Anda di halaman 1dari 37

CARA WUDHU' RASULULLAH MUHAMMAD SAW WUDHU'......Secara bahasa, bila dibaca dhammah artinya melakukan wudhu'.

Dibaca fathah: air wudhu.Secara syari'at ialah menggunakan air yang suci (memenuhi syarat) untuk membersihkananggota-anggota tubuh tertentu yang sudah diterangkan berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadist. Dasar-dasar Perintah Wudhu':1. Al-Maidah (5): 6.Hai orang-orang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat maka basuhlahmukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimusampai dengan kedua mata-kaki,...2. Al-Hadist: HSR (Hadist Sahih Riwayat) Bukhary-Fathul Baary, I:206; Muslim, no. 225)Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda: Allah tidak menerima shalat salah seorangdiantara kamu apabila ia berhadats, sehingga ia berwudhu'.3. Al-Hadist: HSR-Muslim, I:160).Dari Ibnu Umar: Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Allah tidak akanmenerima sholat (orang)yang tidak bersuci dan tidak menerima shodaqah dari hasilpenipuan (khianat).4. Al-Hadist: HSR Abu Dawud, no. 3760; Tirmidzi, no. 1848 (Hasan-Sahih) dan Nasa'i I:73).Dari Ibnu Abbas, telah bersabda Rasulullah saw: Hanyalah aku diperintah berwudhu',apabila aku hendak sholat.(Hadis ini disahihkan oleh Muh.Nashiruddin Al-Albany dalam "Sahih Jaami'us Shaghiir, no.2333).5. Al-Hadist: HSR Abu Dawud, no.60; Tirmidzi, no.3; Ibnu Majah no.275).Dari Abu Sa'id, telah bersabda Rasulullah saw: Kunci sholat adalah bersuci, tahrimnyaadalah takbir dan tahlilnya adalah salam.(Disahihkan oleh MNA-A dam "Sahih Jaami'us Shaghiir, no. 5761). MANFAAT WUDHU 1. HSR-Muslim, I:1151.dan Mukhtaashar Muslim, no.133. Dari Abu Hurairah r.a., telah bersabda Rasulullah saw:Maukah aku tunjukkan kepada kalian beberapa hal yang dengan itu Allah akan menghapusdosa-dosa dan mengangkat derajat kalian? Mau Ya Rasulullah , ujar mereka. Sabda beliau:yaitu menyempurnakan wudhu' ketika dalam keadaan sulit, sering melangkah menuju keMasjid (untuk sholat berjama'ah), dan menunggu sholat (berikutnya) sesudah selesaimengerjakan sholat*), yang demikian itu adalah perjuangan (ribath+), perjuangan (sekalilagi), perjuangan. *)Sholat Maghrib-Isya sambil dzikrullooh (pen.)+) mempertahankan pos jaga digaris terdepan.(Lih.Sahih MuslimI:151). 2. HSR Muslim, I:148 dan Mukht.Muslim no. 121. Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: Apanila seorang hamba Muslim(mu'min)berwudhu, lalu ia mencuci wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya setiap dosa yangpernah ia lihat (yang haram) dengan matanya bersamaan dengan air atau bersama tetesanair yang terakhir; bila ia mencuci kedua tangannya, keluar dari kedua tangannya setiap dosayang pernah dilakukan oleh kedua tangannyabersamaan dengan air atautetesan air yang terakhir. Dan bila ia mencuci kedua kakinya, akan keluar dosa-dosa yangdilakukan oleh kedua kakinya bersamaan dengan air atau bersamaan dengan tetesan airyang terakhir, hingga ia keluar dalam keadaan bersih dari dosa. 3. HSR Ahmad,V:252. Dari Abu Umamah, telah bersabda Rasulullah saw: Apabila seorang muslim berwudhu'maka akan keluar dosa-dosanya dengan sebab mendengar, melihat, dari tangannya dan darikedua kakinya. Apabila ia duduk(menanti sholat), ia masuk dalam keadaan diampuni dosadosanya.***)Hadis ini dihasankan dalam MNA-A "Sahih Jami'us Shaghiir, no.461. 4. HSR Muslim I:140. Dari Abu Malik Ay'ariy, telah bersabda Rasulullah saw.:Bersuci itu sebagian dari iman, alhamdulillah akan memenuhi timbangan, subhanallooh danalhamdulillaah keduanya akan

memenuhi antara langit dan bumi, sholat adalah cahaya,shodaqoh adalah bukti, shobar adalah sinar, dan Al-Qur'an adalah hujjan atasmu ataubagimu. Dan setiap manusia pergi menjual dirinya, MAKA ADA YANG MEMERDEKAKANDIRINYA, dan pula yang MEMBINASAKAN DIRINYA. 5. HSR Muslim III:133. Dari Usman ra., telah bersabda Rasulullah saw: Barangsiapa yang berwudhu, lalu iasempurnakan wudhunya, niscaya akan keluar dosa-dosanya dari tubuhnya, sampai keluar(dosa-dosa) dari bawah kuku-kuku jarinya. Bagian ke dua (Cara Wudhu Rasulullah saw) 1. N I A T. Niat artinya sengaja dengan penuh kesungguhan hati untuk mengerjakan wudhu' semata-mata karena menaati perintah Allah SWT dan Rasulullah Muhammad saw..Ibnu Taimiyah berkata tempat NIAT adalah dihati bukan di lisan (ucapan) dalam semuamasalah ibadah. Dan seandainya ada yang mengatakan bahwa lisannya berbeda denganhatinya, maka yang diutamakan adalah apa yang diniatkan dalam hatinya dan bukanlahyang diucapkan. Dan seandainya seorang berkata dengan ucapannya yang niatnya tidaksampai kehati maka tidaklah mencukupi untuk ibadah, karena niat adalah kesengajaan dankesungguhan dalam hati. (Majmuu'atir-Rasaa-ilil-Kubro:I:243).Rasulullah menerangkan:Dari Umar bin Khotab, ia berkata, Telah bersabda Rasulullah saw:"Sesungguhnya segala perbuatan tergantung kepada niat, dan manusiaakan mendapatkanbalasan menurut apa yang diniatkannya......(lanjutan hadist tsb:...."Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan RasulNya, makahijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena keduniaanyang hendak diperolehnya atau disebabkan karena wanita yang hendak dikawininya, makahijrahnya itu adalah karena tujuan-tujuan yang ingin dicapainyaitu). HSR (Hadist Sahih Riwayat) Bukhory, Fathul Baary I:9; Muslim, 6:48). 2. TASMIYAH (membaca Basmallah). Dari Abu Hurairoh ra., ia berkata:Telah bersabda Rasulullah saw: "Tidak sempurna wudhu' bagi yang tidak menyebut namaAllah padanya (HR. Ibnu Majah 339; Tirmidzi 26; Abu Dawud 101).Kata Syaikh Al-Albany: Hadist ini SAHIH. Lihat ShahihJami'us Shoghiir, no. 7444. Katanya, hukum TASMIYAH adalah wajib. Juga pendapat inidipilih oleh Imam Ahmad dan Syaukany, Insya Allah ini yang benar. Walloohu a'lamu (LihatTamaamul minnah fii tahriiji fiqhis Sunnah, p. 89 dan As-Sailul Jiraar, I:76-77).Hadist ini juga ditulis dalam Ahmad, 2:418; Hakim 1:146; Baihaqi 1:43 dan Daraquthnyp.29.Dari Anas ra. ia berkata: sebagian para sahabat Nabi saw mencari air untuk berwudhu', laluRasulullah bersabda: "Apakah ada di antara kalian orang yang mempunyai air (membawaair)? Kemudian beliau meletakkan tangannya ke dalam air tsb.seraya berkata: BERWUDHU' LAH kalian dengan membaca BISMILLAH(Wa yaquulu tawadh-dho-uu BISMILLAAHI)!! .........(lanjutan hadistnya:....... lalu aku melihat air keluar dari jari-jari tangannya, hingga merekaberwudhu' (semuanya) sampai orang terakhir berwudhu'. Kata Tsabit: Aku bertanya kepadaAnas:Berapa engkau lihat jumlah mereka?? Kata Anas: kira-kira jumlahnya ada tujuh puluhorang. (HSR. Bukhory I:236; Muslim 8: 411 dan Nasa'i no.78). 3. Mencuci kedua Telapak Tangan. Dari Humran bin Abaan, bahwasanya "Usman minta dibawakan air untuk wudhu', lalu iamencuci kedua telapak tangannya tiga kali ................... , kemudian ia berkata: "Akumelihat Rasulullah saw. berwudhu seperti wudhu' saya ini (lihat HSR. Bukhary dalamFathul Baary

I:259 no.159;160;164;1934 dan 6433 dan Muslim 1:141)Dari Abu Hurairah, ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.Bila salah seorang diantaramu bangun tidur, janganlah ia memasukkan tangannya kedalambejana, sebelum ia mencucinya tiga kali, karena ia tidak tahu dimana tangannya itubermalam (HSR. Bukhary, Fathul Baary, 1:229). Hadist yang bunyinya mirip tetapi dari jalur lain yaitu Abdullah bin Zaid (lihat HSR Bukhary, Fathul Baary 1:255 dan Muslim 3:121).JUga dari Aus bin Abi Aus, dari kakeknya (HSR Ahmad 4:9 dan Nasa'i 1:55). 4. Berkumur-kumur (Madhmadhoh) dan menghirup air kehidung(Istinsyaaq) Dari Abdullah bin Zaid al-Anshori, ketika diminta mencontohkan cara wudhu' Rasulullahsaw..............hingga ia berkata:"Lalu ia (Rosulullooh saw.) berkumur-kumur dan menghirup air kehidung dari satu telapaktangan, ia lakukan yang demikian tiga kali (HSR. Bukhary dan Muslim /lihat dari hadist-hadist di nomor 3).Dari Amr bin Yahya, ia berkata: Lalu ia berkumur-kumur dan menghirup air kehidung danmenyemburkan dari tiga cidukan (HSR Muslim 1:123 dan 3:122).Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi saw. bersabda: Apabila salah seorang dari kamuberwudhu,maka hiruplah air kehidung kemudian semburkanlah (HR Bukhary, Fathul Baary1:229; Muslim 1:146 dan Abu Dawud no.140).Dari Laqith bin Shobroh, ia berkata: Ya Rasulullah ! Beritahukanlah kepadaku tentangwudhu'! Beliau bersabda: "sempurnakanlah wudhu', menggosok sela-sela jemari danbersungguh-sungguhlah dalam menghirup air kehidung, kecuali kalau kamu berpuasa".(HR. Abu Dawud no.142; Tirmidzi 38; Nasa'i 114 dan Ibnu Majah no.407).Hadist ini disahihkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dandisahihkan juga oleh Nawawy (Lihat Ta'liq atas Syarah Sunnah lil Imam AlBaghowy,1:417).Dari Abdu Khoir, ia berkata: Kami pernah duduk memperhatikan Ali ra. yang sedangberwudhu', lalu ia memasukkan tangan kanannya yang penuh dengan air dimulutnyaberkumur-kumur sekaligus menghirup air kedalam hidungnya, serta menghembuskannyadengan tangan kiri.Hal ini dilakukan sebanyak tiga kali, kemudian ia berkata, barangsiapa yang senang melihatcara bersucinya Rasulullah saw. maka inilah caranya (HR Ad-Daarimy 1:178). Kata Al-Albany sanadnya shahih (lihat Misykaatul Mashaabih 1:129 no.411). 5. Membasuh muka. Batas Muka meliputi, mulai dari tempat tumbuhnya rambut dikepala sampai kejenggot dandagu, dan dari samping mulai dari tepi telinga sampai tepi telinga berikutnya.Firman Allah S. Sl-Maidah (5):6Dan basuhlah muka-mukamu.Bukhory dan Muslim meriwayatkan dari Humran bin Abaan, bahwa Utsman minta air wudhu,lalu ia menyebut sifat wudhu Nabi s.a.w., ia berkata: "kemudian membasuh mukanya tigakali" (BUkhory I:48; Fathul Baary I:259,no.159 dan Muslim I:141) 6. Mencuci Jenggot (Takhliilul Lihyah) Berdasarkan hadits Utsman ra. :Bahwasanya Nabi saw. mencuci jenggotnya. (HR. Tirmidzi no.31, ia berkata hadist iniHASAN-SAHIH; Ibnu Majah no.430; Ibnul Jarud, hal,43; Hakim I:149 dan ia berkata:SANADNYA SAHIH). Hadist ini disahihkan pula oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban (LIhatTa'liq syarah Sunan Imam al-Baghowy I:421).Dari Anas ra. bahwa Nabi saw. bila berwudhu' mengambil seciduk air (ditelapak tangannya),kemudian dimasukkannya kebawah dagunya, lalu ia menyela-nyela jenggotnya serayabersabda:"Beginilah Robb-ku 'Azza wa Jalla menyusuh aku" (HSR. Abu Dawud, no.145;Baihaqy I:154 dan Hakim I:149).Syaikh Al-Albany berkata Hadist ini sahih (Shahih Jaami'us Shoghiir, No. 4572).Sebagian ulama berpendapat bahwa mencuci jenggot ini wajib,

