah, milik-Nya-lah segala
kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, kami
mengikhlashkan agama untuk-Nya walaupun orang-orang kafir benci.” (HR. Muslim 1/415)
4. Membaca:
“Barangsiapa mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni dosa-
dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. (HR. Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa
mengamalkannya, pent) kecuali dia akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan
tetapi yang mengamalkannya sedikit, (dua amalan tersebut adalah): mensucikan Allah Ta’ala setelah
selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya membaca Subhaanallaah), memujinya
(membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan bertakbir (membaca Allaahu Akbar) sepuluh kali, maka
itulah jumlahnya 150 kali (dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh lisan, akan tetapi
menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat). Dan amalan yang kedua, bertakbir 34 kali ketika hendak
tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka
itulah 100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.”
Ibnu ‘Umar berkata, “Sungguh aku telah melihat Rasulullah menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika
mengucapkan dzikir-dzikir tersebut.”
Para shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut
ringan/mudah akan tetapi sedikit yang mengamalkannya?“
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian
ketika hendak tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut, dan
syaithan pun mendatanginya di dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat), lalu mengingatkannya
tentang kebutuhannya (lalu dia pun pergi) sebelum mengucapkannya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu
Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75, Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205,
lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204)
5. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`.
Adapun setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali. (HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68,
lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/8, lihat juga Fathul Baari 9/62)
6. Membaca ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah:255
Barangsiapa membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk jannah
kecuali maut. (HR. An-Nasa`iy dalam ‘Amalul yaum wal lailah no.100, Ibnus Sunniy no.121 dan
dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul Jaami’ 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah
2/697 no.972)
7. Membaca:
الَّلُهَّم َأِع ِّن ْي َع َلى ِذ ْك ِر َك َو ُشْك ِر َك َو ُح ْس ِن ِع َب اَد ِتَك
Sebagaimana diterangkan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata, “Ya Mu’adz, Demi Allah, sungguh
aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu Ya Mu’adz, janganlah
sekali-kali engkau meninggalkan di setiap selesai shalat, ucapan...” (lihat di atas):
“Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan
baik kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud 2/)
Do’a ini bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (‘Aunul Ma’buud 4/269)
8. Membaca:
َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه اْلَح ْم ُد ُيْح ِيْي َو ُيِم ْي ُت َو ُه َو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر,َال ِإَلَه ِإَّال ُهللا َو ْح َدُه َال َش ِر ْي َك َلُه
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan
pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”
Dibaca sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan Ahmad 4/227, lihat
takhrijnya dalam Zaadul Ma’aad 1/300)
9. Membaca:
الَّلُهَّم ِإِّن ْي َأْس َأُلَك ِع ْلًما َن اِفًعا َو ِر ْز ًقا َط ِّيًبا َو َعَم ًال ُم َت َقَّب ًال
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang
diterima.” Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih Sunan Ibni Maajah 1/152 dan
Majma’uz Zawaa`id 10/111)
Semoga kita diberikan taufiq oleh Allah sehingga bisa mengamalkan dzikir-dzikir ini, aamiin.
Inilah yang lebih baik (afdhal) dan semoga Allah menganugerahkan shalawat dan salam kepada nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan atas keluarga beliau dan sahabat-sahabatnya serta yang
mengikutinya dengan baik sampai hari pembalasan.
Wallaahu A’lam.
Dari penjelasan ini kita dapat mengetahui bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
memerintahkan kita untuk merapatkan shaf shalat berjama’ah yang salah satu faedahnya
adalah agar hati-hati kaum muslimin tidak berselisih. Insya Allah akan menciptakan
kecintaan diantara kaum muslimin. Dan inilah
salah satu jalan untuk persatuan umat Islam.
َخ َر َج ِإَلْي َن ا َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َفَقاَل َأاَل َت ُص ُّفوَن َك َم ا: َع ْن َج اِبِر ْب ِن َس ُم َر َة َقاَل
َت ُصُّف اْلَم اَل ِئَك ُة ِع ْن َد َر ِّب ِه ْم َقاُلوا َو َك ْي َف َت ُصُّف اْلَم اَل ِئَك ُة ِع ْن َد َر ِّب ِه ْم َقاَل ُيِتُّموَن الَّصَّف اَأْلَّو َل ُثَّم
َي َت َر اُّصوَن ِفي الَّصِّف
Dari Jabir bin Samurah ra, Rosulullah keluar kepada kami lalu ia berkata: �Tidakkah kalian
berbaris sebagaimana berbarisnya para malaikat di sisi Tuhan mereka?� Maka kami berkata:
�Wahai Rasulullah, bagaimana berbarisnya malaikat di sisi Tuhan mereka?� Beliau
menjawab, �Mereka menyempurnakan shaf yang pertama kemudian shaf yang berikutnya,
dan mereka merapatkan barisan.� (HR Muslim, An-Nasai dan Ibnu Khuzaimah).