tetapi sebagian mengatakanwajib untuk mandi janabat dan sunnah untuk wudhu, Imam Ahmad termasuk yangmenyetujui pendapat terakhir('Aunul Ma'bud I:247). 7. Membasuh Kedua Tangan Sampai Kesiku. Allah berfirman S.Al-Maidah (5):6 Dan basuhlah tangan-tanganmu sampai siku.Dari Humron bin Abaan bahwa Utsman minta air wudhu', lalu ia menyebut sifat (tatacara)wudhu' Nabi saw., kemudian Humron berkata: Kemudian ia membasuh tangannya yangkanan sampai siku, dilakukan tiga kali dan yang kiri demikian pula. (Lihat hadist yang samadalam membasuh muka, SAHIH).Dari Nu'aim bin Abdullah Al Mujmir, ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairahberwudhu', lalu ia menyempurnakanwudhu'nya, kemudian ia membasuh tangan kanannyahingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian membasuh tangan kirinya hinggamengenai bagian lengan atasnya............dan diakhir Hadist ia berkata: demikianl;ah aku melihat Rasulullah saw.berwudhu' (HSR. Muslim, I:246 atau Shohih Muslim, I:149/Daarul Fikr,cet.).Dari Jabir r.a. bahwa Nabi saw. bila berwudhu' mengalirkan air atas kedua sikunya (HR.Daruquthni, I:15; Baihaqy, I:56). Ibnu Hajar mengatakan Hadist ini Hasan, dan Syaikh Al-Albany berkata SAHIH (Shohih Jaami'us Shoghiir, no.4574. 8. Mengusap Kepala, Telinga dan Sorban. Allah berfirman: S.Al-Maidah (5):6Dan usaplah kepala-kepalamu.Yang dimaksud disini adalah mengusap seluruh kepala, dan bukanlah sebagian kepala (LihatAl-Mughni, I:112 & I:176 dan Nailul Authar, I:84 & I:193).Dari Abdullah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw. mengusap kepalanya dengan dua tangannya,lalu ia menjalankan kedua tangannya kebelakang kepala dan mengembalikannya, yaitubeliau mulai dari bagian depan kepalanya, kemudian menjalankan kedua tangannyaketengkuknya, lalu mengembalikan kedua tangannya tadi ke tempat dimana ia memulai(HSR. Bukhory I:54-55; Muslim I:145; Sahih Tirmidzi No.29; Abu Dawud no.118; SahihIbnu Majah no.348; Nasa'i I:71-72 dan Ibnu Khuzaimah no.173. Dalam Fathul Baary I:289no.185. Dalam Nailul Author I:183. Hukumnya WAJIB. TELINGA Dari Abu Umamah, ia berkata: Nabi saw. pernah berwudhu', lalu beliau membasuh mukanyatiga kali; membasuh kedua tangannya tiga kali dan mengusap kepalanya dan ia berkata:DUA TELINGA ITU TERMASUK KEPALA (HSR. Tirmidzi no.37; Abu Dawud no.134 dan IbnuMajah no.444). Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: Hadist ini sahih danmempunyai banyak jalan dari beberapa sahabat (lih.Silsilah Alhaadits Shohihah juz I: 47-57).Dari Rubayyi' binti Mu'awwidz, bahwasanya Nabi saw. mengusap kepalanya dengan air sisayang ada di tangannya. (HR. Abu Dawud no.130 & Sahih Abu Dawud no.120, hadist inidihasankan oleh Abu Dawud).Dari Abdullah bin Zaid: Bahwa pernah melihat Nabi saw. berwudhu' lalu beliau mengusapkepalanya dengan air yang bukan dari sisa kedua tangannya. (Sahih Tirmidzi no.32; AbuDawud no.120 & Sahih Abu Dawud no.111).Dari Abdullah bin Amr.- tentang sifat wudhu' nabi saw., kemudian ia berkata:" Kemudianbeliau saw. mengusap kepalanya dan dimasukkan kedua jari telunjukknya dikeduatelingannya, dan diusap (daun telinga) dengan kedua ibu jarinya.(HR. Abu Dawud no.135, Nasa'i no.140 dan Ibnu Majah, no.422 dan disahihkan oleh IbnuKhuzaimah).Kata Ibnu Abbas: bahwa Nabi saw. mengusap kepalanya dan dua telinganya bagian luar dandalamnya (HSR. Tirmidzi no.36; Ibnu Majah no.439; Nasaiy I:74; Baihaqy I:67 dan IrwaaulGholil no.90)

MENGUSAP ATAS SORBAN Amr bin Umayah Adh-Dhamriy, ia berkata: Aku pernah melihat Rasulullah s.a.w. mengusapatas serbannya dan dua sepatunya. (HSR=Hadist Sahih Riwayat; Bukhory, I:59; FathulBaary, I:308, no.204 dan 205).Dari Bilal r.a. ia berkata: Bahwa Nabi s.a.w mengusap atas dua Khufnya (sepatu) dankhimarnya (sorban). (HSR Muslim, I:159, Mukhtashar Shahih Muslim no.141; Nailul AutharI:196).Adapun peci/kopiah/songkok, maka tidak boleh diusap atasnya, karena tidak ada kesulitanbagi kita untuk melepaskannya. Walloohu a'lam.Adapun kerudung/jilbab perempuan, maka dibolehkan untuk mengusap di atasnya, karenaUmmu Salamah r.a. pernah mengusap jilbabnya. Hal ini disebutkan oleh Ibnu Mundzir (lihatAl-Mughni I:312 dan I:383384). MEMBASUH KEDUA KAKI SAMPAI KEDUA MATA KAKI Allah SWT berfirman ....Dan basuhlah kaki-kakimu hingga dua mata kaki (S.5(Al-Maidah: 6).Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata: Rasulullah s.a.w pernah tertinggal dari kami dalamsuatu bepergian, lalu beliau menyusul kami, sedang ketika itu kami terpaksa menundawaktu Ashar sampai menjelang akhir waktunya maka kami mulai berwudhu' dan membasuhkaki-kaki kami. Abdullah bin 'Amr berkata kemudian Rasulullah s.a.w. menyeru dengansuara yang keras: "Celaka bagi tumit-tumit dari api neraka! beliau ucapkan yang demikian2 atau 3 kali. (HSR. Bukhory, I:49; Fathul Baary I:265; Muslim, III:132- 133). Imam Nawawy di dalam syarah Shahih Muslim sesudah membawakan Hadist di atas,beliau berkata, Imam Muslim beristidhal (untuk menjadikan dalil) dari hadist ini tentangwajibnya membasuh kedua kaki dan tidak cukup hanya mengusap saja. Dari Nu'aim bin Abdillah al-Mujmir r.a . ia berkata: Aku pernah melihat Abu Hurairahberwudhu', lalu ia mencuci mukanya, kemudian ia menyempurnakan wudhu'nya, lalu iamencuci tangan kanannya hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian mencucitangan kirinya hingga mengenai bagian lengan atasnya, kemudian mengusap kepalanya,kemudian MENCUCI BAGIAN KAKINYA YANG KANAN HINGGA MENGENAI BETISNYA lalukakinya yang KIRI HINGGA BETISNYA, kemudian berkata: demikianlah aku melihatRasulullah s.a.w. berwudhu', dan bersabda: Kalian adalah orang-orang cemerlang muka,kedua tangan dan kaki pada hari Kiamat, karena kalian menyempurnakan wudhu'. Olehkarena itu barangsiapa di antara kalian yang sanggup, MAKA HENDAKLAH IAMEMANJANGKAN KECEMERLANGAN MUKA , DUA TANGAN DAN KAKINYA. (HSR. MuslimI:149 atau Syarah Shahih Muslim no.246).Dari Mustaurid bin Syaddaad al Fihry, ia berkata:"Aku pernah melihat Nabi s.a.w bilaberwudhu', beliau menggosok jari-jari kedua kakinya dengan jari kelingkingnya. (HSR AbuDawud, No. 148; Shahih Tirmidzi no.37 dan Shahih Ibnu Majah no. 360). Dalam ShahihIbnu Majah ia menggunakan kata menyela-nyela sebagai pengganti menggosok-gosokcelah-celah jari). MULAI DARI YANG KANAN Dari 'Aisyah r.a., ia berkata: Adalah Rasulullah s.a.w. menyukai mendahulukan yang kananketika memakai sandalnya, menyisir, bersuci dan dalam semua urusannya (Bukhory, FathulBaary, 1:235; Muslim no. 268).Dari Abi Hurairoh r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: Apabila kamu mengenakanpakaian dan bila kamu berwudhu', maka mulailah dari anggota-angota kananmu (Sahih AbuDawud, no. 3488; dan Ibnu Majah no.323).

JUMLAH AIR YANG DIGUNAKAN Dari Anas r.a., ia berkata:"Nabi biasa berwudhu' dengan memakai satu mud dan mandidengan satu sha' sampai lima mud (Muslim, 1: 156).*** 1 sha' = 4 mud; 1 mud = ...liter (saya tidak tahu/lupa bertanya).*** Saya bertanya kepada Pak Guru, kalau pakai kran bagaimana ?1. Jangan membuka terlalu besar (sedang-sedang saja).2. Selesai wudhu' krannya dimatiin baru berdo'a.3. Kalau ngobrol dengan teman krannya dimatiin.**** prinsipnya jangan boros. DO'A SELESAI WUDHU' 'Umar bin Khoththob, ia berkata: telah bersabda Rasulullah s.a.w. :Tidak seorangpun di antara kamu yang berwudhu', lalu menyempurnakan wudhu'nya,kemudian membaca: Asy-hadu alla ilaaha illalloohu wahdahu laa syarii-kalahu wa asy-hadu annaMuhammdan 'abduhu wa roosuuluhu kecuali mesti dibukakan baginya pintu-pintu surga yang delapan, yang ia akan masuk darimanapun yang ia kehendaki (Muslim 1:144-145; dll buku hadist).Dengan tambahan bacaan : .... Alloo-hummaj'alnii minat-tawwaa-biina waj'alnii minal-mutath-thoh-hiriina Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan dijadikan aku termasukorang-orang yang membersihkan diri.Katanya tambahan ini ada keraguan, tetapi disahihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Jami'usShoghiir, no. 6043.Dari Abu Sa'ad alKhudriy, ia berkata: Telah bersabda Rasulullah s.a.w.:Siapa yang berwudhu', kemudian sesudah selesai berwudhu' ia membaca:Sub-haanaka alloohumma wa bihamdika asy-hadu allaa ilaaha illaa an-ta as-tagh-firukaalloohumma wa atuu-bu ilaik. Maha suci Engkau Ya Allah, dengan memuji Engkau aku mengakui bahwa tiada Tuhanmelainkan Engkau, aku memohon ampun Ya Allah dan bertaubat kepadaMU), akan ditulisdikertas putih, kemudian dialihkan pada stempel yang tidak akan pecah sampai hari kiamat(HR. Ibnus-Sunny)Disahihkan dalam Shohih Jami'us-Shoghiir, no.6046. YANG MEMBATALKAN WUDHU' 1. Apa-apa yang keluar dari salah satu dari kedua jalan (vulva dan anus/dubur).Dari Abu Hurairoh, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:Allah tidak menerima sholat salah seorang diantara kamu, apabila ia berhadats, sampai iaberwudhu' (Bukhory, 2:43 dan Muslim 1:140-141; Fathul Baary, 1:234 dll buku hadistTirmidzi, no.76 dan Ahmad 2:318).QS. An-Nisa'(4):43..atau salah seorang di antara kamu datang dari tempat buang air.Dari Abu Hurairoh r.a., ia berkata: telah bersabda Rasulullah s.a.w.: Apabila salah seorangdi antara kamu merasakan sesuatu di dalam perutnya, kemudian ia raguragu apakah telahkeluar atau tidak, maka janganlah keluar dari masjid (janganlah membatalkan sholatnya)sampai benar-benar ia mendengar suara atau menemukan bau (Syarah Muslim 4:51) 2. Tidur nyenyak.Dari Ali bin Abi Thalib r.a., ia berkata: Rasulullah s.a.w.bersabda: Mata itu pengikat dubur, maka siapa saja yang tidur (nyenyak)hendaknya ia berwudhu' (Shahih Abu Dawud no.188; Ibnu Majah no.386)berderajat hasan. 3. Menyentuh kemaluan tanpa ada batas. Ada pertentangan didalamnya.Dari Abu Hurairoh r.a. ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda:Jika salah seorang dari kamu menyentuh tangannya pada kemaluannya dengantanpa alas dan tutupan, maka ia wajib wudhu' (Hakim, 1:13).Dari Qais bin Thalq bin Ali dari ayahnya, ia berkata:Rasulullah s.a.w. ditanya tentang seseorang yang menyentuh kemaluannya sesudahberwudhu' (apakah harus wudhu'lagi)? Lalu Nabi s.a.w. menjawab: Sebenarnya kemaluanitu bagian dari tubuhmu sendiri. (Shahih Abu

Dawud no.167; Sh.Ibnu Majah no.392).Sehingga ada yang mempertentangkan tentang kedua hadist ini. Syaikhul Islam IbnuTaimiyyah menggabungkan kedua hadist ini dan berkata kalau menyentuh yang dimaksuddengan syahwat (nafsu) maka batal wudhu'. Harus diingat bahwa ini adalah pendapat.Sebab ada hadist berikut ini :Dari Aisyah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. mencium salah seorang istrinya, kemudian keluarke (masjid) untuk sholat, dan tidak berwudhu' lagi (Shahih Tirmidzi no.75; sh. Abu Dawudno.165;Sh.Ibnu Majah no.406). Apakah ada yang mencium tanpa syahwat ?? (hati-hati kalau keluar cairan dari dua jalanmaka wudhu' lagi....)'Aisyah berkata: sesungguhnya Rasulullah s.a.w. pernah melaksanakan sholat malam,sedangkan aku tidur melintang dihadapannya sebagaimana melintangnya jenazah, sehinggaapabila ia mau sujud, dirabanya kakiku (Muttafaq 'alaihi).'Aisyah berkata: Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah s.a.w. (dari tempattidurnya), kemudian aku mencarinya sambil tanganku merabaraba, tiba-tiba tangankumenyentuh kedua (telapak) kakinya, sedang kedua kakinya dalam keadaan ditegakkanketika beliau sujud (Muslim 3:203).

Wudhu dalam Keadaan Telanjang


Pertanyaan: Assalamualaikum Ustadz, saya ingin bertanya. Apakah kita diperbolehkan berwudhu setelah mandi namun masih dalam keadaan telanjang? Saya ingin yang praktis saja jadi tidak perlu mengeringkan badan, pakai baju kemudian wudhu lagi. Sekian terimakasih. Wassalamualaikum Dari: Wildan Jawaban: Waalaikumussalam Bismillah was shalatu was salamu ala rasulillah Seseorang yang melakukan wudhu sambil telanjang di kamar mandi dan tidak ada seorang pun bersamanya, hukumnya boleh dan wudhunya sah. Hanya saja, yang lebih afdhal dia tidak melakukan hal itu. Karena melepas pakaian tidak selayaknya dilakukan kecuali dalam keadaan dibutuhkan. Seperti ketika mandi. Diriwayatkan dari Muawiyah bin Haidah radhiallahu anhu, bahwa beliau bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang auratnya, kapan wajib ditutup dan kapan boleh ditampakkan. Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Jaga auratmu, kecuali untuk istrimu atau budakmu.

Orang itu bertanya lagi: Bagaimana jika seorang lelaki bersama lelaki yang lain? Beliau menjawab:


Jika engkau mampu agar auratmu tidak dilihat orang lain, lakukanlah! Orang itu bertanya lagi: Ketika seseorang itu sendirian? Beliau menjawab:


Allah lebih layak seseorang itu mallu kepada-Nya. (HR. Ahmad, Abu Daud, Turmudzi, Ibn Majah, dan dihasankan Al-Albani) Disadur dari: Fatwa Syabakah islamiyah, no. 3762 Hal yang sama juga difatwakan Komite Fatwa Arab Saudi. Ketika ditanya masalah wudhu dalam kondisi telanjang atau hanya memakai celana pendek, tim fatwa menjawab: Wudhunya sah, karena membuka aurat maupun hanya memakai celana pendek, tidaklah menghalangi sahnya wudhu. Wudhu merupakan salah satu amalan ibadah yang agung di dalam Islam. Secara bahasa, wudhu berasal dari kata Al-Wadhaah, yang mempunyai arti kebersihan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah, wudhu adalah menggunakan air untuk anggotaanggota tubuh tertentu (yaitu wajah, dua tangan, kepala dan dua kaki) untuk menghilangkan hal-hal yang dapat menghalangi seseorang untuk melaksanakan shalat atau ibadah yang lain. Dalil-Dalil Disyariatkannya Wudhu Dalil dari Al-Quran Allah berfirman yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan taganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. (QS. AlMaidah: 6) Dalil dari As-Sunnah 1. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya aku diperintahkan untuk berwudhu apabila hendak mengerjakan shalat. (HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, An-Nasai dengan derajad shahih)

2. Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak diterima shalat salah seorang dari kalian apabila ia berhadas, hingga ia berwudhu. (HR. Bukhari dan Muslim) Dalil Ijma Para ulama telah sepakat bahwa tidak sah shalat tanpa bersuci, jika dia mampu untuk melakukannya. Begitu penting dan agungnya perkara wudhu ini, sampai-sampai dikatakan bahwa tidak sah shalat seseorang tanpa berwudhu, maka sudah selayaknya bagi setiap muslim untuk menaruh perhatian yang besar terhadap permasalahan ini dengan berusaha memperbagus wudhunya yaitu dengan memperhatikan syarat, kewajiban serta sunnahsunnah wudhu. Syarat-syarat Wudhu Yang dimaksud dengan syarat-syarat wudhu adalah perkara-perkara yang harus dipenuhi oleh orang yang hendak berwudhu. Di antara syarat-syarat wudhu adalah: 1. Islam. Wudhu merupakan salah satu bentuk ibadah dalam Islam di mana orang yang melakukannya dengan ikhlas serta sesuai dengan tuntunan Allah akan diberi pahala. Adapun orang kafir, amalan-amalan mereka seperti debu yang beterbangan yang tidak akan diterima oleh Allah taala. 2. Berakal 3. Tamyiz (Dewasa) 4. Niat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanyalah mendapatkan apa yang diniatkannya. (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, orang yang dhohirnya (secara kasat mata) berwudhu, akan tetapi niatnya hanya sekedar untuk mendinginkan badan atau menyegarkan badan tanpa diniati untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya dalam berwudhu serta menghilangkan hadats, maka wudhunya tidak sah. Dan yang perlu untuk diperhatikan, bahwa niat di sini letaknya di dalam hati dan tidak perlu dilafazkan. 5. Tasmiyah Yang dimaksud dengan tasmiyah adalah membaca bismillah. Boleh juga apabila ditambah dengan Ar-Rohmanir Rohim. Tasmiyah ketika hendak memulai shalat merupakan syarat sah wudhu berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Tidak ada shalat bagi orang yang tidak berwudhu dan tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (bertasmiyah, pen). (HR. Ibnu Majah, hasan) 6. Menggunakan air yang suci Air dikatakan suci atau masih suci manakala tidak tercampur oleh zat/barang yang najis sehingga menjadi berubah salah satu dari tiga sifat, yaitu bau, rasa dan warnanya. Apabila air telah terkena najis, misalnya air kencing atau yang lainnya, kemudian menjadi berubah salah satu dari ketiga sifat di atas maka air tersebut telah menjadi tidak suci lagi berdasarkan ijma. Apabila air tersebut tercampuri oleh sesuatu yang bukan najis, maka air tersebut masih boleh dipakai untuk berwudhu apabila campurannya hanya sedikit. Namun apabila campurannya cukup banyak sehingga

menjadikan air tersebut tidak bisa dikatakan lagi sebagai air, maka air yang telah berubah ini tidak dapat dipakai untuk berwudhu lagi karena sudah tidak bisa dikatakan lagi sebagai air. Misalnya, ada air yang suci sebanyak 1 liter. Air ini kemudian dicampur dengan 5 sendok makan susu bubuk dan diaduk. Maka campuran air ini tidak bisa lagi dipakai untuk berwudhu karena sudah berubah namanya menjadi susu dan tidak dikatakan sebagai air lagi. 7. Menggunakan air yang mubah Apabila air diperoleh dengan cara mencuri, maka tidak sah berwudhu dengan air tersebut. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Sesungguhnya Allah Taala itu Maha Baik. Dia tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. (HR. Muslim). Sudah dimaklumi, bahwa mencuri merupakan perbuatan yang tidak baik dan keharamannya sudah jelas. Oleh karena itu, air hasil curian (yang merupakan barang yang tidak baik) tidak sah digunakan untuk berwudhu. 8. Menghilangkan sesuatu yang menghalangi sampainya air ke kulit. Tidak sah wudhu seseorang yang memakai kutek atau yang lainnya yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit. Rukun-Rukun Wudhu Rukun wudhu dikenal pula sebagai kewajiban wudhu yaitu perkara-perkara yang harus dilakukan oleh orang yang berwudhu agar wudhunya menjadi sah. Di antara rukunrukun wudhu adalah: 1. Mencuci seluruh wajah Wajah adalah sesuatu yang tampak pada saat berhadapan. Batasan wajah adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut bagian atas dahi hingga bagian paling bawah dari jenggot atau dagu (jika memang tidak punya jenggot). Ini bila ditinjau secara vertikal. Adapun batasan wajah secara horizontal adalah dari telinga hingga ke telinga yang lain. Mencuci wajah merupakan salah satu rukan wudhu, artinya tidak sah wudhu tanpa mencuci wajah. Allah berfirman yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu. (QS. Al-Maidah: 6) Termasuk salah satu kewajiban dalam wudhu adalah menyela-nyela jenggot bagi yang memiliki jenggot yang lebat berdasarkan hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhu bahwasanya apabila Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berwudhu, beliau mengambil setelapak air kemudian memasukkannya ke bawah dagunya selanjutnya menyela-nyela jenggotnya. Kemudian bersabda, Demikianlah Rabbku memerintahkanku. (HR. Abu Dawud, Al-Baihaqi, Al-Hakim dengan sanad shahih lighoirihi). Perlu untuk diperhatikan bahwa pegertian mencuci wajah termasuk di dalamnya madhmadhoh (berkumur-kumur) dan istinsyaq (memasukkan air dan menghirupnya hingga ke bagian dalam hidung). Hal ini karena mulut dan hidung juga termasuk bagian wajah yang harus dicuci. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Apabila salah seorang dari kalian berwudhu hendaklah ia melakukan istinsyaq. (HR. Muslim). Adapun tentang madhmadhoh, beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika engkau berwudhu, maka lakukanlah madhmadhoh. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu majah dengan sanad yang shahih)

Sehingga orang yang berwudhu tanpa disertai dengan madhmadhoh dan istinsyaq maka wudhunya tidak sah. 2. Mencuci kedua tangan hingga siku Para ulama telah bersepakat tentang wajibnya mencuci kedua tangan ketika berwudhu. Allah berfirman yang artinya, Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu dan juga tanganmu sampai dengan siku. (QS. Al-Maidah: 6) Perlu untuk diperhatikan bahwa siku adalah termasuk bagian tangan yang harus disertakan untuk dicuci. 3. Mengusap kepala serta kedua telinga Allah berfirman yang artinya, dan usaplah kepalamu. (QS. Al-Maidah: 6). Yang dimaksud dengan mengusap kepala adalah mengusap seluruh bagian kepala mulai dari depan hingga belakang. Adapun apabila seseorang mengenakan sorban, maka cukup baginya untuk mengusap rambut di bagian ubun-ubunnya kemudian mengusap sorbannya. Demikian pula bagi wanita yang mengenakan kerudung. Adapun mengusap kedua telinga hukumnya juga wajib karena termasuk bagian dari kepala. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Kedua telinga termasuk kepala. (HR. Ibnu Majah, shahih). Mengusap kedua telinga ini dilakukan setelah mengusap kepala dengan tanpa mengambil air yang baru. 4. Mencuci kedua kaki hingga mata kaki. Allah berfirman yang artinya, dan (cucilah) kakimu sampai kedua mata kaki. (QS. AlMaidah: 6) Perlu untuk diperhatikan bahwa kedua mata kaki adalah termasuk bagian kaki yang harus disertakan untuk dicuci. Adapun menyela-nyela jari-jari kaki hukumnya juga wajib apabila memungkinkan bagian antar jari tidak tercuci kecuali dengan menyela-nyelanya. 5. Muwalaat (berturut-turut) Muwalat adalah berturut-turut dalam membasuh anggota wudhu. Maksudnya adalah sebelum anggota tubuh yang dibasuhnya mengering, ia telah membasuh anggota tubuh yang lainnya. Dalilnya adalah hadits Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu bahwasanya ada seorang laki-laki yang berwudhu dan meninggalkan bagian sebesar kuku pada kakinya yang belum tercuci. Ketika beliau shallallahu alaihi wa sallam melihatnya maka beliau bersabda, Kembalilah dan perbaikilah wudhumu! (HR. Muslim). Dalam suatu riwayat dari sebagian sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Bahwasanya Nabi melihat seseorang sedang shalat, sementara di bagian atas kakinya terdapat bagian yang belum terkena air sebesar dirham. Maka Nabi memerintahkannya untuk mengulangi wudhu dan shalatnya. (HR. Abu dawud, shahih). Dari hadits di atas, dapat kita ketahui bahwa muwalaat merupakan salah satu rukun wudhu. Hal ini karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidaklah mencukupkan diri dalam memerintahkan orang yang belum sempurna wudhunya untuk mencuci bagian yang belum tercuci sebelumnya, namun beliau memerintahkan orang tersebut untuk mengulangi wudhunya. Sunnah-sunnah Wudhu

Yang dimaksud sunnah-sunnah wudhu adalah hal-hal yang menyempurnakan wudhu. Di dalamnya terdapat tambahan pahala. Adapun jika hal-hal tersebut ditinggalkan, wudhunya tetap sah. Di antara sunnah-sunnah wudhu adalah: 1. Bersiwak Siwak diambil dari kata saka, yang artinya adalah menggosok. Sedangkan menurut istilah, yang dimaksud dengan bersiwak adalah menggunakan kayu siwak atau sejenisnya pada gigi untuk menghilangkan warna kuning atau yang lainnya. Bersiwak ini sangat dianjurkan tatkala hendak berwudhu berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Seandainya aku tidak khawatir memberatkan umatku, niscaya telah kuperintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu. (HR. Ahmad, dalam Shohihul jami) 2. Mencuci kedua telapak tangan Yang dimaksud adalah mencuci kedua telapak tangan sebelum wudhu ketika hendak mencuci wajah. Hal ini dilakukan masing-masing sebanyak tiga kali berdasarkan hadits Utsman tentang sifat (cara) wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, lalu beliau menuangkan (air) di atas telapak tangannya tiga kali kemudian mencucinya. (HR. Bukhari dan Muslim) 3. Madhmadhoh (berkumur-kumr) dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dari satu telapak tangan sebanyak tiga kali. Hal ini berdasarkan hadits Abdullah bin Zaid radhiyallahu anhu yang mengajarkan tentang sifat wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Bahwasanya beliau berkumurkumur dan istinsyaq dari satu telapak tangan. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali. (HR. Muslim). Termasuk sunnah dalam wudhu adalah bersungguh-sungguh tatkala beristnsyaq (memasukkan air ke dalam hidung), kecuali bagi orang yang bepuasa. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam, Bersungguhsunguhlah dalam beristinsyaq, kecuali kamu dalam keadaan berpuasa. (HR. Abu Dawud, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad dengan sanad yang shahih) Perlu untuk diketahui bahwa bermadhmadhoh serta beristinsyaq dalam wudhu hukumnya wajib (sebagaimana penjelasan yang terdahulu tentang rukun-rukun wudhu). Adapun bermadhmadhoh dan beristinsyaq dengan menggunakan satu telapak tangan serta melakukannya sebanyak tiga kali hukumnya hanyalah sunnah. Demikian pula bersungguh-sungguh dalam beristinsyaq tatkala berwudhu selain bagi orang yang berpuasa, ini pun hukumnya hanyalah sunnah. 4. Tayamun Yang dimaksud dengan tayamun adalah mencuci anggota wudhu dengan memulainya dari bagian anggota wudhu yang kanan dulu kemudian ke bagian yang kiri pada saat mencuci kedua tangan atau kaki. Dalilnya adalah perbuatan Nabi shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu tatkala menceritakan sifat wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu berkata, Kemudian beliau mengambil seciduk air lalu mencuci tangan kanannya, kemudian mengambil seciduk air lalu mencuci tangan kirinya. Kemudian beliau mengusap kepalanya. Selanjutnya beliau mengambil