Dalam riwayat yang lain juga disebutkan :
عن رسول هللا صلى هللا عليه و سلم قال "رصوا صفوفكم وقاربوا بينها: عن أنس بن مالك
. "وحاذوا باألعناق فوالذي نفسي بيده إني ألرى الشيطان يدخل من خلل الصف كأنه الحذف
صحيح: قال الشيخ األلباني
Dari Anas bin Malik ra, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: �Luruskan shaf-shaf
kalian, dekatkan jarak antaranya, dan sejajarkan bahu-bahu kalian! Demi jiwaku yang ada di
tangan-Nya, sesungguhnya aku melihat setan masuk dari celah-celah shaf seperti anak
kambing.� (HR: Abu Dawud, Ahmad dan lainnya,)
Dari Nu`man bin Basyir berkata, �Dahulu Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wasallam meluruskan
shaf kami sehingga seakan meluruskan anak panah, sehingga beliau menganggap kami telah
paham terhadap apa yang beliau perintahkan kepada kami sampai rapi, kemudian suatu hari
beliau keluar (untuk shalat) lalu beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau
melihat seseorang yang membusungkan dadanya, maka beliau bersabda; �Wahai para hamba
Allah, sungguh ratakanlah shaf kalian atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian.�
(HR: Muslim)
َأِقيُموا: عن َأَن س َقاَل ُأِقيَمِت الَّص َالُة َفَأْق َبَل َع َلْي َن ا َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم ِبَو ْج ِه ِه َفَقاَل
َفِإِّن ى َأَر اُك ْم ِم ْن َو َر اِء َظ ْه ِر ى، ُص ُفوَفُك ْم َو َت َر اُّصوا
Dari Anas bin Malik ra, ia mengatakan: "Telah dikumandangkan iqomat untuk sholat, lalu
Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menghadap kepada kami lalu bersabda: �Luruskan dan
rapatkan shaf-shaf kalian, karena sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku.�
(HR. Bukhari dan Muslim dan lafaz ini dari Imam Muslim).
Dan dalam riwayat lafaz Imam Bukhari disebutkan pula;
َأِقيُموا ُص ُفوَفُك ْم َفِإِّن ى َأَر اُك ْم ِم ْن َو َر اِء َظ ْه ِر ى: عْن َأَن ٍس َع ِن الَّن ِبِّى صلى هللا عليه وسلم َقاَل
َو َك اَن َأَح ُد َن ا ُيْلِز ُق َم ْن ِكَب ُه ِبَم ْن ِكِب َص اِح ِبِه َو َقَد َم ُه ِبَقَدِمِه
Dari Anas bin Malik ra, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Luruskan shaf kalian!
Dan salah satu dari kami menempelkan bahunya pada bahu temannya dan kakinya pada kaki
temannya.�
Hadist ini menegaskan bahwa menempelkan bahu dengan bahu, kaki dengan kaki dalam shaf
adalah sunnah yang telah dikerjakan oleh para sahabat di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Dan inilah maksud dari menegakkan shaf dan meluruskannya.
Perintah wajibnya meluruskan dan merapatkan barisan dalam shaf sholat adalah pendapat
yang benar dan kuat, sehingga wajib pula bagi imam-imam shalat serta para makmum agar
memperhatikan shaf, apabila didapatkan padanya kebengkokan atau ada yang sedikit maju
atau mundur, maka para imam tersebut harus memperingatkan ma`mum agar meluruskan shaf
mereka.
Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pun kadang-kadang berjalan di antara shaf-shaf sahabat
untuk meluruskannya dengan tangannya yang mulia dari shaf yang pertama sampai terakhir.
Ketika manusia semakin banyak di masa khilafah Umar bin Khaththab, Umar pun
memerintahkan seseorang untuk meluruskan shaf apabila telah dikumandangkan iqamah.
Apabila orang yang ditugaskan tersebut telah datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus" maka
Khalifah Umar pun bertakbir untuk memulai shalat berjamaah.
Demikian juga hal ini dilakukan oleh Utsman bin Affan ketika menjadi khalifah, beliau
menugaskan seseorang untuk meluruskan shaf-shaf kaum muslimin, maka apabila orang
tersebut datang dan mengatakan, "Shaf telah lurus", beliaupun bertakbir untuk memulai
shalat.
َس ُّو وا ُص ُفوَفُك ْم َفِإَّن َت ْس ِو َي َة الَّصِّف:َع ْن َأَن ِس ْب ِن َم اِلٍك َقاَل َقاَل َر ُسوُل ِهَّللا صلى هللا عليه وسلم
ِم ْن َت َم اِم الَّص َالِة
Dari Anas ra, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: �Luruskan shaf-shaf kalian,
karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan shalat.� (HR. Bukhori Muslim)
Semuanya ini menunjukkan atas perhatian yang tinggi dari Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam dan Khulafa`ur Rasyidin dalam masalah meluruskan shaf.
PENUTUP
Inilah ringkasan sifat shalat nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai satu usaha untuk
mendekatkannya kepada kita sekalian sehingga kita mendapatkan satu kejelasan, tergambar
dalam benak kita, seakan-akan kita melihatnya dengan kedua belah mata. Apabila kita
melaksanakan shalat sebagaimana yang Di sifatkan kepada ummatnya tentang shalat nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka harapan saya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar
menerima shalat kita semua, karena kita telah berusaha mencari kebenaran dan melaksanakan
satu perbuatan yang sesuai dengan perkataan nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya : Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Setelah itu satu hal jangan kita lupakan, agar kita menghadirkan hati dan khusyu’ ketika
melakukan shalat, karena itu tujuan utama berdirinya sang hamba di hadapan Allah
Subahanahu wa Ta’ala, dan sesuai dengan kemampuan yang ada pada diri seseorang dari apa
yang di sifatkan tentang kekhusu’an serta mengikuti cara shalat nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, sehingga kita mendapatkan hasil diharapkan sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan firman-Nya.
“Artinya : Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan munkar”.
Akhirnya. Marilah kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar menerima shalat kita
dan amal kita secara keseluruhan, dan menyimpan pahala shalat kita sampai kita bertemu
dengan-Nya. “Di hari tidak bermanfaat lagi harta dan anak-anak kecuali yang datang dengan
hati yang suci”. Dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
TPQ AZ-ZAHRA
Ketua
(MUSTANDARMAN A.M)