seciduk air lalu menyiramkannya pada kaki kanannya hingga mencucinya. Kemudian beliau mengambil seciduk air lagi lalu mencuci kaki kirinya. (HR. Bukhari) 5. Mencuci anggota-anggota wudhu sebanyak tiga kali. Hali ini merupakan cara wudhu yang paling sempurna berdasarkan hadits Arobi (arab badui) tatkala ia bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang wudhu, kemudian beliau shallallahu alaihi wa sallam mengajarinya tiga kali-tiga kali. Selanjutnya beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Inilah cara berwudhu... (HR. Nasai, Ibnu Majah dan Ahmad, shohih). Juga berdasarkan hadits Utsman radhiyallahu anhu yang suatu ketika memperlihatkan cara wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Utsman radhiyallahu anhu berwudhu tiga kali tiga kali kemudian berkata, Aku melihat Nabi berwudhu seperti wudhuku ini (HR. Bukhari dan Muslim). Adapun berwudhu sekali-sekali ataupun dua kali dua kali, ini pun juga diperbolehkan karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga pernah melakukannya. 6. Berdoa setelah wudhu Berdoa setelah wudhu merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan, berdasarkan hadits dari Umar radhiyallahu anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dengan sempurna, kemudian mengucapkan Asyhadu allaa ilaha illallah wahdahu laa syarika lahu, wa asyhadu anna muhammdan abduhu wa rosuluhu kecuali dibukakan baginya delapan pintu surga dan ia boleh masuk dari pintu mana saja yang ia suka. (HR. Muslim). Di dalam lafadz Tirmidzi ada tambahan bacaan, Allahumma ijnalni minattawwabiin wa ijalni minal mutathohhiriin. (HR. Tirmidzi, shahih) 7. Shalat dua rakaat setelah wudhu Amalan ini mempunyai nilai yang sangat agung di dalam Islam berdasarkan hadits Utsman radhiyallahu anhu. Tatkala Utsman radhiyallahu anhu selesai mempraktekkan cara wudhu Nabi shallallahu alaihi wa sallam, beliau berkata, Aku melihat Nabi shallallahu alaihi wa sallam berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian beliau bersabda, Barang siapa berwudhu seperti wudhuku ini, kemudian shalat dua rakaat dengan penuh kekhusyukan, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim) Demikian beberapa syarat, rukun dan sunnah-sunnah wudhu yang hendaknya menjadi perhatian bagi kita semua untuk kita amalkan agar wudhu kita sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebenarnya ada beberapa permasalahan di atas yang masih menjadi perselisihan para ulama tentang pengelompokannya menjadi syarat, rukun atau sunnah wudhu, akan tetapi sengaja tidak kami tampilkan dan hanya dipilih yang paling kuat pendapatnya menurut penulis untuk mempermudah pembahasan. Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada penulis dan menjadikan tulisan ini sebagai tabungan amal shalih bagi penulis di akhirat kelak serta bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Wudhu, fardhu dan sunnah wudhu.


Di dalam hukum agama islam, ALLAH mewajibkan atas ummat Rosulullah SAW. Utk melakukan sholat 5 waktu di setiap harinya, dan sebagaimana kita ketahui, sholat tidak akan diterima jika kita tidak berwudhu sebelumnya, maka dari itu, disini ane ingin meng-share apa itu wudhu, fardhu-fardhu wudhu, dan sunnah-sunnah wudhu. Di dalam kitab Safinatun Najah karangan imam Salim bin Samir Al-Hadromy, wudhu itu adalah membasuh sebagian anggota badan, dgn niat khusus. -fardhu-fardhu wudhu ada 6 (enam), yaitu : 1. NIAT Disetiap ibadah, kita diharuskan memulai dgn niat, begitu pula wudhu, wudhu juga harus dimulai dgn niat. Dan sebagaimana lazim niat wudhu orang-orang islam diseluruh dunia, inilah bacaan niat ketika hendak memulai wudhu : 2. MEMBASUH WAJAH Fardhu kedua adalah membasuh wajah, adapunwajah mempunyai batasan, yaitu dari pangkal kening hingga ujung dagu, dan diantara 2 anak telinga. Maka batasan itu harus terkena air saat kita membasuh wajah kita. 3. MEMBASUH TANGAN HINGGA SIKU. Fardhu ketiga adalah membasuh kedua tangan kita dimulai dari ujung jari sampai ujung siku, atau sebaliknya tidak masalah, terpenting adalah tidak ada sesuatu apapun menghalangi air masuk ke kulit. 4. mengusap sebagian kepala. Fardhu ke empat adalah mengusapkan air kekepala, diperbolehkan hanya mengusap Rambut, asalkan rambut diusap tidak melebih dari bagian kepala, seperti ujung rambut panjang pada wanita. 5. membasuh kaki hingga mata kaki. Anggota selanjutnya adalah kaki, diwajibkan mengalirkan air dari ujung jari kaki sampai mata kaki atau sebaliknya. 6. tertib Dan terakhir adalah melakukan 5 fardhu-fardhu diatas dgn tertib, tertib disini adalah melakukan fardhu dgn fadhu lain secara berurutan. Maka, jika telah melakukan fardhu-fardhu disebutkan diatas, maka sah lah wudhu kita, dan kita boleh melakukan sholat, memegang Al-Quran, atau ibadah-ibadah lain diharuskan berwudhu sebelumnya.

Adapun berkumur-kumur, membasuh hidung, dan lainnya adalah hal sunnah, akan tetapi alangkah baiknya kita melakukan sunnah-sunnahnya, sehingga wudhu kita pun menjadi sempurna. Diantara sunnah-sunnah wudhu adalah : 1. Bersiwak sebelum wudhu. 2. Membasuh kedua tangan hingga pergelangan. 3. Berkumur-kumur. 4. Memasukkan air kedalam hidung. 5. Membasahi seluruh kepala. 6. Membasuh telinga. 7. Menyela jari-jari tangan dan kaki. 8. Mengusap tengkuk(bagian belakang leher). Dan masih banyak lagi sunnah-sunnah wudhu belum ane sebutkan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi ane sendiri, dan bagi siapapun membaca, tidak lain dan tidak bukan, ane hanya ingin berbagi ilmu ane dapetkan dari ustadz mengajar di rumah ane. Akhir kata ana ucapkan, Keutamaan hanya kepunyaan ALLAH. N.B. Tulisan diatas, adalah menurut Madhab Imam Syafii, dan terdapat dalam kitab safinatun Najah karangan Syech Salim bin samir Al-hadromy

Bukan Membaca Nawaitul Wudhu ketika mau berwudhu, akan tetapi membaca basmalah,..
Bismillah. Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, bahwa Nabishallallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidak ada wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca basmalah). Status kesahihan hadis di atas diperselisihkan oleh ulama ahli hadis. Hadis di atas diriwayatkan oleh Abu Daud, Turmudzi, dan Ibnu Majah, serta dinilai sahih oleh AlAlbani. Ulama, yang menilai hadis tersebut sebagai hadis sahih, berpendapat bahwa membaca basmalah ketika berwudhu itu hukumnya wajib. Ini merupakan pendapat Imam Ahmad, Hasan Al-Bashri, Ishaq bin Rahuyah, dan beberapa ulama lainnya. Ibnu Qudamah mengatakan, Jika kami mengambil pendapat bahwa membaca basmalah hukumnya wajib maka jika seseorang meninggalkan bacaan ini dengan sengaja, wudhunya tidak sah karena dia meninggalkan suatu yang wajib dalam wudhu. Sebagaimana ketika dia meninggalkan niat. Namun, jika dia meninggalkannya karena lupa, wudhunya sah, sebagaimana keterangan dari Imam Ahmad, yang disebutkan dalam riwayat Abu Daud, bahwa beliau bertanya kepada Imam Ahmad bin Hanbal ketika ada orang yang lupa membaca basmalah. Imam Ahmad menjawab, Saya berharap bahwa hal itu tidak mengapa (wudhunya sah, pent.). (Al-Mughni, 1:115)

Berdasarkan keterangan Ibnu Qudamah, bagi orang yang lupa membaca basmalah, hendaknya dia membacanya ketika ingat, selama masih berwudhu. Namun, jika wudhunya sudah selesai maka kewajibannya membaca basmalah itu dianggap gugur.

b. Doa-doa wudhu
Doa-doa yang dibaca ketika kita berwudhu
Saat mengambil air wudhu untuk bersuci sebelum sholat, mungkin sebagian besar dari kita melakukan ini secara otomatis saja, tanpa menghayatinya. Sesungguhnya dalam berwudhu itu, hendaknya kita bukan hanya berniat untuk mensucikan zahir (lahiriah) tubuh kita, tapi juga batin kita. Bagaimana caranya? Ada doa-doa yang bisa kita baca dalam setiap gerakan bersuci wudhu kita. Dengan membaca doadoa ini, kita akan lebih khusyuk dalam berwudhu, karena kita berkonsentrasi dengan apa yang kita baca, sehingga hati kita tidak dikotori oleh hal-hal lain. Insya Allah, dengan cara ini, batin kita pun akan ikut terbersihkan dalam kita berwudhu.

Doa Membasuh Telapak Tangan

Allahummahfathz yadayya min maaathika kullihaa [ Ya Allah, peliharakanlah tanganku dari segala berbuat maksiat kepada-Mu ]

Doa Berkumur-kumur

Allahumma ainnii ala zikrika wa tsyukrika [ Ya Allah, tolonglah aku, supaya aku tetap berzikir mengingat Engkau dan bersyukur ]

Doa Menghirup Air Ke Hidung

Allahumma arihnii rooihal jannati [ Ya Allah, ciumkanlah oleh-Mu untukku akan wangi-wangian syurga ]

Doa Membasuh Muka

Allahummabayyithwajhii yauma tabyastsu wujuuhi wa taswaddu wujuuhi [ Ya Allah, putihkanlah wajahku pada hari diputihkannya wajah manusia dan dihitamkan wajah setengahnya ]

Doa Membasuh Tangan Kanan

Allahummathibii kitaabii biyamiinii wa hisaabayyasiiron [ Ya Tuhan, berikanlah (kelak) suratan amalku pada tangan kananku, dan beri hisablah ia dengan penghisaban yang sedikit ]

Doa Membasuh Tangan Kiri

Allahumma laa tathibii kitaabii bi tsyimaalii wa laa min warooa tzohrii [ Ya Allah, janganlah Engkau berikan suratan amalku pada tangan kiriku dan jangan dari belakangku ]

Doa Membasuh Kepala

Allahumma harrim tsyarii wa batyarii alannaari [ Ya Allah, jauhkanlah rambut dan kulit badanku dari api neraka ]

Doa Membasuh ke-2 Telinga

Allahummajalnii minallatziina yastamiuunal qoula fayattabuuna ahsanahu [ Ya Allah, jadikanlah aku seperti mereka yang mendengar kata-kata yang baik, dan mengikuti akan mereka yang sebaik-baiknya ]

Doa Membasuh ke-2 Kaki

Allahumma tsibbit qodamii alasshiroothi yauma tazillubihil aqdaamu [Ya Allah, tetapkanlah kiranya kedua kakiku di atas titian pada hari yang banyak tergelincir kaki manusia ]

Doa Setelah Wudhu

Assyhadu al-laa ilaha illallaahu wahdahu laa syarikalahu, wa assyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluhu. Allahummajalnii minattawwabiina wajalnii minal mutathahiriin. Subhanakallahumma

wabihamdika assyhadu anlaa ilaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika [ Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertobat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci. Maha Suci Engkau ya Allah, aku memuji kepadaMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku minta ampun dan bertobat kepadaMu ] Banyak ulama yang berpendapat bolehnya menyeka anggota wudhu dengan handuk atau semisalnya. Diantaranya adalah Utsman bin Affan, Anas bin Malik, Hasan bin Ali, Hasan al-Basri, Ibnu Sirin, Asy-Syabi, Ishaq bin Rahawaih, Abu Hanifah, Malik, Ahmad, dan salah satu pendapat Madzhab Asy-Syafii. Ini juga berdasarkan riwayat dari Ibnu Umar. Dalil yang menguatkan pendapat mereka: Pertama, hadis dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan:

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memiliki handuk kecil yang beliau gunakan untuk mengeringkan anggota badan setelah wudhu. (HR. Turmudzi, An-Nasai dalam al-Kuna dengan sanad shahih. Hadis ini dinilai hasan oleh al-Albani dalam Shahih Al-Jami, 4706). Kedua, hadis dari Salman al-Farisi, Bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah berwudhu, kemudian beliau membalik jubah wol yang beliau pakai, dan beliau gunakan untuk mengusap wajahnya. (HR. Ibn Majah 468. Fuad Abdul Baqi mengatakan: Dalam Zawaid sanadnya shahih dan perawinya tsiqat. Al-Albani menilai hasan). Sementara itu, sebagian ulama lain berpendapat makruh mengeringkan anggota wudhu dengan handuk. Mereka berdalil dengan hadis dari Maimunah radhiyallahu anha, ketika beliau menjelaskan tata cara mandi junub Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Dalam hadis tersebut, Maimunah mengatakan:

Kemudian aku ambilkan handuk, namun beliau tidak menggunankannya. (HR. Bukhari dan Muslim).

Namun hadis ini tidaklah menunjukkan hukum makruh mengeringkan anggota badan setelah wudhu. Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menggunakan handuk setelah mandi, tidaklah menunjukkan bahwa itu dibenci. Pembahasan tentang pembatal-pembatal wudhu termasuk persoalan yang di dalamnya terdapat perbedaan pendapat para ulama. Dalam prinsip Ahlus Sunnah, perbedaan yang demikian termasuk sesuatu yang lumrah dan biasa terjadi. Karenanya diperlukan sikap lapang dada untuk menerima perbedaan pendapat tersebut, selama masing-masing berpegang pada dalil yang ada. Wudhu sebagai rangkaian ibadah yang tidak dapat dipisahkan dari shalat seorang hamba dapat batal karena beberapa perkara. Hal-hal yang bisa membatalkan ini diistilahkan dalam fiqih Nawaqidhul Wudhu (pembatal-pembatal wudhu). Wudhu yang telah batal akan membatalkan pula shalat seseorang sehingga mengharuskannya untuk berwudhu kembali Nawaqidhul wudhu ini ada yang disepakati oleh ulama karena adanya sandaran dalil dari Al-Quran dan As-Sunnah dan telah terjadinya ijma di antara mereka tentang permasalahan tersebut. Ada juga yang diperselisihkan oleh mereka keberadaannya sebagai pembatal wudhu ataupun tidak. Hal ini disebabkan tidak adanya dalil yang jelas dari Al-Quran dan As-Sunnah serta tidak terjadinya ijma sehingga kembalinya perkara ini kepada ijtihad masing-masing ahlul ilmi. Pembatal wudhu yang disepakati 1. Kencing (buang air kecil/BAK) Abu Hurairah z berkata: Rasulullah r bersabda: Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia berwudhu. (HR. Al-Bukhari no. 135) Hadits ini menunjukkan bahwa hadats kecil ataupun besar merupakan pembatal wudhu dan shalat seorang, dan kencing termasuk hadats kecil. 2.Buang Air Besar Allah I berfirman dalam ayat wudhu ketika menyebutkan perkara yang mengharuskan wudhu (bila seseorang hendak mengerjakan shalat): Atau salah seorang dari kalian kembali dari buang air besar (Al-Maidah: 6) Dengan demikian bila seseorang buang air besar (BAB) batallah wudhunya. 3. Keluar angin dari dubur (kentut) Angin yang keluar dari dubur (kentut) membatalkan wudhu, sehingga bila seseorang shalat lalu kentut, maka ia harus membatalkan shalatnya dan berwudhu kembali lalu mengulangi shalatnya dari awal. Abdullah bin Zaid bin Ashim Al-Mazini z berkata: Diadukan kepada Rasulullah r tentang seseorang yang menyangka dirinya kentut ketika ia sedang mengerjakan shalat. Maka beliau r bersabda: Jangan ia berpaling (membatalkan shalatnya) sampai ia mendengar bunyi kentut (angin) tersebut atau mencium baunya. (HR. Al-Bukhari no. 137 dan Muslim no. 361) Abu Hurairah z berkata: Rasulullah r bersabda: Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadats sampai ia berwudhu. (HR. Bukhari no. 135) Mendengar penyampaian Abu Hurairah z ini, berkatalah seorang lelaki dari Hadhramaut: Seperti apa hadats itu wahai Abu Hurairah? Abu Hurairah menjawab: Angin yang keluar dari dubur (kentut) yang bunyi maupun yang tidak bunyi.

Sementara perkataan Abu Hurairah ini dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani t, beliau berkata: Abu Hurairah menjelaskan tentang hadats dengan perkara yang paling khusus (yaitu angin dari dubur) sebagai peringatan bahwa angin dari dubur ini adalah hadats yang paling ringan sementara di sana ada hadats yang lebih berat darinya. Dan juga karena angin ini terkadang banyak keluar di saat seseorang melaksanakan shalat, tidak seperti hadats yang lain. (Fathul Bari, 1/296) Hadits ini dijadikan dalil bahwa shalat seseorang batal dengan keluarnya hadats, sama saja baik keluarnya dengan keinginan ataupun terpaksa. (Fathul Bari, 1/269) Aisyah x berkata: Salma, maula Rasulullah r atau istrinya Abu Rafi maula Rasulullah r, datang menemui Rasulullah r. Ia mengadukan Abu Rafi yang telah memukulnya. Rasulullah r pun bertanya kepada Abu Rafi: Ada apa engkau dengan Salma, wahai Abu Rafi? Abu Rafi menjawab: Ia menyakitiku, wahai Rasulullah. Rasulullah bertanya lagi: Dengan apa engkau menyakitinya wahai Salma? Kata Salma: Ya Rasulullah, aku tidak menyakitinya dengan sesuatupun, akan tetapi ia berhadats dalam keadaan ia sedang shalat, maka kukatakan padanya: Wahai Abu Rafi, sesungguhnya Rasulullah r telah memerintahkan kaum muslimin, apabila salah seorang dari mereka kentut, ia harus berwudhu. Abu Rafi pun bangkit lalu memukulku. Mendengar hal itu Rasulullah r tertawa seraya berkata: Wahai Abu Rafi, sungguh Salma tidak menyuruhmu kecuali kepada kebaikan. (HR. Ahmad 6/272, dihasankan Asy-Syaikh Muqbil t dalam Al-Jamiush Shahih, 1/521) Adapun orang yang terus menerus keluar hadats darinya seperti penderita penyakit beser (kencing terus menerus) (Al-Fatawa Al-Kubra, Ibnu Taimiyah t, 1/282) atau orang yang kentut terus menerus atau buang air besar terus menerus maka ia diberi udzur di mana thaharahnya tidaklah dianggap batal dengan keluarnya hadats tersebut. (Asy-Syarhul Mumti, 1/221) 4. Keluar Madzi Keluarnya madzi termasuk pembatal wudhu sebagaimana ditunjukkan dalam hadits Ali bin Abi Thalib z. Ali berkata: Aku seorang yang banyak mengeluarkan madzi, namun aku malu untuk bertanya langsung kepada Rasullah r karena keberadaan putrinya (Fathimah x) yang menjadi istriku. Maka akupun meminta Miqdad ibnul Aswad z untuk menanyakannya kepada Rasulullah r. Beliau r pun menjawab: Hendaklah ia mencuci kemaluannya dan berwudhu. (HR. Al-Bukhari no. 269 dan Muslim no. 303) 5. Keluar Wadi Keberadaan wadi sama halnya dengan madzi atau kencing sehingga keluarnya membatalkan wudhu seseorang. 6. Keluar Darah Haid dan Nifas Darah haid dan nifas yang keluar dari kemaluan (farji) seorang wanita adalah hadats besar yang karenanya membatalkan wudhu wanita yang bersangkutan. Dalilnya adalah hadits Abu Hurairah di atas tentang batalnya wudhu karena hadats. Dan selama masih keluar darah haid dan nifas ini diharamkan baginya mengerjakan shalat, puasa dan bersenggama dengan suaminya sampai ia suci. Dikecualikan bila darah dari kemaluan itu keluar terus menerus di luar waktu kebiasaan haid dan bukan disebabkan melahirkan, seperti pada wanita yang menderita istihadhah, karena wanita yang istihadhah dihukumi sama dengan wanita yang suci sehingga ia tetap mengerjakan shalat walaupun darahnya terus keluar. Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin t berkata: Bila si wanita yang menderita istihadhah itu ingin berwudhu untuk shalat hendaknya ia mencuci terlebih dahulu kemaluannya dari bekas darah dan menahan keluarnya darah dengan kain. (Risalah fid Dima Ath-Thabiiyyah Lin Nisa, hal. 50) 7. Keluarnya Mani Seseorang yang keluar maninya wajib baginya mandi, tidak cukup hanya berwudhu, karena dengan keluarnya mani seseorang dia dihukumi dalam keadaan junub/ janabah yang berarti dia telah hadats

besar. Berbeda dengan kencing, BAB, keluar angin, keluar madzi dan wadi yang merupakan hadats kecil sehingga dicukupkan dengan wudhu. 8. Jima (senggama) Abu Hurairah z mengabarkan bahwa Rasulullah r pernah bersabda: Apabila seorang suami telah duduk di antara empat cabang istrinya kemudian dia bersungguhsungguh padanya (menggauli istrinya), maka sungguh telah wajib baginya untuk mandi (janabah). (HR. Al-Bukhari no. 291 dan Muslim no. 348) Dalam riwayat Muslim ada tambahan: Sekalipun ia tidak keluar mani. Dari hadits di atas kita pahami bila jima (senggama) sekalipun tidak sampai keluar mani menyebabkan seseorang harus mandi, sehingga jima perkara yang membatalkan wudhu. Pembatal wudhu yang diperselisihkan Dalam masalah fiqhiyyah baik itu fiqh ibadah ataupun fiqh muamalah sering sekali kita dapati perselisihan di antara ahlul ilmi. Hal ini disebabkan tersamarnya dalil yang jelas dalam pengetahuan mereka, baik dari Al-Quran ataupun dari hadits dan karena satu keadaan dimana masing-masing mereka harus berijtihad terhadap permasalahan yang ada, sehingga timbullah beragam pandangan. Permasalahan ini sebetulnya bukan permasalahan yang baru karena sejak zaman sahabat kita dapati mereka berselisih dalam beberapa masalah fiqhiyyah dan diikuti oleh zaman setelahnya dari kalangan para imam. Walaupun kita dapati mereka berselisih dalam berbagai permasalahan, namun mereka terhadap satu dengan yang lainnya saling berlapang dada selama perkara itu bukanlah perkara yang ganjil yang menyelisihi pendapat yang maruf (atau meyelisihi ijma), walaupun juga dalam banyak permasalahan kita dapati mereka bersepakat di atasnya. Demikianlah yang ingin kami utarakan sebelum masuk ke dalam masalah yang diperselisihkan di sini, yang mana mungkin penulis berbeda pandangan dalam menguatkan satu permasalahan dengan pembaca, sehingga bila didapati hal yang demikian hendaknya kita berlapang dada. Tentunya dengan tidak menolak pandangan yang ada selama itu adalah maruf di kalangan ahlul ilmi salafus shalih. Mungkin penulis memberikan contoh waqiiyyah (kenyataan) yang penulis sendiri mengalaminya (yang terkenang di sisi penulis). Suatu ketika penulis shalat berdampingan dalam satu shaf dengan guru kami Asy-Syaikh Al-Muhaddits Muqbil t. Pada waktu itu penulis berpandangan menggerak-gerakkan jari dalam tasyahud karena memilih pendapat tahrik (menggerak-gerakkan jari) sesuai dengan pendapat yang maruf. Sementara guru kami adalah orang yang sangat keras melemahkan hadits dalam masalah tahrik ini dan memandangnya syadz (ganjil). Namun selesai shalat beliau t tidak memaksakan pendapatnya kepada penulis dalam keadaan beliau berkuasa untuk memaksa dan melakukan penekanan. Bahkan yang ada dalam berbagai majelis beliau berbangga dengan keberadaan murid-muridnya yang tidak taqlid (mengikut tanpa dalil) kepada beliau tapi berpegang dengan dalil sekalipun harus berbeda pandangan dengan beliau rahimahullah rahmatan wasiatan. 1. Menyentuh wanita Ahlul ilmi terbagi dalam dua pendapat dalam menafsirkan firman Allah I: Atau kalian menyentuh wanita (An-Nisa: 43) Pertama: sebagian mereka menafsirkan menyentuh dengan jima (senggama), seperti pendapat Ibnu Abbas, Ali, Ubay bin Kab, Mujahid, Thawus, Al-Hasan, Ubaid bin Umair, Said bin Jubair, AsySyabi, Qatadah dan Muqatil bin Hayyan. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/227) Kedua: ahlul ilmi yang lain berpendapat menyentuh di sini lebih luas/ umum daripada jima sehingga

termasuk di dalamnya menyentuh dengan tangan, mencium, bersenggolan, dan semisalnya. Di antara yang berpendapat seperti ini adalah Ibnu Masud dan Ibnu Umar dari kalangan shahabat. Abu Utsman An-Nahdi, Abu Ubaidah bin Abdillah bin Masud, Amir Asy-Syabi, Tsabit ibnul Hajjaj, Ibrahim An-Nakhai dan Zaid bin Aslam. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/227) Adapun pendapat pertama, bila seseorang menyentuh wanita dengan tangannya atau dengan seluruh tubuhnya selain jima maka tidaklah membatalkan wudhu. Sedangkan pendapat kedua menunjukkan sekedar menyentuh wanita, walaupun tidak sampai jima, membatalkan wudhu. Dari dua penafsiran di atas yang rajih adalah penafsiran yang pertama bahwa yang dimaksud dengan menyentuh dalam ayat di atas adalah jima sebagaimana hal ini ditunjukkan dalam Al-Quran sendiri1 dan juga dalam hadits-hadits Rasulullah r yang menunjukkan bahwa semata-mata bersentuhan dengan wanita (tanpa jima) tidaklah membatalkan wudhu. Ibnu Taimiyyah t berkata: Yang dimaukan (oleh ayat Allah I ini) adalah jima, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas c dan selainnya dari kalangan Arab. Dan diriwayatkan hal ini dari Ali z dan selainnya. Inilah yang shahih tentang makna ayat ini. Sementara menyentuh wanita (bukan jima) sama sekali tidak ada dalilnya dari Al-Quran maupun As-Sunnah yang menunjukkan bahwa hal itu membatalkan wudhu. Adalah kaum muslimin senantiasa bersentuhan dengan istri-istri mereka namun tidak ada seorang muslim pun yang menukilkan dari Nabi r bahwa beliau memerintahkan kepada seseorang untuk berwudhu karena menyentuh para wanita (istri). Beliau juga berkata: Telah diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Al-Hasan bahwa menyentuh di sini dengan tangan dan ini merupakan pendapat sekelompok salaf. Adapun apabila menyentuh wanita tersebut dengan syahwat, tidaklah wajib berwudhu karenanya, namun apabila dia berwudhu, perkara tersebut baik dan disenangi (yang tujuannya) untuk memadamkan syahwat sebagaimana disenangi berwudhu darimarah untuk memadamkannya. Adapun menyentuh wanita tanpa syahwat maka aku sama sekali tidak mengetahui adanya pendapat dari salaf bahwa hal itu membatalkan wudhu. (Majmu Al-Fatawa, 21/410) Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin t berkata: Pendapat yang rajih adalah menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu secara mutlak, sama saja baik dengan syahwat atau tidak dengan syahwat kecuali bila keluar sesuatu darinya (madzi atau mani). Bila yang keluar mani maka wajib baginya mandi sementara kalau yang keluar madzi maka wajib baginya mencuci dzakar-nya dan berwudhu. (Majmu Fatawa wa Rasail, 4/201, 202) Dalil dari As-Sunnah yang menunjukkan bahwa bersentuhan dengan wanita (selain jima) tidaklah membatalkan wudhu di antaranya: Aisyah r berkata: Aku pernah tidur di hadapan Rasulullah r dalam keadaan kedua kaki di arah kiblat beliau (ketika itu beliau sedang shalat, pen) maka bila beliau sujud, beliau menyentuhku (dengan ujung jarinya) hingga aku pun menekuk kedua kakiku. Bila beliau berdiri, aku kembali membentangkan kedua kakiku. (HR. Al-Bukhari no. 382 dan Muslim no. 512) Aisyah r juga mengabarkan: Suatu malam, aku pernah kehilangan Rasulullah r dari tempat tidurku. Maka aku pun meraba-raba mencari beliau hingga kedua tanganku menyentuh bagian dalam kedua telapak kaki beliau yang sedang ditegakkan. Ketika itu beliau di tempat shalatnya (dalam keadaan sujud) dan sedang berdoa: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemurkaan-Mu dan dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu. Dan aku berlindung kepada-Mu dari-Mu, aku tidak dapat menghitung pujian atas-Mu, Engkau sebagaimana yang Engkau puji terhadap diri-Mu. (HR. Muslim no. 486)

2. Muntah Di antara ulama ada yang berpendapat bahwa muntah mengharuskan seseorang untuk berwudhu dengan dalil hadits Madan bin Abi Thalhah dari Abu Ad-Darda bahwasanya Nabi r pernah muntah, lalu beliau berbuka dan berwudhu. Kata Madan: Aku berjumpa dengan Tsauban di masjid Damaskus, maka aku sebutkan hal itu padanya, Tsauban pun berkata: Abu Ad-Darda benar, akulah yang menuangkan air wudhu beliau r. (HR. At-Tirmidzi no. 87) Al-Imam Asy-Syaukani t berkata: Al-Baihaqi mengatakan bahwa hadits ini diperselisihkan (mukhtalaf) pada sanadnya. Kalaupun hadits ini shahih maka dibawa pemahamannya pada muntah yang sengaja. Di tempat lain Al-Baihaqi berkata: Isnad hadits ini mudhtharib (goncang), tidak bisa ditegakkan hujjah dengannya. (Nailul Authar, 1/268). Asy-Syaikh Ahmad Syakir t di dalam taliq beliau terhadap kitab Ar-Raudhatun Nadiyyah mengatakan: Hadits-hadits yang diriwayatkan dalam masalah batalnya wudhu karena muntah adalah lemah semuanya, tidak dapat dijadikan hujjah. (taliq beliau dinukil dari Taliqat Ar-Radhiyyah, 1/174)2 Ulama berselisih pendapat dalam masalah muntah ini: - Di antara mereka ada yang berpendapat muntah itu membatalkan wudhu seperti Abu Hanifah dan pengikut mazhab Abu Hanifah, dengan syarat muntah itu berasal dari dalam perut, memenuhi mulut dan keluar sekaligus. (Nailul Authar, 1/268) Al-Imam At-Tirmidzi t berkata: Sebagian ahlul ilmi dari kalangan sahabat Nabi r dan selain mereka dari kalangan tabiin berpandangan untuk berwudhu disebabkan muntah dan mimisan. Demikian pendapat Sufyan Ats-Tsauri, Ibnul Mubarak, Ahmad dan Ishaq. Sementara sebagian ahlul ilmi yang lainnya berpendapat tidak ada keharusan berwudhu karena muntah dan mimisan, demikian pendapat Malik dan Asy-Syafii. (Sunan At-Tirmidzi, 1/59) - Adapun ulama yang lain seperti 7 imam yang faqih dari Madinah, Asy-Syafii dan orang-orang yang mengikuti mazhab Asy-Syafii, juga satu riwayat dari Al-Imam Ahmad menunjukkan bahwa keluar sesuatu dari tubuh selain qubul dan dubur tidaklah membatalkan wudhu, baik sedikit ataupun banyak, kecuali bila yang keluar dari tubuh itu kencing ataupun tahi. (Nailul Authar, 1/268, Asy-Syarhul Mumti, 1/234). Inilah pendapat yang rajih dan menenangkan bagi kami. Mereka berdalil sebagai berikut: 1. 2. Hukum asal perkara ini tidaklah membatalkan wudhu. Sehingga barangsiapa yang menyatakan Sucinya orang yang berwudhu dinyatakan dengan pasti oleh kandungan dalil syari, maka apa suatu perkara menyelisihi hukum asalnya maka hendaklah ia membawakan dalil. yang telah pasti tidaklah mungkin mengangkat kesuciannya (menyatakan hilang/ membatalkannya) kecuali dengan dalil syari. 3. 4. Hadits yang dijadikan dalil oleh pendapat pertama telah dilemahkan oleh mayoritas ulama Apa yang ditunjukkan dalam hadits ini adalah semata-mata fiil (perbuatan) sedangkan yang

semata-mata fiil tidaklah menunjukkan suatu yang wajib. (Asy-Syarhul Mumti, 1/224-225) Al-Imam An-Nawawi berkata: Tidaklah batal wudhu dengan keluarnya sesuatu dari selain dua jalan (qubul dan dubur) seperti pendarahan, darah yang keluar karena berbekam, muntah dan mimisan, sama saja baik keluarnya banyak ataupun sedikit.3 Demikian pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Abi Aufa, Jabir, Abu Hurairah, Aisyah, Ibnul Musayyab, Salim bin Abdillah bin Umar, Al-Qasim bin Muhammad, Thawus, Atha, Mak-hul, Rabiah, Malik, Abu Tsaur dan Dawud. Al-Baghawi berkata: Ini merupakan pendapat mayoritas shahabat dan tabi`in. (Al-Majmu, 2/63) Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah t dalam Majmuatur Rasail Al-Kubra, beliau berpendapat hukumnya di sini adalah sunnah sebagaimana dinukilkan oleh Asy-Syaikh Albani t. Demikian juga beliau menyatakan sunnahnya berwudhu setelah muntah. (Tamamul Minnah, hal. 111, 112) Sementara hadits Aisyah x bahwasanya Rasulullah r bersabda:

Siapa yang ditimpa (mengeluarkan) muntah, mimisan, qalas4 atau madzi (di dalam shalatnya) hendaklah ia berpaling dari shalatnya lalu berwudhu. (HR. Ibnu Majah no. 1221) Al-Imam Asy-Syaukani t berkata: Hadits ini dinyatakan cacat oleh sebagian Ahlul Hadits karena setiap periwayatan Ismail ibnu Iyasy dari orang-orang Hijaz semuanya dinilai lemah. Sementara dalam hadits ini Ismail meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang dia itu orang Hijaz. Juga karena para perawi yang meriwayatkan dari Ibnu Juraij yang mereka itu adalah para tokoh penghapal meriwayatkannya secara mursal (menyelisihi periwayatan Ismail yang meriwayatkannya secara ittishal (bersambung) pen.), sebagaimana hal ini dikatakan oleh penulis kitab Muntaqal Akhbar. Terlebih lagi riwayat yang mursal ini dinyatakan shahih oleh Adz-Dzuhli, Ad-Daruquthni dalam kitab Al-Ilal, begitu pula Abu Hatim dan beliau mengatakan telah terjadi kesalahan dalam periwayatan Ismail. Ibnu Main berkata hadits ini dhaif. (Nailul Authar, 1/269) Al-Hafidz Ibnu Hajar t mengatakan bahwa Al-Imam Ahmad dan selain beliau men-dhaif-kan hadits ini (Bulughul Maram hal. 36) 3. Darah yang keluar dari tubuh Darah yang keluar dari tubuh seseorang, selain kemaluannya tidaklah membatalkan wudhu, sama saja apakah darah itu sedikit ataupun banyak. Demikian pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Abi Aufa, Abu Hurairah, Jabir bin Zaid, Ibnul Musayyab, Mak-hul, Rabiah, An-Nashir, Malik dan Asy-Syafii. (Nailul Authar, 1/269-270). Dan ini pendapat yang rajih menurut penulis. Wallahu taala alam bish-shawab. Dari kalangan ahlul ilmi ada yang membedakan antara darah sedikit dengan yang banyak. Bila keluarnya sedikit tidak membatalkan wudhu namun bila keluarnya banyak akan membatalkan wudhu. Hal ini seperti pendapat Abu Hanifah, Al-Imam Ahmad dan Ishaq. (Nailul Authar, 1/269) Adapun dalil bahwa darah tidak membatalkan wudhu adalah hadits tentang seorang shahabat AlAnshari yang tetap mengerjakan shalat walaupun darahnya terus mengalir karena luka akibat tikaman anak panah pada tubuhnya (HR. Al-Bukhari secara muallaq dan secara maushul oleh AlImam Ahmad, Abu Dawud dan selainnya. Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud no. 193) Seandainya darah yang banyak itu membatalkan wudhu niscaya shahabat Nabi r itu dilarang untuk mengerjakan shalat dan akan disebutkan teguran dari Nabi r atas shalat yang ia kerjakan tersebut dan akan diterangkan kepadanya atau siapa yang bersamanya. Karena mengakhirkan penjelasan/ penerangan pada saat dibutuhkan penerangannya tidaklah diperbolehkan. Mereka para shahabat g sering terjun ke dalam medan pertempuran hingga badan dan pakaian mereka berlumuran darah. Namun tidak dinukilkan dari mereka bahwa mereka berwudhu karenanya dan tidak didengar dari mereka bahwa perkara ini membatalkan wudhu. (Sailul Jarar, 1/262, Tamamul Minnah, hal. 51-52) Wallahu taala alam bish-shawab wal ilmu indallah.

1 Seperti dalam ayat: Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian menikahi wanita-wanita mukminah kemudian kalian menceraikan mereka sebelum kalian menyentuh mereka, maka tidak ada kewajiban bagi mereka untuk menjalani iddah. (Al-Ahzab: 49) Ayat ini jelas sekali menunjukkan bahwa menyentuh yang dikaitkan dengan wanita maka yang dimaksudkan adalah jima. 2 Di antara imam ahlul hadits ada juga yang menguatkan hadits ini seperti Ibnu Mandah dan AsySyaikh Al-Albani di Tamamul Minnah, beliau mengatakan sanadnya shahih (hal. 111) 3 Adapun permasalahan yang disebutkan di sini juga merupakan perkara yang diperselisihkan ahlul ilmi sebagaimana disebutkan sendiri oleh Al-Imam An-Nawawi dalam Al-Majmu (2/63). 4 Qalas adalah muntah yang keluar dari tenggorokan, bukan dari perut. (Subulus Salam, 1/105)

Di dalam ajaran Islam sebenarnya cukup banyak hal-hal yang berkaitan dengan suatu ibadah yang terlihat sederhana dan mudah dilakukan namun memiliki manfaat, hikmah dan hasiat yang luar biasa bagi kesehatan, baik kesehatan jasmanai maupun rohani, contohnya adalah wudhu. Wudhu adalah salah satu syariat Islam. Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membersihkan diri atau berwudhu sebelum mendirikan shalat lima waktu. (QS Al-Maidah ayat 6). Wudhu juga merupakan salah satu syarat diterimanya ibadah shalat oleh Allah SWT, namun terkadang ada sebagian umat Islam yang memandangnya biasabiasa saja. Allah tidak akan menerima shalat seseorang di antara kamu, hingga dia berwudhu . (HR. Bukhari Muslim). Wudhu dan Kesehatan Jasmani Wudhu ternyata mempunyai manfaatnya sangat besar. Itulah yang dibuktikan oleh para ahli kesehatan dunia. Salah satunya adalah Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria. Ia menemukan sesuatu yang menakjubkan dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Karena keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf, kondisi tubuh senantiasa akan sehat. Dari sinilah ia akhirnya memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels. (www.republika.co.id) Ulama fikih juga menjelaskan hikmah wudhu sebagai bagian dari upaya untuk memelihara kebersihan fisik dan rohani. Daerah yang dibasuh dengan air wudhu seperti tangan, daerah muka termasuk mulut dan kaki, memang paling banyak bersentuhan dengan benda-benda asing, termasuk kotoran. Oleh karena itu, wajar kalau daerah itu yang harus dibasuh, sebab penyakit kulit umumnya sering menyerang permukaan kulit yang terbuka dan jarang dibersihkan seperti di sela-sela jari tangan, kaki, leher, belakang telinga, dan lainnya. Oleh karena itu Mochtar Salem memberi saran agar anggota tubuh yang terbuka senantiasa dibasuh atau dibersihkan dengan menggunakan air. Berbagai penelitian ilmiah telah membuktikan bahwa munculnya penyakit kulit disebabkan oleh rendahnya kebersihan kulit. Oleh karena itu, orang yang memiliki aktivitas padat (terutama di luar ruangan) disarankan untuk sesering mungkin membasuh atau mencuci anggota badannya yang terbuka, seperti kepala, muka, telinga, hidung, tangan, dan kaki. Mencegah penyakit dengan wudhu bisa kita cermati dan pelajari sejarah hidup Rasulullah SAW, seperti yang diungkapkan Muhammad Husein Haykal dalam bukunya Hayatu Muhammad, sepanjang hidupnya Rasulullah SAW tak pernah menderita penyakit, kecuali saat sakaratul maut hingga wafatnya. Hal ini menunjukkan bahwa wudhu dengan cara yang benar niscaya dapat mencegah berbagai macam penyakit.

Menurut sejumlah penelitian, berwudhu itu dapat menghilangkan berbagai macam penyakit, misalnya penyakit kanker, flu, pilek, asam urat, rematik, sakit kepala, telinga, pegal, linu, mata, sakit gigi, dan sebagainya. Mokhtar Salem dalam bukunya Prayers a Sport for the Body and Soul menjelaskan, wudhu bisa mencegah kanker kulit. Jenis kanker ini lebih banyak disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang setiap hari menempel dan terserap oleh kulit. Kemudian, apabila dibersihkan dengan air (terutama saat wudhu), bahan kimia itu akan larut. Selain itu jelasnya, wudhu juga menyebabkan seseorang menjadi tampak lebih muda. Dalam penelitian yang dilakukan Muhammad Salim tentang manfaat wudhu untuk kesehatan, terungkap bahwa berwudhu dengan cara yang baik dan benar akan mencegah seseorang dari segala penyakit. Dalam penelitiannya itu, Muhammad Salim juga menganalisis masalah kesehatan hidung dari orangorang yang tidak berwudhu dan yang berwudhu secara teratur selama lima kali dalam sehari untuk mendirikan shalat. Salim mengambil zat dalam hidung pada selaput lendir dan mengamati beberapa jenis kumannya. Pekerjaan ini ia lakukan selama berbulan-bulan. Berdasarkan analisisnya, lubang hidung orang-orang yang tidak berwudhu memudar dan berminyak, terdapat kotoran dan debu pada bagian dalam hidung, serta permukaannya tampak lengket dan berwarna gelap. Adapun orang-orang yang teratur dalam berwudhu, ungkap Salim, permukaan rongga hidungnya tampak cemerlang, bersih, dan tidak berdebu. Sesungguhnya, cara berwudhu yang baik adalah dimulai dengan membasuh tangan, berkumur-kumur, lalu mengambil air dan menghirupnya ke dalam hidung kemudian mengeluarkannya. Langkah ini hendaknya dilakukan sebanyak tiga kali secara bergantian, kata Salim. Wudhu dan Kesehatan Rohani Ulama tasawuf menjelaskan hikmah wudhu dengan menjelaskan bahwa daerahdaerah yang dibasuh air wudhu memang daerah yang paling sering berdosa. Kita tidak tahu apa yang pernah diraba, dipegang, dan dilakukan tangan kita. Banyak pancaindera tersimpul di bagian muka. Berapa orang yang jadi korban setiap hari dari mulut kita, berapa kali berbohong, memaki, dan membicarakan aib orang lain. Apa saja yang dimakan dan diminum. Apa saja yang baru diintip mata ini, apa yang didengar oleh kuping ini, dan apa saja yang baru dicium hidung ini? Kemana saja kaki ini gentayangan setiap hari? Jadi, anggota badan yang dibasuh ketika berwudhu ialah daerah yang paling riskan untuk melakukan dosa. Rasul SAW menyatakan, wajah orang yang berwudhu itu akan senantiasa bercahaya. Rasulullah akan mengenalinya nanti pada hari kiamat karena bekas

wudhu. Umatku nanti kelak pada hari kiamat bercahaya muka dan kakinya karena bekas wudhu. Muhammad Kamil Abd Al-Shomad, yang mengutip sumber dari Al-Ijaz Al-Ilmiy fi Al-Islam wa Al-Sunnah Al-Nabawiyah, menjelaskan bahwa manfaat semua hal yang diperintahkan dalam wudhu sangatlah besar bagi tubuh manusia. Mulai dari membasuh tangan dan menyela-nyela jari, berkumur-kumur, memasukkan air ke dalam lubang hidung, membasuh muka, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala, membasuh telinga, hingga membasuh kaki hingga mata kaki. Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dalam bukunya Lentera Hidup menuliskan keutamaan wudhu. Sekurang-kurangnya lima kali dalam seharisemalam setiap Muslim diperintahkan untuk berwudhu dan mengerjakan shalat. Meskipun wudhu belum lepas (batal), disunahkan pula memperbaharuinya. Oleh ahli tasawuf, diterangkan pula hikmah wudhu itu. Mencuci muka artinya mencuci mata, hidung, mulut, dan lidah kalau-kalau tadinya pernah berbuat dosa ketika melihat, berkata, dan makan. Mencuci tangan dengan air seakan-akan membasuh tangan yang telanjur berbuat salah. Membasuh kaki dan lain-lain demikian pula. Mereka memperbuat hikmat-hikmat itu meskipun dalam hadis dan dalil tidak ditemukan. Tujuannya adalah supaya manusia jangan membersihkan lahirnya saja, sementara batinnya masih tetap kotor. Hati yang masih tamak, loba, dan rakus, kendati sudah berwudhu, maka wudhunya lima kali sehari semalam itu berarti tidak berbekas dan tidak diterima oleh Allah SWT, dan shalatnya pun tidak akan mampu menjauhkan dirinya dari perbuatan fakhsya (keji) dan mungkar (dibenci). Buya Hamka menambahkan, wudhu itu dapat menyehatkan badan. Kita hidup bukanlah untuk mencari pujian dan bukan pula supaya kita paling atas di dalam segala hal. Meskipun itu tidak kita cari, kalau kita senantiasa menjaga kebersihan, kita akan dihormati orang juga.

Subhanallah, Wudhu Antarkan Bilal bin Rabah Menjadi Penghuni Surga


Seorang kiai melakukan perjalanan bersama santri-santrinya. Di tengah perjalanan, ternyata masuk waktu (Zhuhur). Kemudian sang kiai, yang selalu mempunyai wudhu, bertanya kepada para santrinya, Apa kalian punya wudhu? Tidak, Pak Kiai, jawab santri-santrinya. Wudhu saja kalian tidak punya, apalagi duit , seloroh sang kiai.

Canda yang dilontarkan sang kiai tentu bukan tanpa pesan, melainkan menyisipkan nasihat yang menawan. Tidak hanya mempraktikkan gaya nasihat yang cair dan alami, tapi mencoba menggebah motivasi dan menggugah logika santri-santrinya; santri jangan susah, maka raih peluang-peluang yang ada di depan mata. Betapa banyak peluang dan hal-hal yang ringan dan gratis yang tersaji di hadapan mereka. Sang kiai mengingatkan, kalau hal-hal yang ringan dan gratis saja para santri tidak punya, seperti wudhu, bagaimana dengan hal lainnya yang harus dicari sedemikian rupa, misalnya duit atau kekayaan? Pesan utama yang dipraktikkan sang kiai kepada para santrinya adalah bagaimana ia terus melazimkan wudhu. Sebab, banyak keutamaan dalam wudhu. Seorang Bilal bin Rabah bisa menjadi penghuni surga karena wudhu, bahkan kabar tersebut sudah ia terima sejak masih menjejakkan kakinya di muka bumi ini alias masih hidup. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal ketika shalat Fajar, Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau amalkan dalam Islam, karena aku sungguh telah mendengar gemerincing sandalmu di tengah-tengahku dalam surga. Bilal berkata, Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling kuharapkan di sisiku, hanya aku tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku shalat bersama wudhu itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku. (HR Bukhari). Secara medis, sudah diakui bahwa wudhu bisa menghilangkan mikroba yang bersarang dalam hidung, yang jika mikroba ini cepat menyebar dan berkembang-biak, akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Lebih-lebih kalau sampai ke tenggorokan, lalu masuk menerobos ke peredaran darah. Maka, berbahagialah orang yang melazimkan diri berwudhu secara terus-menerus. Karena dengan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), lalu mengeluarkannya lagi, hidung bersih dari debu, kuman, dan bakteri. Bahkan, Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria, memeluk Islam lantaran berhasil menguak keajaiban yang ada dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Adanya keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf menjadikan kondisi tubuh selalu sehat. Manfaat secara ilmiah dan medis ini hanya sebagian kecil dari berkah wudhu. Masih begitu banyak hikmah lainnya dari amal yang ringan ini. Wudhu bisa menghapus dosa-dosa kecil dan mengangkat derajat seseorang (HR Muslim). Wudhu adalah tanda dari pengikut Nabi SAW (HR Muslim). Wudhu bisa mengurai ikatan atau jeratan

setan (HR Bukhari-Muslim). Wudhu adalah separuh dari iman (HR Muslim). Dengan wudhu, seorang Muslim juga bisa meraih kecintaan dari Allah: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang bersuci. (al-Baqarah: 222).

Dahsyatnya Terapi Wudhu


Sebagai muslim tentu kita sudah terbiasa berwudhu. Kita biasa melakukan wudhu sebelum melaksanakan shalat. Karena, suci dari hadas (baca: berwudhu) merupakan salah satu syarat sah melaksanakan shalat. Jadi, sedikitnya kita melakukan wudhu lima kali sehari semalam dengan asumsi setiap kali shalat, kita berwudhu. Tidak menggunakan satu kali berwudhu untuk dua shalat. Buku ini mencoba mengkaji keutamaan, hikmah, dan manfaat wudhu bagi diri, jiwa, dan kehidupan kita. Buku ini juga menggali wudhu sebagai sebuah pelatihan pembentukan karakter yang paripurna dan aplikatif Wudhu memiliki keutamaan yang besar. Wudhu merupakan sarana untuk memperoleh pengampunan dari segala dosa, memperoleh kebaikan, pahala berlipat ganda, nikmat dan karunia, mengangkat derajat, dan kemudahan masuk surga. Wudhu juga memberikan manfaat yang besar bagi kesehatan fisik kita. Ia merupakan sebuah terapi untuk menjaga kesehatan tubuh. Selain itu, wudhu juga merupakan sarana pembentukan karakter dan melatih kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual kita. Ketika kita memahami syariat wudhu dengan baik, menyempurnakan pelaksanaan wudhu, dan mengaplikasikan nilai-nilai wudhu dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten, insya Allah kita akan memetik keutamaan, hikmah, dan manfaat wudhu yang besar.

KESALAHAN-KESALAHAN DALAM WUDHU


1. Tidak membasuh kedua telapak tangan sebelum berwudhu lebih-lebih sehabis bangun dari tidur. Sabda Nabi saw: . Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka janganlah dia mencelupkan tangannya ke dalam bejana sehingga dia membasuhnya karena dia tidak mengetahui di mana tangannya bermalam. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah). 2. Mengusap kepala hanya dengan mengusap beberapa helai rambut saja. Yang wajib adalah mengusap kepala bukan rambut. Jadi kalau dengan beberapa -bahkan sebagian orang hanya dengan satu dan tiga helai saja- rambut dianggap cukup dalam mengusap kepala maka ia keliru. Katakanlah ada sebagaimana ulama yang mengatakan dalam mengusap kepala cukup dengan sebagian kepala, akan tetapi tidak berarti sebagian di sini bisa diwakili dengan beberapa helai rambut semata dan penulis yakin bahwa bukan itu yang mereka maksud. Lebih-lebih yang shahih dari Nabi saw tentang mengusap kepala

dalam wudhu adalah mengusap seluruhnya. Dari Abdullah bin Zaid tentang wudhu Nabi saw, . Beliau memulai dengan kepala bagian depan, lalu menggerakkan kedua tangannya ke tengkuknya kemudian mengembalikan kedua tangannya ke tempat di mana beliau memulai. (HR. Al-Bukhari). 3. Boros air. Boros atau israf tidak dicintai Allah, termasuk dalam berwudhu, Nabi saw sendiri mencontohkan pengiritan dalam bersuci, beliau mandi dengan satu sha`, jika mandi dengan satu sha` berarti wudhu kurang dari itu. Di samping itu boros air termasuk melampui batas dalam bersuci yang dilarang. Dari Abdullah bin Mughaffal berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda, . Akan ada orang-orang dari umat ini yang melampui batas dalam berwudhu dan berdoa. (HR. Abu Dawud dengan sanad menurut al-Arnauth- yang kuat). 4. Berlebih-lebihan dengan membasuh anggota wudhu lebih dari tiga kali dan melampui batasseperti membasuh kedua tangan sampai ke bahu atau kedua kaki sampai betis bahkan lutut. Dari Amru bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya bahwa seorang Arab pedalaman datang bertanya kepada Nabi saw tentang wudhu. Nabi saw menunjukkan wudhu tiga kali-tiga kali, kemudian bersabda, Begitulah wudhu, barangsiapa menambah dari itu maka dia telah berbuat buruk dan melampui batas. Hadits ini menetapkan bahwa membasuh anggota wudhu lebih dari tiga adalah buruk dan melampui batas. Begitu pula membasuh melebihi batasan yang telah ditentukan seperti membasuh tangan sampai bahu bahkan mungkin sampai pundak. Firman Allah, Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim.(Al-Baqarah: 229). 5. Tidak menyampaikan air ke siku atau tumit. Siku dan tumit termasuk anggota wudhu. Jadi ketika air tidak menjangkau keduanya berarti wudhu tidak sempurna karena ada anggota wudhu yang tertinggal. Firman Allah, Dan tanganmu sampai dengan siku. (Al-Maidah: 6). Sampai di sini berarti bersama, jadi siku wajib dibasuh. Jabir berkata, Apabila Nabi saw berwudhu beliau melewatkan air ke kedua sikunya. (HR. Al-Baihaqi dan ad-Daraquthni). Demikianlah pula dengan tumit. Mungkin karena terburu-buru orang yang berwudhu melupakannya padahal ia termasuk kaki yang wajib dibasuh. Dari Ibnu Amru berkata, Dalam sebuah perjalanan yang kami lakukan beliau berjalan di belakang kami. Ketika kami mendapatkan shalat kami terburu-buru, kami berwudhu dan mengusap kaki-kaki kami, maka Nabi saw memanggil dengan suara keras dua atau tiga kali. .

Celaka bagi tumit-tumit itu, ia akan dijilat api neraka. (HR. Al-Bukhari). 6. Menganggap mengusap leher dianjurkan, padahal sebenarnya tidak demikian, ia tidak dianjurkan dan tidak termasuk ibadah wudhu. Orang yang menganggap mengusap leher dianjurkan berdalil kepada hadits, . Mengusap leher adalah keamanan dari kedengkian. Imam an-Nawawi di al-Majmu berkata, Hadits ini maudhu,dalam hal ini tidak ada hadits yang shahih, oleh karena itu asySyafii tidak menyebutkannya tidak pula kawan-kawan kami yang mendahului kami. Dalam fatwa Lajnah Daimah no. 9233 dikatakan, Tidak ada dalam kitab Allah dan Sunnah Rasulullah saw bahwa mengusap leher termasuk snnah-sunnah wudhu. Jadi mengusapnya tidak disyariatkan. 7. Doa pada saat membasuh anggota wudhu. Imam an-Nawawi berkata, Doa-doa ini yakni doa-doa pada saat membasuh anggota wudhu- tidak memiliki dasar. Dalam fatwa Lajnah Daimah no. 2588 dikatakan, Tidak ada doa dari Nabi saw pada saat membasuh dan mengusap anggota wudhu dan doa yang disebutkan dalam hal ini adalah bikinan orang tidak berdasar, yang dikatahui secara syari adalah basmalah di awal wudhu, mengucap dua kalimat syahadat di akhir wudhu ditambah dengan, . Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bersuci. 8. Menganggap berbicara pada saat wudhu tidak boleh atau makruh. Tidak ada hadits yang melarang, dan wudhu bukanlah shalat yang dilarang berbicara di dalamnya dan tidak bisa dikiyaskan kepadanya, menganggap sesuatu tidak boleh atau makruh berarti menetapkan hukum, ia harus berdasarkan kepada dalil. 9. Menganggap berwudhu di kamar mandu dengan WC makruh. Keterangan sama dengan sebelumnya.
Sunnah wudhu: Disunnatkan bagi setiap muslim menggosok gigi (bersiwak) sebelum memulai wudhunya, karena Rasulullah bersabda : "Sekiranya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintah mere-ka bersiwak (menggosok gigi) setiap kali akan berwudhu." [Riwayat Ahmad dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa' (70)] Disunnatkan pula mencuci kedua telapak tangan tiga kali sebelum berwudhu, sebagaimana disebutkan di atas (lihat gambar), kecuali jika setelah bangun tidur, maka hukumnya wajib mencucinya tiga kali sebelum berwudhu. Sebab, boleh jadi kedua tangannya telah menyentuh kotoran di waktu tidurnya sedangkan ia tidak merasakannya. Rasulullah bersabda: "Apabila seorang di antara kamu bangun tidur, maka hendaknya tidak mencelupkan kedua tangannya di dalam bejana air sebelum mencucinya terlebih dahulu tiga kali, karena sesungguhnya ia tidak me-ngetahui di mana tangannya berada (ketika ia tidur)." [Riwayat Muslim] Disunnatkan keras di dalam meng-hirup air dengan hidung, sebagaimana dijelaskan di atas. Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jenggot jika tebal ketika membasuh muka. Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat mencucinya (lihat gambar), karena Rasulullah bersabda: "Celah-celahilah jari-jemari kamu". [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani

dalam Shahih Abi Dawud (629) ] Mencuci anggota wudhu yang kanan terlebih dahulu sebelum mencuci anggota wudhu yang kiri. Mencuci tangan kanan terlebih dahulu kemudian tangan kiri, dan begitu pula mencuci kaki kanan sebelum mencuci kaki kiri. Mencuci anggota-anggota wudhu dua atau tiga kali dan tidak boleh lebih dari itu. Namun kepala cukup diusap tidak lebih dari satu kali usapan saja. Tidak berlebih-lebihan dalam pema-kaian air, karena Rasulullah berwudhu dengan mencuci tiga kali, lalu bersabda : "Barangsiapa mencuci lebih (dari tiga kali) maka ia telah berbuat kesalahan dan kezhaliman". [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa' (117) ] Hal-hal Yang Membatalkan Wudhu: Wudhu seorang muslim batal karena hal-hal berikut ini: Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur, baik berupa air kecil atau- pun air besar. Keluar angin dari dubur (kentut). Hilang akalnya, baik karena gila, pingsan, mabuk atau karena tidur yang nyenyak hingga tidak menyadari apa yang keluar darinya. Adapun tidur ringan yang tidak menghilangkan perasaan, maka tidak membatalkan wudhu. Menyentuh kemaluan dengan tangan dengan syahwat, apakah yang disentuh tersebut kemaluan-nya sendiri atau milik orang lain, karena Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya hendaklah ia berwudhu". [Riwayat Ibnu Majah dan dishahihkan oleh AlAlbani] Memakan daging unta, Karena ketika Rasulullah ditanya: "Apakah kami harus berwudhu karena makan daging unta? Nabi menjawab : Ya." [Riwayat Muslim] Begitu pula memakan usus, hati, babat atau sumsumnya adalah membatalkan wudhu, karena hal tersebut sama dengan dagingnya. Adapun air susu unta tidak membatalkan wudhu, karena Rasulullah pernah menyuruh suatu kaum minum air susu unta dan tidak menyuruh mereka berwudlu sesudahnya. [Muttafaq 'alaih] Untuk lebih berhati-hati, maka sebaiknya berwudhu sesudah minum atau makan kuah daging unta. Hal-hal yang haram dilakukan oleh yang tidak berwudhu: Apabila seorang muslim berhadats kecil (tidak berwudhu), maka haram melakukan hal-hal berikut ini: Menyentuh mushaf Al-Qur'an, karena Rasulullah mengatakan di dalam suratnya yang beliau kirimkan kepada penduduk negeri Yaman: "Tidak boleh menyentuh Al-Qur'an selain orang yang suci". [Riwayat Ad-Daruqutni dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa' (122)] Adapun membaca Al-Qur'an dengan tidak menyentuhnya, maka hal itu boleh dilakukan oleh orang yang berhadats kecil. Mengerjakan shalat. Orang yang berhadats tidak boleh melakukan shalat kecuali setelah berwudhu terlebih dahulu, karena Rasulullah bersabda: "Allah tidak menerima shalat yang dilakukan tanpa wudhu". [Riwayat Muslim] Boleh bagi orang yang tidak berwudhu melakukan sujud tilawah atau sujud syukur, karena keduanya bukan merupakan shalat, sekalipun lebih afdhalnya adalah berwudhu sebelum melakukan sujud. Melakukan thawaf. Orang yang berhadats kecil tidak boleh melakukan thawaf di Ka`bah sebelum berwudhu, karena Rasulullah telah bersabda : "Thawaf di Baitullah itu adalah shalat". [Riwayat Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani dalam Al- Irwa' (121)] Dan juga karena Nabi berwudhu terlebih dahulu sebelaum melakukan thawaf. [Muttafaq 'alaih] TATA CARA BERWUDHU Apabila seorang muslim mau berwudhu, maka hendaknya ia berniat di dalam hatinya, kemudian mem-baca Basmalah, sebab Rasulullah bersabda: "Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah" [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dinilai hasan oleh Al-Albani di dalam kitab Al-Irwa' (81)] Dan apabila ia lupa, maka tidaklah mengapa. Bacaan Niat Wudhu : NAWAITUL WUDHUU-A LIROFIL 'HADATSIL ASGHARI FARDAL LILLAHITAAALAA. Artinya : Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah Taala Kemudian disunnahkan mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali sebelum memulai wudhu (lihat gambar). Kemudian berkumur-kumur (memasukkan air ke mulut lalu

memutarnya di dalam dan kemudian membuangnya). Lalu menghirup air dengan hidung (mengisap air dengan hidung) lalu mengeluarkannya. (lihat gambar). Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat, kecuali jika dalam keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya, karena di-khawatirkan air masuk ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda: "Keraskanlah di dalam menghirup air dengan hidung, kecuali jika kamu sedang berpuasa". [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Albani dalam shahih Abu Dawud (629)] Lalu mencuci muka. Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala bagian atas sampai dagu (lihat gambar), dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri. (lihat gambar). Dan jika rambut yang ada pada muka tipis, maka wajib dicuci hingga pada kulit dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja, namun disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut. Karena Rasulullah selalu mencelahcelahi jenggotnya di saat berwudhu. [Riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (92)] (lihat gambar) Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku, karena Allah berfirman : "dan kedua tanganmu hingga siku". [Surah Al-Ma'idah : 6] (lihat gambar). Kemudian mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali, dimulai dari bagian depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan kepala. (lihat gambar a, gambar b dan gambar c). Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada tangannya. (lihat gambar) Lalu mencuci kedua kaki sampai kedua mata kaki, karena Allah berfirman: "dan kedua kakimu hingga dua mata kaki". [Surah Al-Ma'idah : 6]. Yang dimaksud mata kaki adalah benjolan yang ada di sebelah bawah betis. (lihat gambar). Kedua mata kaki tersebut wajib dicuci berbarengan dengan kaki. Orang yang tangan atau kakinya terpotong, maka ia mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci. (lihat gambar). Dan apabila tangan atau kaki-nya itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya saja. Setelah selesai berwudhu mengucapkan : Bacaan Doa Setelah Wudhu ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAAH, WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHu, WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN ABDUHU WA RASUULUHu. ALLAHUMMA JALNII MINAT TAWWABIINA, WAJALNII MINAL MUTATHAHIRIINA WAJALNII MIN IBAADIKASH SHALIHIINa. Arti Doa Setelah Wudhu Aku bersaki bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang menyekutukanNya. Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang ahli bertobat, jadikanlah aku orang yang suci, dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang saleh. [Diriwayatkan oleh Muslim. Sedang-kan redaksi "Allahumma ij`alni minat-tawwabina... adalah di dalam riwayat At-Turmudzi dan dishahih-kan oleh Al-Albani dalam Al Irwa (96)] "Aku bersaksi bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertobat dan jadikanlah aku sebagai bagian dari orang-orang yang bersuci". Ketika berwudhu wajib mencuci anggota-anggota wudhunya secara berurutan, tidak menunda pencucian salah satunya hingga yang sebelum-nya kering. Boleh mengelap anggota-anggota wudhu seusai berwudhu. Sumber - Source - http://referensidunia.blogspot.com/2011/03/bersuci-wudhu-tayamum-mandibesar.html WZ87

Manfaat Wudhu Sebelum Tidur


Memang ini kedengarannya sepele.Tapi jangan anggap enteng soal ini, pasalnya nabi senantiasa wudhu sebelu tidur.berwudhu,disamping bernilai ibadah juga bermanfaat besar bagi kesehatan .

peneliti dari Universitas Alexsandria ,dr musthafa syahatah ,yang sekaligus menjabat sebagai Dekan Fakultas THT, menyebutkan bahwa jumlah kuman pada orang yang berwudhu lebih sedikit dibanding orang yang tidak berwudhu.

Dengan ber-istisnaq (menghirup air dalam hidung) misalnya kita dapat mencegah timbulnya penyakit dalam hidung. Dengan mencuci kedua tangan ,kita dapat menjaga kebersihan tangan. Kita juga bisa menjaga kebersihan kulit wajah bila kita rajin berwudhu. Selain itu,kita juga bisa menjaga kebersihan daun telinga dan telapak kaki kita, artinya dengan sering berwudhu kita dapat menjaga kesehatan tubuh kita.

Lalu ,bagaimana jika berwudhu dilakukan sebelum tidur ? Nah,para pakar kesehatan di dunia senantiasa menganjurkan agar kita mencuci kaki mulut dan muka sebelum tidur. Bahkan ,sejumlah pakar kecantikan memproduki alat kecantikan agar dapat menjaga kesehatan kulit muka.

Di samping itu tentunya anjuran untuk berwudhu juga mengandung nilai ibadah yang tinggi. Sebab ketika seseorang dalam keadaan suci. Jika seseorang berada dalam keadaan suci,berarti ai dekat dengan Allah. Karena Allah akan dekat dan cinta kepada orang-orang yang berada dalam keadaan suci.

Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa tidur dimalam hari dalam keadaan suci (berwudhu') maka Malaikat akan tetap mengikuti, lalu ketika ia bangun niscaya Malaikat itu akan berucap 'Ya Allah ampunilah hamba mu si fulan, kerana ia tidur di malam hari dalam keadaan selalu suci'". (HR Ibnu Hibban dari Ibnu Umar r.a.)

Hal ini juga ditulis dalam kitab tanqih al-Qand al-Hatsis karangan syekh muhamad bin umar an-nawawi almantany. Dari umar bin harits bahwa nabi bersabda :barangsiapa tidur dalam keadaan berwudhu ,maka apabila mati disaat tidur maka matinya dalam keadaan syahid disisi allah. Maksudnya orang yang berwudhu sebelum tidur akan memperoleh posisi yang tinggi disisi Allah.

Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa berwudhu sebelu tidur merupakan anjuran nabi yang harus dikerjakan bila seseorang ingin memperoleh kemuliaan disisi Allah.

Manfaat Wudhu Sebelum Tidur

Pertama, merilekskan otot-otot sebelum beristirahat. Mungkin tidak terlalu banyak penjelasan. Bisa dibuktikan dalam ilmu kedokteran bahwa percikan air yang dikarenakan umat muslim melakukan wudhu itu merupakan suatu metode atau cara mengendorkan otot-otot yang kaku karna lelahnya dalam beraktifitas. Sangat diambil dampak positifnya bahwa jika seseorang itu telah melakukan wudhu, maka pikiran kita akan terasa rileks. Badan tidak akan terasa capek.

Kedua, mencerahkan kulit wajah. Wudhu dapat mencerahkan kulit wajah karena kinerja wudhu ini menghilangkan noda yang membandel dalam kulit. Kotoran-kotoran yang menempel pada kulit wajah kita akan senantiasa hilang dan tentunya wajah kita menjadi cerah dan bersih.

Ketiga, didoakan malaikat. Dalam sabda Beliau yang disinggung pada bagian atas, malaikat akan senantiasa memberikan doa perlindungan kepada umat muslim yang senantiasa wudhu sebelum tidur. Padahal malaikat adalah makhluk yang senantiasa berdzikir kepada Allah. niscaya doanya akan senantiasa dikabulkan pula oleh Allah. Oleh karena itu, senantiasa berwudhu itu adalah hal yang wajib kita lakukan. Fenomena Meninggal Dunia Saat Tidur Dalam Sunnah

Jauh-jauh hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sudah memberikan bimbingan dalam tidur agar tidak menimbulkan bahaya, di antaranya tidur sambil miring ke kanan, tidak tidur sambil tengkurap.

Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu, Pernah suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melewati seseorang yang tidur tengkurap di atas perutnya, lalu beliau menendangnya dengan kakinya seraya bersabda,

"Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang tidak disukai Allah Azza Wa Jalla." (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

Sesungguhnya sebab kematian itu bermacam-macam, namun kematian tetaplah satu. Selain Sleep Apnea masih ada sebab lainnya yang menjadi media datangnya kematian. Karenanya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memberikan tips terbaik bagi umatnya dalam menghadapi kematian yang datangnya tak terduga ini.

Disebutkan dalam Shahihain, dari sabahat al-Bara' bin Azib radliyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam pernah bersabda kepadanya;

"Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu terlebih dahulu sebagaimana wudhumu untuk melakukan shalat." (HR. Bukahri dan Muslim).

Dalam menjelaskan faidah dari perintah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ini, Al-Hafidz Ibnul Hajar menyebutkan hikmahnya, di antaranya yaitu: Agar dia tidur pada malam itu dalam keadaan suci supaya ketika kematian menjemputnya dia dalam keadaan yang sempurna. Dari sini diambil kesimpulan dianjurkannya untuk bersiap diri untuk menghadapi kematian dengan menjaga kebersihan (kesucian) hati karena kesucian hati jauh lebih penting daripada kesucian badan.

Imam al-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menyebutkan tiga hikmah berwudlu sebelum tidur (yang maksudnya tidur dalam keadaan suci). Salah satunya adalah khawatir kalau dia meninggal pada malam tersebut.

Abdul Razak mengeluarkan sebuah atsar dari Mujahid dengan sanad yang kuat, Ibnu Abbas radliyallahu 'anhuma berkata,

"Janganlah engkau tidur kecuali dalam kondisi berwudlu (suci), karena arwah akan dibangkitkan sesuai dengan kondisi saat dia dicabut."

Anda mungkin juga menyukai